BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap manusia di dunia untuk mempertahankan hidupnya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap manusia di dunia untuk mempertahankan hidupnya."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A). Latar Belakang Masalah Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan dan harus dipenuhi oleh setiap manusia di dunia untuk mempertahankan hidupnya. Seiring dengan pertambahan penduduk yang tiap tahun kian meningkat, diiringi pula oleh kenaikan permintaan akan kebutuhan pangan. Berbagai cara akan ditempuh untuk memenuhi kebutuhan pangan yang berkualitas, sesuai dengan standard tertentu, dan merata. Perkembangan dalam bidang pertanian khususnya penerapan teknologi dan inovasi sangat diperlukan dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan suatu negara untuk menjamin cadangan ketersediaan bahan pangan dapat tercukupi. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga ketersediaan bahan pangan terus ditingkatkan. Tantangan era globalisasi dan liberalisasi perdagangan telah dapat dirasakan saat ini, komoditas pertanian telah menjadi sektor terpenting. Dalam hal ini, sektor pertanian berbeda dengan sektor lainnya, karena pada dasarnya bersifat multi-dimensional dengan kemungkinan dampak politis dan sosial yang cukup luas. 1 Guna mencukupi kebutuhan akan pangan banyak negara yang 1 H.S Kartadjoemena, GATT WTO dan hasil Uruguay Round, Jakarta: UI Press, 1998 cetakan kedua, Hlm

2 melakukan kegiatan ekspor dan impor bahan pangan, sehingga diwujudkan dalam bentuk kerjasama ekonomi khususnya perdagangan antar negara baik secara regional, bilateral maupun multilateral. Dengan adanya kegiatan perdagangan tersebut, maka untuk menghindari kecurangan, menciptakan keadilan (Fairness), dan arus perdagangan barang dan jasa menjadi lancar tanpa hambatan maka dibentuklah WTO. WTO terbentuk mulai 1 Januari merupakan suatu lembaga perdagangan multilateral yang permanen, sebagai lembaga penerus GATT. Dengan terbentuknya WTO, maka GATT sebagai organisasi Internasional berakhir. GATT 1947 kini diintegrasikan ke dalam salah satu perjanjian yang merupakan ANNEX perjanjian WTO, yakni Multilateral Agreement on Trade in Goods. 3 Perkembangan masalah dan prospek perdagangan hasil pertanian dalam perundingan Putaran Uruguay 4 jelas bukan sesuatu hal yang baru. Pembicaraan mengenai perdagangan hasil pertanian dalam Putaran Uruguay tidak dapat dipisahkan dari persoalan-persoalan lain. Seperti diketahui, dalam Deklarasi Punta del Este 5 yang dikeluarkan pada pertemuan menteri-menteri perdagangan negara-negara anggota 2 Dr. Hata, SH., MH., Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO Aspek-Aspek Hukum dan Non Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006 Hlm Syahmin AK., SH.,MH., Hukum Dagang Internasional (Dalam Kerangka Studi Analitis), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, Hlm Putaran Uruguay merupakan perundingan multilateral untuk menata kembali aturan main di bidang perdagangan internasional, berlangsung sejak September 1986 hingga akhir April Perundingan tersebut merupakan suatu upaya untuk memperkuat sistem GATT dan mencegah semakin meningkatnya kecenderungan proteksionisme di berbagai negara penting, terutama di Negara maju. (Op. Cit., H.S Kartadjoemena, Hlm. 3) 5 Deklarasi Punta del Este diselenggarakan di Punta del Este, Uruguay pada September 1986 dan merupakan dasar perundingan Uruguay Round. Dekalarsi tersebut menentukan substansi yang akan dirundingkan maupun cara atau modalitas dari pengendalian perundingan. (Ibid, Kartadjomena Hlm. 6) 2

3 GATT pada September 1986, terdapat 15 pokok pembicaraan yang disetujui untuk dirundingkan. Di dalam ke-15 pokok pembicaraan ini termasuk pokok-pokok pembicaraan yang bertahun-tahun dibicarakan, seperti pertanian, barang-barang yang dihasilkan oleh negara-negara tropis, tekstil dan pakaian jadi, serta industri yang mengolah sumber daya alam. 6 Perundingan Uruguay Round di bidang pertanian merupakan perundingan yang paling penuh dengan kontrovensi. Hal yang lebih serius lagi adalah bahwa kontrovensi di bidang pertanian merupakan hal yang sangat kritis terhadap sistem perdagangan dunia karena melibatkan 2 (dua) pusat kekuatan ekonomi utama, yakni AS dan UE 7. Berbagai kendala dihadapi dalam setiap perundingan yang membahas masalah di bidang pertanian. Peran 2 (dua) kekuatan ekonomi utama tersebut sangat besar dalam pengambilan keputusan di tingkat multilateral. Terlebih lagi dari sikap AS dan UE mendesak agar negara-negara berkembang untuk dapat membuka pasar sebesar-besarnya untuk produk manufaktur dengan penurunan tarrif pada sektor perindustrian. Sebaliknya negara-negara berkembang menginginkan akses pasar yang lebih besar bagi produk pertanian mereka di AS dan UE, berupa penghapusan kebijakan subsidi dan menurunkan tingkat tarrif. 8 6 Suhadi Mangkusuwondo, Perdagangan dan Pembangunan: Tantangan, Peluang, dan kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1992 hlm Uni Eropa (disingkat UE) adalah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang beranggotakan negara-negara Eropa. Sejak 1 Juli 2013 telah memiliki 28 negara anggota. Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht) pada 1992 ( diakses pada 4 September 2013 pukul 9:40 am ) 8 BBC News, (Tuesday, 29 July 2008). World trade talks end in collapse diakses pada 4/9/2013 pukul 12:55PM 3

4 Dalam hal ini UE menjadi kendala dalam perundingan bidang pertanian, dengan tetap mempertahankan pemberian subsidi kepada petani di negara-negara anggota UE. Hal yang dilakukan oleh UE telah menjadi faktor penghambat bagi negara-negara berkembang untuk memasuki pasar pertanian, sehingga produk pertanian negara-negara tidak dapat bersaing dengan produk pertanian UE. Sehingga tercipta perdagangan yang tidak adil, dan mencerminkan tindakan proteksi negara dan regional pada sektor pertanian. Meskipun perundingan tentang sektor pertanian di tingkat WTO telah dimulai sejak putaran Uruguay Round pada September Dalam perundingan tersebut memiliki agenda tentang pembukaan pasar bagi setiap negara, penurunan tarrif perdagangan, dan bantuan ekspor bagi produk-produk pertanian. Pada November 2001, para anggota WTO mengadakan pertemuan di Doha, Qatar dan menyetujui the Doha Development Agenda yang memiliki tujuan untuk membuka negosiasi, untuk membuka pasar pertanian, barang-barang manufaktur, dan jasa. 9 Di antara topik-topik perundingan tersebut, perjanjian pertanian menjadi perhatian negara berkembang karena sektor ini menjadi pilar ekonomi di banyak negara berkembang. Sehingga bersamaan dengan lahirnya WTO pada 1 Januari 1995, maka perjanjian pertanian (AoA) pun mulai efektif diberlakukan. Dengan penandatanganan AoA tersebut, perdagangan produk pertanian secara internasional dan dalam negeri diatur secara ketat dalam kerangka WTO. AoA merupakan isu baru dalam Uruguay 9 BBC News (Wednesday, 15 February 2012). Timeline: World Trade Organization, diakses pada 4 September 2013 pukul 12:12pm 4

5 Round, selain jasa dan HAKI. Dengan menempatkan AoA dalam kerangka WTO, secara otomatis WTO memiliki peran sebagai pengendali dan penentu sektor pertanian di negara-negara anggota. Karena, WTO merupakan sebuah peranjian yang bersifat legally binding (mengikat secara hukum). 10 AoA merupakan hasil dari Uruguay Round yang digelar antara tahun Ada tujuh 11 putaran sebelumnya tidak dimasukkan sektor pertanian sebagai agenda pembahasan. Sehingga Uruguay Round adalah putaran perdana yang memberikan perhatian pada liberalisasi pertanian yang mengharuskan negara anggota meningkatkan akses pasar, mengurangi bantuan domestik serta subsidi pasar. Perundingan di bidang pertanian meliputi tiga pilar utama, yaitu subsidi/bantuan domestik (domestic support), promosi/subsidi ekspor (export promotion/subsidy), akses pasar (market access). Perjanjian mengenai pertanian masuk ke dalam WTO sebenarnya atas perjuangan negara sedang berkembang. Pada masa putaran Uruguay, negara berkembang merasa bahwa peraturan perdagangan internasional hanya menguntungkan negara maju karena aspek yang dicakupnya memberikan keuntungan komparatif kepada produk negara maju. GATT artikel XVI Section B menyatakan bahwa dengan pemberian subsidi pada setiap produk ekspor akan memberikan dampak kerugian bagi negara lain. Hal ini dikarenakan produk yang menerima subsidi akan memiliki daya saing yang lebih 10 Bonnie Setiawan, Globalisasi Pertanian: Ancaman atas Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani, Jakarta: Institue for Global Justice, 2003 Hlm Geneva 1947, Annecy 1948, Torquay 1950, Geneva 1956, Dillon Round Geneva , Kennedy Round Geneva , Tokyo Round Geneva ( M Hawin, Bahan Ajar Hukum Dagang Internasional, Fakultas Hukum UGM: Yogyakarta, 2012) 5

6 baik, dilihat dari segi harga dan kualitas, jika dibandingkan dengan produk yang tidak mendapatkan subsidi. 12 Sehingga perdagangan yang seperti itu sudah pasti akan menimbulkan ketidakadilan dan persaingan yang tidak sehat, karena adanya perlakuan istimewa yang diterapkan dalam perdagangan tersebut. UE meskipun kategori 2 kekuatan ekonomi terbesar dunia, namun di sisi lain UE sangat melindungi sektor pertaniannya. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor terpenting dalam perekonomian Uni Eropa CAP merupakan kebijakan pertanian Uni Eropa yang telah disepakati pada tahun an. Kondisi Eropa pasca perang sangat jauh berbeda kondisi Eropa saat ini. Pada awalnya kebijakan pertanian tersebut dibuat sebagai akibat adanya trauma pasca perang dan kelaparan yang terjadi sebagian besar wilayah Eropa, yang mana untuk menjamin ketersediaan pangan pasca perang Eropa maka masing-masing negara diwajibkan memberikan subsisi kepada petani yang memproduksi produk gandum, anggur, dan susu. Sehingga untuk menangani masalah krisis pangan pasca perang, maka Eropa membuat kebijakan pertaniannya yang dikenal dengan CAP, merupakan kemitraan antara pertanian dan masyarakat, antara Eropa dan para petaninya. CAP sendiri dibentuk tahun 1958 guna meningkatkan produksi, menjamin pendapatan yang layak bagi petani namun tetap menawarkan harga pangan yang terjangkau masyarakat, serta menstabilkan pasar hasil pertanian di UE (Masyarakat Ekonomi Eropa). Melalui Legal Text: The General Agreement on Tarrifs and Trades (GATT 1947) diakses pada 10:17am 10/09/ Kesalahan-Sama diakses pada 10/9/2013 pukul 10:55am 6

7 CAP, UE memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan bersama menyangkut harga, peraturan, harmonisasi administrasi, subsidi, dan perlindungan pasar pertanian dari persaingan internasional. 14 Namun, pada 30 Juli 1962 negara anggota UE sepakat untuk membentuk usaha bersama dalam kerangka CAP. 15 Adapun tujuan CAP yang tercantum dalam The Treaty of Rome adalah untuk meningkatkan produltivitas pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani, stabilitas pasar, serta memberikan jaminan akan ketersediaan pangan dan harga yang layak bagi konsumen. 16 Sehingga CAP Uni Eropa merupakan salah satu kebijakan pertanian yang sangat proteksionis di dunia serta memiliki dampak merusak terhadap ketahanan pangan di negara-negara berkembang. Kebijakan CAP UE didukung oleh anggaran sebesar 40 milyar Euro per tahun. 17 Dukungan CAP terhadap petani tersebut berbentuk pembayaran langsung, harga-harga intervensi, fasilitas-fasilitas penyimpanan untuk surplus produksi, dan subsidi-subsidi ekspor. Subsidi-subsidi ekspor CAP tersebut memungkinkan produksi Uni Eropa mampu bersaing dengan produksi petani di negara berkembang. Berbagai 14 Common Agricultural Policy, diakses 4/12/2013 4:45pm 15 Perkembangan Uni Eropa, 16 The Treaty of Rome, rometreaty2.pdf diakses pada 8:56am 19/9/ Common Agricultural Policy, Ibid 7

8 hambatan impor Uni Eropa juga telah merebut peluang ekspor kaum petani di negaranegara berkembang. 18 Di negara berkembang yang sebagian besar merupakan negara agraris, sektor pertanian merupakan faktor terpenting untuk mewujudkan ketahanan pangan. Tidak hanya untuk ketahanan pangan, namun untuk menekan angka pengangguran, sehingga adanya hubungan erat antara pertumbuhan pertanian dengan pengurangan kemiskinan pada negara-negara tersebut. Sehingga untuk memperoleh keuntungan maka para petani berupaya untuk menghasilkan panen yang berkualitas agar dapat diekspor ke negara-negara lain. Namun usaha negara berkembang tidak dapat menikmati keuntungan tersebut. Meskipun UE sebagian besar terdiri atas negara maju secara ekonomi, dengan adanya CAP yang sangat melindungi kesejahteraan petani, maka pemberian subsidi terhadap produk lokal sangat diutamakan. Pada awalnya subsidi itu dipergunakan untuk melipat-gandakan produksi pertanian. Dampaknya adalah kelebihan produksi dalam bentuk apa yang disebut lautan susu, gunung mentega dan masih banyak lagi, yang tidak mampu lagi ditampung pasar. 19 Akibat dari kelebihan produksi tersebut, maka UE mengekspor ke negara non UE, negara berkembang dengan harga yang lebih murah. Sehingga yang lebih dirugikan adalah negara berkembang, karena pasar domestiknya dibanjiri oleh produk-produk pertanian dari UE. Sehingga negara berkembang mengalami kesulitan 18 John Madeley, Loba, Keranjingan Berdagang : Kaum Miskin Tumbal Perdagangan Bebas (Yogyakarta ; Cindelaras, 2005) diterjemahkan oleh JD. Bowo Santosa, hlm Subsidi Bidang Pertanian Uni Eropa, , diakses pada 4/12/2013 5:04pm 8

9 untuk memasuki pasar UE, karena produk dari negara berkembang tidak dapat berkompetisi dengan produk UE yang telah mendapatkan subsidi. Dengan produk lokal yang berkualitas maka para pembeli di UE akan lebih memilih produk lokal dari pada produk import. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian negara-negara akan memberikan perlakuan khusus dalam bidang pertanian. Hal tersebut dilakukan guna melindungi produk pertanian dalam negerinya dari produk import, sebagai akibat dari perdagangan internasional. Dalam hal ini CAP telah melukai para petani di negara-negara berkembang dengan dua cara, yaitu menghancurkan produsen-produsen di negara berkembang dengan dumping dan subsidi barang-barang di pasar lokal mereka dan mengurangi potensi ekspor pertanian ke negara-negara berkembang baik ke negara-negara Eropa maupun pasar-pasar pada negara ketiga. Subsidi yang diberikan oleh UE atas produk pertaniannya telah merugikan petani di negara berkembang mencapai US$17 miliar setiap tahunnya. 20 Subsidi merupakan bagian dari hambatan perdagangan internasional. Dengan subsidi pertanian Uni Eropa telah memberikan dampak buruk bagi negara berkembang. Subsidi Uni Eropa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup petani di Uni Eropa, sehingga para petani dapat menjual hasil panennya ke luar negeri dengan harga murah (dumping). 20 VivaNews: Antique, Elly Setyo Rini, Subsidi Pertanian Rugikan Negara Berkembang, Jum'at, 5 Juni subsidi_pertanian_rugikan_negara_berkembang diakses pada 11:00am 13/09/2013 9

10 Subsidi dan dumping yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap bidang pertanian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan aturan WTO. Maka dari itu, perundingan di bidang pertanian merupakan perundingan yang paling penuh dengan kontrovensi. Kontrovensi tersebut tidak hanya berasal dari level internasional saja, melainkan beberapa dari internal Uni Eropa. CAP dianggap berbahaya dan akan merugikan jika tetap dijalankan serta tidak disesuaikan kembali. Oleh sebab itu, CAP harus segera diubah dan diselaraskan dengan aturan-aturan WTO agar tercipta perdagangan yang adil. B). Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian yang terpapar dari latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka permasalahan-permasalahan pokok dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran yang dilakukan UE dengan adanya CAP terhadap Agreement on Agriculture WTO? 2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh CAP terhadap negara berkembang khususnya Indonesia? 3. Bagaimanakah upaya negara berkembang khususnya Indonesia dalam menghadapi kebijakan pertanian Uni Eropa (CAP)? 10

11 C). Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran yang dilakukan Uni Eropa dengan CAP terhadap WTO, 2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari CAP terhadap negara berkembang khususnya Indonesia, 3. Untuk mengetahui bentuk upaya-upaya yang dilakukan oleh negara berkembang khususnya Indonesia dalam menghadapi kebijakan pertanian UE. D). Manfaat Penelitian Penelitian ini akan sangat berguna baik untuk para praktisi maupun akademisi: 1. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pembuat kebijaksanaan atau pembentuk hukum di bidang ekonomi dalam rangka penyempurnaan aturan-aturan yang baik dalam kebijakan pertanian Uni Eropa. 2. Kegunaan Teoritis Penelitian ini pun akan sangat bermanfaat dalam pengembangan ilmu hukum dan dapat digunakan sebagai data sekunder, khususnya bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan 11

12 ekonomi yang menyeimbangkan kepentingan negara maju dan negara berkembang. E). Keaslian Penelitian Penelitian tentang kebijakan pertanian WTO (AoA / Agreement on Agriclutural ) maupun kebijakan pertanian Uni Eropa (CAP / Common Agricultural Policy) telah banyak dilakukan oleh para peneliti, namun penelitian tersebut ditinjau dari prespektif yang berbeda sehingga dalam dunia pengetahuan tidak ada satu penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang memiliki persamaan prespektif atau sudut pandang. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam bagian keaslian penelitian ini, peneliti mencoba membuat tabel perbedaan dengan peneliti sebelumnya yang mengambil tema yang sama. Berikut tabelnya: No Nama Peneliti 1 Ardhilla Parama'arta Jenis Penelitian Thesis 2009 Judul Penelitian Diplomasi Uni Eropa Pada perundingan Sektor Pertanian WTO (Studi Kasus: Common Agricultural Policy / CAP) Fokus Penelitian 1. Upaya UE dalam memperjuangkan CAP di Forum WTO 2. Kontroversi CAP Uni Eropa di WTO 3. Posisi UE terhadap isu pertanian dalam Doha Development Agenda 12

13 2 Imelda Diana Thesis Fenita Oktaviana Kebijakan Pertanian Bersama Uni Eropa dalam Liberalisasi Perdagangan Dunia Tinjauan mengenai Agreement on Agriculture (AoA) WTO terhadap Common Agricultural Policy (CAP) Uni Eropa 1. Proses perundingan internasional yang berkaitan dengan perdebatan CAP antara Uni Eropa dengan negaranegara lainnya dalam kerangka WTO. 2. Dampak CAP dalam proses liberalisasi ekonomi dunia 3. Dampak internal dari Uni Eropa terhadap CAP 1. Dampak yang ditimbulkan oleh CAP terhadap negara berkembang (Indonesia), 2. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh UE dengan CAP terhadap AoA WTO, 3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Negara berkembang (Indonesia) dalam menghadapi kebijakan pertanian UE. 13

14 F) Tinjauan Pustaka Pada bagian ini memuat uraian secara sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitan pertama dari Ardhilla Parama'arta dengan judul Diplomasi Uni Eropa Pada perundingan Sektor Pertanian WTO (Studi Kasus: Common Agricultural Policy / CAP), dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa diplomasi yang digunakan oleh Uni Eropa untuk memperjuangkan kepentingan konstituen domestiknya, karena sektor pertanian merupakan suatu kebijakan yang sangat dibutuhkan oleh Komisi Eropa untuk mendanai dan mendukung produktivitas pertanian. Sehingga subsidi ekspor dan bantuan domestik merupaka dua hal pendukung dalam CAP yang sangat berperan penting dalam pertanian Eropa. Penelitian kedua oleh Imelda Diana dengan judul Kebijakan Pertanian Bersama Uni Eropa dalam Liberalisasi Perdagangan Dunia. Dalam penelitiannya, beliau memaparkan mengenai CAP yang ditinjau dari perspektif internal dan eksternal. Dari internalnya, perdebatan CAP di antara anggota Uni Eropa sendiri seperti Inggris, Prancis, lalu pro-kontra dalam CAP, serta pencemaran lingkungan dan perkembangan bioteknologi. Dari segi eksternalnya, GATT dan WTO yang mana Uni Eropa dengan CAP-nya harus mengurangi subsidi ekspor pertanian, serta pengurangan proteksionisme dengan pemotongan berbagai bentuk subsidi. Dalam penelitiannya, penulis lebih memfokuskan pada dampak yang ditimbulkan oleh CAP terhadap negara berkembang, serta mengenai bentuk-bentuk proteksionisme yang dilakukan oleh Uni Eropa dengan CAP-nya, dan upaya yang 14

15 dilakukan oleh negara berkembang dalam menghadapi CAP Uni Eropa dalam perdagangan Internasional. G). Metode Penelitian Dalam suatu penelitian jelas harus menggunakan metode, karena ciri khas ilmu adalah dengan penggunaan metode. Metode berarti penyelidikan yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu. Menempuh suatu jalan tertentu untuk mencapai tujuan, artinya peneliti tidak bekerja secara acak-acakan. Langkah-langkah yang diambil harus jelas serta ada batasan-batasan tertentu untuk menghindari jalan yang menyesatkan dan tidak terkendali. 21 Adapun susunan dari metode penelitian yang dibuat oleh penulis sebagai berikut: 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian thesis ini merupakan penelitian yuridis normati, penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau datam sekunder belaka melalui studi dokumen. Penelitian yuridis normatif mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematik hukum, penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, metode penelitian ini dipergunakan untuk membuat uraian secara jelas, sistematis, nyata dan tegas yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan fakta-fakta yang diinginkan. Kemudian untuk melihat pengaruh 21 Dr. Johnny Ibrahim, S.H., M.Hum., Teori & Metodologi Peneltian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing: Surabaya hlm

16 ketentuan-ketentuan AoA dalam WTO terhadap ketentuan kebijakan pertanian Uni Eropa serta dampak yang ditimbulkan dari CAP. 2. Bahan Penelitian a. Bahan Hukum Primer, GATT, WTO, AoA, dan Treaty of Rome. b. Bahan Hukum Sekunder, berupa textbook, buku-buku, jurnal-jurnal, surat kabar, tulisan ilmiah, dan bahan-bahan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diteliti. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti: Kamus besar bahasa Indonesia, Black s law dictionary, dan Encyclopedia of international law. 3. Analisis Bahan Hukum Adapun metode analisa data dilakukan dengan analisa kualitatif, yaitu suatu cara pendekatan dengan menghubungkan faktor-faktor dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penelitian sehingga didapatkan hasil atau jawaban yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. H). Sistematika Penulisan Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari sub bab-sub bab, yang meliputi sub bab pertama tentang Latar Belakang Masalah kebijakan pertanian Uni Eropa yang bertentangan dengan kebijakan pertanian WTO, serta kebijakan perdagangan WTO lainnya. Kemudian sub bab 16

17 kedua mengenai Identifikasi Pokok Masalah. Pada sub bab ketiga merupakan Tujuan Penulisan. Lalu dibagian sub bab keempat adalah Manfaat Penelitian. Sub bab kelima merupakan keaslian penelitian yang mana peneliti membuat tabel tentang penelitian yang sejenis namun berbeda dalam hal fokus penelitian. Sub bab keenam adalah tinjauan pustaka, sub bab ini merupakan penjabaran dari tabel keaslian penelitian yang dibuat oleh peneliti, sehingga adanya uraian yang membedakan anatar peneliti yang satu dengan yang lainnya. Sub bab ketujuh adalah metode penelitian, yang mencakup paparan tentang metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam menelaah permasalahan yang diteliti. Sub bab yang terakhir dari bab ini adalah sistematika penulisan yang berisi mengenai pemaparan secara singkat dari susunan penulisan. Bab II : Pada bab ini merupakan bab yang berisi konsep-konsep, teori-teori, peraturan-peraturan, yang mana bab II ini akan menjadi acuan dalam menganalisa pokok permasalahan yang ada, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan analisa dan mencari jawaban. Bab III : Merupakan metodologi penelitian. Bab III ini diperjelas kembali tentang cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data sehingga dapat mengolahnya, serta memudahkan penyelesaian pada bab IV. 17

18 Bab IV : Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Agreement on Agriculture (AoA) yg diatur di dalam perjanjian WTO dan pengaruhnya terhadap kebijakan pertanian Uni Eropa, serta dampak yang ditimbulkan dari CAP. Bab V : Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. 18

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi

BAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi 66 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi internasional yaitu World Trade Organization. Sektor pertanian merupakan salah satu bidang yang menjadi

Lebih terperinci

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL GLOBAL TRADING SYSTEM 1. Tarif GATT (1947) WTO (1995) 2. Subsidi 3. Kuota 4. VERs 5. ad. Policy 6. PKL NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA TRADE BARRIERS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan manusia. Perdagangan dipercaya sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara negara maju bidang hak kekayaan intelektual ini sudah mencapai suatu titik dimana masyarakat sangat menghargai dan menyadari pentingnya peranan hak kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini, secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat, penegakan hukum sangat berperan penting, tidak hanya mengatur bagaimana manusia berperilaku,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 BAHAN KULIAH WORLD TRADE ORGANIZATION Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 SEJARAH TERBENTUKNYA GATT (1) Kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Cairns Group adalah sebuah koalisi campuran antara negara maju dan negara berkembang yang merasa kepentingannya sebagai pengekspor komoditas pertanian selain dua kubu besar

Lebih terperinci

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN STUDI ANTISIPASI GATT

LAPORAN PENDAHULUAN STUDI ANTISIPASI GATT LAPORAN PENDAHULUAN STUDI ANTISIPASI GATT Lembaga Penyelidikan Ekonnomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Salemba Raya 4, Jakarta, 10430 Telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World Trade Organization ditandatangani para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi 329 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat tekanan

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO), Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perjanjian Bidang Pertanian/ Agreement on Agriculture merupakan salah satu jenis perjanjian multilateral yang disepakati di dalam WTO. Secara umum, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang berdirinya the World Trade Organization (WTO) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang berdirinya the World Trade Organization (WTO) tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang berdirinya the World Trade Organization (WTO) tidak terlepas dari peristiwa sejarah yaitu Perang Dunia II (PD II). Pada waktu berlangsungnya PD II, Negara

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO WTO (World Trade Organization) adalah organisasi perdagangan dunia yang berfungsi untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses gobalisasi sudah melanda hampir di semua negara di dunia,termasuk di Indonesia. Globalisasi berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dan juga negara-negara,tidak

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION Oleh : A.A. Istri Indraswari I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Protection

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) (TINJAUAN TERHADAP GUGATAN INDONESIA KEPADA KOREA SELATAN DALAM PENGENAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : A Dosen : Huala Adolf,

Lebih terperinci

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1 Pengantar Hukum WTO Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1 PRAKATA Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pak Adolf Warauw S.H., LL.M. dan Prof. Hikmahanto Juwana S.H., LL.M.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi dalam masyarakat maupun antarbangsa. Perdagangan sangat vital perannya oleh negara-negara berkembang

Lebih terperinci

Lima Peraturan WTO yang Perlu Diubah untuk Memungkinkan Kedaulatan Pangan dari Semua Negara Jacques Berthelot, Solidarité, 18 Oktober 2015

Lima Peraturan WTO yang Perlu Diubah untuk Memungkinkan Kedaulatan Pangan dari Semua Negara Jacques Berthelot, Solidarité, 18 Oktober 2015 Lima Peraturan WTO yang Perlu Diubah untuk Memungkinkan Kedaulatan Pangan dari Semua Negara Jacques Berthelot, Solidarité, 18 Oktober 2015 Kedaulatan pangan tidak berarti autarki tetapi merupakan hak setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang saling mempengaruhi atau memperkuat satu dengan yang lainnya. Kedua hal tersebut pun

Lebih terperinci

UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA)

UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA) Copyright 2002 BPHN UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA) *8581 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

RESUME DUKUNGAN JERMAN TERHADAP RENCANA REFORMASI CAP (COMMON AGRICULTURAL POLICY) UNI EROPA. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting

RESUME DUKUNGAN JERMAN TERHADAP RENCANA REFORMASI CAP (COMMON AGRICULTURAL POLICY) UNI EROPA. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting Nama : Diah Wigati NIM : 151040042 RESUME DUKUNGAN JERMAN TERHADAP RENCANA REFORMASI CAP (COMMON AGRICULTURAL POLICY) UNI EROPA Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Uni

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi diartikan sebagai suatu proses transformasi sosial yang membawa kondisi umat manusia yang berbeda, terpencar di seluruh dunia ke satu kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan secara tegas bahwa Indonesia merupakan Negara Hukum. Maka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN Saat ini, pembentukan Free Trade Agreement (FTA) menjadi salah satu opsi utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini menjadikan evaluasi dampak terhadap

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith yang mengusung perdagangan bebas dan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin. Kemudian paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA KULIAH UMUM MENTERI PERTANIAN PADA PROGRAM MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Jakarta, 8

Lebih terperinci

BAB II. WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO

BAB II. WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO BAB II WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO A. WTO sebagai Organisasi Perdagangan Dunia 1. Perubahan GATT menjadi WTO World Trade Organization (WTO) didirikan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lazim disebut globalisasi ekonomi. Proses globalisasi ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lazim disebut globalisasi ekonomi. Proses globalisasi ekonomi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia sekarang sedang mengalami perubahan yang disebut globalisasi. Globalisasi tersebut terjadi diberbagai aspek, salah satunya pada aspek ekonomi yang lazim disebut

Lebih terperinci

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana IMPLIKASI HUKUM PERSETUJUAN GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES (GATS) WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) TERHADAP PENGATURAN KEPARIWISATAAN DI INDONESIA Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal

BABI PENDAHULUAN mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era ekonomi global, akan muncul beberapa perubahan yang mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal masuk maupun keluar

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui, perdagangan bebas telah menjadi topik kebijakan publik yang paling hangat diperdebatkan menjelang penerapan perdagangan bebas dunia. Salah satu

Lebih terperinci

IMPLIKASI PRINSIP MOST FAVOURED NATION DALAM UPAYA PENGHAPUSAN HAMBATAN PEDAGANGAN INTERNASIONAL

IMPLIKASI PRINSIP MOST FAVOURED NATION DALAM UPAYA PENGHAPUSAN HAMBATAN PEDAGANGAN INTERNASIONAL Prawitra Thalib: Implikasi Prinsip Most Favoured Nation 35 IMPLIKASI PRINSIP MOST FAVOURED NATION DALAM UPAYA PENGHAPUSAN HAMBATAN PEDAGANGAN INTERNASIONAL Prawitra Thalib, SH.,MH. Anwar Rachman dan rekan,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini

Bab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana negara-negara di dunia saat ini

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Dampak AOA (Agreement On Agriculture) Terhadap Kebijakan Pertanian Di Indonesia Abdul Gani Ghifari

Dampak AOA (Agreement On Agriculture) Terhadap Kebijakan Pertanian Di Indonesia Abdul Gani Ghifari Dampak AOA (Agreement On Agriculture) Terhadap Kebijakan Pertanian Di Indonesia Abdul Gani Ghifari 20120510124 Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik dan Sosial Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

BAB II ISU PEMBATASAN DUKUNGAN DOMESTIK DALAM. AGREEMENT ON AGRICULTURE (AoA)

BAB II ISU PEMBATASAN DUKUNGAN DOMESTIK DALAM. AGREEMENT ON AGRICULTURE (AoA) BAB II ISU PEMBATASAN DUKUNGAN DOMESTIK DALAM AGREEMENT ON AGRICULTURE (AoA) Di dalam bab ini akan membahas mendalam tentang Agreement on Agriculture dan pilar domestic support serta membahas tentang implikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara

Lebih terperinci

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram Contributed by Administrator Tuesday, 26 January 2010 Pusat Peraturan Pajak Online Bisnis Indonesia, 26 Januari 2010 Pemberian fasilitas pajak ekspor merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan perjanjian internasional yang berkenaan dengan masalah ekonomi yang mengarah pada perdagangan bebas dapat mengakibatkan implikasi positif dan negatif bagi

Lebih terperinci