IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Perkembangan Pelabuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Perkembangan Pelabuhan"

Transkripsi

1 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Singkat Perkembangan Pelabuhan Dibukanya Terusan Suez bagi pelayaran membawa pengaruh terhadap meningkatnya arus kunjungan kapal ke Indonesia. Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan utama pada masa itu, tidak mampu lagi menampung kapalkapal niaga yang berkunjung ke pelabuhan tersebut, maka diambil keputusan untuk membangun pelabuhan baru di sebelah Timur Pelabuhan Sunda Kelapa dan pelabuhan ini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1877 dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari dermaga kolam Pelabuhan I dan selesai tahun 1883 dengan dibangun batu penahan gelombang (dam) dalam empat periode sekitar 100 tahun yakni dari tahun 1877 hingga Periode pertama pembangunan pintu Dam Barat dari tahun 1877 hingga Periode kedua pembangunan kolam Pelabuhan II tahun 1914 dan kolam Pelabuhan III pada tahun 1921, sedangkan pembuatan dam di depan kolam Pelabuhan II & III sejajar pantai pada tahun 1915 hingga 1920, pembangunan kolam Nusantara I tahun 1955 dan tahun 1971 dilanjutkan dengan pembangunan kolam Nusantara II. Periode ketiga merupakan perpanjangan dari pembangunan dam pada periode kedua ke arah Timur yakni pada tahun 1961 (Dam Citra). Periode keempat dibangun pintu Timur pada tahun 1972 oleh Pertamina dengan konstruksi sheet pile tetapi sampai sekarang belum berfungsi dan bahkan sheet pile itu sendiri termakan karat (korosif). Pengelolaan Pelabuhan selama beberapa periode telah mengalami beberapa kali perubahan. Kronologis perubahan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut: Periode Pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga VIII berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 prp tahun 1960.

2 35 Periode Aspek komersial dari pengelolaan pelabuhan tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan, tetapi kegiatan operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh Lembaga Pemerintah yang disebut Port Authority. Periode Pengelolaan masing-masing pelabuhan umum dilakukan Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun PN Pelabuhan dibubarkan dan lembaga pemerintah Port Authority diganti menjadi BPP. Periode Pengelolaan pelabuhan umum dibedakan antara pelabuhan umum yang diusahakan dan pelabuhan umum yang tidak diusahakan. Pengelolaan pelabuhan umum yang diusahakan dilakukan oleh Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun PERUM Pelabuhan II merupakan salah satu dari empat PERUM Pelabuhan yang mengelola pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan, dan dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun Periode 1992 sampai sekarang Status PERUM Pelabuhan II berubah menjadi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 57, tanggal 19 Oktober 1991, dan dikukuhkan dengan Akta Pendirian Perusahaan Nomor 3 oleh Notaris Imas Fatimah Sarjana Hukum di Jakarta pada tanggal 1 Desember Perubahan status PERUM Pelabuhan Indonesia II menjadi PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia merupakan suatu kepercayaan dari pemerintah, didasarkan pada pertimbangan keberhasilan manajemen peningkatan pengelolaan pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan oleh perusahaan selama ini.

3 36 Periode 1 April 1999 Sejalan dengan iklim privatisasi, Pemerintah memberikan kepada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II untuk melaksanakan privatisasi. Pada tanggal 1 April 1999 telah dilakukan privatisasi secara parsial (usaha bongkar muat peti kemas yaitu TPK I dan TPK II Tanjung Priok) melalui pembentukan anak perusahaan dengan nama PT. Jakarta Internasional Container Terminal. Pada tahun 2002 Divisi Usaha Terminal (DUT) yang merupakan perusahaan anak cabang dari Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi melakukan kegiatan bongkar muat telah menjadi PT. Multi Terminal Indonesia (MTI) Karakteristik Pelabuhan 1) Posisi Geografis Pelabuhan Tanjung Priok terletak di Pantai Utara Pulau Jawa di Teluk Jakarta, pada posisi 06º LS. dan 106º BT, di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dengan luas daratan 604 Ha dan kolam 424 Ha dengan panjang penahan gelombang km. Secara administratif Kecamatan Tanjung Priok terdiri dari 7 kelurahan, di mana batas-batas dari wilayah tersebut adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Laut Jawa Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan Kemayoran Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pademangan Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Koja dan Kelapa Gading

4 37 2) Kondisi Hidro-Oseanografi a. Hidrografi Keadaan pantai sekitar Pelabuhan Tanjung Priok landai dan dasar lautnya lumpur pasir kedalaman alur masuk sekitar m. b. Pasang Surut Waktu tolak pada GMT + 7 jam, dengan muka surutan (ZO) 60 cm di bawah duduk tengah. Sifat pasang surut adalah harian tunggal, dengan tunggang air rata-rata pada pasang purnama sebesar 86 cm dan tunggang air rata-rata pada pasang mati sebesar 26 cm. c. A r u s Posisi stasion arus tower: 05º LS dan 107º BT. Kecepatan maximum arus umumnya mencapai 1 knot dengan arah sekitar 050º terjadi pada air surut. Arus bukan pasang surut mempunyai kecepatan sekitar 0.3 knot dengan arah 045º kecepatan arus pasang surut mencapai 1.1 knot pada waktu spring tides dengan arah sekitar 050º pada waktu air surut dan sekitar 230º pada waktu air pasang. d. Gelombang Tinggi gelombang pada umumnya berkisar 0,1 hingga 1 m, periode gelombang berkisar 1-8 detik, panjang gelombang mencapai kejauhan 1-21 m, tinggi gelombang berkisar antara cm, kondisi tersebut berubah-ubah tergantung pada kecepatan angin. e. S u h u Suhu di perairan Teluk Jakarta cenderung semakin tinggi semakin ke daerah pantai. Kisaran suhu rata-rata pada bulan April dan Mei antara 21,1º C hingga 29,7º C, suhu maksimum mencapai kisaran antara 29,1º C hingga 29,7º C. Pada bulan Oktober dan Nopember suhu maksimum bisa mencapai 28,6º C

5 38 hingga 29,2º C. Pada saat-saat tertentu bisa meningkat sampai dengan 30,5º C sedangkan suhu terendah berkisar 26,5º C. f. I k l i m Pelabuhan Tanjung Priok mempunyai iklim tropis yang menurut penggolongan Schmidt dan Ferguson (tahun 1951) termasuk golongan D. Iklim mengalami dua musim yaitu musim hujan/wet season/manson Barat terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April dengan kelembaban nisbi maksimum 81º dan kelembaban minimum 71º dengan rata-rata kelembaban pertahun 75 %. Curah hujan rata-rata perbulan 156,7 mm dengan rata-rata hari hujan 11,9 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebanyak 555,6 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 45,5 mm. Musim kemarau/dry season/manson Timur terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober Evaluasi Trafik, Kinerja Dan Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Tahun Data berikut diadopsi dari hasil pemetaan faktor-faktor internal dan eksternal Pelabuhan PELINDO II yang dicantumkan dalam Rencana Strategis Cabang Pelabuhan Tanjung Priok ) Pertumbuhan trafik yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama tahun a) Arus Kunjungan Kapal Perkembangan kunjungan kapal melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 3.

6 39 Grafik Arus Kunjungan Kapal dalam Unit 14,000 12,000 Jumlah Unit 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Reguler 2,487 2,693 2,586 2,659 2,870 Non Reguler 2,049 1,976 2,531 2,704 2,036 Pelayaran Dalam Negeri 9,312 9,864 11,038 11,496 11,272 Kapal Negara /Tamu Gambar 3. Grafik arus kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok (dalam unit) Pertumbuhan arus kunjungan kapal dalam satuan unit selama kurun waktu 5 (lima) tahun rata-rata mencapai 3,70% yaitu dari call menjadi call, sedangkan pertumbuhan dalam satuan GT rata-rata mencapai 5,91% yaitu dari 74 juta GT menjadi 93 juta GT. Kapal-kapal luar negeri non reguler mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam GT rata-rata sebesar 0,16% walaupun mengalami penurunan dalam satuan unit. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa, kapal-kapal yang berkunjung adalah kapal-kapal dengan ukuran GT yang semakin besar. Pada umumnya kapal-kapal non reguler adalah kapal-kapal yang mengangkut barang-barang pangan yaitu beras, gula dan kacang kedelai. Keterbatasan kedalaman dermaga merupakan kendala untuk menampung kapal yang lebih besar. Kapal cargo non peti kemas yang lebih dari 14 LWS, telah mengalihkan kegiatannya ke dermaga khusus yang mempunyai kedalaman yang mencukupi (Gambar 4).

7 Grafik Arus Kunjungan Kapal dalam GT Jumlah GT Reguler Non Reguler Pelayaran Dalam Negeri Kapal Negara / Tamu Gambar 4. Grafik arus kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok (dalam GT) b) Arus Barang Perkembangan arus barang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebagai berikut: Berdasarkan Perdagangan Perkembangan arus barang berdasarkan perdagangan melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 5.

8 Grafik Arus Barang Berdasarkan Perdagangan Jumlah Ton Impor Ekspor Bongkar Muat Gambar 5. Grafik arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan perdagangan Sejalan dengan kenaikan arus kapal, maka arus barang pun mengalami kenaikan yang berimbang antara barang antar negara dan antar pulau. Pertumbuhan barang-barang antar negara rata-rata mencapai 9,42% yaitu dari 11,3 juta ton pada tahun 1998 menjadi 16,3 juta ton pada tahun Sedangkan pertumbuhan barang-barang antar pulau rata-rata mencapai 9,05% yaitu dari 13,7 juta ton pada tahun 1998 menjadi 19,4 juta ton pada tahun Untuk perdagangan luar negeri, pertumbuhannya lebih mengarah kepada kegiatan impor dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 11,89 %. Berdasarkan Distribusi Perkembangan arus barang berdasarkan distribusi melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 6.

9 42 Grafik Arus Barang Berdasarkan Distribusi Jumlah Ton Langsung Gudang Lapangan Dermaga khusus Loading point Gambar 6. Grafik arus barang berdasarkan distribusi Pelabuhan Tanjung Priok Arus barang di dermaga umumnya mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,40% yaitu dari 14,9 juta ton pada tahun 1998 menjadi 23,86 juta ton pada tahun Kenaikan ini seiring dengan kenaikan barang masuk gudang yang cukup tinggi yaitu dari 1,4 juta ton pada tahun 1998 menjadi 3,3 juta ton pada tahun 2002 atau mengalami pertumbuhan rata-rata 23,99%. Sedangkan pertumbuhan barang angkutan langsung rata-rata sebesar 12,60% yaitu dari 10,4 juta ton pada tahun 1998 menjadi 16,7 juta ton pada tahun Berdasarkan Kemasan Perkembangan arus barang berdasarkan kemasan melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 7.

10 43 Grafik Arus Barang Berdasarkan Kemasan Jumlah Ton General Cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Petikemas Gambar 7. Grafik arus barang berdasarkan kemasan di Pelabuhan Tanjung Priok General Cargo Pertumbuhan barang dalam kemasan general cargo periode rata-rata mencapai 57,65%. Pada tahun 2001 terjadi peningkatan barang general cargo cukup tinggi yang disertai dengan menurunnya peti kemas, hal ini terjadi karena adanya kecenderungan keterlambatan pengapalan akibat kendala angkutan darat khusus untuk barang transhipment. Bag Cargo Barang-barang dalam kemasan bag cargo selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,96% disebabkan adanya kecenderungan beralihnya penggunaan kemasan ke peti kemas yang relatif lebih praktis dan aman serta adanya kebijakan kenaikan pengenaan bea masuk untuk jenis barang impor tertentu.

11 44 Curah Cair Potensi arus barang curah cair yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok antara 8 10 juta ton per tahun dengan jenis komoditi dominan berupa CPO (angkutan dalam negeri) dan BBM. Curah Kering Arus barang curah kering selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata mencapai 7,21%. Peti Kemas Arus barang untuk peti kemas selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata sebesar 35,94% dalam ton dan 29,60% dalam TEU s. c) Arus Penumpang Perkembangan arus penumpang melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar Grafik Arus Penumpang Jumlah Orang Embarkasi LN Debarkasi LN Embarkasi DN Debarkasi DN Gambar 8. Grafik arus penumpang kapal di Pelabuhan Tanjung Priok

12 45 Pertumbuhan arus penumpang dalam negeri rata-rata mencapai 9,41% yaitu dari 1 juta tahun 1998 menjadi 1,43 juta pada tahun Namun demikian, sejak tahun terjadi penurunan arus penumpang dari tahun ke tahun. Kecenderungan ini terjadi akibat adanya perang tarif angkutan khususnya tarif penerbangan yang hampir menyamai tarif angkutan darat dan laut sehingga penumpang lebih cenderung memilih pesawat terbang karena lebih cepat. 2) Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang a) Kinerja Pelayanan Kapal Selama 5 tahun terakhir, arus kunjungan kapal dapat dilihat pada grafik berikut. Kinerja Pelayanan Kapal Luar Negeri Kinerja pelayanan kapal luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 9. Kinerja Pelayanan Kapal Luar Negeri Jumlah Jam TURN ROUND TIME WAITING TIME BERTHING TIME EFFECTIVE TIME Gambar 9. Kinerja pelayanan kapal luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Turn round time kapal luar negeri masih relatif stabil sejalan dengan semakin meningkatnya efective time bila dibandingkan dengan berthing time. Hal

13 46 ini merupakan keuntungan bagi perusahaan pelayaran maupun cargo owner, yang pada akhirnya juga menguntungkan konsumen secara keseluruhan. Kinerja Pelayanan Kapal Pelayaran Dalam Negeri Kinerja pelayanan kapal dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 10. Kinerja Pelayanan Kapal Dalam Negeri Jumlah Jam TURN ROUND TIME WAITING TIME BERTHING TIME EFFECTIVE TIME Gambar 10. Kinerja pelayanan kapal dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Peningkatan pelayanan kapal dari tahun ke tahun menunjukkan adanya kecenderungan perbaikan terutama efective time, sedangkan berthing time beberapa tahun terakhir ada penurunan. Hal ini terjadi karena adanya upaya spesialisasi lokasi kegiatan bongkar muat sehingga dapat mempersingkat waktu kapal di tambatan. b) Kinerja Pelayanan Barang Kinerja Pelayanan Barang Pelayaran Luar Negeri Kinerja pelayanan barang luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 11.

14 Kinerja Pelayanan Barang Luar Negeri GENERAL CARGO 26,25 26,39 34,29 37,42 47,10 BAG CARGO 37,57 36,00 35,84 34,25 47,10 CURAH CAIR 143,55 106,63 134,05 121,50 179,30 CURAH KERING 45,14 45,32 98,02 101,75 146,90 PETIKEMAS 19,00 18,00 18,00 12,00 14,20 Gambar 11. Kinerja pelayanan barang luar negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Dari grafik di atas terlihat peningkatan kinerja pelayanan bongkar muat yang cukup berarti pada beberapa jenis kemasan sehingga dapat mempercepat pelayanan kapal di tambatan. Kinerja bongkar muat peti kemas terlihat mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2000 ke 2001 diakibatkan pada tahun 2001 data kinerja yang dihitung adalah murni kinerja pelayanan peti kemas di terminal conventional, sedangkan pada tahun 2000 dan sebelum masih memperhitungkan kinerja pelayanan peti kemas di PT. JICT dan UTPK Kodja. Kinerja Pelayanan Barang Pelayaran Dalam Negeri Kinerja pelayanan barang dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Gambar 12.

15 Kinerja Pelayanan Barang Dalam Negeri GENERAL CARGO 24,72 25,59 32,53 29,33 37,90 BAG CARGO 33,26 32,27 34,90 35,58 39,20 CURAH CAIR 107,34 107,39 75,78 104,67 174,50 CURAH KERING 40,80 37,60 80,37 81,50 115,20 PETIKEMAS 9,00 10,00 9,00 10,00 13,65 Gambar 12. Kinerja pelayanan barang dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Secara umum terjadi peningkatan TGH dari beberapa jenis kemasan barang dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dapat dicapai dengan adanya perbaikan pada sistem pelayanan dan tersedianya peralatan yang mendukung kegiatan percepatan bongkar-muat. 3) Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Perkembangan utilisasi fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 8.

16 49 Tabel 8. Perkembangan utilisasi fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok No U r a i a n Satuan Realisasi Tahun Dermaga Bor % 65,72 71,17 68,00 66,75 68,90 BTP ton/m 3,441 3,705 3,597 3,555 4, Gudang SOR % 30,67 33,05 40,83 40,42 40 STP ton/m 2 4,66 3,48 38,32 32,38 26,09 3. Lapangan YOR % 22,43 22,16 45,00 47,83 45,42 YTP ton/m 2 5,83 3,73 17,03 26,60 30,89 Sumber: PELINDO II (2003) Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas belum maksimal, terutama gudang dan lapangan masih rendah. Sedangkan penggunaan dermaga (BOR) dalam keadaan relatif tinggi (70 %) dalam kondisi berth time yang masih tinggi dan efective time per-hari 18 jam dan BTP mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 5,01% yaitu dari ton/m 2 pada tahun 1998 menjadi ton/m 2 pada tahun Dari tahun 1998 hingga tahun 2002, STP mengalami penurunan kecuali pada tahun 2000 mengalami kenaikan disebabkan kegiatan perekonomian yang juga meningkat. Sedangkan YTP selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan. 4) Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan a) Dermaga Perkembangan fasilitas dan peralatan pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 9.

17 50 Tabel 9. Fasilitas dan peralatan pelabuhan No. Uraian 1. Dermaga Umum Kedalaman (MLWS) Panjang (m) Kapasitas a) Break bulk ,309 9,463,500 ton b) Dry bulk 12 1,346 7,403,000 ton c) Liquid bulk ,940,000 ton d) Terminal penumpang Dermaga Swasta a) Dermaga JICT 12 1, teus b) Dermaga TPK Koja teus c) Dermaga Bogasari d) Dermaga DKP e) Dermaga PMB Sumber: PELINDO II (2003) Kapasitas diperhitungkan dalam kondisi normal dengan mempertimbangkan aspek waktu efektif untuk terminal nusantara rata-rata 14 jam dan terminal ocean going rata-rata 18 jam, kedalaman fasilitas dan rata-rata pencapaian produktivitas bongkar muat pada masing-masing peruntukan terminal. b) Gudang dan Lapangan Penumpukan Perkembangan gudang dan lapangan penumpukan Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Gudang dan lapangan penumpukan Pelabuhan Tanjung Priok No. Uraian Luas Seluruh (m 2 ) Luas Efektif (m 2 ) Kapasitas (ton) 1. Gudang a) Lini I 174, , ,721,846 b) Lini II 11, , , Lapangan Penumpukan a) LINI I 122, , ,450,7940 b) LINI II 24, , ,310,216 Sumber: PELINDO II (2003)

18 51 Luas efektif x beban maks x occupancy x 365 hari Kapasitas =...(5) Dwelling Time Beban maksimum untuk gudang 2,5 ton /m 2 dan lapangan penumpukan 4 ton /m 2. Diasumsikan bahwa occupancy Ratio untuk gudang dan lapangan sebesar 60% dengan dwelling time selama 10 hari. c) Sarana Bantu Perkembangan sarana bantu Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana bantu Pelabuhan Tanjung Priok No. Uraian Jumlah Tahuan Pembuatan Kapasitas (HP) Kondisi (%) Kapal Tunda Milik x Kapal Tunda Milik x Kapal Tunda Milik x Kapal Tunda Milik x 870 / Kapal Tunda Sewa x 850 / Motor Pandu x Motor Pandu x 170 / Motor Kepil x 70 / Motor Kepil x 82 / Motor Survey x Sumber: PELINDO II (2003) 4.4. Kekuatan Personil Sumberdaya Manusia (SDM) Jumlah pegawai organik pada 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan 326 orang (20%), hal ini sejalan dengan adanya kebijakan pengelolaan perusahaan yang melibatkan peran swasta, penggunaan teknologi serta upaya optimalisasi pendayagunaan sumber daya manusia. Pegawai pensiun, berhenti/meninggal, pensiun dini, tidak diganti seluruhnya melainkan hanya sebagian sesuai kebutuhan.

19 52 1) Berdasarkan tingkat pendidikan Perkembangan kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat pendidikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat pendidikan No. U r a i a n Realisasi Tahun O NO O NO O NO O NO O NO SD SLTP SLTA D S S Jumlah T o t a l Sumber: PELINDO II (2003) Keterangan : - O = Organik - NO = Non organik Komposisi pegawai organik menurut tingkat pendidikan mengalami perbaikan di mana pegawai dengan pendidikan SD, SLTP, dan SLTA mengalami penurunan 417 orang (32%) sedangkan dengan pendidikan D3, S1 dan S2 mengalami kenaikan 99 orang (77%). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pengganti pegawai yang pensiun harus memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi atau minimal D3, untuk pekerjaan operasional dengan skill rendah diupayakan diisi dengan tenaga non organik yang selama tahun 2000 hingga 2002 jumlahnya tidak bertambah. 2) Berdasarkan usia Perkembangan kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat usia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 13.

20 53 Tabel 13. Kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan tingkat usia No. U r a i a n Realisasi Tahun O NO O NO O NO O NO O NO < 25 tahun tahun tahun tahun > 55 tahun Jumlah T o t a l Sumber: PELINDO II (2003) Keterangan : - O = Organik - NO = Non organik Komposisi pegawai organik menurut usia mengalami sedikit perubahan di mana pada tahun 1998 didominasi oleh usia tahun sebanyak 581 orang (35% dari total pegawai) dan pada tahun 2002 menjadi 318 orang (24% dari total pegawai). 3) Berdasarkan pusat pelayanan Perkembangan kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan pusat pelayanan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 14.

21 Tabel 14. Kekuatan SDM Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan pusat pelayanan 54 No. U r a i a n Realisasi Tahun O NO O NO O NO O NO O NO Opr. Langsung Opr. T. Langsung Penunjang Opr Non Aktif Jumlah Total Sumber: PELINDO II (2003) Keterangan : - O = Organik - NO = Non organik Komposisi pegawai organik pada unit operasi langsung mengalami penurunan sebanyak 157 orang (27%) dan unit operasi tak langsung turun 18 orang (8,5%). Hal ini sejalan dengan upaya penataan personil agar lebih banyak didayagunakan pada unit operasi langsung dan penunjang operasi. 4) Produktivitas SDM Perkembangan produktivitas SDM Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Produktivitas SDM Pelabuhan Tanjung Priok No Rasio Satuan Kapal thd SDM GT/Org 44,889 49,795 57,194 60,987 70,376 2 Barang thd SDM TON/Org 15,164 16,703 20,935 22,524 26,891 3 Biaya thd SDM Rp. 000/Org 55,821 79, , , ,805 4 Pendapatan thd SDM Rp. 000/Org 115, , , , ,445 5 Laba thd SDM Rp. 000/Org 68,803 95, , , ,492 Sumber: PELINDO II (2003)

22 Posisi Keuangan 1) Kinerja keuangan tahun Kinerja keuangan Pelabuhan Tanjung Priok tahun dapat dilihat pada Gambar 13. KINERJA KEUANGAN % % % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Operating Ratio 48.23% 46.35% 52.53% 41.98% 42.54% Working Ratio 40.24% 37.65% 37.44% 29.95% 31.40% Rentabilitas 8.01% 7.82% 8.75% 14.29% 14.70% Likuiditas 88.41% 89.36% 85.48% 90.60% % Solv abilitas 4.44% 3.53% 4.72% 4.88% 7.21% Profit Margin 52.54% 53.29% 48.98% 58.47% 55.94% Gambar 13. Kinerja keuangan dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok Kinerja keuangan khususnya tingkat efisiensi yang ditunjukkan dengan operating ratio dan working ratio, dan kemampuan memperoleh laba yang ditunjukkan dengan profit margin semakin meningkat. Hal ini menunjukkan konsistensi manajemen dalam upaya meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan. 2) Kondisi laba rugi tahun Kondisi laba rugi Pelabuhan Tanjung Priok tahun dapat dilihat pada Gambar 14.

23 56 LABA RUGI 600,000,000 (Rp. 000,-) 400,000, ,000,000 - Jumlah Pendapatan 216,069, ,209, ,640, ,611, ,964,557 Jumlah Biay a 100,937, ,587, ,475, ,286, ,287,565 L A B A 113,524, ,056, ,165, ,466, ,903,384 Gambar 14. Kondisi laba rugi Pelabuhan Tanjung Priok Pada tahun 1998 Pelabuhan Tanjung Priok membukukan laba sebesar Rp. 113,5 milyar sedangkan tahun 2002 laba mencapai Rp. 295,9 milyar, menunjukkan bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir perusahaan telah mencatat kenaikan laba sebesar 160%. Hal ini sejalan dengan peningkatan trafik serta melemahnya nilai tukar rupiah (komposisi pendapatan Tanjung Priok sekitar 60% didominasi pendapatan USD). 3) Realisasi Arus Kas tahun Realisasi arus kas Pelabuhan Tanjung Priok tahun dapat dilihat pada Tabel 16.

24 [ Pada 57 Tabel 16. Realisasi arus kas tahun No Uraian I Arus Kas dari Aktivitas Operasi 1 Penerimaan 43,190, ,164, ,310, ,727, ,205,008 Pengeluaran 209,667, ,390, ,571, ,175, ,120,182 2 Arus Kas Bersih dari 33,523,243 32,773,723 49,739,281 54,551,622 21,084,826 Aktivitas Operasi II Arus Kas dari Aktivitas Investasi 1 Penerimaan , ,944 Pengeluaran 33,257,536 28,962,012 48,256,139 59,935,278 15,887,587 2 Arus Kas Bersih 33,257,536 28,962,012 48,255,349 59,876,744 15,522,643 dari Aktivitas Investasi III Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 1 Penerimaan Pengeluaran Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan IV Kenaikan Bersih Kas & Setara Kas (I - II - III) 265,707 3,811,711 1,483,932 (5,325,122) 5,562,183 V Saldo Awal Kas 12,004,187 12,269,894 16,081,605 17,565,537 12,240,415 VI Saldo Akhir Kas 12,269,894 16,081,605 17,565,537 12,240,415 17,802,598 Sumber: PELINDO II (2003) tahun 1998 saldo kas sebesar 12,3 milyar dan pada akhir tahun 2002 menjadi sebesar Rp. 17,8 milyar, hal ini sesuai dengan kebijakan batas maksimal saldo kas /bank dan surplus kas saldo kas berjalan disetor ke kantor pusat. 4) Realisasi Neraca tahun Realisasi neraca Pelabuhan Tanjung Priok tahun dapat dilihat pada Tabel 17.

25 58 Tabel 17. Realisasi neraca tahun No. Uraian I Aktiva 1 Aktiva Lancar a. Kas, Bank & 12,323,894 16,135,605 17,619,537 12,240,416 17,802,595 Deposito b. Piutang Usaha 7,448,527 7,129,654 13,890,411 23,912,589 19,392,893 (netto) c. Aktiva Lancar 19,347,232 28,591,377 49,787,908 32,505,817 66,770,081 Lainnya Jumlah Aktiva Lancar 39,119,653 51,856,636 81,297,856 68,658, ,965,569 2 Aktiva Tetap a. Tanah 453,282, ,736, ,256, ,978, ,978,321 b. Non Tanah 860,413,256 1,323,413,001 1,456,273,773 1,414,902,681 1,378,619,670 Jumlah Aktiva 1,313,695,936 1,778,149,729 1,913,530,429 1,920,881,002 1,884,597,991 Tetap 3 Aktiva Tetap dlm 62,678, ,426,361 12,528,960 17,580,345 21,582,849 Konst. 4 Aktiva Lainnya 2,627,095 2,386,321 6,371,377 4,823,514 2,946,979 Jumlah Aktiva 1,418,121,485 1,957,819,047 2,013,728,622 2,011,943,683 2,013,093,388 II Kewajiban & Modal 1 Kewajiban Jangka 44,250,408 58,028,449 95,109,354 75,779,124 84,111,907 Pendek 2 Kewajiban Jangka 18,780,204 11,121,485-22,398,333 61,035,177 Panjang 3 Modal Cadangan Laba tahun sebelummnya 5 Laba Periode 113,524, ,056, ,165, ,466, ,903,384 Berjalan 6 R/K Kantor Pusat 1,241,558,018 1,735,612,424 1,742,453,753 1,626,299,966 1,572,042,920 Jumlah Kewajiban & Modal 1,418,113,485 1,957,819,047 2,013,728,622 2,011,943,683 2,013,093,388 Sumber: PELINDO II (2003) Peningkatan nilai aktiva sejak akhir tahun 1998 yang tercatat sebesar Rp. 1,42 trilyun meningkat sebesar 42% pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp. 2,01 trilyun. Peningkatan tersebut terutama karena peningkatan pada nilai aktiva tetap non tanah seiring dengan peningkatan laba perusahaan dari tahun ke tahun.

26 Potensi Daerah Hinterland 1) Wilayah Hinterland Dengan Interaksi Pelabuhan Lain Wilayah hinterland yang dilayani Pelabuhan Tanjung Priok sangat luas jika dilihat dari wilayah asal dan tujuan barang. Hal ini sangat didukung oleh jangkauan pelayanan yang cukup luas dari Pelabuhan Tanjung Priok dengan fasilitas dan prasarana yang ada sehingga dapat dilalui beragam jenis ukuran kapal yang belum tentu dimiliki oleh pelabuhan lain. Tetapi sebagai daerah hinterland primernya berada tetap di dalam Pulau Jawa terutama DKI dan Jawa Barat dan Banten. Walaupun Pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah hinterland Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta tetapi beberapa komoditi yang ada sebagian mengalir menuju pelabuhan lain seperti Pelabuhan Ciwandan Banten dan Pelabuhan Cirebon yang berada di dalam kawasan Jawa Barat, dengan pertimbangan efisiensi dan ongkos transportasi yang timbul. 2) Potensi Hinterland a) Potensi Perkebunan Potensi perkebunan yang paling dominan di Jawa Barat adalah karet, teh, tebu dan kelapa. Sesuai dengan data statistik Propinsi Jawa Barat 1999, luas total area perkebunan dari perkebunan negara, swasta dan rakyat untuk karet sekitar Ha dengan produksi ton, teh seluas Ha dengan produksi ton, cengkeh seluas Ha dengan produksi ton, kelapa seluas Ha dengan produksi ton dan perkebunan kopi sekitar Ha dengan produksi lebih dari ton. Selain hasil perkebunan di atas juga ada beberapa jenis perkebunan lain yang dihasilkan di Propinsi Jawa Barat yaitu kelapa sawit, coklat, kina, tebu dan lain-lain. Daerah asal di mana perkebunan Karet berada terbesar adalah di Lebak dan Sukabumi, sedangkan untuk teh di Cianjur dan Bandung, untuk cengkeh berada di Lebak, Sukabumi dan Ciamis, kelapa berada di Ciamis sedangkan kopi berada di Serang.

27 60 b) Potensi Pertanian Luas lahan panen padi di Jawa Barat pada tahun 2001 adalah Ha dengan produksi ton dengan lumbung terbesar berada di Karawang, Indramayu dan Subang. Sedangkan untuk produksi palawija, Jawa Barat menghasilkan jagung dengan luas areal Ha dan produksi ton, ubi kayu seluas Ha dan produksi ton, ubi jalar seluas Ha dan produksi ton, kacang tanah sebesar Ha dan produksi ton, kacang kedele sebesar Ha dan produksi ton. Selain itu Jawa Barat juga menghasilkan palawija lain seperti kacang hijau, sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup besar. c) Potensi Industri DKI Jakarta Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di DKI Jakarta berdasarkan survey tahun 1999 tercatat perusahaan dengan nilai output mencapai Rp ,4 milyar dan nilai tambah atas dasar harga pasar sebesar Rp ,5 milyar. Nilai ekspor DKI Jakarta sampai tahun 1999 mencapai 15,2 juta US$ dengan nilai ekspor terbesar (13,4 juta US$) masih dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Sedangkan nilai impor mencapai 23,5 juta US$ yang tersebar di beberapa pelabuhan impor, di antaranya yang terbesar melalui Pelabuhan Tanjung Priok dengan nilai 17,4 juta US$. Dilihat dari distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga yang berlaku, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan sumbangan terbesar terhadap perekonomian DKI Jakarta yaitu sebesar 22,10%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (22,02%), kemudian industri (20,12%), sektor konstruksi (15,05%), listrik (11,64%), jasa (10,19%) dan sektor pengangkutan (8,66%), kemudian sektor listrik, gas dan air bersih (1,64%) serta sektor pertanian (0,21%).

28 61 Jawa Barat dan Banten Berdasarkan survey industri besar /sedang tahun 1999 di Jawa Barat dan Banten terdapat buah perusahaan. Nilai output industri mencapai Rp milyar pada tahun 1996 dengan nilai tambah atas dasar harga pasar untuk sektor industri besar dan sedang tahun 1999 sebesar Rp milyar. Nilai ekspor non migas menurut pelabuhan muat tahun 1999 naik sebesar 8,55% dari keadaan tahun Demikian pula halnya dengan nilai impor meningkat sebesar 10,38%. Ditinjau dari penghitungan atas dasar harga berlaku dengan tidak memperhitungkan minyak dan gas bumi, PDRB Jawa Barat dan Banten meningkat 16,44 % yaitu yaitu Rp milyar pada tahun 2000 menjadi Rp milyar pada tahun Sedangkan menurut penghitungan atas dasar harga konstan 1999, PDRB Jawa Barat dan Banten meningkat 4,43%. Laju pertumbuhan PDRB termasuk minyak dan gas bumi tahun 2001 sebesar 4,48%. Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten tetap merupakan daerah yang tinggi untuk penanaman modal, terutama untuk industri manufacture, sehingga Pelabuhan Tanjung Priok tetap diarahkan untuk menampung dari hasil industri tersebut. 3) Prasarana Transportasi Sarana jalan darat yang meliputi jalan raya, jalan tol dan jalan kereta api dengan jalur pencapaian ke sentra industri, pertanian dan perkebunan di Jawa Barat dan Banten secara relatif cukup dapat mendukung kegiatan pelabuhan di kawasan Tanjung Priok. Walaupun ada hambatan di akses dalam kota DKI tetapi untuk diluar areal DKI tidak terlalu banyak hambatan khususnya dengan adanya jalan tol yang ke arah Barat (Banten, Bojonegara) dan yang ke arah Timur (Cirebon dan ke arah Pulau Jawa bagian Tengah dan Timur). Jalan darat lainnya yang cukup mendukung adalah jalan kereta api yang menuju Bandung dengan jangkauan Jawa Barat bagian Selatan dan jalur kereta api ke arah Pulau Jawa yang dapat menghantar atau menerima muatan sampai Jawa Timur.

29 Keadaan Sosial Ekonomi a). Aksesibilitas Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Tanjung Priok yang terdiri atas Kelurahan Sunter Agung dengan luas area 7,0226 km 2, Kelurahan Sunter Jaya dengan luas area 4,5817 km 2, Kelurahan Papanggo dengan luas area 2,8018 km 2, Kelurahan Warakas dengan luas area 1,0884 km 2, Kelurahan Sungai Bambu dengan luas area 2,3640 km 2, Kelurahan Kebon Bawang dengan luas 1,7270 km 2, Kelurahan Tanjung Priok dengan luas area 5,5400 km 2. Untuk mencapai lokasilokasi tersebut telah tersedia jalan-jalan aspal dan kendaraan yang lancar karena merupakan jalur poros propinsi. Sarana jalan darat yang meliputi jalan raya, jalan tol dan jalan kereta api dengan jalur pencapaian ke sentra industri, pertanian dan perkebunan di Jawa Barat dan Banten secara relatif cukup dapat mendukung kegiatan pelabuhan di kawasan Tanjung Priok. Walaupun ada hambatan di akses dalam kota DKI tetapi untuk di luar areal DKI tidak terlalu banyak hambatan khususnya dengan adanya jalan tol yang ke arah Barat (Banten, Bojonegara) dan yang ke arah Timur (Cirebon dan ke arah Pulau Jawa bagian Tengah dan Timur). Jalan darat lainnya yang cukup mendukung adalah jalan kereta api yang menuju Bandung dengan jangkauan Jawa Barat bagian Selatan dan jalur kereta api ke arah Pulau Jawa yang dapat menghantar atau menerima muatan sampai Jawa Timur. Lebih jelasnya terlihat pada Tabel 18. Tabel 18. Luas kelurahan wilayah Kecamatan Tanjung Priok No. Kelurahan Luas Area (km 2 ) 1 Sunter Agung 7, Sunter Jaya 4, Papanggo 2, Warakas 1, Sungai Bambu 2, Kebon Bawang 1, Tanjung Priok 5,5400 Total 25,1255 Sumber: Badan Pusat Statistik (2004)

30 63 b). Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Priok secara keseluruhan pada tahun 2004 adalah sebanyak jiwa dengan jumlah laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Penduduk di Kecamatan Tanjung Priok berkewarganegaraan Indonesia (WNI) sebanyak jiwa atau 99,9% dan ada juga yang berkewarganegaraan Asing (WNA) sebanyak 516 jiwa atau 0,16% yang terdiri dari Cina, India dan Pakistan. Agama yang dianut oleh penduduk sebagian besar beragama Islam, yaitu sebanyak orang atau 77,84%, Khatolik sebanyak orang atau 7,60%, Protestan sebanyak orang atau 10,10%, Hindu sebanyak orang atau 1,36%, Budha sebanyak orang atau 2,54% dan lainnya sebanyak orang atau 0,55%. Adapun jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Tanjung Priok dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah penduduk kelurahan wilayah Kecamatan Tanjung Priok No. Kelurahan Jumlah KK Persentase Total Penduduk 1 Sunter Agung , Sunter Jaya , Papanggo , Warakas , Sungai Bambu , Kebon Bawang , Tanjung Priok , Total Sumber : Badan Pusat Statistik (2004)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung A. PENDAHULUAN Setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, arus kunjungan kapal ke Indonesia meningkat dengan drastis sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelabuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA Medan, 29 September 2016 1 PELABUHAN SIBOLGA 1. Dermaga Umum : 03,5 x 15,5 m 2. Dermaga Ferry : 35 x 10,2 m & 35,7 x 6 m 3. Trestel : 127,2 x

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TANJUNG BALAI ASAHAN Medan, September 2016 1. OVERVIEW PELABUHAN a. KONDISI EKSISTING PELABUHAN TELUK NIBUNG 2 a. KONDISI EKSISTING PELABUHAN TELUK NIBUNG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6 S, ` 13.9 E Pelabuhan Cirebon Alamat : Jl.Perniagaan No.4 Cirebon 45112 Phone : +62231.204241 Fax : (0231) 203201 Provinces : West Java Website : http://www.cirebonport.com E-mail : cirebon@inaport2.co.id Sumber:

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Clinton Yan Uguy T. K. Sendouw, A. L. E. Rumayar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: clinton.uguy@gmail.com ABSTRAK Pelabuhan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI

4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI 83 4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI 4.1 Profil Pelabuhan Tanjung Priok 4.1.1 Letak Geografis Luas Area dan Fasilitas Pelabuhan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia usaha dan masyarakat dalam menjalankan usahanya, karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi/liberalisasi khususnya sektor perdagangan serta pelaksanaan otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan potensi yang dimiliki daerah.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan peningkatan jumlah arus kunjungan kapal dan volume

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI LAUT

SISTEM TRANSPORTASI LAUT SISTEM TRANSPORTASI LAUT Jaringan transportasi laut sebagai salah satu bagian dari jaringan moda transportasi air mempunyai perbedaan karakteristik dibandingkan moda transportasi lain yaitu mampu mengangkut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Misliah

Lebih terperinci

A. ARUS KAPAL. Unit GT

A. ARUS KAPAL. Unit GT A. ARUS KAPAL I. PELAYARAN DAN DISTRIBUSI 1. Dermaga Umum b. Tramper Unit 9 13 9 GT 36.346 40.462 18.747 c. Tamu Negara/Non Niaga Unit b. Tramper Unit 1 GT 1.017 B. Angkutan Laut Dalam Negeri a. Liner

Lebih terperinci

KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI) CABANG/UPP TAHUN 2016 PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)

KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI) CABANG/UPP TAHUN 2016 PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI) CABANG/UPP TAHUN 2016 PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) No. I.1 Sumber Data Return On Capital Employed (ROCE) 1. ROCE adalah laba sebelum pajak dibagi capital employed;

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Pelabuhan Ciwandan Banten

Pelabuhan Ciwandan Banten Pelabuhan Ciwandan Banten Alamat Pelabuhan : Jalan Raya Pelabuhan No. I Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Cilegon-Banten Kode Pos : 42166 Telepon : 0254 601417, 601418 Faxcimile : 0254 601419 Telex/VHF

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 RAHASIA SDT16 - PELABUHAN Triwulan - 2016 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 Tujuan Survei : Memperoleh informasi tentang perkembangan waktu lamanya petikemas / barang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan

Lebih terperinci