BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahanbahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahanbahan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Pencemaran Pencemaran Logam Berat Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahanbahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 2008: 10). Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal digunakan logam sebagai alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam, hal ini dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu udara, tanah dan air (Iyabu, 2008: 89). Inswiasri, 2008 (dalam Petasule 2012: 8) menyatakan bahwa Merkuri atau air raksa (Hg) muncul di lingkungan secara alamiah dan berada dalam beberapa bentuk yang pada prinsipnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk utama yaitu: 1. Merkuri metal (Hg) merupakan logam berwama putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu kamar akan menguap 9

2 10 dan membentuk uap Merkuri yang tidak berwarna dan tidak berbau. Makin tinggi suhu, makin banyak yang menguap. Banyak orang yang telah menghirup Merkuri mengatakan bahwa terasa logam dimulutnya. 2. Senyawa Merkuri anorganik terjadi ketika Merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin (Cl ), sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam Merkuri. Senyawa Merkuri anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali Merkuri sulfida (HgS) yang biasa disebut Chinabar adalah berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. 3. Senyawa Merkuri organik terjadi ketika Merkuri bertemu dengan karbon atau organomerkuri. Banyak jenis organomerkuri, tetapi yang paling popular adalah metilmerkuri (dikenal dengan monometilmercuri) CH3-Hg- COOH. Pada waktu yang lampau, senyawa organomerkuri yang dikenal adalah fenilmerkuri yang digunakan dalam beberapa produk komersial. Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri (CH3-Hg-CH3) yang juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia Pencemaran Logam Berat terhadap Perairan Pencemaran air merupakan bagian dari pencemaran lingkungan. Dalam undang-undang tahun 1997 telah ditetapkan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi dengan peruntukannya (Iyabu, 2008: 89).

3 11 Keberadaan logam-logam dalam badan perairan dapat berasal dari sumbersumber alamiah dan dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber logam alamiah yang masuk ke dalam badan perairan bisa berupa pengikisan dari batu mineral yang banyak di sekitar perairan. Disamping itu, partikel-partikel logam yang ada di udara, dikeluarkan oleh hujan, juga dapat menjadi sumber logam di badan perairan. Adapun logam yang berasal dari aktivitas manusia dapat berupa buangan sisa dari industri ataupun buangan rumah tangga (Palar, 2008:36). Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya racun dari logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan. Dari sekian banyak faktor yang menjadi penentu dari daya racun yang ditimbulkan oleh logam-logam terlarut, ada 4 faktor yang sangat penting. Faktor-faktor tersebuat menurut Palar, 2008: adalah sebagai berikut : 1. Bentuk logam dalam air Apakah logam-logam tersebut berada dalam bentuk senyawa organik dan senyawa anorganik. Selanjutnya bentuk persenyawaan ini dibagi lagi, apakah berupa senyawa-senyawa anorganik yang dapat larut. Selanjutnya, senyawa-senyawa organik yang dapat larut dalam badan perairan akan dapat diserap dengan mudah oleh biota perairan. 2. Keberadaan logam-logam lain Adapun logam-logam lain dalam badan perairan dapat menyebabkan logamlogam tertentu menjadi sinergenetis ataukah sebaliknya, menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan. Di samping itu, interaksi antara logam - logam tersebut bisa juga gagal atau tidak terjadi sama sekali. Tetapi untuk

4 12 logam-logam berat yang bersifat sinergenetis, apabila bertemu dengan pasangannya dan membentuk suatu senyawaan dapat berubah fungsi menjadi racun yang sangat berbahaya dan atau mempunyai daya racun yang berlipat ganda. Sebaliknya, untuk logam-logam berat yang bersifat antagonis, apabila terjadi persenyawaan dengan pasangannya maka daya racun yang ada pada logam-logam berat tersebut akan berkurang. 3. Fisiologis dari biota (organisme)nya Proses fisiologi yang terjadi pada setiap biota turut mempengaruhi tingkat logam berat yang menumpuk (akumulasi) dalam tubuh dari biota perairan. Besar kecilnya logam berat yang terkandung dalam tubuh akan daya racun yang ditimbulkan oleh logam berat. Di samping itu proses fisiologi ini turut mempengaruhi peningkatan kandungan logam berat dalam badan perairan. Ada biota-biota tertentu yang mempunyai kemampuan untuk menetralisasi (mentoleransi) logam-logam berat tertentu sampai pada konsentrasi tertentu pula (mempunyai toleransi tinggi). Sementara itu, biota-biota lainnya tidak memiliki kemampuan untuk menetralisasi daya racun dari logam-logam berat yang masuk (toleransi rendah). 4. Kondisi biota Kondisi dari biota-biota berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang di lalui oleh biota dalam hidupnya. Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu dan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang di timbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap

5 13 semua biota perairan tidak sama, namun kehancuharan dari satu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutannya, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tekanan ekosistem perairan (Palar, 2008: 37). Menurut Hakim, 2003: 63, Awalnya bentuk pencemar merkuri di lingkungan adalah dalam bentuk ion merkuri anorganik (Hg2+), dimana ia belum menunjukkan tingkat toksisitas yang tinggi karena hanya mikroorganisme saja yang mampu memanfaatkan dan dipergunakan sebagai penyusun tubuhnya. Didalam tanah yang lembab atau dalam tanah endapan, ion merkuri anorganik akan diubah menjadi merkuri organik oleh bakteri, yaitu dalam bentuk metal merkuri dan etil merkuri yang terlarut. Oleh bakteri yang aerob, ion merkuri akan diendapkan dalam bentuk metal merkuri dan kemudian diuraikan menjadi ion metal merkuri dan uap merkuri. Sementara itu ion metal merkuri yang terdapat didalam air akan mudah diambil oleh plankton dan didalam tubuh plankton, konsentrasinya akan menjadi berlipat ganda. Oleh bakteri yang aerob, ion merkuri lansung ditransfer menjadi metal atau etil merkuri dan menjadi bagian dari tubuh bakteri. Sudah barang tentu bakteri akan dimangsa oleh mikroorganisme lain yang ada di air seperti plankton, dan plankton akan dimangsa oleh ikan-ikan kecil. Menurut Hadiharjon, 1995 (dalam Hakim, 2003: 63), dikawasan yang tercemar merkuri terdapat komponen merkuri toksik yang lengkap, antara lain dalam bentuk gas merkuri, metal merkuri atau etil merkuri baik yang terakumulasi dalam tubuh hewan maupun yang berada dalam keadaan bebas di udara, air dan tanah. Merkuri akan masuk ke rantai makanan dan dimulai dengan akumulasi merkuri

6 14 dalam tubuh bakteri, plankton dan hewan air lainnya. Begitu seterusnya, sehingga sampai ketubuh manusia dan menimbulkan keracunan. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh limbah industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawasenyawa merkuri pada bidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam bentuk metil, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organik. Keberadaan merkuri di perairan dapat disebabkan karena kegiatan industri misalnya pabrik cat, kertas, peralatan listrik dan oleh faktor alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi. Namun pencemaran merkuri disebabkan oleh kegiatan alamiah pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak terlalu berarti (Suyono, 2011: 17) Merkuri (Hydragyrum) Logam merkuri dilambangkan dengan Hg, pada tabel periodik unsur kimia menempati posisi golongan II B periode 6 dengan nomor atom 80 dan mempunyai bobot atom 200,29 serta mempunyai masa jenis sekitar 13,6 gr/cm 3 (Iyabu, 2008: 89). Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti perak cair. Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1%4% (Palar, 2008). Wardoyo, 1981 (dalam Suyono, 2011: 12) Air Raksa/merkuri sangat beracun, karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu sebesar 0,005 ppm.

7 15 Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam hal ini Air raksa/merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Bila dalam air, kadar merkuri sudah melampaui Nilai Ambang Batas, maka air yang diperoleh dari tempat tertentu dinyatakan berbahaya. Secara umum merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Palar, 2008): 1. Berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dengan titik beku paling rendah sekitar -39 C. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396 C. Pada temperatur 396 C ini telah terjadi pemuaian secara menyeluruh. 3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain. 4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik. 5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut dengan amalgam. 6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan. Untuk dapat masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan, merkuri (Hg) dapat masuk dari bermacam jalur dan bermacam-macam sumber, secara global sumber masuknya unsur logam Hg dalam tatanan lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah. Secara alamiah, Hg dapat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa lingkungan. Unsur ini dapat bersumber dari kegiatan-kegiatan gunung api rembesan air tanah yang melewati daerah deposit

8 16 mekuri. Sumber lain adalah debu-debu dan atau partikel-partikel Hg yang ada dalam lapisan udara yang di bawah turun oleh air hujan. Melalui jalur non alamiah Hg masuk kedalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari kegiatan manusia. Jalur dari kativitas manusia ini untuk memasukkan Hg kedalam tatanan lingkungan ada bermacam-macam pula. Sebagai contoh adalah buangan sisa industri yang memakai Hg dalam proses produksinya, industri pulp (bubur kayu) dan kertas merupakan sumber terbesar pencemaran merkuri, dari industri pertanian yang menggunakan senyawa merkuri sebagai anti jamur dimana dari areal pertanian ini sebagian merkuri akan terlarut dan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah (Suyono, 2011: 12-13). Palar 1994 (dalam Suyono, 2011: 13) Pada umumnya, merkuri (Hg) diperoleh dari hasil penambangan. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan bahwa setiap Batu bara rata-rata mengandung 1 ppm merkuri jumlah ini kelihatan sangat kecil sekali, tetapi penambangan dan pemakaian batubara di dunia sangat besar. Sampai tahun 1970 diperkirakan penggunaan batubara telah mencapai 5 x 10 9 ton. Keadaan ini menunjukan bahwa minimal 5000 ton merkuri telah dilepas kedalam lingkungan. Selanjutnya air buangan dari suatu laboraturium disinyalir ternyata juga mengandung merkuri. Keadaan ini memungkinkan karena terdapatnya senyawa merkuri dalam regen yang banyak dipakai dilaboraturiumlaboraturium. Kriteria World Health Organization Inswiasri, 2008 (dalam Petasule, 2012: 21) menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 μg/l 10 μg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg 2 mg/kg, sedangkan dalam urine

9 17 rata-rata 4 μg/l. Menurut Swedish Export Group kadar normal Merkuri dalam darah adalah 200 μg/l dan kadar normal Merkuri dalam rambut adalah sepermpat dari kadar dalam darah yaitu 50 μg/g. Dalam International Committee of Occupatinal Medicine, kadar batas normal Merkuri dalam darah untuk seseorang yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2 ppb, sedangkan untuk pengkonsumsi ikan antara 2-20 ppb. Konsentrasi aman Merkuri dalam darah adalah mg/g, sedangkan di rambut konsentrasi normal aman adalah 0.01 mg/g, dengan maksimal konsentrasi adalah mg/g. Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S.Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar Merkuri yang ada dalam air sungai, yaitu sebesar 0,005 ppm. Food and Drug Administration (FDA) mengestimasi pajanan Merkuri dari ikan rata-rata 50 ng/kg/hari atau kira-kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa dengan berat badan rata-rata (70 kg). Secara alamiah kandungan Merkuri di lingkungan adalah sebagai berikut: Kadar total Hg udara = ng/m3 untuk udara 22 outdoor di kota. Kadar total Merkuri air permukaan = 5 ppt = 5 ng/l dan kadar total Hg dalam tanah ppb Toksisitas Merkuri terhadap Manusia dan Hewan Air Toksisitas Merkuri terhadap Manusia Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaan memakan makanan dari laut, terutama sekali ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awalnya peristiwa kontaminasi terhadap biota laut adalah masuknya buangan industri yang mengandung merkuri ke dalam badan perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi

10 18 yang bekerja dilautan, konsentrasi merkuri yang masuk terus akan ditingkatkan disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik. Merkuri yang masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga masuk kedalam tubuh biota perairan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri (Palar, 2008: 104). Efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh adalah sebagai berikut (Palar, 2008: 104) : 1. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam jumlah yang cukup. 2. Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebaran, akumulasi dan waktu retensinya didalam tubuh. 3. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri, yang dibabkan oleh perubahan bentuk senyawa merkuri itu, dari satu tipe ke tipe lainnya. 4. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput kerja dinding membrane sel. 5. Kerusakan yang diakibatkan oleh merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen. Sampai sekarang belum diketahui cara efektif untuk memperbaiki kerusakan fungsi-fungsi itu.

11 19 Tabel 2.1 Peristiwa Keracunan Merkuri di Seluruh Dunia (1960-an) Lokasi Tahun Akibat Minamata-Jepang Irak Pakistan Barat Guatemala Nigata-Jepang (Sumber : Palar, 2008: 105) orang meninggal cidera 35 orang meninggal 321 orang cidera 4 orang meninggal 34 orang cidera 20 orang meninggal 45 orang cidera 5 orang meninggal 25 orang cidera Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein, menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidaril, fosforil, karboksil, amida dan amina, dimana gugus tersebut merkuri menghambat reaksi fungsi enzim. Pengaruh Toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, rute masuknya ke dalam tubuh dan lamanya ekspose (Darmono, 2010: 149). Merkuri memiliki afinitas yang tinggi terhadap fosfat, sistin, dan histidil rantai samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat dalam proses seluler. Toksisitas Hg pada umumnya terjadi karena interaksi Hg dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg + mampu menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolisme tubuh bisa diganggu dengan dosis rendah Hg. Garam Merkuri Anorganik bisa mengakibatkan presipilasi protein, merusak mukosa alat pencermaran, termasuk mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal atau membran filter glomelurus, menjadi lebih permeabel terhadap protein plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urine. Toksisitas kronis dari merkuri

12 20 anorganik meliputi gejala gangguan sistem syaraf, antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, Sastiano, Jusuf, 2008: 143) Toksisitas Merkuri terhadap Hewan Air Semua spesies kehidupan dalam air sangat terpengaruh oleh hadirnya logam yang terlarut dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi normal. Ikan merupakan jenis organisme air yang bergerak dengan cepat di dalam air. Ada jenis ikan yang baisanya hidup di perairan yang dangkal dan berenang di dasar air, dan ada juga yang hidup diperairan yang dalam dan berenang dekat permukaan air. Pengaruh polusi logam yang dapat menyebabkan kematian ikan dapat menyebabkan punahnya suatu spesies ikan. Hal tersebut banyak terjadi pada ikan yang hidup di perairan air dangkal (Darmono, 2010: 87). Insang sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (Osmerugulasi). Oleh sebab itu, insang merupakan organ yang paling penting terhadap ikan. Disamping itu insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam. Alat pencernaan seperti usus sebagai saluran pencernaan dan hati sebagai produksi enzim pencernaan selalu mengalami gangguan oleh pengaruh logam toksik. Toksisitas logam dalam saluran pencernaan terjadi melalui pakan yang terkontaminasi oleh logam. Seperti halnya makhluk tingkat tinggi lainnya ikan mempunyai organ ekskresi yaitu ginjal. Ginjal berfungsi untuk filtrasi dalam mengekskresikan bahan yang biasanya tidak

13 21 dibutuhkan oleh tubuh, termasuk bahan racun seperti logam berat yang toksik (Darmono, 2010: 87). Sinusi 1980 (dalam Suyono, 2011: 18), mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen. Fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah estuari dan daerah pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation, floculation dan reaksi adsorpsi Beberapa Jenis Ikan Laut Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Cakalang (Katsuwonus pelamis) menurut Fausan 2011 adalah ikan berukuran sedang dari family Scombridae. Tubuh Ikan cakalang berbentuk memanjang dan agak bulat, dengan dua sirip punggung yang terpisah. Bagian punggung berwarna biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Tubuh tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil. Adapun klasifikasi ikan cakalang adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum : Animalia : Chordata

14 22 Sub phylum Classis Sub Classis Ordo Familia Genus Spesies : Vertebrata : Teleostei : Actinopterygii : Perciformes : Scombridae : Katsuwonus : Katsuwonus pelamis (Sumber : Fausan, 2011) Gambar 2.1 Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Djuhanda, 1981 (dalam Sari, 2006: 4) Ikan tongkol mempunyai bentuk tubuh seperti cerutu dengan kulit licin dan tergolong tuna kecil. Sirip dada melengkung dan sirip dubur terdapat sirip tambahan kecil-kecil. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 15, yang kedua berjari-jari lemah 13, diikuti 8-10 jarijari tambahan atau finlet. Sirip dubur berjari-jari lemah 14 diikuti 6-8 jari-jari tambahan. Tongkol termasuk ikan buas, predator dan karnivor. Pada umumnya mempunyai panjang cm dan hidup bergerombol. Warna tubuh bagian atas biru kehitaman dan bagian bawah putih keperakan.

15 23 Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin 1984 (dalam Sari, 2006: 4) adalah sebagai berikut: Filum Subfilum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Teleostei : Actinopterygi : Perciformes : Scombridei : Scombridae : Euthynnus : Euthynnus sp. (Sumber : Sari, 2006) Gambar 2.2 Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Nontji, 1993 (dalam Sari, 2006: 4) Ikan tongkol hidup di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Panjang maksimumnya 1 meter. Tongkol dewasa juga memijah di perairan dekat pantai. Di Indonesia ikan ini merupakan ikan niaga bagi penduduk setempat. Beberapa propinsi menjadi tempat pendaratan

16 24 yang penting hasil tangkapan tongkol misalnya Sulawesi Utara, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) Bonnaterre, 1788 (dalam Miazwir, 2012: 20) Ikan tuna sirip kuning Thunnus albacores memiliki panjang tertinggi yang tercatat sekitar 210 cm dengan berat sekitar 176,4 kg. Tubuh lonjong memanjang, mempunyai warna biru tua metalik pada bagian belakang dan berubah menjadi kuning dan keparakperakan pada perut. Balutan kuning bergulir pada bagian sisinya dan perutnya mempunyai sekitar 20 garis-garis putus vertikal sebagai karakteristik yang tidak ditemukan pada jenis tuna lainnya, meskipun tidak selalu ada. Pada ikan tuna sirip kuning yang besar mudah untuk dikenal, yaitu dengan bentuk bulan sabit dari sirip dubur dan sirip punggung kedua yang memanjang kebelakang. Ikan Tuna Sirip Kuning memiliki beberapa istilah, yaitu tuna sirip kuning, ikan tuna sirip kuning atau Thunnus albacares. Berdasarkancollatte & Nauen 1983 (dalam Miazwir, 2012: 19). Klasifikasi ikan tuna sirip kuning adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Sub Phylum Class Sub Class Ordo Sub Ordo : Animalia : Chordata : Vertebrata : Pisces : Teleostei : Perciformes : Scombroidaei

17 25 Family Genus Species : Scombridae : Thunnus : Thunnus albacores (Sumber : Miazwir, 2006) Gambar 2.3 Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacores) Samadhiharga, 2009 (dalam Miazwir, 2012 :21) Ikan tuna sirip kuning merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra, menyebar kedalam kolam air sampai kebagian atas termoklin. Ikan tuna sirip kuning kebanyakan mengarungi lapisan kolam air 100 meter teratas, dan relatif jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Rata-rata umur ikan adalah 8 tahun. Ikan tuna sirip kuning memakan berbagai jenis ikan kecil, cumi-cumi, udang dan kepiting. Ikan tuna sirip kuning adalah ikan pemburu yang handal.

18 Tempat Pelelangan Ikan Tabel 2.2 Jumlah Produksi Ikan yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Kota Gorontalo tahun N O JENIS IKAN T A H U N (KG) Cakalang (Katsuwonus pelamis) 106, , , , , ,969 2 Layang (Decapterus sp) 148, ,260 98, , , ,531 3 Tongkol (Euthynnus affinis) 154, ,100 87,550 58,060 69, ,941 4 Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacores) - 25, ,130 61,260 82,621 93,515 5 Malalugis (Decapterus Macarellus) 88,010 72,670 89,690 49,480 25,734 57,532 6 Madidihang (Yellowfin 14, ,720 45,010 31,140 52,931 87,321 tuna) 7 Selar (Caranx leptolepis) 44,780 35,440 50,510 36,830 54,897 78,115 8 Tuna (Thunnus Sp) 127,420-11,770 10,390 19,816 7,763 9 Nike (Awaous melanocephal us) 10,260 19,360 25,030 21,780 23,863 34, Marlin ((Istiophorus sp) 11,730 19,020 12,080 6,950 27,622 22,985 (Sumber : PPI kota Gorontalo, 2012) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan. Menurut sejarahnya Pelelangan Ikan telah

19 27 dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di Pulau Jawa, dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya. Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melewati penawaran umum dan yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang adalah penawar tertinggi (Pramitasari, Anggoro, Susilowati, 2005: 13) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan tempat pertama dilakukan proses transaksi ikan. TPI ini merupakan salah satu sarana yang di sediakan di pelabuhan atau pendaratan ikan. Setelah selesai beroperasi, kapal-kapal penangkap ikan langsung membawa hasil tanggkapannya menuju pelabuhan atau tempat pendaratan terdekat. Setelah sampai di TPI, ikan-ikan hasil tangkapan tersebut di tumpahkan langsung ke lantai los pelelangan. Proses pelelangan ini berlangsung pagi dan sore hari untuk menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi (Junianto, 2003:79) Definisi Pelabuhan Perikanan menurut Wiryawan, Andarmawan: 8, yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Direktorat Jendral Perikanan Departemen Partanian RI (1981) Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya. 2. Menurut Departemen Pertanian dan Departemen Perhubungan (1996)

20 28 Pelabuhan Perikanan adalah sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan uasaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas didarat dan diperairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan perikanan yaitu: 1. Tempat tinggal (perkampungan) nelayan yang umumnya berdekatan dengan lokasi pelabuhan 2. Tempat peleleangan ikan dan fasilitasnya 3. Tempat persediaan air bersih dan suplai bahan bakar untuk kapal motor bangunan fasilitas umum yang berhubungan dengan kepentingan nelayan (Wiryawan, Andarmawan: 9).

21 Kerangka Berfikir Kerangka Teori Industri Pertambangan Emas Limbah Logam Berat Pencemaran Lingkungan Udara Air Tanah Sungai Laut Rantai Makanan Insang Difusi Biota Laut Cakalang Tongkol Tuna Sirip Kuning Gambar 2.4 Kerangka Teori

22 Kerangka Konsep Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Kadar Merkuri (Hg) Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) ) Gambar 2.5 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sungai kecil. Dengan demikian, laut akan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat

TINJAUAN PUSTAKA. sungai kecil. Dengan demikian, laut akan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat 6 TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Perairan Laut Laut merupakan tempat bermuaranya sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil. Dengan demikian, laut akan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat pencemar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Bahan makanan terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. energi untuk kepentingan berbagai kegiatan dalam kehidupan. Bahan makanan terdiri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Pangan Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena di dalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pencemaran Lingkungan 2.1.1.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak dikonversi lahan pantainya menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Penelitian kandungan Hg dilakukan pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga pasar tradisional, yaitu pasar Bilungala, pasar Mupuya

Lebih terperinci

UJI KADAR MERKURI PADA BEBERAPA JENIS IKAN DIPERAIRAN LAUT SULAWESI ROLINSA R DAI NIM

UJI KADAR MERKURI PADA BEBERAPA JENIS IKAN DIPERAIRAN LAUT SULAWESI ROLINSA R DAI NIM UJI KADAR MERKURI PADA BEBERAPA JENIS IKAN DIPERAIRAN LAUT SULAWESI ROLINSA R DAI NIM 811409069 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolagragaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pencemaran Air dan Klasifikasi Mutu Air. Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2001, tentang pengelolaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pencemaran Air dan Klasifikasi Mutu Air. Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2001, tentang pengelolaan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pencemaran Air dan Klasifikasi Mutu Air Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2001, tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Pangasius hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut Ekosistem yaitu suatu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk dan faktor-faktor

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Merkuri secara alamiah berasal dari kerak bumi, konsentrasi merkuri dikerak bumi sebesar 0,08 ppm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati urutan ke 67 diantara elemen

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu : Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO Siskawati Usman, Sunarto Kadir, Lia Amalia 1 siskawatiusman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya suatu mahluk hidup, zat cair atau zat padat, suatu energi atau komponen lain ke dalam air. Sehingga kualitas air menjadi

Lebih terperinci

Pengertian Siklus Sulfur

Pengertian Siklus Sulfur PENGERTIAN SIKLUS SULFUR DAN PROSES TERJADINYA SIKLUS SULFUR Pengertian Siklus Sulfur Sulfur merupakan perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi sulfur diokasida lalu menjadi sulfat dan kembali menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 YellowfinTuna. Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai. berikut: : Percomorphi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 YellowfinTuna. Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai. berikut: : Percomorphi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 YellowfinTuna berikut: Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai Kingdom Sub Kingdom Phylum Sub Phylum Kelas Sub Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perindustrian mengalami perkembangan yang pesat di dunia. Hal ini terjadi di masa revolusi industri yaitu di Eropa pada abad pertengahan. Awalnya mendirikan pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau aktivitas yang dianggap sebagai suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah maupun kering,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim : ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Yunita Miu Nim : 811409046 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup biasanya berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan logam Merkuri telah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak gugusan pulau mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Pengertian pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yaitu, Pencemaran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang tercepat diantara ikan-ikan laut yang

I PENDAHULUAN. sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang tercepat diantara ikan-ikan laut yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah.

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai. Waduk juga merupakan penampungan alami dalam pengumpulan unsur hara, bahan padatan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang merupakan satu diantara penghuni perairan dan juga menjadi sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, kerang juga memiliki kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat yang berasal dari limbah industri sudah lama diketahui. Limbah cair yang mengandung logam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara

BAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, pencemaran logam berat pada ekosistem perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara di dunia (Almeide

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan sektor industri. Di satu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik. Limbah anorganik menurut Mukhtasor (2007) merupakan bahan yang tidak dapat terurai atau termasuk dalam senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air di suatu tempat dapat berpengaruh terhadap tempat lain yang lokasinya jauh dari sumber pencemaran. Hal ini karena gaya grafitasi, air yang dapat mengalir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi Larutan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Terhadap Penurunan Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) Cadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada Kupang Putih

Lebih terperinci

Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut

Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut Pencemaran Laut Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi dan Taksonomi Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut mempunyai

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci