Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) bagi Kesetimbangan Lingkungan Atmosfer Perkotan
|
|
- Suharto Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) bagi Kesetimbangan Lingkungan Atmosfer Perkotan bagian 1 : Pendekatan perhitungan Suhu udara, Damping depth dan Diffusivitas thermal Oleh : Pendahuluan Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu penggunaan lahan yang dianggap sebagai penjaga kesetimbangan lingkungan di kawasan perkotaan. Salah satu kondisi lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh RTH adalah lingkungan atmosfer yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi proses biofisika yang ada di perkotaan. Oleh karena itu, kondisi RTH secara kualitatif dan kuantitatif dapat menjadi suatu ukuran dari kondisi lingkungan perkotaan. Kondisi RTH suatu kawasan dapat dinyatakan dalam bentuk luasan, kerapatan vegetasi dan sebaran lokasinya. Selain RTH, salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai lingkungan atmosfer kawasan perkotaan adalah indek kenyamanan (Thermal Humidity Index-THI). THI merupakan suatu indeks yang digunakan untuk menilai kondisi mikrometeorologi suatu lokasi yang mempengaruhi proses biometeorologi dan metabolisme makhluk hidup yang ada di lokasi tersebut. Suatu lokasi dikatakan nyaman jika keadaan biometeorologi yang ada dapat menghasilkan suatu proses metabolisme yang normal atau dengan kata lain kondisi mikrometeorologinya tidak menjadi faktor pembatas. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka proses-proses yang melibatkan pertukaran dan keseimbangan energi yang terjadi dalam lingkungan biofisik menjadi faktor yang digunakan untuk menilai kenyamanan suatu lokasi. Status energi suatu lokasi sering digambarkan sebagai kesetimbangan panas dan secara kuantitatif dapat dinilai dari unsur suhu yang ada pada sistem dan obyek biofisik didalamnya. Selain unsur suhu, unsurunsur mikrometeorologi lain yang mempengaruhi adalah kondisi fluks uap air yang dapat dianggap sebagai suatu media bagi fluks energi. Fluks uap air ini dapat dinilai dengan unsur tekanan uap air aktual atau dengan tingkat kelembaban relatif. Kedua unsur tersebut (suhu dan kelembaban) kemudian digunakan untuk mendapatkan suatu indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan lokasi. Selain unsur-unsur cuaca tersebut, status energi suatu lokasi juga ditentukan oleh jenis permukaan lahan yang berpengaruh terhadap proses pertukaran energi baik berupa radiasi elektromagnetik gelombang pendek maupun panjang melalui proses-proses konveksi, konduksi dan emisi. Proses-proses tersebut kemudian akan menghasilkan suatu besaran atau nilai unsur-unsur cuaca pada lapisan atmosfer diatasnya. Pada berbagai penelitian menunjukkan bahwa jenis permukaan lahan akan menentukan kondisi cuaca mikro diatasnya yang terkait dengan kesetimbangan energi diatasnya. Meskipun belum ada bukti kuantitatif yang menunjukkan bahwa jenis permukaan
2 bervegetasi memberikan efek normal pada proses metabolisme yang terjadi pada mahluk hidup, namun secara kualitatif banyak penelitian yang menyatakan bahwa jenis penutupan ini memberikan kondisi yang nyaman. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian yang bersifat kuantitatif yang dapat membuktikan pernyataan tersebut. Tujuan Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas maka tujuan dari penelitian adalah : 1. Menghasilkan bukti kuantitatif bahwa penutupan lahan tertentu dapat memberikan kondisi nyaman bagi proses-proses bifisik yang terjadi didalamnya melalui pendekatan neraca/kesetimbangan energi. 2. Menentukan jenis penutupan lahan beserta interkasinnya dengan jenis penutupan lahan yang laian yang sesuai dengan batasan nilai THI atau indeks kenyamanan yang dapat diketahui sebagai nilai yang nyaman. 3. Menentukan lokasi dan luas jenis penutupan lahan tertentu yang dapat menghasilkan suatu indeks kenyamanan yang diinginkan. Hipotesa Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa ruang terbuka hijau merupakan jenis penutupan lahan yang dapat menghasilkan suatu indeks kenyamanan yang sesuai atau dinginkan. Metodologi Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan penginderaan jauh yang telah dapat dibuktikan dapat menggambarkan status neraca energi suatu kawasan pada berbagai jenis penutupan lahan. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, maka tahapan-tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan status neraca energi suatu kawasan dengan melihat interaksi spasial antara berbagai jenis penutupan lahan dengan menggunakan citra satelit. 2. Menurunkan unsur-unsur cuaca mikro dari status neraca energi yang dapat digunakan untuk menentukan nilai THI 3. Menetapkan batasan dan nilai THI yang sesuai dengan proses biofisik atau metabolisme mahluk hidup (manusia, hewan dan tanaman) dan menentukan jenis interakasi antar penutupan lahan yang sesuai 4. Melakukan klasifikasi dan menentukan jenis penutupan lahan yang dapat dikonversi dengan jenis penutupan lahan tertentu yang akan menghasilkan nilai indeks kenyamanan yang diinginkan.
3 5. Melakukan analisis spasial dengan metode compass base dimana suatu titik /sel dengan nilai tertentu akan mempengaruhi secara radial terhadap titik/sel di sekitarnya dengan batas ketinggian dan jarak terhadap titik/sel tersebut. 6. Melakukan proses iterasi dan filtering terhadap semua sel dalam suatu kawasan yang mempunyai berbagai jenis penutupan lahan hingga didapatkan nilai THI spasial untuk semua kawasan. (Pada proses ini digunakan metode neural network dimana setiap proses iterasi akan menghasilkan suatu fungsi baru yang akan digunakan untuk melakukan proses selanjutnya) 7. Berdasarkan hasil proses iterasi (point 6), dilakukan overlay spasial antara lahan yang boleh dikonversi dengan data spasial THI dan kemudian di iterasikan kembali dengan metode yang sama dengan point 6 sampai kemudian dihasilkan suatu sebaran spasial nilai THI yang diinginkan. Hasil Sementara Sebagai pengujian terhadap metodologi yang dikembangkan dalam kajian ini digunakan data satelit Landsat untuk daerah kota Bogor. Sebagai pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan lokasi untuk pengujian ini adalah sebagai berikut: - Metodologi yang dikembangkan bersifat mekanistik, sehingga jika di lokasi uji ditemukan hubungan kuantitatif yang dapat dturunkan sebagai persamaan matematis, maka metodologi dapat dikembangkan untuk kawasan lain. - Tersedianya data iklim mikro yang sesuai untuk pengujian metodologi yang dikembangkan. - Penelitian merupakan salah satu aplikasi penginderaan jauh dengan metode kesetimbangan energi permukaan. Pada laporan ini akan dilaporkan beberapa hasil yang telah dicapai sampai dengan bulan Juli. Laporan kemajuan ini mencakup beberapa penurunan peubah dan paramater yang mempengaruhi kondisi lingkungan atmosfer dekat permukaan di kawasan perkotaan, yaitu nilai Damping depth dan Diffusivitas thermal pada berbagai penutupan lahan.. A. Pendekatan perhitungan Suhu udara, Damping depth dan Diffusivitas thermal Pendugaan suhu udara dari suhu permukaan menggunakan hukum perpindahan panas. Hukum perpindahan panas termasuk dalam salah satu hukum pengangkutan yang kecepatan pengangkutan massa atau energi dinyatakan sebagai hasil kali dari suatu faktor dan tenaga penggerak. Persamaan hukum perpindahan panas dapat diubah menjadi persamaan difusi dengan suhu menjadi konsentrasi kalor melalui pengaliran dengan kapasitas volumetrik dan diffusivitas thermal (Campbell,1977 dalam Khomarudin,2005). Persamaan pendugaan suhu udara menggunakan persamaan yang diungkapkan oleh Geiger (1959), Campbell (1977), Oke (1978), Arya (1988), dan Monteith dan Unsworth
4 (1989). Persamaan tersebut sebenarnya digunakan untuk menduga suhu tanah, namun dengan mengetahui nilai diffusivitas thermal udara, maka suhu udara dapat diduga dengan persamaan tersebut. Persamaan tersebut mengungkapkan bahwa suhu udara pada ketinggian tertentu mengikuti pola sinusoidal dan dipengaruhi oleh fluktuasi amplitudo suhu permukaan yang dihitung dari selisih suhu tertinggi dengan suhu rata-ratanya atau selisih antara suhu rata-rata dengan suhu minimumnya. Selain itu, suhu udara pada ketinggian tertentu dipengaruhi oleh peredaman kedalaman (damping depth) dan diffusivitas thermal udara. Persamaan adalah sebagai berikut : T(0, t) = T+ A(0)sinωt...(1) z / D (, ) (0) sin( ω / ) T z t = T+ A e t z D...(2) Keterangan : T (0,t) = Suhu permukaan pada waktu tertentu ( 0 C ) T (z,t) = Suhu tanah atau udara pada kedalaman atau ketinggian pada waktu tertentu ( 0 C) A (0) = Amplitudo ( jarak suhu maksimum dan minimum terhadap suhu permukaan rata-ratanya) ( T max = T+ A(0) dan T min = T A(0) ) ( 0 C) ω = Fluktuasi sudut getaran ( 2 tπ ) (s -1 ), t z D = Waktu getaran (s), = Ketinggian (m), = Peredaman ketinggian (damping depth) tergantung dari diffusivitas thermal udara (m). 1/ 2 2k D = ω...(3) k = Diffusivitas thermal (m 2 s -1 ) Damping depth Damping depth adalah tetapan yang menggambarkan penurunan amplitudo suhu dengan bertambahnya jarak dari permukaan (Nofziger, 2003).
5 Gambar 1.Grafik suhu pada empat kedalaman tanah. (Sumber Nofziger, 2003) Diffusivitas thermal Diffusivitas thermal adalah besarnya aliran perpindahan panas melalui bagian suatu bahan suatu bahan ke bagian lainnya, atau disebut juga sebagai tingkat perubahan temperatur dalam proses perpindahan panas. Jadi jika semakin besar diffusivitas thermal suatu bahan maka semakin besar pula peningkatan panas dari suatu bahan tersebut. (Nofziger, 2003) menyatakan bahwa diffusivitas thermal adalah perubahan temperatur yang dihasilkan dalam suatu unit volume oleh jumlah aliran panas yang melalui suatu volume bahan dalam suatu unit waktu di bawah unit gradien temperatur. Tabel 1. Diffusivitas thermal dan Damping Depth pada berbagai kondisi udara Diffusivitas Thermal No Kondisi Udara (m 2 s -1 Damping Depth ) 1 TenangUap air,30 0 C 22.8 X Tenang,Kering, 30 0 C 25.7 X Ribut,Sangat Stabil Ribut,Netral Ribut,Tidak Stabil Sumber : Monteith dan Unsworth (1989) dan Seller (1965)
6 Hasil Pendugaan nilai damping depth dan diffusivitas thermal Untuk menduga nilai damping dilakukan dengan menggunakan persamaan 2 dan 3. Untuk nilai A(0) diambil nilai A(0) pada persamaan 2 untuk masing-masing penutup lahan. Nilai A(0) diperoleh dengan mengangap bahwa persaman 2 tersebut merupakan persamaan linier regresi, sehingga dengan memasukkan suhu permukaan sebagai Y dan sin(ωt), maka akan didapatkan nilai A(0) dan T rata-rata. Untuk nilai D (damping depth) dilakukan dengan melakukan penurunan terhadap persamaan 3 di atas, yaitu dengan mengangggap bahwa pola suhu harian mengikuti pola sinusoidal. Sehingga nilai Amplitudo merupakan selisih antara nilai maksimum suhu udara dan nilai rata-rata suhu udara. Pada persamaan 3 amplitudo untuk suhu udara adalah A(0)e -z/d pada setiap penutupan lahan. Dengan diketahuinya nilai A(0) maka nilai D akan didapatkan. Berikut nilai amplitudo suhu permukaan dan suhu rata-rata permukaan pada setiap penutupan lahan. Tabel 2. Amplitudo dan T rata-rata pada 3 jenis penutup lahan Penutupan Lahan A(0) T Kawasan Terbangun Badan Air Vegetasi Dengan mendapatkan nilai amplitudo dari persamaan 2 maka nilai D (damping depth) pada masing-masing penutup lahan dapat diperolehdiperoleh. Nilai damping depth (D) dari masing-masing penutupan lahan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Damping Depth pada berbagai penggunaan lahan. No Penggunaan Lahan Damping Depth (m) 1 Kawasan terbangun Badan Air Vegetasi Berdasarkan persamaan untuk menghitung suhu udara pada ketinggian tertentu,semakin besar nilai damping depth (D) perbedaan suhu pada setiap ketinggian sangat kecil dan landaian perubahan suhunya tidak curam dibandingkan dengan nilai damping depth yang kecil. Hal ini dibuktikan dari data hasil pengukuran bahwa perbedaan antara suhu udara dan suhu permukaan pada kawasan terbangun lebih tinggi dibandingkan pada badan air dan vegetasi. Perbedaan suhu udara dan suhu permukaan pada badan air juga lebih tinggi daripada perbedaan suhu udara dan suhu permukaan pada penutup lahan vegetasi. Adapun nilai diffusivitas thermal dari masing-masing penggunaan lahan menurut hasil pendugaan adalah sebagai berikut :
7 Tabel 4.Diffusivitas thermal pada berbagai penggunaan lahan No Penggunaan Lahan Diffusivitas Thermal (m 2 s -1 ) 1 Kawasan terbangun 6.19 x Badan Air 9.74 x Vegetasi 1.98 x 10-4 Pada tanah, nilai diffusivitas thermal berbanding terbalik dengan besarnya faktor-faktor penghambat pada tanah tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah besarnya kadar air tanah pada suatu profil tanah. Sedangkan untuk udara besarnya nilai diffusivitas thermal pada masing-masing penggunaan lahan dipengaruhi oleh besarnya hambatan pada udara di atas permukaan pada masing-masing penggunaan lahan tersebut. Hambatan ini dapat berupa kadar uap air dan kondisi udara, dimana pada kondisi udara yang tenang maka hambatannya akan lebih kecil daripada kondisi udara yang ribut atau tidak stabil. Udara yang mengandung uap air lebih banyak maka hambatannya akan lebih besar dibandingkan udara dengan kadar uap air yang lebih sedikit. Sehingga nilai diffusivitas thermal akan semakin menurun dengan meningkatnya faktor-faktor penghambat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Abrams, Michael, Simon Hook.Tanpa Tahun. ASTER User Handbook Version 1& 2. Jet Propulsion Laboratory. Pasadena Byers, Horace Roberts General Meteorology. McGraw-Hill Book Company. New York Khomarudin, M Rokhis, et al Laporan Akhir. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Analisis Perubahan Penutup Lahan dan Urban Heat Island. PPRUK. Pusat Pengembangan Pemanfaatan Dan Teknologi Penginderaan Jauh-LAPAN. Khomaruddin, M Rokhis Pendugaan Evapotranspirasi Skala Regional Menggunakan Data Satelit Penginderaan Jauh. Tesis.Sekolah Pasca Sarjana IPB. Nofziger, et al Soil Temperature Changes with Time and Depth. Department of Plant and Soil Sciences, Oklahoma State University, Stillwater. Rosenberg, Norman J Microclimates. John Wiley & Sons. Canada
Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN
Media Konservasi Vol. 17, No. 3 Desember 2012 : 143 148 HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN (Correlation between Leaf Area Index with Micro Climate and Temperature
Lebih terperinciLampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Permukaan Suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu terluar suatu obyek. Untuk suatu tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan terluar permukaan tanah. Sedangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian kebakaran wilayah di Indonesia sudah menjadi peristiwa tahunan, khususnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2013 kebakaran di Pulau Sumatera semakin meningkat
Lebih terperinciDerajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh:
TERMODINAMIKA Derajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh: Temperatur (organisme dan lingkungan) Penyebaran radian kalor laten Kapasitas kalor Resistansi Sifat Atmosfer dan Temperatur
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan Menurut Santosa (1986), kepadatan penduduk kota yang cukup tinggi akan mengakibatkan bertambahnya sumber kalor sebagai akibat dari aktifitas dan panas metabolisme
Lebih terperinciFENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL. Erwin Hermawan.
FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL Erwin Hermawan Abstrak Secara umum, UHI mengacu pada peningkatan suhu udara,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Citra Satelit Landsat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)
xviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh
Lebih terperinciANALISIS TEMPERATURE HEAT INDEX (THI) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN RUANG TERBUKA HIJAU (Studi Kasus : Kabupaten Bungo - Propinsi Jambi) YUSUF KALFUADI
ANALISIS TEMPERATURE HEAT INDEX (THI) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN RUANG TERBUKA HIJAU (Studi Kasus : Kabupaten Bungo - Propinsi Jambi) YUSUF KALFUADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendugaan Parameter Input 4.1.1. Pendugaan Albedo Albedo merupakan rasio antara radiasi gelombang pendek yang dipantulkan dengan radiasi gelombang pendek yang datang. Namun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi geografis daerah kajian Kota Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang berkembang pada wilayah pesisir. Keberadaan pelabuhan dan bandara menjadikan Jakarta
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Lebih terperinciVARIASI HEAT FLUKS TERHADAP SUHU TANAH AKIBAT PERUBAHAN INTENSITAS CURAH HUJAN
VARIASI HEAT FLUKS TERHADAP SUHU TANAH AKIBAT PERUBAHAN INTENSITAS CURAH HUJAN Meli Fitriani Saragi, Asep Firman Ilahi, Muh. Arbiyansyah Nur, Diana Hertanti Program Studi Klimatologi Terapan, Sekolah Pascasarjana,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta
Lebih terperinciMENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK
112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan
Lebih terperinciPEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu
BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama
Lebih terperinciEvapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi
Evapotranspirasi 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetimbangan radiasi pada vegetasi hutan adalah ρ + τ + α = 1, di mana α adalah proporsi kerapatan fluks radiasi matahari yang diabsorbsi oleh unit indeks luas daun,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Penelitian dibagi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis Menurut Petterssen (1941), iklim merupakan rata-rata atau kondisi normal cuaca dalam jangka waktu panjang, 30 tahun atau lebih. Iklim suatu wilayah ditentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan 5.1.1 Penutupan lahan Kabupaten Sidoarjo Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh sistem satelit merupakan salah satu alat yang bermanfaat untuk mengukur struktur dan evolusi dari obyek ataupun fenomena yang ada di permukaan bumi.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penghitungan Aspek Kependudukan Kependudukan merupakan salah satu bagian dari aspek sosial pada Wilayah Pengembangan Tegallega. Permasalahan yang dapat mewakili kondisi kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAERAH URBAN PADA PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN DI SEMARANG
Pengaruh Perkembangan Pembangunan (Laras Tursilowati) PENGARUH PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DAERAH URBAN PADA PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN DI SEMARANG THE INFLUENCE OF URBAN DEVELOPMENT ON THE CHANGES OF
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, kegiatan urbanisasi semakin meningkat, tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan berdampak dengan
Lebih terperinciBAB 2 DATA METEOROLOGI
BAB 2 DATA METEOROLOGI CUACA DAN IKLIM Data Meteorologi sangat penting didalam analisa Hidrologi pada suatu daerah aliran, karena meteorologi erat hubungannya dengan karakteristik daerah aliran. Persoalan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR Hasil pengolahan dari nilai piksel band VNIR dan SWIR yang dibahas pada bab ini yaitu citra albedo, NDVI dan emisivitas. Ketiganya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Suhu permukaan merupakan salah satu parameter yang utama dalam seluruh interaksi antara permukaan darat dengan atmosfer. Suhu permukaan darat merupakan contoh fenomena
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 4.1 Pengolahan Awal Citra ASTER Citra ASTER diolah menggunakan perangkat lunak ER Mapper 6.4 dan Arc GIS 9.2. Beberapa tahapan awal yang dilakukan yaitu konversi citra.
Lebih terperinciPengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger
Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen
Lebih terperinciLOKASI PENELITIAN 12/20/2011. Latar Belakang. Tujuan. Manfaat. Kondisi Umum
12/2/211 Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Distribusi Suhu Permukaan dan Temperature Humidity Index (THI) di Kota Palembang Muis Fajar E3462536 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo,
Lebih terperinciPemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas
Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan
Lebih terperinciPOLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG
POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG Sumaryati Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, LAPAN e-mail: sumary.bdg@gmail.com,maryati@bdg.lapan.go.id RINGKASAN Pengelolaan polusi udara pada prinsipnya adalah
Lebih terperinciSUHU UDARA DAN KEHIDUPAN
BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara
Lebih terperinciSuhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi
Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara
Lebih terperinciLuas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Hujan Tropis Hujan hujan tropis adalah daerah yang ditandai oleh tumbuh-tumbuhan subur dan rimbun serta curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun. Hutan hujan tropis
Lebih terperinciix
DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal
Lebih terperinciHUBUNGAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KOTA DEPOK DIKI SEPTERIAN SYAH
HUBUNGAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KOTA DEPOK DIKI SEPTERIAN SYAH DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PARAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vi viii x xi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat... 8 1.3.1 Tujuan...
Lebih terperinciRADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR
RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor tekanan lingkungan pada manusia yang tinggal di daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada lingkungan eksternal
Lebih terperinciESTIMASI UNSUR-UNSUR CUACA UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN HUTAN/LAHAN DENGAN DATA MODIS
ESTIMASI UNSUR-UNSUR CUACA UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN HUTAN/LAHAN DENGAN DATA MODIS M. Rokhis Khomarudin 1, Orta Roswintiarti 1, dan Arum Tjahjaningsih 1 1 Lembaga Penerbangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1980-an para peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spasial maupun temporal. Kenaikan temperatur
Lebih terperinciAngin Meridional. Analisis Spektrum
menyebabkan pola dinamika angin seperti itu. Proporsi nilai eigen mempresentasikan seberapa besar pengaruh dinamika angin pada komponen utama angin baik zonal maupun meridional terhadap keseluruhan pergerakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan
Lebih terperinciUnsur Cuaca = unsur iklim. Keadaan fisik atmosfir bumi yang dapat diukur.
Unsur Cuaca = unsur iklim. Keadaan fisik atmosfir bumi yang dapat diukur. Biasanya keadaan atmosfer yang dipengaruhi oleh radiasi matahari (sumber utama energi pada sistem iklim) adalah (1) radiasi mthr
Lebih terperinciFor optimum plant growth
Dasar-dasar Ilmu Tanah Udara dan Temperatur Tanah SOIL COMPONENTS For optimum plant growth Air 25 % Water 25 % Mineral 45% organic 5% Representative, medium-textured surface soil (by volume) 1. Aerasi
Lebih terperinciANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN MELALUI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DI WILAYAH DATARAN KABUPATEN PURWOREJO
ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN MELALUI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DI WILAYAH DATARAN KABUPATEN PURWOREJO Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Disusun Oleh: Sediyo Adi Nugroho NIM:
Lebih terperinciBAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA
14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
Lebih terperinciBAB III DATA DAN METODOLOGI
BAB III DATA DAN METODOLOGI 3.1 Data Dalam tugas akhir ini data yang di gunakan yaitu data meteorologi dan data citra satelit ASTER. Wilayah penelitian tugas akhir ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT
TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Lebih terperinciHIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA)
HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1. Perbedaan Suhu dan Panas Panas umumnya diukur dalam satuan joule (J) atau dalam satuan
Lebih terperinciTekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.
LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. Pada tanggal 18 Desember 1999, NASA (National Aeronautica and Space Administration) meluncurkan Earth Observing System (EOS) Terra satellite untuk mengamati,
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU
Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2 September 2012 ISSN 1412-4645 ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU Relationship Analysis of Green Open Space Area and Temperature
Lebih terperinciPENYUSUNAN METODE UNTUK MENDUGA NILAI RADIASI ABSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM/ETM+ (STUDI KASUS HUTAN GUNUNG WALAT SUKABUMI)
PENYUSUNAN METODE UNTUK MENDUGA NILAI RADIASI ABSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT TM/ETM+ (STUDI KASUS HUTAN GUNUNG WALAT SUKABUMI) ANDIKA PRAWANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi yang dipilih adalah taman yang berada di Kecamatan Menteng Kota Jakarta Pusat yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Waktu
Lebih terperinci5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to
IV. Suhu dan Kelembaban Udara - Pengertian Suhu - Variasi suhu - Pengaruh Suhu terhadap pertanian - Pengertian Kelembaban - Variasi Kelembaban - Pengaruh Kelembaban terhadap pertanian SUHU / TEMPERATUR
Lebih terperinciIklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T
Iklim, karakternya dan Energi Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Cuaca Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer atau planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena
Lebih terperinciPERANAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENGENDALIKAN SUHU UDARA DAN URBAN HEAT ISLAND WILAYAH JABOTABEK
J. Agromet Indonesia 20 (1) : 23 33, 2006 PERANAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENGENDALIKAN SUHU UDARA DAN URBAN HEAT ISLAND WILAYAH JABOTABEK S. Effendy. 1, A. Bey,. 2, A.F.M. Zain 3, I. Santosa 2 (The
Lebih terperinciOleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila
Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Si Sc 2 0 1 3 Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila PRESIPITASI Presipitasi it iadalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer kepermukaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN UMUM
177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2 Diagram alir penelitian. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Stabilitas Atmosfer 4.1.1 Identifikasi Stabilitas Atmosfer Harian Faktor yang menyebabkan pergerakan vertikal udara antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang penting untuk kehidupan manusia karena hutan memiliki fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan. Fungsi lingkungan dari hutan salah
Lebih terperinciPENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA
PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Faisal Amir 1, Jumadi 2 Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh
Lebih terperinciGambar 2 Peta lokasi studi
15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,
Lebih terperinciFISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)
No FISIKA 2014 TIPE A SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya masing-masing 20 3 N mengapit sudut 30 o di atas sumbu X positif, 20 N mnegapit sudut 60 o di atas sumbu X negatif, 5 N pada
Lebih terperinciPERBANDINGAN LAJU TRANSFER MOMENTUM DALAM KONDISI TIDAK STABIL, NETRAL DAN KONDISI STABIL DI DAERAH DATARAN RENDAH
PERBANDINGAN LAJU TRANSFER MOMENTUM DALAM KONDISI TIDAK STABIL, NETRAL DAN KONDISI STABIL DI DAERAH DATARAN RENDAH Meity Martina Pungus, Rolles Nixon Palilingan, Hennie Mieke Tumundo Staf Jurusan Fisika
Lebih terperinciPOTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA KMT-8 Marwani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang Prabumulih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar
Lebih terperinciTUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES
TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.
Lebih terperinciNilai Io diasumsikan sebagai nilai R s
11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara
Lebih terperinciKonsep Dasar Pendinginan
PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan kota dari tahun ke tahun turut memengaruhi suhu perkotaan. Laporan United Nation tahun 2005 menyebutkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia tinggal
Lebih terperinciANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR
ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciPada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari
\ Menentukan koefisien transfer massa optimum aweiica BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Proses pengeringan adalah perpindahan masa dari suatu bahan yang terjadi karena perbedaan konsentrasi.
Lebih terperinciHIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)
HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.
Lebih terperinciANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16
ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16 Any Zubaidah 1, Suwarsono 1, dan Rina Purwaningsih 1 1 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandungan air kanopi (Canopy Water Content) sangat erat kaitannya dalam kajian untuk mengetahui kondisi vegetasi maupun kondisi ekosistem terestrial pada umumnya. Pada
Lebih terperinciCopyright all right reserved
Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN PADA TANAH DAN UDARA ANALYSIS OF THE MEASUREMENT OF TEMPERATURE AND HUMIDITY ON THE GROUND AND AIR
ANALISIS PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN PADA TANAH DAN UDARA ANALYSIS OF THE MEASUREMENT OF TEMPERATURE AND HUMIDITY ON THE GROUND AND AIR Ario Bimo W 1, Dzaky Syifaurrahman 2, Moh D Ramadhan 3, Novi Listiana
Lebih terperinci