BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan tata kelola lembaga dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan pemerintah, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Memenuhi tuntutan peraturan di atas, Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 lebih lanjut merumuskan visi yang berbunyi terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan indonesia cerdas komperhensif, dengan misi 1) meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan; 2) memperluas keterjangkauan layanan pendidikan; 3) meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan; 4) mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan ; 5) menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Mengacu pada visi dan misi tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai adalah : a) tersedia dan terjangkaunya layanan Paud yang berkualitas, b) tersedia, terjangkau dan terjaminnya kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar berkualitas, c) tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan menengah yang berkualitas dan relevan, d) tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan tinggi berkualitas, relevan dan berdaya saing internasional, e) tersedianya sistem tata kelola yang handal. Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi Kementerian Pendidikan Nasional tersebut, diperlukan program yang dapat dijadikan acuan (benchmark) oleh setiap penyelenggara pendidikan dan satuan pendidikan. Program kegiatan dimaksud meliputi kriteria yang esensial dari berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan melalui aktivitas yang memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Direktorat Pembinaan SMA sebagai bagian integral dari Ditjen. Manajemen Dikdasmen, dituntut berperan dalam merealisasikan tujuan tersebut salah satunya melalui kebijakan membantu sekolah dalam mencapai atau memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Program tersebut pada dasarnya adalah program terpadu yang mengkaitkan antara kebijakan (BSNP), pelaksana kebijakan (sekolah), pendampingan dan pengembangan konsep implementasi (Dit. Pembinaan SMA), dukungan dan pembinaan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keterpaduan tersebut merupakan implementasi dari penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah/madrasah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri/standar nasional. Disamping itu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong dan membantu satuan pendidikan formal dalam melakukan penjaminan mutu (quality assurance) agar memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, sehingga dapat dikategorikan ke dalam kategori mandiri/ standar nasional. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 1-20

2 Program implementasi pencapaian SNP di satuan pendidikan yang dilakukan Direktorat Pembinaan SMA telah dilakukan dalam bentuk program Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (RSKMSKM/RSSN) yang bertujuan :(1) mendorong sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan agar mencapai kondisi memenuhi/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan, (2) memberikan arahan upaya-upaya yang harus dilakukan sekolah untuk dapat memenuhi/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan, (3) memberikan pendampingan kepada sekolah untuk mewujudkan Sekolah Kategori Mandiri dalam kurun waktu tertentu, (4) menjalin kerjasama dan meningkatkan peran serta stakeholders pendidikan di SMA baik ditingkat pusat dan daerah dalam mengembangkan SMA Kategori Mandiri, dan (5) mendapatkan model/rujukan SMA Kategori Mandiri. Untuk mendukung program tersebut Dit. Pembinaan SMA telah menyiapkan kebijakan, panduan/pedoman, dan sumberdaya manusia melalui berbagai kegiatan seperti penyiapan perangkat pendukung; TOT tim verifikasi; sosialisasi, koordinasi dan sinkronisasi program rintisan SKM; asistensi, pemberian dana bantuan block grant RSKM/RSSN, dan supervisi serta evaluasi pelaksanaan RSKM/RSSN. Berkaitan dengan program tersebut, Direktorat Pembinaan SMA secara khusus melakukan pembinaan terhadap 441 SMA sebagai rintisan RSKM/RSSN yang pertama sejak tahun 2007 sampai dengan Dari hasil kegiatan asistensi maupun supervisi dan evaluasi yang telah dilakukan direktorat Pembinaan SMA, diperoleh fakta antara lain (1) pencapaian SNP melalui program rintisan SKM/SSN masih sangat tergantung pada kemauan, dukungan dan kemampuan sekolah, (2) masih kurangnya kemampuan pemerintah untuk mendukung pencapaian SNP, (3) pembinaan sekolah secara langsung yang dilakukan pemerintah daerah masih kurang. Padahal sekolah berkewajiban memenuhi SNP paling lambat tujuh tahun sejak diberlakukannya PP Nomor 19 tahun Sebagai respon atas temuan tersebut, maka dalam upaya memacu sekolah (customer satisfaction) untuk mencapai atau memenuhi SNP melalui program dan pelaksanaan RSKM, maka Direktorat Pembinaan SMA menyusun petunjuk penyelenggaraan SKM agar pelaksanaannya dapat berjalan secara sistematis dan kontinyu. B. LANDASAN HUKUM Landasan hukum penyelenggaraan SKM di SMA sebagai berikut : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Peraturan Pemerintah 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 dan Nomor 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 7. Permendiknas Nomor 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 23 tahun Permendiknas Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen 9. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 2-20

3 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 12. Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan (lampiran, bagian b Nomor1) 14. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan 15. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 16. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah 18. Permendiknas Nomor 69 tahun 2009 tentang Standar Pembiayaan 19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah 20. Peraturan Daerah setempat yang berkaitan dengan pendidikan. C. LANDASAN OPERASIONAL Landasan operasional penyelenggaraan SKM di SMA sebagai berikut : 1. Pada penjelasan pasal 11 ayat 2 dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (PP 19 tahun 2005) tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa sekolah/madrasah berkategori mandiri (SKM), yaitu sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan, harus menerapkan SKS, sedangkan sekolah kategori standar dapat menggunakan kurikulum sistem paket atau SKS. Disebutkan pula bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi satuan pendidikan yang berupaya menerapkan sistem kredit semester, karena sistem ini lebih mengakomodasi bakat, minat, dan kemampuan peserta didik 2. Penjelasan PP Nomor 19 tahun 2005 Ayat 2 dan Ayat 3 menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, maka Pemerintah memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/ madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa kategori SKM didasarkan pada terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan) 3. Kewajiban satuan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, Pasal 94, Butir b) paling lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut mencakup 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan serta Standar Penilaian 4. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 5) 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 3-20

4 5. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 4) 6. Standar proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan Pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP 19 tahun 2005, Pasal 1 butir 6) 7. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP 19 tahun 2005, Pasal 1 butir 7) 8. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (PP 19 tahun 2005, Pasal 1 butir 8) 9. Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Bab I, Pasal 1, butir 9) 10. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Bab I, Pasal 1, butir 10) 11. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (PP Nomor 19 tahun 2005 Bab 1, Pasal 1, butir 11) D. LANDASAN EMPIRIS Pada pelaksanaan Program RSKM/RSSN sejak tahun 2007 pada 441 sekolah, tahun 2008 pada 2465 sekolah dan tahun 2009 pada 3252 sekolah ditemukan bahwa dari 170 SMA yang disupervisi hanya beberapa sekolah yang sudah siap untuk menjadi SKM/SSN, lebih banyak berada pada standar III. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaanya masih ditemukan adanya kendala-kendala yang menghambat terhadap pencapaian SNP tersebut,antara lain (1) Sekolah belum memiliki maupun menyusun panduan pelaksanaan RSKM, (2) implementasi program SKM masih banyak yang hanya mengacu pada program yang dibiayai dana block grant saja, (3) sekolah masih memiliki kesulitan dalam menentukan prioritas program SKM untuk mencapai SNP, (4) strategi pencapaian SNP masih bervariasi, tergantung pada kesiapan dan kemampuan sumberdaya di sekolah, (4) pelaksana RSKM belum mampu mencapai setiap SNP seperti tertuang dalam profil SKM. E. TUJUAN Tujuan penyusunan panduan penyelenggaraan SKM ini adalah : 1. Memberikan pemahaman/persepsi yang sama tentang SKM 2. Memberikan gambaran tentang analisis pencapaian Standar Nasional Pendidikan dan strategi penyelenggaraan SKM 3. Sebagai panduan bagi sekolah dalam melaksanakan program SKM 4. Sebagai panduan bagi para pembina dalam melakukan pembinaan dan pengendalian SKM 5. Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah dalam membantu sekolah memenuhi SNP 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 4-20

5 F. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari penyusunan panduan penyelenggaran SKM antara lain : 1. Penyelenggara SKM memiliki pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang SKM 2. Penyelenggara SKM memiliki gambaran tentang cara menganalisis Standar Nasional Pendidikan dan strategi penyelenggaraannya 3. Sekolah memiliki panduan untuk menyelenggarakan program SKM 4. Dapat menjadi panduan bagi para pembina dalam melakukan pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan SKM 5. Dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalm membantu sekolah memenuhi SNP G. SASARAN Sasaran penyusunan panduan penyelenggaraan SKM ini adalah : 1. Sekolah penyelenggara SKM 2. Pelaksana program SKM yang melibatkan : a. Kepala Sekolah b. Tim Pengembang Kurikulum Sekolah c. Tim SKM d. Dewan Pendidik (Dewan Guru) e. Guru dan atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran f. Tata Usaha g. Pengawas Sekolah h. Komite Sekolah i. Narasumber 3. Penyelenggara SKM di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 5-20

6 BAB II ANALISIS PENCAPAIAN SNP Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, atau menguraikan suatu pokok atas berbagai bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (kamus besar bahasa Indonesia, 2008). Dengan kata lain analisis adalah kegiatan memperhatikan, mengamati dan memecahkan sesuatu (mencari jalan keluar) yang dilakukan oleh seseorang. Sedangkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab I, Pasal 1, butir 1). Dapat dikemukakan berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan analisis pencapaian SNP adalah kegiatan untuk menguraikan,mengidentifikasi antara keadaan sebenarnya atau kondisi nyata di sekolah dengan kondisi ideal yang merupakan kriteria minimal sebagaimana terdapat pada SNP. Analisis pencapaian SNP dalam melaksanakan program SKM di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan (a) inventarisasi kondisi satuan pendidikan, (b) inventarisasi kondisi eksternal, (c) analisis 8 SNP, (d) analisis Kesenjangan antara tuntutan pencapaian SNP dengan kondisi nyata, serta (e) menyusun prioritas pencapaian SNP. Masing-masing kegiatan dimaksud diuraikan berikut ini. A. INVENTARISASI KONDISI SATUAN PENDIDIKAN Inventarisasi kondisi adalah proses pengumpulan, mencatat data dan informasi pendukung tentang suatu kondisi yang dialami. Sedangkan Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. (UU Nomor 20 tahun 2003 Bab I, Pasal 1, butir 10). Inventarisasi kondisi satuan pendidikan yang dimaksudkan adalah proses pengumpulan data tentang kondisi nyata yang ada di sekolah yang meliputi : No Komponen Aspek 1. Standar isi 1. Kepemilikan dokumen KTSP 2. komponen KTSP 3. Penyusunan/pengembangan silabus 2. SKL 1. Kriteria ketuntasan minimal 2. kriteria kelulusan 3. Standar Proses 1. Penyiapan perangkat pembelajaran 2. proses pembelajaran 3. pengawasan pembelajaran 4. Standar Pendidik dan Kependidikan 5. Standar Sarana 1. Satuan pendidikan 2. Lahan 3. Bangunan gedung 4. Ruang kelas 5. Ruang perpustakaan 6. Laboratorium Biologi 7. Laboratorium Fisika 8. Laboratorium Kimia 9. Laboratorium Komputer 1. Kualifikasi akademik tenaga pendidik 2. Tenaga kependidikan 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 6-20

7 No Komponen Aspek 10. Laboratorium Bahasa 11. Ruang pimpinan 12. Ruang guru 13. Ruang tata usaha 14. Tempat beribadah 15. Ruang konseling 16. Ruang UKS 17. Ruang organisasi kesiswaan 18. Jamban 19. Gudang 20. Ruang sirkulasi 21. Tempat bermain/berolahraga 6 Standar Pengelolaan 1. Perencanaan program, dengan indikator 2. Pelaksanaan pengembangan pedoman sekolah 3. Pelaksanaan pengembangan struktur organisasi sekolah 4. Pelaksanaan kegiatan sekolah 5. Pelaksanaan rencana kerja bidang kesiswaan 6. Pelaksanaan rencana kerja kurikulum dan kegiatan pembelajaran 7. Pelaksanaan rencana kerja bidang pendidik dan tenaga kependidikan 8. Pelaksanaan rencana kerja bidang sarana dan prasarana 9. Pengelolaan pembiayaan 10. Pelaksanaan rencana kerja budaya dan lingkungan sekolah 11. Pelaksanaan peran serta masyarakat dan kemitraan 12. Pengawasan 13. Evaluasi 14. Kegiatan akreditasi 15. Struktur kepemimpinan 16. Sistem Informasi Manajemen 7 Standar Pembiayaan 1. Rancangan biaya operasional 2. Sumber-sumber pembiayaan 3. Program dan upaya sekolah menggali dan mengelola, serta memanfaatkan dana 8 Standar Penilaian 1. Perangkat penilaian 2. Pelaksanaan penilaian 3. Hasil penilaian Hasil inventarisasi kondisi tersebut dapat digunakan untuk menyusun rencana kerja sekolah atau program kerja sekolah dalam memenuhi atau mencapai Standar Nasional Pendidikan. Untuk melakukan inventarisasi kondisi satuan pendidikan, prosedur kerja yang dapat ditempuh adalah : 1. Kepala sekolah membentuk tim kerja, minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dengan persyaratan mengetahui dan menguasai kondisi sekolah serta mampu mengoperasikan komputer 2. Kepala Sekolah memberikan tugas masing-masing tim kerja dalam menginventarisasi kondisi sekolah, mencakup pembagian tugas untuk tiap komponen dan aspek yang perlu diinventarisasi 3. Kepala Sekolah memberi arahan teknis tentang cara menginventaris, sasaran inventarisasi, penulisan hasil inventarisasi 4. Tim kerja menyusun perencanaan dan jadwal, yang meliputi waktu pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan,sumber data/informan pendukung, hasil inventarisasi dan kegiatan tindaklanjut 5. Tim kerja membagi tugas untuk melakukan inventarisasi terhadap kondisi satuan pendidikan yang meliputi kondisi setiap Standar dalam SNP, setiap komponen, 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 7-20

8 aspek dan indikator yang akan dicapai menggunakan instrumen inventarisasi kondisi satuan pendidikan yang telah disusun direktorat pembinaan SMA 6. Tim kerja menginventarisasi tentang kondisi satuan pendidikan yang meliputi kondisi komponen, aspek dan indikator dari setiap SNP yang akan dicapai dengan acuan kondisi pada skor : 0 = apabila kondisi tidak ada atau tidak 1 = ada atau tersedia tetapi belum lengkap atau belum sesuai 2 = ada atau tersedia dan kondisinya lengkap atau sesuai 7. Kepala sekolah, tim kerja dan komite sekolah bersama-sama mereviu (mengecek kembali tiap komponen, aspek dan indikator serta mendiskusikan), merevisi (memperbaiki tiap aspek dan indikator yang masih keliru atas hasil inevntarisasi) 8. Tim kerja melakukan finalisasi (membahas bersama tim hasil tiap aspek dan indikator yang telah direview dan direvisi), kemudian menyusun laporan akhir hasil inventarisasi kondisi 9. Kepala sekolah menandatangani hasil inventarisasi kondisi satuan pendidikan 10. Tim kerja mendokumentasikan dan menggandakan hasil sesuai keperluan Prosedur kerja diatas dapat disederhanakan dalam bentuk alur sebagai berikut : Input Proses Output Kepala sekolah Tim Kerja Komite Sekolah PP 19/ SNP Membentuk tim kerja Memberi tugas tim kerja Memberi arahan teknis Menyusun rencana & Jadwal Membagi tugas Menginventarisasi kondisi Mereview, dan merevisi, hasil inventarisasi tidak sesuai ya Finalisasi dan Laporan Menandatangani Mendokumenkan Menggandakan Hasil Inventarisasi kondisi satpen Untuk melengkapi hasil inventarisasi kondisi satuan pendidikan menjadi lebih reliabel, maka sekolah dapat menindaklanjuti dengan melakukan analisis kondisi satuan pendidikan menggunakan juknis analisis satuan pendidikan yang diterbitkan Direktorat Pembinaan SMA yang memuat tentang kondisi peserta didik, kondisi pendidik dan tenaga kependidikan, kondisi sarana prasarana sekolah, kondisi program sekolah serta pembiayaan sekolah. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 8-20

9 B. INVENTARISASI KONDISI EKSTERNAL Inventarisasi kondisi eksternal adalah proses pengumpulan, mencatat data dan informasi pendukung tentang kondisi yang berada di luar sekolah. Dalam hal ini kondisi ekternal yang dimaksud adalah kondisi di luar sekolah yang mendukung prgram sekolah dalam mencapai atau memenuhi SNP. Inventarisasi kondisi ekternal difokuskan pada kegiatan untuk memperoleh data, informasi tentang peluang, tantangan, dan rencana tindak lanjut, dengan subyek peran dan fungsi komite sekolah, peran dan fungsi dewan pendidikan, kewenangan dan kebijakan dinas pendidikan, bentuk kerjasama dan daya dukung asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, potensi dan pemanfaatan sumber daya alam serta sosial budaya. Komite Sekolah adalah Badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan efiensi pengelolaan pendidikan di Satuan Pendidikan.(Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Lampiran II. Butir A.I.1). Dewan Pendidikan adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efiensi pengelolaan pendidikan di Kabupaten/Kota. (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Lampiran I. Butir A.I.1). Asosiasi profesi adalah perkumpulan orang yang memiliki profesi yang sama dan mempunyai kepentingan yang sama pula (kamus besar bahasa Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008). Hasil inventarisasi kondisi eksternal tersebut dapat digunakan untuk menyusun rencana kerja sekolah atau program kerja sekolah dalam memenuhi atau mencapai Standar Nasional Pendidikan. Untuk melakukan inventarisasi kondisi eksternal, prosedur kerja yang dapat ditempuh adalah : 1. Kepala sekolah membentuk tim kerja, minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dengan persyaratan mengetahui dan menguasai kondisi eksternal serta mampu mengoperasikan komputer 2. Kepala Sekolah memberikan tugas masing-masing tim kerja untuk melakukan inventarisasi kondisi eksternal, mencakup pembagian tugas untuk tiap subyek/ sasaran, yaitu peran dan fungsi komite sekolah, peran dan fungsi dewan pendidikan, kewenangan dan kebijakan dinas pendidikan, bentuk kerjasama dan daya dukung asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, potensi dan pemanfaatan sumberdaya alam serta sosial budaya 3. Tim kerja menyusun perencanaan dan jadwal, yang meliputi waktu pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan,sumber data/informan pendukung, hasil inventarisasi dan kegiatan tindaklanjut 4. Tim kerja membagi tugas untuk melakukan inventarisasi terhadap kondisi ekternal yang meliputi peluang, tantangan, dan rencana tindak lanjut 5. Tim kerja menginventarisasi tentang kondisi eksternal peluang, tantangan, dan rencana tindak lanjut dengan subyek/sasaran peran dan fungsi komite sekolah, peran dan fungsi dewan pendidikan, kewenangan dan kebijakan dinas pendidikan, bentuk kerjasama dan daya dukung asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, potensi dan pemanfaatan sumber daya alam serta sosial budaya 6. Kepala sekolah, tim kerja dan komite sekolah bersama-sama mereviu (mengecek kembali peluang, tantangan, dan rencana tindak lanjut), merevisi (memperbaiki tiap peluang, tantangan, dan rencana tindak lanjut atas hasil inventarisasi) 7. Tim kerja melakukan finalisasi (membahas bersama tim hasil peluang, tantangan, dan rencana tindak lanjut), kemudian menyusun laporan akhir hasil inventarisasi kondisi 8. Kepala sekolah menandatangani hasil inventarisasi kondisi satuan pendidikan 9. Tim kerja mendokumentasikan dan menggandakan hasil sesuai keperluan 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 9-20

10 Prosedur kerja diatas dapat disederhanakan dalam bentuk alur sebagai berikut : Input Proses Output Kepala sekolah Tim Kerja Komite Sekolah Komite sekolah Dewan Pendidik an Dinas Pendidik an Asosiasi profesi Dunia industri Dunia kerja SDA Sosial budaya Membentuk tim kerja Memberi tugas tim kerja Memberi arahan teknis Menyusun rencana & Jadwal Membagi tugas Menginventarisasi kondisi Mereview, dan merevisi, hasil inventarisasi tidak sesuai ya Finalisasi dan Laporan Menandatangani Mendokumenkan Menggandakan Hasil Inventarisasi kondisi eksternal Untuk melengkapi hasil inventarisasi kondisi eksternal menjadi lebih lengkap, maka sekolah dapat menindaklanjuti dengan melakukan analisis lingkungan satuan pendidikan menggunakan juknis analisis lingkungan satuan pendidikan yang diterbitkan Direktorat Pembinaan SMA yang memuat tentang peran, fungsi dan daya dukung dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri, dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya. C. ANALISIS 8 SNP Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Dalam kaitan ini, kriteria dan kriteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan pedoman untuk mewujudkan : (1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik; (2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis; (3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur; (4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; (5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal; (6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 10-20

11 (7) terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Agar kriteria penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dijelaskan di atas dapat terwujud, maka perlu dilakukan analisis 8 Standar Nasional Pendidikan. Analsis SNP adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menguraikan esensi pokok dari setiap standar dan keterkaitan/hubungan substansial antarstandar, selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan dan pengembangan program kerja sesuai dengan tuntutan tiap Standar Nasional Pendidikan. Analisis SNP meliputi analisis (a) Standar Isi yang mencakup tujuan, ruang lingkup, dan SK-KD, (b) SKL mencakup SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran, dan SKL mata pelajaran, (c) Standar Proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan proses pembelajaran, (d) Standar Pengelolaan mencakup perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen, (e) Standar sarana dan prasarana mencakup kondisi satuan pendidikan, kondisi lahan, kondisi bangunan gedung, dan kondisi kelengkapan prasarana dan sarana, (f) Standar Pendidik dan kependidikan mencakup kompetensi pendidik, terdiri dari kualifikasi akademik dan standar kompetensi guru, kompetensi tenaga kependidikan, terdiri dari kualifikasi tenaga kependidikan dan standar kompetensi tenaga kependidikan, (g) Standar Pembiayaan mencakup biaya investasi, biaya operasi, biaya personal, dan standar biaya operasi nonpersonalia, (h) Standar Penilaian mencakup mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian. Untuk melakukan analisis 8 SNP, prosedur kerja yang dapat ditempuh adalah : 1. Kepala sekolah membentuk tim kerja, minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dengan persyaratan mengetahui dan menguasai kondisi eksternal serta mampu mengoperasikan komputer 2. Kepala Sekolah memberikan tugas masing-masing tim kerja dalam menganalisis 8 SNP, mencakup pembagian tugas untuk tiap standar, yaitu Standar Isi, SKL, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar sarana dan prasarana, Standar Pendidik dan kependidikan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian 3. Tim kerja menyusun perencanaan dan jadwal, yang meliputi waktu pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan,sumber data/informan pendukung, hasil inventarisasi dan kegiatan tindaklanjut 4. Tim kerja membagi tugas untuk melakukan analisis terhadap 8 SNP yang mencakup esensi tiap standar dan keterkaitan substansi antar standar 5. Tim kerja menganalisis 8 SNP tentang esensi tiap standar dan keterkaitan substansi antar standar sesuai dengan pembagian tugas masing-masing 6. Kepala sekolah, tim kerja dan komite sekolah bersama-sama mereviu (mengecek kembali esensi tiap standar nasional pendidikan dan keterkaitan substansi antar standar 7. Tim kerja melakukan finalisasi (membahas bersama tim hasil tentang esensi tiap standar dan keterkaitan tiap standar, kemudian menyusun laporan akhir hasil inventarisasi kondisi 8. Kepala sekolah menandatangani hasil analisis 8 Standar Nasional Pendidikan 9. Tim kerja mendokumentasikan dan menggandakan hasil sesuai keperluan Prosedur kerja diatas dapat disederhanakan dalam bentuk alur sebagai berikut : 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 11-20

12 Input Proses Output Kepala sekolah Tim Kerja Komite Sekolah SI SKL S. Proses S. Pengelo laan S. Dik & Tendiak S. Sarpras S. Pembiaya an S. Penilaian Membentuk tim kerja Memberi tugas tim kerja Memberi arahan teknis Menyusun rencana & Jadwal Membagi tugas Menginventarisasi kondisi Mereview, dan merevisi, hasil inventarisasi tidak sesuai ya Finalisasi dan Laporan Menandatangani Mendokumenkan Menggandakan Hasil Analisis 8 SNP D. ANALISIS KESENJANGAN ANTARA TUNTUTAN PENCAPAIAN SNP DENGAN KONDISI NYATA Kesenjangan adalah selisih atau perbedaan mendasar antara kondisi seharusnya dengan kondisi yang ada (MDJ Al-Barry,dkk.1996). Kesenjangan adalah selisih atau perbedaan mendasar antara kondisi yang ideal atau seharusnya dengan kondisi nyata yang dialami. Kesenjangan yang dimaksud disini adalah kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dari satuan pendidikan dengan kondisi yang ideal atau seharunya sebagimana yang terdapat pada 8 Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan analisis kesenjangan antara tuntutan SNP dengan kondisi nyata di sekolah dimaksudkan untuk mengidentifikasi kondisi, kemampuan, keadaan dari suatu sekolah dibadingkan dengan kondisi seharusnya yang dituntut dalam 8 Standar Nasional Pendidikan. Hasil analisi kesejangan tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun prioritas program pencapaian SNP, mengetahui ketercapaian 8 SNP, mengukur tingkat kesiapan sekolah untuk mencapai 8 SNP, memetakan kondisi nyata dengan tuntutan 8 SNP, dan menentukan tindaklanjut atau langkah-langkah yang efektif untuk memenuhi 8 SNP berdasarkan kondisi nyata sekolah. Untuk melakukan analisis kesenjangan antara tuntutan pencapaian 8 SNP dengan kondisi nyata, dapat dilakukan dengan menempuh prosedur kerja sebagai berikut : 1. Kepala sekolah membentuk tim kerja, minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dengan persyaratan mengetahui dan menguasai kondisi eksternal serta mampu mengoperasikan komputer 2. Kepala Sekolah memberikan tugas masing-masing tim kerja dalam menganalisis kesenjangan antara tuntutan 8 SNP dengan kondisi nyata, mencakup kondisi idel 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 12-20

13 sesuai SNP, kondisi riil yang ada di sekolah, kesenjangan antara tuntutan SNP dengan kondisi ideal, rencana tindak lanjut untuk mengatasi kesenjangan 3. Tim kerja menyusun perencanaan dan jadwal, yang meliputi waktu pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan, sumber data/informan pendukung, hasil analisi kesenjangan dan rencana tindaklanjut 4. Tim kerja membagi tugas untuk melakukan analisis kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata dengan mengacu pada 8 SNP 5. Tim kerja menganalisis kesenjangan dalam bentuk deskripsi tentang kondisi idel sesuai SNP, kondisi riil yang ada di sekolah, kesenjangan antara tuntutan SNP dengan kondisi ideal, rencana tindak lanjut untuk mengatasi kesenjangan 6. Kepala sekolah, tim kerja dan komite sekolah bersama-sama mereviu (mengecek kembali kondisi ideal dan kondisi riil, kesenjangan yang ada serta rencana tindaklanjut mengacu pada SNP) 7. Tim kerja melakukan finalisasi (membahas bersama tim hasil tentang analisis kesenjnagan, kemudian menyusun laporan akhir hasil inventarisasi kondisi 8. Kepala sekolah menandatangani hasil analisis kesenjangan antara tuntutan pencapaian SNP dengan kondisi nyata 9. Tim kerja mendokumentasikan dan menggandakan hasil sesuai keperluan Prosedur kerja diatas dapat disederhanakan dalam bentuk alur sebagai berikut : Input Proses Output Kepala sekolah Tim Kerja Komite Sekolah Tuntutan SNP Kondisi nyata sekolah Membentuk tim kerja Memberi tugas tim kerja Memberi arahan teknis Menyusun rencana & Jadwal Membagi tugas Menginventarisasi kondisi Mereview, dan erevisi, hasil inventarisasi tidak sesuai ya Finalisasi dan Laporan Menandatangani Mendokumenkan Menggandakan Hasil Analisis kesenjangan Untuk melengkapi hasil analisis kesenjangan antara tuntutan pencapaian SNP dengan kondisi nyata, maka sekolah dapat menindaklanjuti dengan melakukan analisis kondisi satuan pendidikan menggunakan juknis analisis satuan pendidikan yang diterbitkan Direktorat Pembinaan SMA yang memuat tentang kondisi peserta didik, kondisi pendidik dan tenaga kependidikan, kondisi sarana prasarana sekolah, kondisi program sekolah serta pembiayaan sekolah. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 13-20

14 E. PRIORITAS PENCAPAIAN SNP Kata prioritas dalam kamus modern dan populer (MDJ Al Barry,dkk, 1996 bermakna hak istimewa, yang paling diutamakan atau didahulukan dari yang lain. Jadi prioritas pencapaian SNP dimaksudkan adalah program atau pkegiatan pencapaian SNP yang diutamakan dari pencapaian yang lain yang disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan sekolah, apabila memang belum mampu memenuhi atau mencapai SNP. Tujuan penyusunan prioritas pencapaian SNP adalah untuk mengidentifikasi berbagai program/kegiatan dalam memenuhi SNP serta menata secara sistematis tahapan pencapaian 8 SNP di sekolah berdasarkan kesenjangan antara kondisi ideal sesuai SNP dengan kondisi nyata yang ada di sekolah. Hasil penyusunan prioritas pencapaian SNP berfungsi sebagai kontrol atau kendali penyusunan dan pelaksanaan program dalam memenuhi SNP sesuai dengan kesiapan dan kondisi daya dukung di sekolah. Dengan kata lain pemenuhan SNP menuju SMA dengan kategori mandiri (SKM) dapat dilakukan secara bertahap. Pentahapan itu dilaksanakan harus didasarkan pada skala prioritas yang diperoleh dari hasil analisis kondisi, yang merupakan kesenjangan antara kondisi saat ini dengan masing masing SNP. Tetapi meskipun demikian, Standar Isi, Standar Kelulusan, Standar Proses, harus merupakan prioritas utama dalam implementasinya. Sekolah harus melaksanakan ini dan dapat dilakukan tanpa menunggu bantuan yang lain, seperti standar sarana-prasarana dan standar pembiayaan. Tahapan prioritas juga tidak terbatas pada komponen yang memiliki kesenjangan saja, tetapi harus juga difokuskan kepada standar yang telah memenuhi/hampir memenuhi SNP, terutama untuk pencapain Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian. Kelima standar ini merupakan standar yang wajib dilakukan oleh setiap sekolah dengan atau tanpa bantuan. Standar Sarana dan Prasarana, dan Standar Pembiayaan merupakan urutan prioritas yang dapat di laksanakan belakangan. Hal ini disebabkan bahwa kedua standar ini merupakan standar yang sulit dicapai karena berhubungan dengan pendanaan yang disediakan, baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, ataupun kesanggupan dukungan dan partisipasi orang tua/masyarakat. Fokus dari standar ini lebih kearah pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada, serta pengelolaan pendanaan sesuai dengan kemampuan masing masing sekolah. Untuk melakukan penyusunan prioritas pencapaian SNP, dapat menempuh prosedur kerja sebagai berikut : 1. Kepala sekolah membentuk tim kerja, minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dengan persyaratan mengetahui dan menguasai kondisi eksternal serta mampu mengoperasikan komputer 2. Kepala Sekolah memberikan tugas masing-masing tim kerja untuk memetakan prioritas pencapaian SNP berdasarkan kesenjangan antara tuntutan 8 SNP dengan kondisi nyata, kemudian menyusun prioritas pencapaian SNP sesuai dengan rencana tindak lanjut yang disusun sebelumnya 3. Tim kerja menyusun perencanaan dan jadwal, yang meliputi waktu pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan, sumber data/informan pendukung, rencana tindaklanjut dan program prioritas pencapaian SNP 4. Tim kerja membagi tugas untuk menyusun rencana tindaklanjut dan prioritas pencapaian SNP mengacu pada hasil kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata dengan mengacu pada 8 SNP 5. Tim kerja menyusun program prioritas pencapaian 8 SNP berdasarkan kebutuhan, urgensi, kemampuan sekolah 6. Kepala sekolah, tim kerja dan komite sekolah bersama-sama mereviu (mengecek kembali rencana tindaklanjut dan prioritas pencapaian SNP) 7. Tim kerja melakukan finalisasi (membahas bersama tim hasil penyusunan prioritas pencapaian SNP 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 14-20

15 8. Kepala sekolah menandatangani hasil analisis kesenjangan antara tuntutan pencapaian SNP dengan kondisi nyata 9. Tim kerja mendokumentasikan dan menggandakan hasil sesuai keperluan Prosedur kerja diatas dapat disederhanakan dalam bentuk alur sebagai berikut : Input Proses Output Kepala sekolah Tim Kerja Komite Sekolah Hasil analisis kesenjang an SNP Kondisi Nyata Rencana Tindak lanjut Membentuk tim kerja Memberi tugas tim kerja Memberi arahan teknis Menyusun rencana & Jadwal Membagi tugas Menginventarisasi kondisi Mereview, dan merevisi, hasil inventarisasi tidak sesuai ya Finalisasi dan Laporan Menandatangani Mendokumenkan Menggandakan Program Prioritas pencapaian 8 SNP 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 15-20

16 BAB III STRATEGI PENYELENGGARAAN SKM A. PENGERTIAN STRATEGI PENYELENGGARAAN Strategi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap organisasi, tanpa strategi visi dan misi yang sudah disusun sedemikian rupa sulit untuk bisa di wujudkan. Selain sebagai acuan bagi penentuan taktik dalam melaksanakan suatu kegiatan, strategi bertujuan untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan. Hal ini berlaku pula bagi organisasi pendidikan, rencana atau program sekolah dalam pemenuhan 8 SNP akan tercapai jika kepala sekolah sebagai pimpinan pada tingkat satuan pendidikan, secara kolektif bersama para pembantunya dapat memilih strategi yang tepat dalam pelaksanaan seluruh program sekolah. Strategi ini harus didasarkan kepada hasil analisis kesenjangan antara posisi organisasi masa kini dan posisi organisasi yang diinginkan. Richard Vancil dalam Nisjar dan Winardi (1997:95) mengemukakan bahwa :... Strategi sebuah organisasi, atau subunit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa: 1. sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut; 2. kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan, yang atau ditetapkan sendiri oleh pemimpin, atau yang diterimanya dari atasannya, yang membatasi skope aktivitasaktivitas organisasi yang bersangkutan, dan 3. kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut Mengacu kepada pengertian strategi di atas, maka strategi implementasi SKM dapat diartikan sebagai usaha usaha atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan SMA dalam pemenuhan SNP berdasarkan hasil analisi internal dan eksternal, serta kesenjangan antara kondisi SMA saat ini dengan profil SKM, serta menentukan solusi dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Untuk selanjutnya kegiatan kegiatan dan usaha usaha yang akan dilakukan dalam mencapai pemenuhan 8 SNP ini dituangkan dalam Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang disusun untuk jangka waktu 4 tahun, dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang memuat program dan kegiatan untuk satu tahun. Secara umum strategi ini dapat digambarkan seperti pada bagan di halaman berikut. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 16-20

17 Analisis Kondisi Strategi Implementasi SKM 8 SNP Dokumen Pemahaman Substansi Pengadaan, Penyusunan, Revisi, Pengembangan IHT/Workshop/diskusi, Pemberdayaan SDM, Pengawas, Pemanfaatan Narasumber SDM Guru Tata Usaha/Tenaga Kependiikan lainnya Siswa IHT/Diklat/Kursus/Studi Lanjutan, Bimbingan Teknis, Workshop, Leason Study, Optimalisasi MGMP, Team teaching, Keterlibatan dalam kepanitiaan, Promosi, Optimalisasi Proses Pembelajaran, Mendatangkan Pakar Studi banding memberikan bimbingan secara khusus yang sifatnya accidental (tidak terjadwal) Daya Dukung Sarana dan Prasaran Biaya Komite Sekolah dan partisipasi masyarakat Dinas/Instansi terkait Pengadaan, Pemeliharaan, optimalisasi fungsi sarana dan prasarana Penggalian sumber dana dan optimalisasi fungsi pembiayaan Optimalisasi peran & fungsi Komite Sekolah, pemanfaatan lingkungan, dan peningkatan peran serta masyarakat. Pengembangan jaringan dengan lembaga lain, kemitraan Penilaian Kinerja dan Hasil Kerja SDM Utama (Kepala Sekolah, Guru, TU, Komite Sekolah) Supervisi dan Evaluasi Ketercapaian Program (8 SNP) 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 17-20

18 Penjelasan bagan di atas sebagai berikut : Tidak ada strategi yang paling tepat yang dapat diterapkan dalam pemenuhan semua standar disetiap SMA. Strategi implementasi SKM dimulai dengan menganalisis kesenjangan antara kondisi saat ini dengan profil SKM yang mengacu ke 8 SNP, baik dilihat dari segi dokumen, maupun dari segi pemahaman substansinya, Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, biaya, dan daya dukung lainnya. 1. Untuk pemenuhan Standar Isi, kesenjangan dari segi dokumen bisa dipenuhi melalui pengadaan (dokumen 8 SNP) dan penyusunan (bagi dokumen pendukung yang belum ada), dan revisi serta pengembangan bagi dokumen pendukung yang sudah ada atau sudah disusun. Sedangkan jika kesenjangan tersebut adalah dari segi pemahaman substansinya, maka hal ini berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di sekolah, yang harus memahami substansi dan isi dari 8 SNP, sehingga pemenuhannya dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang relevan, seperti IHT, workshop, diskusi, dan studi lanjutan. Dengan memperhatikan pengertian Standar Isi (SI) yang dijelaskan sebelumnya, maka SI merupakan inti dari kegiatan pendidikan yang berlangsung di sekolah, yang diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian maka pemenuhan standar isi menjadi kewajiban SMA yang paling utama. 2. Pemenuhan Standar Proses berkaitan dengan keberlangsungan proses pembelajaran di SMA, yang memiliki aspek dan indikator yang dapat dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan SMA tersebut. Pentahapan ini harus didasarkan pada skala prioritas tentang mana aspek/indikator yang harus didahulukan (misalnya implementasi KTSP), dan mana yang bisa dutangguhkan (misalnya pelaksanaan jumlah siswa maksimal 32 orang). 3. Strategi pemenuhan Standar Ppendidik dan Kependidikan dilihat dari segi kualifikasi dan kuantitas, serta pemanfaatan kompetensi. Dari segi kualifikasi dan kuantitas biasanya akan sulit dilakukan, hal ini berkaitan dengan masalah pembiayaan dan waktu, serta kebijakan dari pemerintah daerah, dengan demikian maka pemenuhannya dapat dilakukan melalui usulan, baik studi lanjut bagi yang sudah ada dan belum memenuhi kualifikasi minimal, maupun pengususlan perekrutan bagi tenaga yang belum ada. Optimalisasi peran dan fungsi masing masingtenaga juga merupakan suatu strategi yang dapat ditempuh, dan harus dilaksanakan monitoring/pengawasan dan evaluasi. 4. Standar Pengelolaan, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan, merupakan rangkaian dari ketiga standar yang telah dibahas diatas, dan implementasinya tidak bisa dilakukan belakangan. Ke-enam standar ini harus menjadi kegiatan prioritas utama dalam implementasinya di SMA. 5. Untuk selanjutnya, pemenuhan standar sarana-prasarana dan standar pembiayaan dalam implementasinya dapat dilakukan sesuai kemampuan, baik dilihat dari kemampuan pemerintah daerah, SMA, maupun daya dukung dan peran serta masyarakat. Dalam kedua standar ini akan lebih berfungsi dengan efektif apabila dilaksanakan dengan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan biaya yang ada secara optimal. 6. Optimalisasi daya dukung eksternal dapat dilaksanakan melalui bentuk kemitraan baik dengan Dinas Instansi Pemerintahan, Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, maupun dengan Lembaga Swasta yang mendukung, dan diwujudkan dengan dokumen tertulis. 7. Pelaksanaan monitoring, supervisi dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Hasil dari kegiatan ini dijadikan umpan balik dalam perbaikan program dan proses kegiatan, serta program dan proses pembelajaran selanjutnya. 8. Penilaian kinerja dari seluruh personil harus dilakukan minamal dalam satu tahun sekali, agar diperoleh gambaran sejauh mana program pemenuhan SNP dapat dicapai. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 18-20

19 B. LANGKAH KERJA Berdasarkan strategi yang telah ditetapkan, maka kegiatan berikutnya dalam imlementasi SKM ini adalah menentukan langkah kerja berupa kegiatan yang merupakan penjabaran dari strategi umum yang telah diojelaskan diatas. Langkah kerja tersebut dapat dijelaskan sebagai sebagai berikut; 1. Mempelajari dan memahami dokumen SNP (UU Nomor 20 tahun 2003, PP nomor 19 tahun 2005, Permendiknas tentang SNP, Panduan yang diterbitkan oleh BSNP, dan berbagai panduan tentang SKM yang diterbitkan oleh Dit. PSMA). Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui; a. Workshop/IHT secara rutin yang melibatkan seluruh guru, tata usaha, dan komite sekolah sekurang kurangnya 3 (tiga) bulan sekali b. Workshop/IHT MGMP sekolah secara rutin (mingguan, 2 mingguan, bulanan, dst.) c. Mengundang narasumber/fasilitator dari Dinas Provinsi/Kab./Kota/sekolah setempat, serta nara sumber lain yang dapat mendukung keberlangsungan proses pendidikan di sekolah, secara periodik sesuai kebutuhan. d. Memanfaatkan sarana TIK melalui website, , chating yang tersedia untuk berkomunikasi, sharing informasi, atau konsultasi dengan pihak pihak terkait, misalnya : BSNP, Direktorat PSMA, atau sekolah lainnya. 2. Melakukan analisis kontek a. Potensi daerah dan karakter lingkungan b. Potensi dan daya dukung internal dan eksternal sekolah dalam pemenuhan SNP c. Daya dukung pemangku kepentingan dalam pemenuhan SNP (Kebijakan, program, pembiayaan, sarana prasarana, dll). Potensi dan kebutuhan peserta didik. 3. Menyusun dan menentukan skala prioritas pemenuhan kebutuhan SNP untuk jangka menengah dan tahunan dengan tetap mempertimbangkan setiap sasaran pada tiap Standar Nasional yang disusun oleh tim pengkaji. Selain dari itu, perlu dilakukan konversi rancangan program dengan profil SKM. Dalam proses pencapaian SNP tersebut, prioritas tidak hanya difokuskan ke standar yang masih kurang, tetapi juga tidak dapat dilupakan tentang adanya standar yang memiliki ketercapaian tinggi, namun memerlukan dukungan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia di sekolah, baik tenaga, sarana dan prasarana maupun pembiayaan. 4. Menyusun dan menganalisis daftar kebutuhan pemenuhan SNP (Standar Isi, Standar Kelulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian) yang dilakukan oleh tim kerja mengacu pada profil SKM yang telah disiapkan oleh Direktorat Pembinaan SMA. 5. Menyusun dan menentukan skala prioritas pemenuhan kebutuhan SNP untuk menengah dan tahunan. 6. Menyusun rencana kerja jangka menengah (RKJM) empat tahunan dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) berdasarkan hasil dari langkah kerja 1 sampai dengan langkah kerja Melaksanakan dan mengevaluasi program sesuai prosedur dan berkesinambungan. Hal ini dapat dilakukan diantaranya dengan dengan mengidentifikasi perkembangan dan permasalahan program yang sudah maupun yang belum dilaksanakan, menyusun evaluasi keberhasilan tiap program, dan menyusun kegiatan tindak lanjut hasil identifikasi dan evaluasi keberhasilan maupun permasalahan. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 19-20

20 BAB IV PENUTUP 1. Sekolah Kategori Mandiri merupakan sekolah yang telah atau hampir memenuhi standar nasional pendidikan yang dalam pelaksanaannya sekolah secara bertahap memenuhi standar nasional pendidikan sesuai dengan tingkat kondisi nyata serta dukungan internal dan ekternal sekolah. Pencapaian SNP yang dilakukan sekolah merupakan tanggungjawab bersama antara sekolah, pemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat. 2. Sesuai amanat PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, semua sekolah diharapkan 7 tahun sejak dikeluarkannya PP tersebut sudah dapat mencapai SKM. Oleh karena itu Kementerian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Sekolah secara terprogram, terkoordinasi, dan berkesinambungan harus mengupayakan pencapaian SKM di semua SMA baik negeri maupun swasta. 3. Panduan penyelenggaraan SKM ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam mencapai SNP serta menjadi rujukan pembinaan dan peningkatan kapasitas sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Selain itu penyusunan dokumen panduan penyelenggaraan SKM SMA ini dilakukan sebagai upaya memudahkan bagi semua pihak yang terkait dalam melaksanakan program-program dalam mencapai dan memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 20-20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan dan kemudahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 93 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 93 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 JUKNIS ANALISIS STANDAR SARANA DAN PRASARANA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66 G. URAIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KURIKULUM Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102 JUKNIS PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KONTEKS SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102 G. URAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin Bab I. Pendahuluan Rasional Disvaritas kondisi persekolahan di Indonesia sangat tinggi.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) VISI PENDIDIKAN NASIONAL Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. PROSEDUR KERJA 4 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 1 1. Pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan 2 2. Landasan Pengembangan KTSP

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA Prof. Suyanto, Ph.D Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan Pembangunan Pendidikan

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 79

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 79 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 79 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 82 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK UU SISDIKNAS NO 20 TH 2003 BAB IX STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Pasal 35 (1) dan (2): (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006 Tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; dan Permendiknas No. 23 Tahun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 82 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan Drs., M.Pd. KURTEK FIP - UPI Fungsi: Drs., M.Pd. KURTEK FIP - UPI Fungsi & Tujuan SNP Dasar perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu Tujuan:

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan Drs., M.Pd. KURTEK FIP - UPI Drs., M.Pd. KURTEK FIP - UPI Apa KTSP? Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah) Mengacu kepada standar isi, standar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit. KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Program Implementasi Sekolah Kategori Mandiri A. Latar Belakang Permasalahan utama pendidikan adalah disparitas mutu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan (1) ketersediaan pendidik

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING DAN EVALUASI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 27 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas akan mampu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama 143 BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama yang harus dilalui adalah pembentukan tim pengembang kurikulum. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2016 PANDUAN PELAKSANAAN Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan 2016 Panduan Pelaksanaan Pendampingan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK

PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK IMPLEMENTASI PP NO 19 TAHUN 2005 PADA PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Minhajul Ngabidin, S.Pd Disampaikan pada Workshop KBK-TK bagi Kepala TK Se-Kecamatan Oebobo 3-4 September 2007 PP No. 19 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 27 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Danny Meirawan Pengajar pada Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI Disajikan pada Rapat Koordinasi LPMP Jawa Barat-15 Februari 2010. Latar Belakang OTONOMI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar Komponen, Aspek, Indikator 1. Sumber Daya Manusia 1.1 Kompetensi pengoperasian komputer, jaringan dan internet 1.1.1 Lebih dari 90% tenaga pendidik mampu mengoperasikan

Lebih terperinci