BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM DAN STRUKTUR BIROKRASI MUSEUM NASIONAL JAKARTA A. Sejarah Singkat Museum Nasional Jakarta Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidangbidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum). Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Kecuali itu ia juga 14

2 15 menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku yang amat berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan. Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa ( ), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung "Societeit de Harmonie"). Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung sekretariat Negara, di dekat Istana kepresidenan. Jumlah koleksi milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau "Sekolah Tinggi Hukum" (pernah dipakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke

3 16 museum pada tahun Kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode. Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya". Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap

4 17 kebudayaan national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa". ( diakses 14 Mei pukul 18.00) Gambar 1 Gedung Gajah Museum Nasional Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Berikut ini merupakan jenis koleksi yang terbagi pada setiap ruangruang pameran yang berbeda, antara lain : a) Ruang Pameran Koleksi Sejarah (Historic Collections) Gambar 2 Meriam (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

5 18 Koleksi Sejarah Museum Nasional merupakan benda-benda yang mengandung nilai sejarah Indonesia dan benda-benda peninggalan dari masa pendudukan bangsa Eropa di Indonesia, antara abad ke-16 Masehi hingga abad ke-19 Masehi. Koleksi Sejarah meliputi benda-benda berupa perabot, meriam, gelas, keramik, lampu hias, gerabah, prasasti dan lain-lain. Bendabenda tersebut umumnya dibuat di Indonesia dan sebagian dibuat di luar negeri, seperti Belanda, Inggris, Jerman, Cina dan Jepang. b) Ruang Pameran Koleksi Etnografi (Ethnography Collections) Gambar 3 Koleksi Peralatan Rumah Tangga (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi Etnografi Museum Nasional menyajikan benda-benda atau hasil budaya dari suku-suku bangsa di seluruh Indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa yang memiliki bahasa dan kebudayaan yang berbeda-beda. Semboyan "Bhineka Tunggat Ika" mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia. Benda-benda etnografis itu berupa peralatan hidup yang digunakan oleh suatu suku bangsa baik yang dipakai untuk keperluan upacara maupun sehari-hari.

6 19 c) Ruang Pameran Koleksi Geografi (Geography Collections) Gambar 4 Koleksi Miniatur Kapal Phinisi (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi Geografi terdiri dari fosil, yaitu fosil toxaster dan amonit yang berumur antara juta tahun, koleksi batuan antara lain batuan sedimen, dan metamorf. Selain itu ada pula koleksi berbagai perlengkapan navigasi seperti kompas, chronometer, sextan, dll. beserta beberapa miniatur kapal, yaitu: Phinisi, Lete, Nade, dan Bali. d) Ruang Pameran Koleksi Prasejarah (Prehisictoric Collections) Gambar 5 Koleksi Alat Pertanian (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

7 20 Prasejarah merupakan suatu kurun waktu pada saat manusia belum mengenal tulisan. Di Indonesia, masa Prasejarah dimulai sejak keberadaan manusia sekitar 1,5 juta tahun yang lalu hingga dikenalnya tradisi tulisan pada abad ke-5 Masehi, yaitu ketika ditemukannya prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur. Peninggalannya berupa fosil, tulang-belulang manusia dan binatang serta artefak, yaitu benda-benda yang pernah dibuat manusia atau dipakai sebagai alat oleh manusia. e) Ruang Pameran Koleksi Arkeologi (Archaeology Collections) Gambar 6 Koleksi Arca Kepala Buddha (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi Arkeologi meliputi benda-benda budaya hasil kegiatan manusia dari masa Hindu Buddha dan lebih dikenal dengan sebutan masa Klasik Indonesia. Masa ini berlangsung dari awal abad ke-5-15 Masehi, dimana berkembang kebudayaan lokal yang dipengaruhi oleh kebudayaan India. Koleksi Arkeologi di Museum Nasional terdiri dari arca dewa-dewa Hindu, arca Buddha, arca perwujudan, arca binatang, perhiasan, peralatan

8 21 upacara, bagian bangunan, mata uang, prasasti, dan lain-lain. Koleksi-koleksi tersebut terbuat dari emas, perak, perunggu, batu, dan tanah liat yang dibakar. f) Ruang Pameran Koleksi Keramik Asing (Ceramic Collection) Koleksi keramik kuno di Museum Nasional yang terbanyak berasal dari Cina, dari masa dinasti Han (206 SM-220 M) sampai dengan masa dinasti terakhir, dinasti Qing ( ). Lainnya berasal dari Vietnam (abad ke M), Thailand (abad ke M), Jepang (abad ke-17-ke 19 M), Timur Tengah (abad ke 18-ke 19 M) dan Eropa (abad ke 17-ke 19 M). Gambar 7 Koleksi Keramik China (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi tersebut merupakan data sejarah yang membuktikan adanya hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di masa lalu, antara lain hubungan perdagangan. Indonesia di masa lalu merupakan penghasil utama rempah-rempah untuk komoditi perdagangan. Perdagangan masa lalu dilakukan dengan cara pembayaran uang atau cara tukar-menukar (barter) rempah-rempah dengan keramik yang berasal dari luar negeri. Selain karena

9 22 perdagangan, keramik diduga pula datang sebagai hadiah, upeti atau barang bawaan. g) Numismatik dan Heraldik (Numismatic, and Heraldic Collections) Gambar 8 Koleksi Koin dan Uang Kertas Negara Asing (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Koleksi numismatik terdiri dari benda-benda seperti koin, uang kertas dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat, di samping itu juga terdapat alat cetak uang. Koleksi numismatik Museum Nasional sebagian besar berasal dari masa kerajaan-kerajaan Indonesia kuno, masa kolonial (Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang) hingga masa kemerdekaan Indonesia. Selain koleksi numismatik dari dalam negeri, juga terdapat koleksi numismatik yang berasal dari negara-negara di benua Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan Australia. Koleksi Heraldik yang dimiliki oleh Museum Nasional adalah lambang-lambang seperti medali / tanda jasa, cap / setempel, dan amulet. Gedung B merupakan gedung baru yang disediakan oleh Museum Nasional. Gedung Arca (Unit B) yang mulai dibangun sejak tahun 1996, dan

10 23 diresmikan oleh Presiden SBY tanggal 20 Juni Koleksi-koleksi yang ada dipisahkan berdasarkan periode perkembangan/waktu peradaban. Konsep penataan pameran di Gedung Arca diberi tema Keanekaragaman Budaya Dalam Kesatuan. Tema yang mencerminkan keanekaragaman kebudayaan bangsa sebagai modal bangsa. Gambar 9 Gedung Arca Museum Nasional Jakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Konsep penataan tiap lantai di Gedung Arca yang terdiri dari 4 lantai. Lantai 1 Manusia dan Lingkungan, Lantai 2 Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi, Lantai 3 Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman, Lantai 4 Khasanah Emas dan Keramik. Apabila pengunjung ingin naik ke lantai atas, tidak perlu bersusah-susah menggunakan tangga manual/darurat karena fasilitas lift dan eskalator telah tersedia disetiap lantai. Gedung B yang bernama Gedung Arca ini memiliki berbagai jenis koleksi berdasarkan aspek-apek kebudayaan yang memposisikan masyarakat Indonesia sebagai pelaku dalam lingkungan tempat tinggalnya. Berikut ini merupakan jenis koleksi yang ada di gedung B, antara lain :

11 24 a) Lantai 1 (Manusia dan Lingkungan / The Nature and Environment) Gambar 10 Koleksi Tulang Paha dan Tengkorak (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa fosilfosil jaman prasejarah dan kehidupan keseharian manusia purba yang masih sangat primitif. b) Lantai 2 (Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi / Science Technology and Economy) Gambar 11 Koleksi Jam Kapal (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa prasasti dari beberapa periode kerajaan, keramik, alat navigasi saat berlayar, alat

12 25 berburu dan memotong, alat transportasi sepeda dan kapal serta koleksilainnya. c) Lantai 3 (Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman / Social Organization and Habitation) Gambar 12 Koleksi Rumah Adat (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016) Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa menhir, nekara, rumah adat, sisir, prasasti, mahkota kerajaan, alat penangkap ikan dan koleksi-koleksi lainnya. d) Lantai 4 (Khasanah Emas dan Keramik / The Gold Object and Ceramics) Gambar 13 Ruang Khasanah Emas dan Keramik (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016)

13 26 Di lantai ini penjagaan diruang pameran sangat ketat karena koleksinya adalah berupa emas dan keramik asing sehingga perlu pengawasan yang ekstra agar tidak terjadinya pencurian atau pembobolan. ( diakses 28 Juni pukul 20.00) Waktu Kunjungan, Tiket Masuk : 1) Waktu Kunjungan Senin dan hari besar nasional : Tutup, Selasa - Jum'at : , Sabtu - Minggu : ) Tiket Masuk Pengunjung Perorangan / Personal : Dewasa : Rp 5.000,-, Anak-anak : Rp 2.000,- Pengunjung Rombongan / Group (min 20 orang) : Dewasa / Adults : Rp 3.000,-, Anak-anak / Children (TK s.d. SMA) : Rp 1.000,-, Pengunjung Asing / Foreigners : Rp ,-

14 27 B. Struktur Birokrasi Museum Nasional Jakarta Bagan 1 Struktur Birokrasi Museum Nasional (Sumber: Dokumen Museum Nasional Jakarta 2016) Seorang kepala museum, untuk dapat berhasil dalam usaha-usahanya mengelola museum harus mempunyai pengetahuan tentang semua keperluan museum, sarana, fasilitas, tenaga dan dananya. Kepala museum juga harus dapat mengembangkan pengetahuan, bakat, keterampilan dan prakarsa para anggota staf dan personil yang ada. Dilihat dari kedudukannya seorang kepala museum sebagai pengelola museum, maka kepala museum adalah sebagai komponen penggerak diatara badan penyelenggara pengambil keputusan kebijakan dan staf pembantu pimpinan

15 28 museum sebagai pelaksana kegiatan kebijakan ditengah fungsionalisasi atau kegiatan operasional museum ditengah masyarakat lingkungannya. (Moh. Amir Sutaarga : 1997/1998) Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan museum adalah faktor organisasi. Setiap museum sebaiknya mempunyai struktur organisasi yang mencerminkan tugas dan fungsi museum. Berikut ini merupakan tugas-tugas yang dilakukan oleh pihak pengelola Museum Nasonal Jakarta: 1. Kepala Museum Kepala Museum, memiliki tugas sebagai ketua bagi sebuah organisasi nonprofit. Kepala Museum bertanggung jawab atas penggalangan dana, sumber daya manusia, serta pengelolaan staf dan anggaran sehari-hari. Seorang kepala museum juga bertanggung jawab membina hubungan antara staf museum dengan para pemangku keperntingan. 2. Bagian Tata Usaha Melaksanakan penyusunan program kerja bagian dan konsep program kerja museum, urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, persuratan dan kearsipan, pengelolaan barang milik negara, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen museum, menyusunan laporan Bagian dan konsep laporan museum. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Subbagian Perencanaan dan Tatalaksana Melakukan penyusunan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi program dan anggaran museum, analisis jabatan dan

16 29 analisis organisasi di lingkungan museum, menyusunan bahan sistem dan prosedur kerja di lingkungan museum, menyimpanan dan pemeliharaan dokumen subbagian, menyusunan laporan Subbagian. b) Subbagian Keuangan dan Kepegawaian Melakukan melakukan urusan pembayaran belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan pembayaran lainnya, pengelolaan penerimaan negara bukan pajak, pembukuan, verifikasi, penghitungan anggaran, dan pertanggungjawaban anggaran museum, penyusunan laporan daya serap anggaran, perbendaharaan/ganti rugi di lingkungan museum. c) Subbagian Rumah Tangga Melakukan penyusunan, penerimaan, pencatatan, dan pendistribusian surat masuk dan surat keluar di lingkungan museum, melakukan penataan, pemeliharaan, dan usul penghapusan arsip di lingkungan museum, melakukan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan di lingkungan museum, melakukan pengaturan penggunaan peralatan kantor, kendaraan dinas, gedung kantor dan prasarana lainnya di lingkungan museum, melakukan pengaturan penggunaan air, listrik, telepon, ac, dan gas di lingkungan museum. 3. Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Melaksanakan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional, inventarisasi, klasifikasi, pendataan, pencarian, pengumpulan, pengadaan dan

17 30 katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Seksi Identifikasi dan Klasifikasi Melakukan identifikasi, inventarisasi benda bernilai budaya berskala nasional, klasifikasi, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang identifikasi dan klasifikasi, evaluasi pelaksanaan identifikasi dan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. b) Seksi Pencarian dan Pengumpulan Melakukan pendataan, pencarian, pengumpulan, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang pencairan dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan pencarian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Seksi Katalogisasi Melakukan penyusunan, katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang pemanfaatan benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan dan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang.

18 31 4. Bidang Perawatan dan Pengawetan Melaksanakan observasi, uji laboratorium, klasifikasi, rekomendasi, fumigasi dan bentuk, pemantauan lingkungan mikro, pemberian bantuan teknis di bidang perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi di bidang perawatan dan pengawetan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen bidang, melaksanakan penyusunan laporan bidang. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Seksi Observasi Melakukan pengamatan dan pendataan, uji laboratorium, klasifikasi, rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang observasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan observasi benda bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. b) Seksi Perawatan Melakukan perawatan, pembersihan, perbaikan, rekonstruksi, restorasi, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang perawatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

19 32 c) Seksi Pengawetan Melakukan penguatan, pelapisan, fumigasi dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional, pemantauan lingkungan mikro, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang pengawetan koleksi, evaluasi, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. 5. Bidang Penyajian dan Publikasi Melaksanakan pembuatan, penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran benda bernilai budaya berskala nasional, perancangan dan pembuatan replika, penataan benda, pemajangan benda, pengamanan benda, pengumpulan dan pengolahan data dan informasi benda, penyebarluasan data dan informasi benda, pemberian layanan informasi benda, penyusunan label dan buku informasi pameran tetap dan pameran khusus, melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen bidang. Bidang ini dibawahi beberapa kepala seksi, yaitu: a) Seksi Perancangan Melakukan penyusunan, pembuatan rancangan pameran, penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran, perancangan dan pembuatan replika benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang perancangan, sarana pameran, dan replika benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan perancangan, sarana pameran, dan reflika benda bernilai budaya berskala nasional.

20 33 b) Seksi Penyajian Melakukan penataan, pemajangan, pengamanan, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang penyajian benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan evaluasi pelaksanaan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Seksi Publikasi Melakukan pengumpulan, pengolahan data dan informasi benda bernilai budaya berskala nasional penyebarluasan data dan informasi, pemberian layanan informasi benda, penyusunan label dan buku informasi pameran tetap dan pameran khusus, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang publikasi benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan publikasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. 6. Bidang Kemitraan dan Promosi Melaksanakan pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyuluhan kepada masyarakat, pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung museum, melaksanakan workshop, ceramah, seminar, dan bentuk layanan edukasi, melaksanakan kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan masyarakat di dalam dan luar negeri, promosi, pemberian bantuan teknis

21 34 pelaksanaan kemitraan dan promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional, dan internasional. a) Seksi Layanan Edukasi Melakukan penyusunan bahan layanan edukasi, pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat, penyuluhan kepada masyarakat, pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung museum evaluasi pelaksanaan pemberian layanan edukasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. b) Seksi Kemitraan Melakukan penyusunan bahan pelaksanaan kemitraan, penyusunan dokumen, kerja sama kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan masyarakat di dalam dan luar negeri di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan kemitraan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Seksi Promosi Melakukan pengkajian dan penyusunan bahan promosi benda bernilai budaya berskala nasional, promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional, dan internasional, penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional,

22 35 evaluasi pelaksanaan promosi, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. 7. Bidang Registrasi dan Dokumentasi Melaksanakan pengembangan sistem registrasi dan pendokumentasian benda koleksi, pencatatan, akuisisi, dan pemberian nomor registrasi benda koleksi, pencatatan benda koleksi bernilai budaya berskala nasional yang bukan atau belum menjadi koleksi museum, penghapusan benda koleksi, pengelolaan perpustakaan Museum Nasional, pemberian bantuan teknis di bidang registrasi dan dokumentasi benda koleksi, evaluasi pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen bidang, melaksanakan penyusunan laporan bidang. a) Seksi Registrasi Melakukan pengembangan sistem pendataan koleksi museum, pencatatan benda koleksi museum, akuisisi dan pemberian nomor registrasi benda koleksi museum, pencatatan mutasi benda koleksi bernilai budaya berskala nasional, penyusunan bahan bantuan teknis di bidang registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, evaluasi pelaksanaan registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional, melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi.

23 36 b) Seksi Dokumentasi Melakukan pengembangan sistem pendokumentasian benda koleksi museum, penyimpanan dokumen benda koleksi museum, perawatan dan pemeliharaan dokumen benda koleksi museum, penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang dokumentasi benda koleksi museum, evaluasi pelaksanaan dokumentasi benda, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi, melakukan penyusunan laporan seksi. c) Tugas Seksi Perpustakaan Melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan koleksi perpustakaan, pengadaan koleksi perpustakaan, pengelolaan koleksi perpustakaan, pengembangan koleksi kepustakaan, penyimpanan koleksi perpustakaan, pemeliharaan dan perawatan koleksi perpustakaan, melakukan layanan perpustakaan, kerja sama di bidang pengelolaan perpustakaan, evaluasi pengelolaan perpustakaan, penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi, melakukan penyusunan laporan seksi dan konsep laporan bidang. (Sumber: Arsip dokumen Museum Nasional Jakarta 2016) Kepala museum harus dapat membimbing, mengatur, mengamati, kerjasama staf pimpinan semua unsur kegiatan pokok dan kegiatan penunjang museum itu sendiri. Musyawarah dan mencari kata sepakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program kegiatan, sesuai dengan kebijakan umum dari atas dan melayani kepentingan umum haruslah merupakan ciri-ciri khusus dalam

24 37 metode pengelolaan yang terbuka dan demokratis. (Moh. Amir Sutaarga : 1997/1998) Dilihat dari struktur birokrasi yang ada di Museum Nasional Jakarta, menangani koleksi, mengatur kegiatan penelitian dan penerbitan laporan penelitian koleksi serta masih banyak tugas-tugas permuseuman lainnya mungkin dapat dianggap tugas-tugas rutin yang ringan, akan tetapi menyiapkan dan mengatur kegiatan-kegiatan penyajian koleksi dengan tujuan pelayanan masyarakat luas merupakan tugas yang tidak ringan. Terutama apabila ada sumber daya manusia museum yang masih belum menguasai permuseuman, maka bisa terjadi banyak kendala dalam pengembangan museum. Karenanya seorang kepala museum harus bersikap komunikatif kepada setiap staf museum, agar setiap tugas yang diberikan kepala museum kepada ahliahli bidang museum dapat terlaksana dengan baik, begitupula dengan pengembangan program-program kerja yang diadakan museum, perlu adanya kerjasama antar sumber daya manusia yang mengelola museum untuk memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan yang datang ke Museum Nasional Jakarta. Dengan demikian Museum Nasional Jakarta dapat dikatakan telah berkembang menjadi lebih baik, karenanya dapat mendatangkan wisatawan yang lebih banyak setiap tahunnya. Ditunjang oleh tenaga ahli permuseuman yang ada, program-program kerja, serta pengembangan fisik yang ada menjadikan Museum Nasional Jakarta contoh bagi museum-museum lain yang masih kurang pengembangannya.

25 38 C. Latar Belakang Pengembangan Museum Nasional Jakarta Pendirian dan pengembangan museum di Indonesia semakin meningkat dari masa sebelum kemerdekaan. Tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa, juga sebagai sarana pendidikan nonformal. Jumlah koleksi pada masa kolonial cukup besar, namun disajikan dengan konsep tata pameran di Eropa. Sementara jumlah koleksi setelah kemerdekaan memang masih terbatas, namun koleksi tersebut dipamerkan untuk kepentingan bangsa dalam rangka penanaman rasa kebangsaaan dan jati diri. Museum Nasional memiliki kaitan yang sangat erat dengan museum sebelum kemerdekaan yang hingga saat ini terus menunjukan perkembangannya dalam dunia pariwisata. Museum Nasional dikelompokkan sebagai objek dan daya tarik wisata. Museum Nasional memiliki nilai informasi sejarah, budaya maupun informasi ilmiah yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Museum Nasional adalah objek yang mampu menunjang peningkatan ataupun pengembangan sektor kepariwisataan suatu daerah, khususnya di Ibukota Jakarta. Pengembangannya dilakukan melalui pengelolaan museum secara profesional dengan melibatkan seluruh aspek. Pengelolaan museum diartikan sebagai upaya mengurus, mengendalikan, dan mengawasi lembaga museum agar dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan fungsi museum. Pengelolaan museum secara optimal mutlak dilakukan agar fungsi museum dapat dirasakan oleh masyarakat dan museum dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.

26 39 Pengelolaan museum ini dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek internal dan eksternal. Secara internal, pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan aspek koleksi, pameran, aktivitas atau program yang dijalankan serta pelayanan yang diberikan oleh pengelola museum kepada pengunjung. Pengelola museum sebagai pihak yang secara langsung menangani pengelolaan museum sehingga merupakan bagian dari pihak internal museum. Secara eksternal, peran lembaga atau pihak luar dalam pengembangan museum sangat diharapkan agar museum menjadi daya tarik wisata unggulan. Aspek eksternal tersebut mencakup pemerintah, industri pariwisata, dan masyarakat. Museum Nasional Jakarta memiliki latar belakang khusus dalam pengembangannya, antara lain masyarakat, Sumber Daya Manusia, fisik bangunan, dan sumber dana yang ada untuk pembangunan museum. 1. Masyarakat Latar belakang pengembangan yang dihadapi museum nasional salah satunya adalah makin bertambahnya minat masyarakat terhadap museum. Dengan keberadaan Museum Nasional, masyarakat dapat mengetahui sejarah atau jati diri bangsa Indonesia. Lewat Museum Nasional, masyarakat lebih mulai mencerna atau mengenal sejarah pada koleksi yang ada pada pameran. Dengan motivasi masyarakat untuk tujuan pencarian informasi dan kesenangan merupakan alasan kuat mengapa potensi museum perlu dioptimalkan. Sehingga Museum Nasional dapat memfasilitasi masyarakat untuk beraktifitas khususnya dalam nuansa kebudayaan. Selain atas dasar permintaan masyarakat, Museum Nasional juga

27 40 memiliki banyak koleksi yang masih perlu dipamerkan. Hal Itu pula yang membuat Museum Nasional akan mempersiapkan perluasan tata pameran. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) Museum Nasional sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif kultural dan rekreatif, mempunyai kewajiban menyelamatkan dan melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia. Hingga saat ini koleksi yang dikelola berjumlah benda, terdiri atas 7 jenis koleksi yaitu prasejarah, arkeologi, keramik, numismtik-heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Penyelamatan dan pelestarian budaya ini pada hakekatnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat, diinformasikan melalui pameran dan penerbitan-penerbitan katalog, brosur, audio visual juga website. Tujuannya agar masyarakat tahu dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian warisan budaya bangsa. 2. SDM Permuseuman Pengembangan Museum Nasional masih membutuhkan tenaga ahli dalam bidang permuseuman. Oleh karena itu dengan latar belakang SDM permuseuman ini menjadikan museum nasional membentuk suatu SDM museum yang lebih aktif. Museum pada saat ini dituntut secara aktif meningkatkan ketenagaan (SDM) yang dapat mendorong gerak maju pembangunan nasional. Museum yang mampu melakukan peran semacam itu harus

28 41 dikelola atau didukung oleh tenaga yang memiliki profesionalisme permuseuman yang handal. Sebagian besar tenaga yang bertugas di museum, baik lulusan perguruan tinggi maupun yang berpendidikan non perguruan tinggi pada awalnya belum dapat dikatakan siap pakai. (Wawancara dengan Oting Rudy Hidayat selaku Kepala Seksi Promosi tanggal 1 Juni 2016) 3. Fisik Bangunan Bangunan yang dijadikan sebagai museum pada umumnya adalah bangunan bersejarah yang dilindungi sehingga memerlukan perawatan khusus. Selain itu untuk bangunan baru pada umumnya menghadapi masalah prosedur pengadaan tanah dan kesulitan mendapatkan arsitek di bidang permuseuman pada waktu pembangunannya. Museum Nasional Jakarta telah menjadi contoh untuk museum lain adanya gedung A ( Gedung Gajah ) yang sudah ada sebelum kemerdekaan,dan pada tahun 1996 pemerintah berinisiatif membangun gedung B ( Gedung Arca ) dengan adanya berbagai hambatan pada saat pembangunan gedung B. Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun Museum Nasional masih terus melakukan pengembangan fisik berupa pembangunan Gedung C, yang telah dimulai pada tahun 2013 dan direncanakan selesai pada tahun Gedung C ini akan memiliki tujuh lantai terdiri dari ruang penyimpanan (storage), laboraturium, kantor, dan berbagai fasilitas publik seperti :

29 42 perpustakaan, teater dan ruang pameran temporer, ruang edukasi, kids corner, museum shop dan area komersial. Gedung yang sedang dibangun itu diharapkan bisa menampung hingga lebih sekitar 200 ribu koleksi. Gedung Unit C direncanakan akan dibangun untuk memperluas tata pameran yang sudah ada dan untuk melengkapi subtema terakhir yaitu Religi dan Kesenian. Setelah Gedung C selesai dibangun, rencana selanjutnya adalah merenovasi Gedung A. Museum Nasional pun akan membangun fasilitas tambahan di TMII, yaitu pembangunan gedung storage di area TMII seluas 1 hektar. (Wawancara dengan Daromi selaku Tour Guide tanggal 1 Juni 2016) 4. Sumber Dana Dalam pembangunan sarana maupun prasarana museum memerlukan pendanaan dari pemerintah. Sumber dana yang ada tidak dapat diberikan secara langsung, melainkan bertahap setiap tahunnya, karena jumlah anggaran pemerintah untuk museum masih dikatakn kurang untuk pembangunan. Terbengkalainya pembangunan Museum Nasional ini selama beberapa tahun dikarenakan krisis keuangan pada masa itu, sehingga pembangunan gedung B berlangsung cukup lama. Sumber dana akan menyebabkan munculnya masalah sarana, prasarana, dan tidak lancarnya kegiatan fungsionalisasi museum.

30 43 Bangunan museum sebelum kemerdekaan cenderung menggunakan bangunan tua. Karena tidak diperuntukkan sebagai museum, maka tidak dapat memenuhi kriteria bangunan museum modern. Sumber daya manusia dan pelayanan kepada pengunjung masih kurang, sedangkan sarana dan fasilitas belum mencukupi. Berbeda pada masa setelah kemerdekaan, bangunan sudah direncanakan khusus untuk suatu museum dan mencerminkan suatu gaya arsitektur tradisional daerah tertentu. Sumber daya manusia dan pelayanan telah ada, meskipun belum profesional. Museum-museum juga telah ditunjang dengan sarana dan fasilitas yang memadai. (Agus Aris Munandar : 2011) Dengan semua latar belakang yang ada pada masa sebelum kemerdekaan membuat Museum Nasional menjadi salah satu museum yang dapat dicontoh oleh museum lain yang ada di Indonesia. Museum Nasional Jakarta terus melakukan pengembangan sehingga segala sesuatu yang belum optimal dapat dioptimalkan kembali. Dan untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa museum hanya sebagai gudang penyimpanan diubah menjadi museum adalah lembaga yang tujuannya melestarikan sejarah budaya bangsa, yang sifatnya edukatif.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum Nasional. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum Nasional. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.496, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum Nasional. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Museum Nasional

Struktur Organisasi Museum Nasional Struktur Organisasi Museum Nasional Permendikbud No. 48 Tahun 2012 KEPALA MUSEUM Bagian Tata Usaha Subbagian Perencanaan dan Tata Laksana Subbagian Keuangan dan Kepegawaian Seksi Dokumentasi Seksi Perpustakaan

Lebih terperinci

MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah museologi pada semester III DISUSUN OLEH : Herliyana Rosalinda (A2C008012) JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Keberadaan Museum Nasional Indonesia diawali dengan berdirinya lembaga

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Keberadaan Museum Nasional Indonesia diawali dengan berdirinya lembaga BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Museum Nasional Indonesia Keberadaan Museum Nasional Indonesia diawali dengan berdirinya lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL. Pasal 1 Rinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL. Pasal 1 Rinci No.1296, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Museum Kebangkitan Nasional. Rincian Tugas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.519, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum. Benteng Vredeburg. Rincian Tugas.

BERITA NEGARA. No.519, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum. Benteng Vredeburg. Rincian Tugas. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.519, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Museum. Benteng Vredeburg. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1297, 2016 KEMENDIKBUD. Balai Kirti. Museum Kepresidenan RI. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BERITA NEGARA. No.1297, 2016 KEMENDIKBUD. Balai Kirti. Museum Kepresidenan RI. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2016 KEMENDIKBUD. Balai Kirti. Museum Kepresidenan RI. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

KOMPILASI BAHAN RUJUKAN UNTUK PENYUSUNAN

KOMPILASI BAHAN RUJUKAN UNTUK PENYUSUNAN KOMPILASI BAHAN RUJUKAN UNTUK PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (AP) KONSERVASI (Teknis Makro Mikro Sub Mikro) Dikompilasi Oleh.: Puji Yosep Subagiyo meliputi : PEDOMAN

Lebih terperinci

2016, No Pasal 1 Rincian Tugas Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah: a. melaksanakan penyusunan program kerja Museum Benteng b. melaksan

2016, No Pasal 1 Rincian Tugas Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah: a. melaksanakan penyusunan program kerja Museum Benteng b. melaksan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1295, 2016 KEMENDIKBUD. Museum Benteng Vredeburg. Yogyakarta. Rincian Tugas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1656, 2014 KEMENDIKBUD. Pusat Pengembangan Pendidikan. Anak Usia Dini. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 125 TAHUN

Lebih terperinci

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah - 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode

2015, No Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1570, 2015 KEMENDIKBUD. Museum Nasional. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS GALERI NASIONAL INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS GALERI NASIONAL INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS GALERI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 3 PENELITIAN. Museum Nasional terdiri dari: b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi

BAB 3 PENELITIAN. Museum Nasional terdiri dari: b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi BAB 3 PENELITIAN 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Deskripsi Sub departemen Museum Nasional terdiri dari: a. Bagian Tata usaha b. Bidang Pembinaan Koleksi Prasejarah dan Arkeologi c. Bidang Pembinaan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN SITUS MANUSIA PURBA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.502, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Arkeologi. Tugas. Rincian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BERITA NEGARA. No.502, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Arkeologi. Tugas. Rincian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.502, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Arkeologi. Tugas. Rincian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN

STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN STRATEGI PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum Nasional Republik Indonesia adalah sebuah museum yang terletak dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI ARKEOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No Pasal 1 Rincian Tugas Balai Arkeologi: a. melaksanakan penyusunan program kerja b. melaksanakan pencarian situs dan benda-benda c. me

2016, No Pasal 1 Rincian Tugas Balai Arkeologi: a. melaksanakan penyusunan program kerja b. melaksanakan pencarian situs dan benda-benda c. me No.1291, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Balai Arkeologi. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA. Pasal 1 R

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA. Pasal 1 R No.1287, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Rincian Tugas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidik

2016, No Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidik No.1559, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. LPMP. Sulawesi Barat. Papua Barat. Kepulauan Riau. Rincian Tugas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

S A L I N A N. No. 152, 2016 BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG

S A L I N A N. No. 152, 2016 BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG 1 S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 152 TAHUN 2016 NOMOR 152 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA MUSEUM KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA. Pasal 1 R

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA. Pasal 1 R No.1288, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Balai Pelestarian Nilai Budaya. Rincian Tugas. Pencabutan PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR. Pasal 1 Rinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR. Pasal 1 Rinci No.1290, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Balai Konservasi Borobudur. Rincian Tugas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI ARKEOLOGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI ARKEOLOGI SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI ARKEOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN NOMOR : PM. 27/HK.001/MKP/2011 TANGGAL : 25 April 2011 STAF AHLI MENTERI KEBUDAYAAN DAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dan terdiri dari empat kecamatan, yakni: Pekalongan Utara, Pekalongan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5)

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.195, 2015 KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5733). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.653, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rincian Tugas. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta

BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA. A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta BAB III BERBAGAI HAMBATAN DAN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN MUSEUM NASIONAL JAKARTA A. Kendala Dalam Pengembangan Museum Nasional Jakarta Upaya melestarikan berbagai peninggalan sejarah dan kepurbakalaan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS SEKRETARIAT LEMBAGA SENSOR FILM DENGAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATAKERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0157 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0157 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0157 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PADA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perwal Nomor 95 Tahun 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN ACEH, SUMATERA UTARA, RIAU,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA S SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.195, 2015 KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5733). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Balai mempunyai fungsi sebagai berikut : a. merencanakan kegiatan operasional Balai; b. menyelia dan member

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Balai mempunyai fungsi sebagai berikut : a. merencanakan kegiatan operasional Balai; b. menyelia dan member BAB XLVII BALAI BUDAYA BANTEN PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN Pasal 218 Susunan Organisasi Balai Budaya Banten pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten terdiri dari : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SULAWESI BARAT, PAPUA BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS BALAI KONSERVASI BOROBUDUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SUMATERA BARAT, JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci