Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia"

Transkripsi

1 Permasalahan Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Belakangan ini banyak pernyataan di media masa dan seminar-seminar mengenai daya saing atau kesiapan perusahaan-perusahaan Indonesia dalam bertarung di dalam negeri maupun di global dalam era perdagangan bebas dan ekonomi globalisasi sekarang ini. Satu hal yang jelas adalah bahwa, seperti yang dijelaskan di Tambunan (2006), kinerja bisnis yang termasuk juga daya saingnya, dari semua skala usaha (mikro, kecil, menengah dan besar) di semua sektor berada di dalam suatu lingkungan yang dinamis dan sangat kompleks. Oleh karena itu, kinerja dari suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh linkungannya. Usaha pemerintah dalam mempromosikan atau membantu suatu jenis kegiatan usaha tertentu tidak akan membuat hasil yang optimal tanpa mempertimbangkan lingkungan dari jenis usaha tersebut dan konteks dari suatu pembangunan ekonomi yang lebih luas yang menciptakan aturan main untuk semua kegiatan/jenis usaha dan yang mana mempengaruhi cara bisnis dan pasar bekerja. Demikian juga, usaha meningkatkan kegiatan di sektor riil dengan memperbesar kucuran kredit tidak akan bermanfaat tanpa pada waktu yang bersamaan memperhitungkan faktor-faktor determinan lainnya Lingkungan di mana bisnis beroperasi dapat dibagi dalam dua macam, yakni lingkungan langsung dan lingkungan yang lebih luas (Gambar 1). Lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap suatu kegiatan bisnis, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: ekonomi makro (seperti kebijakan perdagangan, kebijakan industri, kebijakan sektor keuangan, dan kebijakan moneter dan fiskal), pemerintah dan politik pada tingkat nasional dan lokal (misalnya legislatif dan proses pembuatan kebijakan, judisiari, dan keamanan dan stabilitas), jasa-jasa yang diberikan oleh pemerintah (seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan, infrastruktur, utilitas dan jasa keamanan), pengaruh-pengaruh eksternal (seperti perdagangan global, bantuan luar negeri, tren dan selera masyarakat dunia, teknologi, dan informasi), sosial dan kultur (seperti demografi, selera konsumer, dan sikap terhadap bisnis), dan iklim serta lingkungan alam (misalnya sumber daya alam, cuaca, dan siklus pertanian). Sedangkan, yang dimaksud lingkungan langsung adalah lingkungan berpengaruh secara langsung terhadap semua kegiatan usaha, yakni pasar (misalnya consumen, tenaga kerja, keterampilan dan teknologi, material dan alat-alat produksi, lokasi, infrastruktur, modal, dan jaringan-jaringan kerja), regulasi dan birokrasi (seperti undang-undang, peraturan-peraturan, tarif pajak dan sistem perpajakan, lisensi dan perijinan, standar produk dan 1 Acara Diskusi Kadin Kota Cilegon, Hotel Permata Krakatau Cilegon, 15 Mei

2 prses, dan perlindungan konsumer dan lingkungan), dan intervensi-intervensi yang didanai oleh uang publik (seperti jasa keuangan untuk bisnis). 2 Gambar 1:Dunia Usaha di Dalam Lingkungan Langsung dan Lebih Luas Survei WEF juga menanyakan masalah-masalah utama yang dihadapi pengusaha dalam bisnis mereka seharihari. Untuk kasus Indonesia, Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kurangnya infrastruktur (atau kondisinya yang buruk) sebagai kendala utama. Dua masalah berikutnya yang dinyatakan oleh banyak pengusaha Indonesian yang menjawab pertanyaan tersebut adalah birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan kebijakan yang tidak stabil. Yang menarik dari hasil survei ini untuk kasus Indonesia adalah bahwa hanya 4,69 persen dari responden yang mengatakan bahwa kurangnya akses ke keuangan merupakan kendala utama. Selanjutnya, dilihat dari perspektif global untuk masalah infrastruktur, hasil survei WEF menunjukkan bahwa Indonesia paling buruk diantara negara-negara ASEAN, yang peringkatnya no 96 dari 125 negara yang disurvei (Tabel 1). Sedangkan paling atas di dalam kelompok ASEAN adalah Singapura yang juga masuk di dalam kelompok 10 negara dengan kondisi infrastruktur paling baik. Skornya adalah 1= kondisinya buruk atau underdeveloped dan 7 = paling baik di dunia. Seperti yang ditunjukkan di Gambar 2, salah satu masalah besar dalam melakukan bisnis di Indonesia adalah birokrasi pemerintah yang bertele-tele dan tidak efisien. Hal ini dapat diukur dengan sejumlah indikator, tiga 2 Komponen-komponen di dalam linkungan langsung ini juga merupakan komponen-komponen penting di dalam model berlian yang terkenal dari Porter (1998a,b) yang sangat berpengaruh pada daya saing negara. 2

3 diantaranya yang menjadi topik penelitian WEF adalah: a) banyaknya prosedur yang harus dilakukan; b) jumlah hari yang harus dilewati untuk memulai suatu bisnis; dan c) banyaknya waktu yang terbuang untuk bernegosiasi dengan pejabat-pejabat pemerintah (bureaucratic red tape) Dilihat dari perspektif global, memang posisi Indonesia dalam dua indikator birokrasi pertama tersebut adalah yang terburuk di dalam kelompok ASEAN, walaupun masih lebih baik dibandingkan China. Untuk indikator (a), yang masuk di dalam kelompok 10 negara dengan birokrasi pemerintah yang tersederhana dan terefisiensi (jumlah prosedur paling sedikit) adalah negaranegara maju (Tabel 2). Untuk indikator (b) yang masuk di dalam 10 negara dengan jumlah hari paling sedikit dalam pengurusan ijin dan sebagainya untuk buka suatu usaha juga didominasi oleh negara-negara maju (Tabel 3). 3 Gambar 2: Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia dalam The Global Competitiveness Report * 3 Mungkin hasil survei ini bisa digunakan sebagai suatu bukti empiris lagi bahwa efisiensi dalam administrasi pemerintahan yang berurusan langsung dengan bisnis (seperti prosedur pengurusan ijin buka usaha baru) memang turut serta (bersama-sama dengan banyak faktor determinan lainnya seperti yang ditunjukkan di Gambar 1) memainkan peran yang krusial. Hipotesanya adalah bahwa semakin efisien birokrasi pemerintahan, semakin pesat pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi (termasuk pertumbuhan investasi) dan semakin pesat pertumbuhan ekonomi. 3

4 Tabel 1: Kondisi Infrastruktur dalam The Global Competitiveness Report * Tabel 2: Jumlah prosedur yang diperlukan untuk memulai suatu bisnis dalam The Global Competitiveness Report * 4

5 Tabel 3: Jumlah Hari dalam Pengurusan Ijin dan lainnya untuk buka suatu usaha dalam The Global Competitiveness Report * Sedangkan untuk indikator, pengukurannya adalah jumlah jam yang digunakan untuk berurusan dengan pemerintah sebagai suatu persentase dari jam kerja dengan skor sebagai berikut: 1 = 0%, 2 = 1-10%, 3 = 11-20%, 4 =21-30%, 5 = 31-40%, 6 = 41-60%, 7= 61-80%, dan 8 =81-100%. Hasilnya di Tabel 4 menunjukkan bahwa yang masuk di dalam 10 negara dengan waktu yang terbuang paling sedikit juga didominasi oleh negara-negara maju. Yang menarik dari table ini adalah bahwa posisi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan indikatorindikator sebelumnya. Tabel 4: Banyaknya waktu yang terbuang untuk bernegosiasi dengan pejabat pemerintah dalam The Global Competitiveness Report * 5

6 Strategi Peningkatan Daya Saing Daya saing dari suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan itu untuk mempertahankan peningkatan produktivitas. Produktivitas pada tingkat perusahaan (dan pada tingkat industri dimana perusahaan itu dan perusahaan-perusahaan lainnya berada) punya beberapa ukuran, yakni: rasio outputtenaga kerja (atau produktivitas tenaga kerja), pengembalian/pendapatan pada aset-aset (dan modal yang digunakan), nilai tambah ekonomi, dan apa yang para ekonom sebut produktivitas faktor total (TFP), yakni produktivitas rata-rata dari semua faktor produksi yang digunakan. Ada dua konsep daya saing perusahaan. Pertama konsep daya saing dalam teori Porter (1998a,b) yang bisa diterapkan untuk lingkup terbatas, yakni suatu kumpulan perusahaan di suatu tempat di dalam suatu negara (cluster), berdasarkan kebijakan pemerintah yang sifatnya relatif diskriminatif. Contoh, zona ekonomi khusus. Pemikiran Porter ini dikenal dengan Model Berlian yang terdiri dari empat faktor yang saling berhubungan, yakni: (i) kondisi-kondisi permintaan; (ii) ketersediaan industri-industri pendukung; (iii) kondisi-kondisi faktor (seperti SDM, modal, teknologi dll.); dan (iv) strategi perusahaan, struktur dan pesaing. Keempat faktor ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Kedua, konsep daya saing perusahaan dari Garelli (2006) dalam buku barunya mengenai pesaing-pesaing papan atas yang mengatakan bahwa daya saing dari perusahaan-perusahaan dasarnya bukanlah kebijakan pemerintah, melainkan hubungan antara negara, perusahaan-perusahaan, dan penduduk (masyarakat) yang dengan kerjasama yang baik antar mereka mampu menciptakan daya saing yang terus meningkat. Jadi, dalam konsep ini, ekonomi direduksi menjadi manajemen. Tepatnya, manajemen hubungan antara ketiga pihak tersebut dalam kaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada daya saing, termasuk sumber daya atau faktor-faktor produksi seperti sumber daya manusia (SDM), modal, enerji, dan sumber daya alam (SDA). Menurutnya, dalam menghadapi persaingan dalam era perdagangan bebas dan ekonomi globalisasi sekarang ini, harus ada penyatuan ekonomi dan manajemen. Pemikirannya disebut Teori Kubus yang menjelaskan mekanisme daya saing suatu 6

7 bangsa relatif terhadap daya saing dari bangsa-bangsa lain melalui penyorotan kepada kemampuan bangsa itu memanajemeni hubungan segita tiga tersebut. Negara atau pemerintah dalam hal ini berperan penting untuk menyediakan kerangka acuan bagi perusahaan-perusahaan dalam beraktivitas dan menjamin bahwa nilai yang diciptakan perusahaan akan berkontribusi bagi kemakmuran penduduk. Ringkasnya, diantara ketiganya terjadi hubungan segitiga, timbal balik, dan seimbang antara perusahaan-perusahaan pada sisi miring kiri, negara pada alas, dan penduduk pada sisi miring kanan. Dasar dari teori ini adalah hubungan sebab-akibat. Menurut Porter (1980), 4 suatu perusahaan memposisikan dirinya di suatu pasar berdasarkan kekuatankekuatannya. Kekuatan-kekuatan tersebut terdapat dalam satu dari dua aspek berikut: keunggulan biaya dan diferensiasi. Dengan mengaplikasikan kekuatan-kekuatan tersebut baik dalam jangkauan yang luas maupun yang sempit akan menghasilkan apa yang disebut oleh Porter sebagai tiga strategi generik: keunggulan dalam biaya (atau cost leadership), diferensiasi, dan fokus. Ketiga strategi generik ini diterapkan di tingkat unit bisnis atau perusahaan. Disebut strategi generik karena mereka tidak tergantung pada perusahaan atau industri. Tabel 5 mengilustrasikan tiga strategi generik tersebut. Tabel 5: Strategi Generik dari Porter Jangkauan Keunggulan Target Biaya rendah Keunikan produk Luas (industry) Sempit (segmen pasar) Strategi Cost leadership Strategi Fokus (biaya rendah) Sumber: E:\Porter's Generic Strategies.htm Strategi Diferensiasi Strategi Fokus (diferensiasi) Selanjutnya, Tabel 6 menyajikan keahlian-keahlian dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan serta elemenelemen organisasi dari masing-masing ketiga strategi generik tersebut. Uraian lebih lanjut diberikan dalam teks berikut. Tabel 6: Keahlian, sumber daya dan elemen organisasi dari ketiga strategi generik Strategi Generik Keahlian-keahlian dan sumber-sumber daya yang diperlukan Elemen-elemen Organisasi Cost leadership -Investasi modal dan akses ke modal yang berlangsung terus -Keahlian-keahlian dalam enjiniring proses -Pengawasan tenaga kerja yang intensif -Produk-produk didisain untuk mempermudah manufaktur -Sistem distribusi dengan biaya murah - Pengawasan yang ketat terhadap biaya -Membuat laporan-laporan yang rincih dan rutin -Organisasi yang terstruktur baik dan tanggung-jawabtanggung jawab -Insentif-insentif berdasarkan pada pemenuhan target-target kuantitatif yang tepat 4 Lihat beberapa tulisannya di E:\Porter's Generic Strategies.htm 7

8 Fokus Diferensiasi -Kemampuan yang kuat dalam pemasaran -Enjiniring produk dengan kemampuan yang kreatif -Kapabilitas yang kuat dalam penelitian dasar -Reputasi perusahaan untuk kualitas atau kepemimpinan dalam teknologi -Tradisi yang sudah lama dalam industri atau kombinasi yang unik dari keahlian-keahlian yang didapat dari bisnis-bisnis lain -Kerjasama yang kuat dari jalur-jalur/networks -Kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas yang ditujukan pada target strategis tertentu -Koordinasi yang kuat antara fungsi-fungsi dari R&D, pengembangan produk, dan pemasaran -Pengukuran-pengukuran dan insentif-insentif yang subyektif daripada pengukuran-pengukuran yang kuantitatif -Menyediakan fasilitas-fasilitas yang bagus/menyenangkan untuk menarik pekerja-pekerja dengan keahlian-keahlian tinggi, saintis-saintis, atau orang-orang yang kreatif -Kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas yang ditujukan pada target strategis tertentu Sumber: Nickols (2003) Strategi Cost Leadership Dalam strategis ini, sebuah perusahaan di suatu industri membuat produk dengan biaya dan menjualnya dengan harga lebih murah untuk suatu tingkat kualitas tertentu. Dia bisa menjualnya pada tingkat harga industri rata-rata untuk mendapatkan suatu profit yang lebih tinggi daripada yang dinikmati oleh pesaingnya, atau dibawah harga rata-rata pada tingkat industri untuk mendapatkan keuntungan dalam pangsa pasar. Dalam suatu perang harga, pengusaha itu dapat mempertahankan sejumlah keuntungan sementara pesaing-pesaingnya mengalami kerugian. Bahkan tanpa suatu perang harga, pada saat suatu industri mencapai kedewasaan dan harga-harga turun, perusahaan-perusahaan di dalam industri itu yang dapat berproduksi lebih murah akan tetap menikmati profit untuk suatu jangka waktu yang lebih panjang. Strategi ini biasanya mentargetkan suatu pasar yang luas. Beberapa dari cara-cara perusahaan-perusahaan mendapatkan keunggulan-keunggulan dalam biaya produksi adalah dengan memperbaiki efisiensi-efisiensi di segala bidang di dalam proses produksi, mendapatkan akses yang unik ke suatu sumber yang besar dari bahan-bahan dengan biaya lebih murah, membuat keputusankeputusan outsourcing dan integrasi vertikal yang optimal, atau menghindari beberapa biaya secara bersama. Jika perusahaan-perusahaan pesaing tidak mampu menurunkan biaya-biaya produksi mereka dengan suatu jumlah yang sama, perusahaan-perusahaan tersebut mungkin tetap bisa mempertahankan suatu keunggulan kompetitif berdasarkan cost leadership. Menurut Porter, perusahaan-perusahaan yang bisa berhasil menjadi cost leadership biasanya mempunyai beberapa kekuatan internal, terutama berikut ini: 1. Akses ke modal yang diperlukan untuk membuat suatu investasi yang signifikan dalam aset-aset produksi; investasi ini mencipakan suatu hambatan bagi perusahaan-perusahaan lain yang mau masuk karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak sanggup melakukan investasi dengan jumlah yang sama. 2. Keterampilan dalam mendisain produk-produk untuk proses manufaktur yang efisien, misalnya, mempunyai suatu jumlah komponen yang kecil yang memperpendek proses perakitan. 3. Tingkat keahlian yang tinggi dalam enjiniring proses manufaktur. 4. Jalur-jalur distribusi yang efisien. 8

9 Setiap strategi generik punya resiko, termasuk strategi biaya-rendah. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan lain mungkin bisa berproduksi dengan biaya-biaya lebih rendah. Pada saat teknologi lebih baik, pesaing-pesaing mungkin bisa meningkatkan kemampuan-kemampuan produksi mereka dengan kecepatan seperti suatu lompatan kodok, jadi mengeliminasi keunggulan kompetitif. Sebagai tambahan, beberapa perusahaan mengikuti suatu strategis fokus dan mentargetkan berbagai pasar yang sempit untuk mencapai suatu biaya yang lebih rendah diantara segmen-segmen mereka dan sebagai suatu kelompok mendapat pangsa pasar yang signifikan. Strategi Diferensiasi Suatu strategi diferensiasi adalah mengembangkan suatu produk atau jasa yang memberikan atribut-atribut yang unik yang dihargai oleh pembeli-pembeli karena lebih diuntungkan daripada produk-produk dari pesaing-pesaing. Nilai tambah dari keunikan tersebut bisa memungkinkan perusahaan bersangkutan mengenakan suatu harga premium untuk itu. Perusahaan itu mengharapkan bahwa harga yang lebih tinggi yang dikenakan pada produknya yang unik itu akan lebih dari menutupi ekstra biaya untuk memproduksinya. Karena keunikan tersebut, jika pemasok-pemasok bahan baku dll. menaikkan harga-harga mereka, perusahaan tersebut bisa membebani kenaikan biaya produksi ke pembeli-pembelinya yang tidak bisa dengan mudah mendapatkan produk serupa buatan perusahaan-perusahaan lain. Menurut Porter, perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam suatu strategi diferensiasi adalah yang memiliki sejumlah kekuatan internal, terutama berikut ini:: 1. Akses ke penelitian sains terkemuka. 2. Tim pengembangan produk dengan keterampilan dan kreativitas yang tinggi. 3. Tim pemasaran yang kuat dengan kemampuan tinggi dalam komunikasi mengenai kekuatan-kekuatan dari produk yang ditawarkan. 4. Reputasi perusahaan untuk kualitas dan inovasi. Resiko-resiko yang terkait dengan strategi ini termasuk imitasi oleh pesaing-pesaing dan perubahan selera dari masyarakat/pembeli. Sebagai tambahan, beberapa perusahaan yang melakukan strategi-strategi fokus bahkan bisa mencapai diferensiasi yang lebih besar di segmen-segmen pasar mereka. Strategi Fokus Strategi fokus mengkonsentrasi pada suatu segmen pasar yang sempit dan didalam segmen itu berusaha untuk mencapai suatu keunggulan biaya atau diferensiasi. Dasar pikiran dari strategi ini adalah kebutuhan-kebutuhan 9

10 dari kelompok dapat dilayani dengan lebih baik dengan memfokuskan sepenuhnya pada itu. Sebuah perusahaan yang menggunakan suatu strategi fokus sering kali menikmati suatu derajat yang tinggi dari kesetiaan pembelipembeli, dan kesetiaan ini mengurangi niat perusahaan-perusahaan lain untuk bersaing langsung. Karena fokus mereka pada segmen pasar yang sempit, perusahaan-perusahaan yang menerapkan strategi seperti ini mempunyai volume-volume produksi yang lebih kecil dan oleh karena itu memiliki kekuatan tawar yang lebih lemah dengan pemasok-pemasok mereka. Namun demikian, perusahaan-perusahaan yang mengikuti suatu strategi fokus pada diferensiasi bisa membebani biaya-biaya produksi yang lebih tinggi pada pembelipembeli setia mereka karena produk-produk yang langsung substitusi tidak ada. Perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam melakukan strategi seperti ini sanggup menyesuaikan suatu jajaran yang luas dari kekuatan-kekuatan pengembangan produk terhadap suatu segmen pasar yang relatif sempit yang mereka sangat kenal. Beberapa resiko dari strategi-strategi fokus termasuk imitasi dan perubahan-perubahan dalam segmen-segmen yang menjadi target. Lagi pula, itu akan cukup gampang bagi suatu perusahaan yang unggul dalam biaya di suatu pasar yang luas untuk menyesuaikan produknya untuk bersaing langsung. Terakhir, perusahaan-perusahaan lain yang juga menerapkan strategi ini bisa memotong-motong segmen mereka dalam sub-sub yang mereka bisa layani lebih baik. Strategi-strategi Generik dan Kekuatan-kekuatan Industri Selanjutnya strategi-strategi generik yang dibahas diatas tersebut, masing-masing memiliki atribut-atribut yang dapat berperan sebagai pertahanan terhadap kekuatan-kekuatan kompetitif. Menurut Porter, ada lima kekuatan persaingan di tingkat industri, yakni hambatan-hambatan untuk masuk, kekuatan pembeli, kekuatan pemasok, ancaman dari substitusi, dan pesaing. Tabel 7 berikut ini membandingkan karakteristik-karakteristik dari strategistrategi generik di dalam konteks dari lima kekuatan tersebut. Tabel 7: Strategi-strategi Generik dan Kekuatan-kekuatan Persaingan pada tingkat Industri Kekuatan-kekuatan kompetitif pada tingkat industri Cost leadership Diferensiasi Fokus Hambatan-hambatan untuk masuk Pemfokusan mengembangkan yang kompetensi Kekuatan pembeli Kemampuan untuk memotong harga untuk mencegah pemainpemain baru masuk ke industri Kemampuan untuk menawarkan harga lebih murah ke pembeli-pembeli kuat. Kekuatan pemasok Lebih baik dalam menutup diri terhadap Kesetiaan pembeli-pembeli bisa mencegah masuknya pemainpemain baru Pembeli-pembeli besar memiliki kekuatan lebih kecil untuk bernegosiasi karena lebih sedikit alternatif Lebih mampu membebani kenaikan harga dari pemasok inti bisa menghambat masuknya pemain-pemain baru Pembeli-pembeli besar memiliki kekuatan lebih kecil untuk bernegosiasi karena lebih sedikit alternatif Pemasok-pemasok mempunyai kekuatan karena volume 10

11 Ancaman dari substitusi Bisa menggunakan harga murah dalam mencegah substitusi Pesaing Sumber: E:\Porter's Generic Strategies.htm pemasok-pemasok kuat kepada pembeli produksi yang kecil, tetapi suatu perusahaan yang memfokuskan pada suatu diferensiasi lebih mampu membebani kenaikan harga dari pemasok ke konsumen Bisa lebih baik dalam bersaing harga dengan pesaing Pembeli yang setia yang sudah sangat menyukai atribut-atribut yang berbeda akan menghalau ancaman dari substitusi Kesetian pada merek mencegah pesaing Produk-produk yang spesifik dan kompetensi inti bisa mencegah ancaman dari substitusi Pesaing-pesaing tidak bisa memenuhi kebutuhankebutuhan pembeli terhadap produk-produk diferensiasi yang terfokus 11

12 Daftar Pustaka Basri, Faisal (2006), Indonesia Economic Outlook, power point, 13 November, Jakarta. Garelli, Stephen (2006), Top Class Competitiors: How Nations, Firms and Individuals Succeed in the New World of Competitors, West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Nickols, Fred (2003), Competitive Strategy & Industry Analysis The Basics a la Michael Porter, nickols@att.net. Porter, M.E. (1980), Competitive Strategy, New York: Free Press. Porter, M.E. (1998a), The Competitive Advantage of Nations: With a New Introduction, New York: The Free Press. Porter, M.E. (1998b), On Competition, Boston: Harvard Business School Press.WEF (2004), The Global Competitiveness Report , Oxford University Press. WEF (2006), The Global Competitiveness Report , Geneva: World Economic Forum Tambunan, Tulus (2006), Perekonomian Indonesia Sejak Orde Lama hingga Pasca Krisis, Jakarta: Pustaka Quantum. 12

Opini KREDIT PERBANKAN: PELUANG, TANTANGAN DAN HAMBATAN 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Opini KREDIT PERBANKAN: PELUANG, TANTANGAN DAN HAMBATAN 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Opini KREDIT PERBANKAN: PELUANG, TANTANGAN DAN HAMBATAN I. Latar Belakang Persoalan Tulus Tambunan Kadin Pertanyaan penting disini sederhana: kenapa dana yang disimpan di sektor perbankan begitu banyak,

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

3 Strategi-Strategi Perusahaan

3 Strategi-Strategi Perusahaan Information System Strategic Design 3 Strategi-Strategi Perusahaan Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Tingkatan Strategi Di perusahaan-perusahaan terdiversifikasi,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA.

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. KARYA ILMIAH E-BISNIS MANAJEMEN PEMASARAN Nama disusun oleh : : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : 08.11.1884 Kelas : S1-TI-6A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Marketing

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami BAB II Eksplorasi Isu Bisnis 2.1 Conceptual Framework Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami oleh para pemilik Usaha Kecil Menegah (UKM) dalam melakukan pemasaran produk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia PT Leoco Indonesia didirikan pada tahun 1981, Leoco adalah produsen kelas dunia interkoneksi dan mencapai

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keunggulan Bersaing Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era suatu negara unggul terhadap negara lain karena memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sangat berdampak pada ketatnya persaingan bisnis, hal ini ditandai dengan era perdagangan bebas yang telah menggeser paradigma bisnis dari comparative advantage

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek parameter daya saing untuk memperkuat daya saing industri

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek parameter daya saing untuk memperkuat daya saing industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daya saing industri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari daya saing ekonomi suatu bangsa. Daya saing industri harus melibatkan segala aspek parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Pada saat krisis ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN STRATEGI PERUSAHAAN DALAM KONTEKS PERSAINGAN STRATEGI GENERIK DAN KEUNGGULAN BERSAING DALAM PERUSAHAAN KONSEP THE NEW 7-S s DALAM

PERKEMBANGAN STRATEGI PERUSAHAAN DALAM KONTEKS PERSAINGAN STRATEGI GENERIK DAN KEUNGGULAN BERSAING DALAM PERUSAHAAN KONSEP THE NEW 7-S s DALAM PERKEMBANGAN STRATEGI PERUSAHAAN DALAM KONTEKS PERSAINGAN STRATEGI GENERIK DAN KEUNGGULAN BERSAING DALAM PERUSAHAAN KONSEP THE NEW 7-S s DALAM MEMASUKI PERSAINGAN KESINAMBUNGAN HIDUP PERUSAHAAN SANGAT

Lebih terperinci

Strategi Korporasi, Strategi Unit Bisnis, dan Rencana Pemasaran

Strategi Korporasi, Strategi Unit Bisnis, dan Rencana Pemasaran Strategi Korporasi, Strategi Unit Bisnis, dan Rencana Pemasaran Oleh : Adelia Kumara Alvionita / 125020305111006 Dosen : Nanang Suryadi, SE., MM. Corporate Mission Strategic Unit Business Corporate New-

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF AHMAD JAUZI Kirbrandoko Harianto.

RINGKASAN EKSEKUTIF AHMAD JAUZI Kirbrandoko Harianto. RINGKASAN EKSEKUTIF AHMAD JAUZI, 2007. Arsitektur Strategik Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TAAT TMII). Di bawah bimbingan Kirbrandoko dan Harianto. Pertumbuhan bisnis pariwisata tidak

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan-perusahaan dalam masa sekarang ini menghadapi siklus terberat yang pernah mereka hadapi. Selain kondisi krisis keuangan global yang melanda dunia yang membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB II STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING

BAB II STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING BAB II STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING A. Strategi Keunggulan Bersaing Penulis menguraikan beberapa teori tentang Strategi Keunggulan Bersaing yang telah dikemukakan oleh tokoh terkenal. Hal ini sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing ekonomi menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada

Lebih terperinci

Aspek ekonomi dan sosial

Aspek ekonomi dan sosial Aspek ekonomi dan sosial Pengertian Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen strategis adalah seperangkat keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja jangka panjang dari perusahaani. Ini mencakup pemindaian lingkungan

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication 2

Integrated Marketing Communication 2 Modul ke: 03Fakultas Eppstian Fakultas Ilmu Komunikasi Integrated Marketing Communication 2 Analisis Situasi Pasar dengan Model Michael Porter, GE Matrix, dan Product Life Cycle (PLC) Syah As ari, M.Si

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu: M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dewasa ini, kebutuhan manusia di seluruh dunia terus berkembang. Ini ditandai dengan sangat bervariasinya kebutuhan dan keinginan manusia yang berbeda -beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI 1 ORGANISASI DAN SISTEM INFORMASI Sistem Informasi dan Organisasi mempengaruhi satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah kondisi melambatnya perekonomian global, Indonesia masih mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental perekonomian yang baik dan kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Penerapan algoritma Greedy dalam penentuan Porter Generic Strategies untuk suatu perusahaan

Penerapan algoritma Greedy dalam penentuan Porter Generic Strategies untuk suatu perusahaan Penerapan algoritma Greedy dalam penentuan Porter Generic Strategies untuk suatu perusahaan Wilson Fonda / 13510015 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Daya Saing Daerah Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication II

Integrated Marketing Communication II Modul ke: Integrated Marketing Communication II Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication www.mercubuana.ac.id New Product Development

Lebih terperinci

Manajer strategik (lanjutan) Jenis strategi-meet-8

Manajer strategik (lanjutan) Jenis strategi-meet-8 Manajer strategik (lanjutan) Jenis strategi-meet-8 STRATEGI KORPORASI (CORPORATE STRATEGY) Strategi korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak dan dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing Hanif Mauludin www.kafebisnis2010.wordpress.com Rantai nilai menampilkan nilai keseluruhan, dan terdiri dari aktivitas nilai dan marjin. Aktivitas nilai merupakan

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran. Lili Adi Wibowo

Strategi Pemasaran. Lili Adi Wibowo Strategi Pemasaran Lili Adi Wibowo Visi/Misi/Tujuan Perusahaan Strategi Perusahaan Fungis fungsi Manajemen SDM (Kinerja Karyawan: Rekruitment, Pelatihan, Pengembangan, motivasi, kompensasi dll) PEMASARAN

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian semakin berkembang. Persaingan bisnis perusahaan-perusahaan semakin ketat. Hal ini tidak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Pengembangan Ekonomi Kreatif Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF Anggota Komite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya new economy membuat perekonomian global tumbuh dengan cepat, hal tersebut terlihat dari perkembangan teknologi informasi yang lebih maju, penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di dunia telah mengalami kemajuan yang pesat, khususnya di Indonesia yang saat ini telah memasuki era globalisasi. Hal ini ditandai dengan

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS. Lingkungan bisnis Eksternal. Nama : Aditya Tomy Prabayu NIM : Kelas : S1 TI 2N

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS. Lingkungan bisnis Eksternal. Nama : Aditya Tomy Prabayu NIM : Kelas : S1 TI 2N TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Lingkungan bisnis Eksternal Nama : Aditya Tomy Prabayu NIM : 10.11.4547 Kelas : S1 TI 2N STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak I. Abstrak Perubahan yang sangat cepat, yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) Beberapa waktu terakhir ini di saat era persaingan bisnis semakin hari semakin ketat para pelaku bisnis atau dalam hal ini bisa dikatakan suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Otonomi daerah adalah salah satu bentuk nyata dari praktek demokrasi. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan penyerahan kewenangan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Menurut Glueck dan Jauch (1998, p.12) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

STRATEGI MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI DALAM RANGKA MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL (RINGKASAN) OLEH : YUYUN WIRASASMITA

STRATEGI MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI DALAM RANGKA MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL (RINGKASAN) OLEH : YUYUN WIRASASMITA STRATEGI MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI DALAM RANGKA MENGHADAPI KRISIS FINANSIAL GLOBAL (RINGKASAN) OLEH : YUYUN WIRASASMITA I. GEJOLAK EKONOMI/BUSINESS CYCLES Gejolak ekonomi/business cycles, merupakan

Lebih terperinci

STRATEGI INTERNASIONAL

STRATEGI INTERNASIONAL STRATEGI INTERNASIONAL Strategi internasional adalah penjualan produk di pasar-pasar yang berada di luar pasar domestik perusahaan. Salah satu alasan diterapkannya strategi internasional adalah bahwa pasar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL 1 STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional 2 APA

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN MOBILE BROADBAND SMART. 4.1 Strategi Berdasarkan Analisis Porter 5 Forces

BAB IV ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN MOBILE BROADBAND SMART. 4.1 Strategi Berdasarkan Analisis Porter 5 Forces BAB IV ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN MOBILE BROADBAND SMART Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis faktor kondisi lingkungan internal dan eksternal, maka dalam pembahasan ini dilakukan analisis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Elis Hanifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Elis Hanifah, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, arus globalisasi liberalisasi perdagangan internasional merupakan fenomena yang melanda di hampir setiap negara. Hal ini memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen s 2.1.1 Pengertian Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar, dengan berorientasi ke masa depan guna untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang diterangkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK 3 ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK strategik Visi Misi Corporate Strategy Tujuan tujuan yang ingin dicapai di masa depan jalan pilihan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan seperangkat

Lebih terperinci

a. Format proposal 1) Judul Judul dibuat secara menarik dan singkat. 2) Executive summary Ringkasan Eksekutif (Maksimum 2 halaman, dengan satu spasi)

a. Format proposal 1) Judul Judul dibuat secara menarik dan singkat. 2) Executive summary Ringkasan Eksekutif (Maksimum 2 halaman, dengan satu spasi) a. Format proposal 1) Judul Judul dibuat secara menarik dan singkat. 2) Executive summary Ringkasan Eksekutif (Maksimum 2 halaman, dengan satu spasi) 1. Penjelasan ringkas tentang perusahaan (Nama, visi,

Lebih terperinci

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 9 STRATEGIC MANAGEMENT

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 9 STRATEGIC MANAGEMENT MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 9 STRATEGIC MANAGEMENT MANAJEMEN STRATEGIK Manajemen Strategik Proses Pentingnya Manajemen Strategik Jenis Strategi Internasional Dalam Lingkungan Masa Kini Mengenali Misi Organisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

Kebutuhan Membangun SI Koorporasi (Budi Sutedjo, bab 3)

Kebutuhan Membangun SI Koorporasi (Budi Sutedjo, bab 3) Kebutuhan Membangun SI Koorporasi (Budi Sutedjo, bab 3) Transformasi Alat Bantu Menjadi Strategi Pada awalnya SI diposisikan sebagai alat bantu untuk mengintegrasikan data dan meningkatkan kualitas informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Strategis 2.1.1 Pengertian Strategi Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar, dengan berorientasi ke masa

Lebih terperinci