PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan PENGELOLAAN DAK: KONDISI DAN STRATEGI KE DEPAN PENULIS Dr. Riatu Mariatul Qibthiyyah (Universitas Indonesia) EDITOR Prof. Dr. Robert A. Simanjuntak (Universitas Indonesia) Dr. Machfud Sidik Dr. Hefrizal Handra (Pakar Desentralisasi Fiskal) (Universitas Andalas) Drs. Masrizal, M.Soc. Sc (Universitas Andalas) LAPORAN TIM ASISTENSI KEMENTERIAN KEUANGAN BIDANG DESENTRALISASI FISKAL 2013 Didukung oleh: AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) Australian Aid AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) Australian Aid

2 ii Mendekatkan Akses Keadilan Bagi Perempuan Korban

3 AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) Australian Aid AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) Australian Aid AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) Australian Aid AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR DECENTRALISATION (AIPD) Australian Aid Acknowledgement Buku Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan ini disusun oleh Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (TADF) Republik Indonesia dan didukung oleh Program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD). Disclaimer Pandangan dan pendapat dalam buku Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan ini bersumber dari Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (TADF) Republik Indonesia dan tidak menggambarkan pandangan Pemerintah Australia.

4 iv Mendekatkan Akses Keadilan Bagi Perempuan Korban

5 Daftar Isi Kata Pengantar Direktur Program AIPD... vii Kata Pengantar Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan... Daftar Tabel dan Diagram... ix xi Ringkasan Eksekutif... xiii 1 Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Metode Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Perkembangan Kebijakan dan Pengelolaan DAK Perkembangan Kebijakan Dana Alokasi Khusus Perkembangan Besaran Alokasi dan Daerah Penerima Dana Alokasi Khusus Hambatan dan Evaluasi Pengelolaan DAK Hambatan Pengelolaan DAK Evaluasi Pengelolaan dan Kinerja Penyerapan DAK v

6 4 Kebijakan DAK dan Pencapaian SPM Kebijakan DAK untuk Pendanaan SPM Pelayanan Dasar Kebijakan DAK untuk Pencapaian SPM: Pendekatan Top-down atau Bottom-up Arah Kebijakan Pengelolaan Dana Alokasi Khusus: Identifikasi. Diskresi Pemerintah Daerah Kebijakan Perencanaan DAK Kebijakan Formula Alokasi DAK Kebijakan Penggunaan: Petunjuk Teknis yang Bersifat Umum dan terkait SPM Kebijakan Monitoring dan Evaluasi DAK: Pelibatan Pemerintah Provinsi dan Performance-Based Criteria Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi Umum Daftar Pustaka Lampiran Lampiran 1. Daftar Daerah Sampel dan Jumlah Responden Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Kuesioner I dan Kuesioner II Lampiran 3. Arah Kegiatan DAK: Perkembangan Petunjuk Teknis di 19 Bidang DAK Lampiran 4. SPM Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum Lampiran 5.1 Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Kesehatan dan Infrastruktur Lampiran 5.2. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Pendidikan Lampiran 5.3. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Lingkungan Hidup Lampiran 5.4. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Kelautan. 98 Lampiran 5.5. Tabel Ulasan Singkat Petunjuk Teknis Bidang Pertanian vi Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

7 Kata Pengantar Direktur Program AIPD Sejak tahun 2012, Program AIPD mendukung Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melalui Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (TADF), terutama untuk pengembangan kebijakan desentralisasi fiskal berbasis penelitian (research based policy). Pada tahun 2013 TADF mendapatkan mandat untuk melaksanakan empat kajian dan penyusunan sejumlah policy brief. Hasil kajian tersebut telah didokumentasikan dalam empat judul buku berikut ini: 1) Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK): Kondisi dan Strategi ke Depan; 2) Municipal Development Funds sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Daerah; 3) Evaluasi Regulasi Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pengaruhnya terhadap Upaya Peningkatan Kualitas Belanja Daerah; 4) Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Daerah. Sedangkan hasil policy brief yang disusun oleh TADF didokumentasikan dalam buku Policy Brief Kami mengharapkan bahwa kelima buku tersebut dapat berkontribusi untuk dialog kebijakan yang dapat memperkuat implementasi desentralisasi fiskal di Indonesia, terutama untuk dampak peningkatan layanan publik bagi masyarakat. Jessica Ludwig-Maaroof Direktur Program vii

8 viii Mendekatkan Akses Keadilan Bagi Perempuan Korban

9 Kata Pengantar Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Dinamika hubungan keuangan pusat dan daerah yang juga dipengaruhi oleh perubahan kondisi global maupun dinamika politik perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Pusat karena sangat berkaitan dengan berbagai kebijakan yang langsung berdampak pada penyelenggaraan layanan publik oleh Daerah. Oleh karenanya, perbaikan kebijakan yang didasarkan pada hasil kajian yang sifatnya netral, jujur, dan ilmiah harus dilakukan secara terus menerus. Dalam rangka melakukan perbaikan kebijakan yang berbasis penelitian atau research based policy, maka Kementerian Keuangan telah menjalin kerjasama dengan Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (TADF). TADF beranggotakan para akademisi dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia dan para pakar di bidang desentralisasi fiskal dan otonomi daerah. Pada tahun 2013, TADF telah melakukan empat buah penelitian dan menghasilkan 7 (tujuh) buah policy brief dan 1 (satu) buah policy note. Salah satu hasil penelitian tersebut adalah Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan. Penelitian mengenai DAK sudah banyak dilakukan, namun penelitian ini lebih fokus pada upaya mengidentifikasi diskresi pemerintah daerah dan menganalisis efisiensi pengelolaan DAK. Rekomendasi ix

10 hasil penelitian ini antara lain perlunya penekanan bahwa DAK diprioritaskan untuk pencapaian SPM sektor pelayanan dasar, simplifikasi informasi dan tahap penetapan petunjuk teknis, perlunya penerapan Medium Term Framework (MTF) untuk pagu dan penggunaan DAK, dan simplifikasi prosedur penyaluran dan monitoring evaluasi kegiatan DAK. Rekomendasi penelitian lainnya adalah pemerintah pusat sebaiknya memberikan diskresi yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam hal perencanaan DAK, pemerintah daerah juga diharapkan lebih besar perannya dalam penyediaan data yang akan dipakai dalam penghitungan formula alokasi, serta pemerintah daerah baik Provinsi, Kabupaten, dan Kota harus lebih mengoptimalkan mekanisme monitoring dan evaluasi DAK secara internal dan reguler. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini dan juga kepada Australia Indonesia Partnership for Decentralization yang telah mendukung terlaksananya rangkaian kegiatan TADF Kami berharap bahwa hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait lainnya dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang lebih baik di Indonesia. Direktur Jenderal, Boediarso Teguh Widodo

11 Daftar Tabel dan Diagram Tabel 2.1. Perkembangan Bidang DAK Tahun Tabel 2.2. Proporsi Alokasi DAK Terhadap PDB Tabel 2.3. Jumlah Pemerintah Kabupaten dan Kota Penerima DAK : Berdasarkan Bidang Tabel 3.1. Regulasi Diketahui oleh (Unit SKPD) Pemerintah Daerah Tabel 3.2. Perbandingan Tanggal Penetapan Petunjuk Teknis DAK dengan Tanggal Penetapan Alokasi DAK Tabel 3.3. Tahapan Pengelolaan DAK: Identifikasi Diskresi Pemerintah Pusat dan Daerah Tabel 3.4. Penyerapan Alokasi DAK Berdasarkan Bidang DAK Tabel 3.5. Rata-Rata Persentase Penyerapan DAK Per Wilayah (Konsolidasi Provinsi Dan Kabupaten/Kota) Tabel 4.1. Persepsi mengenai Tujuan DAK untuk Pencapaian Prioritas Nasional, Pencapaian SPM, dan Tujuan Lainnya Tabel 4.2. Indikator Teknis dalam Penentuan Alokasi DAK Tabel 4.4. Pencapaian SPM, Penyerapan Alokasi DAK & Persentase Realisasi Terhadap Pengeluaran Daerah (Konsolidasi Kabupaten/Kota Sampel) Tabel 5.1. Persepsi mengenai Penetapan DAK dalam Medium Term Framework (MTF) xi

12 Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Dana Pendamping DAK dari Pemerintah Daerah disesuaikan dengan Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah Karakteristik Khusus Pemerintah Daerah Perlu Dibatasi untuk Beberapa Bidang DAK Kebijakan DAK Ke Depan: Pandangan Mengenai Juknis yang Bersifat Umum Diagram 3.1. Ada atau Tidaknya Regulasi yang Bermasalah dan Jenis. Regulasi yang Perlu Diperbaiki Diagram 3.2. Regulasi Petunjuk Teknis (Juknis) yang Perlu Diperbaiki Diagram 3.3. Jenis Kegiatan DAK dapat dimasukkan dalam APBD Diagram 3.4. Alokasi DAK Mencerminkan Biaya Kegiatan Diagram 4.1. Persepsi Pencapaian SPM Berdasarkan Bidang Diagram 4.2. Kesesuaian Kegiatan DAK sesuai dengan RPJMD Diagram 4.3. Unit SKPD Pemerintah Daerah mengetahui Indikator Teknis untuk Penetapan Alokasi DAK Diagram 4.4. Jenis Kegiatan DAK dapat diubah untuk Pencapaian SPM. 49 Diagram 5.1. Jumlah Pemerintah Daerah yangmendapatkan Alokasi DAK selama 1, 2, dan 3 Tahun Berturut-Turut ( ) Diagram 1. Jumlah Penerimaan Kuesioner II xii Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

13 Ringkasan Eksekutif Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang erat kaitannya dengan strategi pembangunan nasional. Kegiatan DAK dalam bentuk program pelayanan kepada masyarakat, diha rapkan tidak saja menjadi prioritas pembangunan bagi pemerintah pusat te tapi juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Hal ini mengingat ketentuan mengenai kegiatan yang dapat didanai dari DAK adalah bentuk kegiatan yang merupakan urusan pemerintah daerah. Berdasarkan hal tersebut, studi ini difokuskan pada pembahasan menge nai interaksi antara inisiatif pemerintah pusat dan inisiatif pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK terkait dengan tahapan perencanaan, penetapan alokasi, penggunaan dan evaluasi. Melalui instrumen FGD (Focus Group Discussion), kuesioner, in-depth interview dengan beberapa Kementerian, dan juga ekplorasi data sekunder, studi ini mengidentifikasi diskresi pemerintah daerah dan menganalisis efisiensi pengelolaan DAK. Studi ini tidak menganalisis skema penetapan alokasi atau formula DAK, mengingat berbagai studi terdahulu telah membahas mengenai reform formula DAK (ADB 2011, Shah dkk 2012, DJPK dan GIZ 2013). Perkembangan Kebijakan dan Pengelolaan DAK Secara umum, DAK merupakan transformasi Dana Inpres (Instruksi Presiden) di masa Pemerintahan Orde Baru yang diimplementasikan terakhir pada xiii

14 tahun Berbeda halnya dengan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH), pemanfaatan DAK ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Se suai dengan Pasal 1 angka 23 UU No. 33 Tahun 2004, pemerintah pusat me nyalurkan alokasi DAK untuk membantu daerah tertentu dalam pendanaan kebutuhan sarana prasarana pelayanan dasar masyarakat dan mendorong percepatan pembangunan daerah untuk pencapaian sasaran prioritas nasional. Pemerintah pusat melalui Bappenas menentukan target sektor pene rima DAK setiap tahun, sesuai dengan prioritas nasional. Bappenas menen tu kan sektor penerima DAK, dan didasarkan PP No. 55 Tahun 2005, Kemen terian Teknis terkait menetapkan program yang menjadi prioritas nasional di sektor tersebut. Selama tahun , total alokasi DAK mengalami pe ningkatan dan untuk tahun 2013 DAK dialokasikan pada sekitar 90% dae rah kabupaten dan kota yang meliputi 19 bidang. Terdapat peningkatan bidang dari 5 bidang prioritas di tahun 2003 menjadi 19 bidang sejak tahun Dan hampir di setiap bidang, terdapat peningkatan jumlah daerah penerima, walaupun pagu alokasi untuk setiap bidang relatif tidak banyak mengalami peningkatan. Dalam hal ini, penentuan prioritas nasional re latif belum terlihat jelas terkait dengan periode pencapaian dan eva lu asi bidang DAK. Hambatan dan Evaluasi Pengelolaan DAK Beberapa permasalahan dalam pengelolaan DAK yang kemungkinan berpengaruh pada efisiensi pengelolaan DAK diantaranya adalah: Alur penetapan DAK relatif bersifat supply driven dan cenderung tidak mengikuti prinsip money follow functions. Alur yang berlaku saat ini, penetapan petunjuk teknis terkait dengan penggunaan DAK dilakukan setelah adanya penetapan alokasi DAK. Apabila Kementerian Teknis terkait su dah menyusun Petunjuk Teknis, sebelum APBN ditetapkan, Petunjuk Teknis tersebut tidak dapat diterbitkan. Hal ini mengindikasikan bahwa penetapan DAK masih bersifat supply driven. Dalam hal ini, ketentuan di Petunjuk Teknis terkadang juga disesuaikan dengan besar alokasi DAK yang ditetapkan. xiv Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

15 Terdapat pandangan bahwa permasalahan utama pengelolaan DAK adalah pada pelaksanaan kegiatan terutama karena Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh berbagai K/L umumnya: 1) sangat rinci untuk hal yang sebenarnya membutuhkan penyesuaian dengan karakteristik pelayanan daerah, 2) sering berubah-ubah dan penerbitannya terlambat sehingga terjadi penundaan pelaksanaan kegiatan, dan 3) berlaku hanya dalam satu tahun anggaran sehingga relatif terdapat ketidakpastian yang tinggi apabila pemerintah daerah berupaya menyesuaikannya dengan dokumen perencanaan di daerah. Permasalahan lainnya adalah bahwa kebijakan dana pendamping yang bersifat sama untuk semua pemerintah daerah sementara alokasi yang dimung kinkan lebih besar untuk pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal rendah lebih memberatkan secara administratif untuk pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Penyaluran DAK yang bersifat umum untuk keseluruhan bidang dengan 3 tahap dan adanya persyaratan penyaluran di tiap tahap juga kurang memberikan fleksibilitas di setiap bidang untuk rekomendasi jad wal pelaksanaan kegiatan sesuai dengan karakteristik kegiatan terkait. Isu aspek administratif lainnya adalah mengenai prosedur dan kebijakan penggunaan sisa DAK. Dari aspek efisiensi, terdapat pola yang berbeda antar bidang dan juga antar wilayah. Termasuk dalam hal tingkat kepentingan alokasi DAK terhadap pengeluaran pemerintah daerah di bidang terkait. Penyerapan DAK relatif tidak jauh berbeda antara bidang yang terkait dengan pelayanan dasar dan bidang lainnya. Penyerapan DAK cenderung sangat rendah untuk bidang pendidikan yaitu kurang dari 50 persen untuk tahun Di bi dang pendidikan dan kesehatan, penyerapan DAK relatif tinggi hanya untuk wilayah dengan kapasitas fiskal (PDRB per kapita) sedang, sementara un tuk bidang infrastruktur, penyerapan relatif rendah untuk wilayah dengan kapasitas fiskal (PDRB per kapita) yang rendah. Diantara 3 bidang yaitu pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, rata-rata alokasi DAK berkisar 9-10 persen dari pengeluaran pemerintah daerah untuk bidang kesehatan dan infrastruktur. Sementara untuk bidang pendidikan, rata-rata alokasi DAK hanya sekitar 3 persen dari pengeluaran pemerintah daerah di bidang pendidikan. Walaupun Ringkasan Eksekutif xv

16 berdasarkan pagu alokasi, DAK untuk bidang pendidikan mencapai 50 persen dari total alokasi untuk keseluruhan bidang DAK. Kebijakan DAK dan Pencapaian SPM Pemerintah pusat telah menetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang menjadi acuan kualitas pelayanan dasar yang juga dilakukan oleh pemerintah daerah. Dan sesuai dengan GDFD - Grand Design Fiscal Decentralization (Kemen terian Keuangan, 2008) dan arah perubahan amandemen UU No. 33 Tahun 2004, alokasi DAK diharapkan terkait erat dengan penerapan dan dukungan pencapaian SPM yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan hasil kuesioner dan data realisasi DAK di setiap bidang dan wilayah, pencapaian SPM relatif bervariasi untuk bidang dengan dukungan DAK dan apabila terkait dengan kinerja penyerapan DAK. Misalnya untuk bidang pendidikan, penyerapan DAK cenderung rendah di wilayah sampel dengan persepsi pencapaian SPM yang tinggi. Pencapaian SPM juga dipersepsi kan mendukung pencapaian prioritas nasional dan sesuai dengan hasil kuesioner relatif merupakan tujuan DAK yang lebih valid dibandingkan dengan tujuan untuk pendanaan kegiatan khusus. Identifikasi Diskresi Pemerintah Daerah Pengelolaan DAK mencakup perencanaan, penetapan alokasi, penggunaan dan penyaluran serta pengawasan (evaluasi). Berdasarkan tujuan DAK, penetapan perencanaan sampai dengan penetapan alokasi ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Sementera itu, peran pemerintah daerah dimung kinkan untuk aspek penggunaan dan pengawasan dana transfer tersebut. Misalnya, pemerintah provinsi dilibatkan dalam proses monitoring dan evaluasi DAK tingkat kabupaten dan kota di provinsi tersebut. Diskresi pemerintah daerah yang lebih besar terkait dengan pengelolaan DAK dapat dilakukan dari aspek kebijakan: 1) perencanaan yang mencakup penentuan prioritas nasional dan bentuk kegiatan atau target dari DAK, 2) formula alokasi DAK dari kebijakan yang terkait dengan penetapan dana pendamping, penggunaan indikator teknis dengan penyediaan data juga didukung pemerintah daerah, sampai pada 3) mekanisme monitoring dan evaluasi xvi Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

17 yang melibatkan pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten dan kota untuk penekanan bahwa mekanisme evaluasi DAK dapat dilakukan secara internal dan reguler. Rekomendasi 1. Prioritas DAK untuk Pencapaian SPM Sektor Pelayanan Dasar Evaluasi prioritas nasional dilakukan terutama untuk bidang dengan SPM yang relatif terkait serta standar dalam penetapan SPM agar SPM lebih bersi fat output dibandingkan dengan input-based. Hal ini dapat dilakukan melalui review baik yang dilakukan berdasarkan feedback dari forum Musrenbang atau melalui koordinasi di tingkat pemerintah pusat. Kebijakan untuk pencapaian SPM sebaiknya diarahkan untuk bidang pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib daerah saja, terutama bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. 2. Simplifikasi Informasi dan Tahap Penetapan Petunjuk Teknis Di bidang pelayanan dasar, terutama bidang pendidikan, petunjuk teknis perlu lebih fleksibel untuk memberikan diskresi bagi daerah dalam penggunaan DAK untuk percepatan pencapaian prioritas nasional dan SPM. Petunjuk teknis sudah diterbitkan sebelum penentuan alokasi DAK. Penerbitan petunjuk teknis dijadikan acuan untuk menentukan alokasi DAK yang juga disesuaikan dengan perencanaan kewilayahan. Petunjuk teknis juga perlu bersifat umum, hanya menetapkan kriterita penggunaan dana yang dapat mengacu pada output seperti SPM, dan tidak menetapkan aspek lainnya terutama yang terkait dengan pengelolaan anggaran. Tim koordinasi di tingkat pusat, misalnya melalui DPOD, sebaiknya dioptimalkan sebagai clearing-house untuk menyamakan hal-hal yang tidak perlu diatur dalam petunjuk teknis, dan juga simplifikasi detail teknis untuk bidang dan atau kegiatan tertentu. Ringkasan Eksekutif xvii

18 3. Penerapan Medium Term Framework (MTF) untuk Pagu dan Penggunaan DAK Estimasi alokasi DAK untuk jangka menengah (forward estimate) sebaiknya disusun oleh Kementerian Keuangan dan Bappenas untuk memudahkan perencanaan daerah dan antisipasi ketika pemerintah daerah tidak lagi mendapatkan DAK untuk bidang-bidang tertentu yang phase-out terutama yang sudah mencapai SPM. Dalam hal ini, petunjuk teknis juga perlu berlaku untuk periode lebih dari 1 tahun. Penerapan MTF ini tentunya dilakukan dengan kondisi terdapat perbaikan formula DAK, seperti juga rekomendasi dari studi-studi terdahulu (Shah dkk 2012, ADB 2011, DJPK & GIZ 2013). Salah satu rekomendasi dari studi-studi tersebut adalah aplikasi kriteria umum, teknis, dan khusus agar disederhanakan jika memang setiap bidang memiliki karakteristik untuk fokus di salah satu kri teria (misalnya antara kriteria teknis dan kriteria khusus). Dan untuk daerah-daerah penerima DAK yang memiliki kapasitas fiskal di bawah rata-rata untuk bidang-bidang pelayanan dasar tertentu, tidak dipersyaratkan adanya dana pendamping. 4. Simplifikasi Prosedur Penyaluran dan Monitoring Evaluasi Kegiatan DAK Tahap penyaluran dapat dilakukan dalam termin yang lebih fleksible, apakah bersifat lumpsum (satu kali penyaluran) atau bersifat rutin per bulan agar dapat menyesuaikan dengan variasi implementasi kegiatan di setiap bidang. Monitoring dan evaluasi cukup minimal untuk aspek keuangan (karena sudah tercakup dalam pertanggungjawaban APBD). Hal yang dapat diujicoba adalah evaluasi teknis untuk kesesuaian pencapaian target atau pelaksanaan kegiatan, dengan perencanaan, melalui pelibatan pemerintah provinsi. Penetapan pagu DAK di setiap bidang atau DAK yang diterima pemerintah daerah dimungkinkan juga untuk didasarkan pada evaluasi kinerja setiap bidang dan atau pemerintah daerah. xviii Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

19 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu bentuk dan tujuan dari desentralisasi pengeluaran yang perlu dihindari, adalah ketika pengalihan fungsi bertujuan semata untuk meng alihkan beban pengeluaran pemerintah dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Oleh karenanya, terdapat mekanis me transfer untuk setidaknya pemerintah pusat tetap dapat mendukung pengeluaran atau fungsi yang dilakukan oleh pemerintah daerah sepanjang hal tersebut adalah bagian dari strategi perencanaan atau menjadi prioritas pembangunan pemerintah pusat. DAK (Dana Alokasi Khusus) merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang erat kaitannya dengan strategi pembangunan pemerintah yang terkait dengan pelayanan kepada masyarakat, diharapkan tidak saja menjadi prioritas pembangunan pemerintah pusat tetapi tetapi juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Hal ini mengingat dari ketentuan mengenai kegiatan yang dapat didanai dari DAK adalah bentuk kegiatan yang merupakan urusan pemerintah daerah. Berdasarkan beberapa studi, konsep mengenai tujuan DAK untuk pemenuhan prioritas nasional juga diinterpretasikan pemerintah daerah untuk mengakomodasi tujuan pembangunan di daerah (TADF, 2009). Perbedaan 1

20 konsepsi di tingkat pemerintah daerah ini, ditengarai karena skema DAK saat ini yang relatif masih dianggap inefisien. Dalam hal ini, inefisiensi ditengarai muncul karena kurangnya diskresi yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam pengggunaan DAK dari ketentuan dan administrasi yang relatif rigid (Bappenas, 2009; Bappenas dan GIZ, 2011), serta dari penetapan alokasi DAK itu sendiri (Shah dkk, 2012). Inefisiensi yang terjadi dalam pengelolaan DAK kemungkinan bersumber dari kerangka kebijakan yang bersifat top-down. Sementara itu disisi lain, DAK dihadapkan pada berbagai hambatan dalam pelaksanaannya di lapangan. Salah satu pandangan munculnya berbagai permasalahan tersebut adalah karena kurang diperhatikannya aspirasi dan diskresi daerah (bottom-up) dari aspek pengelolaan DAK Permasalahan Studi ini menganalisa kemungkinan diberlakukannya pendekatan bottom-up dari mekanisme atau skema DAK untuk meminimalkan inefisiensi yang terjadi dari implementasi DAK saat ini. Namun demikian sejauh mana diskresi pemerin tah daerah dapat diprediksi untuk memperbaiki inefisiensi yang ada masih menjadi pertanyaan. 1 Dalam perkembangannya, pemerintah pusat terutama untuk pelayanan dasar telah menetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang menjadi acuan kualitas pelayanan dasar yang juga dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, sesuai dengan GDFD - Grand Design Fiscal Decentralization (Kementerian Keuangan, 2008), skema DAK terkait erat dengan penerapan dan dukungan pencapaian SPM yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Bentuk DAK untuk bidang pelayanan dasar yang relatif memiliki standar SPM dan telah diacu oleh pemerintah daerah kemungkinan berpotensi mengakomodasi lebih besar diskresi pemerintah daerah dalam pengelolaannya untuk meningkatkan efektifitas alokasi DAK. 1 Konsep inisiatif daerah yang cukup tinggi, misalnya, dapat menciptakan moral hazard dari pe me rintah daerah dengan memindahkan urusan yang selama ini rutin dianggarkan sendiri oleh pemerintah daerah menjadi kegiatan yang didanai oleh transfer dari pemerintah pusat, melalui DAK. Hal ini lebih mudah terjadi apabila perencanaan daerah juga relatif tidak mencerminkan target pencapaian program pembangunan yang terukur. 2 Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

21 Untuk itu, beberapa pertanyaan mendasar dari masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana interaksi antara inisiatif pemerintah pusat dan inisiatif pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK (perencanaan, penetapan alokasi, penggunaan dan evaluasi)? 2. Apakah terdapat permasalahan inefisiensi dalam pengelolaan DAK yang ada saat ini untuk fungsi pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan dan infrastruktur)? 3. Apakah terdapat kesesuaian persepsi pengelolaan dan arah kebijakan DAK untuk pencapaian prioritas nasional terutama yang terkait dengan pencapaian SPM? 1.3. Metode Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah desk study, Focus Group Discussion (FGD), in-depth interview dan penyebaran kuesioner. Desk study dari studi dan kajian terdahulu mengenai DAK adalah untuk mengidentifikasi permasalahan utama dari skema DAK saat ini, serta pengumpulan dan identifikasi regulasi dan data sekunder untuk mendukung dan memberikan deskripsi mengenai setiap isu terkait. Metode Penelitian yang digunakan dapat dijelaskan sbb: 1. FGD (Focus Group Dicussion) dan kuesioner pada 10 pemerintah daerah dan 8 instansi pusat/kementerian teknis terkait. 2. Kuesioner terhadap 40 pemerintah daerah sampel lainnya untuk pen dalaman masing-masing bidang DAK. 3. In-depth interview terhadap instansi pusat (Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup). 4. Pengolahan data sekunder untuk deskripsi dan/atau estimasi model empirik yang relevan untuk mengkaji kesesuaian alokasi dengan kebutuhan daerah. FGD dan penyebaran kuesioner dilakukan melalui kunjungan ke lapangan untuk memperoleh persepsi pemerintah daerah dan kementerian teknis me- Pendahuluan 3

22 ngenai konsep dan kebijakan pelaksanaan DAK selama ini maupun untuk strategi ke depan. Lokasi kunjungan lapangan dan pemilihan daerah sampel didasarkan pada data tahun 2010 untuk menentukan: 1) wilayah dengan karakteristik per kapita alokasi DAK yang relatif besar atau yang relatif kecil, 2) wilayah de ngan porsi DAK untuk fungsi pelayanan dasar yang relatif besar atau yang relatif kecil. 2 Berdasarkan indikator pemilihan pemerintah daerah tersebut, berikut adalah daerah lokasi survai dan pemerintah kabupaten/kota yang berpartisipasi dalam FGD dan penyebaran kuesioner di lima wilayah provinsi, yaitu: 1. Nusa Tenggara Barat (Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat). 2. Bangka Belitung (Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur). 3. Gorontalo (Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo). 4. Kalimantan Barat (Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak). 5. Jawa Timur (Kabupaten Malang dan Kota Batu). Selain kegiatan FGD, penyebaran kuesioner juga dilakukan untuk pemerintah daerah lainnya terutama untuk mendalami masing-masing bidang DAK yang ada sekarang. Pemilihan wilayah FGD dilakukan dengan pendekatan purposive sampling, maka untuk penyebaran kuesioner, pemilihan daerah ka bupaten dan kota dilakukan melalui random sampling, dengan daftar daerah dapat dilihat di Lampiran 1 dan kuesioner yang digunakan dapat dilihat di Lampiran 2. Sementara itu, institusi dan kementerian teknis di tingkat pemerintah pusat yang menjadi target FGD dan penyebaran kuesioner, adalah sebagai berikut: 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Kementerian Kesehatan. 3. Kementerian PU. 4. Kementerian Lingkungan Hidup. 5. Kementerian Kelautan. 6. Bappenas. 2 Lihat Lampiran 1 4 Pengelolaan DAK: Kondisi dan Strategi ke Depan

23 7. Kementerian Keuangan. 8. Kementerian Dalam Negeri. Pemilihan kementerian teknis didasarkan pada jenis DAK dari kementerian teknis yang relatif besar ataupun yang cenderung rendah dibandingkan de ngan rata-rata alokasi untuk setiap bidang DAK secara umum. Selain FGD, in-depth interview dilakukan dengan kementerian yang terkait dengan pengelolaan DAK, dengan sampel kementerian-kementerian yang menentukan kebijakan umum alokasi DAK yaitu Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri dan kementerian yang menentukan penggunaan DAK sesuai dengan bidang yang mendapat alokasi DAK. Terdapat Kementerian yang mewa kili bidang yang mendapatkan alokasi DAK terbesar dan bidang yang memperoleh alokasi DAK terkecil yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebijakan dan perkembangan regulasi untuk perbaikan pengelolaan DAK ke depan Ruang Lingkup Penelitian Studi ini difokuskan pada masalah interaksi antara inisiatif pemerintah pusat dan inisiatif pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK terutama dalam tahapan perencanaan, penetapan alokasi, penggunaan dan evaluasi. Dalam instrumen kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan identifikasi diskresi pemerintah daerah dalam pengelolaan DAK, dieksplorasi mengenai konteks penggunaan dan administrasi penyaluran alokasi DAK. Dalam hal analisis mengenai efisiensi dari pengelolaan DAK, kajian ini tidak akan fokus pada skema penetapan alokasi atau formula DAK, mengingat berbagai studi terdahulu sudah banyak membahas mengenai reformulasi for mula DAK (ADB 2011, Shah dkk 2012, DJPK dan GIZ 2013). Dari berbagai studi tersebut, studi ini lebih pada identifikasi mengenai perspektif pemerintah daerah dan juga instansi di pemerintah pusat untuk arah kebijakan tujuan DAK yang dapat berimplikasi pada perbedaan atau perubahan formula alokasi DAK. Analisa efisiensi dalam studi dibatasi pada kajian mengenai sejauh mana alokasi DAK dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan yang telah ditetap- Pendahuluan 5

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 Disampaikan pada: Rapat Konsolidasi DAK Bidang Dikmen TA 2014 Nusa Dua, 28 November 2013 AGENDA PAPARAN 1. Postur Dana Transfer

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi

Lebih terperinci

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus)

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) 1 ii Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) RINGKASAN EKSEKUTIF 1. SILPA daerah yang besar merupakan indikasi

Lebih terperinci

DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH A. Latar Belakang Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 DIREKTORAT Company JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN LOGO KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2014 POKOK -POKOK KEBIJAKAN DAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017 K E M E N T E R I A N R E P U B L I K K E U A N G A N I N D O N E S I A KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, 10-21

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010

KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010 KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010 Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bogor, 13 Oktober 2009 Dasar Hukum UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jatuhnya Rezim Suharto telah membawa dampak yang sangat besar bagi pemerintahan di Indonesia termasuk hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Pemberlakuan

Lebih terperinci

Perhitungan Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota untuk Memenuhi Jumlah Minimum Alokasi Dana Desa

Perhitungan Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota untuk Memenuhi Jumlah Minimum Alokasi Dana Desa Catatan Kebijakan Februari 2017 Perhitungan Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota untuk Memenuhi Jumlah Minimum Alokasi Dana Desa Latar Belakang Pasal 72 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa)

Lebih terperinci

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Press Briefing Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) Jakarta, 13 April 2017 1 MENGAPA PERLU? DITETAPKAN PMK 50/PMK.07/2017 Adanya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD TAHUN ANGGARAN 2013 1 L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH Oleh: DR. MOCH ARDIAN N. Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH 2018 1 2 KEBIJAKAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 Disampaikan Oleh : Sekretaris Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

SERIAL MODUL PELATIHAN SISTEM PEMANTAUAN DAN EVALUASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

SERIAL MODUL PELATIHAN SISTEM PEMANTAUAN DAN EVALUASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan DJPK Kementerian

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016 Jakarta, 10 Februari 2016 ARAH KEBIJAKAN DAK TA 2016 1. Mendukung implementasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK.07/2003 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2004 Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon No.1289, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU dan Tambahan DAK Fisik. APBNP TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 /PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per No.478, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Desa. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.07/2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN,

Lebih terperinci

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 diarahkan untuk:

Lebih terperinci

2011, No.70 2 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 4. Peraturan Menteri Ke

2011, No.70 2 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 4. Peraturan Menteri Ke BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.70, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Penyesuaian Infrastruktur. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan KATA PENGANTAR

Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas mata kuliah Pembiayaan Pembangunan yang berjudul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 Disampaikan Oleh : Direktorat Dana Perimbangan Direktorat Jenderal Perimbangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tonggak perubahan yang bergerak sejak tahun 1998 dengan pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan dalam aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu proses yang memerlukan transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu

Lebih terperinci

Perbaikan Juknis DAK Tahun 2013 Dan Rencana Kebijakan DAK Bidang Dikmen Tahun 2014

Perbaikan Juknis DAK Tahun 2013 Dan Rencana Kebijakan DAK Bidang Dikmen Tahun 2014 Perbaikan Juknis DAK Tahun 2013 Dan Rencana Kebijakan DAK Bidang Dikmen Tahun 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 2013 DAFTAR ISI 1 Perbaikan Juknis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA PENYESUAIAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA PENYESUAIAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA PENYESUAIAN INFRASTRUKTUR DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I 1 KATA PENGANTAR Kualitas belanja yang baik merupakan kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam pengelolaan APBD. Untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh penyerapan

Lebih terperinci

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub No.1884, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Desa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.07/2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DANA DESA SETIAP KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN 1 O U T L I N E 1 2 3 4 DASAR HUKUM, FILOSOFI DAN TUJUAN

Lebih terperinci

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 1 COVER DEPAN Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 3 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Selayang Pandang DJPK 4 Buku Profil DJPK NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN Integritas Berpikir,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2017, No Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

2017, No Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor No.1963, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. RKA-K/L. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.02/2017 TENTANG PENGUKURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26,

Lebih terperinci

BUKU SAKU: RAPAT KOORDINASI SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA KEGIATAN PER BIDANG DAK FISIK TINGKAT PROVINSI

BUKU SAKU: RAPAT KOORDINASI SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA KEGIATAN PER BIDANG DAK FISIK TINGKAT PROVINSI BUKU SAKU: RAPAT KOORDINASI SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA KEGIATAN PER BIDANG DAK FISIK TINGKAT PROVINSI Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak, wewenang, dan kewajiban daerah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 of 41 1/31/2013 12:38 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahu

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahu No.477, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Desa. Transfer. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PMK.07/2016 TENTANG PENGELOLAAN TRANSFER KE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004, memberikan wewenang seluasnya kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA klikkabar.com I. PENDAHULUAN Dialokasikannya Dana Desa sejak tahun 2015 merupakan pelaksanaan amanat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1278, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Daerah. Pengalokasian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.07/2013 TENTANG PENGALOKASIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemakmuran masyarakat dapat diukur dari pertumbuhan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengertian yang disampaikan oleh Sadono Sukirno. Menurutnya, pertumbuhan

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI UMUM DAN TAMBAHAN DANA ALOKASI KHUSUS FISH( PADA ANGGARAN

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1.4 SISTEMATIKA BAB II TINJAUAN PELAKSANAAN REKOMENDASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014 KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014 DR. Wirabrata, S.Si, M.Kes, MM, Apt Kepala Bagian Perencanaan Strategis, Kebijakan, dan Program Biro Perencanaan dan Anggaran DISAMPAIKAN PADA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK 63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2005 Menimbang : a.

Lebih terperinci

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Dgchuank.blogspot.com I. PENDAHULUAN Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang proporsional, demokratis, adil,

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Kebijakan dan Tantangan Tahun 2017 & Arah Kebijakan Tahun 2018 DISAMPAIKAN DIREKTUR DANA PERIMBANGAN DITJEN PERIMBANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kewenangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PENYALURAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TAHUN 2016

EVALUASI KEBIJAKAN PENYALURAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TAHUN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN PENYALURAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TAHUN 2016 Kabupaten Banjar, 22 November 2016 Bentuk Transfer APBN Tunai/RKUD dan Non Tunai/SBN APBD 2 Syarat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Menurut Halim (2007:232) kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimban g : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci