Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM GZL Sumber : Wawancara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM GZL Sumber : Wawancara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha Mikro Kecil Menengah GZL Usaha GZL ini didirikan oleh Bapak Abdul Manap.Bapak Abdul Manaplahir pada tahun 1939.Pada awalnya, Bapak Abdul Manapmempelajari ilmu tentang sepatu pada tahun 1957 dan beliau memulainya dari menjadi tukang atau kuli untuk membuat sepatu di tempat beliau bekerja. Beliau yang berbekal ilmu tentang persepatuan, diberikan pendidikan tentang anatomi kaki dan juga penyamakan kulit hewan untuk bahan baku pembuatan sepatu pada saat beliau mengikuti program pendidikan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bandung. Setelah menyelesaikan program pendidikan dari pemerintah, beliau sering diutus untuk memberikan pelatihan ke beberapa daerah oleh pemerintah.setelah itu, pada tahun 1982, beliau memutuskan untuk menjadi pengusaha sepatu dengan mempekerjakan dan memberikan pelatihan-pelatihan masyarakat disekitar tempat tinggal beliau. Awal usahanya, beliau dipercaya untuk memproduksi sepatu yang dipesan oleh pihak ABRI.Beliau juga pernah mendapat pesanan untuk memproduksi sarung senjata sebanyak unit dari pihak kepolisian.usaha beliau terus berjalan hingga beliau mewariskan usaha tersebut kepada anak lakilakinya.akan tetapi, pada tahun 2010 silam anak laki-laki yang menjadi penerus usahanya tersebut meninggal dunia dan beliau mulai kehilangan semangat dalam bisnis ini.akhirnya beliau mewariskan usaha tersebut kepada suami dari anak perempuannya, yaitu Bapak Muharram, karena sepeninggal anak laki-lakinya beliau hanya memiliki seorang anak perempuan yang telah berkeluarga.saat ini, Bapak Abdul Manapbertanggung jawab terhadap produksi dari usaha yang telah dirintisnya tersebut, sedangkan menantu atau suami dari anak perempuannya menjalankan marketing dari usaha ini. Berikut adalah struktur organisasi dari UMKM GZL : Pemilik Sekretaris Produksi Marketing Karyawan Karyawan Karyawan Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM GZL Sumber : Wawancara 1

2 1.1.2 Usaha Mikro Kecil Menengah ASJ Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ASJ merupakan sebuah singkatan yang dibuat oleh Bapak Wawan saat beliau membentuk usahanya pada tahun 2001.Pada awalnya, perjalanan UMKM ASJ tidak hanya memproduksi alas kaki saja, tetapi mereka juga memproduksi kamper atau kapur barus.akan tetapi seiring berjalannya waktu, pemilik UMKM ASJ mulai memfokuskan usahanya kepada produksi alas kaki dalam bentuk sandal dan sepatu.umkm ASJ memiliki segmentasi pelanggan yang berbeda dengan para pesaingnya, dimana mereka memiliki pelanggan yang sebagian besarnya berada diluar Kota Bandung. Dalam setiap pengambilan keputusan, UMKM ASJ ini masih bersifat one man show, dimana segala sesuatunya diputuskan oleh owner atau pemilik. Akan tetapi sekarang mereka sedang mengembangkan struktur organisasi yang lebih baik lagi agar setiap orang didalam struktur organisasi tersebut dapat lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.visi dari UMKM ASJ ini sendiri adalah Untuk Menjadikan Kota Bandung, Khususnya Daerah Cibaduyut Kembali Menjadi Barometer Persepatuan di Indonesia.Sedangkan untuk misinya, mereka terus menjaga kualitas dari setiap produksi mereka agar para pelanggannya puas dan juga memperbaiki image produk-produk Cibaduyut yang dianggap tidak memiliki kualitas bagus di mata konsumen. 1.2 Latar Belakang Sekitar 95% dari total unit usaha di dunia merupakan SMEs (Small and Medium Enterprises) atau UMKM, yang menyediakan lapangan kerja bagi 60% dari total tenaga kerja, dan memberikan kontribusi terhadap hampir 50% Gross Domestic Product (GDP). UMKM hampir menguasai lebih dari 90% dari total unit usaha di sejumlah negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Pada tahun 2008, sebanyak 99% dari total unit usaha yang ada di China merupakan SMEs atau UMKM dan mampu menyerap 75% dari total tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 60% terhadap GDP dan 68% terhadap ekspor. Di India pada tahun 2012, lebih dari 90% dari total unit usaha merupakan UMKM dan berkontribusi sebesar 40% dari total ekspornya. Begitu juga halnya dengan di Jepang pada tahun 2007, dimana sebesar 99,7% dari total unit usahanya merupakan UMKM dan menyerap hampir 69% dari total tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 53% terhadap PDB. Di Korea Selatan pada tahun 2009, sebesar 99,9% dari total unit usahanya merupakan UMKM dan menyerap sekitar 75% dari total tenaga kerja, serta berkontribusi sekitar 60% terhadap PDB. Sedangkan di Singapura, 99% dari total unit usahanya merupakan UMKM dan menyerap sekitar 70% dari total tenaga kerja (7 dari 10 pekerja berada di sektor UMKM), serta berkontribusi sebesar 60% terhadap PDB. Malaysia, pada tahun 2012, memiliki UMKM sebanyak 99,2% dari total unit usahanya dan menyerap 56% tenaga kerja, serta berkontribusi sebesar 32% terhadap PDB dan sebesar 19% terhadap Ekspor. Begitu juga dengan Thailand, pada tahun 2010 Thailand memiliki UMKM sebanyak 99,8% dari total unit usahanya, serta berkontribusi sebesar 37,1% terhadap PDB dan sebesar 28,4% terhadap Ekspor. Sedangkan di Filipina pada tahun 2009, sebanyak 99,6% dari 2

3 total unit usahanya merupakan UMKM yang mampu menyerap 61,2% tenaga kerja dan berkontribusi terhadap 35,7% PDB.(depkop.go.id). Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang. Peran UMKM di Indonesia sebagaimana halnya di negara-negara lain, yaitu sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Walaupun UMKM kurang mendapatkan perhatian di Indonesia sebelum krisis ekonomi pecah pada tahun 1997.Namun demikian, sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, peranan UKM meningkat dengan tajam.disaat krisis ekonomi telah meruntuhkan banyak usaha besar, sebagian besar UKM tetap bertahan, bahkan jumlahnya meningkat dengan pesat. Demikian juga dengan kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja semakin meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, meningkat menjadi 45 juta dan 71 juta pada tahun 1990 dan tahun 1993, dan pada tahun 2001 menjadi 74,5 juta (Data BPS). Jumlah UKM yang ada juga meningkat dengan pesat, dari sekitar 7 ribu pada 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, persentase jumlah UKM dibandingkan total perusahaan pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9%. Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ini mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. Demikian juga sumbangannya pada Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi kita didukung oleh produksi dari UKM (59,3%). (Alila Pramiyanti, 2008:1-3). Hingga sampai pada saat sekarang inipun, UKM masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, seperti yang terlihat pada grafik 1.1 berikut ini : Jumlah Unit Usaha UMKM Usaha Besar Gambar 1.2 GrafikPerkembangan Jumlah Unit Usahadi Indonesia Tahun Sumber : depkop.go.id 3

4 Dari grafik 1.1 diatas, dapat dilihat peningkatan dari jumlah unit UMKM di Indonesia pada tahun 2011 hingga tahun Pada tahun 2011, jumlah unit usaha dari UMKM di Indonesia berjumlah sebanyak unit atau mengusai sebanyak 99,99% dari total jumlah unit usaha. Jumlah ini meningkat sebanyak unit atau sebesar 2,41% menjadi sebanyak unit pada tahun Pada tahun 2012 pun UMKM masih menguasai sebanyak 99,99% total jumlah unit usaha di Indonesia. Sedangkan usaha besar (UB) hanya menguasai 0,01% dari total unit usaha yang ada di Indonesia. Usaha besar (UB) mengalami peningkatan sebanyak 16 unit dari unit menjadi unit atau meningkat sebanyak 0,32% selama periode Begitu juga halnya dengan daya serap tenaga kerja oleh UMKM. Dengan total unit usaha yang mencapai 56 juta lebih, kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh Usaha Besar, seperti yang terlihat pada grafik 1.2 berikut ini : Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Usaha Besar Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun Sumber : depkop.go.id Dari grafik 1.2 diatas, dapat dilihat UMKM mampu menyerap sebesar 97,24% tenaga kerja atau sebanyak orang pada tahun Angka ini meningkat sebanyak 5.83% atau orang pada tahun 2012.Selama periode , jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh UMKM meningkat sebanyak orang. Usaha besar sendiri hanya mampu menyerap sebanyak orang tenaga kerja atau sebesar 2,76% dari total jumlah tenaga kerja di Indonesia. Walaupun jumlahnya meningkat pada tahun 2012 menjadi orang, angka ini hanya menyerap 2,84% dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia. Selama periode , jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha besar hanya meningkat sebesar orang atau sebesar 8,97%. Angka yang sangat jauh bila 4

5 dibandingkan dengan UMKM, baik dari segi jumlah unit usahanya, maupun dari segi penyerapan tenaga kerjanya. Selain itu, UMKM juga merupakan sektor yang berperan dalam menyumbangkan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia, karena sektor UMKM mempunyai jumlah unit usaha yang banyak dan juga penyerapan tenaga kerjanya yang tinggi dibandingkan dengan sektor Usaha Besar, seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini : Tabel 1.1 Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Penciptaan PDB Di Indonesia Tahun No. Tahun UMKM Usaha Besar Kontribusi (%) Kontribusi (%) Rp ,2 triliun 56,53% Rp ,7 triliun 43,47% Rp ,4 triliun 57,12% Rp ,4 triliun 42,88% Rp ,6 triliun 57,94% Rp ,5 triliun 42,06% Sumber : depkop.go.id (data diolah) Berdasarkan tabel 1.1, terlihat pada tahun 2009, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp ,2 triliun atau 56,53%, kontribusi Usaha Mikro tercatat sebesar Rp ,6 triliun atau 33,08% dan Usaha Kecil sebesar Rp. 528,2 triliun atau 9,98%. Sedangkan Usaha Menengah tercatat sebesar Rp. 713,3 triliun atau 13,47% dari total PDB nasional, selebihnya adalah Usaha Besar yaitu Rp ,7 triliun atau 43,47%. Sedangkan pada tahun 2010, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp ,4 triliun atau 57,12% dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 473,2 triliun atau 15,81 persen dibanding tahun Kontribusi Usaha Mikro tercatat sebesar Rp ,9 triliun atau 33,81% dan Usaha Kecil sebesar Rp. 597,8 triliun atau 9,85%. Sedangkan Usaha Menengah tercatat sebesar Rp. 816,7 triliun atau 13,46%, selebihnya sebesar Rp ,4 triliun atau 42,88% merupakan kontribusi Usaha Besar. Pada tahun 2011, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional masih lebih besar dibandingkan dengan Usaha Besar. Menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp ,6 triliun atau 57,94% dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 837,2 triliun atau 24,15 persen dibanding tahun Kontribusi Usaha Mikro tercatat sebesar Rp ,4 triliun atau 34,73% dan Usaha Kecil sebesar Rp. 722,0 triliun atau 9,72%. Sedangkan Usaha Menengah tercatat sebesar Rp ,2 triliun atau 5

6 13,49%, selebihnya sebesar Rp ,5 triliun atau 42,06% merupakan kontribusi Usaha Besar.(depkop.go.id). Dari jumlah UMKM Indonesia pada tahun 2012 mencapai unit yang tersebar ke seluruh daerah di Indonesia, populasi UMKM terbesar berada di Provinsi Jawa Barat. Menurut Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) Provinsi Jawa Barat, jika dilihat dari data Pemerintah Provinsi Jawa Barat, populasi UKM di Jawa Barat lebih dari 9 juta unit dan merupakan yang terbesar di Indonesia. (inilah.com). Pada tahun 2012, Provinsi Jawa Barat memiliki sebanyak unit usaha yang terdiri dari unit UMKM dan unit Usaha Besar. Dalam rentang tahun 2008 hingga tahun 2012, jumlah unit usaha di Provinsi Jawa Barat juga terus meningkat, baik dari sektor UMKM maupun sektor Usaha Besar, seperti yang tergambarkan pada tabel 1.2 berikut ini : Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha di Jawa Barat Tahun Tahun UMKM Usaha Besar Total Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat (data diolah) Dari tabel 1.2 diatas, dapat dilihat perkembangan jumlah unit usaha yang ada di Provinsi Jawa Barat dalam rentang tahun Pada tahun 2008, Provinsi Jawa Barat memiliki unit usaha yang terdiri dari unit sektor UMKM dan unit Usaha Besar. Pada tahun selanjutnya, jumlah unit usaha Provinsi Jawa Barat meningkat sebanyak unit menjadi unit usaha, dimana sektor UMKM mengalami peningkatan sebanyak unit usaha dan Usaha Besar hanya mengalami peningkatan sebanyak 13 unit usaha. Pada tahun 2010, sektor UMKM mengalami peningkatan sebesar unit usaha dan Usaha Besar hanya meningkat sebanyak 30 unit usaha. Kondisi ini sedikit berubah di tahun 2011, dimana sektor UMKM ditahun-tahun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan, hanya mengalami peningkatan sebanyak unit usaha di tahun Sedangkan sektor Usaha Besar mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana Usaha Besar mengalami peningkatan sebesar 162 unit usaha 6

7 ditahun yang sama. Pada tahun 2012, jumlah unit usaha sektor UMKM Provinsi Jawa Barat kembali meningkat tajam sebanyak unit usaha dibandingkan tahun sebelumnya menjadi unit usaha. Pada tahun yang sama, sektor Usaha Besar Provinsi Jawa Barat juga mengalami peningkatan sebanyak 125 unit usaha dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi sebanyak unit usaha. Hingga tahun 2012 jumlah unit usaha yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat menjadi unit. Begitu juga halnya dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi UMKM lebih besar dibandingkan dengan Usaha Besar yang ada di Provinsi Jawa Barat, seperti yang terlihat pada tabel 1.3 berikut ini : Tabel 1.3 Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Penciptaan PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun No. Tahun UMKM Usaha Besar Rp ,15 Rp , Rp ,39 Rp , Rp ,63 Rp , Rp ,78 Rp , Rp ,48 Rp ,04 *Dalam Miliar Rupiah Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat (data diolah) Pada tabel 1.3, dapat dilihat peningkatan kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap penciptaan PDRB di Provinsi Jawa Barat seiring dengan peningkatan jumlah unit usaha UMKM dan Usaha Besar.Pada tahun 2008 UMKM menyumbangkan sebesar Rp ,15 miliar terhadap penciptaan PDRB di Provinsi Jawa Barat.Angka ini berselisih sebesar Rp ,23 miliar dari kontribusi Usaha Besar yang hanya menyumbangkan Rp ,92 miliar.pada tahun selanjutnya, kontribusi UMKM meningkat sebesar Rp ,24 miliar menjadi Rp ,39 miliar. Kontribusi UMKM masih lebih tinggi dibandingkan dengan Usaha Besar pada tahun yang sama, dimana Usaha Besar menyumbangkan PDRB sebesar Rp ,20 miliar, walaupun kontribusi Usaha Besar tersebut telah meningkat sebesar Rp ,28 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, kontribusi UMKM dan Usaha Besar masih meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana kontribusi UMKM meningkat sebanyak Rp ,24 miliar menjadi Rp ,63 miliar dan kontribusi Usaha Besar meningkat sebanyak Rp ,56 miliar menjadi Rp ,76 miliar. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 7

8 2011, dimana kontribusi UMKM terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat meningkat menjadi Rp ,78 miliar dan kontribusi Usaha Besar meningkat menjadi Rp ,13 miliar. Peningkatan juga terjadi pada tahun 2012, dimana UMKM berperan dalam menciptakan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar Rp ,48 miliar atau meningkat Rp ,7 miliar, sedangkan Usaha Besar berkontribusi sebesar Rp ,04 miliar atau meningkat Rp ,91 miliar. Walaupun Provinsi Jawa Barat memiliki populasi UMKM terbesar di Indonesia, tidak begitu halnya dengan Ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Kota Bandung.Pada tahun 2013, Kota Bandung hanya memiliki unit usaha UMKM. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada di Provinsi Jawa Barat yang memiliki UMKM sebanyak unit usaha, seperti yang terlihat dalam grafik 1.3 dibawah ini : Gambar 1.4 Grafik Jumlah UMKM Kota Bandung Tahun Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (data diolah) Pada grafik 1.3 terlihat peningkatan terhadap jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung.Pada tahun 2009, Kota Bandung memiliki jumlah UMKM sebanyak unit usaha.pada tahun selanjutnya, jumlah UMKM yang ada di Kota Bandung meningkat sebanyak 101 unit menjadi sebanyak unit usaha.pada tahun 2011, peningkatan kembali terjadi sebanyak 273 unit menjadi unit usaha. Peningkatan jumlah unit UMKM Kota Bandung masih berlanjut pada tahun 2012 menjadi unit usah atau meningkat 106 unit. Selanjutnya pada tahun 2013, jumlah UMKM Kota Bandung kembali meningkat sebanyak 215 unit menjadi unit usaha. Dari semua sektor UMKM yang ada di Kota Bandung, sebagian besar dikuasai oleh UMKM bisnis sepatu, salah satunya UMKM yang berada di sentra sepatu Cibaduyut. Pada tahun 2011 Kota Bandung memiliki sebanyak unit UMKM,dimana terdapat sebanyak 844 unit UMKM bisnis sepatu yang 8

9 berada di daerah sentra sepatu Cibaduyut atau hampir 47% dari total UMKM yang ada di Kota Bandung, seperti yang tergambar pada tabel 1.4berikut ini. Tabel 1.4 Perkembangan Sentra Sepatu Cibaduyut Tahun No. Tahun Jumlah Unit Jumlah Tenaga Usaha Kerja Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung Berdasarkan tabel 1.4 diatas, pada tahun 2008, jumlah unit usaha UMKM di sentra persepatuan Cibaduyut berjumlah 867 unit atau sekitar 62,5% dari total jumlah UMKM yang ada di Bandung. Tahun 2009, jumlah UMKM sentra persepatuan Cibaduyut menurun sebanyak 23 unit menjadi 844 unit usaha atau 59,9% dari total UMKM Kota Bandung. Penurunan kembali terjadi pada tahun selanjutnya, jumlah UMKM sentra sepatu Cibaduyut menjadi 840 unit usaha atau 55,6% dari total UMKM Kota Bandung. Dan pada tahun 2011, UMKM sentra sepatu Cibaduyut kembali meningkat sebanyak 4 unit menjadi 844 unit atau menguasai 47% dari total UMKM yang ada di Kota Bandung. Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, UMKM Kota Bandung dan juga UMKM persepatuan Cibaduyut cenderung lebih stagnan.artinya adalah UMKM yang ada di Kota Bandung dan juga UMKM persepatuan Cibaduyut mengalami pertumbuhan yang sangat lambat dan bahkan UMKM persepatuan Cibaduyut mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010.Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan terhadap sektor UMKM tersebut. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, diantaranya yaitu produktivitas yang rendah.kesenjangan produktivitas antara UMKM dan Usaha Besar sangat tinggi, misalnya dari aspek output/gdp per unit usaha maupun per tenaga kerja. Rata-rata output UMKM per unit usaha adalah sebesar Rp 86 juta, dan per tenaga kerja adalah sebesar Rp 45,2 juta. Sedangkan rata-rata output Usaha Besar per unit usaha adalah sebesar Rp 678,8 miliar, dan per tenaga kerja adalah sebesar Rp 1,07 miliar. Permasalahan selanjutnya adalah kualitas dari sumber daya manusia (SDM) yang rendah, sehingga kemampuan inovasi dan manajemen usahanya juga rendah. Menurut survei yang diadakan oleh International Finance Corporation (IFC) pada 602 UKM di 10 kota besar di Indonesia terlihat bahwa permasalahan yang dihadapi UKM terkait pengelolaan keuangan sebesar 9.4% (okezone.com dan 9

10 depkop.go.id).permasalahan selanjutnya adalah Akses dan diseminasi teknologi yang rendah. Pemerhati UKM Mahmud Yunus mengatakan bahwa diperkirakan dari 56,5 juta pelaku unit UMKM, yang memanfaatkan kecanggihan informasi dan teknologi (IT) dalam pengembangan bisnisnya baru 30 persen (okezone.com). Masalah selanjutnya adalah akses pasar, dimana menurut survei yang diadakan oleh International Finance Corporation (IFC) pada 602 UKM di 10 kota besar di Indonesia terlihat bahwa permasalahan yang dihadapi UKM terkait akses pasar diantaranya kurangnya permintaan pasar sebesar 18,6 persen dan bahan baku sebesar 10,3 persen (okezone.com). Pemasaran juga menjadi permasalahan bagi kebanyakan UMKM.Banyak dari para pelaku UMKM belum memiliki strategi pemasaran yang efektif, sehingga tidak heran bila mereka sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan calon pelanggan.selain itu, para pelaku UMKM kebanyakan juga dinilai kurang melibatkan emosi pelanggan dan juga tidak melakukan segmentasi-segmentasi terhadap pelanggan mereka. Sehingga apa yang sebenarnya diinginkan oleh para pelanggan tersebut, tidak tertangkap dengan baik oleh para pelaku UMKM. (bisnisukm.com). Para pelaku UMKM diharapkan memahami secara mendalam terhadap bisnisnya agar mereka dapat menghindari permasalahan yang sering dihadapi oleh UMKM.Oleh karena itu, diperlukan sebuah model bisnis untuk mempermudah para pelaku UMKMdalam merancang, mengevaluasi, dan mengelola bisnisnya.ada empat keuntungan jika memiliki model bisnis, yang pertama adalah memudahkan bagi para perencana dan pengambil keputusan di perusahaan melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnisnya, sehingga dapat dihasilkan nilai bagi konsumen dan nilai bagi perusahaan.kedua, model bisnis dapat dipakai untuk membantu menguji konsistensi hubungan antar komponennya.ketiga, model bisnis dapat digunakan untuk membantu menguji pasar dan asumsi yang digunakan ketika mengembangkan bisnis. Sedangkan yang terakhir, model bisnis dapat dipakai untuk menunjukkan sebarapa radikal suatu perubahan dilakukan dan konsekuensinya.(tim PPM Manajemen, 2012:16-20). Peran model bisnis dalam perusahaan besar sangat vital dalam menentukan keberlangsungan hidup perusahaan, bahkan model bisnis tersebut dibuat sebelum perusahaan tersebut memulai usahanya.hal ini dikarenakan sebuah model bisnis memiliki andil yang sangat besar terhadap kinerja perusahaan, dimana model bisnis merupakan kunci perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan mencapai tujuan akhirnya. Akan tetapi pada UMKM proses pengembangan model bisnis terjadi tanpa disadari. Model bisnis pada UMKM tidak diformalisasikan atau direncanakan seperti halnya model bisnis pada perusahaan besar. Apabila para pelaku UMKM tidak cermat, hal ini bisa mengakibatkan UMKM tidak berkembang atau bahkan mengalami kegagalan.( Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Analisis dan Komparasi Model Bisnis Dengan Menggunakan Pendekatan Business Model 10

11 CanvasTerhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bisnis Sepatu di Kota Bandung (Studi Kasus Pada UMKM GZL dan ASJ ) 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana model bisnis dari UMKM GZL dengan pendekatan business model canvas? 2. Bagaimana model bisnis dari UMKM ASJ dengan pendekatan business model canvas? 3. Bagaimana perbandingan model bisnis antara UMKM GZL dan UMKM ASJ dengan menggunakan pendekatan business model canvas? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeatahui dan memperoleh gambaran secara jelas mengenai model bisnis dari masing-masing UMKM Persepatuan di Kota Bandung yang menjadi objek dalam penelitian ini : 1. Mengetahui model bisnis dari UMKM GZL dengan pendekatan business model canvas. 2. Mengetahui model bisnis dari UMKM ASJ dengan pendekatan business model canvas. 3. Mengetahui perbandingan model bisnis antara UMKM GZL dan UMKM ASJ dengan menggunakan pendekatan business model canvas. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Institusi Sebagai tambahan informasi bagi pihak institusi yang ingin mengetahui dan memperdalam masalah ini untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Praktisi Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi masing-masing UMKM yang menjadi objek penelitian agar masing-masing UMKM mampu mengevaluasi model bisnis mereka dan diharapkan mampu untuk membantu UMKM menjadi lebih berkembang. 3. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penelitian di bidang model bisnis yang menggunakan business model canvas sebagai alat untuk melakukan analisis dan pemetaan 11

12 4. Bagi New Entrance Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi para new entrance yang ingin memasuki bisnis di industri sepatu. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I PENDAHULUAN Pada bagian ini dijelaskan profil umum dari masing-masing UMKM, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini dikemukakan landasan teori yang relevan dengan topik yang relevan dengan topik pembahasan yang dijadikan landasan dalam pembahasan dan analisis permasalahan dalam penelitian. Bab III METODE PENELITIAN Pada bagian ini dijelaskan mengenai pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. Bab IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dijelaskan tentang analisis dan pengolahan data yang dilakukan, interpretasi serta pembahasan hasil penelitian. Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan dari hasil peneiltian beserta rekomendasi bagi masingmasing UMKM maupun bagi penelitian lebih lanjut. 12

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.2, No.1 April 2015 Page 38

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.2, No.1 April 2015 Page 38 ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.2, No.1 April 2015 Page 38 Analisis Model Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Di Bidang Sepatu Dengan Menggunakan Pendekatan Business Model

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia

Lebih terperinci

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memproduksi banyak ragam alas kaki. Tingkat produksi domestik diperkirakan mencapai lebih dari 135 juta pasang dengan jumlah pekerja manufaktur alas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan sebuah harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997-1998, banyak negara-negara di Asia seperti Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra industri yaitu pusat kegiatan dari kelompok industri pada suatu lokasi/tempat tertentu yang dimana terdiri dari berbagai usaha yang sejenis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini peran Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pembentukan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sangat besar, Jawa Bara sendiri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Adanya kebijakan otonomi daerah di Indonesia, menuntut setiap daerah baik kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di segala sektor. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia telah memberikan suatu pelajaran penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor korporasi yang semula menjadi primadona perekonomian ternyata

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Indonesia (Bukhari, 2011), kontribusi industri terhadap PDB Indonesia tahun 2000-2010, sektor tekstil, barang kulit dan alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Fashion kini telah berkembang pesat di hampir seluruh Negara maju dan berkembang. Tidak hanya industry kecil menengah baju dan celana, namun sepatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar BAB I PENDAHULUAN No 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun 2007-2008 telah mengalami perkembangan yang positif jika dibandingkan dengan usaha yang berskala besar. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang baik dari segi pendidikan, infrastruktur, perekonomian, dan sebagainya. Untuk dapat terus berkembang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh, mampu menunjukkan eksistensinya dengan tetap survive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia yang memiliki peranan besar dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kawasan Cigondewah merupakan salah satu kawasan pemukiman, sekaligus dikenal sebagai kawasan industri tekstil sejak tahun 1990-an, yang tumbuh seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Safaruddin 1 1 Jurusan Adminstrasi Niagaˏ Politeknik Negeri Medanˏ Medan 20155 E-mail: safaruddin_60@yahoo.com ABSTRAK Peran penting keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang di Indonesia pada saat ini. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini ditunjukkkan dengan tumbuhnya jumlah wirausahawan di Indonesia yang melonjak tajam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di provinsi Jawa Barat yang sekaligus menjadi ibukota dari provinsi tersebut. Bandung terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berdiri sendiri dan berskala kecil serta dikekola oleh kelompok masyarakat atau keluarga.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri restoran merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek yang bagus, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Menurut beberapa pihak yang berkompeten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia sangat besar dan memiliki kontribusi yang cukup besar. Berdasarkan data yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menjelaskan bahwa pengertian UMKM: usaha mikro adalah usaha produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pajak menjadi sebuah hal yang tak dapat dihindari oleh manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak dibuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang terdiri dari 28 Kecamatan, 294 Pekon dan 10 kelurahan. Kabupaten Lampung Tengah merupakan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulai 1 januari 2010 Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para pengusaha harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan suatu produk. Inovasi dari produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya (Krishna, 2010). Menurut President s Advisory Council dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya (Krishna, 2010). Menurut President s Advisory Council dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi keuangan dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memahami, dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia merupakan mahluk sempurna, sehingga untuk mendapatkan sesuatu manusia harus berusaha. Semua mahluk hidup memiliki kebutuhan tak terkecuali manusia, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kemajuan dunia usaha jauh berkembang dengan pesat, baik dalam skala besar maupun kecil dan juga sektor industri yang memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto 1.1 Jenis Flatshoes 1. Sumber: Data Internal NSBWZ (2014)

BAB I PENDAHULUAN. Foto 1.1 Jenis Flatshoes 1. Sumber: Data Internal NSBWZ (2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Perusahaan Nice Shoes Be Wonder Zhoes selanjutnya disingkat NSBWZ merupakan salah satu merek lokal di Indonesia yang khusus memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup pelbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan perekonomian di Indonesia banyak didukung oleh peran dari perekonomian rakyat. Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dan perjalanan ekonomi pada masa ini sangat dan kompetitif baik dalam tingkat nasional maupun antar daerah. Hal ini terjadi karena dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan PENDAHULUAN Pada bab I akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. Pada latar belakang dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini selain karena usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peran penting, karena sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang signifikan pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di dunia terutama di Asia Timur dan Tenggara.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami dinamika. Dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu arti usaha adalah pekerjaan yang melibatkan perbuatan, daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu arti usaha adalah pekerjaan yang melibatkan perbuatan, daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu arti usaha adalah pekerjaan yang melibatkan perbuatan, daya upaya, ikhtiar untuk menghasilkan sesuatu. Dengan demikian, pengertian dari usaha dalam wirausaha

Lebih terperinci

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun. BOKS 1 HASIL QUICK SURVEY DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI BENGKULU Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun 2015-2019 tentang kebijakan dan program pemberdayaan koperasi dan pada butir ke enam yaitu meningkatkan produktivitas rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian. Dalam perkembangannya UMKM banyak memberikan kontribusi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha sedang meningkat pesat, terlihat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat besar untuk pembangunan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan kerajinan batiknya. Kerajinan batik telah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembagunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara selalu diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, pembagunan ekonomi suatu daerah atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci