σ = 0,7 = = 15,52 Dimana : = Tegangan geser (N/ ) F = Gaya potong spon (N) = Bidang geser dari spon ( Sehingga : = = = 42175,6

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "σ = 0,7 = = 15,52 Dimana : = Tegangan geser (N/ ) F = Gaya potong spon (N) = Bidang geser dari spon ( Sehingga : = = = 42175,6"

Transkripsi

1 BAB IV PERENCANAAN dan PERHITUNGAN 4.1. Perhitungan dan Pemilihan Peralatan Pneumatik Pada sub bab ini dilakukan perhitungan perencanaan untuk memilih peralatan pneumatik sesuai dengan beban yang telah diketahui Gaya Pemotongan Spon Pada Dies Berdasarkan proses pembentukan produk maka terdapat beberapa langkah perlakuan pada beda kerja, yaitu : Meletakkan benda kerja pada dies Memotong benda kerja Mengambil benda kerja dari dies Dari langkah-langkah di atas dapat direncanakan suatu pengerak dengan menggunakan sistem pneumatik, tetapi perlu dicari gaya pemotongan terlebih dahulu. σ = 0,7 = = 15,52 Dimana : = Tegangan geser (N/ ) F = Gaya potong spon (N) = Bidang geser dari spon ( Sehingga : = = = 42175,6 Jadi gaya yang dibutuhkan untuk pemotongan spon sebesar = 42175, Perencanaan Diameter Silinder Pneumatik Untuk mencari diameter minimal dari silinder pneumatik, maka perencanaan awal, diambil tekanan operasi dari sistem sebesar 60 Psi dan gaya pembentukan yang terjadi pada produk sebesar 42175,6. Dan ini kemudian dipakai dalam perencanaan silinder pneumatik untuk pengepresan benda kerja. Diameter minimal silinder dapat dicari dengan persamaan : F =. D 2. P - (Tenaga Fluida Pneumati,:hal 77) 21

2 Sehingga: F =. D 2. P ,6 = D 2 = D 2 = 995,64 D = D = 31,55 mm Dari perencanaan diatas didapat diameter minimal silinder pneumatik sebesar 31,55 mm. Maka untuk perencanaan ini dipilih silinder dengan diameter 100 mm dengan tipe Double Akting Silinder Perencanaan Diameter Pipa Saluran Diameter pipa saluran dapat dicari persamaan kerugian tekanan : P f = (Esposito, hal 508) Dimana: P f = Kerugian tekanan maksimum yang diijinkan sebesar 3 Psi (Krist, 1993 hal 132) L = Panjang pipa yang direncanakan L = 3m = 3m x = 9,84 ft CR = CR = = 7,8mm 8mm Tetapi perlu dihitung dahulu kecepatan aliran silinder dengan : Dimana: -V = t S ; dengan: S = 0,1m = stroke silinder V = = 0,025 t = 4s = waktu tempuh silinder 22

3 Maka: Q = (0,1m) 2 x x 8 = 0,002 = 0,002 x = 0,07 Sehingga diameter pipa minimum untuk silinder pneumatik 100 mm dapat dicari dengan persamaan : P f = 3 = 24d 5,31 = 0,1025 x 3 x 0,0049 d 5,31 = d 5,31 = 0, in d = 0,161 in = 4,096 mm Dari perhitungan diatas didapat diameter pipa minimum untuk silinder pneumatik 100 mm adalah 4,096 mm. Untuk perencanaan ini dipilih pipa dengan diameter dalam pipa 8 mm dan diameter luarpipa 12 mm dengan jenis polyurethane supaya mudah diatur tata letaknya Pemilihan Kompressor Dengan data tekanan dan kapasitas silinder diatas maka compressor yang dipilih adalah tipe displacement kompresor (kompresor perpindahan) yaitu tipe recyprocating kompresor karena tipe ini pada sistem pneumatik kompresor sering digunakan dan memiliki tekanan yang stabil sehingga cocok sekali untuk digunakan pada sistem pneumatik selain itu kompresor jenis ini mempunyai tekanan yang rendah sampai tinggi. Perhitungan Tekanan Udara Yang Keluar Dari Air receiver Dicari dengan persamaan sebagai berikut : ΔP = P 1 P 2. Dimana :ΔP = Kerugian total sistem pneumatik P 1 = Tekanan Udara yang keluar Air receiver. P 2 = Tekanan operasi sistem pneumatik. 23

4 1, bar = P 1 6 bar P 1 = bar. Jadi tekanan udara yang keluar dari air receiver adalah sebesar bar. Dari data tekanan udara keluar air receiver sebesar bar serta kapasitasnya sebesar 3, m 3 /s (0.113 m 3 /Hour) maka menurut grafik dipilihlah kompresor Recyprocating double stage. Gambar 4.1 Grafik Pemilihan Kompresor Tabel 4.1 Pemilihan Kompresor. Maka jenis Kompresornya Diambil yang mempunyai tekanan dan kapasitas diatas teknan dan kapasitas keluar Air receiver. kompresor reciprocating dengan spesifikasi sebagai berikut : model : PE 30T kapasitas : dicharg presure : 10,34 bar 24

5 4.3. Perencanaan Sirkuit Pneumatik Diagram Sirkuit Pneumatik Setelah didapatkan hasil perhitungan mengenai komponen-komponen pneumatik, maka perlu direncanakan juga sistem pneumatik ataupun peralatan pendukungnya. Agar didapatkan hasil yang optimum sesuai dengan kebutuhan. Adapun skematis dari perencanaan sistem pneumatik yang digunakan adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 Rangkaian Sistem Pneumatik Keterangan : 1.0 Silinder Pneumatik Double Acting 1.1 5/2-way Valve via pedal 0.2 Service unit / FRL (Filter, Regulator, Lubrikator) 0.1 Pressure Source (Kompresor) Fungsi dari masing-masing koponen pneumatik diatas adalah sebagai berikut : 1. Silinder Pneumatik Double Acting Berfungsi meneruskan udara bertekanan untuk diubah menjadi gaya yang diperlukan dalam melakukan langkah kerja. 2. 5/2 Way Valve Via Pedal Berfungsi untuk mengatur mekanisme arah maju dan mundur dari silinder pneumatik dengan sistim Tuas. 3. Service Unit (Filter, Regulator, Lubrikator) Terdiri dari filter yang berfungsi untuk menyaring udara dari debu dan partikel lainnya. Pressure regulator untuk menjaga agar tekanan udara operasi selalu dalam keadaan konstan. Serta lubrikator yang berfungsi untuk melumasi bagian yang bergesekan seperti silinder pneumatik. 4. kompressor Merupakan alat yang berfungsi sebagai penghasil udara bertekanan. 25

6 4.4. Hasil Uji Pemotongan Hasil Uji Pemotongan Dengan Perbedaan Tekanan Tabel 4.2 Benda Kerja 1 Gambar 4.2 Benda Kerja 1 Gambar 4.3 Sket Benda Kerja 1 Dari hasil uji pemotongan didapat pada P 1 = 10 Psi P 2 = 10 Psi hasil pemotonggannya tidak sempurna, kemudian juga diketahui pada P 1 = 10 Psi P 2 = 20 Psi hasil pemotonggannya juga tidak sempurna, baru pada P 1 = 10 Psi P 2 = 30 Psi begitu juga sampai pada P 1 = 10 Psi P 2 = 60 Psi hasil yang didapatkan dari pemotongan spon baru sempurna. Pada hasil pemotongan P 1 = 10 Psi P 2 = 10 Psi dan P 1 = 10 Psi P 2 = 20 Psi didapatkan kurang sempurna, hal ini disebabkan karena tekanan yang diberikan terlalu kecil sehingga tidak mampu untuk melakukan pemotongan dengan sempurna, selain itu juga disebabkan karena spon mempunyai sifat elastisitas yang tinggi, dan juga disebabkan kepresisian dan ketajaman pada pisau potong. Sedangkan pada hasil pemotongan P 1 = 10 Psi P 2 = 30 Psi sampai P 1 = 10 Psi P 2 = 60 Psi baru bisa dilakukan pemotongan yang sempurna, hal ini disebabkan tekanan yang diberikan lebih besar dan waktu pemotongannya lebih lama. Sedangkan pada P 1 = 10 Psi P 2 = 30 Psi sampai P 1 = 10 Psi P 2 = 40 Psi terdapat sisa dari proses pemotongan, meskipun menyisakan sisa pemotongan hal ini tidak memerlukan proses pemotongan lagi (proses ulang). 26

7 Tabel 4.3 Benda Kerja 2 Gambar 4.3 Benda Kerja 2 Gambar 4.4 Sket Benda Kerja 2 Dari tabel diatas didapatkan hasil uji pemotongan pada P 1 = 20 Psi P 2 = 10 Psi hasil pemotonggannya tidak sempurna, kemudian juga diketahui pada P 1 = 20 Psi P 2 = 20 Psi hasil pemotonggannya juga tidak sempurna, kemudian pemotongan spon baru sempurna pada P 1 = 20 Psi P 2 = 30 Psi begitu juga sampai pada P 1 = 20 Psi P 2 = 60 Psi. Pada hasil pemotongan P 1 = 20 Psi P 2 = 10 Psi dan P 1 = 20 Psi P 2 = 20 Psi didapatkan kurang sempurna, hal ini disebabkan karena spon mempunyai sifat elastisitas yang tinggi, juga disebabkan kepresisian dan ketajaman pada pisau potong, dan tekanan yang diberikan terlalu kecil sehingga tidak mampu untuk melakukan pemotongan dengan sempurna. Sedangkan pada hasil pemotongan P 1 = 20 Psi P 2 = 30 Psi sampai dengan P 1 = 20 Psi P 2 = 60 Psi baru bisa dilakukan pemotongan yang sempurna, hal ini disebabkan tekanan yang diberikan lebih besar dan waktu pemotongannya lebih lama. Sedangkan pada P 1 = 20 Psi P 2 = 30 Psi sampai dengan P 1 = 20 Psi P 2 = 50 Psi terdapat sisa dari hasil pemotongan, tetapi sisa tersebut tidak memerlukan proses pemotongan ulang, cukup dengan ditarik maka pemotongan sisa itu sudah lepas. Tabel 4.4 Benda Kerja 3 Gambar 4.5 Benda Kerja 3 27

8 Gambar 4.6 Sket Benda Kerja 3 Dilihat dari tabel diatas didapatkan hasil uji pemotongan tidak sempurna pada P 1 = 30 Psi P 2 = 10 Psi sampai dengan P 1 = 30 Psi P 2 = 30 Psi hasil pemotonggannya juga tidak sempurna, kemudian pemotongan spon baru sempurna pada P 1 = 30 Psi P 2 = 40 Psi begitu juga sampai pada P 1 = 30 Psi P 2 = 60 Psi. Dari tabel diatas secara keseluruan dapat di simpulkan proses pemotongan yang kurang sempurna disebabkan oleh tekanan yang diberikan berbeda-beda, semakin besar tekanan yang diberikan maka hasil pemotongan spon yang didapatkan semakin bagus (sempurna). Karena semakin besar tekanan yang diberikan semakin besar pula gaya tekan yang didapatkan oleh spon, oleh sebab itu spon semakin tertekan dan mengakibatkan spon terpotong. Sedangkan pada P 1 = 30 Psi P 2 = 30 Psi sampai dengan P 1 = 30 Psi P 2 = 50 Psi terdapat sisa dari hasil pemotongan, tetapi sisa tersebut tidak memerlukan proses pemotongan ulang, cukup dengan ditarik maka pemotongan sisa itu sudah lepas. Tabel 4.5 Benda Kerja 4 Gambar 4.7Benda Kerja 4 Gambar 4.8 Sket Benda Kerja 4 Dari tabel diatas didapatkan hasil uji pemotongan pada P 1 = 40 Psi P 2 = 10 Psi hasil pemotonggannya tidak sempurna, kemudian juga diketahui pada P 1 = 40 Psi P 2 = 30 Psi hasil pemotonggannya juga tidak sempurna, kemudian pemotongan spon baru sempurna pada P 1 = 40 Psi P 2 = 40 Psi begitu juga sampai pada P 1 = 40 Psi P 2 = 60 Psi hasilnya pemotongannya juga sempurna. 28

9 Dari tabel diatas secara keseluruan dapat di simpulkan proses pemotongan yang kurang sempurna disebabkan oleh tekanan yang diberikan berbeda-beda, semakin besar tekanan yang diberikan maka hasil pemotongan spon yang didapatkan semakin bagus (sempurna). Sedangkan dalam P 1 = 40 Psi P 2 = 40 Psi hasil pemotongan spon masih menyisakan flas tapi hal itu tidak memerlukan proses lagi cukup dengan menarik hasil pemotongan spon, maka spon sudah lepas. Sedangkan pada P 1 = 40 Psi P 2 = 30 Psi sampai dengan P 1 = 40 Psi P 2 = 50 Psi terdapat sisa dari hasil pemotongan, tetapi sisa tersebut tidak memerlukan proses pemotongan ulang, cukup dengan ditarik maka pemotongan sisa itu sudah lepas. Tabel 4.6 Benda Kerja 5 Gambar 4.9 Benda Kerja 5 Gambar 4.10 Sket Benda Kerja 5 Dari tabel diatas didapatkan hasil uji pemotongan spon yang kurang sempurna pada P 1 =50 Psi P 2 =10 Psi sampai pada P 1 =50 Psi P 2 =30 Psi hasil pemotonggannya juga tidak sempurna, kemudian pemotongan spon baru sempurna pada P 1 =50 Psi P 2 =40 Psi sampai pada P 1 =20 Psi P 2 =60 Psi. Pada hasil pemotongan P 1 =50 Psi P 2 =10 Psi sampai dengan P 1 =50 Psi P 2 =30 Psi didapatkan kurang sempurna, hal ini disebabkan karena spon mempunyai sifat elastisitas yang tinggi, juga disebabkan kepresisian dan ketajaman pada pisau potong, dan tekanan yang diberikan terlalu kecil sehingga tidak mampu untuk melakukan pemotongan dengan sempurna. Sedangkan pada hasil pemotongan sempurna pada P 1 = 50 Psi P 2 = 40 Psi sampai dengan P 1 = 50 Psi P 2 = 60 Psi hasil pemotongan juga yang sempurna, hal ini disebabkan tekanan yang diberikan lebih besar dan waktu pemotongannya lebih lama. Sedangkan pada P 1 = 50 Psi P 2 = 40 Psi sampai pada P 1 = 50 Psi P 2 = 60 Psi masih terdapat sisa, meskipun terdapat sisa hal ini tidak memerlukan proses pemotongan ulang hanya dengan menarik spon-nya saja sisa potongan tadi sudah lepas, baru pada P 1 = 50 Psi P 2 = 60 Psi hasil pemotongan spon-nya sangat sempuna karena tidak terdapat sisa pemotongan. 29

10 Tabel 4.7 Benda Kerja 6 Gambar 4.11 Benda Kerja 6 Gambar 4.12 Sket Benda Kerja 6 Dari tabel diatas didapatkan hasil uji pemotongan spon yang kurang sempurna pada P 1 = 60 Psi P 2 = 10 Psi sampai pada P 1 = 60 Psi P 2 = 30 Psi hasil pemotonggannya juga tidak sempurna, kemudian pemotongan spon baru sempurna pada P 1 = 60 Psi P 2 = 40 Psi sampai pada P 1 = 60 Psi P 2 = 60 Psi. Pada hasil pemotongan P 1 =60 Psi P 2 =10 Psi sampai dengan P 1 =60 Psi P 2 =30 Psi didapatkan kurang sempurna, hal ini disebabkan karena spon mempunyai sifat elastisitas yang tinggi, juga disebabkan kepresisian dan ketajaman pada pisau potong, dan tekanan yang diberikan terlalu kecil sehingga tidak mampu untuk melakukan pemotongan dengan sempurna. Sedangkan pada hasil pemotongan sempurna pada P 1 = 60 Psi P 2 = 40 Psi sampai dengan P 1 = 60 Psi P 2 = 60 Psi hasil pemotongannya juga sempurna, hal ini disebabkan tekanan yang diberikan lebih besar dan waktu pemotongannya lebih lama. Sedangkan pada P 1 = 60 Psi P 2 = 40 Psi sampai pada P 1 = 60 Psi P 2 = 50 Psi masih terdapat sisa, meskipun terdapat sisa hal ini tidak memerlukan proses pemotongan ulang hanya dengan menarik spon-nya saja sisa potongan tadi sudah lepas, baru pada P 1 = 60 Psi P 2 = 60 Psi hasil pemotongan spon-nya sangat sempuna karena tidak terdapat sisa pemotongan. 30

11 Tabel 4.8 Hasil Pemotongan Spon Dengan perbedaan Tekanan Awal dan Tekanan Akhir Dari seluruh hasil uji pemotongan dapat disimpulkan bahwa tekanan yang diberikan untuk mencapai pemotongan yang maksimal yaitu pada benda kerja yang diberikan tekanan P 1 = 10 Psi P 2 = 30 Psi, P 1 = 10 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 10 Psi P 2 = 50 Psi, P 1 = 10 Psi P 2 = 60 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 30 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 50 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 60 Psi, P 1 = 30 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 30 Psi P 2 = 50 Psi, P 1 = 30 Psi P 2 = 60 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 50 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 60 Psi, P 1 = 50 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 50 Psi P 2 = 50 Psi, P 1 = 50 Psi P 2 = 60 Psi, P 1 = 60 Psi P 2 = 40 Psi, P 1 = 60 Psi P 2 = 50 Psi, dan P 1 = 60 Psi P 2 = 60 Psi, hal ini disebabkan karena beban tekanan yang diberikan lebih besar sehingga meghasilkan pemotongan yang maksimal atau sempurna. Sedangkan pada tekanan pada pemotongan yang kurang sempurna yaitu pada benda kerja yang diberikan tekanan P 1 = 10 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 10 Psi P 2 = 20 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 20 Psi P 2 = 20 Psi, P 1 = 30 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 30 Psi P 2 = 20 Psi, P 1 = 30 Psi P 2 = 30 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 20 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 30 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 20 Psi, P 1 = 40 Psi P 2 = 30 Psi, P 1 = 50 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 50 Psi P 2 = 20 Psi, P 1 = 50 Psi P 2 = 30 Psi, P 1 = 60 Psi P 2 = 10 Psi, P 1 = 60 Psi P 2 = 20 Psi, dan P 1 = 60 Psi P 2 = 30 Psi. Hal ini disebabkan karena beban tekanan yang diberikan lebih kecil dari pada tekanan yang diatas tersebut Hasil Uji Pemotongan Dengan Perbedaan Tekanan dan Waktu Tabel 4.9 Benda Kerja 7 Gambar 4.13 Benda Kerja 7 31

12 Gambar 4.14 Sket Benda Kerja 7 Dari tabel diatas didapatkan pada P = 10 Psi dengan waktu 0.3 detik hasil pemotongannya kurang sempurna dan pada P = 10 Psi dengan waktu 0.4 detik hasil pemotongannya juga kurang sempurna, kemudian hasil pemotongan spon yang sempurna pada P = 10 Psi dengan waktu 0.5 detik dan pada P = 10 Psi dengan waktu 0,6 detik hasil yang didapatkan juga sempurna. Pada hasil pemotongan P = 10 Psi t = 0.3 detik dan P = 10 Psi t = 0,4 detik tidak sempurna karena tekanan dan waktu lebih sedikit sehingga hasilnya tidak maksimal, karena spon sendiri mempunyai sifat elastisitas yang tinggi juga disebabkan ketidak presisian dan pisau potong kurang tajam. Sedangkan pada P = 10 Psi t = 0,5 detik dan P = 10 Psi t = 0,6 detik hasil pemotongannya sempurna, tapi pada P = 10 Psi t = 0,5 detik menyisakan flas, meskipun menyisakan flas hasil ini tidak memerlukan proses ulang atau pemotongan ulang. Tabel 4.10 Benda Kerja 7 Gambar 4.15 Benda Kerja 8 Gambar 4.16 Sket Benda Kerja 8 Dari hasil tabel diatas didapatkan pada P = 20 Psi t = 0,3 detik hasil pemotongannya kurang sempurna, sedangkan pada P = 20 Psi t = 0,4 detik sampai dengan P = 20 Psi t = 0,6 detik hasil pemotongannya sempurna. Pada hasil pemotongan P = 20 Psi t = 0,3 detik kurang sempurna karena tekanan dan waktu yang diberikan lebih sedikit, sedangkan pada P = 20 Psi t = 0,4 detik sampai dengan P = 20 Psi t = 0,6 detik hasil pemotongannya sempurna karena tekanan dan waktu yang diberikan lebih banyak (lama). Tapi pada P = 20 Psi t= 0,4 detik menyisakan flas, meskipun menyisakan flas hasil ini tidak memerlukan proses ulang atau pemotongan ulang. 32

13 Tabel 4.11 Benda Kerja 8 Gambar 4.16 Benda Kerja 9 Gambar 4.17 Sket Benda Kerja 9 Dari hasil tabel diatas didapatkan pada P = 30 Psi t = 0,3 detik hasil pemotngannya kurang sempurna, sedangkan pada P = 30 Psi t = 0,4 detik dan P = 30 Psi t = 0,5 detik hasil pemotongannya sempurna. Pada hasil pemotongan P = 30 Psi t = 0,3 detik kurang sempurna karena tekanan dan waktu yang diberikan lebih sedikit, sedangkan pada P = 30 Psi t = 0,4 detik dan P = 30 Psi t = 0,5 detik hasil pemotongan spon-nya sempurna karena tekanan dan waktu yang diberikan lebih banyak. Tapi pada P = 30 Psi t = 0,4 detik menyisakan flas, meskipun menyisakan flas hasil ini tidak memerlukan proses ulang atau pemotongan ulang. Tabel 4.12 Benda Kerja 9 Gambar 4.18Benda Kerja 10 Gambar 4.19 Sket Benda Kerja 10 Dari hasil tabel diatas didapatkan pada P = 40 Psi t = 0,3 detik hasil pemotngannya kurang sempurna, sedangkan pada P = 40 Psi t = 0,4 detik dan P = 40 Psi t = 0,5 detik hasil pemotongannya sempurna. Pada hasil pemotongan benda kerja ke 4 ini hampir sama dengan apa yang diperoleh dari proses pemotongan benda kerja ke 3, tapi pada benda kerja yang ke 4 ini menyisakan flas yang lebih sedikit dari benda kerja ke 3. Meskipun samasama menyisakan flas benda kerja yang ke 3 dan benda kerja yang ke 4 ini tidak 33

14 perlu melakukan proses pemotongan lagi cukup dengaan menarik spon flas-nya sudah lepas. Tabel 4.13 Benda Kerja 10 Gambar 4.20 Benda Kerja 11 Gambar 4.21 Sket Benda Kerja 11 Dari hasil tabel diatas didapatkan pada P = 50 Psi t = 0,3 detik hasil pemotngannya kurang sempurna, sedangkan pada P = 50 Psi t = 0,4 detik dan P = 50 Psi t = 0,5 detik hasil pemotongannya sempurna. Pada hasil pemotongan benda kerja ke 5 ini hampir sama dengan apa yang diperoleh dari proses pemotongan benda kerja ke 3 dan benda kerja yang ke 4, tapi pada benda kerja yang ke 5 ini menyisakan flas yang lebih sedikit dari benda kerja ke 3 dan benda kerja yang ke 4. Meskipun sama-sama menyisakan flas benda kerja yang ke 5 ini tidak perlu melakukan proses pemotongan lagi cukup dengan menarik spon flas-nya tadi sudah lepas. Tabel 4.14 Benda Kerja 11 Gambar 4.22 Benda Kerja 12 Gambar 4.23 Sket Benda Kerja 12 Dari hasil tabel diatas didapatkan pada P = 60 Psi t = 0,3 detik hasil pemotngannya kurang sempurna, sedangkan pada P = 60 Psi t = 0,4 detik dan P = 60 Psi t = 0,5 detik hasil pemotongannya sempurna. Pada hasil pemotongan P = 60 Psi t = 0,3 detik kurang sempurna karena tekanan dan waktu yang diberikan lebih sedikit, karena spon mempunyai sfat elastisitas yang tinggi juga karena kurang presisi dan pisau potong yang digunakan kuran tajam. Sedangkan pada P = 60 Psi t = 0,4 detik dan P = 60 Psi t = 0,5 detik hasil proses pemotongannya sempurna karena tekanan dan waktu yang 34

15 diberikan lebih besar (lama). Oleh sebab itu meskipun spon mempunyai sifat elastisitas yang tinggi klo diberi takanan yang lama dan tekanannya itu besar maka akan menggakibatkan spon itu terpotong. Tabel 4.14 Hasil Pemotongan Spon Dengan Perbedaan Tekanan dan Waktu Dari seluruh hasil uji pemotongan dapat disimpulkan bahwa tekanan yang diberikan untuk mencapai pemotongan yang maksimal yaitu pada benda kerja yang diberikan tekanan P = 10 Psi t = 0,5 detik, P = 10 Psi t = 0,6 detik, P = 20 Psi t = 0,4 detik, P = 20 Psi t = 0,5 detik, P = 20 Psi t = 0,6 detik, P = 30 Psi t = 0,4 detik, P = 30 Psi t = 0,5 detik, P = 40 Psi t = 0,4 detik, P = 40 Psi t = 0,5 detik, P = 50 Psi t = 0,4 detik, P = 50 Psi t = 0,5 detik, P = 60 Psi t = 0,4 detik dan, P = 60 Psi t = 0,5 detik. Hal ini disebabkan karena beban tekanan yang diberikan lebih besar sehingga meghasilkan pemotongan yang maksimal atau sempurna. Sedangkan pada tekanan pada pemotongan yang kurang sempurna yaitu pada benda kerja yang diberikan tekanan P = 10 Psi t = 0,3 detik, P = 10 Psi t = 0,4 detik, P = 20 Psi t = 0,3 detik, P = 30 Psi t = 0,3 detik, P = 40 Psi t = 0,3 detik, P = 50 Psi t = 0,3 detik, dan P = 60 Psi t = 0,3 detik, hal ini disebabkan karena beban tekanan yang diberikan lebih kecil dari pada tekanan yang diatas tersebut. Dari keseluruan dapat di simpulkan proses pemotongan yang kurang sempurna disebabkan oleh tekanan yang diberikan berbeda-beda, semakin besar tekanan yang diberikan maka hasil pemotongan spon yang didapatkan semakin bagus (sempurna). 35

16 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian, analisa dan perhitungan pada bab sebelumnya bisa didapatkan data-data dan kesimpulan sebagai berikut : 1. Untuk melakukan pemotongan spon sandal dengan panjang pemotongan 10 cm dan tebal spon 0,4 cm dengan tekanan operasi dipilih 60 Psi memerlukan gaya pembentukan sebesar = 42175,6 sesuai. 2. Mekanisme pengepresan benda kerja dilakukan secara vertikal oleh silinder pneumatik. Gaya yang dibutuhkan untuk pengepresan benda kerja sebesar 42175,6. Dari gaya tersebut dapat menentukan spesifikasi silinder pneumatik Double Acting dengan diameter Ø 50 mm dan diameter rod_nya 25 mm sesuai. 3. Sistem distribusi aliran udara menggunakan pipa plastik jenis polyurethane tube dengan diameter dalam 8 mm dan diameter luar 12 mm untuk silinder pneumatik Ø 50 mm. 4. Kerugian tekanan pada pipa saluran 0, bar maka kerugian tekanan diijinkan karena tidak melebihi tekanan yang diijinkan yaitu 0,2 bar. 5. Dari hasil uji pemotongan yang maksimal berdasarkan pada besarnya tekanan yang diberikan pada pisau potong dan lama waktu penahanan. 5.2 Saran Saran dari penulis untuk kemajuan Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan hasil pemotongan yang maksimal hendaknya beban tekanan yang diberikan harus lebih besar. 2. Letak pisau pemotong harus lebih presisi dan tajam, supaya pada saat pemotongan tidak terdapat sisa pemotongan. 3. Hendaknya sebelum proses pemotongan pisau potong diberi elemen pemanas untuk mempermudah kerja pisau potong. 36

17 DAFTAR PUSTAKA 1. Esposito, Anthonu : Fluid Power With Applications, Six Edition, Prentice Hall International Inc Krist, Thomas : Dasar-dasar Pneumatik : Erlangga Jakarta Plastik : JIS Hand Book Sato, G Takesi N, Sugiarto H : Menggambar Mesin Menurut Standart ISO, Cetakan Ketujuh : PT Pradnya Paramita Jakarta Drs. Sugihartono, Dasar-dasar Control Pneumatik : Tarsito Bandung THE PNEUMATIK TECHNICAL CONTROL CENTRE : Tenaga Fluida Pneumatik Pelajaran Tingkat Dasar THE PNEUMATIK TECHNICAL CONTROL CENTRE : Tenaga Fluida Pneumatik Pelajaran Tingkat Menengah Warring RH : Pneumati Hand Book, Trade dan Technical Press Ltd England

4.2.2 Perencanaan Diameter Pipa Saluran Diameter pipa saluran dapat dicari persamaan kerugian tekanan :

4.2.2 Perencanaan Diameter Pipa Saluran Diameter pipa saluran dapat dicari persamaan kerugian tekanan : Sehingga: F =. D 2. P - 42175,6 = D 2 = D 2 = 995,64 D = D = 31,55 mm Dari perencanaan diatas didapat diameter minimal silinder pneumatik sebesar 31,55 mm. Maka untuk perencanaan ini dipilih silinder dengan

Lebih terperinci

Gambar 4.19 Sket Benda Kerja 10

Gambar 4.19 Sket Benda Kerja 10 Tabel 4.11 Benda Kerja 8 Gambar 4.16 Benda Kerja 9 Gambar 4.17 Sket Benda Kerja 9 Dari hasil tabel diatas didapatkan pada P = 30 Psi t = 0,3 detik hasil pemotngannya kurang sempurna, sedangkan pada P =

Lebih terperinci

Gambar 2.32 Full pneumatik element

Gambar 2.32 Full pneumatik element 2. Two control valve Katup dua tekanan mempunyaidua saluran masuk X dan Y satu saluran keluar A. udara kempaan dapat mengalir melaluinya jika sinyal masukan ke X dan Y alirannya akan tertutup. Jika sinyal

Lebih terperinci

ANALISA ALAT PNEUMATIK MESIN PEMOTONG SPON / GASKET DENGAN TEKANAN 60 PSI

ANALISA ALAT PNEUMATIK MESIN PEMOTONG SPON / GASKET DENGAN TEKANAN 60 PSI ANALISA ALAT PNEUMATIK MESIN PEMOTONG SPON / GASKET DENGAN TEKANAN 60 PSI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana Pada Program studi Strata I Fakultas Teknik Mesin

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SPON/GASKET SISTEM PNEUMATIK

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SPON/GASKET SISTEM PNEUMATIK RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SPON/GASKET SISTEM PNEUMATIK TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana Pada Program studi Strata I Fakultas Teknik Mesin Universitas Wijaya

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU. Rahmat Hadi Sukarno ( ) Ir. Hari Subiyanto, MSc. DENGAN SISTEM PNEUMATIK

MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU. Rahmat Hadi Sukarno ( ) Ir. Hari Subiyanto, MSc. DENGAN SISTEM PNEUMATIK BIDANG STUDI TEKNIK PRODUKSI MODIFIKASI MESIN PRESS SOL SEPATU DENGAN SISTEM PNEUMATIK Oleh : Rahmat Hadi Sukarno ( 2106.030.048 ) Dosen Pembimbing : Ir. Hari Subiyanto, MSc. PROGRAM STUDI D III TEKNIK

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ELEKTRO PNEUMATIK BLANKING PROFIL SANDAL

RANCANG BANGUN MESIN ELEKTRO PNEUMATIK BLANKING PROFIL SANDAL RANCANG BANGUN MESIN ELEKTRO PNEUMATIK BLANKING PROFIL SANDAL Disusun Oleh : Achmad Nizar Sholihuddin ( 2110039003 ) Joko Kariyono ( 2110039020 ) Dosen Pembimbing Rivai Wardhani ST, MSc Instruktur Pembimbing

Lebih terperinci

Komponen Sistem Pneumatik

Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik System pneumatik terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Beberapa tingkatan membentuk lintasan kontrol untuk

Lebih terperinci

MESIN HOT EMBOSSING PALLET PLASTIK

MESIN HOT EMBOSSING PALLET PLASTIK MESIN HOT EMBOSSING PALLET PLASTIK Ais Sabastian Prayogi 1), Ilham Tanjung 2), Pratitis Yuniarsih 3) 1,2,3 Program Studi D3 Mesin Disnaker, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstract Automated hot embossing

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN HOT EMBOSSING SANDAL DENGAN SISTEM ELEKTRO PNEUMATIK

RANCANG BANGUN MESIN HOT EMBOSSING SANDAL DENGAN SISTEM ELEKTRO PNEUMATIK RANCANG BANGUN MESIN HOT EMBOSSING SANDAL DENGAN SISTEM ELEKTRO PNEUMATIK Agung Setyo Wicaksono 1), Novan Effendi ), Apriandi Simaindra Sitorus ), Bias Ramadhan ), Muhammad Fahrizal 5), Suhariyanto 6)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SANDAL WITH MINI CONVEYOR

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SANDAL WITH MINI CONVEYOR RANCANG BANGUN MESIN PRESS SANDAL WITH MINI CONVEYOR Achmad Nizar Sholihuddin 1), Joko Kariyono 1), Mada Perwira 1) 1) Program Studi D3 Mesin Disnaker, Institut Teknologi Sepuluh Nopember email: joko.kariyono20@gmail.com,

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL PNEUMATIC By Industrial Electronic Dept. Of SMKN 1 Batam

KUMPULAN SOAL PNEUMATIC By Industrial Electronic Dept. Of SMKN 1 Batam KUMPULAN SOAL PNEUMATIC By Industrial Electronic Dept. Of SMKN 1 Batam Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang tersedia. 01. Berikut ini

Lebih terperinci

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito Oleh : Endiarto Satriyo Laksono 2108039006 Maryanto Sasmito 2108039014 Dosen Pembimbing : Ir. Syamsul Hadi, MT Instruktur Pembimbing Menot Suharsono, S.Pd ABSTRAK Dalam industri rumah untuk membuat peralatan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT SIMULASI STEEL STRIP FEEDER SISTEM PNEUMATIK DENGAN KONTROL PLC

RANCANG BANGUN ALAT SIMULASI STEEL STRIP FEEDER SISTEM PNEUMATIK DENGAN KONTROL PLC RANCANG BANGUN ALAT SIMULASI STEEL STRIP FEEDER SISTEM PNEUMATIK DENGAN KONTROL PLC Abstrak Suyadi, Nanang Budi Sriyanto, Dichi Yanuar Pratama Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada gambar dibawah ini : - Desain dan hasil perancangan alat :

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN 23 BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN Mulai Studi Pustaka Kapasitas mesin press, F = 30 kn Daftar kehendak rangkaian EH Perencanaan Rangkaian elektro Hidrolik dg Simulator Perhitungan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMINDAH BARANG

RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMINDAH BARANG ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 16, No. 1, Mei 2016: 1-100 RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMINDAH BARANG Anhar Khalid (1), H. Raihan (1) (1) Stap Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK LAPORAN LAB PNEUMATIK PRAKTIKUM DAC HIDROLIK Dikerjakan oleh: Lukman Khakim (1141150019) D4 1A PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METOE PENELITIAN 3.1 Kajian Singkat Produk Model alat uji bending merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk mengetahui kekuatan lengkung produk-produk yang akan diuji dengan cara bending test.

Lebih terperinci

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi TEKNIK MESIN UN PGRI Kediri

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN PEMROSES BUAH KELAPA TERPADU

RANCANG BANGUN SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN PEMROSES BUAH KELAPA TERPADU UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN PEMROSES BUAH KELAPA TERPADU Nama Disusun Oleh : : Jiwandana Nugraha Npm : 23411830 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 13 Praktikum Pneumatik

Mekatronika Modul 13 Praktikum Pneumatik Mekatronika Modul 13 Praktikum Pneumatik Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan praktikum Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai penerapan komponen Pneumatik

Lebih terperinci

INSTRUMENT EVALUASI. MATA KULIAH : PNEUMATIK & HIDROLIK KODE / SKS : MSN 326 / 2 SKS SEMESTER : GENAP (IV) DOSEN/ASISTEN : PURNAWAN,S.Pd.

INSTRUMENT EVALUASI. MATA KULIAH : PNEUMATIK & HIDROLIK KODE / SKS : MSN 326 / 2 SKS SEMESTER : GENAP (IV) DOSEN/ASISTEN : PURNAWAN,S.Pd. INSTRUMENT EVALUASI MATA KULIAH : PNEUMATIK & HIDROLIK KODE / SKS : MSN 326 / 2 SKS SEMESTER : GENAP (IV) DOSEN/ASISTEN : PURNAWAN,S.Pd. 1 / 1 A.Karakteristik Pneumatik TUP : Mampu menjelaskan pengertian,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Mahmud

Lebih terperinci

BAB II SISTEM MESIN LAS DAN POTONG KANTONG PLASTIK BERBASIS PNEUMATIK DENGAN MIKROKONTROLER

BAB II SISTEM MESIN LAS DAN POTONG KANTONG PLASTIK BERBASIS PNEUMATIK DENGAN MIKROKONTROLER BAB II SISTEM MESIN LAS DAN POTONG KANTONG PLASTIK BERBASIS PNEUMATIK DENGAN MIKROKONTROLER Secara fisik, mesin terdiri dari bagian mekanik dan elektronik. Bagian mekanik berfungsi untuk menarik plastik

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045

TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045 TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045 Oleh : Rendra Pramana Pembimbing : Ir.Arino Anzip, Meng Sc. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

MESIN PENGEPRES PLASTIK DENGAN SISTEM PENGGERAK PNEUMATIK

MESIN PENGEPRES PLASTIK DENGAN SISTEM PENGGERAK PNEUMATIK MESIN PENGEPRES PLASTIK DENGAN SISTEM PENGGERAK PNEUMATIK Yuke Lutfi Bahtiar 1), Fredy Tri Prasetyo H 2) Program Studi D3 Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Email:

Lebih terperinci

SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN

SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN MATERI DEFINISI PNEUMATIK SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN HUKUM-HUKUM FISIKA DALAM PNEUMATIK PEMAHAMAN DAN PENGGAMBARAN SIMBOL KOMPONEN PNEUMATIK SESUAI DENGAN STANDARISASI ISO 1219 PENGENALAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

APLIKASI PLC SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA MESIN PRESS DENGAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOK

APLIKASI PLC SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA MESIN PRESS DENGAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOK Aplikasi PLC sebagai Sistem Kontrol pada Mesin Press (Dahlan dkk.) APLIKASI PLC SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA MESIN PRESS DENGAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOK Moh. Dahlan 1*, Budi Gunawan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN SISTEM HIDROLIK DAN PNEUMATIK

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN SISTEM HIDROLIK DAN PNEUMATIK PENGERTIAN DAN PERBEDAAN SISTEM HIDROLIK DAN PNEUMATIK Sistem Pneumatik adalah sebuah teknologi yang memanfaatkan udara terkompresi untuk menghasilkan efek gerakan mekanis. Karena menggunakan udara terkompresi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN 10000 FT DENGAN DEBIT 500 GPM Setiadi 2110106002 Tugas Akhir Pembimbing Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, M.Sc Latar Belakang Duplex double

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN PRES BRIKET BLOTHONG BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK

PERENCANAAN DAN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN PRES BRIKET BLOTHONG BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN DAN SIMULASI SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN PRES BRIKET BLOTHONG BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang Email : dartounmer@gmail.com Abstract The use of compressed

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nama : Hakim Abdau NIM : Pembimbing : Nur Indah. S. ST, MT.

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nama : Hakim Abdau NIM : Pembimbing : Nur Indah. S. ST, MT. LAPORAN TUGAS AKHIR Perancangan Alat Simulasi Mesin Pneumatik Pemadat Sampah Plastik Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur & Observasi Lapangan. Identifikasi & Perumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur & Observasi Lapangan. Identifikasi & Perumusan Masalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur & Observasi Lapangan Identifikasi & Perumusan Masalah 1) Penentuan Kebutuhan Alat 2) Preliminari (awal) Disain 3) Pengolahan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PNEUMATIK ALAT PEMOTONG SERAT ALAM

ANALISA SISTEM PNEUMATIK ALAT PEMOTONG SERAT ALAM ANALISA SISTEM PNEUMATIK ALAT PEMOTONG SERAT ALAM Oleh : Ismet Eka Putra, M. Haris Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstract Pada era otomatisasi, pekerjaan secara manual

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

APLIKASI KONTROLER PID DALAM PENGENDALIAN POSISI STAMPING ROD BERBASIS PNEUMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

APLIKASI KONTROLER PID DALAM PENGENDALIAN POSISI STAMPING ROD BERBASIS PNEUMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO UNO APLIKASI KONTROLER PID DALAM PENGENDALIAN POSISI STAMPING ROD BERBASIS PNEUMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO UNO Dimas Budi Prasetyo, Pembimbing : M. Aziz Muslim, Pembimbing : Purwanto. Abstrak Pada saat ini perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam tugas akhir ini kami memberikan suatu perencanaan alat untuk memotong spon dari spon sandal pada jenis umumnya. Penggunaan peralatan pemotongan untuk membuat

Lebih terperinci

MONITORING MESIN PRESS INDUSTRI KAROSERI MENGGUNAKAN PLC

MONITORING MESIN PRESS INDUSTRI KAROSERI MENGGUNAKAN PLC MONITORING MESIN PRESS INDUSTRI KAROSERI MENGGUNAKAN PLC N A M A : A D I T Y O Y U D I S T I R A N A M A : F A H M I H I D A Y A H N R P : 2 2 0 8 0 3 0 0 1 9 N R P : 2 2 0 8 0 3 0 0 7 8 D O S E N P E

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, salah satu contoh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, salah satu contoh perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, salah satu contoh perkembangan teknologi adalah semakin berkembang dan canggihnya teknologi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KOMPRESI PADA KOMPRESOR TORAK SINGLE ACTION

TUGAS AKHIR ANALISIS KOMPRESI PADA KOMPRESOR TORAK SINGLE ACTION TUGAS AKHIR ANALISIS KOMPRESI PADA KOMPRESOR TORAK SINGLE ACTION Diajukan Untuk Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata I (S-I) Teknik Mesin Oleh : NAMA : CHANDRA AFRIA NIM : 2010250014 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN POMPA TERHADAP DEBIT AIR Siswadi 5

ANALISIS TEKANAN POMPA TERHADAP DEBIT AIR Siswadi 5 ANALISIS TEKANAN POMPA TERHADAP DEBIT AIR Siswadi 5 Abstrak: Dengan ketersediannya ilmu mekanika fluida maka spesifikasi teknis yang berkaitan dengan aplikasi tekanan pompa terhadap debit air sangat langka,

Lebih terperinci

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Drs. Ganti Depari, ST.M.Pd Disusun oleh

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL Oleh : FIDYA GHANI PUTRA 08 030 06 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Suhariyanto, MT. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III MODIFIKASI MESIN DAN PROSES PRODUKSI. Mulai. Studi Literatur. Pengamatan di Lapangan. Data. Analisa. Kesimpulan. Selesai

BAB III MODIFIKASI MESIN DAN PROSES PRODUKSI. Mulai. Studi Literatur. Pengamatan di Lapangan. Data. Analisa. Kesimpulan. Selesai BAB III MODIFIKASI MESIN DAN PROSES PRODUKSI 3.1 Flowchart Penelitian Mulai Studi Literatur Pengamatan di Lapangan Data Analisa Kesimpulan Selesai Penelitian dimulai dari studi literatur seperti yang telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 31 BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 4.1 MENGHITUNG PUTARAN POROS PISAU Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada pisau yang dapat diketahui dengan persamaan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER Rudy, Agustinus Purna Irawan dan Didi Widya Utama Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Tarumanagara Abstrak: 3D scanner adalah alat Pemindai

Lebih terperinci

ELEKTRO-PNEUMATIK (smkn I Bangil)

ELEKTRO-PNEUMATIK (smkn I Bangil) Jawaban ( Katup Solenoid Tunggal dan Silinder Kerja Tunggal ) Alat Penyortir ( Sorting Device ) Soal : Dengan menggunakan alat penyortir, benda ditransfer dari ban berjalan satu ke ban berjalan lainnya.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Umum Sebelum memulai suatu analisa harus dibuat sebuah diagram alir kerja yang bertujuan untuk membuat suatu proses analisa agar dapat terarah dengan baik.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E Disusun oleh Nama : Wiwi Widodo Nim : 41305010007 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

Edi Sutoyo 1, Setya Permana Sutisna 2

Edi Sutoyo 1, Setya Permana Sutisna 2 PERANCANGAN DIES POTONG DAN DIES TEKUK PADA PRESS BRAKE Edi Sutoyo 1, Setya Permana Sutisna 2 1 Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Ibn Khaldun Jalan KH. Sholeh Iskandar Km. 2, Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN T u g a s A k h i r BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Observasi Study pustaka Pemilihan bahan dan alat Prosedur pambongkaran alat 1.Pengenalan Excavator Halla HE 280. 2.Pengenalan

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN SISTEMPNEUMATIK TRANSFER STATION

LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN SISTEMPNEUMATIK TRANSFER STATION LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN SISTEMPNEUMATIK TRANSFER STATION Oleh: PUTRA BINDO PAMUNGKAS NIM. I8610027 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 10 Avita Ayu Permanasari, Pengaruh Variasi Sudut Butterfly Valve pada Pipa Gas Buang... PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH Oleh: Avita

Lebih terperinci

BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT

BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT BAB IV METODE PEMBUATAN ALAT 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan peralatan lengan front shovel perlu diperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SINGKONG DENGAN SISTEM PNEUMATIK

RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SINGKONG DENGAN SISTEM PNEUMATIK RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG SINGKONG DENGAN SISTEM PNEUMATIK (Proses Pembuatan dan Perhitungan Waktu Permesinan) Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan

Lebih terperinci

FACTOR 2 YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PRODUK Standardisasi Personalia Protap Bahan Baku Bahan pengemas Kualitas Produk Peralatan Lingkungan Bangunan http://farmasibahanalam.com http://farmasibahanalam.com.

Lebih terperinci

PENGERTIAN HIDROLIKA

PENGERTIAN HIDROLIKA HYDRAULICS PENGERTIAN HIDROLIKA Hidrolika : ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan kesetimbangan zat cair dan pemanfaatannya untuk melakukan suatu kerja. Hidrostatika memiliki prinsip bahwa dalam

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN MARKING UNTUK BAHAN BRASS (C3602) DENGAN KEKUATAN GESER 1000N

PERENCANAAN SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN MARKING UNTUK BAHAN BRASS (C3602) DENGAN KEKUATAN GESER 1000N PERENCANAAN SISTEM PNEUMATIK PADA MESIN MARKING UNTUK BAHAN BRASS (C3602) DENGAN KEKUATAN GESER 1000N Ir. H. Koos Sardjono,MSc 1, Catur Agil Yuliana 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine,

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk suatu benda kerja dengan menggunakan sepasang alat. perencanaan peralatan, diameter yang akan dipotong, material alat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk suatu benda kerja dengan menggunakan sepasang alat. perencanaan peralatan, diameter yang akan dipotong, material alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi sangat pesat terutama dibidang manufaktur dalam proses pembentukan dan pemotongan. Proses Pembentukan dan pemotongan lembaran pelat

Lebih terperinci

Mesin Pemeras Minyak Ikan. Kamin Ginting & Eka Nanda Pratama

Mesin Pemeras Minyak Ikan. Kamin Ginting & Eka Nanda Pratama Mesin Pemeras Minyak Ikan Kamin Ginting & Eka Nanda Pratama Mesin Pemeras Minyak Ikan Minyak Ikan sangat berkhasiat bagi kesehatan tubuh kita bahkan bila Dibandingkan dengan minyak nabati ataupun minyak

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGIRIS SINGKONG UNTUK MEMBUAT KRIPIK DENGAN METODE VDI 2221

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGIRIS SINGKONG UNTUK MEMBUAT KRIPIK DENGAN METODE VDI 2221 PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGIRIS SINGKONG UNTUK MEMBUAT KRIPIK DENGAN METODE VDI 2221 Sulis Yulianto, Ery Diniardi Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN SISTEM HIDROLIK Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan fluida cair. minyak mineral adalah jenis fluida yang sering dipakai. prinsip dasar

Lebih terperinci

DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015

DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DESAIN MESIN PRESS PENUTUP BOTOL OTOMATIS MENGGUNAKAN INVENTOR 2015 Disusun Oleh : Nama : Ananda Mauludi Rachman Npm : 20411691 Jurusan : Teknik Mesin

Lebih terperinci

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH PRAKTIKUM 02 : Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase SNI 2813:2008 2.1 TUJUAN PRAKTIKUM Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium geser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

Perhitungan Pneumatik

Perhitungan Pneumatik Perhitungan Pneumatik A. Penentuan Kondisi Kerja 1. Tekanan kerja P = 6kgf. Masa gerak silinder t s =0s, t d =0 s 3. Arah pemasangan Vertikal dengan sudut kemiringan = 78 0 4. Koefisien friksi = 1 5. Frekuensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengujian Lengkung (Bending Test) Pengujian lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan terhadap speciment dari bahan baik bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

IIN FATIMAH. Dosen Pembimbing : Proyek Priyonggo SL, ST, MT TEKNIK PERMESINAN KAPAL

IIN FATIMAH. Dosen Pembimbing : Proyek Priyonggo SL, ST, MT TEKNIK PERMESINAN KAPAL Oleh : IIN FATIMAH Dosen Pembimbing : Proyek Priyonggo SL, ST, MT TEKNIK PERMESINAN KAPAL LATAR BELAKANG Sistem kemudi adalah unit yang menghasilkan gaya untuk memanover daun kemudi pada kapal sehingga

Lebih terperinci

PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE SISTEM PNEUMATIK UNTUK PROSES PEMASANGAN BEARING DAN ABSORBER PADA VELG REAR WHEEL

PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE SISTEM PNEUMATIK UNTUK PROSES PEMASANGAN BEARING DAN ABSORBER PADA VELG REAR WHEEL Volume 2 No.1 Januari 2017 Website : www.journal.unsika.ac.id Email : barometer_ftusk@staff.unsika.ac.id PERANCANGAN JIG DAN FIXTURE SISTEM PNEUMATIK UNTUK PROSES PEMASANGAN BEARING DAN ABSORBER PADA VELG

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Masinis lapor. Masinis menyerahkan handel RH & T.200. Pengawas menanyakan keadaan lok selama dilintas.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Masinis lapor. Masinis menyerahkan handel RH & T.200. Pengawas menanyakan keadaan lok selama dilintas. 36 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Alur Proses Pemeriksaan Lokomotif Lokomotif masuk depo Masinis lapor Masinis mengisi form lok masuk Masinis menyerahkan handel RH & T.200 Pengawas menanyakan keadaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH 4.1 Perhitungan Gaya 4.1.1 Perhitungan Gaya Silinder A Untuk Pemadatan Produk Gaya yang membebani silinder A adalah gaya pegas, berat beban total dan gaya gesek. Silinder

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

Aries Afrianto Dr. Ir. Heru Mirmanto,MT

Aries Afrianto Dr. Ir. Heru Mirmanto,MT PERHITUNGAN ULANG INSTALASI UDARA BERTEKANAN PADA PROSES PRODUKSI DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA GEMPOL PLANT Oleh : Aries Afrianto 2106.030.017 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto,MT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Pengertian Filter Secara umum filter adalah alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran dari oli. Kotoran yang disaring dalam filter timbul akibat debu yang masuk dari lubang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Margakaya Kecamatan Jati Agung

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 031 55166 Malang 6515 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

Lembar Latihan. Lembar Jawaban.

Lembar Latihan. Lembar Jawaban. DAFTAR ISI Daftar Isi Pendahuluan.. Tujuan Umum Pembelajaran.. Petunjuk Penggunaan Modul.. Kegiatan Belajar 1 : Penggambaran Diagram Rangkaian.. 1.1 Diagram Alir Mata Rantai Kontrol. 1.2 Tata Letak Rangkaian.

Lebih terperinci

Uji Unjuk Kerja Pompa Pedal Multi Piston

Uji Unjuk Kerja Pompa Pedal Multi Piston Uji Unjuk Kerja Pompa Pedal Multi Piston Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Firman Yoko Sukwanputra Alumni Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya perusahaan Air Minurn Dalam Kemasan

BABI PENDAHULUAN. dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya perusahaan Air Minurn Dalam Kemasan BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembuatan alat penguji kekuatan cup dan lid pada kemasan air minurn ge1as dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya perusahaan Air Minurn Dalam Kemasan

Lebih terperinci

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur PENGUJIAN PERFORMA PROTOTIPE ALAT PEMINDAH MASAKAN DENGAN KAPASITAS 10 LITER Yeny Pusvyta 1* 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA Jl. Mayor Ruslan Palembang. *Email : yeny_pusvyta@yahoo,com Abstrak

Lebih terperinci

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK Qomaruddin 1), Eko Darmanto 2) 1) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 2) Program

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824

ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824 NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824 Disusun Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Tugas Akhir Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci