IV TIGA MODEL ARUS LALU-LINTAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV TIGA MODEL ARUS LALU-LINTAS"

Transkripsi

1 8 IV TIGA MODEL ARUS LALU-LINTAS Maih berkaitan dengan bab ebelmnya, pada bagian ini akan dibaha tiga model ntk at ar lal-linta yang mengalir pada at ingle link. Model-model terebt terdiri ata da model makrokopik dan at model mikrokopik, yait: 1. Model makrokopik yang menghbngkan ar kelar dan volme. 2. Model makrokopik yang menghbngkan wakt temph dan volme. 3. Model mikrokopik mobil pengikt. Model 1 dan model 2 dignakan ntk memperhatikan bagaimana model berperilak pada aat kondii lal-linta normal ata tabil. Dimana kondii tabil adalah kondii ketika ar mak dan wakt temph tetap. Pada bagian ini jga akan ditnjkkan bahwa terdapat ejmlah pemodelan matematika ntk ar lal-linta dengan etiap kontek memberikan interpretai fiik yang berbeda terhadap parameter dan variabel. Akan ditnjkkan pla bahwa ebah peramaan diferenial biaa dapat memiliki da interpretai yang berbeda pada kontek pemodelan yang ama. 4.1 Model 1 Model ini menghbngkan antara ar yang mengalir kelar, dari at ra jalan pada wakt, dan volme kendaraan, pada at ra jalan pada wakt. Mialkan, : ar yang mengalir mak ke link (inflow) pada wakt t (kendaraan per atan wakt). : ar yang mengalir kelar dari link (otflow) pada wakt t (kendaraan per atan wakt). : volme kendaraan yang ada pada at ra jalan pada wakt t (kendaraan). Dengan didefiniikan, yait ar lal-linta yang mengalir kelar pada wakt t adalah fngi dari volme pada wakt t. Dengan prinip konervai kendaraan, perbahan volme kendaraan pada link adalah ar yang mak dikrangi dengan ar yang kelar, yait:. (4.1) Tinja at ra jalan (link) bervolme yang terebar merata. Jika lal-linta bergerak tanpa hambatan dan kendaraan terakhir meninggalkan ra jalan terebt etelah wakt maka rata-rata ar kelar dari ra jalan terebt adalah, ehingga. (4.2) berdaarkan atran rantai, maka. (4.3) Sbtitikan peramaan (4.3) ke peramaan (4.1) maka diperoleh. (4.4) Peramaan (4.2) dan (4.4) diebt ebagai model lal-linta takeak (ncongeted). 4.2 Model 2 Model ini menghbngkan antara wakt temph kendaraan, ntk melintai at panjang jalan pada wakt, dan volme kendaraan, pada at ra jalan lallinta pada wakt. Mialkan adalah wakt temph pada aat, yait wakt yang dibthkan kendaraan ntk melintai ra jalan dari pint mak ampai dengan pint kelar pada aat. Jika banyaknya kendaraan pada ra jalan meningkat maka wakt temph kendaraan jga meningkat. Jika wakt temph kendaraan pada wakt bergantng linear pada banyaknya kendaraan pada wakt maka diberikan, (4.5) dengan adalah wakt temph kendaraan ntk melintai ra jalan ketika tidak ada kendaraan lain yang mengalir pada link terebt dalam atan wakt dan adalah at kontanta dalam atan kendaraan per atan wakt. Didefiniikan volme kendaraan pada link pada wakt adalah v. (4.6) Dengan prinip konervai lal-linta, banyaknya kendaraan yang mengalir mak pada wakt adalah ama dengan banyaknya

2 9 kendaraan yang kelar pada wakt yait, (4.7) Dengan menrnkan peramaan (4.7) terhadap wakt maka diperoleh ar kelar pada wakt yait 1. (4.8) Jika peramaan (4.6) dibtitikan ke peramaan (4.5), kemdian keda ra ditrnkan terhadap maka diperoleh laj perbahan wakt temph pada wakt, yait. (4.9) Dengan demikian, ar kelar link pada wakt menjadi. (4.) Peramaan (4.) dikatakan ebagai model wakt temph linear. Terdapat da oli analitik ntk model wakt temph linear antara lain: a. Soli ar kelar Teorema 1: Mialkan didefiniikan fngi ar mak pada wakt dengan 0, 0, 0, (4.11) maka oli analitik ar kelar ke- 1,2,3,. ntk 0 adalah. (4.12) Dengan menggnakan indki matematika dari peramaan di ata, maka diperoleh. (4.13) Berdaarkan peramaan (4.11) lim,, (4.14) dengan mennjkkan makimm ar kelar tabil dari link yang diperbolehkan. b. Soli wakt temph Pada bagian ini akan diraikan perbahan wakt temph etiap aat. Dari peramaan (4.11) dan (4.8) dapat dilihat bahwa laj perbahan wakt temph merpakan fngi linear bagian demi bagian dengan kemiringan etiap bagian diberikan oleh, 0,1,2,.. (4.15) dengan dikontinita terjadi pada aat ar kelar berbah. Mialkan nilai-nilai wakt temph yang terjadi pada titik dikontin terebt dinotaikan dengan,,,. Nilai awal wakt temph adalah dan pada titik ini dikontinita pertama terjadi dengan ar kelar melompat dari 0 ke. Berdaarkan Teorema 1, dikontinita beriktnya terjadi pada wakt dengan wakt temph (4.16) Dikontinita beriktnya terjadi pada wakt,, dan eternya, dengan wakt-wakt temph bertrt-trt diberikan oleh: 1, dan eternya (4.17),, Dengan demikian, pada wakt, wakt temph diberikan oleh dengan, dan 1 1 (4.18). Dengan menggnakan peramaan (4.13) dan (4.18) diperoleh bentk ederhana, yait. (4.19) Bkti: Lihat di Lampiran 1.

3 Bentk rekrif peramaan (4.19) dapat ditli menjadi (4.) Selanjtnya, dengan menbtitikan peramaan (4.12) ke peramaan (4.), maka diperoleh, (4.21) dengan adalah wakt temph pada wakt. Dengan menjmlahkan deret pada peramaan (4.21) maka diperoleh lim, (4.22) aalkan 1. (4.23) Peramaan di ata mennjkkan bahwa pada akhirnya wakt temph akan konvergen ke nilai yang diberikan pada peramaan (4.22). Dengan menggnakan oftware Mathematica 6.0, didapatkan tiga grafik dari model wakt temph linear ebagai iltrai keelrhan perilak oli analitik yang telah dijelakan. Dengan ar kelar (otflow), wakt temph, dan perbahan wakt temph berbah terhadap wakt. Dengan ar mak yang kontan, kendaraan/ menit, menit dan kendaraan/menit. p.v Keterangan: = Ar kelar (otflow), = Ar mak (inflow), Gambar 5 Grafik ar mak dan ar kelar pada wakt. t dan gari pt-pt adalah ar kelar dengan dikontinita terjadi pada aat ar kelar berbah. Secara aimtot otflow mendekati inflow yang kontan t Keterangan: = Wakt temph ke = Wakt temph kontan Gambar 6 Grafik wakt temph pada wakt. Grafik di ata mennjkkan perilak kendaraan dengan wakt temph ke- yang ecara aimtot mendekati wakt temph yang kontan. dt dt Gambar 7 Grafik laj perbahan wakt temph pada wakt. Grafik di ata mennjkkan laj perbahan wakt temph etiap aat dengan kemiringan bagian demi bagian diberikan oleh peramaan (4.15). Seiring bertambahnya wakt, laj perbahan wakt temph emakin mengecil. Untk lebih jela, koordinat etiap titik pada ketiga grafik di ata dapat di lihat pada Tabel 1. t t Dari Gambar 5 di ata dapat dilihat bahwa gari horizontal adalah ar mak kontan

4 11 Tabel 1 Nilai-nilai wakt, ar kelar, wakt temph, dan laj wakt temph berdaarkan pada da oli analitik. Wakt Ar kelar Wakt temph Laj wakt temph , 1 6, , ,57 17,5 0, , 9,33 18, ,25 9,68 19,38 0, ,63 9,84 19,69 7,94 6 0,31 9,92 19,84 3, Model 3 Seperti yang telah dijelakan pada bab ebelmnya (model mikrokopik), formlai model ini mengamikan bahwa pengemdi mobil pengikt menyeaikan kecepatan menrt kecepatan relatif antara mobilnya dan mobil yang ada di depannya. Hal ini didekripikan oleh, 4.24 dengan adalah poii mobil pemimpin pada wakt, adalah poii mobil pengikt pada wakt, dan adalah wakt reaki ata wakt berfikir pengemdi mobil pengikt. Wakt reaki adalah wakt yang dibthkan pengemdi mobil pengikt ntk bereaki terhadap at perbahan pada perilak pengemdi mobil pemimpin. Kontanta adalah koefiien enitivita yang angat berpengarh terhadap bear kecilnya reaki pengemdi mobil pengikt terhadap kecepatan relatif antarkendaraan. Semakin bear nilai maka emakin bear reaki pengemdi mobil pengikt terhadap kecepatan relatif antarkendaraan. Peramaan (4.24) dapat diederhanakan dengan menggnakan ami bahwa pengemdi mobil pengikt bereaki dengan cepat, yait 0, ehingga diperoleh. (4.25) dan Dengan mendefiniikan. Peramaan (4.25) dapat ditli dalam bentk kecepatan kendaraan yait. (4.26) Jika kecepatan mobil pemimpin pada aat diberikan maka peramaan diferenial (4.26) dapat dieleaikan ntk mendapatkan fngi kecepatan mobil pengikt. Peramaan (4.26) dapat dipermmkan pla ntk ka ejmlah barian mobil, yang maing-maing mengikti mobil di depannya ecara langng. Dengan menggnakan ami bahwa pengemdi ke- memiliki koefiien enitifita dan kecepatan mobil ke- yang dinotaikan dengan. Secara mm dapat ditlikan. (4.27) Dengan menggnakan (4.27), jika diberikan maka kecepatan-kecepatan ema mobil dapat dievalai. Simlai Model 3 Pada bagian ini ebah bentk PDB orde 1 pada peramaan 4.27 akan diimlaikan dengan menggnakan program Mathematica 6.0. Dengan ebah fngi kecepatan kendaraan (mobil) pertama diberikan ehingga kecepatan-kecepatan ema mobil di belakangnya dapat dievalai dan ebah fngi poii hail pengintegralan kecepatan mobil pertama ntk mengevalai poii mobil-mobil di belakangnya. Adapn tjan dari imlai ini adalah ntk mengetahi reaki pengemdi mobil pengikt terhadap pengarh koefiien enitifita. Simlai terdiri ata tiga contoh dengan maing-maing terdiri ata tiga ka. Pada ka pertama, akan ditnjkkan hail

5 12 imlai jika menggnakan nilai yang ama, pada ka keda, akan ditnjkkan hail imlai jika menggnakan nilai yang emakin membear, dan pada ka ketiga, akan ditnjkkan hail imlai jika menggnakan nilai emakin mengecil. Contoh 1 Mialkan ebah kendaraan (mobil) pertama (terdepan) bergerak dengan fngi kecepatan: 2, jika diintegralkan ekali maka diperoleh fngi poii mobil pertama, yait:. Jika 0 0, maka 0, ehingga +0, dengan atan km/jam ntk kecepatan dan km ntk poii. Berdaarkan pernyataan pada model 3 (peramaan 4.27), maka hail evalai dengan kompter dalam program Mathematica 6.0 dengan 0 80 dan 0 bertrt-trt ebagai poii mobil keda (mobil pengikt pertama) dan poii mobil ketiga (mobil pengikt keda) pada aat 0 erta kecepatan ema kendaraan adalah m/jam pada 0. Telah diperoleh hail imlai dalam grafik di bawah ini. (Fngi poii dan kecepatan mobil-mobil model car-following lihat di Lampiran 3). # Ka I : kontan Pada ka ini mialkan dignakan nilai 1 1,2, : perilak mobil keda. Gambar 8 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 1 (ka I). Gambar 8 adalah hail imlai ntk kontan yang mennjkkan bahwa ema pengemdi mobil bereaki ama terhadap mobil di depannya. Sema mobil bergerak beriringan mengikti mobil di depannya dengan jarak antarmobil dan peningkatan kecepatan yang tabil eiring berjalannya wakt. Dapat dilihat pada Gambar 8a ema kendaraan memiliki kecepatan yang ama pada 0.

6 13 # Ka II : Membear Pada ka ini dignakan nilai yang emakin membear ehingga. Mialkan 1, 2, dan : perilak mobil keda. Gambar 9 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 1 (ka II). Dapat dilihat pada Gambar 9 di ata, peningkatan bearnya koefiien enitifita ntk mobil ke- menyebabkan pengemdi mobil terebt bereaki lebih cepat ntk menaikkan kecepatan (perbahan poii) dan percepatan (perbahan kecepatan) dengan bergerak mendekati mobil di depannya, yang berarti jarak antarmobil ke dan ke- 1 lebih dekat dibandingkan dengan ka 1. Gambar 9b menjelakan mobil keda bereaki lebih cepat terhadap reaki mobil pertama yang bergerak kontan (tidak ada perbahan reaki), ehingga jarak emakin dekat. Dan mobil ketiga bereaki lebih cepat terhadap mobil keda dengan mendekati mobil keda yang bereaki dipercepat. # Ka III: Mengecil Pada ka ini dignakan nilai yang emakin mengecil ehingga. Mialkan 1, 0.7, dan : perilak mobil keda. Gambar Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 1 (ka III).

7 14 Gambar adalah hail imlai jika koefiien enitifita, mobil ke- diperkecil, khnya ntk mobil-mobil pengikt. Dapat dilihat pada gambar, mobil keda dan ketiga bereaki lebih lambat ntk menaikkan kecepatan dan percepatannya. Hal ini dapat dilihat dari jarak antargrafik yang mennjkkan jarak antarmobil yang lebih bear dibandingkan aat kontan. Contoh 2 Mialkan ebah mobil pertama (terdepan) bergerak dengan fngi kecepatan:, jika diintegralkan ekali maka diperoleh fngi poii mobil pertama, yait:, Jika 0 60, maka 60, ehingga +60, dengan atan km/jam ntk kecepatan dan km ntk poii. Berdaarkan pernyataan pada model 3 (peramaan 4.27), maka hail evalai dengan kompter dalam program Mathematica 6.0 dengan 0 dan 0 5 bertrt-trt ebagai poii mobil keda (mobil pengikt pertama) dan poii mobil ketiga (mobil pengikt keda) pada aat 0 erta kecepatan mobil keda dan ketiga adalah nol pada 0, Telah diperoleh hail imlai dalam grafik berikt ini. (Fngi poii dan kecepatan mobil-mobil model car-following lihat di Lampiran 3). # Ka I: Kontan Pada ka ini mialkan dignakan nilai 1 1,2,3. t : perilak mobil keda Gambar 11 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 2 (ka I). Untk Gambar 11 di ata diamikan mobil-mobil edang bergerak di at ra jalan yang lit ntk mengendarai dengan kecepatan lebih tinggi ehingga kecepatan hanya berkiar antara km/jam dengan menrnkan dan menaikkan kecepatan eiring berjalannya wakt ntk ema mobil. Pada grafik poii mobil-mobil, mobil keda mengikti mobil pertama dengan jarak antarmobil yang kontan epanjang wakt yait km. Dan mobil ketiga bergerak mengikti mobil keda dengan jarak antarmobil yang kontan epanjang wakt yait 25 km.

8 15 # Ka II: Membear Pada ka ini dignakan nilai yang emakin membear ehingga. Mialkan 1, 5, dan 8. t : perilak mobil keda Gambar 12 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 2 (ka II). Gambar 12 menjelakan aat koefiien enitifita diperbear, maka reaki pengemdi mobil-mobil terebt adalah lebih cepat ntk menaikkan kecepatan dan percepatannya. Hal ini dapat dilihat dari reaki mobil keda 5 terhadap mobil pertama 1 yang lebih cepat (jarak lebih dekat) dibandingkan dengan mobil ketiga 8 terhadap mobil keda 5. # Ka III: Mengecil Pada ka ini dignakan nilai yang emakin mengecil ehingga. Mialkan 1, 0.4, dan 0.3. t : perilak mobil keda Gambar 13 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 2 (ka III). Gambar 13 menjelakan aat koefiien enitifita diperkecil 1, maka pengemdi mobil-mobil terebt bereaki lebih lambat. Dapat dilihat dari jarak antargrafik yang mennjkkan jarak antarmobil yang lebih jah. Mobil keda bereaki jah lebih lambat (jarak lebih jah) terhadap mobil pertama dibandingkan dengan reaki pengemdi mobil ketiga terhadap mobil keda.

9 16 Contoh 3 Mialkan ebah mobil pertama (terdepan) bergerak dengan fngi kecepatan: 2, jika diintegralkan ekali maka diperoleh fngi poii mobil pertama, yait: 1, Jika 0 70, maka ehingga 1, dengan atan km/jam ntk kecepatan dan km ntk poii. Berdaarkan pernyataan pada model 3 (peramaan 4.27), maka hail evalai dengan kompter dalam program Mathematica 6.0 dengan 0 dan 0 0 bertrt-trt ebagai poii mobil keda (mobil pengikt pertama) dan poii mobil ketiga (mobil pengikt keda) pada aat 0. Kecepatan mobilmobil pada 0 adalah km/jam, 16 km/jam dan km/jam. Telah diperoleh hail imlai dalam grafik berikt ini. (Fngi poii dan kecepatan mobil-mobil model carfollowing lihat di Lampiran 3). # Ka I: Kontan Pada ka ini mialkan dignakan nilai 1 1, t : perilak mobil keda. Gambar 14 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 3 (ka I). Gambar 14 menjelakan mobil keda bergerak mengikti mobil pertama pada jarak meter epanjang wakt dari mobil pertama. Dan mobil ketiga bergerak pada jarak meter dari mobil keda pada 0 kemdian mendekati mobil keda dan kemdian mejah dari mobil di depannya.

10 17 # Ka II: Membear Pada ka ini dignakan nilai yang emakin membear ehingga. Mialkan 1, 2, dan t : perilak mobil keda. Gambar 15 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 3 (ka II) Gambar 15a menjelakan kecepatan mobil-mobil model car-following menrn ntk beberapa, wakt kemdian meningkat. Oleh karena peningkatan bearnya koefiien enitifita, maka pengemdi mobil-mobil pengikt mempercepat reakinya ntk meningkatkan kecepatan mapn percepatannya. Hal ini dapat dilihat dari pergeeran gari berwarna hija dan merah pada Gambar 15a dan 15b. Gambar 15b menjelakan mobil keda dan ketiga mempercepat reakinya dengan meningkatkan kecepatannya ehingga poiinya tampak dekat dengan mobil di depannya (mobil ke- 1. # Ka III: Mengecil Pada ka ini dignakan nilai yang emakin mengecil ehingga. Mialkan 1, 0.6, dan t : perilak mobil keda. Gambar 16 Kecepatan dan poii mobil-mobil model car-following pada contoh 3 (ka III).

11 18 Gambar 16a menjelakan kecepatan mobil-mobil model car-following menrn ntk beberapa wakt, kemdian meningkat. Oleh karena penrnan bearnya koefiien enitifita, maka pengemdi mobil-mobil pengikt memperlambat reakinya ntk meningkatkan kecepatan mapn percepatannya. Hal ini tampak jela terlihat dari pergeeran gari berwarna hija dan merah pada Gambar 16a dan 16b. Gambar 16b menjelakan mobil keda dan ketiga memperlambat reakinya dengan mennjkkan jarak antarmobil yang lebih bear. 4.4 Interpretai Model Perhatikan kembali model makrokopik pada peramaaan (4.1). Jika dimialkan bahwa ar kelar bergantng linear pada volme yait, (4.28) berdaarkan atran rantai, maka, (4.29) Sbtitikan peramaan (4.29) ke peramaan (4.1) maka diperoleh, (4.) dengan adalah wakt temph aat kondii tabil di mana ar mak dan ar kelar adalah kontan. Peramaan (4.28) dan (4.) diebt ebagai model ar takeak (ncongeted) karena model membiarkan ar kelar meningkat ecara beba dengan peningkatan volme. Dapat dilihat bahwa peramaan (4.) dan (4.24) memiliki bentk peramaan diferenial yang ama, yait,. (4.31) Peramaan (4.31) adalah PDB linear orde-1 dengan penyeleaian (4.32) Ada da interpretai dari peramaan (4.31): 1. Jika didefiniikan ebagai ar lallinta yang mengalir kelar meninggalkan link dalam atan kendaraan/atan wakt, ebagai ar lal-linta yang mengalir mak link dalam atan kendaraan/atan wakt, dan ebagai kebalikan dari wakt temph tabil maka peramaan (4.31) merepreentaikan ebah model makrokopik ar lal-linta. 2. Jika didefiniikan ebagai kecepatan kendaraan di belakang dalam atan meter/detik, ebagai kecepatan kendaraan di depannya dalam meter/detik, dan ebagai kepekaan kendaraan pengikt terhadap perbahan gerak kendaraan di depannya maka peramaan (4.31) merepreentaikan ebah model mikrokopik mobil pengikt. Bentk mm peramaan (4.32) adalah, 1,.,, (4.33) Dengan penyeleaian. (4.34) Mialkan ra jalan dibagi menjadi egmen berpanjang ama ehingga tiap egmen memiliki wakt temph. Karena ar kelar dari egmen ke- 1 merpakan ar mak egmen ke- maka diperoleh peramaan-peramaan diferenial (4.35) ntk 1,..,. Jika ar mak diberikan maka ar mak ke etiap egmen, yait,, dapat dihitng. Pada akhirnya pn dapat diperoleh. hbngan antara (4.35) dan (4.33) menjadi jela. Dengan demikian peramaan (4.33) dapat diinterpolaikan ebagai model mikrokopik mobil pengikt ata model makrokopik egmen.

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

Perancangan Metode Kontrol LQR (Linear Quadratic Regulator) Sebagai Solusi Optimal Pengendalian Gerak Quadrotor

Perancangan Metode Kontrol LQR (Linear Quadratic Regulator) Sebagai Solusi Optimal Pengendalian Gerak Quadrotor Seminar Naional Maritim Sain dan Teknologi Terapan 26 Vol. Politeknik Perkapalan Negeri Srabaya 2 Noember 26 ISSN: 258-59 Perancangan Metode Kontrol LQR (Linear Qadratic Reglator) Sebagai Soli Optimal

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

TINJAUAN MATEMATIS PADA MODEL MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK ARUS LALU-LINTAS RIA SUSILIAWATI G

TINJAUAN MATEMATIS PADA MODEL MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK ARUS LALU-LINTAS RIA SUSILIAWATI G TINJAUAN MATEMATIS PADA MODEL MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK ARUS LALU-LINTAS RIA SUSILIAWATI G54104014 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 09

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemodelan matematika telah berkembang seiring perkembangan matematika sebagai alat analisis berbagai masalah nyata. Dalam pengajaran mata kuliah pemodelan

Lebih terperinci

IV DAERAH KESTABILAN SISTEM

IV DAERAH KESTABILAN SISTEM 5 IV DERH KESTBILN SISTEM 4 Fngi lih Site Kontin Diberian ite peraaan linear aan dan elaran ebagai berit: x t x t B t 4 t Cx t D t 4 eraaan peraaan 4 dan 4 dapat ditli dala ibol B C D nxn dengan R nx B

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni Diktat Klia TK Matematika BAB TURUNAN Graien Garis Singgng Tinja seba krva = f() seperti iperliatkan paa Gambar Garis ang melali titik P(, f( )) an Q( +, f( + )) isebt tali bsr Graien tali bsr tersebt

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT BEBERP IDENTITS PD GENERLISSI BRISN FIBONCCI Sri Melati 1, Mashadi, Msraini M 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika Dosen Jrsan Matematika Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan lam Universitas Ria Kamps

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN. Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT

PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN. Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT PEMODELAN KINEMATIKA SISTEM PENGARAHAN MISIL DENGAN PERHITUNGAN GANGGUAN PADA LANDASAN Moh. Imam Afandi*) ABSTRACT Kinemati modeling of miile aiming ytem ha been done for a moing target with the alulation

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS Ole: Citra Dewi Ksma P. 106 100 007 Dosen pembimbing: DR. Sbiono, MSc. Latar Belakang PENDAHULUAN Penyakit Tberklosis TB adala

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi? . uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan

Lebih terperinci

III.1. KESTABILAN BERDASARKAN POSISI EIGEN VALUE. Dari persamaan sistem pada persamaan, dapat dicari eigen value. Eigen

III.1. KESTABILAN BERDASARKAN POSISI EIGEN VALUE. Dari persamaan sistem pada persamaan, dapat dicari eigen value. Eigen LARGE SCALE SYSTE Core b Dr. Ar Trwatno, ST, T Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unvert BAB III KESTABILAN SISTE III.. KESTABILAN BERDASARKAN POSISI EIGEN VALUE Dar peramaan tem pada peramaan, dapat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

Transformasi Laplace

Transformasi Laplace Tranformai Laplace Muhafzan Agutu 22 Tranformai Laplace 3 Denii Tranformai Laplace Dalam bagian ini kita akan membicarakan ifat-ifat dan beberapa aplikai dari tranformai Laplace. Denii Diberikan uatu fungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi beton pada aat ekarang ini, membat kontrki beton emakin banyak dipilih ebagai at bahan kontrki. Kontrki dari beton banyak memiliki kentngan

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak

MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN. Oleh Muh. Tawil * & Dominggus Tahya Abstrak MANIPULASI MEDAN MAGNETIK PADA IKATAN KIMIA UNTUK SUATU MOLEKUL BUATAN Oleh Muh. Tawil * & Dominggu Tahya Abtrak Penerapan medan magnet dalam metode S-UHF dapat digunakan untuk mendekripikan kekuatan ikatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Mardhika WA 1, Syamsdhha 2, Aziskhan 2 mardhikawirahadi@nriacid 1 Mahasiswa Program Stdi S1 Matematika 2 Laboratorim Komptasi Jrsan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK Jrnal Matematika UNAND Vol. No. 2 Hal. 39 43 ISSN : 233 29 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK YULIANA PERMATASARI Program Stdi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK

STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 105 109 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND STABILISASI SISTEM LINIER POSITIF MENGGUNAKAN STATE FEEDBACK ERIN DWI FENTIKA, ZULAKMAL Program Studi

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: : Chapter 6, pp. 358 370, 370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England.

Lebih terperinci

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH Konfereni Naional Teknik Sipil Univerita Tarumanagara, 26-27 Oktober 207 DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH I Wayan Redana, I Nengah Simpen 2, dan Kadek Suardika 3 Program Studi

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace

MATEMATIKA IV. MODUL 12 Diferensiasi dan Integrasi Transformasi Laplace MATEMATIKA IV MODUL 2 Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2008 年 0 月 3 日 ( 日 ) Difereniai dan Integrai Tranformai Laplace Tranformai Laplace

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Juruan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Program S Teknik Sipil SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI Soal Penyeleaian di bawa ini dicuplik dari buku: Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic:

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai

Degradasi dan Agradasi Dasar Sungai Degradai dan Agradai Daar Sungai Peramaan Saint Venant - Exner Model Parabolik Acuan Utama Graf and Altinakar, 1998, Fluvial Hydraulic: Chapter 6, pp. 358-370, J. Wiley and Son, Ltd., Suex, England. Degradai

Lebih terperinci

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor Jrnal Kbik, Volme No. (7) ISSN : 338-896 Simlasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tmor Habib Abdllah, a), Dian Nraiman dan Esih Skaesih Jrsan Matematika UIN Snan Gnng Djati Bandng a) email:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti 2.1.1 Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Suspensi dapat 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Supeni adalah uatu item yang berfungi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata. Supeni dapat meningkatkan kenyamanan berkendaraan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E. Objektif. Teori. Contoh 4. Simplan

Lebih terperinci

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan: PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM Perl diingat kembali definisi panjang dan jarak sat ektor pada rang hasil kali dalam Eclid, yait rnag ektor yang hasil kali dlamnya didefinisikan sebagai

Lebih terperinci