SOCIAL WELL BEING PADA PUNK DEWASA AWAL YANG BEKERJA. Dion Bramantya Ari Pratiwi Intan Rahmawati.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOCIAL WELL BEING PADA PUNK DEWASA AWAL YANG BEKERJA. Dion Bramantya (dionbramantya@yahoo.com) Ari Pratiwi Intan Rahmawati."

Transkripsi

1 SOCIAL WELL BEING PADA PUNK DEWASA AWAL YANG BEKERJA Dion Bramantya Ari Pratiwi Intan Rahmawati Abstract This research has a purpose to know process of social well-being on adult punk which has a job. This research used qualitative method with phenomenological approach to know the process of social well-being on adult punk which has a job. In this research, researcher used unstructured interview and observation. The subject who is involved in this research was 3 people that is DK 32 years old, RZ 29 years old, and CR 29 years old and they are adult punk which has a job and family. Result of this research indicates that all of subject have gained social well-being with still apply life style and style of punk. It can be seen from five dimensions of social well-being (social acceptance, social actualization, social contribution, social coherence, and social integration) contained on the family environment, job environment, neighborhood, and punk community from all subject. Keywords : punk, social well-being Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses social well-being pada punk yang bekerja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui bagaimana proses social well-being pada punk yang bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dan observasi. Subjek yang terlibat di dalam penelitian ini 3 orang yaitu DK berusia 32 tahun, RZ berusia 29 tahun, dan CR berusia 29 tahun dan merupakan punk yang telah bekerja dan berkeluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek telah mendapatkan social well being dengan tetap menerapkan life style dan style punk. Hal tersebut dapat terlihat dari kelima dimensi social well being (penerimaan, aktualisasi, kontribusi, hubungan, dan integrasi ) yang terdapat pada lingkungan keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar, dan dari ketiga subjek. Kata kunci : Punk, social well being 1

2 2 LATAR BELAKANG Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur dimana terdapat pola-pola aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara pencurian symbol, seperti penggunaan objek-objek pakaian seragam militer, asesori yang sudah mapan, untuk menghasilkan makna dan identitas bersifat ironis. Melalui pencurian makna dan simbol ini subkultur menempatkan dirinya sebagai satu bentuk subversi, paling tidak secara simbolik menyampaikan sikap politis terhadap orde yang mapan. Punk merupakan suatu fenomena budaya yang bersifat sub-altern yang memberikan suatu identitas baru bagi sekelompok kaum muda. Mereka berusaha membangun sebuah wadah yang dapat menampung segala aktivitas dan ekspresi dalam rangka mencari jati diri, sekaligus sebagai media perlawanan terhadap berbagai aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Martono, 2009). Seperti yang dikatakan oleh Martono dalam bukunya PUNK! FESYEN- SUBKULTUR-IDENTITAS, punk merupakan sebuah wadah dalam rangka mencari jati diri. Pencarian jati diri tersebut bisa juga disebut masa pencarian kemantapan. Masa pencarian kemantapan merupakan bagian dari masa dewasa awal. Masa dewasa awal menurut Hurlock (2011) adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa ketergantungan, perbuhan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Pada masa dewasa awal, seorang punk tetap dituntut untuk menjalani tugastugas masa dewasa awal. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, dan menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok yang cocok (Hurlock, 2002). Tugas-tugas masa dewasa awal pada punk bisa dilihat dari beberapa aspek lingkungan yaitu keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar, dan.

3 3 Beberapa aspek lingkungan tersebut dapat memperlihatkan social well being pada punk dewasa awal yang bekerja. Kesejahteraan (social well being) adalah sistem yang terogarnisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1992). Social well being mempunyai lima dimensi yaitu penerimaan, aktualisasi, kontribusi, hubungan, dan integrasi. Penerimaan yaitu sejauh mana seseorang biasanya memegang dan menunjukkan perilaku positif bagi orang lain. Aktualisasi yaitu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa masyarakat memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Kontribusi yaitu mengacu pada seberapa besar seseorang percaya bahwa akifitasnya sehari-hari memberikan kontribusi bagi masyarakat dan seberapa besar aktifitas tersebut dihargai oleh komunitasnya. Hubungan yaitu sejauh mana masyarakat terlihat dapat dipahami, diprediksi, dan masuk akal. Integrasi yaitu mengacu pada seberapa besar seseorang menjadi bagian dari komunitasnya sendiri sama seperti seberapa banyak dukungan dan keseragaman yang mereka rasakan dengan sesama dalam masyarakat (Keys, 1998). Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang subkultur punk yaitu : Social Well-Being Pada Punk Dewasa Awal Yang Bekerja.

4 4 LANDASAN TEORI A. Punk 1. Definisi Punk Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur dimana terdapat polapola aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara pencurian symbol, seperti penggunaan objek-objek pakaian seragam militer, asesori yang sudah mapan, untuk menghasilkan makna dan identitas bersifat ironis. Melalui pencurian makna dan simbol ini subkultur menempatkan dirinya sebagai satu bentuk subversi, paling tidak secara simbolik menyampaikan sikap politis terhadap orde yang mapan. Punk merupakan suatu fenomena budaya yang bersifat subaltern yang memberikan suaut identitas baru bagi sekelompok kaum muda. Mereka berusaha membangun sebuah wadah yang dapat menampung segala aktivitas dan ekspresidalam rangka mencari jati diri, sekaligus sebagai media perlawanan terhadap berbagai aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Martono, 2009). Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya (, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas. Para punker mewujudkan rasa itu ke dalam musik dan pakaian. Sederhananya, punk menyampaikan kritikan. Mereka hidup bebas dan bertanggung jawab pada setiap pemikiran dan tindakannya. Oleh sebab itu, mereka menciptakan perlawanan yang hebat dengan realisasi musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri (Widya, 2010). 2. Ideologi Punk Punk tidak hanya dipandang dari musik dan fesyen saja. Punk juga mempunyai ideologi yang mereka pakai sebagai bagian dari subkultur punk. Hal ini secara tidak langsung menjadi acuan atau landasan bagi seseorang yang merasa dirinya punk. Punk mempunyai beberapa ideologi (Martono, 2009) yaitu DIY (Do It Yourself ), anti kemapanan, dan Anarchy (Martono, 2009).

5 5 3. Ciri-ciri Punk Seseorang bisa dilihat sebagai seorang punk dengan beberapa ciri yang telah melekat pada subkultur punk. Ideologi dari punk yang telah dibahas sebelumnya juga merupakan dasar seseorang dianggap. Akan tetapi ada beberapa ciri lain yang terdapat pada punk, ciri-ciri tersebut yaitu pakaian dan aksesori, musik, dan fisik. Mereka memakai rompi kutten disebut juga battle jackets, celana budak (seringnya kotak-kotak), dan pakaian robek (bisa berupa jahitan robekan celana atau kemeja) (Widya, 2010). Gaya bermusik mereka yaitu bernada keras atau beat yang kencang dengan lirik yang sederhana namun terkadang juga kasar dan menggertak. Tindik bagi anak punk merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap tatanan nilai yang ada. Tattoo, bagi anak punk, menjadi simbol pemberontakan terhadap pandanganpandangan stereotip masyarakat (Martono, 2009). B. Masa Dewasa Awal 1. Definisi Dewasa Awal Masa dewasa awal adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memenuhi kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier) (Jahja, 2011). Sedangkan masa dewasa awal menurut Hurlock (2011) adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa ketergantungan, perbuhan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umur antara 21 sampai 40 tahun. 2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantunganya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa awal yaitu masa

6 6 pengaturan, masa usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup baru, dan masa kreatif (Jahja, 2011). 3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal Menurut Hurlock (2002) harapan masyarakat untuk orang-orang dewasa awal cukup jelas digariskan dan telah diketahui oleh mereka bahkan sebelum mereka mencapai kedewasaan secara hukum. Pada usia itu, lebih daripada usia lain, mereka benar-benar telah mngetahui harapan-harapan yang ditujukan masyarakat pada mereka. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok yang cocok. C. Social Well Being 1. Definisi Social Well Being Menurut Muhidin (1992) kesejahteraan adalah sistem yag terogarnisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. 2. Dimensi Social Well Being Keys (1998) menjelaskan bahwa dalam social well being mencakup 5 dimensi, yaitu penerimaan, aktualisasi, kontribusi, hubungan, dan integrasi. Dimensi yang pertama adalah penerimaan, yaitu sejauh mana seseorang biasanya memegang dan menunjukkan perilaku

7 7 positif bagi orang lain. Yang kedua adalah aktualisasi, yaitu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa masyarakat memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Yang ketiga adalah kontribusi, yaitu mengacu pada seberapa besar seseorang percaya bahwa akifitasnya sehari-hari memberikan kontribusi bagi masyarakat dan seberapa besar aktifitas tersebut dihargai oleh komunitasnya. Yang keempat adalah hubungan, yaitu sejauh mana masyarakat terlihat dapat dipahami, diprediksi, dan masuk akal. Yang kelima adalah integrasi, yaitu mengacu pada seberapa besar seseorang menjadi bagian dari komunitasnya sendiri sama seperti seberapa banyak dukungan dan keseragaman yang mereka rasakan dengan sesama dalam masyarakat. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap subjek yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Proses penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sampling. Subjek yang diteliti adalah punk dewasa awal yang telah bekerja dan berkeluarga, berjumlah tiga orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara obervasi non-partisipan (pengamatan), wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini yaitu punk dewasa awal yang bekerja. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini yaitu keluarga subjek atau lewat pendokumentasian aktivitas subjek berupa foto. Teknik analisis yang digunakan dengan melakukan coding terhadap hasil transkripsi wawancara.

8 8 HASIL Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek yaitu DK, RZ, dan CR. Ketiga subjek tersebut merupakan punk yang berada pada masa dewasa awal yang telah bekerja dan berkeluarga. Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur dimana terdapat pola-pola aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara pencurian symbol, seperti penggunaan objek-objek pakaian seragam militer, asesori yang sudah mapan, untuk menghasilkan makna dan identitas bersifat ironis (Martono, 2009). Sedangkan menurut Widya (2010), punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya (, ekonomi, politik, budaya, bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas. Peneliti mendapatkan hasil berupa social well being pada ketiga subjek tersebut dari data-data yang telah didapatkan. Menurut Muhidin (1992) kesejahteraan adalah sistem yag terogarnisir dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Keys (1998) menjelaskan bahwa dalam social well being mencakup 5 dimensi, yaitu penerimaan, aktualisasi, kontribusi, hubungan, dan integrasi. Berikut adalah hasil dari penelitian tentang social well being pada punk dewasa awal yang bekerja dari ketiga subjek : Tabel 1. Social well being pada punk dewasa awal yang bekerja Inisial Keluarga Pekerjaan Lingkungan sekitar Komunitas punk DK Penerimaan Aktualisasi Mendapatkan dukungan sebagai punk (style dan Membuka usaha sablon dan mendapatkan Tidak ada (lingkungan sekitar dirasa tidak sebagai salah satu bagian dari Dapat mengembangkan usaha sablon

9 9 RZ Kontribusi Hubungan Integrasi Penerimaan musik) dan pekerjaan Mencukupi kebutuhan anak dan istri. Terkadang memberi kepada orang tua dan mertua bila ada rejeki lebih keluarga sampai saat ini terjalin dengan baik Memenuhi peran sebagai suami, ayah, anak, dan menantu penghasilan lebih banyak Dapat fokus dengan usaha sablon. Penghasilan yang didapatkan digunakan untuk kebutuhan keluarga Pelanggan dan relasi bertambah saat fokus terhadap usaha sablonnya Merasa puas bisa membuka usaha sablon dan mengembangkannya berpotensi untuk berkembang) Sering membayar uang iuran warga (terkadang mertua yang membayar) Kurang baik (menjaga jarak dengan beberapa warga dan jarang menyapa warga sekitar) Menjalankan peran sebagai warga dengan sering membayar iuran warga dan terkadang ikut kerja bakti (teman-teman komunitas sering memesan sablon dan mempromosikan kepada orang lain). Terdapat peluang bisni di lingkungan komunitas (jual beli sepatu) Tetap berpenampilan punk sampai sekarang (bangga menjadi punk). Masih sering tampil bermain musik di acara Sampai saat ini terjalin dengan baik (sering bertemu dengan teman-teman ) Mempunyai kesamaan dengan teman-teman (kebebasan dalam bermusik dan berpenampilan punk) sebagai salah satu bagian dari Aktualisasi Mendapatkan tawaran pekerjaan dari paman walaupun berpenampilan punk Mendapatkan penghasilan yang lebih besar pada pekerjaan yang sekarang (tagih order di salah satu distributor makanan dan kosmetik) dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal yang baru dan berisasi dengan warga sekitar Dapat membuat hidup mandiri, bebas dengan tanggung jawab, dan berpikir lebih dewasa Kontribusi Selalu memberikan seluruh penghasilan kepada istri untuk Melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya, lalu Rutin membayar iuran warga Tetap berpenampilan punk sampai sekarang

10 10 kebutuhan keluarga. Terkadang memberi kepada orang tua bila ada rejeki lebih mendapatkan upah dari hal tersebut (bangga menjadi punk). Masih sering tampil bermain musik di acara Hubungan keluarga sampai saat ini terjalin dengan baik teman-teman kerja terjalin dengan baik. Berusaha menjaga hubungan baik dengan pelanggan warga sekitar terjalin dengan baik. Selalu menyapa dan sering berbincangbincang dengan warga sekitar teman-teman sampai sekarang tetap terjaga. Masih sering berkumpul dan bertemu dengan Integrasi Memenuhi peran sebagai suami, ayah, anak, dan menantu. Sering menghabiskan waktu bersama keluarga (berbagi kebersamaan) Menikmati pekerjaan yang dilakukan. Bertanggung jawab untuk menjaga hubungan denagn pelanggan agar tetap memesan pada tempat dia bekerja Berbagi kebersamaan dengan warga sekitar (berbincang-bincang dengan warga). Memenuhi peran sebagai warga yaitu membayar iuran warga Mempunyai kesamaan dengan teman-teman (kebebasan dalam bermusik dan berpenampilan punk) CR Penerimaan oleh sebagian warga. Terdapat warga yang mengucilkan dan menganggap remeh punk sebagai salah satu bagian dari Aktualisasi Mendapatkan kebebasan dan dukungan dari istri untuk bermusik dan berpenampilan punk. Mendapatkan bantuan dari istri untuk berhenti minum minuman keras Dapat fokus dengan keahliannya sebagai desain grafis pada pekerjaan yang sekarang. Menggunakan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan (menerima pesanan desain dan sablon di luar jam kerja) Mengikuti arisan RT dan membayar iuran warga agar keberadaannya dapat diakui dan tidak dianggap remeh oleh warga sekitar Menjadi salah satu faktor bagi CR menjadi lebih mandiri dan berpikir lebih dewasa. Mengekspresikan pemberontakan dan kebebasan dalam musik dan style punk Kontribusi Selalu memberikan seluruh penghasilan Memberikan hasil desain yang Rutin mengikuti arisan warga dan Menggunakan keahlian yang dia

11 11 kepada istri untuk kebutuhan keluarga. Terkadang memberi kepada orang tua dan metua bila ada rejeki lebih maksimal karena fokus hanya pada bidangnya membayar iuran warga miliki sebagai desain grafis untuk membuat desain bagi teman-teman komunitas yang memesan kepadanya. Tetap berpenampilan punk sampai sekarang (bangga menjadi punk). Masih sering tampil bermain musik di acara Hubungan keluarga sampai saat ini terjalin dengan baik teman-teman kerja terjalin dengan baik (terkadang berkumpul setelah jam kerja selesai) Menjaga hubungan baik dengan warga yang dapat menerima sebagai punk. tetap menyapa dan terkadang berkomunikasi dengan warga yang mengucilkan dan menganggap remeh teman-teman sampai sekarang tetap terjaga. Masih sering berkumpul dan bertemu dengan Integrasi Memenuhi peran sebagai suami, ayah, anak, dan menantu. Sering menghabiskan waktu bersama keluarga (berbagi kebersamaan) Pekerjaan yang sekarang mendukung untuk dapat fokus dengan keahlian di bidang desain grafis. Berbagi kebersamaan dengan teman-teman kerja di luar jam kerja (berkumpul setelah jam kerja selesai di warung kopi) Berbagi kebersamaan dengan warga sekitar (berbincang-bincang dengan warga). Memenuhi peran sebagai warga yaitu membayar iuran warga dan mengikuti arisan warga Merasa senang dan nyaman dengan teman-teman sesama. Mempunyai kesamaan dengan teman-teman (kebebasan dalam bermusik dan berpenampilan punk) Pada dimensi social well being yang pertama yaitu penerimaan. Penerimaan yaitu sejauh mana seseorang biasanya memegang dan menunjukkan perilaku positif bagi orang lain. Individu harus dapat berfungsi

12 12 dalam suatu tempat yang terdiri atas orang-orang asing (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR dapat diterima keberadaannya oleh keluarga, lingkungan pekerjaan, lingkungan sekitar (masyarakat), dan. Mereka mampu menerima nilai-nilai ataupun tata cara dalam hidup bermasyarakat sebagai orang dewasa yang lebih baik tanpa meninggalkan life style dan style. Pada dimensi social well being yang kedua yaitu aktualisasi. Aktualisasi yaitu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa masyarakat memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR menerapkan life style dan style punk dalam kehidupan sehari-hari dan hal tersebut membuat mereka tumbuh dan berkembang lebih baik. Pada dimensi social well being yang ketiga yaitu kontribusi. Kontribusi mengacu pada seberapa besar seseorang percaya bahwa akifitasnya seharihari memberikan kontribusi bagi masyarakat dan seberapa besar aktifitas tersebut dihargai oleh komunitasnya (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR berkontribusi kepada keluarganya dengan cara bekerja sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dan menyelesaikan pekerjaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Mereka juga selalu membayar iuran warga di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan kontribusi bagi komunitasnya yaitu mereka tetap berpenampilan punk dan sering bermain musik di acara musik yang diadakan. Pada dimensi social well being yang keempat yaitu hubungan. Hubungan yaitu sejauh mana masyarakat terlihat dapat dipahami, diprediksi, dan masuk akal. Hubungan mencakup persepsi terhadap kualitas, organisasi dan operasi dalam masyarakat, dan ini meliputi suatu kepedulian untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia atau di masyarakat luas (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya dengan cara sering berbagi kebersamaan dengan mereka semua.

13 13 Pada dimensi social well being yang kelima yaitu integrasi. Integrasi mengacu pada seberapa besar seseorang menjadi bagian dari komunitasnya sendiri sama seperti seberapa banyak dukungan dan keseragaman yang mereka rasakan dengan sesama dalam masyarakat. Integrasi merupakan evaluasi terhadap kualitas hubungan seseorang dengan masyarakat dan dengan komunitasnya (Keys, 1998). Subjek DK, RZ, dan CR tetap bertahan saat beranjak dari masa usia remaja ke masa usia dewasa awal walaupun sudah bekerja dan berkeluarga. Mereka menerapkan life style dan style punk dalam beraktifitas dan lingkungan mereka pada saat ini. DISKUSI Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang perlu untuk didiskusikan lebih lanjut sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut : Pertama, ranah kajian tentang social well being pada punk dalam penelitian ini adalah punk pada usia dewasa awal yang bekerja. Penelitian selanjutnya hendaknya diperluas seperti kehidupan punk pada usia yang berbeda atau lingkungan yang berbeda untuk melihat dinamika psikologis punk yang bisa diteliti. Kedua, berkaitan dengan penggunaan teori maupun referensi dalam penelitian ini seperti teori social well being dan punk hendaknya bisa dikembangkan melalui literature-literatur tokoh yang teruji secara empiris seiring dengan berkembangnya pengetahuan. Ketiga, metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah coding yang mana dirasa peneliti masih terlalu panjang dalam menganalisis data yang ada sehingga penjelasan yang didapat dirasa terlalu panjang. Hendaknya dengan menggunakan metode analisis data lain yang cocok dan bisa digunakan pada penelitian selanjutnya dapat menjadi bantuan peneliti untuk lebih ringkas dan detail dalam menganalisis data dan menjabarkan hasilnya.

14 14 DAFTAR PUSTAKA Compton, William C. (2005). Introduction to Positive Psychology. USA : Thomson Wadsworth Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Martono, John. (2009). Punk! Fesyen-Subkultur-Identitas. Jogjakarta : Halilintar Books Muhidin, Syarif, Drs. Msc. (1992). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Widya, G. (2010). Punk : Ideologi Yang Disalahpahami. Jogjakarta : Garasi House of Book

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik perhatian dewasa ini karena tidak hanya berkaitan dengan masalah demografi, tetapi juga mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas Punk menjadi salah satu bagian dalam masyarakat kota yang tidak mengikuti arus yang dibentuk oleh pasar. Citra identitas sebuah komunitas Punk hadir dalam

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa orang menyebut mereka aneh. Mereka berdiri dipersimpangan lampu merah membawa gitar kecil sambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun,

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Punk lahir di Inggris pada pada akhir 70an sebagai budaya tandingan dari budaya mainstream pada zamannya. Dipicu sebuah perasaan yang menjadi rahasia umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK (Pekerja Seks Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pengertian squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta, dapat diuraikan sebagai berikut: Squatting : beranda atau tempat tinggal bagi anak punk yang dihuni

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahun 2003 terdapat satu milyar pengguna telepon seluler di dunia (Krisna, 2001). Menurut riset PT Telkom, pengguna telepon seluler di Indonesia tahun 2000 sudah 3.198.649

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dan tidak akan pernah berhenti sampai mengalami kematian. Untuk bisa memenuhi kebutuhan yang beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Masyarakat dapat disebut juga dengan komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak akan tergantung pada fungsi keluarganya

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak akan tergantung pada fungsi keluarganya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak akan tergantung pada fungsi keluarganya (Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colletta, Babatunde & Garman, 1995). Baik buruknya perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Tetapi manusia dalam kehidupan pribadinya disebut sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

Journal of Social and Industrial Psychology

Journal of Social and Industrial Psychology JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MINAT MELAKUKAN PERAWATAN WAJAH PADA PRIA Hana Nor Hanifah Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 18.118.699 jiwa (BPS, 2010). Badan Pusat Statistik memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan mulai menempatkan diri sebagai individu yang layak untuk diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi menjadi objek dari aktivitas pembangunan brand, namun sudah

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi menjadi objek dari aktivitas pembangunan brand, namun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era ekonomi sekarang ini, brand menjadi aset terpenting yang memukau konsumen dan menentukan sukses atau gagalnya perusahaan. Hubungan antara brand dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

MAKALAH. Gaya Berpakaian Remaja. Langgersari Elsari Novianti

MAKALAH. Gaya Berpakaian Remaja. Langgersari Elsari Novianti MAKALAH Gaya Berpakaian Remaja (Sebuah Kajian terhadap Gaya Berpakaian Remaja dengan Pendekatan Kognisi Sosial) Disusun oleh: Langgersari Elsari Novianti NIP: 132 316 998 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Psychological Well-Being pada tunanetra dewasa awal di Panti Sosial Bina Netra X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Barang siapa yang tidak mau merasakan sakitnya belajar, maka dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu. Sahabat Waktu hanya memberikan kita kesempatan satu kali,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Keberadaanya merupakan anugrah yang harus dijaga, dirawat dan lindungi.setiap anak secara kodrati memiliki

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being (PWB) pada pria pensiunan PNS usia 64 tahun di Bandung Utara. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Psychological

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagai makluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Individu yang tidak dapat hidup mandiri, akan mengalami kesulitan ketika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA Oleh: Sophia Oktavia Balimulia M.Si Dosen PG PAUD FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Tingkat perkembangan individu memicu adanya berbagai

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK  Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan pengihatan yang tidak dapat diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis. Penyandang low vision hanya memiliki sisa penglihatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, Spradley (dalam Sugiyono, 2013:215) mengemukakan istilah social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

KUESIONER PENELITIAN Nomor:.. KUESIONER PENELITIAN Nomor:.. Saudara yang terhormat, Kami mohon bantuan Saudara untuk mengisi kuesioner berikut dengan keadaan yang sebenarnya. Isian kuesioner ini akan kami gunakan untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini berdasarkan analisis hasil yang diperoleh dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A 14204011 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah (www.google.com). Menurut UU No. 23 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL GINA ANDRIA SARI NPM: 10060236 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, setiap orang pasti membutuhkan orang lain, entah dalam saat-saat susah, sedih, maupun bahagia. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN... ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika dimensi-dimensi psychological well-being pada pasien kanker serviks stadium lanjut di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Maksud dan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang dilaksanakan secara formal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menjalani periode perkembangan yang sama. Salah satu masa perkembangan yang dijalani adalah masa lansia atau masa tua yang juga dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

iv Universitas Kristen Maranatha

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-Being pada pensiunan bank X di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling dan didapatkan sampel berjumlah

Lebih terperinci