BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3, yakni; kolesterol, trigliserida,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3, yakni; kolesterol, trigliserida,"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Lipid dan Kolesterol Lemak dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3, yakni; kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid. Sekitar 2/3 dari kolesterol plasma disebut kolesterol teresterifikasi dan sisanya disebut kolesterol bebas. Kolesterol merupakan komponen terbanyak pada membran sel yang disintesis pada semua sel tubuh kecuali eritrosit. Molekul lemak memiliki karakteristik hidrofobik, sehingga agar lemak dapat dimetabolisme oleh tubuh, dibutuhkan suatu pelarut, yaitu apolipoprotein atau apoprotein. Ikatan antara lipid dan apoprotein disebut lipoprotein. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida (satu gliserol dan 3 asam lemak bebas), fosfolipid, dan apoprotein. Dikenal enam jenis lipoprotein berdasarkan hasil ultrasentifusi, yaitu; High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a. Masing-masing dari lipoprotein memiliki apolipoprotein tersendiri (Adam, 2009).

2 9 Peran utama kolesterol dalam proses patologi adalah sebagai faktor risiko terjadinya ateroskelosis pembuluh darah. Timbunan kolesterol berlebih dalam darah dapat menyebabkan perlekatan kolesterol pada dinding tunica intima pembuluh darah. Kolesterol kemudian akan mengalami fagositosis oleh makrofag, kemudian berproliferasi sebagai foam cell dengan gambaran plak lipid yang besar. Plak ini kemudian meluas hingga bagian lumen lainnya, dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah. Sumbatan akibat plak lipid yang terjadi menyebabkan terjadinya penumpukan materi degeneratif, sehingga sumbatan lipid makin membesar dan berubah menjadi plak ateroma. Penyumbatan oleh plak ateroma menyebabkan peningkatan tekanan intravaskular, yang kemudian dapat menyebabkan penyempitan atau bahkan sobeknya bagian pembuluh yang tersumbat. Penyempitan dan/atau kerusakan ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai gejala sindrom koroner akut (Adam, 2009). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah; 1. Induksi peningkatan jumlah reseptor LDL pada sel hati oleh hormon tiroid, sehingga konsentrasi kolesterol plasma akan menurun (Guyton & Hall, 2005). 2. Penurunan kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol HDL oleh hormon estrogen. 3. Obstruksi empedu dan diabetes yang menyebabkan peningkatan kolesterol plasma (Ganong, 2005).

3 10 4. Peningkatan kolesterol HDL dan penurunan kolesterol LDL oleh vitamin niasin dosis tinggi. 5. Kompaktin, mevinolin menghambat HMG-KoA reduktase sehingga menurunkan kadar kolesterol plasma. 6. Diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, terutama pada lemak hewani dan minyak tumbuhan tropis (minyak kelapa, minyak sawit), yang meningkatkan kadar kolesterol plasma. Asam-asam lemak ini merangsang sintesis kolesterol dan menghambat perubahannya menjadi garam-garam empedu. 7. Suplemen serat dari makanan, yang mempengaruhi penyerapan kolesterol di usus, misalnya; kulit gandum dan sekam biji-psilium (Ganong, 2005). 8. Peningkatan pemakaian glukosa oleh tubuh akibat aktivitas hormon insulin, sehingga akan mengurangi pemakaian lemak (Guyton & Hall, 2005). 9. Faktor genetik, misalnya pada hiperkolesterolemia familial, penderitanya tidak memiliki gen untuk membentuk protein reseptor LDL, sehingga selsel tidak dapat menyerap LDL dari darah (Ganong, 2005). 10. Penyakit pada hati yang merupakan tempat degradasi insulin. Hati merupakan tempat pembentukan kolesterol, mengekstraksi kolesterol lama, dan mensekresikannya ke dalam kantung empedu, sehingga bila hati rusak, jumlah insulin akan meningkat dan akan menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah (Guyton & Hall, 2005).

4 Stres yang menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatis yang melepaskan epinefrin dan norepinefrin, yang kemudian akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah (Guyton & Hall, 2005). II.1.2 Metabolisme Lipoprotein Lipoprotein memiliki tiga jalur metabolisme, yaitu jalur eksogen, endogen, dan reverse cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berkaitan dengan metabolisme LDL dan trigliserida, sedangkan jalur reverse cholesterol transport berkaitan dengan metabolisme HDL (Adam, 2009). 1. Jalur Eksogen Lemak yang didapat oleh tubuh dari diet terdiri dari trigliserida dan kolesterol, selain itu lemak juga disintesis oleh tubuh dalam bentuk kolesterol hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Trigliserida diserap oleh enterosit usus halus dalam bentuk Free Fatty Acid (FFA), sedangkan kolesterol diserap dalam bentuk kolesterol ester. Keduanya diubah kembali ke bentuk semula dalam usus halus, lalu bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein membentuk lipoprotein yang dikenal sebagai kilomikron. Kilomikron masuk ke saluran limfe, dan melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron kemudian mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dari sel endotel menjadi FFA untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan selebihnya disimpan di hati. Kilomikron dengan sisa kolesterol ester disebut kilomikron remnant (sisa), kemudian juga akan disimpan dalam organ hati (Gambar 1) (Adam, 2009).

5 12 2. Jalur Endogen Sintesis lemak di hati akan menghasilkan VLDL. Dalam sirkulasi, trigliserida dalam VLDL akan mengalami hidrolisis oleh LPL menjadi IDL. IDL kemudian mengalami hidrolisis lebih lanjut menjadi molekul yang lebih kecil yaitu LDL. VLDL, IDL, dan LDL sebagian akan kembali ke hati sebagai kolesterol ester, sedangkan sisa LDL diangkut kembali ke hati dan jaringan steroidogenik seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang memiliki reseptor LDL (Gambar 1). Dalam keadaan hiperlipidemia, LDL dapat terakumulasi pada tunica intima pembuluh darah, dan rentan terhadap oksidasi oleh radikal bebas. Apabila LDL mengalami oksidasi, endotel akan mengekspresikan molekul adhesif pada permukaan dindingnya. Hal ini direspon oleh reseptor scavenger-a (SR- A) pada makrofag dengan migrasi dan penempelan makrofag pada molekul tersebut. LDL yang teroksidasi kemudian mengalami fagositosis oleh makrofag, dan LDL teroksidasi didalam makrofag kemudian memicu proliferasi makrofag menjadi sel busa (Adam, 2009). Gambar 3. Jalur Metabolisme Eksogen dan Endogen (Ganong, 2005)

6 13 3. Reverse Cholesterol Transport HDL bermula sebagai HDL nascent yang berasal dari usus halus dan hati. HDL nascent mendekati makrofag dan mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Kolesterol bebas dari makrofag kemudian mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim Lechitin Cholesterol Acyltransferase (LCAT). Setelah terjadi esterifikasi, kolesterol ester kemudian ditransportasikan ke hati melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu dimana kolesterol ester diangkut oleh Scavenger Receptor Class B type 1 (SR-B1). Jalur kedua adalah ketika kolesterol ester dalam HDL ditukar dengan trigliserida dari VLDL dan LDL dengan bantuan Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP) (Gambar 2) (Adam, 2009). Gambar 4. Jalur Metabolisme Reverse Cholesterol Transport (Cho, 2009)

7 14 II.1.3 HDL (High Density Lipoprotein) HDL adalah salah satu lipoprotein yang merupakan bagian dari 6 hasil sentrifusi lipoprotein. Pada penderita dislipidemia, rasio dari LDL/HDL masih menjadi alat standar untuk evaluasi risiko PJK (Fernandez & Webb, 2008). Kolesterol HDL disintesis dan disekresikan terutama oleh hati dan sebagian kecil di epitel usus selama absorbsi lemak dari usus. Kolesterol HDL mengandung konsentrasi protein yang tinggi, kira-kira 50% protein, dengan konsentrasi kolesterol dan fosfolipid lebih kecil (Gambar 3) (Guyton & Hall, 2005). Gambar 5. Struktur HDL (Cho, 2009) Kolesterol HDL berfungsi sebagai tempat penyimpanan apo C dan E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. Konsentrasi kolesterol HDL berbanding lurus dengan aktivitas lipoprotein lipase, dan terbalik terhadap konsentrasi triasilgliserol plasma (Navab et al, 2009).

8 15 Keadaan ini mungkin terjadi karena konsentrasi kolesterol HDL mencerminkan efisiensi pembersihan kolesterol dari jaringan, namun hanya kolesterol HDL yang hanya mengandung apo A-I bersifat protektif terhadap aterosklerosis, dengan mekanisme antioksidan terhadap oksidasi LDL (Navab et al, 2009). HDL bertugas untuk membawa kolesterol di dinding arteri, sehingga kadar kolesterol HDL yang tinggi (>60 mg/dl atau 1.6 mmol/l) memiliki efek protektif terhadap insidensi PJK, sedangkan kadar HDL dalam jumlah rendah (<40 mg/dl atau 1,0 mmol/l) adalah faktor risiko dari timbulnya PJK (Ingellson et al, 2002). Peningkatan HDL memiliki efek positif, dimana peningkatan 1% HDL menunjukkan penurunan kejadian PJK sebesar 0,7-3,0%. Namun, HDL sendiri dapat menjadi HDL disfungsional (Gambar 4) oleh karena deteriorasi fungsi dan struktur HDL oleh berbagai faktor, antara lain; oksigen reaktif, mieloperoksidase, dan lipoksigenase, sehingga HDL menjadi aterogenik dan prooksidatif, dimana dalam kadar yang tinggi justru meningkatkan angka kejadian PJK. Fungsi antiaterosklerotik HDL didapat melalui kemampuannya untuk melakukan transpor balik kolesterol dari sel perifer ke hati (Navab et al, 2009).

9 16 Gambar 6. HDL Fungsional dan Disfungsional (Yamashita et al, 2010) Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol pada manusia yang dikutip dari ATP III (Adult Treatment Panel III) yang ditetapkan oleh National Cholesterol Education Program, National Institutes of Health, Lung and Blood Institutes (2002); Tabel 1. Klasifikasi Kadar Kolesterol LDL Total Kolesterol (mg/dl) Kolesterol LDL (mg/dl) <200 Yang diharapkan <100 Optimal Borderline Sedikit Optimal 240 Tinggi Borderline Sumber : NHLBI, Tinggi Sangat Tinggi Tabel 2. Klasifikasi Kadar Kolesterol Trigliserida Kategori Trigliserida Level ATP II Level ATP III Trigliserida normal <200 mg/dl <150 mg/dl Trigliserida ambang mg/dl mg/dl batas normal Trigliserida tinggi mg/dl mg/dl Trigliserida sangat tinggi >1000 mg/dl 500 mg/dl Sumber : NHLBI, 2002.

10 17 Tabel 3. Klasifikasi Kadar Kolesterol HDL Serum Kolesterol HDL (mg/dl) <40 Rendah Kolesterol HDL 60 Tinggi Kolesterol HDL Sumber : NHLBI, II.1.4 Dislipidemia Dislipidemia diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni hiperlipidemia dan hipolipidemia. Hiperlipidemia dapat terjadi secara primer maupun sekunder (disebabkan penyakit lain, contohnya diabetes mellitus dan obesitas), dimana pada hiperlipidemia dapat ditemukan hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau campuran keduanya (Warwe, 2006). Hiperlipidemia adalah bagian dari dislipidemia, yaitu keadaan dimana terdapat kelainan kadar profil lipid yang diklasifikasikan menjadi ringan (LDL mg/dl), sedang (LDL mg/dl dan/atau kolesterol total mg/dl) dan berat (LDL>220 mg/dl) (Price & Wilson, 2006). Pada suatu penelitian ditemukan 15% pasien PJK tahap awal memiliki riwayat hiperlipidemia familial. Dimana anggota keluarga yang mengidap hiperlipidemia familial dapat mengalami kenaikan kadar trigliserid, kolesterol LDL, bahkan penurunan kadar kolesterol HDL (Seiko et al, 2010). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009, prevalensi dislipidemia di Indonesia pada usia 25 hingga 34 tahun sebesar 9.3% sementara pada usia tahun sekitar 15.5% (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

11 18 Beberapa faktor predisposisi yang telah teridentifikasi sebagai penyebab hiperlipidemia antara lain; 1. Genetik Hiperlipidemia familial adalah bentuk kelainan pada gen yang mengatur metabolisme lemak yang terwaris dari orangtua penderita. Penderita kelainan genetik ini mempunyai kadar lemak yang kian meningkat dan derajatnya bervariasi sesuai jenis kelainan genetiknya. Pada tikus dengan galur yang berbeda juga terdapat variasi dalam metabolisme lemak maupun dalam jumlah normal kolesterol di dalam darah (Karyadi, 2006). 2. Usia Telah diketahui bahwa proses degeneratif pada penuaan dapat mengurangi efektivitas metabolisme lemak, yang menyebabkan kadar kolesterol meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Jaagus et al, 2010). 3. Jenis kelamin Pria memiliki risiko lebih besar untuk mengalami aterosklerosis dibanding wanita dalam usia pre-menopause. Hal ini disebabkan faktor hormonal wanita, yakni hormon estrogen, yang memiliki efek protektif terhadap penyakit kardiovaskuler (Jaagus et al, 2010). 4. Diet Sekresi VLDL oleh hati sangat dipengaruhi oleh asupan energi yang melampaui kebutuhan untuk aktivitas fisik dan metabolisme basal. Hal ini mencerminkan bahwa peningkatan asupan kolesterol pada manusia tidak

12 19 sepenuhnya diimbangi dengan penurunan kolesterogenesis di hepar. Pembatasan diet kolesterol hingga kurang dari 200 mg/hari pada individu normal atau dengan diet rendah lemak jenuh hingga 8% dari total kalori diet dapat mengurangi 10-15% kadar kolesterol serum. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat dapat menimbulkan hipertrigliseridemia setelah jam dan akan mencapai maksimum dalam 1-5 minggu (dedenus et al, 2004). 5. Obesitas Tingginya kadar kolesterol darah umumnya ditemukan pada pasien obesitas. Beberapa penelitian membuktikan individu dengan presentasi fisik yang tinggi akan lemak tubuh juga memiliki kadar kolesterol LDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Karyadi, 2006). 6. Aktivitas fisik Minimnya aktivitas fisik yang dilakukan menjadi faktor risiko untuk terjadinya PJK akibat penurunan metabolisme makanan oleh tubuh, penurunan kolesterol HDL, peningkatan kolesterol LDL, peningkatan tekanan darah, dan penurunan sensitivitas insulin (Karyadi, 2006). 7. Gaya hidup dan penggunaan obat Pada tikus, paparan asap rokok menunjukkan penurunan kadar HDL yang signifikan. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan kadar kolesterol darah yang lebih tinggi umumnya ditemukan pada individu dengan tingkat stres tinggi, dibandingkan dengan kondisi pada individu dengan tingkat

13 20 stres terkendali. Pemakaian obat anti hipertensi dan pil kontrasepsi yang terlalu lama atau tidak sesuai dengan anjuran penggunaan yang diberikan juga dapat mempengaruhi metabolisme lemak (Karyadi, 2006). 8. Penyakit pendahulu Studi terkini menemukan adanya hiperlipidemia pada penderita penyakit metabolik seperti diabetes. Penyakit lain seperti hipotiroid, penyakit ginjal dan aterosklerosis juga memperlihatkan pola lipoprotein abnormal sekunder yang mirip dengan keadaan yang diwariskan secara primer (Karyadi, 2006). Hiperkolesterolemia merupakan karakteristik hiperlipidemia yang sebelumnya telah disebutkan sebagai pencetus kejadian PJK. Hiperkolesterolemia diyakini mengganggu fungsi endotel dengan meningkatkan produksi radikal bebas oksigen. Radikal ini menonaktifkan nitrat oksida, yaitu faktor endotheliatrelaxing pembuluh darah yang utama, sehingga pembuluh darah tidak dapat berdilatasi dengan normal. Apabila keadaan ini berlangsung kronis, lipoprotein akan tertimbun dalam lapisan intima pembuluh darah. Pajanan radikal bebas dalam sel endotel dinding arteri menyebabkan terjadinya oksidasi LDL, yang menyebabkan timbulnya plak ateroma. Rendahnya kadar HDL yang merupakan faktor pencegah penimbunan lipoprotein dalam pembuluh darah, penyakit diabetes melitus, defisiensi estrogen, hipertensi, dan adanya derivat rokok dalam pembuluh darah memungkinkan proses oksidasi ini berlangsung terus-menerus tanpa adanya perbaikan (Price & Wilson, 2006).

14 21 Rendahnya kadar HDL memicu adhesi monosit, migrasi sel otot polos subendotel, dan penimbunan LDL yang teroksidasi dalam makrofag akibat proses fagositosis LDL yang tertimbun dalam lapisan intima. Apabila terpajan LDL yang teroksidasi, makrofag menjadi sel busa, yang terlihat secara makroskopis sebagai bercak lemak. Akhirnya, deposisi lipid dan jaringan ikat mengubah bercak lemak ini menjadi ateroma lemak fibrosa matur. Ruptur menyebabkan inti bagian dalam plak terpajan dan meningkatnya perlekatan elemen sel, termasuk trombosit. Lalu deposisi lemak dan jaringan ikat mengubah plak fibrosa menjadi ateroma, yang dapat mengalami perdarahan, ulserasi, kalsifikasi, atau trombosis (Price & Wilson, 2006). II.1.5 Bawang Putih (Allium sativum L.) Berikut adalah data kedudukan botani bawang putih; Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Liliales : Liliaceae : Allium Jenis : Allium sativum L. Bawang putih adalah tumbuhan berumbi lapis dengan siung yang bersusun, yang tumbuh secara berumpun setinggi cm, dengan mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun, dan batang sejati di dalam tanah. Helaian daunnya berbentuk pipih dan memanjang, sedangkan akar bawang putih berbentuk serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Setiap

15 22 umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang putih umumnya merupakan tumbuhan dataran tinggi, namun di Indonesia, jenis bawang putih tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar meter di atas permukaan laut (IPTEKnet, 2005). Kandungan nutrisi dalam 100 gram umbi bawang putih terkandung (Oey, 1998); 1. Energi : 112 kkal (477 KJ) 2. Air : 71 g 3. Protein : 4.5 g 4. Lemak : 0.20 g 5. Hidrat arang : g 6. Mineral : 1.2 g 7. Kalsium : 42 mg 8. Fosfor : 134 mg 9. Besi : 1 mg 10. Vitamin B1 : 0.22 mg 11. Vitamin C : 15 mg Di samping itu, dari beberapa penelitian didapatkan bahwa umbi bawang putih mengandung zat aktif alliin, allicin, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium, scordinin, serta asam nikotinat (IPTEKnet, 2005).

16 23 2. Senyawa aktif pada bawang putih (Allium sativum L.) yang berhubungan dengan peningkatan kolesterol HDL. a. Organosulfur Organosulfur dalam umbi bawang putih membentuk mekanisme pertahanan dari kerusakan akibat mikroorganisme dan faktor eksternal lainnya, serta berperan saat pembentukan tunas (Amagase et al, 2001). Dua senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatile γ-glutamil-salk(en)il-l-sistein, dan minyak atsiri S-alk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin. Dua senyawa di atas menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur lainnya. Kadarnya dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa organosulfur di dalam umbi (Zhang, 1999). Senyawa γ-glutamil-s-alk(en)il-l-sistein merupakan senyawa intermediet biosintesis pembentukan senyawa organosulfur lainnya, termasuk allisin. Senyawa ini dibentuk dari jalur biosintesis asam amino. Dari γ-glutamil-s-alk(en)il-l-sistein, reaksi enzimatis yang terjadi akan menghasilkan banyak senyawa turunan, melalui dua cabang reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan S-allil sistein (SAC) (Gambar 5). Dari jalur pembentukan thiosulfinat akan dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin, ajoene, dan senyawa sulfur lain. Proses reaksi pemecahan γ-glutamil-s-alk(en)il-l-sistein berlangsung dengan bantuan enzim γ-glutamil transpeptidase dan γ-glutamil-peptidase oksidase, serta akan menghasilkan allisin (Song & Milner, 2001).

17 24 Gambar 7. Jalur Pemecahan γ-glutamil-s-alk(en)il- L-sistein (Amagase et al, 2001) Gambar 8. Reaksi Pembentukan Allisin (Amagase et al, 2001) Allisin merupakan senyawa prekursor dari pembentukan berbagai senyawa allil sulfida (Gambar 7). Allisin bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami reaksi lanjut. Ekstraksi umbi bawang putih dengan etanol pada suhu di bawah 0 o C akan menghasilkan alliin, sedangkan ekstraksi dengan etanol dan air pada suhu 25 o C akan menghasilkan allisin dan tidak menghasilkan alliin. Ekstraksi dengan metode distilasi uap (100 o C) menyebabkan seluruh kandungan allisin berubah menjadi senyawa allil sulfida. Pengolahan ekstrak dengan microwave selama 1 menit dapat menyebabkan hilangnya 96% kinerja enzim allinase (Amagase et al, 2001; Song & Milner, 2001).

18 25 Ekstrak segar umbi bawang putih dapat disimpan lama dalam etanol 15 20%. Penyimpanan selama sekitar 20 bulan pada suhu kamar akan menghasilkan Aged Garlic Extract (AGE). Selama penyimpanan, kandungan allisin akan menurun dan sebaliknya diikuti naiknya konsentrasi senyawa-senyawa baru. Pada saat allisin disimpan pada suhu 20 C selama 20 jam, allisin mengalami perubahan menjadi DADS (dialil disulfida) dan DATS (dialil trisulfida), dan sulfur dioksida (Banerjee & Maulik, 2002; Amagase et al, 2001). Selain dalam bentuk padatan, umbi bawang putih dapat diolah melalui distilasi uap menjadi minyak maserasi. Minyak bawang hasil maserasi mengandung kelompok vinyl-dithiin 0.8 mg/g dan ajoena 0.1 mg/g, sedangkan ekstrak eter mengandung vinyl-dithiin 5.7 mg/g, allil sulfida 1.4 mg/g, dan ajoena 0.4 mg/g (Banerjee & Maulik, 2002). Gambar 9. Reaksi Pembentukan Senyawa Allil Sulfida (Amagase et al, 2001)

19 26 b. Organosulfur volatile Pada hasil maserasi bawang putih dan minyak esensial bawang putih, ditemukan senyawa organosulfur volatile berjumlah lebih dari 20 sulfida yang berkontribusi pada aroma dan rasa bawang putih yang khas pada saat dicerna (Amagase et al, 2001). c. Senyawa organosulfur yang larut air Ekstraksi bawang putih dengan air ataupun alkohol mempunyai kandungan utama S-allil-L-sistein yang berasal dari γ-glutamyl-s-allil- L-sistein (Gambar 8), SAC dan trans-s-1-propenyl-l-sistein (SIPC). Derivat sistein ini tidak berwarna, tidak berbau, dan stabil dalam keadaan padat ataupun cair, pada kondisi yang netral maupun asam. SAC memberikan proteksi terhadap oksidasi, radikal bebas, kanker dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, SAC secara in vivo menunjukkan efek hepatoproteksi dan sifat proteksi terhadap kanker prostat pada manusia, sedangkan secara in vitro menunjukkan sifat antioksidan. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa standarisasi preparat bawang putih menggunakan SAC sebagai marker kimia dianggap benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Amagase et al, 2001). Gambar 10. Pembentukan S-alil sistein dari γ-glutamil-s alil-l-sistein (Amagase et al, 2001)

20 27 3. Bawang putih (Allium sativum) sebagai anti kolesterol. Penelitian tentang khasiat umbi bawang putih terhadap penurunan kadar kolesterol darah telah dilakukan pada hewan coba dan manusia. Diketahui pemberian ekstrak bawang putih dengan kandungan 10 mg alliin dan/atau 4000 μg allisin dapat menurunkan kolesterol total serum antara 10-12%; kolesterol LDL sekitar 15%; trigliserida 15%, dan kolesterol HDL naik sekitar 10% (Liu & Yeh, 2001). Komponen bioaktif yang berperan dalam penurunan kolesterol pada tubuh antara lain adalah DADS dan allisin, dimana DADS memiliki rantai allil yang dengan mudah akan tereduksi menjadi rantai propil yang jenuh, sehingga terjadi penurunan kadar NADH dan NADPH yang penting untuk sintesa trigliserida dan kolesterol, sedangkan allisin menghambat bagian fungsional dari Ko-A yang diperlukan untuk biosintesis kolesterol karena sifat SH-binding yang dimilikinya (Sunarto & Susetyo, 1995). Gambar 11. Inhibisi Enzim Sintesis Kolesterol oleh Bawang Putih (King, 2014)

21 28 Ekstrak segar umbi bawang putih 1 g/l menunjukkan 50% IC 50 (inhibitory concentration) pada aktivitas enzim squalene monooksigenase, dimana enzim tersebut merupakan enzim yang berperan penting dalam biosintesis kolesterol. Senyawa bawang putih yang menunjukkan aktivitas inhibisi adaah selenosistein, SAC, aliin, DATS dan DADS. Reaksi penghambatan kerja enzim tersebut bersifat irreversible. Kemungkinan mekanisme penghambatannya melalui dua cara, yaitu; a. Penghambatan pada reaksi enzim hidroksimetilglutaril-koa reduktase (rate limiting enzym). b. Penghambatan pada reaksi enzim lain, seperti squalene monooksigenase dan lanosterol-14-demetilase (Pizzorno & Murray, 2000; Gupta & Porter, 2001). II.1.6 Efek Samping dan Toksisitas Hingga kini diketahui bahwa konsumsi bawang putih dinyatakan aman dalam penggunaannya sebagai bahan pangan sehari-hari (sebagai bumbu/bahan penyedap). Efek samping yang sering ditemukan adalah bau mulut dan bau keringat akibat konsumsi bawang putih. Penelitian terkini juga belum menunjukkan adanya bukti toksisitas dari bawang putih (Handayani, 2006). II.1.7 Kuning Telur Sebagai Diet Tinggi Lemak Pemberian diet kuning telur dapat menaikkan kadar profil lipid, terutama kadar kolesterol total dan trigliserida. Diet kuning telur yang kaya kolesterol dan trigliserida akan diemulsikan oleh garam empedu, kemudian diuraikan oleh enzim lipase dari lambung. Hasil penguraiannya berupa asam lemak

22 29 bebas dan dua monogliserid dalam bentuk misel dalam usus halus. Asam lemak bebas dan monogliserid akan disintesis kembali oleh epitel usus halus, menjadi trigliserida dan fosfolipid, kemudian bersama kilomikron diangkut menuju hati dan jaringan. Kecepatan sintesis kolesterol dalam tubuh berbanding terbalik dengan jumlah kolesterol yang diabsorbsi (Prasetyo et al, 2000). II.1.8 Tikus Putih Sebagai Hewan Coba Klasifikasi biologi tikus putih adalah sebagai berikut; Kingdom Filum Kelas Ordo Subordo Familia Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mamalia : Rodenta : Odontoceti : Muridae : Rattus : Rattus norvegicus Tikus putih merupakan hewan yang sering digunakan sebagai hewan coba dalam berbagai penelitian karenak klasifikasi biologisnya yang berasal dari golongan mamalia dan biokomparasinya yang tinggi terhadap tubuh manusia dalam skala yang berbeda. Komparasi yang tinggi ini ditinjau dari berbagai aspek, antara lain; kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimia, sistem reproduksi, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, dan sistem eksresi (Isroi, 2010).

23 30 Galur tikus yang sering digunakan dalam penelitian antara lain Wistar, Sprague-Dawley, Long-Evans, dan Holdzman. Tikus putih galur Sprague Dawley sering dipilih sebagai hewan coba pada berbagai penelitian ilmiah dikarenakan keuntungan biologis yang tinggi, antara lain mudah berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, dan sifatnya yang jinak/tidak agresif. Berikut adalah data biologi tikus putih galur yang dikembangbiakkan di laboratorium; Tabel 4. Data Biologi Tikus Putih DATA BIOLOGI Lama hidup Newborn Pubertas Dewasa jantan Dewasa betina Kematangan seksual Siklus estrus Gestasi Penyapihan Suhu tubuh Denyut jantung Laju nafas Tekanan darah diastole Tekanan darah sistol Feses Urine Konsumsi makan KETERANGAN 2,5-3,5 tahun Berat badan 5-6 gr gr gr gr Reproduksi hari 4-5 hari hari 21 hari Fisiologi 35,9 0-37,5 0 C kali/menit kali/menit mmhg mmhg Padat, berwarna coklat tua, bentuk memanjang dengan ujung membulat Jernih dan berwarna kuning Kebutuhan Konsumsi gr/hari atau 5 6 gr/100 gr BB Konsumsi air ml/hari atau ml/100 gr BB Sumber : Isroi, 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dislipidemia II.1.1 Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bebas dalam darah. Asam lemak bebas (free fatty acid (FFA) akan diikat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bebas dalam darah. Asam lemak bebas (free fatty acid (FFA) akan diikat BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Lipid dan Lipoprotein Lipid tidak larut dalam larutan air dan tidak beredar dalam bentuk bebas dalam darah. Asam lemak bebas (free fatty acid (FFA) akan diikat albumin, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Senyawa sulfida merupakan senyawa yang banyak jumlahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aerobik Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyakbanyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan. Perubahan tersebut terjadi karena derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk membran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk membran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolesterol Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berbentuk kolesterol bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Pendahuluan Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid merupakan lipid utama di tubuh Trigliserida didistribusikan ke dalam otot sebagai sumber energi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah kelebihan kolesterol di dalam darah. Kolesterol yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan akan menimbulkan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Pengertian umum darah Darah merupakan cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yang diproduksi disumsum tulang dan nodus limpa berfungsi mengirimkan zat-zat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperlipidemia merupakan penyakit yang banyak terjadi saat ini. Ada hubungan erat antara hiperlipidemia dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan bahwa 30% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dengan jumlah 17 juta kematian pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data epidemiologi, fenomena peningkatan kadar lipid terjadi di sebagian besar populasi masyarakat. Hal tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1

LIPOPROTEIN. Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR. Ana Andriana 1 LIPOPROTEIN Ana Andriana, S.Si Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran - UNIZAR Ana Andriana 1 PENDAHULUAN Lipoprotein menjadi alat transport Trigliserida dan kolesterol diantara organ dan jaringan. Gangguan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK. Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya

PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK. Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya PEMERIKSAAN LABORATORIUM GANGGUAN METABOLISME LEMAK Novina Aryanti, dr SpPK Departemen Patologi Klinik FK UWK-Surabaya 1 PENDAHULUAN Mengapa mempelajari lemak darah? Penting dalam PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia (WHO, 2009). Hal tersebut tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010 diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Penyakit Jantung Koroner ( PJK ) Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan / penghambatan pembuluh darah arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Kolesterol merupakan produk met.hewan, oleh karena itu terdapat pada semua makanan yg berasal dari jaringan hewan seperti: kuning telur, daging, hati dan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab pertama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl

Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl Kilomikron dirakit dalam sel mukosa usus dan membawa triasilgliserol makanan, kolesterol, vitamin yang larut dalam lemak, dan Choles - ester teryl (ditambah lipid tambahan yang dibuat dalam sel-sel ini)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Tanaman Seledri Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasca Menopause Wanita mempunyai masa kehidupan seksual dimana banyak folikel primodial tumbuh menjadi folikel vesicular setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman yang makin modern menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat, termasuk pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat, akibatnya terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini menyebabkan masyarakat harus bergerak cepat khususnya di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci