BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada pengelompokan siswa secara heterogen ke dalam kelompok kecil. Siswa dalam pembelajaran kooperatif akan diajarkan untuk memiliki keterampilan khusus yaitu kerja sama. Slavin (2010: 4) mengemukakan: Penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang tepat untuk itu. Johnson & Johnson dalam Anita Lie (2004: 30) menyebutkan sistem kerja model pembelajaran kooperatif terdiri dari lima unsur, yaitu: a. Saling ketergantungan positif Faktor keberhasilan dalam suatu kelompok bergantung pada keberhasilan individu, sehingga terdapat kesinambungan dalam mencapai tujuan bersama. Guru menyusun dengan jelas kegiatan yang dirancang sehingga anggota kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sendiri untuk mencapai tujuan bersama. Evaluasi yang dilakukan guru secara menyeluruh sehingga anggota kelompok dapat memberikan kontribusi pada kelompok secara merata dan termotivasi untuk meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan bersama. b. Tanggungjawab individu Setiap individu memiliki tanggung jawab dalam memberikan usaha yang terbaik untuk mencapai tujuan bersama. Jika setiap anggota kelompok mempunyai kemauan untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya, maka mereka akan bekerja keras untuk mencapai tujuan bersama. Jika salah satu anggota kelompok 6

2 7 tidak melaksanakan tugasnya, maka kelompok itu tidak akan mencapai tujuan bersama. c. Interaksi personal Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi pesonal adalah unsur terpenting. Interaksi sosial membutuhkan komunikasi antar anggota. Dengan adanya komunikasi antar anggota maka akan timbul sinergi yang dapat memberikan keuntungan bagi kelompok. Adanya sinergi dalam kelompok akan membuat tiap anggota kelompok akan dapat saling menghargai perbedaan, hal itu berdampak bagi tiap anggota untuk memanfaatkan semaksimal mungkin kelebihan dari masing-masing anggota kelompok dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Pemikiran masing-masing anggota kelompok akan memperkaya hasil pemikiran sehingga dapat menyelesaikan masalah. d. Keahlian kerjasama Komunikasi sangat penting dalam keahlian kerjasama. Setiap anggota kelompok saling mengutarakan pendapatnya kemudian menyatukannya sehingga menjadi suatu hasil. Hal ini juga akan melatih mereka untuk belajar mendengarkan ketika orang lain berbicara, menghargai pendapat orang lain, dan belajar menyampaikan pendapat tanpa menyinggung perasaan orang lain. e. Evaluasi proses kelompok Guru menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil dari kerja kelompok, sehingga bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Rustaman dalam Ina (2009) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan berpikir rasional. Pendapat Rustaman sejalan dengan pendapat Isjoni (2011: 14) yang menyebutkan pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Lebih lanjut Isjoni (2011: 27) juga mengemukakan: Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan teman-

3 8 teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kelompok secara heterogen. Dimana setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan bersama terdapat interaksi antar anggota dimana akan terbangun kerja sama di dalam kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat membangun pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah, mengintegrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dunia pendidikan saat ini bergerak sangat cepat. Kebutuhan yang diperlukan bagi siswa untuk dapat mengikuti perkembangan jaman yang semakin maju ini pun juga meningkat. Pendidikan sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan siswa, wajib memberikan pengetahuan pengetahuan yang baru dan senantiasa relevan dengan perkembangan jaman. Sehingga siswa dapat bersaing di dunia internasional. Salah satu upaya untuk menjadikan siswa dapat bersaing di dunia internasional adalah dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa asing. Bahasa asing yang utama dipakai dalam pergaulan internasional saat ini adalah bahasa Inggris. Sehingga mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Inggris merupakan suatu syarat mutlak untuk dapat bergaul di dunia internasional. Saat ini perkembangan mata pelajaran bahasa Inggris sangat cepat. Dahulu pelajaran bahasa Inggris diperkenalkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) maka sekarang tidak hanya sekolah dasar, namun pendidikan usia dini sudah diperkenalkan bahasa Inggris. Sekarang dunia pendidikan sangat menyadari perlunya pelajaran bahasa Inggris bagi siswa. Bahasa Inggris seperti bahasa-bahasa lain pada umumnya, memiliki struktur yang berbeda dengan bahasa lainnya. Pengucapan yang juga berbeda dengan bahasa lainya. Sehingga dalam penyampaian materinya tidak mungkin

4 9 hanya di jelaskan saja, tetapi juga harus ada praktiknya, sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung dan dapat menerapkan materi yang telah di dapatkan. Membaca sebagai salah satu keterampilan dalam Bahasa Inggris yang harus dikembangkan, dengan membaca siswa dapat memperoleh informasi, sehingga siswa harus memiliki kemampuan dalam memahami bacaan. Namun pada kenyataannya meskipun sudah menerapkan latihan dalam memahami bacaan, hal itu tidaklah mudah bagi siswa untuk mendapatkan informasi yang terkandung di dalam bacaan. Upaya yang dapat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan adalah dengan menyajikan pembelajaran dengan metode yang kreatif, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami bacaan. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran diperlukan sebuah strategi belajar yang memberdayakan siswa secara aktif. Salah satunya adalah dengan membuat pola pembelajaran yang menekankan kerjasama antar siswa. Salah satu model pembelajaran yang menekankan kerja sama tim dalam menguasai kemampuan memahami bacaan adalah dengan menggunakan model kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini tidaklah sulit, tahapannya adalah membaca berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita, mengucapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali cerita, ejaan, pemeriksaan oleh pasangan, dilanjutkan dengan tes. Slavin (2010:200) menyebutkan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), yaitu sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. Hal ini berkaitan dengan tujuan utama dari CIRC yaitu menggunakan kelompok-kelompok kooperatif untuk membantu siswa dalam mempelajari kemampuan dalam memahami bacaan yang dapat diterapkan secara luas.

5 10 Unsur-unsur utama dari CIRC menurut Slavin (2010: 205) adalah: 1) Kelompok Membaca Siswa di bagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang. Kelompok ini dibagi secara heterogen, menurut tingkatan kemampuan siswa yang dapat ditentukan oleh guru. 2) Tim Siswa dibagi dalam pasangan atau trio, kemudian pasangan-pasangan itu dibagi kedalam tim yang terdiri dari pasangan atau trio dua kelompok membaca atau tingkat. 3) Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan Cerita Para siswa menggunakan bahan bacaan dasar. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan guru. Dalam kelompok guru menentukan tujuan dari membaca, memperkenalkan kosakata baru, mengulang kosakata lama, mendiskusikan cerita setelah para siswa selesai membacanya, dan sebagainya. Diskusi tentang cerita disusun untuk menekankan kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasikan masalah dalam bentuk narasi. Tahapan-tahapan kegiatan ketika siswa diberikan cerita adalah: a. Membaca berpasangan Para siswa membaca cerita dalam hati kemudian bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama dengan pasangannya, bergiliran di setiap paragrafnya. Pendengar akan mengkoreksi tiap kesalahan yang dibuat oleh pembaca. Pada tahap ini guru akan memberi penilaian untuk kinerja siswa dengan cara berkeliling dan mendengarkan saat para siswa membaca bergantian satu sama lain. b. Menulis cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita Siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang menekankan tata bahasa cerita. Setelah mereka sampai pada akhir cerita, mereka diminta untuk menghentikan bacaan dan diminta untuk mengidentifikasikan karakter, latar belakang, kejadian, dan masalah dalam cerita tersebut, dan untuk memprediksi bagaimana masalah

6 11 tersebut akan diselesaikan. Di akhir cerita para siswa kan merespon cerita secara keseluruhan dan menulis beberapa paragraf yang berkaitan dengan topik. c. Mengucapkan kata-kata dengan keras Siswa diberikan daftar kata-kata baru atau sulit yang terdapat dalam cerita. Mereka harus belajar membaca kata-kata ini dengan benar dengan tujuan agar mereka tidak ragu atau salah untuk mengucapkannya. Siswa mengucapkan daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka bisa membacanya dengan lancar. d. Makna kata Siswa diberikan daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru dalam kosakata bicara mereka dan mereka diminta untuk melihat katakata itu di dalam kamus, kemudian menuliskan definisinya dengan cara yang mudah untuk dipahami, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna dari kata tersebut. e. Menceritakan kembali cerita Setelah membaca cerita dan mendiskusikan dalam kelompok membaca mereka, siswa merangkum poin-poin utama dari cerita tersebut untuk pasangannya. f. Ejaan Siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata satu sama lainnya dan saling membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut. Siswa menggunakan strategi daftar yang hilang, dimana mereka membuat daftar baru dari kata-kata yang hilang setiap kali selesai melakukan penilaian sampai daftar itu habis. Lalu mereka membuat daftar baru lagi, mengisi daftar tersebut, mengulangi prosesnya sampai tak ada kata-kata yang hilang. 4) Pemeriksaan oleh Pasangan Jika semua sudah dilaksanakan maka pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah

7 12 menyelesaikan semua kriteria terhadap tugas tersebut. Siswa diberikan sejumlah kegiatan-kegiatan harian yang diharapkan dapat bisa diselesaikan. 5) Tes Siswa diberikan pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosakata, dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras pada guru. 6) Pengajaran Langsung dalam Memahami Bacaan Siswa mendapatkan pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaaan, seperti mengidentifikasi gagasan utama, memahami hubungan sederhana, serta membuat kesimpulan. Siswa melakukan kegiatan memahami bacaan sebagai sebuah tim. 7) Seni Berbahasa dan Menulis Integrasi Pada bagian ini penekanannya adalah pada proses menulis, kemampuan mekanika bahasa yang diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis. Pada bagian ini siswa diminta untuk membuat konsep karangan setelah berkonsultasi dengan teman satu tim dan kepada guru mengenai gagasan-gagasan mereka, rencana pengaturan, bekerja sama teman satu tim untuk merevisi isi karangan mereka, kemudian saling menyunting pekerjaan antara satu dengan yang lainnya menggunakan formulir penyuntingan yang menekankan pada kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa. Pada akhirnya, para siswa akan menerbitkan karangan akhir mereka dalam buku-buku tim atau kelas. 8) Membaca Independen dan Buku Laporan Siswa diminta untuk membaca buku yang saling ditukar setiap malam selama duapuluh menit tiap malamnya. Terdapat paraf orang tua yang menegaskan bahwa siswa telah membaca sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Nilai tim akan bertambah jika setiap individu dapat mengumpulkan formulir tersebut sesuai dengan waktunya. Kemudian siswa juga diminta untuk mengisi buku laporan secara reguler. Hal ini akan meningkatkan poin tim mereka sendiri. Membaca independen dan buku

8 13 laporan menjadi pengganti pekerjaan rumah dalam pelajaran membaca dan seni berbahasa. Maden, dkk. dalam Mohammad Nur (2011: 13) menyebutkan unsur-unsur kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah pertama, penghargaan kepada tim berupa pemberian sertifikat yang didasarkan pada kinerja kelompok. Kedua, pemberian kesempatan yang sama untuk berhasil pada setiap tim, yaitu dengan siswa bekerja pada bahan yang sesuai dengan tingkat membaca mereka. Ketiga, tanggung jawab individual dengan cara memberikan ide atau usahannya yang nantinya akan masuk pada skor kuis dan karya tulis akhir mandiri. Staven dalam Huda (2010: 126) mengemukakan: Dalam CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, baik homogen maupun heterogen. Pertama-tama, mereka mengikuti serangkaian instruksi guru tentang keterampilan membaca dan menulis, kemudian praktik, lalu pra penilaian, dan kuis. Setiap kelompok tidak bisa mengikuti kuis hingga anggota-anggota di dalamnya benar-benar siap. Dalam CIRC yang dikemukakan oleh Steven, juga terdapat reward yang akan diberikan kepada kelompok-kelompok yang anggota-anggotanya dapat menunjukkan performa yang meningkat. Kontribusi anggota pada masing-masing kelompok didasarkan pada skor kuis dan komposisi karangan yang mereka buat secara mandiri. Dari berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada kegiatan awal, inti dan akhir pada penelitian adalah: 1) Membagi kelompok secara heterogen (berpasangan) 2) Membaca cerita berpasangan 3) Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita 4) Mencari arti dari kata-kata baru atau sulit yang ada di cerita 5) Merangkum poin-poin utama cerita seperti setting, tokoh, dan pokok pikiran 6) Menuliskan di dalam formulir: a. Arti kata-kata yang baru atau sulit

9 14 b. Poin-poin utama dari cerita seperti setting, tokoh dan pokok pikiran c. Jawaban dari pertanyaan mengenai cerita dan menuliskan kembali cerita dengan menggunakan bahasa sendiri. 7) Pemeriksaan pasangan pada formulir. 8) Kuis 9) Pemberian reward pada kelompok terbaik. Dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini dapat membangun pengetahuan siswa, karena siswa dalam pembelajaran ini siswa bekerja pada dalam kelompoknya. Mereka akan bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan guru. Dalam kelompok mereka juga akan saling bantu membantu, dimana anggota kelompok yang pandai dapat membantu angggota kelompok yang masih lemah. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini terdapat kontribusi positif dari anggota kelompok. Diharapkan dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini dapat lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC terbukti efektif jika rata-rata hasil tes pemahaman bacaan kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol Membaca Membaca biasanya di pahami dengan bagaimana pembaca berinteraksi dengan apa yang ada di dalam teks. Dari sisi linguistik Anderson dalam Sunarta (2010: 2) menyebutkan bahwa membaca merupakan suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, ini berlainan dengan berbicara dan menulis yang melibatkan penyandian. Dari teori ini dapat dikatakan bahwa membaca merupakan penyandian kembali, dari bentuk tulis berubah menjadi bunyi. Sujana dalam Hartati (2011: 10) menyebutkan bahwa membaca adalah kemampuan yang kompleks, karena membaca tidaklah kegiatan yang hanya memandangi lambanglambang tertulis saja, namun lambang-lambang tersbut akan menjadi bermakna yang dengan segera dipahami oleh pembaca.

10 15 Membaca menurut Tampubolon dalam Susilo (2010: 6) adalah suatu kegiatan yang berbentuk fisik dan mental sebagai bentuk proses untuk menemukan makna dari tulisan, dalam kegiatan itu terdapat juga proses pengenalan huruf. Yang dimaksud dengan fisik adalah adanya kegiatan dari bagian tubuh, yaitu mata, dan yang dimaksud dengan mental adalah bagian pikiran, yaitu persepsi dan ingatan yang terlibat didalamnya. Tarigan dalam Hartati (2011: 10) menyebutkan bahwa membaca adalah sebuah proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata atau bahasa tulis. Finochiaro dan Bonomo dalam Nudju (2011: 9) mengatakan bahwa membaca adalah memetik dan memahami makna yang terkandung di dalam bahasa tulis. Sehingga membaca merupakan suatu proses untuk memahami makna. Makna-makna yang ada di dalam bacaan itulah yang membantu siswa untuk memahami pesan atau informasi yang terkandung di dalam suatu bacaan. Memahami pesan atau informasi yang terkandung di dalam suatu bacaan merupakan tujuan dari membaca, hal ini sejalan dengan definisi membaca yang disampaikan oleh Nunan dalam Susatyo (2011: 14) yang menyebutkan bahwa membaca merupakan proses lancar dari pembaca dalam menggabungkan informasi dari teks dan pengetahuan latar pembaca untuk membangun makna Membaca Pemahaman Dalam kegiatan membaca, seperti yang sudah disebutkan bahwasanya membaca adalah kegiatan untuk memahami bacaan, atau dalam keterampilan berbahasa disebut membaca pemahaman. Devine dalam Susatyo (2011: 15) menyebutkan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pengaktifan latar pembaca yang bekerja berdasarkan keterampilan kognitif beserta kemampuan logikanya yang bertujuan untuk mencari konsep dari teks tertulis. Pembaca, secara langsung melakukan proses memahami, menyerap informasi sekaligus juga menandai informasi yang aktual dari sebuah teks. Tarigan dalam Mahendra (2011: 7) menyebutkan membaca pemahaman bertujuan untuk memahami standar-standar kesastraan (literacy standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (primed review), serta pola-pola fiksi (patterns of fiction).

11 16 Smith dalam Susilo (2010: 6) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah proses membangun pemahaman dari teks yang ditulis. Pembaca akan menggunakan pengetahuan dan logikanya untuk memahami maksud penulis, sehingga terbentuklah suatu pemahaman. Menurut Aliyah dalam Wenasari (2010: 12) dalam membaca pemahaman guna mendapat informasi yang terkandung dalam bacaan dapat ditempuh dengan lima langkah yaitu: 1) Mencari data yang tersurat yang diambil dari detail-detail yang menunjang 2) Menyusun data menurut urutannya 3) Mencari pokok-pokok pikiran 4) Mencari fakta 5) Membedakan laporan Langkah-langkah tersebut memudahkan pembaca untuk memahami bacaan, sehingga dapat menangkap pesan atau informasi yang terkandung dalam bacaan. Tarigan dalam Susilo (2010: 7) menyebutkan beberapa aspek yang mempengaruhi keterampilan dalam membaca pemahaman, yaitu: 1) Mechanical skills yang dianggap berada pada urutan lower order, yang meliputi: a. Pengenalan huruf b. Pengenalan unsur-unsur lingustik, yaitu fonem/grafem, kata, dan kalimat c. Pengenalan pola ejaan dan bunyi d. Kecepatan membaca masih rendah 2) Comprehension skills yang dapat diungkapkan berada pada higher order, yang meliputi: a. Kemampuan memahami kata-kata dalam bacaan b. Kemampuan memahami pola-pola kalimat, bentuk kata dan susunan kalimat c. Kemampuan memahami ide-ide pokok yang disampaikan pengarang d. Kemampuan dalam menerapkan dalam karangan

12 Kemampuan Pemahaman Bacaan Pemahaman bacaan menurut Harjasusana dan Damaianti dalam Rustono (2010: 15) adalah pemahaman kalimat yang meliputi kemampuan menggunakan teori hubungan struktural antar kalimat. Pengetahuan mengenai hubungan struktural berguna dalam proses pemahaman kalimat, karena kalimat merupakan serangkaian kata-kata yang saling berkaitan mengikuti cara-cara yang spesifik. Proses pemahaman kalimat merupakan bagian dari pembaca dalam memahami isi bacaan. Goodman dalam Slamet (2006: 185) menjelaskan bahwa pemahaman membaca merupakan suatu proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Proses merekonstruksi pesan adalah berlapis, interaktif, dan terjadi proses pembentukan dan pengujian hipotesis. Merekonstruksi pesan adalah upaya dari pembaca untuk mengetahui isi dalam bacaan yang hendak disampaikan oleh penulis. Rustono (2010: 16) mengemukakan: Pemahaman bacaan adalah pengertian yang diperoleh dari aktivitas membaca. Aktivitas ini melibatkan pembaca, teks, dan isi pesan yang disampaikan penulis. Seseorang dapat dikatakan memahami bacaan apabila ia telah mendapatkan informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis, baik tersirat maupun tersurat. Dari berbagai definisi yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan pemahaman bacaan adalah sebuah kegiatan atau proses untuk mendapatkan informasi di dalam bacaan untuk memahami isi bacaan. Setelah kesimpulan pemahaman bacaan diketahui, maka dapat disimpulkan pula kemampuan pemahaman bacaan. Kemampuan pemahaman bacaan adalah kesanggupan pembaca untuk mendapatkan informasi yang ada di dalam bacaan. Dengan kemampuan tersebut pembaca dapat menggunakan pengetahuannya untuk memahami isi bacaan. Sehingga pembaca dapat menangkap maksud yang hendak disampaikan penulis, baik secara tersirat maupuan tersurat Pengukuran Pemahaman Bacaan Mengukur pemahaman bacaan siswa dapat diukur dengan pertanyaan yang berkaitan dengan maksud yang hendak disampaikan penulis, apa yang dikatakan

13 18 oleh penulis, dan hal-hal lain yang terdapat dalam bacaan itu. Anderson dalam Iyorosmana (2009) menjelaskan bahwa dalam mengukur kemampuan pemahaman bacaan dapat dilakukan dengan tiga tingkatan yaitu: 1) Tingkatan pemahaman literal. Dalam tingkatan ini pertanyaan yang dapat diberikan adalah: a. Perbuatan apa yang ada pada cerita tersebut? b. Siapa yang menjadi tokoh-tokoh utama pada cerita? c. Di mana kejadian atau hal itu berlangsung? 2) Tingkat interpretasi. Pertanyaan yang dapat diberikan pada tingkatan ini adalah: a. Apa yang hendak penulis sampaikan? b. Apa tema pokok dalam cerita? c. Bagaimana fakta ini cocok dengan apa yang telah diketahui? 3) Tingkat pemahaman diluar cerita. Pertanyaan yang dapat diberikan pada tingkatan ini adalah: a. Simbol-simbol apa yang disampaikan? b. Apakah saya mampu menyimpulkan dari apa yang dikatakan? c. Bukti-bukti apa untuk generalisasi-generalisasi berikut? Dapat disimpulkan bahwa Anderson mengungkapkan jika pemahaman bacaan dapat diukur dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat pemahaman literal yang menanyakan hal-hal yang tersurat dalam bacaan, tingkat intrepretasi yang menanyakan tentang apa yang dimaksud pengarang, dan tingkat pemahaman ketiga yang menanyakan hal-hal diluar wacana. Menurut Harris dalam Iyorosmana (2009) aspek yang diniliai dalam mengukur pemahaman bacaan terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1) Pemahaman bahasa dan tulisannya, hal ini meliputi kemampuan memahami kata-kata yang ada dalam bacaan, kemampuan memahami pola-pola kalimat, kemampuan menafsirkan dengan lambanglambang yang ada pada bacaan. 2) Gagasan, hal ini meliputi kemampuan mengenal maksud yang ingin disampaikan pengarang, kemampuan memahami gagasan-gagasan

14 19 yang mendukung pokok pikiran, dan kemampuan menarik kesimpulan. 3) Nada dan gaya, hal ini meliputi kemampuan untuk memahami sikap pengarang terhadap persoalan yang dimunculkan dan sikap pengarang terhadap pembaca, dan kemampuan memahami teknik dan gaya penulisan. Nurgiyantoro dalam Putri (2011: 35) menyebutkan bahwa Bloom membagi pengukuran pemahaman bacaan ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif meliputi kegiatan memahami bacaan secara kritis, sehingga dapat dikatakan pada aspek ini berupa kemampuan membaca. Ranah afektif meliputi sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedangkan ranah psikomotor merupakan kegiatan fisik siswa ketika membaca. Dari penjelasan tersbut dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan masuk dalam ranah kognitif. Lebih lanjut Nurgiyantoro menyebutkan bahwa dalam teori Bloom, pemahaman bacaan pada ranah kognitif terbagi dalam enam tingkatan, dimulai dari yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks. Enam tingkatan pada Bloom adalah ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan maka diberikan tes kemampuan membaca. Nurgiyantoro dalam Putri (2011: 37) menyebutkan bahwa tes kemampuan membaca dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes objektif, yang biasanya berbentuk tes esai, dan tes objektif, yang terdiri dari tes benar-salah, pilihan ganda, isian, dan penjodohan. Pada penelitian ini, tes bentuk pilihan ganda dinilai tepat untuk digunakan, karena dapat mengukur hasil belajar pada ranah kognitif pada tingkatan sederhana, yaitu ingatan, pemahaman, dan penerapan. Menurut Sudjana (2010: 48) tes bentuk pilihan ganda memiliki satu jawaban yang paling tepat. Soal tes pilihan ganda terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan, sejumlah pilihan jawaban, jawaban yang paling tepat, dan jawabanjawaban lain selain kunci jawaban atau sering disebut sebagai pengecoh.

15 20 Dari berbagai teori yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, indikator dalam mengukur kemampuan siswa memahami bacaan adalah pada tingkat pemahaman literal dan intepretasi, yang mencakup hal-hal tersurat dalam bacaan dan apa yang dimaksud oleh pengarang, seperti: 1) Kejadian apa yang terjadi dalam bacaan. 2) Tokoh-tokoh utama di dalam cerita. 3) Tempat dimana kejadian berlangsung. 4) Pikiran utama cerita. Berdasarkan teori Bloom mengenai pemahaman bacaan pada ranah kognitif, maka indikator dalam mengukur kemampuan siswa memahami bacaan pada penelitian ini adalah pada tingkatan sederhana, yaitu ingatan Pembelajaran Konvensional Dalam dunia pendidikan terdapat istilah yang tidak asing lagi, yaitu pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional seringkali disebut sebagai pembelajaran tradisional. Suyitno dalam Hanafiah (2010: 8) mengemukakan: Metode konvensional adalah cara menyampaikan pembelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara diawal pembelajaran, menerangkan materi dan contoh soal Dari definisi metode konvensional yang disebutkan oleh Suyitno, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pada metode konvensional bersifat teachercentered, atau terpusat pada guru. Guru lebih mendominasi dalam pembelajaran, sehingga guru lebih banyak berbicara, dan siswa sebagai pendengar. Hanafiah dalam jurnalnya (2010: 8) menyebutkan bahwa guru yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran menyusun materi pelajaran secara hirearkis dan sistematis, hal ini berakibat guru yang menerangkan dan siswa hanya menerima. Dalam pembelajaran yang menggunakan metode konvensional guru lebih aktif dan siswa hanya pasif. Siswa mendapatkan kesempatan untuk berbicara ketika

16 21 bertanya tentang materi yang belum diketahui. Selebihnya siswa akan diberi latihan soal dari guru jika materi pelajaran telah selesai disampaikan oleh guru Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bahasa Inggris sangat cepat berkembang dan banyak digunakan oleh banyak negara, bahasa Inggris menjadi bahasa internasional dan banyak digunakan sebagai alat komunikasi antar negara. Berdasarkan hal itu bahasa Inggris masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Pembelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan sejak tahun 1992 berdasarkan kebijakan Depdikbud RI No. 0487/4/1992. Dalam kebijakan tersebut menyatakan bahwa Sekolah Dasar dapat menambah mata pelajaran tambahan dengan ketentuan sepanjang penambahan itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Adanya mata pelajaran bahasa Inggris semakin diperkuat dengan adanya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 60/U/1993 yang menyebutkan bahwa bahasa Inggris mulai diajarkan pada Sekolah Dasar kelas IV. Hal itu memperkuat kedudukan bahasa Inggris di Sekolah Dasar yaitu dengan memasukkannya ke dalam struktur kurikulum muatan lokal. Standar Isi (2006:403) mengemukakan: Pendidikan bahasa Inggris di SD/MIdimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompyaning action. Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat here and now. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks situasi Inilah kompetensi yang hendak diajarkan pada siswa, yaitu supaya mereka dapat memliki kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks. Lebih lanjut Standar Isi (2006: 403) menyebutkan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar adalah: 1) Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah.

17 22 2) Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global. Standar Isi (2006: 403) juga menetapkan ruang lingkup bahasa Inggris, yaitu: 1) Mendengarkan 2) Berbicara 3) Membaca 4) Menulis Empat kemampuan tersebut digunakan untuk berkomunikasi secara lisan terbatas dalam konteks sekolah. Keterampilan menulis dan membaca diarahkan untuk memperkuat pembelajaran dalam komunikasi lisan. Mengingat empat kemampuan tersebut digunakan untuk berkomunikasi lisan yang dibatasi dalam konteks sekolah, maka pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar berada di tahap pemula (beginner) Kajian Hasil Penelitian yang Relevan a. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sprayituo pada tahun 2010 dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Ditinjau dari Kemampuan Awal Mata Pelajaran Bahasa Jawa Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Gombong hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran menggunakan metode CIRC dengan metode pembelajaran Ekspositori terhadap kemampuan membaca pemahaman bahasa Jawa. Hal ini dapat diketahui dengan perolehan F, = lebih besar dari F(o,95;1;136) =6,98 dengan taraf signifikansi 0,05, sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya. b. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Evi Irmawati, S.Pd pada tahun 2011 dengan judul Penerapan Metode CIRC dalam Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama dalam Wacana pada Siswa Kelas VII A SMP NU Suruh Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 menyimpulkan bahwa Pada tahap prasiklus diperoleh rata-rata nilai siswa adalah 51,3. Pada siklus I rata-rata nilai meningkat menjadi 69,4, dan pada

18 23 siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 87,5. Dapat dilihat adanya peningkatan pada siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan gagasan utama dalam wacana dengan menggunakan metode CIRC. Penelitian tersebut di atas walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan penelitian ini yaitu pembelajaran berbahasa kaitannya dengan kemampuan memahami bacaan. Dengan demikian penelitian di atas sangat mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini menekankan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam meningkatkan kemampuan memahami bacaan pada mata pelajaran bahasa Inggris dan lebih baik daripada pembelajaran konvensional Kerangka Berpikir Bahasa Inggris: Listening, Reading, Writing, Speaking Reading: Memahami bacaan Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe CIRC: 1. Membagi kelompok berpasangan 2. Membaca cerita berpasangan 3. Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita 4. Mencari makna kata 5. Merangkum poin utama cerita 6. Menulis formulir: a. Makna kata b. Poin utama c. Jawaban pertanyaan seputar cerita 7. Pemeriksaan pasangan 8. Kuis 9. Reward Langkah-langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional: 1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Evaluasi Kemampuan memahami bacaan Kemampuan memahami bacaan Gambar 1: Kerangka Berpikir

19 24 Pelajaran bahasa Inggris memiliki empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara (Reading, writing, listening, and speaking). Membaca sebagai kegiatan untuk memperoleh informasi tidak terlepas dari masalah dalam implementasinya di Sekolah Dasar. Masalah yang ada pada pelajaran bahasa Inggris dalam keterampilan membaca, khususnya dalam memahami bacaan adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan kurangnya kreatifitas guru dalam mengembangkan metode pembelajaran. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Pembelajaran dengan metode konvensional seperti itu mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan rendah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diharapkan akan membuat siswa lebih mudah untuk memahami bacaan. Pembelajaran dengan sistem kelompok akan membangun pengetahuan siswa, karena siswa akan menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit bersama-sama di dalam kelompok. Penggunaan metode ini diharapkan siswa menjadi lebih tertarik sehingga meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami bacaan. Karena dalam metode CIRC siswa akan membaca bacaan secara berpasangan, menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita, mencari makna kata-kata yang sulit, merangkum poin-poin utama, kemudian pemeriksaan berpasangan yang meliputi arti kata yang sulit, poin-poin utama dalam cerita, dan jawaban atas pertanyaan yang bersumber dari bacaan, pemberikan kuis, dan reward. Pembelajaran dengan menggunakan metode konvesional, pembelajaran disampaikan dengan ceramah, tanya jawab dan pemberian evaluasi. Sehingga pembelajaran terpusat pada guru. Dalam penelitian ini akan dicari manakah yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan, antara pembelajaran kooperatif tipe CIRC atau pembelajaran konvensional.

20 Hipotesis Di duga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Maka dapat dirumuskan hasil uji hipotesis sebagai berikut: 1) H 0 Tidak ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan memahami bacaan. 2) H 1 Ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan memahami bacaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca adalah salah satu keterampilan yang sangat penting di dalam kehidupan. Karena hampir semua pengetahuan menyajikan ilmunya dalam bentuk teks tulisan yang mana

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, merupakan bahasa asing pertama yang harus diajarkan di sekolah mulai dari tingkat dasar. Hal ini ditegaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di indonesia ilmu pengetahuan dan tekhnologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa asing, keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar meliputi 4 keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (listening

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran membaca merupakan salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Memasuki era globalisasi, bahasa Inggris telah banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara guru dan siswa yang di dalamnya terdapat proses belajar dan membelajarkan. Selain interaksi dengan guru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman.

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Talking Stick dan CIRC a. Pengertian model pembelajaran Cooperative tipe Talking Stick Cooperative learning adalah belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH YOPI SANTRI YENI NPM

ARTIKEL ILMIAH YOPI SANTRI YENI NPM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) ARTIKEL ILMIAH YOPI SANTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Kita mengenal bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dalam kehidupan kita, seperti artikel,

Lebih terperinci

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan Abstrak Ada nilai tambah yang didapat seseorang dalam melakukan kegiatan membaca. Satu diantaranya, orang menjadi luas cakrawala kehidupannya, terbebas dari penjara dunia yang sempit dan terbatas, baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.memecahkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat komponen keterampilan berbahasa yang harus dikuasai seseorang untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik. Keterampilan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menyadari akan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar Calistung (Membaca, menulis dan berhitung), Pengetahuan dan keterampilan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai. Keterampilan membaca merupakan proses reseptif yang diperlukan sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa terbagi menjadi empat aspek. Salah satu aspek kemampuan tersebut adalah kemampuan menulis. Menulis berkaitan dengan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW inamika Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR ERITA PENEK MELALUI METOE JIGSAW S Negeri Kasimpar Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan Sebelum melaksanakan penelitian ini, langkah yang ditempuh peneliti yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel 2 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa memiliki peran yang sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu 1 2 memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua aspek utama demi tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran; dimana keduanya secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG Oleh: Mira Elfiza, Andria Catri Tamsin, Zulfikarni Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang mempunyai peran sentral dalam keberhasilan peserta didik mempelajari semua bidang studi. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis menjadi keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, baik selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Tujuan umum pembelajaran menulis adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi dasar membaca yang tercantum adalah menemukan gagasan

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi dasar membaca yang tercantum adalah menemukan gagasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING Oleh : Cece Gosul NIM.08.21.0838 Email :meinstein43@gmail.com PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SISWA KELAS IX SMP SWASTA AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SITI

Lebih terperinci

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA Lilik Sumarti Universitas

Lebih terperinci

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan berdampak pada

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN PANJATAN Oleh: Woro Rukmi Estiningtyas 1, Imam

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 SMP Negeri 3 Comal, Kab. Pemalang Abstrak Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu dari model

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : PENERAPAN METODE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat

Lebih terperinci