Pengetahuan yang lebih umum. KENYATAAN Pengetahuan yang lebih Kongkret dan khusus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengetahuan yang lebih umum. KENYATAAN Pengetahuan yang lebih Kongkret dan khusus"

Transkripsi

1 Deduksi dan Induksi Induksi adalah proses pemikiran didalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian/ peristiwa-peristiwa/hal-hal yang lebih kongkret dan khusus untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum Deduksi adalah proses pemikiran didalamnya akal kita dari pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus

2 Pengetahuan yang lebih umum Deduksi Induksi KENYATAAN Pengetahuan yang lebih Kongkret dan khusus

3 Pengetahuan selalu mulai dalam persentuhan dengan dunia luar. Dengan melihat, mendengar, mengalami dari orang-orang dan barang di sekitar kita, akal kita menjadi sadar akan adanya orangorang dan objek-objek yang ditangkap itu, sadar pula akan dirinya sendiri. Pengetahuan kita hanya terjadi biala ada sesuatu (suatu objek) yang dimengerti Tidak mengerti sesuatu berarti tidak mengerti apa-apa Jadi, pengetahuan kita mulai dalam kontak dengan dunia luar diri kita

4 Apa yang kita lihat di Dunia? Kita ini berada di tengah-tengah orang-orang dan barang-barang yang tertentu, ini atau itu, individual yangkiata lihat bukanlah sebatang pohon umum, melainkan sebatang pohon tertentu, seorang pribadi dengan sifat-sifat serta bentuk tertentu di tempat dan waktu tertentu. Demikian pula dengan lainnya, seperti pristiwaperistiwa, keadaan, kejadian-kejadian, perbuatanperbuatan itu semua tertentu, kongkret, ini atau itu. Dan lebih-lebih manusia itu tertentu, seorang pribadi dengan sifat-sifat,tabiat, dan keistimewaannya sendiri, lain dari yang lain

5 Yang kita tangkap dengan pancaindera adalah hal-hal konkret, terentu atau khusus. Tetapi pengertian yang kita saring dari hal konkret adalah umum yang kita lihat manusia tertentu, dengan namanya dan sifatnya sendiri, yang saling berlainan. Namun kita tidak membentuk sebuah pengertian tersendiri untuk setiap manusia yang kita jumpai melainkan memberi pengertian umum manusia, yang berlaku untuk semua manusia, entah pria atau wanita, besar,kecil, pesek, mancung, kriting, gondrong, hitam putih, kuning. Manusia kongkret yang kita jumpai itu kita sebut manusia. Jadi orang yang kongkret kita tunjuk dengan pengertian yang umum, dan pengertian umum itu kita kongkretkan lagi bila diterapkan pada orang tertentu

6 Akal kita bersifat rohani, maka dalam kegiatanya dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu tertentu serta menangkap inti, hakikat atau esensi barang-barang atau hal-hal kongkret yang dijumpai, membedakan sifat-sifat yang mutlak atau hakiki dari yang tidak mutlak atau kebetulan, dan menyaring pengertian yang umum dari kenyataan yang kongkret, yang dialaminya. Misanya mendengar suara anjing menggonggong maka semua anjing menggonggong Jadi kalau ada gonggongan maka harus ada anjing

7 Hampir setiap ilmu berpangkal dari kenyataan kongkret dan dengan jalan induksi, kita merumuskan hukum-hukum umum berdasarkan pengetahuan yang bersifat umum, kemudian menerapkan lagi pada halhal yang kongkret dalam proses pemikiran yang disebut deduksi

8 Suatu jalan pikiran disebut induksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit). Agar jalan pikiran seperti itu mencapai kesimpulan yang benar dan pasti. Jelaslah bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi itu, berat. Bahaya yang melekat pada jalan pikiran induksi ialah bahwa kita terlalu cepat menarik suatu kesimpulan umum (tanpa memperhatikan apakah cukup memiliki dasar untuk itu), atau menganggap sudah pasti, sesuatu yang sama sekali belum pasti. Generalisasi yang tergesagesa. Misalnya ucapan seperti: rambut gondrong = kurang ajar; orang desa itu kolot/bodoh; pegawai negeri itu malas; orang timur itu halus

9 Ucapan ucapan seperti itu dikemukakan seakanakan berlaku universal (untuk semua). Padahal sama sekali belum tentu. Kalau ada beberapa pemuda berambut gondrong yang bertingkah laku kurang ajar, belumlah cukup menjadi dasar bahwa semua pemuda berambut gondrong itu kurang ajar. Adanya penjahat yang berambut gondrong itu sama sekali tidak berarti bahwa yang berambut gondrong itu mesti penjahat! Kesalahan seperti itu disebut generalisasi yang tergesa-gesa, karena menyatakan sesuatu berlaku umum, untuk semua, padahal sebenarnya tidak berlaku umum.

10 Deduksi : Sistem Tertutup Dalam pasal ini kita bahas beberapa contoh jalan pikiran deduksi : Gambar ini adalah sebuah jajaran genjang, jadi sisi-sisinya yang berhadapan itu sama. Ini merupakan contoh pemikiran dedukasi. Kalau kita berpangkal dari definisi jajaran genjang (empat segi, sisinya yang berhadapan sejajar), serta menerima semua dalil dan batasan tentang garis lurus dan garis sejajar, maka dengan suatu rangkaian langkah-langkah dapat dibuktikan bahwa sisinya yang berhadapan itu sama.

11 Dalam contoh ini semua premis (titik pangkal, data yang diketahui) dirumuskan dalam istilah jajaran genjang, dan kesimpulan yang ditarik darinya adalah pasti dan tak perlu disangsikan. Seandainya ada orang mengatakan bahwa ia telah menemukan sebuah jajaran genjang yang isinya tidak sama, atau bahwa jajaran genjang yang digambarkan di kertas itu sisinya ternyata tidak sama, kita tidak perlu menjadi ragu-ragu

12 Jumlah ketiga sudut sebuah segitiga adalah 180 derajat. Nah, figura ini adalah sebuah segi tiga. Jadi, jumlah sudut-sudutnya sama dengan 180 derajat. Kesimpulan ini pun pasti, tak perlu diragukan lagi. Tak akan ada pengaruh dari luar yang dapat menggoyahkan kepastian kesimpulan tadi, sekalipun ada orang yang mengatakan bahwa ia mempunyai segi tiga yang jumlah sudutnya hanya 100 derajat. Sekali kita terima dalil-dalil ilmu ukur, maka kesimpulan yang ditarik itu 100% pasti.

13 Kalau rajamu kau tempatkan disana, maka dapat kumakan dengan kudaku Kalau ucapan ini benar, hal itu berdasarkan aturan-aturan main catur dan tempat raja dan kuda di atas papan catur. Sekali kita terima aturan-aturan main catur, maka dengan jalan pikiran yang logis dapatlah kita sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang pasti tentang akibat suatu langkah tertentu Closed system problems

14 Soal-soal seperti di atas ini disebut closed system problems atau system tertutup. Sekali diketahui aturan-aturannya, maka dengan jalan pikiran yang logis dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yang sungguh-sungguh pasti; tidak akan ada seseorang dari luar yang dapat menggoyangkan jalan pikiran atau kepastian kesimpulan. Demikian pula halnya misalnya dalam ilmu pasti, main bridge, catur, dan lain-lain, serta dalam hal-hal seperti sistem saluran listrik untuk penerangan atau pada sepeda motor, sistem pembukuan berpasangan (dengan jalan pikiran logis dapat dipastikan apakah suatu hal harus dibukukan di sebelah atau kredit), dan lain-lain

TAHAP I PENALARAN : KONSEP

TAHAP I PENALARAN : KONSEP Pertemuan ke-2 TAHAP I PENALARAN : KONSEP Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa Tahap I dalam tindakan akal budi manusia masih merupakan pengertian-pengertian secara sederhana terhadap segala benda atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana adalah suatu kemampuan yang

Lebih terperinci

Definisi Proposisi Proposisi adalah susunan kalimat sempurna yang bisa disifati dengan salah atau benar.

Definisi Proposisi Proposisi adalah susunan kalimat sempurna yang bisa disifati dengan salah atau benar. ARGUMENTASI Definisi Argumentasi Yaitu membangun dalil/argumen untuk membuktikan sasaran. Pembagian Argumentasi 1. Langsung. Ia dibagi menjadi tiga jalan: Silogisme/Deduksi; Induksi; dan Analogi. 2. Tidak

Lebih terperinci

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu.

PENGERTIAN. 3. Pengertian, adalah tanggapan atau gambaran akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. PENGERTIAN 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh akal budi. Apa yang dibentuk akal budi tersebut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak

Lebih terperinci

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja. Contoh :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

Lebih terperinci

Ilmu Penalaran atau Logika

Ilmu Penalaran atau Logika Ilmu Penalaran atau Logika Logika adalah Ilmu dan Kecakapan Menalar; Berpikir dengan Tepat (the science and art of correct thinking berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk "mengolah" pengetahuan yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM

PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM PERTEMUAN III PENGERTIAN, KATA, DAN TERM Pengertian: 1. Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. 2. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang dapat dibentuk oleh

Lebih terperinci

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10

Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : 2007 BAB X PENGERTIAN, PENGGOLONGAN DAN DEFINISI Pertemuan 10 Tujuan: Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan hukum-hukum yang berkaitan dengan Pengertian,

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci

Dasar-dasar Logika. Berpikir Rasional

Dasar-dasar Logika. Berpikir Rasional Dasar-dasar Logika Modul ke: 02 Berpikir Rasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana,ac,id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pemikiran Tujuan utama logika selain mengungkapkan

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si. VEKTOR 1 A. Definisi vektor Beberapa besaran Fisika dapat dinyatakan dengan sebuah bilangan dan sebuah satuan untuk menyatakan nilai besaran tersebut. Misal, massa, waktu, suhu, dan lain lain. Namun, ada

Lebih terperinci

Jadi d mempunyai sifat R

Jadi d mempunyai sifat R Jadi d mempunyai sifat R [a,b,c,d] adalah satuan di dalam argumen analogis sedangkan [P,Q dan R] adalah aspek di dalam argumen analogis. Untuk mudahnya sebagai contoh, a,b,c,d kita ganti dengan nama orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi berdampak pada sebagian besar sendi kehidupan salah satunya terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu negara. Pendidikan

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi  Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI. FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI PENGERTIAN LOGIKA Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkuliahan ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS KD PENILAIAN HARIAN SD MUHAMMADIYAH SAPEN YOGYAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

ANALISIS KD PENILAIAN HARIAN SD MUHAMMADIYAH SAPEN YOGYAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 : IV Kelas MATA PELAJARA: MATEMATIKA MUATAN MAPEL KD ANALISIS KD PENILAIAN HARIAN SD MUHAMMADIYAH SAPEN YOGYAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 bab 4 PEMBELAJARAN 1 2 3 4 5 6 MATEMATIKA 3.8 3.9

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Matematika dan Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Dilaksanakan oleh : Imam Amirrulah ( 2011-31-014 ) JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK. 2) Apakah yang menyebabkan benda yang sedang bergerak dapat menjadi diam?

DINAMIKA GERAK. 2) Apakah yang menyebabkan benda yang sedang bergerak dapat menjadi diam? DINAMIKA GERAK KEGIATAN TATAP MUKA A. Pendahuluan Mengapa buah nangka yang tergantung di pohon, bila sudah matang jatuh ke Bumi? Gerak apa yang dialami nangka yang jatuh itu? Ya benar, buah nangka yang

Lebih terperinci

3. Beberapa angka dikali dengan jumlah digitnya hasilnya adalah Berapa jumlah digit dari angka ini?

3. Beberapa angka dikali dengan jumlah digitnya hasilnya adalah Berapa jumlah digit dari angka ini? 1. Berat dua buah kubus sama dengan berat sebuah bola. Berat 2 balok sama dengan berat 3 bola. Berapa kubus yang diperlukan agar beratnya sama dengan satu balok? A) 5 kubus B) 4 kubus C) 3 kubus D) 2 kubus

Lebih terperinci

4. Satu koin dilempar tiga kali. Berapa kemungkinan muncul angka dan gambar selang seling?

4. Satu koin dilempar tiga kali. Berapa kemungkinan muncul angka dan gambar selang seling? 1. Di papan tertulis 7 kata benda, 5 kata kerja dan 2 kata sifat. Untuk membentuk satu kalimat kita perlu memakai satu kata tiap jenis kata. Berapa kalimat kita bisa bentuk? A) 24 B) 14 C) 70 D) 40 2.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 058 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA KECAKAPAN UMUM

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 058 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA KECAKAPAN UMUM KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 058 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN TANDA KECAKAPAN UMUM Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang : 1. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik

Lebih terperinci

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA 1 BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA DI SUSUN OLEH : DRS. ABD. SALAM,MM KELAS X BM & PAR SMK NEGERI 1 SURABAYA LOGIKA MATEMATIKA Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan 25 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan

Lebih terperinci

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Generik Sains Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains meliputi Kimia, Biologi, Fisika, dan

Lebih terperinci

YESI MARINCE, S.IP., M.SI

YESI MARINCE, S.IP., M.SI YESI MARINCE, S.IP., M.SI Asas-Asas Pemikiran Aturan pokok logika disebut Asas berpikir. Asas pemikiran adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Asas ini bagi keseluruhan berpikir

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA

MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA Unit 2 MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA Inawati Budiono Pendahuluan U nit ini membahas tentang masalah-masalah yang terkait dengan konsep-konsep dasar matematika. Masalah yang

Lebih terperinci

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA BAB IV PENALARAN MATEMATIKA A. Pendahuluan Materi penalaran matematika merupakan dasar untuk mempelajari materimateri logika matematika lebih lanjut. Logika tidak dapat dilepaskan dengan penalaran, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA

E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA E-LAERNING TEORI BELAJAR VAN HIELE VS BARUDA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2014 TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA Pada

Lebih terperinci

Ramadana Putra. into their surroundings and through the permeability of bodies, the surroundings enter them (Franck, 1998).

Ramadana Putra. into their surroundings and through the permeability of bodies, the surroundings enter them (Franck, 1998). Membongkar Persepsi dalam Ruang melalui Ular Tangga dan Catur Ramadana Putra Dalam matematika kita telah belajar tentang titik, garis, bidang. Bidang merupakan sesuatu yang terdiri dari garis dan titik.

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika Filsafat Ilmu dan Logika Matematika dan Statistika MATEMATIKA Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang

Lebih terperinci

Ilmu Alamiah Dasar. Oleh : Dini Rohmawati

Ilmu Alamiah Dasar. Oleh : Dini Rohmawati Ilmu Alamiah Dasar Oleh : Dini Rohmawati dini_rohmawati@uny.ac.id Ciri makhluk hidup (manusia) Rasa ingin tahu Sejarah perkembangan pola pikir manusia Perkembangan Pola Pikir Manusia Ciri Makhluk Hidup

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA 138 PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Utu Rahim Jurusan PMIPA/Matematika FKIP Unhalu, Kampus Bumi Tridharma, Kambu, Kendari 93232 Abstrak: Proses belajar mengajar adalah proses yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Oleh : Markus Yuniarto, S.Si Tahun Pelajaran 2014 2015 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. 24 Bandung LOGIKA MATEMATIKA A. Standar Kompetensi : Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, baik dalam konsep maupun faktanya.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

1. Gejala Listrik Statis

1. Gejala Listrik Statis 1. Gejala Listrik Statis Gejala kelistrikan diawali dengan diamatinya benda-benda yang secara tidak terduga mampu saling tarik-menarik. Batang plastik yang sudah digosok-gosokkan ke kain yang halus teramati

Lebih terperinci

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI

BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI BAB 3 PENALARAN DALAM GEOMETRI A. Kompetensi dan Indikator A.1 Kompetensi Memahami penalaran dalam geometri A.2 Indikator 1. Menjelaskan penalaran induksi 2. Menjelaskan contoh sangkalan 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

Mengenal Karakter Cahaya Untuk Portraiture Outdoor oleh Erwin Rizaldi, Professional Photographer Indonesia

Mengenal Karakter Cahaya Untuk Portraiture Outdoor oleh Erwin Rizaldi, Professional Photographer Indonesia Lighting Outdoor Photography: Mengenal Karakter Cahaya Untuk Portraiture Outdoor oleh Erwin Rizaldi, Professional Photographer Indonesia Kita semua paham, bahwa cahaya (light) adalah sahabat yang harus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR VAN HIELE

TEORI BELAJAR VAN HIELE TEORI BELAJAR VAN HIELE A. PENDAHULUAN Kalau sebelumnya telah diketahui tentang teori-teori belajaryang menjadi landasan dalam proses belajar mengajar matematika, pada bagian ini akan diuraikan mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan 2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakekat KemampuanMengenal Geometri Kemampuan menurut Robbin (2007:67) adalah bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil

Lebih terperinci

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini.

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini. Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini. (a) Tarif dasar listrik naik. (b) 10 = 50 5 (c) Celana Dono berwarna hitam. (d) Semua jenis ikan bertelur. (e)

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Lebih terperinci

GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01

GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01 GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01 A. PENGERTIAN DAN PENGARUH GAYA Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. mutually exclusive

Tujuan Pembelajaran. mutually exclusive Tujuan embelajaran Memahami dan menggunakan analisis kombinatorial untuk kejadian kompleks: permutasi dan kombinasi Mendefinisikan terminologi-terminologi penting dalam probabilitas dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

Batu yang Menjadi Roti

Batu yang Menjadi Roti Batu yang Menjadi Roti Berikut ini adalah kisah tentang Tuhan Yesus dan para murid-nya. Kisah ini hanya sebuah kiasan, ceritanya sendiri tidak tertulis dalam Injil mana pun. Oleh karenanya kisah ini hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepeda adalah kendaraan roda dua yang sejajar, didorong oleh pedal yang terhubung ke roda belakang dengan rantai, dan memiliki setang untuk kemudi dan kursi sepeda

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual BAB V PEMBAHASAN A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar.

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA. Pecahan - Pecahan Daerah yang diarsir satu bagian dari lima bagian. Satu bagian dari lima bagian artinya satu dibagi lima

Lebih terperinci

Pembaharuan. Bagian II

Pembaharuan. Bagian II Pembaharuan Bagian II a.s. Disajikan di bawah ini adalah bagian kedua dari khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil

Lebih terperinci

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga; BAB I VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR 1). Pada mulanya vektor adalah objek telaah dalam ilmu fisika. Dalam ilmu fisika vektor didefinisikan sebagai sebuah besaran yang mempunyai besar dan arah seperti gaya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan V-1 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penulisan laporan akhir ini, maka dapat dibuat kesimpulan dari setiap modul. Berikut adalah kesimpulan dari masingmasing modul tersebut: 1. Distribusi Frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktiaan secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT Bab 2 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna

Lebih terperinci

Prediksi Soal Dan Pembahasan TPA Bagian 1 : Soal TPA (Numerik)

Prediksi Soal Dan Pembahasan TPA Bagian 1 : Soal TPA (Numerik) Prediksi Soal Dan Pembahasan TPA 0 Bagian : Soal TPA (Numerik)., 6,, 0,... (A) 8 (D) 4 (B) 0 (E) 48 (C) 6. 6,,, 4, 8,,... (A) (D) 5 (B) (E) 6 (C) 4. 5,,,,... 6 6 (A) 6 (B) 6 (C) 0 6 (D) 9 6 8 (E) 6.,,

Lebih terperinci

HIDUP DI SINI DAN SEKARANG: Dasar yang Kokoh, 21 Maret 2015

HIDUP DI SINI DAN SEKARANG: Dasar yang Kokoh, 21 Maret 2015 Pelajaran 12 HIDUP DI SINI DAN SEKARANG Dasar yang Kokoh Pilihan kedua 21 Maret 2015 1. Persiapan HIDUP DI SINI DAN SEKARANG: Dasar yang Kokoh, 21 Maret 2015 A. Sumber Matius 7:13, 14 Mazmur 19:7-9 Mazmur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN [Home] KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas praktikum fisika kami. Tujuan dari praktikum ini adalah membuat alat sederhana berdasarkan konsep fisika untuk kehidupan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES Abstrak Usia siswa Sekolah Dasar merupakan proses pengembangan dan perbaikan kemampuan

Lebih terperinci

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang

Sifat-Sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang ab 9 Sifat-Sifat angun Datar dan angun Ruang Setiap benda memiliki sifat yang menjadi ciri khas benda tersebut. oba kamu sebutkan bagaimana sifat yang dimiliki oleh benda yang terbuat dari karet! egitu

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA

PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA 1. Sebelum mengerjakan soal, telitilah dahulu jumlah dan nomor halaman yang terdapat pada naskah soal. Pada naskah soal ini terdiri dari 30 soal pilihan ganda

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktiaan secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

Aplikasi Graf Dalam Permainan Catur

Aplikasi Graf Dalam Permainan Catur Aplikasi Graf Dalam Permainan Catur Sahat Nicholas Simangunsong - 13509095 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS PENGANTAR SAP 6 Mata Kuliah Critical and Creative Thinking 6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS 6.2 ARGUMENTASI : STRUKTUR DASAR 6.3 PENALARAN INDUKTIF & BENTUK-BENTUKNYA 6.4 PENALARAN DEDUKTIF

Lebih terperinci

MATERI PESTA SIAGA KWARTIR CABANG GERAKAN PRAMUKA KEBUMEN TAHUN 2018

MATERI PESTA SIAGA KWARTIR CABANG GERAKAN PRAMUKA KEBUMEN TAHUN 2018 MATERI PESTA SIAGA KWARTIR CABANG GERAKAN PRAMUKA KEBUMEN TAHUN 2018 NO TAMAN KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALAT KEGIATAN PENILAIAN A KELOMPOK KEGIATAN KEAGAMAAN & KEPRIBADIAN 1. TAMAN Hafal bacaan pokok dalam

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) LOGIKA MATEMATIKA Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana 37 Logika Matematika Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). PTK memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Soal soal terdiri atas kalimat kalimat

Soal soal terdiri atas kalimat kalimat Soal soal 01 20 terdiri atas kalimat kalimat Pada setiap kalimat satu kata hilang dan disediakan 5 (lima) kata pilihan sebagai jawabannya. Pilihlah kata yang tepat yang dapat menyempurnakan kalimat itu!

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Dari Telat Menjadi Tepat (Waktu) Jaelani Riesman, S.Pd.SD. (Kepala SD)

Dari Telat Menjadi Tepat (Waktu) Jaelani Riesman, S.Pd.SD. (Kepala SD) Dari Telat Menjadi Tepat (Waktu) Jaelani Riesman, S.Pd.SD. (Kepala SD) B ukan rahasia apabila ada opini yang mengatakan guru datang dengan tenang, guru pulang bagai dikejar setan. Kita sebagai guru tidak

Lebih terperinci

1. BARISAN ARITMATIKA

1. BARISAN ARITMATIKA MATEMATIKA DASAR ARITMATIKA BARISAN ARITMATIKA 1. BARISAN ARITMATIKA Sering disebut barisan hitung, adalah barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah atau mengurangi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA Siti Noor Fauziah 1, Ferdy S. Rondonuwu 1,2, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

C. Aturan Kombinasi ATURAN PENCACAHAN 11/21/2015. C. Aturan Kombinasi

C. Aturan Kombinasi ATURAN PENCACAHAN 11/21/2015. C. Aturan Kombinasi Jurnal Daftar Hadir Materi C SoalLatihan Materi Umum ATURAN PENCACAHAN Kelas XI, Semester C. Aturan Kombinasi www.yudarwi.com C. Aturan Kombinasi Kombinasi adalah kaidah pencacahan yang menghitung banyaknya

Lebih terperinci

10. PELUANG A. Kaidah Pencacahan 1. Aturan perkalian

10. PELUANG A. Kaidah Pencacahan 1. Aturan perkalian 0. PELUANG A. Kaidah Pencacahan. Aturan perkalian Apabila suatu peristiwa dapat terjadi dengan n tahap yang berurutan, dimana tahap pertama terdapat a cara yang berbeda dan seterusnya sampai dengan tahap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA ( PTK Pembelajaran Matematika kelas VII C SMP Muhammadiyah 2

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR ILMIAH

PROSES BERPIKIR ILMIAH PROSES BERPIKIR ILMIAH Penalaran (Reasoning)) - Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cirinya : Logis dan analitis Proses berpikir Ilmiah adalah : gabungan cara berpikir deduktif

Lebih terperinci

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer? tanyanya saat aku One - Deshi Angin yang semilir, bergerak dalam diam, malu-malu menelusup masuk melalui jendela kamar yang memang di biarkan terbuka oleh sang pemilik. Jam dinding yang bertengger indah di sisi sebelah

Lebih terperinci

Bab 3 Strategi Pengembangan Kemampuan Berpikir Matematik

Bab 3 Strategi Pengembangan Kemampuan Berpikir Matematik Bab 3 Strategi Pengembangan Kemampuan Berpikir Matematik Berdasarkan kajian teoritik yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya, selanjutnya dikembangkan sebuah kerangka kerja pedagogis yang dapat mendukung

Lebih terperinci

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

BESARAN, SATUAN & DIMENSI BESARAN, SATUAN & DIMENSI Defenisi Apakah yang dimaksud dengan besaran? Besaran : segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (kuantitatif). Apakah yang dimaksud dengan satuan? Satuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci