Profil BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Profil BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 Profil BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dibidang pelayanan kesehatan, sudah menjadi tuntutan masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan terstandar, sehingga sudah menjadi kelajimam apabila sebagian masyarakat mencari pelayanan kesehatan secara lintas negara ataupun lintas benua untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terstandar, tidak cukup hanya dengan penyedian sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan modern. Salah satu hal yang paling rumit justru berupa penyediaan sumber daya manusia sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena itu dalam menghadapapi globalisasi ini, perlu dipersiapkan tenaga kesehatan yang betul-betul profesional dengan kompetensi berstandar internasional. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, harus dimulai dengan pemberdayaan organisasi profesi, karena organisasi profesi memiliki fungsi dan tanggung jawab penuh baik terhadap perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang profesinya, maupun terhadap pembinaan profesionalisme para anggotanya. Eksistensi Profesi Perawat Anestesi di Indonesia sudah berjalan cukup lama dan mendapat pengakuan dari masyararakat. Ikatan Perawat Anestesi Indonesia sebagai wadah profesi perawat anestesi dalam menghadapi berbagai issue profesi baik dalam lingkungan internal dan eksternal maupun dalam skala lokal dan global memerlukan legislasi profesi yang bertujuan melindungi profesi dan masyarakat dari pelayanan kesehatan yang substandar. Legislasi profesi kesehatan hanya dapat diberikan kepada profesi yang telah memiliki standar profesi yang disahkan oleh Menteri Kesehatan. Tujuan Profil Profesi Perawat Anestesi wajib dijadikan sebagai sarana untuk mensosialisasikan eksistensi organisasi profesi perawat anestesi diseluruh Indonesia dalam menjalankan tugas profesinya secara baik serta sebagai dasar dilakukannya legislasi terhadap profesi perawat anestesi. Profil ini khusus dimaksudkan sebagai : 1. Sebagai acuan bagi para praktisi anestesi terutama dalam mensosialisasikan peningkatkan mutu kompetensinya untuk digunakan dalam koordinasi pelayanan dan menyatukan usahanya dalam perkembangan dari suatu praktik yang berkualitas.

2 2. Membantu organisasi profesi dalam melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh anggotanya. 3. Membantu masyarakat untuk memahami apa yang diharapkan dari praktisi anestesi 4. Melindungi profesi dan masyarakan dari pelayanan kesehatan yang sub standar. Pengertian 1. Ikatan Perawat Anestesi Indonesia adalah organisasi profesi perawat anestesi yang bebas pajak, dibentuk atas keinginan perawat anestesi sebagai wadah untuk mengelola kepentingan untuk anggotanya atau sebagai mandataris dari perawat anestesi di seluruh Indonesia. 2. Perawat anestesi adalah perawat yang telah diberi pendidikan formal secara teoritis dan praktek dalam bidang anestesi dan berkompetensi untuk melakukan pelayanan dalam pelayanan anestesi. 3. Anggota biasa adalah perawat anestesi yang telah Lulus Program Pendidikan Perawat Anestesi seperti Akademi Anestesi, Program DIII Keperawatan Anestesi, Program Ahli Madya Perawat Anestesi dan memenuhi semua peraturan, pedoman, standar-standar atau kualifikasi lainnya sesuai dengan anggaran dasar dan rumah tangga organisasi. 4. Anggota luar biasa adalah perawat yang telah mendapat pelatihan anestesi atau berpengalaman dan bekerja dalam bidang anestesi serta memenuhi semua peraturan, pedoman, standar-atandar atau kualifikasi lainnya sesuai dengan anggaran dasar dan rumah tangga organisasi. Batasan dan Ruang Lingkup Praktik Perawat Anestesi dan Reanimasi Perawat Anestesi memberikan pelayanan anestesi dan reanimasi dalam 4 ( empat ) kategori umum yaitu : a. Persiapan dan evaluasi pra-anestesi. b. Induksi, pemeliharaan, dan emergence anestesi. c. Perawatan pasca anestesi. d. Fungsi bantuan klinis dan perianestesi. Perawat anestesi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pada keadaan : A. Pemberian anestesi pada operasi / tindakan diagnostik elektif : 1. Pasen status fisik ASA 1 dan 2. dengan penyakit penyerta minimum. 2. Pembedahan yang diramal tidak sulit. 3. Pembedahan bukan pada rongga dada dan rongga kepala.

3 B. Pemberian anestesi pada operasi darurat. 1. Pembedahan untuk penyelamatan nyawa. 2. Pasen tidak mungkin dirujuk. 3. Status fisik tidak dibatasi. C. Unit Emergensi. 1. Resource Person untuk tindakan Resusitasi Kardio-Pulmonal. 2. Berpartisipasi dalam tindakan gawat darurat yang lain. 3. Supervisi dalam tindakan perawatan emergensi. D. Unit Perawatan Intensive / Recovery Room. 1. Supervisi pada perawatan intensive bedah. 2. Supervisi dalam perawatan diruangan recovery. Kualifikasi Pendidikan Institusi Pendidikan Perawat anestesi bertujuan untuk mempersiapkan para perawat anestesi untuk mampu berpartisipasi dalam pelayanan anestesi khususnya untuk melaksanakan peran dan fungsinya dalam melaksanakan perawatan anestesi, perawatan pernapasan, tindakan resusitasi jantung paru dan penanggulangan keadaan darurat lainnya. Kualifikasi pendidikan perawat anestesi di Indonesia adalah Program Pendidikan Akademi Anestesi dan dan D III Keperawatan Anestesi, dan lamanya program pendidikan ini adalah selama 3 (tiga) tahun. Program pendidikan ini dimulai sejak tahun 1966 umumnya mahasiswa yang masuk pendidikan ini adalah Perawat yang mendapat tugas belajar dari instansinya diseluruh Indonesia. Dasar Hukum 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI. tahun 1992 nomor 100, Tambahan Lembaran Negara nomor 3495); 2. Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi

4 Visi dan Misi Organisasi IPAI 1. Visi Organsasi IPAI. Menjadi organisasi profesi perawat anestesi yang mampu mengemban tugas pelayanannya dan diakui oleh masyarakat dan profesi lain baik dalam bidang pelayanan kesehatan maupun di luar bidang kesehatan, baik secara nasional maupun internasional,serta melaksanakan tujuan organisasi untuk kepentingan masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan, khususnya melalui pelayanan anestesi yang berkualitas dan aman, dan memberikan tuntunan dan kesejahteraan bagi anggotanya. 2. Misi Organisasi IPAI. 1. Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan tujuan organisasi. 2. Memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan dari perawat anestesi demi kepentingan masyarakat 3. Merumuskan dan menetapkan berbagai pernyataan posisi, pedoman praktik dan standar praktik serta Kode Etik Profesi Perawat Anestesi dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan hal tersebut, termasuk pendidikan berkelanjutan untuk perawat anestesi 4. Berpartisipasi dan berperan aktif dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara nasional maupun internasional khususnya dalam pelayanan anestesi oleh perawat anestesi. 3. Tujuan organisasi : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan anestesi yang bermutu tinggi terhadap pelayanan pada klien secara terus-menerus. 2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan anestesiologi. 3. Mengembangkan dan meningkatkan standar pendidikan dalam bidang perawat anestesi. 4. Mengembangkan dan meningkatkan standar praktek dalam bidang pelayanan anetesi. 5. Menciptakan kerjasama yang efektif antara perawat anestesi, dokter ahli anestesi, profesi keperawatan, rumah sakit, dan pihak lain yang mewakili kepentingan masyarakat terhadap perawat anestesi. 6. Menerbitkan jurnal ilmu pengetahuan, bulletin, dan lainnya yang berhubungan dengan organisasi. 7. Mengakses berbagai sumber data informasi untuk pengembangan profesi 8. Mendukung pengembangan SDM perawat anestesi untuk pendidikan lanjutan dalam bidang anestesi. 9. Memberikan petunjuk dan arahan kepada para anggota berkenaan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan legislasi dan regulasi. 10. Memperjuangkan kesejahteraan bagi para anggotanya.

5 4. Gambaran Singkat Ikatan Perawat Anestesi Indonesia. Organisasi Perawat Anestesi Indonesia awalnya bernama IKLUM AKNES yang merupakan singkatan dari Ikatan Alumni Akademi Anestesi, dibentuk atas prakarsa Bapak Amien Yusuf BSc. An ( Alm ) bersama dengan Bapak Drs I. Ketut Sangke, BSc. An, SH pada tahun 1980 sebagai wadah para alumnus Akademi Anestesi Dep. Kes. R.I. Jakarta yang tersebar diseluruh Indonesia. Program pendidikan perawat anestesi mengalami perubahan antara lain : 1. Program Pendidikan Akademi Anestesi ( tahun 1966 s/d 1986): Pendidikan ini terwujud atas usul dari para alumnus Penata Anestesi dengan alasan : pendidikan yang lamanya 2 tahun itu tidak memberikan civil efect dalam sistem penggajian maupun golongan kepegawaian bagi para lulusannya setelah mereka kembali bekerja diinstansi mereka masing-masing. Usul ini ditanggapi positif oleh Depkes. sehingga terjadi perubahan program pendidikan yang dikenal dengan Program pendidikan Akademi Anestesi Depkes RI. yang merupakan program pendidikan yang menerima calon mahasiswa yang berasal dari lulusan Perawat yang telah berpengalaman kerja minimum 1 tahun. Kurikulum teori dan praktik menyerupai kurikulum program pendidikan dokter spesialis anestesi, dan lamanya program pendidikan ini adalah selama 3 (tiga) tahun. Program ini dimulai sejak tahun 1966 s/d 1986 dan umumnya mahasiswa yang masuk pendidikan ini adalah Perawat yang mendapat tugas belajar dari instansi diseluruh Indonesia. Dalam periode ini juga masih banyak rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan kursus Perawat Anestesi selama satu tahun untuk memenuhi kebutuhan tenaga anestesi dirumah-sakit terutama didaerah diluar pulau Jawa. Isi Program : Akademi Anestesi. Teori : Ilmu Keperawatan 10 % - Ilmu Sosial 10 % Ilmu Anestesi & Medis 80 % Praktik : Anestesi, Emergency, ICU, mulai dari semester I sampai VI. 2. Program Pendidikan Akademi Keperawatan Anestesi / Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Anestesi (tahun 1987 s/d 2006 ) : Program ini dimulai sejak tahun 1987 s/d Dalam program ini diberikan 8 SKS teori anestesi dan program pelatihan / praktik anestesi selama 6 (enam) bulan. Isi Program : Akpernes / Ahli Madya Keperawatan Anestesi. Teori : Ilmu Keperawatan 80 % - Ilmu Sosial 10 % Ilmu Anestesi 10 % Praktik : Keperawatan dan ditambah praktik Anestesi selama 1 ( satu ) Semester.

6 Namun akibat terjadinya perubahan nama program pendidikan dan juga kurikulum pendidikan Perawat Anestesi pada tahun 1985, dari Akademi Anestesi menjadi Akademi Keperawatan Anestesi, maka Dewan Pengurus Pusat IKLUM AKNES mengambil inisiatif untuk mengadakan Musyawarah Nasional guna merubah nama organisasi yang dapat menjadi wadah seluruh alumni program Pendidikan Perawat Anestesi, karena IKLUM AKNES itu hanya menjadi wadah Alumni Akademi Anestesi, sedangkan alumni program Akademi Keperawatan Anestesi tidak terakomodasi dalam organisasi ini. Maka pada tanggal 01 Oktober 1986 organisasi IKLUM AKNES dirubah namanya menjadi IKATAN PERAWAT ANESTESI INDONESIA ( IPAI ). Saat ini IPAI merupakan satu-satunya organisasi profesi Perawat Anestesi yang sah dan berbadan hukum di Indonesia, yang memiliki 5 ( lima ) Dewan Pimpinan Wilayah yaitu : Wilayah I : Pulau Sumatera. Wilayah II : Pulau Jawa. Wilayah III : Pulau Bali, NTB dan NTT. Wilayah IV : Pulau Kalimantan. Wilayah V : Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua Barat. Secara nasional IPAI memiliki 30 ( tiga puluh ) Dewan Pimpinan Daerah yang merepresentasikan 30 ( tiga puluh ) Propinsi diseluruh Indonesia dengan jumlah anggota sebanyak 1700 orang. IPAI dibentuk sebagai organisasi Perawat Anestesi yang anggotanya memiliki komitmen terhadap peningkatan standar pendidikan dan standar praktik Perawat Anestesi di Indonesia guna peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat serta keanggotaannya serta tidak membedakan warna kulit, suku bangsa, agama, jenis kelamin dan status sosial. Organisasi Ikatan Perawat Anestesi Indonesia (IPAI) merupakan organisasi yang profesional sebagai sarana untuk mengembangkan kepentingan anggotanya, bergaul dengan masyarakat, menjaga hubungan dengan bagian-bagian di luar pelayanan kesehatan. Organisasi IPAI direncanakan dan didirikan oleh para anggota untuk mencapai tujuan bersama yang dapat memenuhi kebutuhan dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Organisasi IPAI akan membantu dan menjalankan mandat dari para anggota, oleh karena itu, tujuan organisasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, filosofi, dan nilai-nilai keanggotaan. Organisasi IPAI, tidak terpisah dari struktur pokok dari norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, seperti dinyatakan oleh para ahli, bahwa profesi itu ada hanya apabila ada pengakuan dari masyarakat, artinya hak-hak untuk berpraktek dan hak-hak istimewa yang diberikan kepada profesi itu selama masyarakat masih mengakuinya. Oleh karena itu dalam

7 melaksanakan tugasnya organisasi IPAI harus mencerminkan keseimbangan antara kepentingan anggota dan kepentingan masyarakat. Untuk kedua hal inilah organisasi profesi IPAI bekerja dengan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Dewan Pimpinan Pusat Organisasi berdomisili di Ibukota Negara, dengan alamat : Unit Bedah Sentral RSAB. Harapan Kita, Jalan Letjen S.Parman Kav. 87 Jakarta Barat 11420, Telepon (021) psw. 1313, Fax. (021) HP , dan sejak bulan Juni 2006 secara resmi menjadi anggota ke 34 dari IFNA ( International Federation of Nurse Anesthetists ). Pengantar BAB II STANDAR KOMPETENSI Rumusan Standar Kompetensi Perawat Anestesi di Indonesia telah disusun oleh anggota Ikatan Perawat Anestesi yang berasal dari berbagai institusi Rumah Sakit di seluruh Indonesia baik swasta maupun rumah Sakit Pemerintah melalui hasil kajian berdasarkan kebutuhan wilayah diseluruh Indonesia baik pada tatanan Pusat maupun daerah. Berdasarkan pertemuan pengurus baik ditingkat Pusat maupun ditingkat regional dalam bentuk Musyawarah Nasional maupun Musyawarah Kerja Regional disepakati bahwa Standar Kompetensi ini merupakan kemampuan minimal yang dimiliki oleh seorang Perawat Anestesi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai praktisi anestesi. Standar Kompetensi ini disesuaikan dengan Sistim Kesehatan Nasional, Pedoman Penyusunan Standar Profesi Depkes, dengan mempertimbangkan Standar Pelayanan Anestesi dan Reanimasi di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. Standar Kompetensi Perawat Anestesi Indonesia di sahkan melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa Ikatan Perawat Anestesi Indonesia dan ditetapkan dengan suatu Surat Keputusan Nomor : 10/MUNAS IV/IPAI/6/2006, tanggal 11 Juni 2006 tentang Pengesahan Standar Profesi Perawat Anestesi Indonesia tahun Tugas pelayanan anestesi yang dilaksanakan oleh Perawat Anestesi didasarkan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anestesi dalam upaya pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan secara menyeluruh. Tugas pelayanan anestesi hanya dapat dilakukan oleh praktisi anestesi yang memiliki keahlian dan kewenangan berdasarkan pada Standar Profesi yang telah ditetapkan yang akan terus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pelayanan anestesi diinstitusi rumah sakit di seluruh Indonesia.

8 Perawat Anestesi harus memiliki kompetensi, sebagai berikut: Kode PA.TM.A PA.TM.A.01 PA.TM.A.02 PA.TM.A.03 Judul Unit Kompetensi A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE ANESTESI 1. Mampu melakukan anamnesa riwayat kesehatan klien. 2. Melakukan pemeriksaan dan penilaian status fisik klien. 3. Melakukan pengecekan persiapan administrasi klien PA.TM.A Melakukan analisa hasil pengkajian dan merumuskan masalah / diagnosa keperawatan. PA.TM.A.05 PA.TM.A.06 PA.TM.A.07 PA.TM.A Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pre anestesi. 6. Mampu melaksanakan tindakan perawatan pre anestesi. 7. Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan perawatan pre anestesi 8. Mempersiapkan klien dan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan PA.TL.B B. TINDAKAN INTRA ANESTESI PA.TL.B Mampu membuat perencanaan teknik anestesi. PA.TL.B Mampu melaksanakan teknik anestesi. PA.TL.B Mampu melakukan pemasangan alat monitoring invasif dan noninvasif PA.TL.B Mampu melakukan intubasi. PA.TL.B Mampu melakukan pemberian obat anestesi. PA.TL.B.06 PA.TL.B.07 PA.TL.B.08 PA.TL.B.09 PA.TL.B.10 PA.TL.B.11 PA.TL.B.12 PA.TL.B.13 PA.TL.B.14 PA.TL.B.15 PA.TL.B Mampu melakukan pemberian obat tambahan dan cairan sesuai kebutuhan klien. 7. Mampu mengidentifikasi kebutuhan posisi fisiologis normal selama tindakan pembedahan. 8. Mampu mengatasi gangguan yang timbul akibat anestesi dan atau pembedahan. 9. Mampu melakukan pemeliharaan jalan nafas selama masa intra anestesi 10. Mampu melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik 11. Mampu melakukan pemasangan alat nebulizer 12. Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat darurat di meja operasi. 13. Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anestesi. 14. Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhiran anestesi. 15. Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anestesi 16. Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intra anestesi.

9 PA.TM.C. PA.TM.C.01 PA.TM.C.02 PA.TM.C.03 PA.TM.C.04 PA.TM.C.05 PA.TM.C.06 PA.TM.C.07 PA.TM.C.08 PA.TM.C.09 C. ASUHAN KEPERAWATAN PASCA ANESTESI 1. Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anestesi regional. 2. Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anestesi umum 3. Mampu melakukan kolaborasi pada tindakan manajemen nyeri. 4. Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat darurat di ruang pemulihan (RR) 5. Mampu melakukan perawatan pasca anestesi pada klien dengan tindakan anestesi regional 6. Mampu melakukan perawatan anestesi pada klien dengan tindakan anestesi umum. 7. Mampu menentukan kondisi klien pasca anestesi untuk pindah ke ruang perawatan 8. Mampu berkolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan pasca anestesi. 9. Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan. Catatan : Kompetensi dengan nomor kode PA.TL.01 s/d PA.TL.08 merupakan tugas pelimpahan dari Dokter Anestesi sesuai dengan Standar Pelayanan Anestesi dan Reanimasi Kepmenkes No. 779 Tahun 2008 Tentang Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit BAB III KODE ETIK Tanggung jawab utama perawat anestesi dan reanimasi adalah memberikan dan berpartiisipasi dalam penyediaan jasa pelayanan anestesi dan perawatan lanjutan khusus terhadap klien yang membutuhkan anestesi, perawatan sistem pernapasan, resusitasi jantung paru, perawatan intensif, perawatan terapi nyeri, perawatan gawat darurat di rumah sakit dan dilapangan. Pelayanan anestesi dan reanimasi memadukan ilmu perilaku dan ilmu biologi dalam praktik pada saat berhubungan dengan klien dan keluarga. Isi paktik perawat anestesi adalah penghormatan asas kehidupan. Martabat dan hak-hak manusia, tidak dibatasi oleh pertimbangan kewarganegaraan, ras, agama, warna kulit, usia, jenis kelamin, politik dan status sosial.

10 Tujuan kode etik adalah untuk mengetahui kesepakatan profesi tentang tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dan memahami kebutuhan bangsa Indoensia dalam kode etik ini. Kode Etik Perawat Anestesi Indonesia terbentuk dari dalil bahwa sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat anestesi dan reanimasi harus berjuang secara perorangan atau organisasi untuik mengikuti standar etika yang sangat tinggi. A. Konsep Etika I. Perawat Anestesi Reanimasi dan Masyarakat a. Tanggung jawab utama perawat anestesi reanimasi terhadap masyarakat yang membutuhkan pengobatan dan perawatan anestesi reanimasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, yang mana nilai tradisi dan keyakinan spiritual seseorang sangat dihormati. b. Perawat anestesi reanimasi melindungi hak privasi klien dengan menjaga rahasia pribadi klien dari orang-orang yang tidak berhak mengetahui, kecuali karena sesuatu hal diperlukan oleh pengadilan. c. Perawat anestesi reanimasi menjaga integritas pribadi, bertindak untuk melindungi pasien dari tindakan yang tidak etis atau illegal dari seseorang, dan perawat anestesi reanimasi mempunyai kebebasan berbicara pada saat berhubungan dengan klien dan semua anggota tim dalam perawatan pasien. II. Perawat Anestesi Reanimasi dan Praktek a. Perawat Anestesi reanimasi memberikan pelayanan menurut martabat manusia dan keunikan klien, yang tidak dibatasi oleh pertumbuhan sosial ekonomi, status, sifat pribadi dan problem kesehatan yang mendasar. b. Perawat anestesi reanimasi secara berkesinambungan menunjukan tingkat kemampuan yang tinggi. Kemampuan merupakan gabungan penilaian pengetahuan profesional, kemampuan teknologi dan kemampuan antar pribadi yang dimiliki seseorang. c. Perawat anestesi reanimasi bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan profesi seseorang dan mendukung hak-hak klien. III. Perawat Anestesi Reanimasi dan Lembaga Sosial & Masyarakat a. Perawat anestesi reanimasi memiliki dualisme, kewajiban terhadap lembaga sosial & masyarakat. Sebagai tenaga profesional yang memiliki izin untuk memberikan pelayanan

11 perawatan kesehatan khusus dan sebagai anggota lembaga sosial & tinggalnya. masyarakat ditempat b. Perawat anestesi reanimasi berpartisipasi dalam upaya profesi untuk melindungi masyarakat umum dari kesalahan informasi dan kebohongan serta menjaga integritas profesi. c. Perawat anestesi reanimasi bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan warga masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan nasional. IV. Perawat Anestesi Reanimasi dan Mitra Kerja a. Perawat anestesi reanimasi membina hubungan kerjasama antar perawat anestesi, dokter anestesi dan tenaga profesi lain yang terkait. b. Perawat anestesi reanimasi melayani rekan dan teman kerja dengan kejujuran, konsisten, saling percaya, saling asah, saling asuh dan dalam kesederhanaan. V. Perawat Anestesi Reanimasi dan Profesi a. Perawat anestesi reanimasi memainkan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar yang di inginkan pada praktik dan pendidikan perawat anestesi reanimasi b. Perawat anestesi reanimasi berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung kesinambungan pengembangan bidang pengetahuan profesi. c. Perawat anestesi reanimasi melindungi hak-hak pasien, binatang yang dipakai dalam proyek penelitian dan melakukan proyek sesuai dengan standar penelitian, etika dan pelaporan umum. d. Perawat anestesi reanimasi berpartisipasi dalam upaya profesi untuk menetapkan dan menjaga kondisi kerja yang kondusif terhadap perawat anestesi reanimasi yang bermutu. B. Penerapan Kode Etik Kode etik ini merupakan pedoman tindakan yang didasarkan pada nilai dan kebutuhan masyarakat. Tujuan kode etik ini akan tercapai apabila dipahami, diinternalisasikan, dan digunakan dalam setiap aspek pekerjaan para perawat anestesi. BAB IV P E N U T U P

12 Dengan telah disusunnya Profil Profesi Perawat Anestesi Indonesia sebagai sarana untuk mensosialisasikan kebedaan Organisasi Profesi Perawat Anestesi baik dalam menjalankan tugas maupun tanggung jawab profesi secara baik, maka diharapkan penyelenggaraan pemberian layanan anestesi bagi seluruh masyarakat Indonesia dapat berjalan secara baik dan aman, sehingga akan mendukung dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan dan pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawat anestesi dimasa yang akan datang. Keberhasilan pelayanan anestesi oleh perawat anestesi sangat ditentukan dari pencapaian kualitas standar profesi meliputi standar kompetensi dan kode etik profes iyang telah ditetapkan, oleh karena itu pemahaman isi standar profesi bagi seluruh anggota profesi Ikatan Perawat Anestesi Indonesia menjadi suatu keharusan yang perlu ditaati. Evaluasi dalam rangka penilaian terhadap substansi dan pelaksanaan dari bagi seluruh perawat anestesi Indonesia, akan senantiasa ditinjau dan dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam jangka waktu sesuai dengan yang dibutuhkan, dimana penyempurnaannya akan terus disesuaikan dengan perubahan yang terjadi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi di bidang anestesiologi..

Visi : Menjadi Organisasi Profesi Perawat Anestesi yang Mandiri dan Profesional

Visi : Menjadi Organisasi Profesi Perawat Anestesi yang Mandiri dan Profesional VISI MISI Visi : Menjadi Organisasi Profesi Perawat Anestesi yang Mandiri dan Profesional Misi : 1. Memberikan pelayanan keperawatan anestesi dan gawat darurat kepada masyarakat secara profesional 2. Meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.673, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Perawat Anestesi. Penyelenggaraan. Pekerjaan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Pendelegasian Kewenangan Dokter Spesialis Kepada Perawat Di Bidang Anestesi a. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina,

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5607); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Re

2017, No Indonesia Nomor 5607); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2017 KEMENPAN-RB. Penata Anestesi. Jabatan Fungsional. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5607); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Re

2017, No Indonesia Nomor 5607); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Re No.530, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Asisten Penata Anestesi. Jabatan Fungsional. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN Staf medis merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap dokter dan dokter gigi memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH

KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH Penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah kompetensi yang mencakup : A. Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya adalah kemampuan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem KODE ETIK PROFESI KEPERAWATAN Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi memiliki keahlian yg tidak

Lebih terperinci

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : 35240258861 Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude Hasil Evaluasi Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas Daerah Terpencil (Depkes

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH

PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH A. PENDAHULUAN Pasca amandemen UUD 1945, jaminan hak asasi manusia di Indonesia semakin kuat karena pengaturannya telah mendapat tempat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN Oleh : Kelompok 3.B Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu keperawatan, berbentuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) No Elemen Penilaian 1 Standar KKS 1 1 Ada penetapan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit yang berdasar atas perencanaan strategis dan perencanaan

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA IKA STAR BPKP, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin meningkat, sehingga dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1053, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit. Komite Keperawatan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG KOMITE KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan. Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983. Keperawatan adalah Suatu bentuk pelayanan profesional

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan. KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH TENTANG SURAT PENUGASAN KLINIS (SPK) TENAGA KEPERAWATAN NOMOR:.../RSNH/SK-DIR/XII/2013 DIREKTUR RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH Menimbang : 1. Bahwa setiap tenaga keperawatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 16 SERI D PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN TELAAH DIII KEPERAWATAN PARAMETER DESKRIPTOR a Mampu melakukan. dengan metode. menunjukka n hasil. dalam kondisi Unsurunsur Deskripsi Kemampuan kerja pada bidang terkait (profil) Cara kerja Tingkatan kualitas

Lebih terperinci

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu KELOMPOK 19 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas

Lebih terperinci

-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG -1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN ALAIDDIN SAID MAULANA ABDUL AZIZ

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat adalah tenaga profesional yang memiliki body of

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN ALAIDIN SYAH PEUREULAK ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

Lebih terperinci

A. PPNI (PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA)

A. PPNI (PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA) A. PPNI (PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA) 1. Latar belakang berdiri PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia ) lahir pada tanggal 17 September 1974 yang saat ini bersekretariat di Jln, Boulevard

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 1996 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A

Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A Oleh Auliyaa Rahmah Meyliana Primavita Asharie Pembimbing dr. Cort Darby Tombokan, SH, Sp.F Kode Etik Profesi Menurut Undang undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR Buku Kebijakan Akademik Program Studi Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Rumah Sakit dr. Saiful Anwar ini disusun berdasarkan Buku Pedoman Akademik Universitas

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI Proses Keredensial (Credentialing): Proses Re- Kewenangan klinis (clinical privilege) : Surat Penugasan (clinical Appointment) Tenaga

BAB I DEFINISI Proses Keredensial (Credentialing): Proses Re- Kewenangan klinis (clinical privilege) : Surat Penugasan (clinical Appointment) Tenaga BAB I DEFINISI 1. Proses Keredensial (Credentialing): proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (kewenagan klinis (clinical

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG Lampiran IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA DRG LILI APRILI ANT I KEPAL A SEKS I KESE H ATAN DASAR DAN PENUNJAN G Pertimbangan Penyusunan

Lebih terperinci

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Halaman Judul Panduan. i Daftar isi. ii Keputusan Karumkital Marinir Cilandak... iii Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM 1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 647/Menkes/SK/IV/2000

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS) KOMPETENSI AN KEENANGAN STAF (KKS) PEENCANAAN Standar KKS 1 Pimpinan rumah sakit menetapkan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit. Maksud dan Tujuan KKS 1 : Lihat SNAS 1 Elemen Penilaian KKS 1 Telusur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPSI HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA JUNI 2010 ii Cetakan Pertama, Hasil Kongres XI Himpsi, 2010 di Surakarta Penerbit dan Penanggung Jawab Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) Gambaran Umum Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dilaksanakan di rumah sakit. Hal tersebut memerlukan 1)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI Pasal 721 Badan Pembinaan Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN DASAR halaman 1 dari 10 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN DASAR P E M B U K A A N

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom Kode Etik Profesi Ade Sarah H., M.Kom Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN IKATAN BIDAN INDONESIA dan ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM A.M. PARIKESIT TENGGARONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Indonesian Counseling Association (ICA) WELCOME HOME Many of us come with different background, yet have the same vision: to build the world to be a better place

Lebih terperinci

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) V INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) Gambaran Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif

Lebih terperinci