FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN"

Transkripsi

1 TESIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009) NI NYOMAN YINTAYANI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 ii

2 TESIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009) NI NYOMAN YINTAYANI NIM : PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i

3 FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009) Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana NI NYOMAN YINTAYANI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 ii

4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. A.A G.P.Widanaputra,SE,MSi,Ak. Dr.M.G.Wirakusuma,SE,MSi. NIP NIP Mengetahui Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. I Ketut Budiartha,SE.,M.Si.,Ak. Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi.Sp.S(K) NIP NIP iii

5 Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: Ketua : Dr. A.A G.P.Widanaputra,SE,MSi,Ak. Anggota : 1. Dr.M.G.Wirakusuma,SE,MSi. 2. Dr. I Ketut Budiartha,SE.,M.Si.,Ak. 3. Dr. I.B. Dharmadiaksa, MSi.Ak. 4. Ni Made Adi Erawati,SE,MSi. iv

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Denpasar, Agustus 2011 Yang menyatakan Ni Nyoman Yintayani v

7 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung wara nugraha-nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di bursa Efek Indonesia Tahun 2009) Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. AAGP.Widana Putra,SE,MSi,Ak. Sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti kuliah program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr.M.G. Wirakusuma, SE,MSi. Sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr.dr. Made Bakta,Sp.PD (KHOM), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,Sp. (K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswi Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha,SE.,M.M.,Ak.,CPA., Dekan fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program magister. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. made Gede Wirakusuma, SE.,M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi, sebagai pembimbing dan penguji, Bapak Dr. I Ketut Budiartha,SE.,M.Si., Ak., Ketua Program magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, sekaligus sebagai penguji.ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Dr. A.A G.P. Widanaputra, SE.,M.Si.,Ak sebagai pembimbing dan penguji. vi

8 Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Bapak Dr. I.B. Dharmadiaksa, MSi.Ak. dan Ibu Ni Made Adi Erawati,SE,MSi yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini terwujud seperti ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bursa Efek Indonesia, Ni Wayan Rustiningsih, Gede Cahyadi, I Made Wijana, I Nyoman Mandia, rekan-rekan di Politeknik Negeri Bali, atas bantuan dan informasi dalam proses penyelesaian tesis ini. Terima kasih khusus penulis persembahkan kepada Ibunda Ni Putu Watya, Bapak I Wayan Kawi,S.Pd, Bapak I Made Kara atas dorongan, dukungan, motivasi, serta doa selama mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Agustus, 2011 Penulis vii

9 viii

10 ABSTRAK FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009) Penelitian ini merupakan studi empiris untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajemen (MAN), leverage (DER), profitabilitas (ROA), tipe industri (IND) terhadap pengungkapan informasi social perusahaan (CSR). Hipotesis yang pertama yang diajukan adalah kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial, hipotesis kedua adalah tingkat levarage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan informasi sosial, hipotesis ketiga adalah profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial, hipotesis keempat adalah tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial. Sampel dipilih menggunakan purposif sampling sehingga diperoleh jumlah sempel sebanyak 132 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dibursa efek Indonesia tahun Kepemilikan manajemen (MAN) diukur dengan prosentase saham yang dimiliki manajemen, (2) tingkat levarage (LEV) diukur denga rasio hutang, (3) Profitabilitas (PM) diukur dengan net profit margin, (4) tipe industri (IND) diukur dengan mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile. CSR diukur dengan indek CSR. Data tersebut kemudian diuji normalitas, multikolineritas, heteroskedastisitas. Analisis data menggunakan regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hipotesis pertama tidak terdukung yaitu kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis kedua terdukung yaitu leverage berpengaruh negatif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis ketiga terdukung yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis keempat tidak terdukung yaitu tipe industri berpengaruh negatif terhadap CSR. Kata Kunci : kepemilikan manajemen, leverage, profitabilitas, tipe industri, CSR. ix

11 ABSTRACK FACTORS THAT INFLUENCE CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (EMPIRICAL STUDY ON LISTED COMPANY STOCK EXCHANGE IN INDONESIA YEAR 2009) The study is an empirical study to determine the influence of management ownership (MAN), leverage (DER), profitability (ROA),and the type of industry (IND) to the disclosure of social information (CSR) of companies. The first hyphotesis put forward is that management ownership positively influences on the social information disclosure policy, the second hyphotesis is the level of leverage negatively influence social information disclosure,the third hyphotesis is the profitability of the company positively influences in social information disclosure, the fourth hyphotesis is the type of industry has a positive influence on disclosure of social information. The sample was selected using purposive sampling in order to obtain the number of sampling as many as 132 companies. The sample in this study are companies registered in Indonesia stock exchange year 2009 Ownership Management (MAN) was measured by (1) the percentage of shares owned by management, (2) the level of leverage (LEV) measured by ratio of debt, (3) profitability (PM) measured by net profit margin, (4) the type of industry (IND) was measured by classifying mining industry, chemical industry and forestry as high profile industries. On the basis of the above groupings, the study then classified construction industry, mining, agriculture, forestry, fisheries, chemical, automotive, consumer goods, food and beverage, paper pharmaceutical and plastic as high profile industries. CSR is measured by the CSR index, The data was then tested using normality, multikolineritas, heeterokedastisitas. Analysis of data applied multiple regressions to determine the influence of independent variables on the bound ones. The result showed that the first hyphotesis is not supported, the management ownership negatively influence on CSR. The test result of the second hyphotesis was supported, leverage negatively influence of on CSR. The test result supported the third hyphotesis that profitability has a positive influence on CSR. The result of the fourth hyphotesis testing was not supported, in this case the type of industry a negatively influence on CSR. Key words : property management, leverage, profitability, industry type, CSR. x

12 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Regulasi Teori Keagenan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pelaporan Informasi Sosial dan Pemilihan Kebijakan Akuntansi Corporate Governance Kepemilikan Manajerial Financial Leverage Profitabilitas Tipe Industri BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Konsep Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap CSR Pengaruh Financial Levarage terhadap CSR Pengaruh Profitabilitas terhadap CSR Pengaruh Tipe Industri terhadap CSR Hipotesis BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penentuan Sumber Data xi

13 4.3 Variabel Penelitian Instrumen Penelitian Prosedur Pengumpulan Data Teknik Analisis BAB V BAB VI HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Sampel Penelitian Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas Uji Hipotesis Uji Statistik F Uji Statistik t Hasil Uji Statistik F Nilai R Squer PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap CSR Pengaruh Laverage Terhadap CSR Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSR Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSR BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN xii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Tabel 5.2 Uji Normalitas Tabel 5.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Tabel 5.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas Tabel 5.5 Hasil Uji F Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Tabel 5.7 Uji Statistik F Tabel 5.8 Nilai R Squer xiv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Lampiran 2 Jenis Industri MAN, CSR, ROA, DER tahun Lampiran 3 Hasil Analisis Data xv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) merupakan suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan ( Pada dasarnya tanggung jawab sosial usaha sudah muncul pada saat operasi perusahaan dimulai. Sebagaimana diketahui bagaimana pun, kelangsungan perusahaan sangat bergantung pada dukungan banyak pihak. Untuk itulah perlu selalu dijaga hubungan (relationship) yang harmonis antara perusahaan dengan lingkungannya. Misalnya, tanpa adanya pemasok, maka kelangsungan bahan baku bagi perusahaan menjadi tersendat-sendat, tanpa adanya konsumen, produk akan mubazir tidak ada yang membeli, tanpa adanya karyawan, maka operasi perusahaan menjadi terhambat, tanpa adanya perhatian terhadap masyarakat sekitar perusahaan, akan mengakibatkan keamanan dan kenyamanan berusaha menjadi terganggu. Dengan demikian saat ini pelaku usaha harus memperhatikan aspek keuangan, sosial, dan lingkungan atau sering disebut triple bottom line. Sinergi ketiga elemen tersebut merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). 1

18 Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta organisasi masyarakat, pendidikan, berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. ( CSR merupakan salah satu bagian dari prinsip good corporate governance (GCG). Seperti diketahui ada empat prinsip dalam GCG yaitu fairness, transparency, accountability and responsibility. Fairness, transparency dan accountability lebih memberi penekanan terhadap pemegang saham, sehingga ketiga prinsip tersebut lebih mencerminkan shareholders driven concept., yaitu. perusahaan harus memperhatikan kepentingan stake holders perusahaan dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakan. Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal (kaum kapitalis) sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Kapitalisme yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi 2

19 bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadi mengalami penurunan kondisi sosial (Galtung & Ikeda, 1995) dan (Rich 1996) dalam (Chwastiak 1999). Di dalam akutansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, serta masyarakat. Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberi informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktifitas sosialnya.oleh karena itu, dalam perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai social responsibility accounting (SRA) atau akuntansi pertanggungjawaban sosial. Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memberikan perhatian yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko dan keunggulan kompetitif tampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi sosial. Dari hasil studi literatur yang 3

20 dilakukan oleh Finch (2005) menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh usaha untuk mengkomunikasikan stakeholder mengenai kinerja manajemen dalam mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Belkaoui (1989) menemukan hasil (1) pengungkapan sosial mempunyai hubungan yang positif dengan kinerja sosial perusahaan, (2) ada hubungan positif antara pengungkapan sosial dengan visibilitas politis, (3) ada hubungan negatif antara pengungkapan sosial dengan tingkat financial levarage. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan citra peusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, 1988). Perusahaan dengan rasio tingkat yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio tingkat yang rendah. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low-profile. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowma dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston Milne, 1996). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajemen, tingkat leverage, 4

21 profitabilitas perusahaan, tipe industri berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunan pada perusahaan- perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia, tahun 2009? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajemen, tingkat leverage, tingkat profitabilitas perusahaan, tipe industri, berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia tahun Manfaat Penelitian Bagi Akademisi Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada BEI tahun 2009, sehingga dapat membuka wawasan penelitian yang lebih luas Bagi Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau bahan referensi untuk penelitian yang mendalam. 5

22 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Regulasi Teori regulasi adalah peraturan khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung terjalinnya hubungan yang serasi, seimbang, sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, budaya masyarakat setempat, untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. ( Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agen (dikembangkan Jensen dan Meckling, 1976; dan Fama dan Jensen, 1983). Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan (pihak principal/pemegang saham) dan pengendalian (pihak agent/manajer). Pemegang saham memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara pemegang saham dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para pemegang saham, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan pemegang saham. Namun pada kenyataannya, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga menimbulkan agency problems yang diakibatkan oleh perbedaan kepentingan kedua belah pihak. 6

23 Agency problems dapat merugikan pemegang saham karena tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang memadai. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap agency problems. Corporate governance diharapkan memberikan keyakinan kepada para pemegang saham bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan manajerial kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan (Black et al, 2003; Daryatno, 2004; Harjoto dan Jo, 2007) Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Secara konseptual, pengungkapan (disclosure) merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan (Suwarjono, 2005). Hendriksen (2000) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Bentuk pengungkapan pada dasarnya bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Perusahaan melakukan pengungkapan baik informasi keuangan maupun non keuangan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu informasi yang wajib untuk 7

24 diungkapkan perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela (Wahyudi dan Azheri, 2008). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut dengan social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham (Gray et al, 1987). Menurut The World Business Council for Sustainable Development, CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen bisnis untuk 8

25 memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerja sama dengan karyawan, komunitas setempat dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat (Cowen et al, 1987). Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai-nilai keadilan dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan kehilangan legitimasinya sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Jadi pengungkapan informasi CSR merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Haniffa dan Cooke, 2005). Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR telah diteliti sebelumnya seperti untuk mentaati peraturan, memperoleh keunggulan kompetitif, memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan ekspektasi masyarakat, melegitimasi tindakan perusahaan, dan menarik investor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998; Patten, 1992, dalam Basamalah dan Jeremias, 2005). Dalam studi literatur Finch (2005), motivasi perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang kepada stakeholder. Aktivitas CSR juga terbukti dapat meningkatkan reputasi sehingga memperbaiki hubungan dengan 9

26 pihak bank, investor, atau lembaga pemerintahan, dan hasil perbaikan hubungan tersebut tercermin pada keuntungan ekonomi perusahaan (Harjoto dan Jo, 2007). Dari aspek ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangan dalam jangka panjang. Dari aspek investasi, investor juga memiliki kecenderungan menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kepedulian pada masalah sosial. Perusahaan akan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Dalam aspek hukum, perusahaan harus taat pada peraturan pemerintah seperti Undang-Undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 dan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang mengharuskan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Jika peraturan ini dilanggar maka perusahaan akan menanggung risiko untuk diberhentikan operasinya (Wahyudi dan Azheri, 2008). Darwin (2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Gloutie dalam Hartanti (2006) menyatakan bahwa tema-tema yang diungkapkan dalam wacana akuntansi tanggung jawab sosial adalah: 1) Kemasyarakatan, mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti perusahaan, misalnya aktivitas terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya. 10

27 2) Ketenagakerjaan, meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan lainnya. 3) Produk dan konsumen, melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan. 4) Lingkungan hidup, yaitu aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam. Grey et al (1995) mengatakan bahwa sifat dan volume pelaporan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan bervariasi antar waktu dan antar negara. Hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain. Lewis dan Unerman (1999) mengatakan bahwa variasi pelaporan tersebut disebabkan oleh budaya atau norma yang berlaku pada masing-masing negara Pelaporan Informasi Sosial dan Pemilihan Kebijakan Akuntansi Dalam penelitian akuntansi dibutuhkan penelitian terhadap hubungan bisnis dan masyarakat dalam rangka untuk mengidentifikasi kembali peran dan tugas perusahaan dari ekonomi murni menuju ke institusi ekonomi sosial (Dierkes dan Antal, 1986), dalam (Mangos dan Lewis, 1995). Mangos dan lewis (1995) mengatakan perlunya paradigma sosial ekonomi untuk menganalisis 11

28 pemilihan praktik akuntansi oleh manajemen. Mereka menyarankan perlunya pertimbangan terhadap faktor tanggung jawab sosial perusahaan ketika kita melakukan pengujian terhadap teori akuntansi positif (positive accounting theory). Dengan analisis ini maka akan dapat membantu manajemen memahami respon mereka terhadap masalah-masalah sosial ekonomi dan hubungannya dengan nilai perusahaan. Levarage makin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan harus menyajikan laba yang lebih tinggi pada saat sekarang dibandingkan laba di masa depan. Supaya perusahaan dapat menyajikan laba yang lebih tinggi, maka perusahaan harus mengurangi biaya- biaya (termasuk biaya-biaya untuk mengungkapkan informasi sosial). Eipstein dan Freedman (1994) menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Informasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu mereka menginginkan informasi mengenai etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat. Hackston dan Milne (1996) menyajikan bukti empiris mengenai praktik pengungkapan lingkungan dan sosial pada perusahaan-perusahaan di New Zealand serta menguji beberapa hubungan potensial antara karakteristik perusahaan dengan penelitiannya dengan penelitian yang sudah dilakukan di negara lain. Ukuran perusahaan dan industri berhubungan dengan jumlah pengungkapan sedangkan profitabilitas tidak. Interaksi antara ukuran perusahaan dan industri menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara 12

29 perusahaan dalam industri yang High-profile dibandingkan dengan industri yang low- profile Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan corporate governance sebagai sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak berkepentingan (stakeholders). Daily & Dalton (1993) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang saham. Konsep corporate governance merupakan suatu tata kelola perusahaan yang didasarkan pada teori keagenan. Corporate governance diharapkan dapat mengatasi agency problems dengan memberi keyakinan kepada para pemegang saham bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan atas modal yang telah ditanamkan pemegang saham, dan berkaitan dengan bagaimana para pemegang saham dapat mengkontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Survei yang dilakukan Mc. Kinsey (2002) menunjukkan bahwa corporate governance menjadi perhatian utama investor khususnya pada pasar-pasar yang berkembang. Investor akan cenderung menghindari perusahaan yang memiliki 13

30 corporate governance yang buruk. Black et al (2003) menjelaskan bahwa hubungan praktik corporate governance dengan nilai perusahaan adalah signaling dan endogenity. Dalam signaling, praktik corporate governance menyebabkan peningkatan nilai perusahaan karena penerapan corporate governance yang baik akan memberikan sinyal positif. Endogenity berarti perusahaan yang memiliki nilai pasar tinggi akan cenderung menerapkan corporate governance yang lebih baik. Manfaat corporate governance akan dilihat dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor. Jika investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak menerapkan praktik good corporate governance (Kusumawati dan Riyanto, 2005). La Porta et al (1998) menunjukkan bahwa variabel-variabel corporate governance (CG) dapat menjelaskan variasi perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal dibandingkan variabel-variabel makro. Klapper dan Love (2002) menemukan hubungan positif CG dengan kinerja perusahaan. Penemuan penting lainnya bahwa penerapan CG di tingkat perusahaan akan lebih berarti apabila dilakukan di negara berkembang daripada negara maju. Black et al (2003) membuktikan bahwa CG index menjadi salah satu faktor yang dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan. Johnson (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas CG dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Silveira dan Barros (2006) yang meneliti perusahaan di Brazil menemukan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. 14

31 Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat. Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan manajemen akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat/keuntungan dan mengambil alih kekayaan pemegang saham. Pengurangan ini sangat potensial dalam misalokasi resources, yang pada gilirannya untuk peningkatan nilai perusahaan. Untuk meningkatkan image perusahaan, manajer akan berusaha untuk mengungkapkan informasi sosial kepada pihak yang berkepentingan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray et al, 1987). 15

32 Penelitian Retno (2006) menunjukkan bahwa prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajer dalam perusahaan, manajer akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR Financial Levarage Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio levarage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981) dalam (Marwata, 2001) dan (Meek, 1995) dalam (Fitriany, 2001). Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio levarage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio levarage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi levarage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan 16

33 bahwa perusahaan harus menjaga tingkat levarage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990) dalam (Scott, 1997). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat levarage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial) Profitabilitas Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, (Heinze, 1976) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Hackston dan Milne (1996) mengemukakann tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Kaprik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki Belkaoui dan Kaprik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) 17

34 karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut Tipe Industri Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai petanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan memengaruhi penjualan. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda- beda. Roberts (1992) dalam Hacston dan Milne (1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan 18

35 industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile. 19

36 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sebelum melakukan pengembangan hipotesis terlebih dahulu akan disajikan kerangka pemikiran penelitian yang disajikan dalam gambar. Kepemilikan Manajemen Tingkat Levarage Profitabilitas Perusahaan Tipe industri CSR Gambar 3.1 : Faktor-faktor yang Memengaruhi CSR Pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan dikelompokkan menjadi tujuh kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial menurut (Sembiring, 2005). Kepemilikan manajemen, tingkat leverage profitabilitas, tipe industri berpengaruh terhadap CSR. 20

37 3.2 Konsep Pengaruh Kepemilikan Manjemen Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, 1988) Pengaruh Levarage Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio levarage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap informasi dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981) dalam (Marwata, 2001) dan (Meek, 1995) dalam (Fitriany, 2001). Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio levarage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan 21

38 dengan rasio levarage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi levarage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat levarage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990) dalam (Scott, 1997). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat levarage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, (Heinze, 1976) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston 22

39 dan Milne, 1996). Hackston dan Milne (1996) mengemukakann tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Kaprik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki Belkaoui dan Kaprik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai petanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan 23

40 image perusahaan dan memengaruhi penjualan. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda- beda. Roberts (1992) dalam Hacston dan Milne (1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile. 3.3 Hipotesis H 1 : Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial. H 2 : Tingkat levarage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan informasi sosial. H 3 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial. H 4 : Tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial. 24

41 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang baik memerlukan suatu perancangan aktivitas dan sumber daya dengan baik. Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan penelitian yaitu perencanaan aktivitas dan waktu, rancangan didasarkan pada topik penelitian, rancangan mengarahkan pada pemilihan sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan, rancangan merupakan kerangka untuk menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, serta rancangan menggariskan langkah-langkah untuk setiap aktivitas riset. Merancang penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis yang dibangun (Jogiyanto, 2007). Untuk menerapkan metode ilmiah dalam suatu penelitian maka diperlukan rancangan penelitian yang sesuai dengan kondisi penelitian tersebut. Berdasarkan topik yang akan dibahas, maka variabel-variabel yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility, Corporate Governance, dan nilai perusahaan. Variabel-variabel ini diperoleh melalui kajian teoritis dan empiris yang dilakukan peneliti. Melalui kajian-kajian tersebut diperoleh masalah penelitian dan hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian secara statistik maka perlu menentukan sampel penelitian, sumber datanya, dan metode 25

42 pengumpulan data. Setelah itu menguji hipotesis yang diajukan untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan regresi linear berganda melalui analisis faktor. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada. Langkah terakhir yaitu membuat simpulan atas penelitian yang diperoleh serta memberikan saran-saran bagi penelitian selanjutnya. 4.2 Penentuan Sumber Data Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut. 1) Sampel yang dipilih adalah semua yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, sehingga perusahaan yang telah di-delisting dari bursa tidak dimasukkan sebagai sampel. 2) Perusahaaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap. 4.3 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah adalah: (1) prosentase kepemilikan manajemen, (2) tingkat levarage, (3) pofitabilitas perusahaan, (4) tipe industri, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah jumlah informasi sosial yang diungkapkan (indeks CSR). 26

43 4.4 Instrumen Penelitian Faktor-faktor yang akan diuji pengaruhnya terhadap kebijakan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi sosial adalah: (1) kepemilikan manajemen (MAN) diukur dengan prosentase saham yang dimiliki manajemen, (2) tingkat levarage ( LEV) diukur denga rasio hutang, (3) Profitabilitas (PM) diukur dengan net profit margin, (4) tipe industri (IND) diukur dengan mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile. 4.5 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahap berikut ini. 1) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan ini dimaksud untuk mendapatkan teori dan bahan analisis. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku teks, laporan, artikel, dan jurnal ilmiah yang terkait dengan penelitian ini. 2) Pengumpulan Data Sekunder Prosedur ini ditempuh untuk mencari data melalui dokumentasi dari berbagai media seperti internet dan publikasi. 27

44 4.6 Teknik Analisis Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial digunakan model analisis regresi berganda, dengan bentuk persamaam sebagai berikut. CSR i = a + b 1 MAN i + b 2 DER i + b 5 ROA i + b 3 IND i + e Keterangan : CSR i = Jumlah informasi Sosial yang diungkapkan ( berpedoman pada kategori informasi sosial menurut Indeks CSR (Sembiring, 2005). MAN i DER i ROA i IND i = Kepemilikan Manajemen = Leverage = Profitabilitas = Tipe Industri 1) Uji Asumsi Klasik (1) Uji Normalitas Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah variabel residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Sminov. Residual berdistribusi normal apabila tingkat signifikansinya menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05. (2) Uji Heteroskedastisitas Uji Asumsi Regresi Berganda Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual 28

45 dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2004 : 208). Untuk dapat melihat model regresi terkena heteroskedastisitas atau tidak, pada penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik (nilai sig < α) memengaruhi variabel independen nilai absolut residual, maka disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. (3) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas 2) Uji Statistik t (t - test) Teknik Analisis yang digunakan untuk menguji hasil dari analisis korelasi yang didapat memang benar atau diperoleh secara kebetulan. Penentuan uji statistik t hitung, dengan rumus: t = r n r (Siregar, 2004 : 211) 29

46 (1) Penentuan taraf nyata dan signifikan (α = 0,05) (2) Penentuan nilai kritis atau t tabel dapat dilihat dari tabel distribusi t untuk: (degree of freedom) df = n 1 (Siregar, 2004 : 74) Dimana : t : distribusi t-test df : degree of freedom (3) Aturan pengambilan keputusan - Jika nilai t hitung < (lebih kecil dari) t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). - Jika nilai t hitung > (lebih besar dari) t tabel, artinya ada pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). - Nilai koefisien determinasi pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan program statistic computer SPSS versi 11.0 dimana untuk regresi dengan satu variabel dipergunakan koefisien korelasi parsial ( r 2 ) dan untuk regresi lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R 2 sebagai koefisien determinasi (yang telah disesuaikan). 3) Uji Statistik F (F- test) Untuk memperoleh kepastian bahwa model yang dihasilkan secara umum dapat digunakan maka diperlukan suatu pengujian secara bersama-sama yaitu uji statistik F. (1) Penentuan uji statistik F hitung (F-ratio) dengan rumus: 30

47 SSR/k F hitung = SSE / {n-(k+1)} (Bambang Suharjo, 2008 : 62) Dimana: SSR : Sum of Square Regression SSE : Sum of Square Error K n : numerator (jumlah variabel bebas) : jumlah data sampel uji statistik t hitung (2) Penentuan taraf nyata dan signifikan (α = 0,05) (3) Penentuan nilai kritis atau F tabel dapat dilihat dari tabel distribusi F untuk: (degree of freedom) df = n k- 1 (Siregar, 2004 : 102) (4) Aturan pengambilan keputusan - Jika nilai F hitung < (lebih kecil dari) F tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X 1, X 2, Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y). - Jika nilai F hitung > (lebih besar dari) F tabel, artinya ada pengaruh variabel bebas (X 1, X 2, Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y). 31

48 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini membahas analisis data dan hasil penelitian dari sampel yang telah terkumpul. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian dilakukan pengujian model, dan terakhir pengujian hipotesis. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu model data diuji dengan pengujian asumsi klasik Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut diperoleh 132 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif menjelaskan diskripsi data dari seluruh variable yang dimasukan dalam konsep penelitian. Tabel 5.1 menunjukan statistik deskriptif dari variable variable yang digunakan dalam penelitian ini. 32

49 Tabel 5.1 Statistik Deskriptif p CSRi MAN DER ROA IND Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 132,14,83,5687, ,00 24,67 1,4535 4, ,15 33,04 1,7148 3, ,62 44,53 6, , ,00 1,00,6061, Sumber : Lampiran 3 Statistik deskriptif menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi masing masing variabel. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa variable CSR memiliki nilai terendah 0,14, nilai maksimum 0,83, mean 0,5687, dan standar deviasi 0, Hal ini menunjukan bahwa rata rata tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan fisik dan sosialnya cukup tinggi, sehingga diharapkan akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham perusahaan. Variabel kepemilikan memiliki nilai terendah 0,00, nilai makismum 24,67, mean 1,4536, dan standar deviasi 4, Variable leverage memiliki nilai terendah -2,15, nilai makismum 33,04, mean 1,7148 dan standar deviasi 3, Variable profitabilitas memiliki nilai maksimum mean 39,62, nilai maksimum 44,53, mean 7,0124, dan standar deviasi 11, Variable tipe industri memilki nilai minimum 0,00, nilai maksimum 1, mean 0,6061, dan standar deviasi 0,

50 5.3. Uji Asumsi Klasik Sebelum model regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui keberartian hubungan antara variable independen dengan variable dependen (Ghozali, 2006). Penelitian ini hanya menggunakan tiga uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Peneliti tidak melakukan uji autokorelasi karena data yang digunakan penelitian ini merupakan data cross sectional, bukan data time series sehingga tidak memerlukan uji autokorelasi Uji Normalitas Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukan pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa nial Asymp.Sig sebesar 0,289 lebih besar dari 0,05, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai risidual pada penelitian ini berdistribusi normal. 34

51 Tabel 5.2 Uji Normalitas N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Lampiran 3 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Unstandardiz ed Residual 130, , ,086,045 -,086,983, Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance residual suatu pengamatan kepengamatan lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas digunakan uji Glejser yang ditunjukan tabel 5.3. berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.3 terlihat bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai sig lebih besar dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 5.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Model 1 (Constant) MAN DER ROA IND Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardized Coefficients Beta,099,013 7,505,000,001,002,030,336,738 -,001,002 -,040 -,429,669 1,54E-005,001,002,021,983,014,016,079,843,401 t Sig. Sumber : Lampiran 3 35

52 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas. Tabel 5.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas a Model 1 (Constant) MAN DER ROA IND Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF,579,021 27,254,000,003,003,090 1,039,301,966 1,035 -,007,004 -,179-2,001,048,902 1,108,002,001,189 2,041,043,846 1,183 -,030,026 -,103-1,156,250,908 1,101 Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 5.4 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 10 persen dan nilai VIF semua variabel kurang dari 10, maka berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas Uji Hipotesis Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F ditunjukan pada Tabel 5.5 sebagai berikut. 36

53 Tabel 5.5 Hasil Uji F b Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares df Mean Square F Sig.,252 4,063 3,272,014 a 2, ,019 2, Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan uji statistik F yang ditunjukan Tabel 5.5 dapat diketahui nilai F hitung sebesar 3,272 dengan probabilitas 0,014. Nilai probabilitas yang ditunjukan memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan peneliti yaitu sebesar 5 persen atau 0,05. Hasil ini berarti bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi CSR dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas dan tipe industri secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Uji statistik t ditunjukan pada Tabel 5.6 berikut ini. 37

54 Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Model 1. (Constant) MAN DER ROA IND Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF,579,021 27,254,000,003,003,090 1,039,301,966 1,035 -,007,004 -,179-2,001,048,902 1,108,002,001,189 2,041,043,846 1,183 -,030,026 -,103-1,156,250,908 1,101 Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui pengaruh secara parsial dari variabel variabel kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas dan tipe industry terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan sebagai berikut: 1) Kepemilikan manajerial (MAN) memiliki koefisien sebesar 0,003 dan sig sebesar 0,301. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 2) Leverage (DER) memiliki koefisien sebesar -0,007 dan nilai sig sebesar 0,48. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang negatif, menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 3) Profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar 0,002 dan nilai sig sebesar 0,43. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang positif, menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 38

55 4) Tipe industri (IND) memiliki koefisien sebesar -0,030 dan nilai sig sebesar 0,250. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa variabel tipe industri tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi sosial perusahaan Hasil Uji Statistik F Tabel 5.7 Uji Statistik F Model 1 Regression Residual Total Sumber : Lampiran 3 Sum of Squares df Mean Square F Sig.,252 4,063 3,272,014 a 2, ,019 2, Berdasarkan uji statistik F, F hitung sebesar 3,272 dengan probabilitas 0,014. Nilai probabilitas yang ditunjukan memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan peneliti yaitu sebesar 5 persen atau 0,05. Hasil ini berarti bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi CSR dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas dan tipe industri secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan Nilai R Squer Tabel 5.8 Nilai R Squer Model 1 Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate,308 a,095,066,13884 Sumber Lampiran 39

56 Berdasarkan analisis regeresi berganda yang ditunjukkan table 5.7 dapat diketahui nilai R Squer sebesar 0,095 atau sebesar 9,5%. Hasil ini berarti bahwa selain faktor kepemilikan manajemen Leverage, Propitabilitas, dan tipe industri masih ada lagi sebesar 91,5% factor-faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR. 40

57 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, 1988). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial (MAN) memiliki koefisien sebesar 0,003 dan sig sebesar 0,301. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Retno (2006). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu : 1) Aktivitas CSR memerlukan dana yang sangat besar bahkan memerlukan suatu anggaran tertentu. Pandangan lain menyatakan bahwa aktivitas CSR justru memberikan kerugian kompetitif karena mengeluarkan tambahan biaya yang akan mengurangi laba perusahaan. Hal ini tentunya akan meningkatkan 41

58 risiko manajer perusahaan (Belkaoui dan Karpik, 1989; dan Rahendrawan, 2006). 2) Aktivitas CSR dianggap tidak akan memberikan tingkat pengembalian yang sepadan sehingga manajer lebth senang berinvestasi untuk hal-hal yang menurutnya lebih pasti demi keberlanjutan usahanya (Sri Pambudi, 2006). 3) Manajer melaksanakan program CSR hanya untuk memenuhi regulasi yang ada sehingga tidak mengherankan apabila beberapa program CSR yang dilakukan perusahaan tidak berkelanjutan, sekali menggelar aksi kemudian ditinggalkan tanpa monitoring serta evaluasi (Hasibuan, 2006). 4) Selain motivasi ekonomi, rendahnya partisipasi manajer untuk melaksanakan CSR disebabkan karena menghindari pekeijaan, tugas-tugas, dan tanggung jawab lainnya yang semakin meningkat akibat pelaksanaan aktivitas CSR. Bahkan, apabila perusahaan terlalu memberilcan perhatian pada CSR tanpa mengimbangi dengan aktivitas utama perusahaan, justru akan menghancurkan perusahaan itu sendiri. Hal ini tentunya dapat merusak image perusahaan yang sekaligus menurunkan nilai perusahaan (Henderson, 2001). 6.2 Pengaruh Leverage terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio levarage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan 42

59 pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981) dalam (Marwata, 2001) dan (Meek, 1995) dalam (Fitriany, 2001). Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio levarage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio levarage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi levarage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat levarage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990) dalam (Scott, 1997). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat levarage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial). Dalam penelitian ini Leverage (DER) memiliki koefisien sebesar -0,007 dan nilai sig sebesar 0,48. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang negatif, menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif pada 43

60 pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu. 6.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, (Heinze, 1976) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Hackston dan Milne (1996) mengemukakann tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Kaprik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki Belkaoui dan Kaprik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Dalam penelitian ini Profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar 0,002 dan nilai sig sebesar 0,43. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang positif, menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan penelitian Belkaoui dan Karpik (1989). 44

61 6.4 Pengaruh Tipe Industri terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai petanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan memengaruhi penjualan. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda- beda. Roberts (1992) dalam Hacston dan Milne (1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile. 45

62 Dalam penelitian ini, tipe industri (IND) memiliki koefisien sebesar -0,030 dan nilai sig sebesar 0,250. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa variabel tipe industri tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978). Hal ini disebabkan oleh : Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela (Wahyudi dan Azheri, 2008). 46

63 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik serta pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada pengungkapan informasi sosial perusahaan 2) Leverage berpengaruh negatif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 3) Profitabilitas berpengaruh positif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 4) Tipe industri tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 5) Model regresi tersebut diatas dapat digunakan untuk memprediksi CSR. 6) Berdasarkan analisis regeresi berganda, nilai R Squer sebesar 0,095 atau sebesar 9,5%. Hasil ini berarti bahwa selain faktor kepemilikan manajemen Leverage, Propitabilitas, dan tipe industri masih ada lagi sebesar 91,5% factor-faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR. 47

64 7.2 Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang apabila diatasi pada penelitian selanjutnya dapat memperbaiki hasil penelitian. Saran saran yang dapat dikemukakan berdasarkan keterbatasan adalah sebagai berikut : 1) Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling sehingga hasil penelitian tidak dapat dijendralisasi. 2) Bagi peneliti selanjutnya agar menambahkan factor-faktor, selain kepemilikan manajemen, Leverage, Profitabilitas, tipe industri, karena dalam penelitian ini pengaruh ke empat faktor tersebut diatas sebesar 9,5%. 48

65 DAFTAR PUSTAKA Alhusin, Sahri.2003.Aplikasi Statistik Praktis dengan APSS. 10 for Windows. Edisi Revisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Beets, S. Douglas and Christopher C. Souther Corporate Environmental Reports: the Need for Standards and an Environmental Assurance service. Accounting Horizons. Vol 13, no. 2, p Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik Determinants of the Corporate Decision To Disclose Sosial Information.Accounting, auditing and Accountability Journrl. Vol. 2, No. 1,p Burritt, Roger L and Stephen Welch Accountebility for Environmental Performance of the Australian Commonwealth Public Sector. Accounting, Auditing and Accountebility Journal. Vol. 10, No.4,p Chwastiak, Michele Deconstructing the Pincipal- Agent Model: a View from The bottom. Critical perspectives on Accounting. Vol. 10,p Darwin, Ali Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi nasional Akutansi V, Program Profesi lanjutam. Yogyakarta, Desember. Deegan, Craig and Michaela Rankin The Materiality of Environmental Information tu Users of Annual Reports. Acconting, Auditing and Accountabiliti Journal. Vol. 10, No. 4,p Eipstein, Marc J. and Martin Freedman Sosial Disclosure and the Individual Investor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 7,No.4,p Ema Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia.konvensi nasional akutansi V, program provesi lanjutan. Yogyakarta, Desember. Finch, Nigel The Motivations foe Adopting Sustainability Disclosure. Macquaarie Graduate School of Management. Sosial Scence ResearchNetwork. Fitriany Signifikansi Perbedaan Tingkat kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada laporan Keuangan Perusahaan Publik yang 49

66 Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung Agustus. Gallhover, Sonja and jim Haslam The Direction of Green Acconting Policy: Critical Reflections. Acconting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 10,No.2,p Gray, Rob: Colin Dey: Dave Owen: Richard Evans and Simon Zadek Strugling With the Praxis of Sosial Acconting: Stakeholders, Accountability, Audits and Procudures. Accounting, auditing and Accountability Journal. Vol. 10,No.3,p Dave Owen and Keith Maunders Comporate Sosial Reporting: Emerging Trends in Accountability and the Social Contract. Accounting, Auditing and Accountability Journal.Vol.1,No.1,p Reza Kouhy and Simon Lavers Corporate and Environmental Reporting: A Revew of Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure. Acconting, Auditing and Accountability journal.vol.8,no.2,p Reza Kouhy and Simon Laves Methodological Themes: Constructing a Research Database of Social and Environmental Revorting by UK Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No. 2,p Hackston, David and Markus J. Milne Some Determinants of Social and Environmental Dislosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing And Accountability Journal. Vol.9,No.1,p Hair, Joseph H., Rolph Anderson, Ronald L. Tatham dan William C. Black Multivariate Data Analysis. Edisi 5.New ersey: Prentice Hall. Hill, Charles W L.and Thomas M. Jones Stakeholder-Agency Theory. JournalOf Management Studes. Vol.29,No.2,p Hughes II, K.E The Value Relevance of Non Financial Mesures of air Pollution In the Electric Utility Industri. The Acconting Revew.Vol.75,No.2,p Jensen, M,C, and Meckling Theory of the Firm:Managerial Behavior, Agency Costs dan Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3,p Jogensen, Bjorn N. and Michael T. Kischenheiter Discretionary Risk. Disclosure. The Acconting Reviw. Vol. 78,No.2,P

67 Joshi, Statish; Ranjani Krishnan, and Lester Lave Estimating the Hindden Cost of Enviromental Regulation. The Acconting revew. Vo. 76,No. 2, Aapril, p Komar,Seful Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Acconting) dan Korelasinya dengan Islam. Media Akutansi. Edisi 42/Tahun XI, hal Lehman, Glen Dislosing New Worlds: A Role for Social and Environmentsl Acconting and Auditing. Accontingorganizations and Society. Vol. 24,p Lewis, Linda and jeffry Unirman Ethical Relatividm: A Reason for Differences in Corforate Social Reporting. Critical Perspectives on Acconting. Vol.10,p Mangos, Nicholas C. and Neil R. Lewis A Socio-Ecconomic paradigm for Analysing Managers, Acconting Choice Behavior. Acconting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No.1<p Mardiyah, Aida Ainul Pengaruh informasi Asimetri dan Disclosure terhadap Cost of Capital. Jurnal riset Akutansi Indonesia. Vol. 5. No. 2, Mei, hal Marwata Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung Agustus. Mathews, M,r Twenty-Five Years of Social and Enpironmental Acconting Research: Is there a Silver Jubille to Celebrate? Acconting, auditing and Accontability Journal. Vol. 10, No. 4, p Owen, David CSR After Enron: A role for the Academic Acconting Provision?. Working Paper. Sosial Sciene Research Network. Scott, William R Finacial Acconting Theory. New Jersey: Prentice Hall. Simanjuntak, Binsar H. dan Lusi Widiastuti Faktor-faktor yang Memengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No. 3, September, hal Suharto, Harry Standar Akuntansi Lingkungan: Kebutuhan Mendesak. Media Akuntansi. Edisi 42/Tahun Xl,hal The Association of Chartered Certifid Accountants (ACCA).2004.An Introduktion To Sustainnability Reporting for Organisations in Indonesia. Uno, Kimio 51

68 and peter Bartelmus Environmental Acconting in Theory and Pratice. New Jersey: Kluwer Academic Publishers. Zeghal, Daniel and Sandrudin A. Ahmed Comparison of Social Responsibility Information Disclosure Media Used by Canadian Firms. Acconding, Auditing And accountability Journal. Vol. 3, No.1,p Website : Website : 52

69 Lampiran 1 ITEM-ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi. 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah / akan dikurangi. 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi. 5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas. 6. Penggunaan material daur ulang. 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11. Pengolahan limbah. 53

70 12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 13. Perlindungan lingkungan hidup. Energi 1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 3. Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5. Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk. 6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 7. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga kerja 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 3. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja. 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja. 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja. Lain-lain tentang Tenaga kerja 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat. 54

71 2. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial. 3. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan. 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat. 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja. 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. 8. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 9. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. 10. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 11. Mengungkapkan persentase gaji untuk pensiun. 12. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 13. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 14. Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada. 15. Mengungkapkan disposisi staff - dimana staff ditempatkan. 16. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 17. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. penjualan per tenaga kerja. 18. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 19. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 20. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. 55

72 21. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja. 22. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan. 23. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. 24. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 25. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja. 26. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 27. Peningkatan kondisi kerja secara umum. 28. Informasi re-organisasi perusahaan yang memengaruhi tenaga kerja. 29. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. Produk 1. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya. 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. 3. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. 4. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan. 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen. 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan. 7. Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 8. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 56

73 9. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan. 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya ISO 9000). Keterlibatan Masyarakat 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni. 2. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar. 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4. Membantu riset medis. 5. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 6. Membiayai program beasiswa. 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8. Mensponsori kampanye nasional. 9. Mendukung pengembangan industri lokal. Umum 1. Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas. Total item yang diharapkan diungkapkan 78 Sumber : Sembiring (2005) 57

74 Lampiran 2 No Kode JENIS INDUSTRI 2009 MAN CSR ROA DER 1 AALI ASTRA AGRO LESTARI agriculture ABBA MAHAKA MEDIA others ADRO ADARO ENERGY mining services AKASHA WIRA 4 ADES INTERNATIONAL manufacture ADHI ADHI KARYA constructions AKRA AKR CORPORINDO manufacture ALMI ALUMINDO LIGH manufacture ANTM ANEKA TAMBANG mining services ARNA ARWANA CITRA MULIA manufacture ASII ASTRA INTERNATIONAL manufacture ASRI ALAM SUTERA REALTY real estate AUTO ASTRA AUTOPARTS manufacture BKSL SENTUL CITY real estate BRAM INDO KORDSA manufacture BRNA BERLINA manufacture BRPT BARITO PACIFIC manufacture

75 17 BSDE BUMI SERPONG DAMAI real estate BTON BETON JAYA MANUNGGAL manufacture BUDI BUDI ACID manufacture BUMI BUMI RESOURCES mining services BWPT BW PLANTATION agriculture BYAN BAYAN RESOURCES mining services CEKA CAHAYA KALBAR manufacture CLPI COLORPARK INDONESIA manufacture CITRA MARGA NUSAPHALA 25 CMNP PERSADA others CNTX CENTEX manufacture COWL COWELL DEVELOPMENT real estate CPDW CIPENDAWA animal feed CPIN CHAROEN POKPHAND animal feed wholesale & 30 CSAP CATUR SENTOSA ADIPARNA retail CTRA CIPUTRA DEVELOPMENT real estate DEWA DARMA HENWA constructions DILD INTILAND DEVELOPMENT real estate DOID DELTA DUNIA MAKMUR mining services DPNS DUTA PERTIWI NUSANTARA manufacture DUTI DUTA PERTIWI real estate

76 DARYA VARIA 37 DVLA LABORATORIA manufacture DYNA DYNAPLAST manufacture ELSA ELNUSA mining services BAKTRIELAND 40 ELTY DEVLOPMENT real estate ENRG ENERGI MEGA PERSADA mining services EVER SHINE TEXTILE 42 ESTI INDUSTRY manufacture FAST FAST FOOD INDONESIA manufacture FASW FAJAR SURYA WISESA manufacture HMSP HM SAMPOERNA manufacture GDYR GOODYEAR manufacture GJTL GAJAH TUNGGAL manufacture HEXA HEXINDO ADI PERKASA manufacture IIKP INTI KAPUAS AROWANA agriculture INAF INDOFARMA manufacture INTERNATIONAL NICKEL 51 INCO INDO mining services INDOFOOD SUKSES 52 INDF MAKMUR manufacture INDY INDIKA ENERGY mining services

77 54 INTP INDOCEMENT manufacture JAYA KONTRUKSI 55 JKON MANGGALA P constructions JPFA JAFPA COMFEED INDO animal feed JRPT JAYA REAL PROPERTY real estate JSMR JASA MARGA others JSPT JAKARTA SETIABUDI INT real estate JTPE JASUINDO TIGA PERKASA others JPRS JAYA PARI STEEL manufacture KARW KARWELL INDO manufacture MLIA MULIA INDUSTRINDO manufacture PWSI PANCA WIRATAMA SAKTI real estate POLY ASIA PASIFIC FIBERS manufacture RAJA RUKUN RAHARJA holding MAMI MAS MURNI INDONESIA real estate TCID MANDOM INDONESIA manufacture LCGP LAGUNA CIPTA GRYA real estate PEMBANGUNAN GRAHA 70 PGLI LESTARI hotel LION LION METAL WORK manufacture MERK MERCK manufacture PUDP PUDJIADI PRESTIGE real estate

78 74 LSIP PP LONDON SUMATRA INDO agriculture SGRO SAMPOERNA AGRO agriculture PEMBANGUNAN JAYA 76 PJAA ANCOL real estate PSKT PUSAKO TARINTA hotel SIPD SIERAD PRODUCE animal feed KLBF KALBE FARMA manufacture TAMBANG BATUBARA 80 PTBA BUKIT ASAM mining services TINS TIMAH mining services SMDM SURYAMAS DUTA MAKMUR real estate RIGS RIG TENDERS transportation MNCN MEDIA NUSANTARA CITRA others TRST TRIAS SENTOSA manufacture SCMA SURYA CITRA MEDIA others MDLN MODERNLAND REALTY real estate BAKRIE SUMATRA 88 UNSP PLANTATIONS agriculture TMPO TEMPO INTI MEDIA others SIIP SURYA INTI PERMATA real estate UNVR UNILEVER manufacture MBAI MULTI BREEDER ADIRAMA animal feed

79 IND 93 SMCB HOLCIM INDO manufacture PNSE PUDJIADI & SONS real estate PGAS PERUSAHAAN GAS NEGARA mining services LPKR LIPPO KARAWACI real estate TIRA TIRA AUSTINE manufacture WAPO WAHANA PHONIX MANDIRI agriculture PLIN PLAZA INDO REALTY hotel SMRA SUMMARECON AGUNG real estate RADIANT UTAMA 101 RUIS INTERINCO others NEW CUNTURY 102 PTRA DEVELOPMENT real estate MEDC MEDCO ENERGI INT mining services PWON PAKUWON JATI real estate LPCK LIPPO CIKARANG real estate LAMI LAMICITRA NUSANTARA real estate wholesale & 107 TGKA TIGA RAKSA SATRIA retail LTLS LAUTAN LUAS manufacture MITI MITRA INVESTINDO manufacture PTSP PIONEERINDO GOURMET INT manufacture

80 111 KBLV FIRST MEDIA others PBRX PAN BROTHERS manufacture MAIN MALINDO FEEDMILL animal feed MLBI MULTI BINTANG manufacture KARK DAYAINDO RESOURCES INT real estate GLOBAL LAND 116 KPIG DEVELOPMENT real estate KBLM KABELINDO MURNI manufacture LMAS LIMAS CENTRIK INDO others SDPC MILLENNIUM PHARMACON INT wholesale & retail LPIN MULTI PRIMA SEJAHTERA manufacture KKGI RESOURCES ALAM INDO manufacture RODA ROYAL OAK DEVELOPMENT real estate SMGR SEMEN GRESIK manufacture SOBI SORINI AGRO ASIA manufacture SULI SUMALINDO LESTARI manufacture TOTAL BANGUNAN 126 TOTL PERSADA constructions TRUB TRUBA ALAM MANUNGGAL constructions TURI TUNAS RIDEAN manufacture

81 129 ULTJ ULTRAJAYA manufacture UNIC UNGGUL INDAH CAHAYA manufacture UNTR UNITED TRACTOR manufacture WIKA WIJAYA KARYA constructions

82 Lampiran 3 Statistik Deskriptif Descriptives Descriptive Statistics CSRi MAN DER ROA IND Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 132,14,83,5687, ,00 24,67 1,4535 4, ,15 33,04 1,7148 3, ,62 44,53 6, , ,00 1,00,6061, Uji Normalitas Data NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Unstandardiz ed Residual 130, , ,086,045 -,086,983,289 66

83 Uji Heteroskedastisitas Regression Model 1 Variables Entered/Removed b Variables Variables Entered Removed Method IND, DER, MAN, ROA a. Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Abres 67

84 Model 1 Model Summary Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate,096 a,009 -,022,08610 a. Predictors: (Constant), IND, DER, MAN, ROA Model 1 Regression Residual Total ANOVA b Sum of Squares df Mean Square F Sig.,009 4,002,290,884 a, ,007, a. Predictors: (Constant), IND, DER, MAN, ROA b. Dependent Variable: Abres Model 1 (Constant) MAN DER ROA IND a. Dependent Variable: Abres Unstandardized Coefficients Coefficients a Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig.,099,013 7,505,000,001,002,030,336,738 -,001,002 -,040 -,429,669 1,54E-005,001,002,021,983,014,016,079,843,401 68

85 Uji Multikolinearitas dan uji Hipotesis Regression Model 1 Variables Entered/Removed b Variables Variables Entered Removed Method IND, DER, MAN, ROA a. Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: CSRi 69

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2004 : 2) laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan umumnya menguraikan berbagai informasi akuntansi suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi Negara memegang peranan yang penting dalam menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE ANANDITHA WICAKSANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS KEMAMPUAN KINERJA KEUANGAN MEMODERASI PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN STRUKTUR MODAL PADA NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGOLONG HIGH DAN LOW PROFILE Kadek Nonik Sri Wahyuni PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA NYOMAN SHUADNYANA PUTRA NIM. : 0791662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dengan masayarakat memiliki hubungan timbal balik dimana keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, perusahaan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan menghasilkan informasi keuangan untuk keperluan berbagai stakeholder, seperti kreditor untuk keputusan pemberian hutang, investor untuk penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan sosial ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan adanya revolusi perubahan bagi dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate social responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan dominasi mesin sebagai alat produksi (Kartasasmita, 1996). Revolusi ini melahirkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif

Lebih terperinci

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA ii TESIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA I DEWA AYU KRISTIANTARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan antara principal dengan agen. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR...... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Valeria (2013) menyebutkan bahwa teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

KATA PENGANTAR. hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

I GUSTI NGURAH YUNARDHANA NIM

I GUSTI NGURAH YUNARDHANA NIM PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 Oleh : I GUSTI NGURAH YUNARDHANA NIM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (1977). Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (1977). Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori Persinyalan (Signalling Theory) pertama kali dikembangkan oleh Ross (1977). Signalling theory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan merupakan sarana dokumentasi yang diberikan perusahaan sebagai alat informasi dan komukasi antara perusahaan dengan stakeholder. Laporan tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO TESIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI AND REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA PUTU AYU RUSMALA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dekade terakhir ini pertumbuhan kesadaran publik terhadap peran perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membuat persaingan dunia bisnis semakin kompetitif. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi pemilik modal saja (investor dan kreditor). Sementara, pihak-pihak lain yang juga membutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah isu lingkungan dan sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan sektor industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan perkembangan perusahaan. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community development merupakan cikal bakal dari munculnya CSR. Community development (comdev) dengan berbagai istilah banyak dikenal dengan community empowerment developing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, dan Nilai Perusahaan

Abstrak. Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, dan Nilai Perusahaan Judul : Pengaruh CSR, Kepemilikan Manajerial dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Sektor Pertambangan pada Indeks Kompas 100 Nama : I Ketut Gede Adi Mas Sudarma NIM : 1215251028 Abstrak Nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya dicapai untuk menarik stakeholders untuk membantu menunjang kegiatan operasional perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu menarik dalam dunia bisnis dan pasar modal adalah mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement). Isu pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai

BAB I PENDAHULUAN. maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT TESIS PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL PADA PERILAKU PENURUNAN KUALITAS AUDIT NI WAYAN WIWIN INTAN WINTARI ROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini maka persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama semua perusahaan ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN

KATA PENGANTAR. dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan usaha menuntut banyak perusahaan di Indonesia untuk lebih transparan dalam mengungkap informasi perusahaan (Fuad,2006). Dalam menghadapi dampak

Lebih terperinci

TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL

TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL ANAK AGUNG DWIPAYANI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGUNGKAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dengan Pengungkapan CG maupun CSR dalam suatu perusahaan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan setiap perusahaan. Dengan tata kelola yang baik perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TESIS PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN LEVERAGE PADA MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA COKORDA ISTRI JULYANA DEWI 1291662024 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: debt equiy ratio, net profit margin, return on equity, pengungkapan wajib laporan keuangan.

ABSTRAK. Kata Kunci: debt equiy ratio, net profit margin, return on equity, pengungkapan wajib laporan keuangan. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur modal dan profitabilitas perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan pada perusahaan sektor manufaktur

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Struktur Modal Sebagai Variabel Moderasi) NI MADE SUASTINI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini pertama kali dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI TESIS PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI SAYU MADE PARWATI NIM 1391661039 NIM. 1NI391661035 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha- Nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya dasar seperti: bahan, tenaga kerja dikelola dan diolah untuk menghasilkan suatu barang atau jasa.

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan mendasar didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya dan memakmurkan para pemilik perusahaan dalam hal ini para pemegang

Lebih terperinci