Sejak Zaman Klasik Hingga Abad XX

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sejak Zaman Klasik Hingga Abad XX"

Transkripsi

1 Konstruksi Hukum Berdasarkan Sejarah Filsafat Hukum Sejak Zaman Klasik Hingga Abad XX MATA KULIAH : FILSAFAT HUKUM DOSEN : Dr. L. Wira Pria Suhartana, SH., MH. OLEH : ACHMAD SYAUQI NIM. 12B PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2012 konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 0

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari amat besarnya hasrat keingintahuan manusia, baik terhadap alam semesta maupun tentang dirinya sendiri. Hasrat tersebut membawa manusia pada perenungan-perenungan mendalam hingga sampai pada hakikat tentang sesuatu yang direnungkan. Pengetahuan yang lahir dari perenungan ini ada yang bersifat metodik, sistemik, dan antara kenyataan satu dan lainnya saling berhubungan hingga kemudian menjadi petunjuk bagi arah kegiatan manusia dalam kehidupannya. Proses yang demikian dikenal sebagai kegiatan berfilsafat. Makna filsafat diakui berasal dari bahasa Yunani Philosophia atau cinta kebijaksanaan. Dibangun dari dua kata Philos artinya cinta dan shopia berarti kebijaksanaan. Tetapi kata filsafat sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Arab Falsafah, yang secara etimologi memiliki arti gagasan dan sikap batin paling dasar yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat. Dari kedua definisi tersebut dapat dikenali tiga sifat pokok yang menjadi ciri filsafat adalah; 1) menyeluruh, 2) mendasar, dan 3) spekulatif. Dari ketiga sifat pokok ini mengandung arti bahwa daam berfilsafat tidak boleh berpikir sempit, melainkan harus melihat setiap sisi yang ada dan berisikan pertanyaan-pertanyaan diluar dari jangkauan ilmu biasa, serta dalam melangkah tidak sembarangan, tetapi harus memiliki dasar-dasar yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hampir dalam setiap ilmu pengetahuan memiliki filsafat, dan cenderung bertambah seiring bertambahnya ilmu-ilmu pengetahuan baru. Seorang ilmuwan filsafat Louis S. Kattsoff (1987) membagi filsafat dalam tiga belas bidang, yaitu : 1) Logika, mempelajari tentang tata cara penarikan kesimpulan yang benar, 2) Metodologi, mempelajari tentang teknik-teknik penelitian, 3) Metafisika, mempelajari tentang hakikat segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, 4) Ontologi, mempelajari tentang asas-asas rasional dari kenyataan, 5) Kosmologi, mempelajari tentang keadaan sesuatu hal sehingga muncul asas-asas rasional dari kenyataan, konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 1

3 6) Epistemologi, mempelajari tentang asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan, 7) Biologi, mempelajari tentang hakikat jasad hidup, 8) Psikologi, mempelajari tentang jiwa, 9) Antropologi, mempelajari tentang hakikat manusia, 10) Sosiologi kemanusiaan, mempelajari tentang hakikat masyarakat dan negara, 11) Etika, mempelajari tentang hal-hal baik dan buruk dari perilaku manusia, 12) Estetika, mempelajari tentang keindahan; dan 13) Filsafat agama, yang mempelajari tentang hakikat keagamaan. Filsafat hukum berdasarkan pembagian cabang filsafat tersebut dapat dikategorikan sebagai Ilmu Etika atau Filsafat Tingkah Laku, yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat hukum yang berangkat dari nilai-nilai baik dan buruk. Sebagai cabang filsafat yang menyelidiki tentang hukum, tentunya obyek filsafat hukum adalah hukum itu sendiri, yang dibahas dan dikaji secara mendalam sampai pada inti atau hakikatnya. Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh cabang ilmu hukum lainnya merupakan tugas dari filsafat hukum untuk menemukannya. Untuk mempelajari filsafat hukum maka terlebih dahulu harus mempelajari hukum itu sendiri. Belum adanya definisi tunggal tentang hukum merupakan salah satu tugas filsafat hukum. Sebagai langkah awal (starting point) agar diperoleh pemahaman menyeluruh tentang definisi hukum menurut kajian filsafat hukum, maka tinjauan pertama dalam mempelajari filsafat hukum adalah mengetahui sejarah dan perkembangan filsafat hukum dari zaman ke zaman. Dikarenakan sejarah filsafat hukum dari abad Yunani sampai abad sekarang memiliki konstruksi hukum berbeda-beda. Dengan mengetahui sejarah dan perkembangan filsafat hukum maka akan diketahui berbagai pandangan para filsuf dari satu abad ke abad lainnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan mengupas permasalahan: Bagaimanakah Konstruksi Hukum Berdasarkan Sejarah Filsafat Hukum Sejak Zaman Klasik Hingga Abad XX? konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 2

4 BAB II PEMBAHASAN A. Zaman Klasik (Abad VI SM V M) Zaman ini merupakan awal kebangkitan filsafat. Terbagi dalam dua era, yaitu Zaman Yunani pada abad SM dan Zaman Romawi pada abad 200 SM 400 M. 1. Zaman Yunani Kuno Zaman Yunani Kuno disebut sebagai permulaan filsafat (era sophis) karena pada saat itulah para filsuf banyak dilahirkan. Kepercayaan pada kekuatan alam dan dewa-dewa membangun hukum pada masa itu tidak boleh bertentangan dengan konsepsi hukum alam. Manusia harus menaati apa yang telah digariskan oleh para dewa. Aturan masyarakat senantiasa terhubung dengan aturan alam. Alam adalah sesuatu yang suci dan sakral, wujud dari kekuasaan dewa-dewa. Karena itulah ketaatan pada aturan alam merupakan sarana mutlak terwujudnya keadilan dalam hidup bersama, dan terjaminnya keamanan dalam upaya mencapai kebahagiaan hidup. Para filsuf Zaman Yunani Kuno terklasifikasi dalam dua masa, yaitu: a) Masa Pra Socrates (sekitar sebelum 500 SM) Disebut Masa Pra Socrates karena pada masa ini filsafat belum banyak berkembang sebagaimana pada masa Socrates dan sesudahnya. Pada masa ini perhatian utama para filsuf hanya mengenai kejadian alam semesta. Tokoh-tokoh filsuf yang melatarbelakangi pemikiran masa ini diantaranya adalah Thales, Anaximenes, Pitagoras, dan Heraklitos. Thales mengemukakan bahwa alam semesta terjadi dari air. Anaximenes berpendapat lain bahwa sumber kejadian alam semesta adalah udara. Sedangkan filsuf lainnya, Heraklitos, mengungkapkan bahwa alam semesta terbentuk dari api. Pada masa ini juga telah dikenal istilah demokrasi oleh Protagoras, yang menyatakan bahwa undang-undang dibentuk oleh rakyat. Pitagoras yang ahli matematika menggunakan rumus angka-angka sebagai dasar dari gejala-gejala alam. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa manusia sebagai unsur eksistensi alam memiliki jiwa yang senantiasa berada dalam proses katharsis, yaitu pembersihan diri. Bahwa manusia harus membersihkan diri (jiwa)nya agar tercapai kebahagiaan. Jika proses tersebut tidak dilakukan maka jiwa itu akan berpindah pada tubuh manusia lain. konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 3

5 b) Masa Socrates, Plato dan Aristoteles Para ilmuwan filsafat meyakini bahwa Socrates merupakan filsuf Yunani Kuno peletak dasar pemikiran tentang manusia. Socrates hidup pada tahun SM. Pemikirannya tentang manusia yang sangat detail dan menyeluruh, meletakkan filsafat di masa itu sekaligus ilmu yang membangun konstitusi negara. Menurut Socrates negara memiliki tugas utama mendidik untuk taat kepada hukum negara, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Plato yang hidup pada SM. Plato mengenalkan adanya sanksi sebagai unsur pembentuk hukum. Ia menyatakan bahwa siapa saja yang melanggar aturan harus dihukum. Ia juga mengenalkan teori (theoria) sebagai cara pendekatan terhadap sesuatu tidak kasat mata. Teori keadilan yang dia cetuskan, menjadi lebih konkrit oleh muridnya, Aristoteles yang hidup pada masa SM. Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Aristoteles juga mulai mengenalkan hukum positif, yaitu bahwa suatu hukum baru berlaku setelah isinya ditetapkan oleh institusi yang berwibawa, sebagai hukum yang harus ditaati disamping hukum alam sebagai satu kesatuan yang teratur. Sehingga ia hidup dimana-mana (lex universal), tidak pernah berubah, tidak pernah lenyap dan berlaku dengan sendirinya (lex naturalis). Kedua filsuf, Plato dan Aristoteles pada prinsipnya sama-sama menempatkan keadilan sebagai tujuan negara, dan hukum yang adil sebagai titik tolak terwujudnya tatanan bernegara (politik) yang tertib. 2. Zaman Romawi (Abad II SM IV M) Pemikiran hukum pada masa ini lebih banyak terpusat pada permasalahanpermasalahan politik kenegaraan, yakni membantu Kaisar Romawi dalam mempertahankan ketertiban di seluruh wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi yang membelah dunia. Para filsuf pada masa itu banyak melahirkan teori-teori hukum kenegaraan yang beberapa masih relevan hingga sekarang. Beberapa ahli pikir yang terkenal pada masa itu, diantaranya; Polibius, Cicereo, Seneca, Marcus, dan Aurelius. konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 4

6 Cicero yang hidup pada masa SM merupakan filsuf yang pemikirannya banyak mewarnai pada masa ini. Ia merupakan filsuf Kerajaan Romawi yang esensi pemikirannya masih banyak dipengaruhi pandangan-pandangan para filsuf masa Stoa, yakni masa antara sesudah Socrates dan sebelum Zaman Romawi. Menurutnya hukum berwujud dalam suatu hukum alamiah yang mengatur keseluruhan alam dan kehidupan di dalamnya, termasuk manusia. Karenanya Ia menolak hukum positif dari masyarakat, baik tertulis maupun tidak tertulis (berupa kebiasaan) menjadi standar keadilan. Sebaliknya Ia menyatakan bahwa, keadilan adalah hukum yang mengikat semua masyarakat manusia (semua manusia sama kedudukannya) dan bertumpu diatas satu hukum tunggal, yaitu hukum alam. Filsuf lain adalah Seneca yang hidup pada permulaan abad pertama masehi, dan ajarannya berkembang hingga akhir kekaisaran Romawi pada abad keempat masehi. Seneca lebih banyak menjadikan ajaran kristiani, yakni Kristen Katolik sebagai doktrinasi dan konsepsi hukum pada masa itu. Bahwa hukum masyarakat tidak boleh bertentangan dengan kemauan-kemauan Tuhan yang berlaku alamiah dan universal, sebagaimana dalam ajaranajaran Injil. B. Abad Pertengahan (Abad V XV M) Pemikiran-pemikiran filsuf pada masa ini memiliki kekhasan karakter, yakni bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya Tuhan. Abad ini bermula seiring runtuhnya Kekaisaran Romawi pada abad V M. Pandangan-pandangan para filsuf pada abad ini banyak diwarnai oleh dua agama yang berkembang pesat ketika itu, Kristen sebagai agama yang telah berkembang dan hidup dalam doktrin-doktrin hukum Romawi, dan Islam sebagai agama baru yang ajaran-ajarannya berkembang dari Timur Tengah menyebar ke benua Asia, Afrika, dan Eropa Selatan. Konsep dan gagasan-gagasab hukum yang bersumber dari dua agama tersebut pada prinsipnya memiliki kesamaan, yaitu pengakuan eksistensi Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya. Karenanya tolok ukur setiap pemikiran orang adalah satu kepercayaan bahwa hukum pada mulanya adalah suatu aturan yang berasal dari Tuhan. Sehingga semua hukum positif yang dibentuk manusia tidak boleh keluar dari aturan-aturan yang telah ditetapkan Tuhan, dan sifatnya hanya ikut mengatur hidup. Jika ajaran Kristiani, konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 5

7 sebagaimana pemikiran filsuf Thomas Aquinas, memandang hukum berhubungan dengan wahyu secara tidak langsung, yaitu hukum yang dibuat manusia disusun di bawah inspirasi agama dan wahyu. Maka ajaran Islam, seperti banyak dikemukakan Asy Syafi i dalam pandangan-pandangannya, memandang hukum memiliki hubungan langsung dengan wahyu, sehingga Hukum Islam merupakan bagian dari wahyu (Syari ah). C. Zaman Modern ( M) Pada zaman ini pemikiran-pemikiran hukum lebih berkembang dalam konsepkonsepnya, dan terstruktur. Pemikiran-pemikiran hukum pada zaman ini banyak dipengaruhi oleh gagasan-gagasan kebebasan manusia, baik dalam berpikir maupun berbudaya. Dominasi hukum alam dan hukum agama menjadi bergeser hidup dalam ruang konsep terpisah dari hukum positif, terutama ketika menyangkut permasalahan politik dan kenegaraan. Filsafat pada zaman modern terbagi dalam 3 masa, yaitu Masa Renaissance, Masa Rasionalisme (Aufklarung), dan Masa Abad XIX. 1. Masa Renaissance ( M). Pada masa ini para filsuf umumnya melakukan pemisahan antara urusan yang berkaitan dengan agama dan urusan non-agama, atau dikenal sebagai dikotomi urusan dunia dengan urusan akhirat. Masa ini disebut sebagai masa Renaissance (era kelahiran kembali) sebagai bentuk protes para pelajar barat dari apa yang mereka temukan dalam konsepsi ajaran-ajaran Islam. Mereka memandang bahwa selama ribuan tahun gereja telah menempatkan posisinya sebagai penguasa absolut yang berhak mengatur keyakinan setiap individu (teokrasi). Masa kekuasaan gereja ini sering disebut sebagai masa kegelapan Eropa. Pandangan-pandangan pada masa ini menempatkan manusia terlepas dari konsepsi Alam dan Tuhan (agama). Manusia dipandang sebagai tolok ukur kebaikan dan keburukan, penentu atas nasibnya sendiri, dikenal sebagai gerakan humanisme. Agama tergeser sebatas menjadi sandaran untuk mengusir kegelisahan batin dan kesendirian. Kegetiran atas kepercayaan yang terpasung oleh gereja pada abad pertengahan menyebabkan gerakan humanisme ini berkembang pesat menjelajah setiap jengkal tanah Eropa. Menurut humanisme, manusia adalah mahluk bebas yang independen dari Alam dan Tuhan, memiliki konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 6

8 keunggulan sebagai pribadi diantara segala makhluk lainnya, khususnya dalam peranannya sebagai pencipta kebudayaan. Dari gerakan protes ini lahirlah agama baru, yaitu Protestan. Protestan merupakan bentuk reformasi ajaran Kristen yang dikembangkan oleh Marthin Luther M. Menurutnya gereja tidak boleh memiliki kekuasaan politik. Konsep hukum pada masa ini juga berkembang menjadi bersifat empirik. Mulai bermunculan pemikiran-pemikiran radikal tentang hubungan hukum dan kekuasaan negara oleh beberapa filsuf barat, diantaranya; Macchiavelli ( M), Hugo Grotius ( M), dan Thomas Hobbes ( M). Konsep dasar pandangan mereka, adalah: a. hukum bukan lagi sebagai tatanan yang ideal (hukum alam), melainkan terletak pada bagaimana hukum itu dibentuk oleh manusia sendiri, baik itu raja maupun rakyat, yaitu berupa hukum positif atau tata hukum negara, dan hukum memiliki keterkaitan erat dengan politik negara, b. tata hukum negara diolah berdasarkan pemikiran para sarjana hukum (doktrin) secara Iebih ilmiah, c. dalam membentuk tata hukum makin banyak dipikirkan tentang fakta-fakta empiris, yaitu kebudayaan bangsa-bangsa dan situasi sosio-ekonomis masyarakat dimana hukum itu hidup. 2. Masa Rasionalisme / Aufklarung ( M). Pada zaman ini pandangan dan konsep-konsep hukum lebih banyak didasarkan pada rasionalitas pemikiran manusia dan empirisme. Istilah rasionalisme sendiri menandakan pengutamaan akal budi manusia mengalahkan ajaran agama. Abad ini merupakan kejayaan rasionalisme, empirisme, dan positivisme mengalahkan dogmatis Agama. Perpaduan tiga aliran tersebut yang memisahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari agama melahirkan ajaran baru yakni sekulerisme, dengan metode penemuan kebenaran yang disebut Metode Ilmiah (scientific method). Semua aliran tersebut sangat berpengaruh pada peradaban barat hingga sekarang. Penemuan kebenaran secara metode ilmiah hanya mengukur sesuatu dari sudut koherensi dan korespodensi. Sehingga segala pengetahuan di luar jangkauan indra dan rasio, serta tidak dapat diuji kenyataannya secara ilmah, maka tertolak kebenarannya, termasuk konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 7

9 pengetahuan yang bersumber pada ajaran agama. Gagasan ini dirintis oleh filsuf barat, Rene Descartes yang hidup pada tahun M. Falsafahnya yang amat terkenal adalah "cogito ergo sum", yang berarti: karena berpikir maka aku ada. Pasca Descartes filsafat di zaman ini menjurus pada pemikiran modern tentang konsep hukum dan negara ke dua arah, yakni: a. Rasionalisme, yang mengunggulkan ide-ide akai murni. Tokoh-tokohnya antara lain: Wolff ( ), Montesqieu ( ), Voltaire ( ), J.J. Rousseau ( ), dan Immanuel Kant ( ). b. Empirisme, yang menekankan perlunya basis empiris terhadap semua pengertian. Tokoh-tokohnya antara lain; John Locke ( ), dan David Hume ( ). Pada prinsipnya empirisme merupakan bentuk berpikir yang rasionalis. Hanya saja dalam empirisme lebih diutamakan penggunaan metode empiris, yaitu apa yang tidak dialami maka tidak diakui kebenarannya. Hukum pada masa ini dipandang sebagai bagian suatu sistem pikiran yang lengkap dan bersifat rasional, an sich. Konsep negara yang dipandang ideal adalah negara hukum. Locke dalam pandangannya menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak pembelaan terhadap pemerintahan yang berkuasa. Montesqieu memandang perlunya pemisahan kekuasaan negara dalam tiga bagian, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif (trias politica). Rousseau menempatkan manusia sebagai subjek hukum. Ia menyatakan jika hukum menjadi bagian dari suatu kehidupan bersama yang demokratis, maka raja sebagai pembuat hukum perlu diganti dengan rakyat sebagai pencipta hukum dan subjek hukum. Sedangkan Immanuel Kant menyatakan bahwa pembentukan hukum merupakan inisiatif manusia guna mengembangkan kehidupan bersama yang bermoral. Puncak kegemilangan era ini adalah terwujudnya cita-cita negara hukum dengan berdirinya negara Amerika Serikat (1776) dan pasca terjadinya Revolusi Perancis (1789) yang dijiwai semboyan: liberte, egalite, fraternite, yang melahirkan tata hukum baru dengan dirumuskannya Code Civil (1804). Code Civil tersebut pada era berikutnya merupakan sumber kodeks negara-negara modern, antara lain Belanda yang produk-produk hukumnya banyak diterapkan di negara-negara jajahannya, diantaranya Indonesia. konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 8

10 3. Masa Abad XIX ( M). Pemikiran-pemikiran filsafat pada masa ini memandang manusia sebagai suatu wujud dinamis yang makin berkembang dalam sejarah. Manusia dianggap subjek yang mampu mengubah keadaan dalam segala bidang. Abad ini menandai perkembangan atau evolusi manusia akan kesadarannya tentang kekuasaan sendiri. Empirisme berkembang menjadi positivisme yang menggunakan metode pengolahan ilmiah. Tokoh filsuf pemikiran ini adalah August Comte (1789-I857), seorang filsuf Perancis, yang menyatakan bahwa sejarah kebudayaan manusia dibagi dalam tiga tahap; 1) tahap teologis, yaitu tahap dimana orang mencari kebenaran dalam agama, 2) tahap metafisis, yaitu tahap dimana orang mencari kebenaran melalaui filsafat, dan 3) tahap positif, yaitu tahap dimana kebenaran dicari melalui ilmu-ilmu pengetahuan. Tahap terakhir inilah yang, menurut Comte, merupakan ikon zaman modern. Berbagai perubahan besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di abad ini, memunculkan berbagai permasalahan sosial yang kemudian memberi ruang kepada para sarjana untuk berpikir tentang gejala perkembangan itu sendiri. Hukum dipandang sebagai faktor yang mampu memberi pengaruh besar dalam perkembangan kebudayaan. Pengertian tentang hukum pada abad ini merupakan pandangan baru atas hidup, yaitu hidup sebagai perkembangan manusia dan kebudayaan. Beberapa filsuf yang mewarnai pemikiran pada abad ini, antara lain; Hegel ( ), F. Von Savigny ( ), dan KarI Marx ( ). Hegel menempatkan hukum dalam keseluruhan perwujudan roh yang objektif dalam kehidupan manusia. Von Savigny menentukan hukum sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa yang berubah dalam Iintasan sejarah. Dan Karl Marx memandang hukum sebagai cermin situasi ekonomis masyarakat (Soetiksno, 1986: Jika dalam konsep hukum negara Hegel menyatakan bahwa, hukum dalam suatu negara adalah ekspresi dari kemauan umum dan tidak mampu melihat bahwa sesungguhnya faktor-faktor utilitaristis lah yang menentukan eksistensi hukum, maka Rudolf von Jhering (1818) menolak teori tersebut. Menurut von Jhering, yang aliran filsafat hukumnya sering disebut sebagai positivisme, mendefinisikan hukum sebagai sejumlah aturan yang memaksa berlaku dalam suatu negara. konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 9

11 D. Abad XX ( M) Pada dasarnya konstruksi hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat relatif memiliki kesamaan dalam pembentukan sistemnya. Akan tetapi pada abad ini terdapat dua arus besar pandangan tentang pengertian hukum yang hakiki, yaitu: 1. Neopositivisme, yang memandang hukum sebagai norma yang secara nyata berlaku. Hukum merupakan faktor penjamin hubungan antara rakyat dan pemerintah negara. Pandangan ini sangat dipengaruhi aliran sosiologi hukum dan realisme hukum. 2. Neokantianisme, Neohegelianisme, dan Neomarxixsme yang memandang hukum sebagai bagian kehidupan etis manusia di dunia. Hubungan antara hukum positif dengan pribadi manusia haruslah berpegang pada norma-norma keadilan. Tokoh ajaran ini salah satunya adalah Hans Kelsen, yang mendefinisikan hukum sebagai norma-norma yang mengatur bagaimana seseorang harus berperilaku (norma etis). Menurut Kelsen, hukum dapat dipandang dalam arti formal dan dalam arti material, yaitu disamping sebagai ilmu pengetahuan hukum dalam hukum juga terdapat politik hukum. konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 10

12 BAB III KESIMPULAN Filsafat hukum dalam perkembangannya mempelajari sejak bagaimana hukum terbentuk hingga bagaimana hukum memiliki fungsi norma. Filsafat hukum ada dan hidup sejak Zaman Yunani Kuno hingga sekarang. Perkembangan filsafat hukum cenderung mengikuti perkembangan pemikiran manusia dan budaya masyarakat pada setiap zamannya. Jika pada awal kemunculannya filsafat hukum banyak membicarakan konstruksi hukum yang sangat dipengaruhi oleh dongeng dan mitos-mitos, maka pada masa Sokrates dianggap merupakan era kebangkitan filsafat hukum karena kemenangan akal atas dongeng dan mitos-mitos dari kepercayaan masyarakat. Pemikiran-pemikiran hukum yang mulanya banyak dipengaruhi aturan-aturan alam, berkembang menjadi pemikiran pada tataran konsep bermasyarakat, yakni manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat dan bernegara. Diadopsinya ajaran-ajaran agama dalam kehidupan bernegara oleh Kerajaan Romawi di abad pertengahan, menempatkan dogma agama dan gereja ketika itu, pada kekuasaan absolut yang mengatur kehidupan negara dan individu (teokrasi). Namun setelah Kerajaan Romawi runtuh dan mulai berkembang agama baru, yakni agama Islam, mulai muncul gerakan-gerakan humanisme yang memisahkan ajaran agama dari konsep-konsep hukum dan negara. Gerakan ini melahirkan pandangan-pandangan baru tentang hukum yang lebih modern, berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan penggunaan akal sebagai penentuan kebenaran secara ilmiah, disamping masih mengakui adanya hak-hak alamiah yang melekat pada manusia dalam kedudukannya sebagai warga negara. Terakhir, konstruksi hukum mengalami perkembangan progresif yang semakin mengarah pada tercapainya cita-cita hukum ideal pada abad XX. Sebenarnya pandanganpandangan filsuf pada abad ini lebih banyak mengadopsi dan memadukan pemikiranpemikiran filsuf pada abad pertengahan dan zaman modern, dengan beberapa teori-teori hukum baru seiring perkembangan budaya masyarakat dan hubungannya dalam berbangsa dan bernegara. konstruksi hukum berdasarkan sejarah filsafat hukum 11

http://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id Mengapa Filsafat Eropa.? KEBUDAYAAN YUNANI (PLATO DAN ARISTOTELES) ==> ALEXANDER AGUNG (ROMAWI) PENYEBARAN HELLENISME PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN 1. ZAMAN YUNAN-_ROMAWI

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat Kendali Manusia Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami sejarah perkembangan ilmu politik Mahasiswa menganalisa perkembangan ilmu politik SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK Dapat kita kaji

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA A. TEORI ASAL MULA NEGARA Perihal asal mula negara secara substansial sesungguhnya membahas teori-teori mengenai bagaimana timbulnya

Lebih terperinci

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari 1 Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari (i.e. keperawatan, kedokteran, biologi, antropologi,

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA (14144600192) MOHAMAD RISTYO NUGROHO (14144600204) NOVI TRISNA ANGGRAYNI (14144600199) YOSSY MAHALA CHRISNA S (14144600262) ZAFITRIA SYAHADATIN (14144600195) Rekonstruksionalisme

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan.

Lebih terperinci

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Filsafat Barat MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 05

Filsafat Umum. Filsafat Barat MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 05 MODUL PERKULIAHAN Filsafat Barat Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 MK61003 Arie Suciyana S., M.Si Abstract Sejarah Filsafat Barat; Filsafat Yunani; Filsafat

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu

Lebih terperinci

Teori Kedaulatan. Makna Kedaulatan MACAM MACAM TEORI KEDAULATAN. Secara Sempit. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi suatu Negara.

Teori Kedaulatan. Makna Kedaulatan MACAM MACAM TEORI KEDAULATAN. Secara Sempit. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi suatu Negara. Teori Kedaulatan Makna Kedaulatan Secara Sempit Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi suatu Negara Secara Luas Kedaulatan adalah hak khusus untuk menajalankan kewenangan tertingi atas suatu wilayah atau

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN TENTANG FILSAFAT

Lebih terperinci

SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti

SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti Istilah filsafat berasal dari Bahasa Arab (falsafah), Inggris (philosophy), Latin (philosophia). Istilah-istilah tersebut bersumber dari Bahasa Yunani philosophia.

Lebih terperinci

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.

Lebih terperinci

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Pendahuluan Sudah menjadi suatu hal yang lazim dalam pembahasan sebuah konsep dimulai dari pemaknaan secara partikuler dari masing-masing

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Cabang-cabang Filsafat Fakultas Fakultas Masyhar zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cabang-cabang Filsafat Pokok Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

Inisiasi 3 SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAK AZASI MANUSIA

Inisiasi 3 SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAK AZASI MANUSIA Inisiasi 3 SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAK AZASI MANUSIA Saudara mahasiswa yang saya hormati. Salam sejahtera dan selamat bertemu lagi dalam kegiatan tutorial online ketiga mata kuliah Pendidikan Hak

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Kebenaran

Pengetahuan dan Kebenaran MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan

Lebih terperinci

Bahasan Kajian Filsafat

Bahasan Kajian Filsafat PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom. Secara harfiah istilah filsafat

Lebih terperinci

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA SEJARAH HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-2 FH Unsri URGENSI SEJARAH HAM Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

Renaissance. Encep Supriatna

Renaissance. Encep Supriatna Renaissance Encep Supriatna Pengertian Lahir kembali budaya Yunani-Romawi kuno Enligtenment menjunjung tinggi reason, Metode Ilmiah,dan Kemampuan Manusia untuk menyempurnakan dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Lebih terperinci

Plotinus KAJIAN TOKOH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN. Endah Kusumawardani

Plotinus KAJIAN TOKOH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN. Endah Kusumawardani KAJIAN TOKOH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN Plotinus Endah Kusumawardani Kehidupan sebagai proses makhluk Tuhan untuk menjalani waktu di dunia ini tidak dapat terlepas dari yang namanya masalah. Bahkan terdapat

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara historis zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15). Yang ditandai dengan munculnya gerakan renaissance.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi AKUNTANSI Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia

Lebih terperinci

KEBANGKITAN PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

KEBANGKITAN PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 KEBANGKITAN PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Zaman Kegelapan dan Dominasi Gereja Dalam Kehidupan Masyarakat Zaman Renaisans, Pencerahan, dan Aufklarung

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat. Filsafat beraneka ragam alirannya, sehingga dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran,

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ABSTRACT Menjelaskan Pengertian,

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJADJARAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BIOLOGI DASAR Bab 1 PENDAHULUAN TIM DOSEN BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 Definisi biologi Biologi (bios hidup + logos ilmu): ilmu

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Template Modul Membantu para mahasiswa agar semakin memiliki

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep

TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep TEORI BELAJAR KLASIK Oleh : Habibi FKIP Universitas Wiraraja Sumenep Teori belajar berkembang dengan pesat setelah psikologi sebagai bidang ilmu terbentuk. Ilmu pengetahuan sendiri benar-benar eksis dengan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT MAKALAH TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Oleh : FEBI GELAR RAMADHAN UNIVERSITAS WIDYATAMA FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 BAB 1. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011 FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011 FILSAFAT ILMU Apa itu FILSAFAT??? KonTRak kuliah MaTReRi LiTRerAtUR ETIMOLOGIS philos (friend)/

Lebih terperinci

ASAL MULA NEGARA. Nanik Prasetyoningsih.

ASAL MULA NEGARA. Nanik Prasetyoningsih. ASAL MULA NEGARA Nanik Prasetyoningsih E-mail:nanikprasetyoningsih@yahoo.com TEORI-TEORI ASAL MULA NEGARA DUA GOLONGAN BESAR: TEORI-TEORI SPEKULATIF: TEORI PERJANJIAN MASYARAKAT; TEORI TEOKRATIS; TEORI

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA Kapan timbulnya ilmu negara (pemikiran tentang negara dan hukum)?. Teori-teori pemahaman tentang negara atau ilmu-ilmu yang

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN FILOSOFIS

PENGETAHUAN FILOSOFIS Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 PENGETAHUAN FILOSOFIS Mata Kuliah: Filsafat Ilmu Sosial Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Secara Harfiah: Berasal dari bahasa Yunani philein artinya cinta dan sophia

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Novia Ningsih NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Novia Ningsih NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN Tahajudin S, Drs DI SUSUN OLEH : Nama : Novia Ningsih NIM : 11.11.4958 Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011-2012 1 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Penulis menggunakan berbagai sumber berupa buku atau artikel yang berkaitan dengan pemikiran Jean Bodin. Terdapat beberapa buku tulisan Jean Bodin sendiri, serta beberapa buku atau

Lebih terperinci

Chris i tia i n View of Natural Sciences e and Technolog o y

Chris i tia i n View of Natural Sciences e and Technolog o y Christian View of Natural Sciences and Technology Rudi Zalukhu, M.Th Tuhan Ku Ingin Dapat Memancarkan BGA : Kej. 11:1-9 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran:

Lebih terperinci

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS

7/17/2011. Diskripsi Mata Kuliah. Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah :Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : SKS Diskripsi Mata Kuliah Diskripsi Mata Kuliah Daftar Materi Kuliah Mata kuliah memuat tentang Ilmu dan Pengetahuan; Metode Ilmiah; ontologi, epistimologi, aksiologi Filsafat & sains (ilmu); Rasionalisme,

Lebih terperinci

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA

Lebih terperinci

FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA.

FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA. FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA. DI SUSUN OLEH : KELOMPOK III 1. ANISA ( 144012011006) 2. ANANG ROSADI ( 144012011005) 3. ANDRIAN. M ( 14401201007) 4. EDI PRAWOTO ( 144012011016) 5. HESTI

Lebih terperinci

BAB PERTAMA FILSAFAT. Agung Suharyanto, M.Si PSIKOLOGI UMA

BAB PERTAMA FILSAFAT. Agung Suharyanto, M.Si PSIKOLOGI UMA BAB PERTAMA FILSAFAT Agung Suharyanto, M.Si PSIKOLOGI UMA A. Sejarah Timbulnya Filsafat Filsafat muncul sejak manusia ada dan sejak adanya pembicaraan manusia. Maka sejarah lahirnya filsafat dimana-mana

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

OLEH ENCEP SUPRIATNA

OLEH ENCEP SUPRIATNA TRADISI INTELEKTUAL BANGSA YUNANI-ROMAWI OLEH ENCEP SUPRIATNA FAKTOR PENDORONG: FAKTOR GEOGRAFIS; SEMENANJUNG YUNANI YANG BERBUKIT-BUKIT, LAHAN SEMPIT, REKATIF SUBUR, BERPINDAH-----PINDAH PELAUT/MARITIM

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Akademik Oleh Deki Zulkarnain 130910202062 Program Studi

Lebih terperinci

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta CONTOH KASUS Anggap aja ini martabak Tugas : Bagilah martabak ini untuk

Lebih terperinci

BAB II PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB II PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT BAB II PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT A. PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Filsafat modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti

Lebih terperinci

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila Dosen Pengampu: Yuli Nur Khasanah Disusun Oleh: 1. Angki Azhari Janati (1601016048) 2. Laila Shoimatu

Lebih terperinci

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan

Lebih terperinci

FILSAFAT BARAT MODERN

FILSAFAT BARAT MODERN FILSAFAT BARAT MODERN Oleh : Firdaus M. Yunus 1 Pendahuluan Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan. Selama dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang

Lebih terperinci

Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar Filsafat Hukum

Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar Filsafat Hukum 1 Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar Filsafat Hukum Jum at, 24 Februari 2017 Pembicara : Dian Prawiro Napitupulu (2013) Alex Mulandar Manalu (2013) Pemateri : Herman Gea(2014) Doli Aulia Kurnia Nasution

Lebih terperinci

DASAR-DASAR FILSAFAT. Sutrisna Wibawa (UNY)

DASAR-DASAR FILSAFAT. Sutrisna Wibawa (UNY) DASAR-DASAR FILSAFAT Sutrisna Wibawa (UNY) PENGERTIAN FILSAFAT Driyarkara (2006:999-1001) menyatakan dari keinginan akan mengerti, akan kebenaran, timbul ilmu-ilmu pengetahuan, dan akhirnya muncullah filsafat.

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163

Lebih terperinci

WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam

WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN Manusia perenealis dan manusia modern memiliki perbedaan dalam menjalani hidup. Dari masa perenealis hingga masa skolastik, manusia cenderung mencari segala

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp

FILSAFAT PENDIDIKAN. Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp FILSAFAT PENDIDIKAN Dosen: Rukiyati, M. Hum Jurusan FSP-FIP UNY Telp. 0274 870194 Pengertian Filsafat Pendidikan Pengertian Filsafat Berasal dari kata Philos, philore (cinta) dan sophos atau sophia (kebajikan,

Lebih terperinci