APLIKASI PUPUK CAIR HASIL FERMENTASI KOTORAN PADAT. KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI PUPUK CAIR HASIL FERMENTASI KOTORAN PADAT. KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica"

Transkripsi

1 APLIKASI PUPUK CAIR HASIL FERMENTASI KOTORAN PADAT KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica juncea ) SEBAGAI PENGEMBANGAN MATERI MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Disusun Oleh : AGUS SUPARDI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Lingga dan Marsono, 2000). Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik. Semakin kerasnya tanah dapat mengakibatkan : 1. Tanaman semakin sulit menyerap unsur hara. 2. Penggunaan konsentrasi pupuk lebih tinggi untuk mendapat hasil sama dengan hasil panen sebelumnya. 3. Proses penyebaran perakaran dan aerasi (pernafasan) akar terganggu berakibat akar tidak dapat berfungsi optimal dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan produksi tanaman tersebut (Notohadiprawiro, 2006). 1

3 2 Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pupuk kimia di Indonesia adalah adanya indikasi proses pemiskinan atau pengurangan kandungan 10 jenis unsur hara meliputi sebagian unsur hara makro yaitu N, P dan K (3 unsur) serta unsur hara mikro yaitu Fe, Na, Mo, Cu, Mg, S dan Ca (7 unsur). Seperti diketahui saat ini dari sekian banyak unsure yang ada di alam, semua jenis tanaman membutuhkan mutlak (harus tersedia/tidak boleh tidak) 13 macam unsur hara untuk keperluan proses pertumbuhan dan perkembangannya, sering dikenal dengan nama unsur hara essensial (Hardjowigeno, 1997). Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Salah satu solusi dari pengurangan pupuk kimia adalah melakukan pembudidayaan tanaman dengan sistem pertanian organik. Pada sistem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup tertutup (Budianta, 2004). Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kandang. Menurut Syekhfani (2000) bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Menurut Setiawan (2002) pengaruh pemberian pupuk kandang secara tidak langsung memudahkan tanah untuk menyerap air. 2

4 3 Kotoran padat kambing merupakan salah satu jenis kotoran hewan yang pemanfaatanya belum begitu maksimal. Masyarakat biasanya langsung menggunakan kotoran padat kambing sebagai pupuk untuk tanaman tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, sehingga tanaman yang dipupuk dengan kotoran padat kambing tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena kotoran padat kambing memiliki tekstur yang cukup keras dan lama diuraikan oleh tanah, selain itu pupuk padat kotoran kambing juga tidak dapat digunakan langsung karena dapat menimbulkan polusi tanah. Salah satu alternatif pengolahan kotoran padat kambing adalah dengan dibuat sebagai pupuk cair. Sampai saat ini belum begitu banyak pemanfaatan kotoran padat untuk diolah menjadi pupuk cair, padahal dengan diolah menjadi pupuk cair kotoran padat tersebut akan dapat disimpan dalam waktu yang lama dan lebih efesien. Selain itu dengan diolah menjadi pupuk cair akan mengurangi keluarnya unsur hara dari kotoran padat hewan sehingga masih mengandung unsur hara yang tinggi bila dimanfaatkan sebagai pupuk. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lahan pertanian. Dengan adanya lahan pertanian yang melimpah ini maka banyak rakyat Indonesia yang memilih mencari penghasilan dengan jalan bercocok tanam, disamping karena keberadaan lahan pertanian yang luas juga karena dengan bercocok tanam merupakan salah satu cara untuk memperoleh penghasilan dengan waktu yang cukup pendek. Tanaman sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat berpotensi sebagai 3

5 4 penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai gizinya tinggi. Tanaman sawi kaya akan sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam sampai kini menjadi masalah di kalangan anak balita (Margiyanto, 2007). Pertumbuhan tanaman sawi dipengaruhi oleh jenis pupuk yang digunakan, petani biasa menggunakan pupuk cair kimia untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal dan cepat, tetapi efek dari penggunaan pupuk kimia ini adalah pada kesehatan sehingga diperlukan pupuk yang sesuai dan tidak memiliki efek bagi kesehatan, salah satu alternatif tersebut adalah dengan menggunakan pupuk organik. Penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman sawi cukup banyak dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Kelik Wijaya (2010), yang meneliti konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk organik cair hasil perombakan anaerob limbah makanan terhadap pertumbuhan tanaman sawi yang menghasilkan bahwa penambahan pupuk organik cair tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman dan jumlah daun. Dalam penelitian Yoga Maulana (2010), bahwa interaksi antar pemberian pupuk N dan pupuk organik berpengaruh terhadap serapan tanaman sawi menunjukkan adanya perbedaan diantara kedua pupuk tersebut. Diera yang semakin maju dan dituntut untuk memiliki kompetensi yang mumpuni seorang calon pendidik diharapkan dapat memiliki kualifikasi 4

6 5 sebagai seorang pendidik juga dituntut untuk mampu mengembangan materi ajar sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga nantinya dapat memberikan inovasi dalam pembelajaran. Selain itu sebagai calon pendidik juga harus mampu mengaplikasikan apa yang diperolehnya dari perkuliahan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu pengembangan materi ajar sangat diperlukan untuk memberikan bekal kepada calon pendidik. Dari uraian permasalahan diatas maka peneliti mengajukan judul Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) sebagai Pengembangan Materi Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan berbagai masalah yang ada harus dibuat pembatasan masalah supaya permasalahan yang akan dibahas tidak melebar. Oleh karena itu, peneliti membahas masalah sebagai berikut : 1. Obyek penelitian adalah tanaman sawi (Brassica juncea). 2. Subjek penelitian adalah pupuk cair hasil fermentasi secara semi aerob kotoran padat kambing tanpa ditambah bahan lain (kontrol), ditambah limbah buah dan daun mimba dengan konsentrasi pemberian 20%, 30% dan 40%. 3. Parameter dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman sawi meliputi ; tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan biomassa. 5

7 6 C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing dengan penambahan limbah buah dan daun mimba terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea)? 2. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea).? 3. Bagaimanakah pengaruh interaksi antara konsentrasi dan pemberian limbah buah dan daun mimba terhadap pertumbuhan tanaman sawi.? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing dengan penambahan limbah buah dan daun mimba terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.). 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi pemberian yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.). 3. Mengetahui pengaruh interaksi antara pupuk cair dengan penambahan limbah buah dan daun mimba dengan konsentrasi pemberian yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman sawi. 6

8 7 E. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat diantaranya: 1. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa pupuk kotoran padat kambing dapat diolah menjadi pupuk cair dengan cara difermentasi. 2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat tentang budidaya tanaman sawi dengan menggunakan pupuk cair hasil fermentasi dari kotoran padat kambing. 3. Dapat menembah wawasan tentang pemanfaatan kotoran padat hewan khususnya kotoran padat kambing. 4. Sebagai pengembangan mata kuliah fisiologi tumbuhan khususnya kemampuan praktikum. 7

9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pupuk Cair Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang diperlukan bagi tanaman. Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada tanaman guna menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun anorganik. Pemberian pupuk perlu memperhatikan kebutuhan tumbuhan, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan atau terlalu sedikit karena dapat membahayakan tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Sejak zaman purba sampai saat ini pupuk organik diketahui banyak dimanfaatkan sebagai pupuk dalam sistem usahatani (Sutejo, 2002). Menurut Sutiyoso (2003) pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk cairan, dibuat dengan cara melarutkan kotoran ternak, daun jenis kacangkacang dan rumput jenis tertentu ke dalam air. Menurut Purwowidodo (1992) bahwa pupuk organik cair mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses metabolism tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel. 8

10 9 Menurut Salisbury & Ross (1995) bahwa pupuk organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair mempunyai banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering. Pupuk organik cair apabila dicampur dengan pupuk organik padat, dapat mengaktifkan unsur hara dalam pupuk organic padat (Syefani dan Lilia, 2003). 2. Fermentasi Fermentasi berasal dari bahasa latin, ferfece yang artinya mendidihkan, yaitu berdasarkan ilmu kimia terbentuk gas-gas dari suatu cairan kimia yang pengertianya berbeda dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebut diantaranya karbondioksida (CO2). Fermentasi terbagi dua tipe berdasarkan kebutuhan akan oksigen yaitu tipe aerobic dan anaerobik. Tipe aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan oksigen. Semua organisme untuk hidupnya memerlukan sumber energy yang diperoleh dari hasil metabolism bahan pangan, dimana organisme itu 9

11 10 berada. Sedangkan tipe anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya tidak memerlukan oksigen. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna energi tanpa adanya oksigen. Jadi hanya sebagian bahan energi itu dipecah, yang dihasilakan adalah sebagian dari energy, karbondioksida dan air, termasuk sejumlah asam laktat, asam asetat, etanol, asan volatile, alcohol dan ester (Anonim 2010) Menurut Supardi (1999), proses fermentasi yang melibatkan kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya terbagi kedalam dua bentuk : a. Fermentasi alkoholis, kalau hasilnya didapatkan alcohol, misalnya pada pembuatan ber, anggur, tuak, brem, sider dan sebagainya. b. Fermentasi non alkoholis, kalau hasilnya tidak didapatkan senyawa alcohol, tetapi terbentuk asam organic, vitamin, asam amino dan sebagainya. Menurut Gumbiro (1997), hasil fermentasi dipengaruhi oleh teknologi yang dipakai. Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium. Misalnya untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan S. cerevisie dan kadang-kadang digunakan untuk bahan-bahan laktosa dari whey (air yang digunakan setelah susu dibuat keju) menggunakan candida pseudotropicalis. Seleksi tersebut bertujuan agar didapatkan mikroorganisme yang mampu dibutuhkan dengan cepat dan mempunyai 10

12 11 toleransi terhadap konsentrasi gula yang tinggi mampu menghasilkn alkohol dalam jumlah banyak dan tahan terhadap alkohol tersebut. Menurut Riadi (2007), fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksterna. 3. Kotoran Padat Kambing Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pupuk kandang mempunyai beberapa manfaat dari penggunaannya pada tanaman. Pupuk kandang dapat menyediakan unsur hara makro (N, P, K) dan Mikro ( Ca, Mg, S, Na, Fe, Cu, Mo ). Daya ikat ionnya tinggi sehingga akan mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik dengan meminimalkan kehilangan pupuk anorganik akibat penguapan atau tercuci oleh hujan. Selain itu, penggunaan pupuk kandang dapat mendukung pertumbuhan tanaman karena struktur tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat diperbaiki. Menurut Sarief (1995) Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak dan urine serta sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan dan umumnya berasal dari ternak sapi, ayam, kerbau, kuda babi dan kambing. 11

13 12 4. Pertumbuhan Menurut Suwasono (2001), pertumbuhan adalah suatu perubahan yang terjadi pada suatu dimensi tertentu dan juga dapat dinyatakan secara abstrak hidup atau ada. Pertumbuhan juga dapat dimaksudkan sebagai perubahan searah dalam ukuran, bentuk dan jumlah. Menurut Lakitan (1996), bahwa pertumbuhan merupakan proses kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman. Pada tanaman, pengertian perkembangbiakan atau tingkat struktur kehidupan. Pertumbuhan yang sebenarnya adalah konsep yang universal dalam bidang biologi dan merupakan resultan fisisk dan proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama factor luar. Menurut Yulianti (2009) Pertumbuhan (Growth) adalah dapat diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikkan (Irreversible). Bertambah besar ataupun bertambah berat tanaman atau bagian tanaman akibat adanya penambahan unsur-unsur struktural yang baru. Peningkatan ukuran tanaman yang tidak akan kembali sebagai akibat pembelahan dan pembesaran sel. Misalnya, dalam ukuran sel, jaringan, organ perkembangan (Development) diartikan sebagai : Proses perubahan secara kualitatif atau mengikuti pertumbuhan tanaman/bagian-bagiannya.proses hidup yang terjadi di dalam tanaman yang meliputi pertumbuhan, diferensiasi sel, dan morfogenesis. Misalnya, perubahan dari fase vegetatif ke generatif. 12

14 13 Pertumbuhan merupakan proses yang sangat terkoordinir. Pertumbuhan suatu bagian biasanya dapat menggambarkan pertumbuhan pada bagian tanaman yang lain. Pengukuran pertumbuhan harus menggambarkan adanya penambahan yang tidak dapat balik misalnya pengukuran pertambahan panjang batang dan panjang daun (Anggarwulan dan Solichatun, 2001). 5. Tanaman Sawi Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang, atau di sawah. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan drainase baik dengan derajat keasaman (ph) 6-7 (Anonim, 2005). Menurut Haryanto (2003), klasifikasi dari tanaman sawi adalah sebagai berikut : Divisi Subdivisi Class Ordo : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Rhoeadales (Brassicales) 13

15 14 Famili Genus Spesies : crucifera (Brasscaceae) : brassica : Brassica juncea Menurut Rahayu (2003) secara umum tanaman sawi mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani di Indonesia mengenal tiga macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan sawi huma. Menurut Rukmana (1994), tanaman sawi memiliki ciri-ciri morfologi system perakaran tanaman memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang, akar yang bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah pada kedalaman cm. batang sawi pendek dan beruasruas berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. B. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah pemanfaatan kotoran padat kambing sebagai pupuk cair yaitu dengan cara difermentasi secara semi aerob untuk mempercepat pengomposan dan efisiensi penggunaan. Fermentasi kotoran padat kambing dilakukan dengan tiga taraf perlakuan yang berbeda yaitu tanpa ditambahkan bahan lain sebagai kontrol, ditambahkan limbah buah, ditambahkan daun mimba kemudian diujikan pada tanaman sawi dengan tiga konsetrasi yang berbeda-beda, masing-masing dilakukan dengan empat kali ulangan, sehingga menghasilkan 24 satuan percobaan. Adapun skemanya adalah sebagai berikut : 14

16 15 Permasalahan : 1. Kelangkaan pupuk anorganik dan kebutuhan semakin meningkat. 2. Kotoran padat kambing belum termanfaatkan secara maksimal. 3. Calon pendidik dituntut untut mampu mengembangankan materi ajar dan soft skill Fermentasi kotoran padat kambing sebagai pupuk cair dan pengembangan materi kuliah fisiologi tumbuhan. Kotoran Padat Kambing digiling dan dicampur dengan masing-masing campuran (perbandingan 1:3) Difermentasi secara aerob dalam drum/ember ± 7-8 hari Disaring 1. Tanpa ditambah bahan lain (sebagai control (C 0 ). 2. Ditambah Limbah Buah (C 1 ) 3. Ditambah daun mimba (C 2 ) Padat (Kompos Padat) Cair (Pupuk Cair) Konsentrasi 20% Konsentrasi 30% Konsentrasi 40% Tanaman Sawi Pengamatan dan analisis pengaruh yang terjadi 1. Pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun. 2. Biomassa tanaman Gambar 2.1 Skema kerangka pemikiran 15

17 16 C. Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing dengan perlakuan yang berbeda dan konsentrasi yang berbeda terhadap petumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.). H1 : Ada pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing dengan perlakuan yang berbeda dan konsentrasi yang berbeda terhadap petumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.). 16

18 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Greenhouse Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk fermentasi pupuk dan aplikasi pupuk cair hasil fermentasi terhadap tanaman sawi. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Juli B. Variabel penelitian 1. Variabel bebas (Independent Variabel) : Pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing secara semi aerob. 2. Variabel terikat (Dependent variable) : Pertumbuhan tanaman sawi (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan biomassa). 17

19 18 C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Pembuatan Pupuk Cair Alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair adalah ember plastik volume 10 liter, gilingan pupuk, kain penyaring, alat pengaduk, timbangan, plastik penutup, 2. Alat Penanaman Sawi Plastik polibag, cangkul, semprotan tanaman/sprayer, 3. Bahan Pembuatan Pupuk Cair Kotoran padat kambing sebanyak 24kg, air bersih secukupnya, limbah buah 2kg, daun mimba 2kg, EM Bahan Penanaman Sawi Tanah, arang sekam, pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing, air. D. Pelaksanaan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, tahaptahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tahap pertama : Pembuatan pupuk cair dari kotoran padat kambing a. Mempersiapkan ember plastik sebanyak 3 buah dengan volume 10 liter b. Menimbang kotoran padat kambing seberat 18kg kemudian digiling sampai lembut dan di ayak. c. Menyiapkan limbah buah sebanyak 2kg dan daun mimba sebanyak 2kg kemudian digiling sampai lembut. 18

20 19 d. Mencampur kotoran padat kambing dengan limbah buah dan daun mimba, masing-masing dengan perbandingan 1 : 3. e. Mencampur campuran diatas dengan air dengan perbandingan 1 : 1 untuk campuran kotoran kambing limbah buah dan perbandingan 1 : 2 untuk campuran kotoran kambing daun mimba f. Mengaduk kurang lebih selama menit dengan pengaduk kayu pada masing-masing campuran yang telah dimasukkan kedalam ember plastik. g. Mengukur ph dan suhu awal dari campuran yang telah dimasukkan dalm ember plastik. h. Campuran bahan yang telah dimasukan kedalam ember plastik di inkubasi selama 14 hari dengan diotutupi plastik berlubang i. Setelah 14 hari campuaran kotoran hewan tadi dipisahkan antara yang cair dengan yang padat dengan menggunakan kain saringan. j. Bagian yang padat digunakan untuk kompos padat dan yang cair digunakan sebagai pupuk cair. 2. Tahap kedua : Pembibitan tanaman sawi. a. Membeli benih sawi. b. Pembibitan. Pembibitan dilakukan menggunakan wadah pembibitan dengan ukuran yaitu lebar 20 cm dan panjangnya 30 cm, tinggi 10 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang 19

21 20 dengan perbandingan 1: 1: 1 kemudian didiamkan selama 1 minggu. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur pada media yang telah dipersiapkan, lalu ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu dilakukan penyiraman air dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh. Setelah berumur 2-3 minggu sejak disemaikan atau sampai berdaun 3-4 helai tanaman sawi siap dipindahkan kedalam polibag. 3. Tahap ketiga : Pelaksanaan Percobaan a. Menyiapkan pupuk cair hasil fermentasi yang telah diuji kandunganya dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 20%, 30%, dan 40%. b. Menyiapkan media tanam dalam plastic polibag ukuran 30 x 20 cm. media tanam yang digunakan terdiri dari campuran tanah, pupuk kompos dan pasir. c. Menyiapkan tanaman sawi yang berumur 2-3 minggu atau berdaun 4-5 helai sebanyak 30 buah yang telah disortir dan ditimbang berat awalnya. d. Menanam tanaman sawi dalam polibag. e. Melakukan pemeliharaan dengan cara disiram setiap pagi dan sore dengan air. f. Melakukan pemupukan dengan pupuk cair hasil fermentasi setiap satu minggu satu kali. g. Melakukan pengamatan setiap dua minggu satu kali sampai berumur 10 minggu. 20

22 21 Tabel 3.1 Pengamatan tinggi tanaman sawi (cm) Perlakuan C0K1 C0K2 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Total Minggu Tabel 3.2 Pengamatan jumlah daun tanaman sawi Perlakuan C0K1 C0K2 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Total Minggu Tabel 3.3 Pengamatan luas daun tanaman sawi Perlakuan C0K1 C0K2 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Total Minggu

23 22 Tabel 3.4 Pengamatan biomassa tanamans sawi (gram) Perlakuan C0K1 C0K2 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Ulangan Jumlah Rerata E. Rancangan Percobaan Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap Pola faktorial yaitu dengan dua faktor. Faktor I adalah Penambahan bahan lain dalam pembuatan pupuk cair. Faktor II adalah konsentrasi pemberian pupuk cair. Adapun taraf perlakuan adalah sebagai berikut : Faktor I : Pupuk Cair hasil fermentasi C0 : Kotoran kambing yang difermentasi tanpa ditambahkan bahan lain (sebagai control) C1 : Kotoran kambing yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah. C2 : Kotoran kambing yang difermentasi dengan ditambahkan limbah daun mimba. 22

24 23 Faktor II : Konsentrasi pemberian. K1 : Konsentrasi 20%. K2 : Konsentrasi 30%. K3 : Konsentrasi 40% Adapun kombinasi perlakuanya adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 kombinasi perlakuan pupuk cair dengan konsentrasi Perlakuan Pupuk Cair Konsentrasi C0 K1 K2 K3 C1 K1 K2 K3 C2 K1 K2 K3 Kombinasi C0K1 C0K2 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Keterangan kombinasi : C0K1 : Pupuk cair yang diofermentasi tanpa ditambahkan bahan lain dengan konsentrasi 20% sebagai control. C0K2 : Pupuk cair yang diofermentasi tanpa ditambahkan bahan lain dengan konsentrasi 30% sebagai control. C0K3 : Pupuk cair yang diofermentasi tanpa ditambahkan bahan lain dengan konsentrasi 40% sebagai control. C1K1 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah dengan konsentrasi pemberian 20% C1K2 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah dengan konsentrasi pemberian 30% 23

25 24 C1K3 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah dengan konsentrasi pemberian 40% C2K1 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan daun mimba dengan konsentrasi pemberian 20% C2K2 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan daun mimba dengan konsentrasi pemberian 30% C2K3 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan daun mimba dengan konsentrasi pemberian 40% Dari 6 perlakuan dan 3 kontrol diatas masing-masing diberi 4 ulangan penelitian ini menggunakan 24 satuan percobaan dengan 3 kontrol. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Eksperimen yaitu melakukan eksperimen dengan membuat pupuk cair dari kotoran padat hewan kemudian melakukan pengujian kandungan haranya setelah itu diujicobakan terhadap tanaman sawi dan mengamati pengaruh yang ditimbulkan dari hal tersebut. 2. Observasi Yaitu melakukan observasi terhadap bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian seperti kotoran padat kambing, limbah buah, daun mimba, dan bahan lainya. 24

26 25 3. Dokumentasi Yaitu metode pengamatan dengan cara mendokumentasikan penelitian dari awal sampai akhir dengan foto atau kamera digital. 4. Telaah Kepustakaan Yaitu mengkaji literature-literatur, penelitian-penelitian yang sebelumnya yang relevan dengan penelitian dan jurnal-jurnal yang relevan. G. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varian (Anava) dua jalur dengan taraf nyata 0,05 untuk menentukan perbedaan masing-masing perlakuan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah kuadrat a. Menghitung faktor korelasi (FK) FK = n T 2 b. Menghitung jumlah kuadrat total (JK T ) JK T = T 2 FK c. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JK P ) JKp = AB r 2 FK d. Menghitung jumlah kuadrat variabel A (JK A ) JK A = r. A 2 A FK 25

27 26 e. Menghitung jumlah kuadrat variabel (JK B ) JK B = B r. B 2 FK f. Menghitung jumlah kuadrat interaksi variabel (JK AB ) JK AB = JK P JK A JK B g. Menghitung jumlah kuadrat galat (JK G ) JK G = JK P JK A JK B JK AB 2. Menghitung jumlah derajad bebas (db) a. Menghitung db P (Perlakuan) db P = A.B 1 b. Menghitung db A (Dosis) db A = A 1 c. Menghitung db B (Waktu) db B = B 1 d. Menghitung db T (Total) db T = N 1 e. Menghitung db AB (Interaksi) db AB = db A x db B f. Menghitung db G (Galat) db G = db T db A db B db AB 3. Menghitung kuadrat tengah (KT) a. Menghitung kuadrat tengah perlakuan (KT P ) KT P = JK db P P 26

28 27 b. Menghitung kuadrat tengah variabel A (KT A ) Dosis KT A = JK db A A c. Menghitung kuadrat tengah variabel B (KT B ) Waktu KT B = JK db B B d. Menghitung kuadrat intraksi variabel A dan B (KT AB ) KT AB = JK db AB AB e. Menghitung kuadrat tengah galat (KT G ) KT G = JK db G G 4. Menghitung F hitung a. Menghitung F hitung variabel perlakuan F hit P F hit P = KT KT P G b. Menghitung F hitung variabel perlakuan F hit A F hit A = KT KT A G c. Menghitung F hitung variabel perlakuan F hit B F hit B = KT KT B G d. Menghitung F hitung variabel perlakuan F hit AB F hit AB = KT KT AB G 27

29 28 Untuk selanjutnya dari masing masing harga F hitung diperoleh, dikonsultasikan dengan harga F pada tabel sehingga besaran bebas F adalah (k 1) (n k) dan pada taraf nyata = 0,05. Bila F hitung ternyata lebih besar dari F tabel maka hasilnya signifikan atau ada pengaruh, jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka hasilnya tidak signifikan atau tidak ada pengaruh. Jika ada pengaruh atau signifikan maka dilanjutkan dengan anlisis lanjut. Menurut Hanafiah (1994), ada dasar dalam menentukan uji lanjut. a. Jika KK (Koefisien Keragaman) 10 >20%, uji lanjut yang digunakan sebaiknya uji Duncan s (DMRT). b. Jika KK (Koefisien Keragaman) 5 10%, uji lanjut yang digunakan sebaiknya Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). c. Jika KK (Koefisien Keragaman) < 5% uji lanjut yang digunakan sebaiknya Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Setelah dilakukan uji anava dua jalur menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut untuk melihatkan perlakuan masingmasing yang berbeda. 28

30 29 Tabel 3.6 Analisis sidik ragam S K D B J K K T F H A (a-1) JK A JK A/(a-1)=A A/G B (b-1) JK B JK B/(b-1)=B B/G AB (a-1)(b-1) JK AB JKAB/(a-1)(b-1)=AB AB/G Galat ab(u-1) JK G JK G/kp(u-1)=G Total (abu 1) JK T F Tabel Untuk menguji atau membedakan antar perlakuan sehingga dapat diketahui dari perlakuan mana yang paling berpengaruh dugunakan uji Ducan s Multiple range Test dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menyusun rata-rata data perlakuan menurut rangkingnya. b. Menghitung Standar error (Sx) = c. Mencari P pada table Ducan s Dicari pada tabel Duncan taraf signifikansi 5% d. Menentukan Beda Jarak Nyata Duncan s (BNJD) SSD = R(P : u : dp : d) SY e. Membandingkan setiap perbedaan rata-rata perlakuan dengan BNJDnya masing-masing. 29

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL tanaman sawi Perlakuan Aplikasi Pupuk cair dari kotoran padat kambing terhadap pertumbuhan 1. Tinggi Tanaman Data pengamatan tinggi tanaman dari minggu ke-0 (awal) sampai dengan minggu ke-10 beserta analisis datanya (anava dua jalur) dapat dilihat pada lampiran 1-5. Berikut ini adalah rerata perkembangan tinggi tanaman dari minggu ke-0(awal) tanam sampai minggu ke-10 : Tabel 4.1. Rerata Tinggi Tanaman dari umur 0 minggu (awal) sampai dengan umur 10 minggu setelah tanam. Rerata Tinggi Tanaman dalam cm Rerata total C0K1 7,20 9,08 11,05 13,35 18,08 23,58 13,72 C0K2 7,20 9,00** 10,28 13,08 17,70 22,58** 13,31 C0K3 7,20 8,70 10,55** 12,83** 17,38** 22,78 13,24** C1K1 7,23 10,18* 13,45* 16,68* 23,90* 28,05* 16,58* C1K2 7,20 9,45 11,60 14,68 22,20 25,75 15,15 C1K3 7,23 9,25 11,25 14,00 20,48 24,28 14,42 C2K1 7,20 9,00** 11,05 14,13 20,58 24,08 14,34 C2K2 7,23 9,25 10,95 14,03 21,00 25,00 14,58 C2K3 7,23 9,23 11,05 14,13 19,75 23,55 14,16 Keterangan : * Tanaman yang paling tinggi ** Tanaman paling rendah Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa pada minggu ke-2 tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata 30

32 31 tinggi tanaman 10,18 cm dan tanaman yang paling rendah adalah pada perlakuan C0K2 dan perlakuan C2K1 dengan rerata 9,00 cm. Pada minggu ke-4 tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata tinggi tanaman 13,45 cm dan tanaman yang paling rendah adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata tinggi tanaman 10,55 cm. Pada minggu ke-6 tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata tinggi tanaman 16,68 cm dan tanaman yang paling rendah adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata tinggi tanaman 12,83 cm. Pada minggu ke-8 tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata tinggi tanaman 23,90 cm dan tanaman yang paling rendah adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata tinggi tanaman 17,38 cm. Pada minggu ke-10 tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata tinggi tanaman 28,05 cm dan tanaman yang paling rendah adalah pada perlakuan C0K2 dengan rerata tinggi tanaman 22,85 cm. Secara keseluruhan tanaman yang paling tinggi adalah perlakuan C1K1 (Pupuk cair dengan campuran limbah buah, konsentrasi pemberian 20%) dengan rerata 16,58 cm dan tanaman paling rendah adalah pada perlakuan C0K3 (Pupuk cair tanpa penambahan campuran bahan lain, konsentrasi pemberian 40%) dengan rerata tinggi tanaman 13,24 cm. Perkembangan tinggi tanaman dari minggu ke-2 sampai minggu ke-10 dapat dilihat pada grafik pertambahan tinggi tanaman berikut ini : 31

33 Rerata tinggi tanaman Grafik tinggi tanaman M-0 M-2 M-4 M-6 M-8 M-10 Minggu CoK1 CoK12 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Gambar 4.1 Grafik rerata tinggi tanaman dari minggu ke-0 (awal) sampai minggu ke-10. Dari gambar 4.1 diatas dapat diketahui bahwa tanaman yang paling tinggi dari minggu ke-2 (awal penanaman) sampai dengan minggu ke-10 setelah tanaman adalah pada perlakuan C1K1 yaitu pupuk cair dengan campuran limbah buah dengan konsentrsai pemberian 20% sedangkan tanaman yang terendah adalah pada perlakuan C0K3 yaitu pupuk cair tanpa ditambahkan campuran dengan konsentrasi pemberian 40%. 2. Jumlah daun Data hasil pengamatan jumlah daun dari minggu ke-0 (awal) sampai minggu ke-10 beserta analisis datanya dapat dilihat pada lampiran Berikut ini adalah rerata jumlah daun dari minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-10 : 32

34 33 Tabel 4.2 Rerata Jumlah Daun dari awal penanaman sampai minggu ke- 10 setelah tanam. Perlakuan Minggu 0(awal) Rerata Total C0K1 3 4,50** 6,25 7,00** 8,50 9,25 6,417 C0K2 3 4,75 6,00** 7,00** 8,00** 8,75 6,250** C0K3 3 4,75 6,25 7,25 8,00 8,50** 6,292 C1K1 3 5,50* 7,25* 7,50* 9,00* 9,50* 6,958* C1K2 3 5,50* 6,75 7,25 8,25 9,00 6,625 C1K3 3 5,50* 6,75 7,25 8,50 9,00 6,667 C2K1 3 5,25 6,75 7,25 8,00** 9,00 6,542 C2K2 3 5,25 7,00 7,25 8,25 9,00 6,625 C2K3 3 5,50* 6,75 7,00** 8,00** 8,50** 6,458 Keterangan : * tanaman dengan jumlah daun paling banyak ** tanaman dengan jumlah banyak paling sedikit Hasil penelitian pada pengamatan jumlah daun diatas menunjukkan bahwa pada minggu ke-2 tanaman yang memiliki jumlah daun paling banyak adalah pada perlakuan C1K1, C1K2, C1K3, dan C2K3 dengan rerata jumah daun sebanyak 5,5 helai dan tanaman yang memiliki jumah daun paling sedikit adalah pada perlakuan C0K1 dengan rerata jumlah daun 4,5 helai. Pada minggu ke-4 tanaman yang memiliki jumlah daun paling banyak adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata jumlah daun 7,25 helai dan tanaman yang memiliki jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan C0K2 dengan rerata jumah daun 6,0 helai. Pada minggu ke-6 tanaman yang memiliki jumlah daun paling banyak adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata jumlah daun sebanyak 7,5 helai dan tanaman yang memiliki jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan C0K1, C0K2 dan C2K3 33

35 Rerata Jumlah Daun 34 dengan jumlah daun sebanyak 7,00 helai. Pada minggu ke-8 tanaman yang memiliki jumlah daun paling banyak adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata jumlah daun sebanyak 9,00 helai dan tanaman yang memiliki jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan C0K2, C2K1, dan C2K3 dengan rerata jumlah daun sebanyak 8,00 helai. Pada minggu ke-10 tanaman yang memiliki jumlah daun paling banyak adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata jumlah daun sebanyak 9,50 helai dan tanaman yang memiliki jumlah daun paing sedikit adalah pada perlakuan C0K3 dan C2K3 dengan rerata jumlah daun sebanyak 8,5 helai. Secara keseluruhan tanaman dengan rerata jumlah daun terbanyak adalah pada perlakuan C1K1 yaitu 6,95 helai dan tanaman dengan rerata jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan C0K2 yaitu 6,25 helai. Perkembangan jumlah daun tanaman dari minggu ke-0 (awal penanaman) sampai dengan minggu ke-10 dapat dilihat pada grafik berikut ini : Grafik Jumlah Daun M-0 M-2 M-4 M-6 M-8 M-10 Minggu CoK1 CoK12 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Gambar 4.2 Grafik rerata pertambahan jumlah daun tanaman sawi dari minggu ke-0 (awal) sampai dengan minggu ke-10 34

36 35 Dari gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa tanaman dengan jumlah daun terbanyak dari minggu ke-2 sampai dengan minggu ke-10 adalah pada perlakuan C1K1 yaitu pupuk cair yang ditambah limbah buah dengan konsentrasi pemberian 20%, sedangkan tanaman dengan jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan C0K2 yaitu pupuk cair tanpa penambahan bahan lain dengan kosentraasi pemberian 30%. 3. Luas daun Perlakuan Data hasil pengamatan jumlah daun dari minggu ke-0 (awal) sampai minggu ke-10 beserta analisis datanya dapat dilihat pada lampiran Berikut ini adalah rerata luas daun dari minggu ke-0 (awal) sampai dengan minggu ke-10 : Tabel 4.3 Rerata Luas daun dari awal penanaman sampai dengan minggu ke- 10 Luas Daun (cm2) 0(awal) Rerata Total C0K1 1,53 14,5** 27,81 31,36 43,69 86,18 34,178 C0K2 1,53 15,26 26,93 31,55 43,76 82,45 33,580 C0K3 1,55 15,83 26,63** 30,76** 43,36** 81,00** 33,188** C1K1 1,58 18,56* 29,98* 33,43* 46,68* 89,43* 36,610* C1K2 1,55 17,53 29,22 32,53 44,6 84,43 34,977 C1K3 1,6 16,49 28,03 32,1 44,8 84,50 34,587 C2K1 1,58 16,03 26,92 31,19 43,6 84,63 33,992 C2K2 1,55 16,42 28,42 32,33 44,37 85,40 34,748 C2K3 1,58 15,8 28,46 32,44 44,53 81,60 34,068 Keterangan : * tanaman dengan luas daun terbesar ** tanaman dengan luas daun terkecil 35

37 36 Hasil penelitian pada pengamatan luas daun tanaman diatas menunjukkan bahwa pada minggu ke-2 tanaman yang memiliki luas daun terbesar adalah perlakuan C1K1 dengan rerata luas daun 18,56 cm 2 dan tanaman yang memiliki luas daun terkecil adalah perlakuan C0K1 dengan rerata luas daun 14,5 cm 2. Pada minggu ke-4 tanaman dengan luas daun terbesar adalah perlakuan C1K1 dengan rerata luas daun 29,98 cm 2 dan tanaman dengan luas daun terkecil adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata luas daun 26,63 cm 2. Pada minggu ke-6 tanaman dengan luas daun terbesar adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata luas daun 33,43 cm 2 dan tanaman dengan luas daun terkecil adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata luas daun 30,76 cm 2. Pada minggu ke-8 tanaman dengan luas daun terbesar adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata luas daun 46,68 cm 2 dan tanaman dengan luas terkecil adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata luas daun 43,36 cm 2. Pada minggu ke-10 tanaman dengan luas daun terbesar adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata luas daun 89,43 cm 2 dan tanaman dengan luas daun terkecil adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata luas daun 81,00 cm 2. Secara keseluruhan tanaman dengan luas daun terbesar adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata 36,610 cm 2 dan tanaman dengan luas daun terkecil adalah pada perlakuan C0K3 dengan rerata 33,188 cm 2. Perkembangan luas daun tanaman dari minggu ke-0 (awal penanaman) sampai dengan minggu ke-10 dapat dilihat pa grafik berikut ini : 36

38 Rerata Grafik pertambahan luas daun M-0 M-2 M-4 M-6 M-8 M-10 Axis Title CoK1 CoK12 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Gambar 4.3 grafik rerata pertambahan luas daun tanaman sawi dari minggu ke-0 (awal) sampai dengan minggu ke-10 Dari gambar 4.3 diatas dapat diketahui bahwa tanaman dengan luas daun terbesar adalah pada perlakuan C1K1 yaitu pupuk cair yang ditambah limbah buah dengan konsentrasi pemberian 20% sedangkan tanaman dengan luas daun terkecil adalah pada perlakuan C0K3 yaitu pupuk cair yang tidak ditambah bahan lain dengan konsentrasi pemberian 40%. 4. Biomassa Data hasil pengamatan biomassa tanaman beserta analisis datanya dapat dilihat pada lampiran 16. Berikut ini adalah biomassa dari masing-masing perlakuan dan ulanganya : 37

39 38 Table 4.4 Rerata biomassa tanaman pada minggu ke-10. Ulangan Perlakuan Jumlah Rerata C0K1 0,092 0,092 0,082 0,126 0,392 0,098 C0K2 0,082 0,064 0,112 0,082 0,34 0,085 C0K3 0,124 0,032 0,124 0,094 0,374 0,094 C1K1 0,098 0,124 0,166 0,102 0,49 0,123* C1K2 0,064 0,042 0,142 0,096 0,344 0,086 C1K3 0,082 0,068 0,098 0,112 0,36 0,090 C2K1 0,124 0,092 0,126 0,064 0,406 0,102 C2K2 0,022 0,087 0,074 0,098 0,281 0,070 C2K3 0,046 0,02 0,114 0,064 0,244 0,061** Keterangan : * tanaman dengan biomassa terberat ** tanaman dengan biomassa teringan Hasil penelitian pada pengamatan biomassa tanaman diatas didapatkan dari perhitungan selisih antara berat kering tanaman pada akhir tanam dengan berat berat basah diawal tanam. Dari data diatas tanaman dengan biomasa terberat adalah pada perlakuan C1K1 dengan rerata 0,123 g dan tanaman dengan biomassa terkecil adalah pada perlakuan C2K3 dengan rerata 0,061 g. Adapun perkembangan biomassa tanaman dapat dilihat pada grafik berikut ini : 38

40 Rerata biomassa tanaman 39 Grafik Biomassa Biomassa Minggu awal - minggu akhir C0K1 C0K2 C0K3 C1K1 C1K2 C1K3 C2K1 C2K2 C2K3 Gambar 4.4 rerata biomassa (berat kering akhir-berat basah) tanaman pada akhir penanaman Dari gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa tanaman dengan biomassa terbesar adalah pada perlakuan C1K1 yaitu pupuk cair yang ditambahkan limbah buah dengan konsentrasi pemberian 20% sedangkan tanaman dengan biomasa terkecil adalah pada perlakuan C2K3 yaitu pupuk cair yang ditambkan daun mimba dengan konsentrasi pemberian 40%. B. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik sederhana untuk mendekripsikan data dan Anava Dua Jalur untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut jika perlakuan menunjukkan adanya 39

41 40 pengaruh, hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, adapun hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Uji Anava dua jalur pada Tinggi tanaman a. Minggu ke-2 Tabel 4.5 Hasil Uji Anava Dua Jalur Tinggi tanaman pada minggu ke-2 Sumber F tabel Db JK KT F hitung Keragaman 5 % 1. Perlakuan 8 5,41 0,676 1,667 2,71 A. Campuran 2 3,046 1,523 3,779* 3,354 B. Konsentrasi 2 0,746 0,384 0,953 3,354 AB. Interaksi 4 1,596 0,399 0,99 2, Galat 27 10,89 0, Total 35 16, Keputusan H1 ditolak Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 3,77 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada tinggi tanaman. F hitung konsentrasi pemberian < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 0,953 < 3,354 artinya tidak signifikan atau konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. F hitung interaksi < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 0,99 < 2,728 artinya tidak signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-2, karena perlakuan tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-2 maka tidak dilakukan uji lanjut. 40

42 41 b. Minggu ke- 4 Tabel 4.6 Hasil Uji Anava Dua Jalur Tinggi tanaman pada minggu ke-4 Sumber F tabel Db JK KT F hitung Keragaman 5 % Keputusan 1. Perlakuan A. Campuran B. konsentrasi ,45 14,01 6,54 3,306 7,01 3,27 13,549 28,729* 13,402* 2,71 3,354 3,354 H1 diterima AB. Interaksi 4 5,9 1,48 6,066* 2, Galat 27 6,58 0,244 - Total 35 33,03 - Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Dari tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 28,729 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada tinggi tanaman. F hitung konsentrasi > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 13,402 > 3,354 artinya signifikan atau konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman. F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 6,066 > 2,728 artinya signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-4, dari hasil perhitungan anava diatas perlakuan interaksi campuran pupuk dan konsentrasi pemberian menunjukkan adanya pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji lanjut duncan untuk mengetahui perberdaan antar perlakuan. 41

43 42 c. Minggu ke- 7 Tabel 4.7 Hasil Uji Anava Dua Jalur Tinggi tanaman pada minggu ke-6 Sumber F tabel Db JK KT F hitung Keragaman 5 % 1. Perlakuan 8 40,87 5,11 30,058* 2,71 A. Campuran 2 24,81 12,41 73* 3,354 B. Konsentrasi 2 7,36 3,68 21,647* 3,354 AB. Interaksi 4 8,7 2,18 12,824* 2, Galat 27 4,62 0,17 - Total 35 45,49 - Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Keputusan H1 diterima Dari tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 28,729 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada tinggi tanaman. F hitung konsentrasi pemberian > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 13,402 > 3,354 artinya signifikan atau konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman. F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 12,824 > 2,728 artinya signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-6, dari hasil perhitungan anava diatas perlakuan interaksi campuran pupuk dan konsentrasi pemberian menunjukkan adanya pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji lanjut duncan untuk mengetahui perberdaan antar perlakuan. 42

44 43 d. Minggu ke- 8 Tabel 4.8 Hasil Uji Anava Dua Jalur Tinggi tanaman pada minggu ke-8 Sumber F tabel Db JK KT F hitung Keragaman 5 % Keputusan 1. Perlakuan 8 149,73 18,72 11,916 2,71 A. Campuran 2 122,055 61,02 38,846* 3,354 B. Konsentrasi 2 16,94 8,47 5,391* 3,354 H1 ditolak AB. Interaksi 4 10,74 2,69 1,712 2, Galat 27 42,42 1,571 - Total ,15 - Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 38,846 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada tinggi tanaman. F hitung konsentrasi pemberian > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 5,391 > 3,354 artinya signifikan atau konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman. F hitung interaksi < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 1,712 < 2,728 artinya tidak signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-8, karena perlakuan tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-8 maka tidak dilakukan uji lanjut. 43

45 44 e. Minggu ke-10 Tabel 4.9 Hasil Uji Anava Dua Jalur Tinggi tanaman pada minggu ke-10 Sumber Keragaman 1. Perlakuan A. Campuran B. konsentrasi AB. Interaksi Db JK KT F hitung ,97 56,434 17,397 18,139 11,496 28,217 8,699 4,535 5,242 12,867* 3,996* 2,068 F tabel 5 % 2,71 3,354 3, Galat 27 59,22 2,193-2,728 Total ,19 - Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Keputusan H1 ditolak Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 12,867 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada tinggi tanaman. F hitung konsentrasi pemberian > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 3,996 > 3,354 artinya signifikan atau konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman. F hitung interaksi < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 2,068 < 2,728 artinya tidak signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-10, karena perlakuan tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-10 maka tidak dilakukan uji lanjut. 44

46 45 2. Uji Anava dua jalur pada Luas Daun a. Minggu ke-2 Tabel 4.10 Hasil Uji Anava Dua Jalur luas daun tanaman pada minggu ke-2 Sumber Keragaman 1. Perlakuan A. Campuran B. konsentrasi AB. Interaksi Db JK KT F hitung ,04 33,12 0,97 11,95 5,76 16,56 0,49 2,99 4,683 13,463* 0,394 2,429 F tabel 5 % 2,71 3,354 3,354 2, Galat 27 33,21 1,23 - Total 35 79,25 - Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Keputusan H1 ditolak Dari tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 13,463 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada luas daun tanaman. F hitung konsentrasi pemberian < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 0,394 < 3,354 artinya tidak signifikan atau konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap luas daun tanaman. F hitung interaksi < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 2,429 < 2,728 artinya tidak signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap luas daun tanaman pada minggu ke-2, karena perlakuan tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap tinggi tanaman pada minggu ke-2 maka tidak dilakukan uji lanjut. 45

47 46 b. Minggu ke- 4 Tabel 4.11 Hasil Uji Anava Dua Jalur luas daun tanaman pada minggu ke-4 Sumber Keragaman 1. Perlakuan A. Campuran B. Konsentrasi AB. Interaksi Db JK KT F hitung ,03 2,05 23,14 14,84 5,004 1,025 11,57 3,71 7,018 1,438 16,228* 5,204* F tabel 5 % 2. Galat 27 19,25 0,713-2,71 3,354 3,354 2,728 Total 35 59,28 - Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Keputusan H1 diterima Dari tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 1,438 < 3,354 artinya tidak signifikan atau campuran pupuk tidak memberikan pengaruh pada luas daun tanaman. F hitung konsentrasi pemberian > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 16,228 > 3,354 artinya signifikan atau konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap luas daun tanaman. F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 5,204 > 2,728 artinya signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian berpengaruh terhadap luas daun tanaman pada minggu ke-4, karena perlakuan menunjukan adanya pengaruh terhadap luas daun tanaman maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan dari masingmasing perlakuan. 46

48 47 c. Minggu ke- 6 Tabel 4.12 Hasil Uji Anava Dua Jalur luas daun tanaman pada minggu ke-6 Sumber Keragaman 1. Perlakuan A. Campuran B. konsentrasi AB. Interaksi Db JK KT F hitung ,73 12,83 0,86 8,04 2,176 6,415 0,43 2,01 3,491 8,224* 0,553 2,583 F tabel 5 % 2,71 3,354 3,354 2, Galat 27 21,01 0,778 - Total 35 42, Keterangan * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5 % Keputusan H1 ditolak Dari tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa F hitung Campuran > F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 8,224 > 3,354 artinya signifikan atau campuran pupuk memberikan pengaruh pada luas daun tanaman. F hitung konsentrasi pemberian < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 0,553 < 3,354 artinya tidak signifikan atau konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap luas daun tanaman. F hitung interaksi < F tabel pada taraf signifikansi 5%, yaitu 2,583 < 2,728 artinya tidak signifikan atau interaksi campuran dan konsentrasi pemberian tidak berpengaruh terhadap luas daun tanaman pada minggu ke-6, karena perlakuan tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap luas daun tanaman pada minggu ke-6 maka tidak dilakukan uji lanjut. 47

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kandang.menurut Syekhfani (2000) Kotoran padat kambing merupakan salah satu jenis kotoran hewan yang pemanfaatanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.) Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Pertenakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicumannum L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicumannum L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicumannum L.) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal dari organik maupun anorganik yang diperoleh secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Sawi mengandung kalori sebesar 22,0 kalori selain itu juga mengandung

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun pada tanaman sawi. 4.1 Tinggi Tanaman Hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sebagian besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sebagian besar kondisi tanahnya subur serta memiliki iklim tropis karena terletak di antara 6º LU 11º LS dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya

TINJAUAN PUSTAKA. spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman sawi adalah termasuk kedalam kingdom plantae, berdivisi spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya cruciferae, dikelompokan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim dan tergolong marga Brassica. Tanaman sawi yang dimanfaatkan adalah daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Hamli (2015) salah satu jenis tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem 14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing sangatlah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Nining Sri Sukasih Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan banyak diantaranya adalah petani sayuran. Produktivitas hasil pertanian

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat karena tekstur dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

PEMBERIAN POC MARTOB DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI LADANG (Nasturtium montanum Wall.)

PEMBERIAN POC MARTOB DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI LADANG (Nasturtium montanum Wall.) PEMBERIAN POC MARTOB DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI LADANG (Nasturtium montanum Wall.) Herlina Kurniawati Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email: herlina_kurniawati@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci