STUDI CFD DAN IN-SITU TERHADAP GERAKAN UDARA INTERIOR DARI EFFEK PILIHAN MODEL JENDELA JUNGKIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI CFD DAN IN-SITU TERHADAP GERAKAN UDARA INTERIOR DARI EFFEK PILIHAN MODEL JENDELA JUNGKIT"

Transkripsi

1 STUDI CFD DAN IN-SITU TERHADAP GERAKAN UDARA INTERIOR DARI EFFEK PILIHAN MODEL JENDELA JUNGKIT Bernard Harianja a, Eddy Prianto b, Wahyu Setiabudi c a,b,c Magister Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang INFO ARTIKEL Riwayat Artikel : Diterima : 22 Agustus 2016 Disetujui : 27 Agustus 2016 Kata Kunci : Simulasi CFD, In-situ, Jendela Jungkit, Kecepatan Udara, Arsitektural, Ecotect ARTICLE INFO Article History : Received :August 22, 2016 Accepted :August 27, 2016 Key words: CFD (Computational Fluid Dynamics), in-situ experimentations, pivot- Window, architectural, Ecotect ABSTRAK Profil gerakan udara yang masuk dalam bangunan disebabkan banyak faktor element arsitektur, diantaranya adalah bentuk jendelanya. Pengamatan terkait ini telah banyak dilakukan, baik yang dilakukan secra manual di lapangan ataupun dilakukan dengan simulasi CFD. Keakurasian suatu program simulasi dapat dibandingkan hasil pengukurannya dengan hasil pengamatan lapangan. Pada tulisan ini memiliki dua tujuan, pertama, yaitu menvalidasi dan mengetahui tingkat keakuratan beberapa teknik pengamatan penelitian in-situ (obyek pemodelan dan obyek ruangan skala 1:1 dan pensimulasian dari program komputasi CFD Ecotect. Dan tujuan kedua adalah mengetahui effek bukaan jendela jungkit yang dilakukan dengan dua metode tersebut terhadap tingkat kecepatan udaradidalamnya. Hasilnya dari pengamatan ini menunjukan bahwa bahwa skala keakuratan alat ukur seharusnya diperbandingkan dengan tingkat kalibrasi tertentu dari suatu program simulasi. Sedangkan terkait aplikasi model bukaan jendela, ternyata pilihan jendela jungkit sudut 30 lebih direkomendasikan dari pada sudut 45. ABSTRACT Indoor air performance caused by architectural configurations such as type of window. Many investigations carried out by insitu experimentations and used Computational Fluid Dynamics. The acuracy of analysis method used a simulation programs could be compared to field experiment. This study has two objectives : firstly, to compare the result of in-situ investigations and the result of CFD Ecotect numerical simulation.secondly, to find out the effect of pivoted window on indoor air movement by using two analysis methods. This paper presents the result of field experiment and compares them to the result of numerical simulation. For all window models, pivoted window with angle of 30 moore recommended than angle of

2 1. PENDAHULUAN Menurut Prianto dalam desertasinya berjudul Modelisation des ecoulements et analyse architecturale de performances de l espace habitable en climat tropical humide bahwa profil kecepatan udara dalam ruangan untuk mendapatkan kenyamanan termal ditentukan oleh parameter envelope bangunan (model jendela dan perletakan balkon) juga element arsitektur interiornya (bentuk plafond dan lantai) (Prianto, 2002). Penelitian tersebut dilakukan dengan program code-n3s, yaitu program yang dikembangkan oleh laboratorium LNH dan group peneliti dari EDF Perancis, semacam institusi PLN-nya Indonesia. Dan sejauh ini, untuk para kalangan akademis dan profesional di Indonesia telah mengenal CFD (Computational Fluid Dynamics) Ecotect versi 2013 (ecotect, 2008) (energycity, 2011) Beberapa pengamatan terkait pergerakan udara dan metode penggunaan program CFD menjadi bahan kajian pula seperti perilaku pergerakan angin yang melewati bukaanbukaan lebar suatu bangunan tinggi yang menggunakan system penghawaan alami pada bangunan gedung (Sangkertadi dan Suryono, 2001), (Jones dan Whittle, 1992), (Prianto, et all, 2001), (Kindangen et al, 1996, 1997, 2003), hingga effek pergerakan udara terkait dengan kenyaman penghuni (Jhon, 2011), (Prianto, 2002), (Gagoek dan Sukawi, 2014). Dan beberapa pengamatan tentang bentuk bukaan, berupa jendela yang merupakan pelubangan inlet dalam bangunan dalam pengaruhnya terhadap pola sirkulasi udara juga menjadi bagian yang mendasari penulisan ini (Prianto, 2003), (Kementerian Kesehatan, 2013), (BSN, 2001). Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tesis yang sedang kami selesaikan di program studi Magister Arsitektur di FT Universitas Diponegoro Semarang. Tema yang saya angkat adalah Pengaruh Luas bukaan Jendela dan Lubang Ventilasi Terhadap Laju dan Pola Aliran Udara terhadap Effesiensi Energi dalam gedung dengan bantuan simulasi CFD (Bernard et al, 2015). Dimana aspek lokasi, bahwa faktor iklim daerah tropis juga sangat menentukan profil udara dalam skala makro (Soegijanto, 1998). Dalam kajian Building Science Arsitektur dikenal 3 (tiga) metode pengamatan, yaitu : Penelitian In-situ, Pemodelan dan Simulasi. Menggaris bawahi peran pilihan model bukaan jendela, kami mencoba mengkaji kembali dengan mengoptimalkan model rumah miniatur yang ada di Departement Arsitektur Undip. Terdapat dua tujuan yang ingin kami kaji dalam artikel ini, yaitu kajian validasi dan keakuratan beberapa teknik pengamatan yaitu: penelitian in-situ (obyek pemodelan dan obyek ruangan skala 1:1 dan pensimulasian dari program komputasi CFD Ecotect Sehingga diharapkan kita dapat mengetahui seberapa tingkat akurasi program Ecotect agar dalam aplikasi penggunaan program tersebut bermanfaat secara efektif dan effesien dari efek waktu, biaya dan tenaga serta diharapkan menumbuh kembangkan kreatifitas penngunanya, baik kepentingan penelitian ilmiah dan praktis oleh para akademisi, peneliti dan professional. Tujuan kedua adalah sejauh mana peran jendela jungkit 30 dan 45 dalam mendapatkan kecepatan dan pola udara yang maksimum. Dan kedua, manfaat validasi pengamatan ini dapat pula mengetahui 2. METODOLOGI PENELITIAN Terdapat dua metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan membandingkan beberapa hasil pengukuran terhadap kecepatan udara yang diukur langsung terhadap dua obyek yang berbeda dengan hasil simulasi kecepatan udara dari program simulasi CFD Ecotect Spesifikasi objek model dan data input yang akan digunakan untuk simulasi CFD tentunya memiliki kesamaan dan kesetaraan dengan objek dan data input di lapangan. Dan mengkaji hasil simulasi terhadap effek bukaan jendela jungkit 30 dan 45. Beberapa batasan dalam pengukuran insitu adalah: a. Jenis sumber angin adalah angin buatan yang bersumber dari kipas angin dengan 3 (tiga) kecepatan yang dilakukan secara bergantian. Terdapat 3 variasi kecepatan yaitu: Tipe 1 dengan kecepatan 1.8 m/detik, Tipe 2 dengan kecepatan 2.8 m/detik, 287

3 Tipe 3 dengan kecepatan 3.8 m/detik, Data kecepatan angin ini diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan kipas angin pada ruang tertutup dengan menggunakan Anemometer yangberjarak 50 m dari sumber angin. b. Arah hembusan kipas angin dibuat tegak lurus terhdap lubang jendela dengan jarak yang bervariasi. c. Jenis jendela adalah kaca berbingkai kayu dengan sistem bukaan jungkit sudut 30. Alat yang digunakan : Beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan pengamatan ini adalah : a. Untuk pengukuran lapangan menggunakan beberpa alat sebagai berikut : Hotwire Anemometer, dapat digunakan untuk mengukur temperatur udara dan kecepatan udara di dalam ruangan dengan kecepatan minimum < 0.1 m/detik, merek alat ini adalah Krisbow KW06-653, 3 (tiga) unit dibandingkan angin alami yang besaran dan arah datangnya sangat dinamismerek Sekai.. Laptob, digunakan untuk menyimpan dan mentabulasi hasil pengukuran lapangan dan pelaporan. b. Untuk simulasi program CFD digunakan beberpa alat yaitu : Laptob Acer Aspire 47382, yang telah terinstal program Ecotect 2011 dan program pendampingnya Windair 4.1b Gambar 02 Kelengkapan program simulasi : Program Ecotect 2011 (energycity, 2011) dan Windair 4.1b Gambar 01 Peralatan pengukuran in-situ Anemometer 4 in 1, dapat digunakan untuk mengukur temperature, kuat cahaya, kelembaban udara dan kecepatan angin di luar ruangan dengan kecepatan minimum > 0.1 m/detik, merek alat ini adalah Lutron LM-8000A. Tiang penyangga/tripod, digunakan untuk menyangga Hotwire Anemometer dengan tinggi maks meter, merek alat penyangga ini adalah Kohlt KMB 600. Kipas angin, digunakan untuk sumber angin input buatandengan 3 (tiga) tipe kecepatan yang lebih konstan c. Alat pendukung yaitu : Kamera, HP Nokia 210, 1 (satu) unit, Meteran (max 5 meter), D-Explore, 1 (satu) unit, Pisau cutter, kabel listrik, batteray alkalin untuk alat ukur dan obeng Ruang Lingkup Penelitian Terdapat 2 (dua) lokasi dan jenis objek pengukuran in-situ, yaitu : a. Rumah Model Hemat Energy (miniature)- ukuran 1.00 x 1.00 x 1.00 meter, pada Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Salah satu sarana/prasarana dari fasilitas laboratorium Teknologi Bangunan Arsitektur dimana Dr.Ir.Eddy Prianto, CES,DEA sebagai Ketua Laboratoriumnya. b. Ruang mono zone pada laboratorium Komputer pada Departemen Teknik Kimia D3 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 288

4 Gambar 03 Dua obyek model reel pengukuran insitu (atas) dan sketsa penentuan titik ukur (bawah) Serta terdapat 2 (dua) jenis metode pengukurannya, yaitu pengukuran in-situ dengan menggunakan alat ukur hotwire dan pengukuran dari hasil simulasi CFD Ecotect versi Tahapan Penelitian Terdapat 2 (dua) tahapan pengamatan, Pertama dilakukan untuk menjawab tujuan pertama, yaitu kami akan mengkaji /menvalidasikan dan mengetahui keakuratan beberapa teknik pengamatan yang telah kami pilih : penelitian in-situ (obyek pemodelan dan obyek ruangan skala 1:1 dan pensimulasian dari program komputasi CFD Ecotect Sedangkan tahapan kedua, adalah menganalis effek jenis bukaan jendela jungkit 30 dan 45 terhadap profil kecepatan udara dalam ruangan. Spesifikasi teknis objek pengamatan terhadap obyek 2 ini dan tampilan visual untuk simulasi CFD adalah sebagai berikut: Jenis objek penelitian adalah ruang Laboratorium Komputer yang berukuran 3.50 m x 9.00 m dengan dinding terbuat dari pasangan batu bata, pintu dan jendela berventilasi atas serta sistem bukaan jendela jungkit bawah. Sumber angin input yang akan dicoba menggunakan kipas angin elektrik (A) dengan kecepatan 3.8 m/detik. Data kecepatan angin ini diperoleh dari hasil pengukuran kecepatan kipas angin pada ruang tertutup dengan menggunakan Anemometer yang berjarak 0.50 m dari sumber angin. Metode penggunaan alat ukur Hotwire Anemometer menggunakan bantuan computer (labtop) untuk merekam kecepatan aliran udara yang masuk ke dalam ruangan. Penempatan alat ukur kecepatan udara terdiri atas3 variasi ketinggian yaitu 120 m, 1.50 m, 2.00 m dan jarak antar titik ukur adalah 0.50 m. Alat ukur yang langsung dihubungkan dengan labtop, maka data akan terekam langsung dalam computer. Pensimulasian obyek in-situ hanya tinggal menempatkan posisi bukaan jendela pada posisi 30. Hasil rekam pengukuran kecepatan udara dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Sedangkan spesifikasi data untuk program CFD Ecotect Tinggi permukaan bawah terowongan angin 0 m dari MT. Temperatur udara ditentukan berdasarkan hasil pengukuran lapangan yaitu, suhu luar 34.5 C, suhu ruang 28 C. Angka kekentalan udara (viscosity) ditentukan 1.8e-05. Berat jenis udara 1.2 kg/m3 dan angka Iterasi 30 0/50. Waktu rekam pengukuran untuk setiap titik ukur dan ketinggian ukur tertentu berlangsung selama 30 menit. Gambar 04 Skema persiapan pengukuran In-situ dan program CFD Ecotect

5 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengukuran in-situ dengan hotwire dengan cara 01 Yang dimaksud cara 01 adalah pengukuran profil kecepatan udara dalam ruangan dengan menggunakan obyek model rumah miniature dengan menggunakan peralatan ukur hotware yang dilakukan secara manual (pengambilan titik ukur secara spot/titik waktu dan titik ukur). Kemudian kami lakukan perbandingan hasil ukurnya dengan menggunakan program CFD Ecotect Hasil pengukurannya adalah sebagai berikut : a) b) c) Gambar 05 Visualisasi hasil simulasi CFD Ecotect dengan perbedaan kecepatan angin input : a) 1.8 m/detik, b) 2.8 m/detik dan c) 3.8 m/detik Mencermati pola dan tingkat kecepatan udara yang terjadi didalam ruangan dari suatu sumber kecepatan 1.8 m/detik yang diletakkan pada jarak 0.50 m, dimananya letaknya dibagian eksterior bangunan / tepat tegak lurus dihadapan langsung jendela bukaan 30, maka deskripsi pola dan tingkat kecepatan udaranya yang terjadi dari hasil simulasi adalah sebagai berikut : Ketiganya memiliki pola yang serupa, dimana besaran kecepatan udara yang masuk yang terjadi tidaklah sebesar kecepatan udara dari kipas angin. Kecepatan serbesar hanya terjadi tepat pada space seputar inlet dan space seputar outlet serta seputar plafon. Pola yang terjadi diseputar inlet, dari ketiga pengamatan hasil simulasi masingmasing mengalami penurunan : untuk kecepatan 1.8 m/detik menjadi 0.5 m/detik, untuk kecepatan 2.8 m/detik menjadi 0.8 m/detik untuk kecepatan 3.8 m/detik menjadi 1.2 m/detik atau rata-rata mengamali penurunan 70%. Artinya sumber udara berkecepatan berjarak 0.50 meter mengalami penurunan kecepatan tepat di inlet sebesar 70% - merupakan bilangan cukup besar tingkat pengurangan ini, apakah hal ini karena teknis pemilihan sumber angin (kipas angin) salah? Atau jarak sumber udara terlalu dekat untuk spesifikasi kipas angin. Artinya jenis kipas angin bisa dipakai sebagai sumber kecepatan udara sebesar tingkatan kecepatan kipas angin bila diberikan corong atau jarak minimal dari kipas tersebut.kiranya phenomena kipas angin perlu ditindaklanjuti. Hipotesa awal, tentunya adanya turbulensi angin didepan kipas angin tersebut yang akan mencapai kecepatan sama pada jarak tertentu. Pola sekitar outlet, karena demensinya lebih kecil dari inlet (0.60 m tinggi jendela dan 0.20 m tinggi outlet atau sekitar 60% lebih kecil), disini pulalah didapatkan kecepatan udara besar sekitar sama dengan kecepatan seputar inlet, yaitu mengalami penurunan sekitar 80%. Pola sekitar plafond merupakan space dimana angin melintasi ruangan untuk kemudian keluar menuju outlet. Pola udara tidaklah langsung menyilang menuju outlet melewati tengah ruangan, justru udara berbelok/menyusuri dinding interior bagian atas bulkaan menuju ke plafond barulah 290

6 keluar. Kecepatan udara diplafond relative besar disbanding kecepatan di dalam ruangan. Mengamati perilaku hal seperti ini, sangatlah menguntungkan bilamana aliran udara ini berfungsi membuang panas kumpulan udara interior untuk didorong keluar ruangan ataupun teknik pemasangan ornament plafond harusnya lebih kuat. Bukaan jendela 30 dan outlet berada lebih tinggi dari pada posisi jendela, perilaku udara yang terjadi hanya disekitar dinding depan dan plafond saja, artinya space interior bagian tengah ruangan ataupun bagian bawah ruangan sama sekali tidak tersentuh aliran udara. Secara detail rekapitulasi hasil pengukuran ini dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 01 : Rekapitulasi data antara pengukuran lapangan (rumah model) & hasil simulasi : Sumber angin (A) In-situ kecp 1.8 B C D Simulasi In-situ kecp 2.8 Simulasi In-situ kecp 3.8 Simulasi Tingkat akurasi penggunaan program simulasi. Yang dimaksud tingkat akurasi program simulasi ini adalah seberapa besaran value yang didapatkan pada titik-titik yang telah ditentukan bilamana dibandingkan dengan posisi titik-titik yang sama yangdilakukan dengan pengukuran manual. Dan hasiln dari visual tampilan simulasi, ternyata hanya dapat dibaca pada skala 1 angka dibelakang digit. Sedangkan pengukuran lapangan yang menggunakan alat ukur hpotware (yang dilakukan secara manual/per spot waktu) bisa didapatkan 3 angka dibelakang digit. Membandingkan keduanya, dapat kami simpulkan tingkat akurasi alat lebih detail dari pada program simulasi. Beberapa hal yang meyebabkan ketidak akuratnya program ini, bisa dilakukan dengan meningkatkan tingkat iterasinya (lebih besar dari 500) ataupun dievaluasi kembali jarak sumber anginnya. Tingkat validasi kedua pengukuran. Sedangkan yang kami maksud tingkat validasi disini adalah : Pertama, seberapa jauh perbedaan hasil ukur dilapangan terhadap model dengan hasil ukur pada simulasi. Kedua, dapat diartikan bahwa pengukuran terhadap model divalidasi dengan gambar simulasi (bilama memang program simulasi terbilang akurat) ataupun hasil ukur simulasi divalidasi terhadap hasil ukur lapangan. Untuk maksud ini, maka kita dapat analisa table 01 diatas. Perbedaan hasil ukur antara simulasi dan pengukuran lapangan, sangatlah beragam di kedua titik. Di titik B, perbedaannya rata-rata hanya sekitar 17% (0.10 m/detik ke 0.12m/detik). Untuk titik C, perbedaannya rata-rata hanya sekitar 5% (0.60 m/detik ke 0.63m/detik) dan di titik D, perbedaannya rata-rata hanya sekitar 21% (0.23 m/detik ke 0.19m/detik). Artinya, karena rentang perbedaan hanya sekitar 5%-20% dapat dikatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan dengan program ini sudah mendekati valid setelah dibandingkan dengan pengukuran lapangan. Dan berate program ini telah siap digunakan untuk pensimulasian/pengukuran pada obyekobyek lainnya Pengukuran in-situ dengan hotwire dengan cara 02. Yang dimaksud cara 02 adalah pengukuran profil kecepatan udara dalam ruangan dengan menggunakan ruangan dalam ukuran sebenarnya (skala 1;1), dan alat ukur yang digunakan adalah hotware yang dilakukan dengan menghubungkan langsung ke program perekam dalam. Kemudian kami lakukan perbandingan hasil ukurnya dengan menggunakan program CFD Ecotect

7 0,302 0,000 0,236 0,232 1,113 0,000 a) 0,389 0,000 0,292 0,322 1,268 0,000 a) 0,130 0,000 0,078 0,153 1,149 0,000 b) 0,370 0,000 0,278 0, ,000 b) 0,122 0,042 0,087 0,158 5,000 0,000 c) Gambar 06 Grafik hasil pengukuran Hotwire Anemometer pada ketinggian 120 m kecepatan angin input titik A (3.8 m/detik) dengan jarak sumber angin/kipas 0.50m diukur selama 30 menit: a) pada titik B, b) pada ttik C dan c) pada titik D 0,262 0,000 0,201 0,245 1,048 0,000 c) Gambar 07 Grafik hasil pengukuran Hotwire Anemometer pada ketinggian 1.50 m kecepatan angin input titik A (3.8 m/detik) dengan jarak sumber angin/kipas 0.50 m diukur selama 30 menit: a) pada titik B, b) pada ttik C dan c) pada titik D 292

8 0,127 0,000 0,067 0,151 1,051 0,000 a) 0,116 0,000 0,049 0,0147 0,789 0,000 b) 0,255 0,000 0,233 0, ,000 c) Gambar 08 Grafik hasil pengukuran Hotwire Anemometer pada ketinggian 2.00 m kecepatan angin input titik A (3.8 m/detik) dengan jarak sumber angin/kipas 0.50m diukur selama 30 menit: a) pada titik B, b) pada ttik C dan c) pada titik D Bagaimana pola dan tingkat kecepatan udara yang terjadi didalam suatu ruangan berskala 1:1 (ruang laboratorium computer) dari suatu sumber angin sebuah kipas angin dengan kecepatan 3.8 m/detik yang diletakan tepat dihadapan jendela jungkit bersudut 30 pada jarak 0.50 m, maka deskripsi pola dan tingkat kecepatan udaranya yang terjadi adalah adalah sebagai berikut : Bilamana pada tampilan simulasi dari obyek berukuran 1.00 x 1.00m diatas, bahwa pola aliran udara mencapai kecepatan maksimum hanya pada 3 (tiga) spot (seputar inlet, seputar plafond dan seputar outlet), maka demikian pula halnya yang ditampilkan pada simulasi untuk ruangan laboratorium ini. Pola sekitar plafond merupakan space dimana angin melintasi ruangan untuk kemudian keluar menuju outlet. Pola udara masuk juga tidaklah langsung menyilang menuju outlet dengan melewati space tengah ruangan, justru udara berbelok/menyusuri dinding interior bagian atas bulkaan menuju ke plafond barulah keluar. Kecepatan udara diplafond relative besar 293isbanding kecepatan di dalam ruangan. Hanya saja yang membedakan dengan hasil simulasi sebelumnya, adalah bahwa pola gerakan udara sebelum keluar outlet mengalami perubahan mengisi sebagian ruang tengah disekitar plafond dan barulah secara horizontal keluar melalui lubang outlet. Hal ini bisa di hopitesakan bahwa demensi panjang ukuran interior sangat mempengaruhi pola/ besaran pola aliran udara. Tentunya, sebaimana hasil analisa sebelumnya diatas, bahwa mengamati perilaku hal seperti ini, sangatlah menguntungkan bilamana aliran udara ini berfungsi membuang panas kumpulan udara interior untuk didorong keluar ruangan ataupun teknik pemasangan ornament plafond harusnya lebih kuat. Mencermati penelitian sebelumya (Prianto 2.002), bahwa pola aliran udara dalam ruangan ini sangatlah dipengeruhi oleh bentuk plafondnnya, maka hasil pengamatan simulasi dengan program sependapat dengan hasil penelitian prianto dan depecker. Suatu ruangan seperti ruangan laboratorium ini, tervisualisasikan pergerakan udaranya bahwa bilamana bukaan jendela 30 dan outlet berada lebih tinggi dari pada posisi jendela, perilaku udara yang terjadi hanya disekitar dinding depan dan plafond saja, artinya space interior bagian tengah ruangan ataupun bagian bawah ruangan sama sekali tidak tersentuh aliran udara. Pola yang terjadi diseputar inlet, dari ketiga pengamatan hasil simulasi masingmasing mengalami penurunan : dari kecepatan 3.8 m pada sumber angin dibagian luar menjadi 4 zona kecepatan yaitu 0,5 m/detik, 1.00 m/detik, 1,5 m/detik dan 2.00m/detik. Artinya telah terjadi penurunan 293

9 kecepatan 47% (3,8 m/detik menjadi 2 m/detik) dan 87% (3,8 m/detik menjadi 0,5 m/detik). Secara detail pola pengurangan kecepatan udara dari masing-masing titik ukur adalah : Pada titik B di jarak 0.50 m dari dinding bukaan, kecepatan 3,8 m/detik menjadi 0.5 m/detik dan terus berkurang mendekati 0 (nol m/detik) kearah ukuran 1.00 dan 1.50 m kearah dalam. Atau dapat dikatakan mengalami penurunan dimulai 87% hingga 100%. Artinya space dibelakang jendela yang memiliki ketinggian 1.00 m diatas lantai ruangan, maka space interior berjarak 0.50 m lah saja yang masih mendapatkan tingkat besaran udara (0.5 m/detik) dan selanjutnya makin melemah hingga mencapai kecepatan 0 (nol), bagaimana yang terjadi dengan spece ruangan interior sepanjang 9.00 meter lainnya kebelakang? Sedangkan kearah vertical (jarak 1.50 m dan 2.00 meter diatas lantai pada posisi titik B ini, kecepatan udara yang terjadi relative konstan, yaitu rentang 0.5 m/detik 1.00 m/detik. Keceptan maksimal pada seputar inlet ini hanya mencapai 2 m/detik dan itupun tepatv diseputar lubang jendela. Tidak seperti halnya model pertama. Pada titik C (berjarak 1.00 m dari dinding bukaan) kearah horisontal (jarak 2.00 m kearah ruang dalam), bahwa kecepatan udara yang terjadi dibanding sumber udara dari luar berkecepatan 3.80 m menjadi sekitar 0 m/detik 0.5 m/detik dan terus berkurang mendekati 0 (nol m/detik). Bahkan dapat dikatakan pada titik C ini kearah dalam kecepatan udara sangat lemah hingga mencapai 0 (nol). Sedangkan kearah vertical, kecepatan maksimun didapatkan pada ketinggian 2.00 m (kecepatan 1 m/detik 1,5 m/detik). Dan terakhir yang sama sekali tidak tersentuh gerakan udara ataupun aliran angin ini adalah pada titik D, baik secara horizontal ataupun vertical. Dari tampilan simulasi tersebut dapat dikatakan bahwa ruangan ini, akan tidak tersentuh aliran udara pada bagian interiornya berawal dari jarak ukur 1.50 m dari dinding inlet hingga ke bagian belakang ruangan. Yang menarik adalah pola disekitar plafond atau diatas ketinggian 2.00 meter dari lantai mendekati outlet. Bahwa kece[atan udara inerior yang seyogyanya makin melemah setelah jarah 1.50 m dari inlet ( kecepatan 0 m/detik 0,5 m/detik), kini mengalami kenaikan kembali mencapai 1.5 m/derik hingga 2 m/detik yang berada disekitar 3.50 meter dari arah outlet di ketinggian 2.00 meter dari lantai (lihat gambar). Perilaku peningkatan ini terus bertambah hingga mencapai kecepatan 4 m/detik 5 m/detik diseputar outlet yang beruta kisi-kisi/krepyak. Atau dapat dikatakan mengalami peningkatan 32% (dari 3,8 m/detik ke 5 m/detik) Tingkat akurasi penggunaan program simulasi. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, bahwa yang dimaksud tingkat akurasi program simulasi ini adalah seberapa besaran value yang didapatkan pada titik-titik yang dihasilkan pada tampilan simulasi bilamana dibandingkan dengan value kecepatan udata pada posisi titik-titik yang sama yang dilakukan dengan pengukuran hotwire yang tersambung dengan latop/perekaman otomatis. Hasil dari visual tampilan simulasi, ternyata hanya dapat dibaca pada skala 1 angka dibelakang digit (sebagaimana hasil dari simulasi sebelumnya, missal 0,5 m/detik), sedangkan pengukuran lapangan yang menggunakan alat ukur hotwire bukan hanya mendapatkan value dengan 3 angka dibelakang digit (misal 0,127 m/detik), tapi data terekan secara otomatis pada setiap detiknya dengan rentang lama pengukuran diatur 30 menit. Membandingkan keduanya, dapat kami simpulkan tingkat akurasi alat sangat lebih detail dari pada program simulasi (lihat grafik pengukuran hotwire). Dua solusi untuk memperbaiki mengetahui perbaikan tingkat akurasi program simulasi : pertama, dilakukan dengan meningkatkan tingkat iterasinya (lebih besar dari 500), kedua redisain input jarak sumber anginnya. Namun hal ini perlu ditindaklanjuti pengamatannya. 294

10 Tingkat akurasi pengukuran dengan hotwire yang terekam langsung dengan program di laptop. Yang dimaksud dengan keakuratan pengukuran kecepatan angin dengan alat hotwire ini adalah seberapa value pengukuran kecepatan yang didapatkan selama pengukuran. Sebagaimana tertampil dalam gambar diatas, bahwa pengukuran yang lansung terekam otomasis dalam program, maka data dapat tercatat setiap detik. Tentunya pengukuran dan pendataan semacam ini sudah sangat akurat, apalagi pemakaian alat ini sebelumnya telah di sertivicat kalibrasinya. Artinya penggunaan alat hotwire tidak diragukan lagi dan direkomendasikan penggunaan secara otomatis, bukan secara manual sebagaimana teknik pengukuran sebelumnya. Tingkat validasi kedua pengukuran. Sedangkan yang kami maksud tingkat validasi pengukuran antara hasil simulasi dan hasil pengukuran dilapangan dengan alat ukur hotwire disini adalah seperti terdiskripsi diatas, yaitu : Pertama, seberapa jauh perbedaan hasil ukur dilapangan terhadap model dengan hasil ukur pada simulasi. Kedua, dapat diartikan bahwa pengukuran terhadap model divalidasi dengan gambar simulasi (bilamana memang program simulasi telah dilakukan penyempurnaan dalam proses data/input sebelum di running) ataupun hasil ukur simulasi divalidasi terhadap hasil ukur lapangan. Untuk maksud ini, maka kita dapat analisa table 02 di bawah ini. Perbedaan hasil ukur antara simulasi dan pengukuran lapangan, sangatlah beragam di kedua titik. Hanya saja untuk mendapatkan data pengukuran dari alat ukur hotwire yang terkoneksi langsung dengan laptop, maka terlebih dulu data harus diolah. Pengolahan data tersebut kita harus mencari nilai rataratanya (mean) dari sejumlah value yang terrekam setiap detiknya selama 30 menit. Value rata-rata di sepanjang titik B secara horizontal (dari ketinggian 0.50 m hingga 2.00m), value rata-rata taksiran dari simulasi didapatkan 0.75 m/detik, sedangkan dari hasil pengukuran hotwire didapatkan value ratarata sebesar 0,273 m/detik, maka terdapat perbedaan lebih detail sebesar 64%. Untuk titik C terdapat perbedaan lebih detail sebesar 18% (dari value 0.25 m/detik ke 0.21m/detik). Sedangkan di titik D, terdapat perbedaan lebih detail sebesar 15% (dari value 0.25 m/detik ke 0.21m/detik). Artinya, karena rentang perbedaan berkisar 15%-64% dapat dikatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan lapangan dengan menggunakan alat ukur hotwire pada kondisi sangat valid setelah dibandingkan dengan pengukuran dengan penggunaan program simulasi. Tabel 02 : Rekapitulasi data antara pengukuran lapangan (ruangan laboratorium) dan hasil simulasi : Sumber angin (A) B C D In-situ ketinggian Simulasi In-situ ketinggian Simulasi In-situ ketinggian Simulasi

11 a) b) Gambar 09 Grafik hasil pengukuran Hotwire Anemometer pada ketinggian 120 m selama 30 menit: a) pada titik B, b) pada titik C dan c) pada titik D 3.3. Pengaruh type bukaan jendela terhadap peningkatan kecepatan udara dalam ruangan. Setelah dilakukan tahap pengukuran akurasi antara obyek sebuah model dan obyek suatu ruangan reel berskala 1:1 dan tahap pengukuran keakurasian antara metode simulasi dan pengukuran lapangan dengan alat hotware diatas. Pada tahap kedua dari penelitian ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui kepengaruhan kecepatan udara dalam ruangan terhadap type bukaan jendela (30 dan 45 ) dan kecepatan udara masuk (1,8 m/detik, 2,8 m/detik dan 3,8 m/detik). Hasil perbandingan antara dua type jendela tersebut dalam tampilan simulasi program CFD Ecotect adalah sebagai berikut. 296

12 Gambar 10 Visual perbandingan simulasi profil gerakan udara pada jendela jungkit 30 &45 dengan input kecepatan udara 1.8 m/detik Tabel 03 : Rekapitulasi perbandingan profil gerakan udara pada jendela jungkit 30 dan 45 Type bukaan Kecepatan 1,8 Jungkit 30 Jungkit 45 B C D Gambar 11 Visual perbandingan simulasi profil gerakan udara pada jendela jungkit 30 &45 dengan input kecepatan udara 2.8 m/detik Kecepatan 2,8 Jungkit 30 Jungkit 45 Kecepatan 3,8 Jungkit 30 Jungkit Gambar 12 Visual perbandingan simulasi profil gerakan udara pada jendela jungkit 30 &45 dengan input kecepatan udara 3.8 m/detik Mengamati pola gerakan udara interior dari effek bentuk jendela jungkit 30 dan 45 secara prinsip bentuknya relative sama, baik pada input kecepatan udara 1,8m/detik, 2.8 m/detik dan 3,8 m/detik, yaitu udara bergerak masuk langsung menyusuri dindng menuju plafon untuk kemudiian keluar melalui outlet. Sehingga bagian tengah dan belakang ruangan sama sama sekali tidak tersentuh sirkulasi udara. Sedangkan yang membedakan pola antara jendela jungkit 30 dan 45 adalah pada besaran volume kecepatan udara dalam ruangan, dimana untuk jendela jungkit volume kecepatan udara kuantitasnya lebih banyak. Mencermati hasil ukur secara kuantitatif pada table 03 diatas, untuk ketiga perbedaan kecepatan udara masuk, ternyata keseluruhannya mengalami penurunan kecepatan udara interior rata-rata rentang 91%-94%. Secara detail dapat dipaparkan sebagai berikut: Pada jendela jungkit 30 dengan kecepatan udara masuk 1,8 m/detik : penurunan kecepatan antara 92% hingga 97% (1,8 m/detik ke 0,05 m/detik). Dimana hanya pada jendela jungkitlah terdapat penurunan sedikit sebesar 92%. Pada jendela jungkit 30 dengan kecepatan udara masuk 2,8 m/detik : penurunan kecepatan antara 84% hingga 98% (2,8 m/detik ke 0,05 m/detik). Dimana hanya pada jendela jungkitlah terdapat penurunan sedikit sebesar 84%. Pada jendela jungkit 30 dengan kecepatan udara masuk 3,8 m/detik : penurunan kecepatan antara 84% hingga 96% (3,8 m/detik ke 0,05 m/detik). Dimana hanya pada jendela jungkitlah terdapat penurunan sedikit sebesar 84%. 297

13 Artinya pada pilihan antara jungkit 30 dan 45, seyogyanya pilihlah jendela jungkit 30 karena di ruangan interiornya disamping masih terdapat kecepatan yang relative besar juga volume udara yang masuk relative lebih banyak. Hal ini senada dengan penelitian Prianto (Prianto 2002), bahwa jendela jungkit 30 lebih direkomendasikan dari pada jungkit 45 dalam menciptakan kenyamanan seseorang yang duduk. 4. KESIMPULAN a. Pemakaian alat ukur seyogyanya disesuaikan dengan tingkat keakuratan sebelum dilakukan pemvalidasian hasil ukur. b. Pemvalidasian secara sederhana dapat dilakukan antar metode yang setara/sejenis. Perbedaan metode seringt menimbulkan deviasi perbedaan yang signifikan. c. Tingkat keakurasian pengukuran kecepatan udara dalam percobaan ini secara runtut adalah : pengukuran lapangan dengan menggunakan alat hotwire kemudian menggunakan program simulasi. d. Profil pengukuran kecepatan udara interior dari obyek model dan obyek ukuran reel yang dipilih secara proposional tidaklah menimbulkan perbedaan yang signifikan. Justru mempertimbangkan hal ini, tentunya pemakaian obyek model miniature lebih direkomendasinya karena lebih simple dan praktis serta efesien. e. Pilihan antara jendela jungkit 30 dan 45, dalam mendapatkan kecepatan udara maksimum dan volume udara yang lebih besar terdapat pada pemakaian jendela jungkit 30. f. Perbedaan kecepatan udara masuk dalam ruangan pada pilihan jendela jungkit 30 dan 45, ternyata hanya pada aplikasi jendela jungkit 30 yang memiliki value significan kenaikannya disbanding jendela jungkit DAFTAR PUSTAKA BSN - Badan Standardisasi Nasional (2001), SNI tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. Jakarta, ecotect. (2008, - -). Autodesk. Retrieved april 20, 2016, from Ecotect v5.6 and Earlier: energycity. (2011, mei 3). ecotect. Retrieved april 10, 2016, from energycity: s/data-catalogue/existing-urban-energymodels/ecotect.php Gagoek, H dan Sukawi, (2014), Pengaruh Luas Bukaan Terhadap Kebutuhan Pertukaran Udara Bersih Dalam Rumah Tinggal. Jurnal Modul Vol. 14. Harianja, B; Prianto,E dan Setiabudi, W (2015), Pengaruh Luas bukaan Jendela dan Lubang Ventilasi Terhadap Laju dan Pola Aliran Udara dengan bantuan simulasi CFD, proposal Tesis MTA Undip (tidak dipublikasikan) Jones P. J., Whittle G. E (1992), Computational Fluid Dynamics for building air flow: Current status and capabilities, Building and Environment, vol 24, no.1, p Kementerian Kesehatan, (2002), KEPMENKES RI Nomor. 1405/MENKES/SK/XI tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta. Kindangen JI (2003), Pengaruh Tipe Jendela Terhadap Pola Aliran Udara Dalam Ruang, Jurusan Teknik Arsitektur, Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 31, No. 2, p Kindangen, J.I dan Krauss, G, (1996), Investigation of Natural Ventilation with Computational Fluid Dynamics. A Comparison Study with Wind Tunnel Results, Architectural Science Review, vol. 39, no. 2, p Kindangen, J.I., Krauss, G. dan Depecker, P, (1997), Effects of Roof Shapes on Wind- Induced Air Motion Inside Buildings, Building and Environment, vol.32, p Prianto, E dan Depecker,P., (2002). Characteristic of airflow as the effect of balcony, opening design and internal division on indoor velocity: A case study of traditional dwelling in urban living quarter in tropical humid region, Energy and Buildings, Volume 34, Issue 4, pp

14 Prianto, E, (2002), Modelisation des ecoulements et analyse architecturale de performances de l espace habitable en climat tropical humide, these de Doctorat, Universite de Nantes & Ecole Polytechnique de L Universite de Nantes, 124 p. Prianto, E, (2003), Design Jendela Yang Tanggap Terhadap Tuntutan Kenyamanan Penghuni, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 60 p. Prianto, E., Jachet,I., Depecker,P., dan Peneau, J-P., (2001). Contribution of N3S Numerical Simulation in Investigating the Influence of Balcony on Traditional Building to Obtain Maximum Indoor Velocity, Jornal Architecture Science, Hong Kong, Volume, Number 3, pp Prianto,E, (2002), Alternatif desain arsitektur daerah tropis lembab dengan pendekatan kenyamanan termal, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 30 Sangkertadi dan Suryono, (2001), Mengestimasi koefisien bukaan pada jendela bangunan tinggi dengan bantuan simulasi CFD, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur vo. 29 no. 2, p Sangkertadi, Suryono, (2001), Studi Ventilasi Alami dan Penghematan Energi pada Bangunan Tinggi, Laporan Akhir Hasil Penelitian URGE-DCRG Soegijanto, (1998), Bangunan Di Indonesia Dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau Dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, 325p. 299

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG Adela Carera * dan Eddy Prianto Laboratorium Teknologi Bangunan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PENGARUH TIPE JENDELA TERHADAP POLA ALIRAN UDARA DALAM RUANG

PENGARUH TIPE JENDELA TERHADAP POLA ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGARUH TIPE JENDELA TERHADAP POLA ALIRAN UDARA DALAM RUANG Jefrey I. Kindangen Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sam Ratulangi Manado E-mail: jkindangen@yahoo.com ABSTRAK Jendela sebagai

Lebih terperinci

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT PENGARUH PENGHALANG DI DEPAN DAN DI BELAKANGNYA

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT PENGARUH PENGHALANG DI DEPAN DAN DI BELAKANGNYA INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA DALAM BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT PENGARUH PENGHALANG DI DEPAN DAN DI BELAKANGNYA Jefrey I. Kindangen Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG Adela Carera a, Eddy Prianto b, Bambang Supriyadi c a,b,c Magister Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan. KONDISI VENTILASI ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG Djumiko Abstrak Salah satu faktor pertimbangan perancangan bangunan dalam konteks hemat energi adalah pemanfaatan faktor faktor iklim seperti matahari

Lebih terperinci

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara obyektif. Penelitian dengan cara. dan alat untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara obyektif. Penelitian dengan cara. dan alat untuk menyelesaikan permasalahan. RUMAH TRADISIONAL (Studi Kasus Rumah Tradisional Kejang Lako Dirantau Panjang Provinsi Jambi) METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara obyektif. Penelitian dengan cara pengukuran di lapangan dengan

Lebih terperinci

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS 209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

Gambar 3.2 Pola Penataan Bangunan Obyek Penelitian

Gambar 3.2 Pola Penataan Bangunan Obyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan lingkungan perumahan yang dikembangkan oleh swasta dengan pola penataan rumah tipe deret (row house) di Kota Medan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA Lustyyah Ulfa, Ridho

Lebih terperinci

Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang Kuliah

Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang Kuliah TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang Kuliah Baharuddin Hamzah (1), M. Ramli Rahim (1), Muhammad Taufik Ishak (1), Sahabuddin (2) (1) Laboratorium Sains dan Teknologi Bangunan, Departemen

Lebih terperinci

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD Mahizar Mandika Muhammad, Heru Sufianto, Beta Suryokusumo Sudarmo Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

EFEK WARNA DINDING TERHADAP PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA

EFEK WARNA DINDING TERHADAP PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA Riptek, Vol.4, No.1, Tahun 2010, Hal.: 31-35 EFEK WARNA DINDING TERHADAP PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA Eddy Prianto *) Abstrak Salah satu ciri konfigurasi dalam disain rumah minimalis adalah

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah Francisca Gayuh Utami Dewi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang dilakukan terhadap Model

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang dilakukan terhadap Model 115 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang dilakukan terhadap Model Student Center UAJYdengan variasi komposisi kipas 2230 RPM, 2350 RPM, dan 2750 RPM pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya Anisa Budiani Arifah 1, M. Satya Adhitama 2 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA PADA SISTEM RUANG BERSIH FARMASI SKRIPSI DIMAS ADRIANTO

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA PADA SISTEM RUANG BERSIH FARMASI SKRIPSI DIMAS ADRIANTO INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA PADA SISTEM RUANG BERSIH FARMASI SKRIPSI Oleh DIMAS ADRIANTO 0404020215 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 1 INVESTIGASI POLA ALIRAN

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN A. Pengukuran Kenyamanan Termal 1. Titik Ukur Untuk pengukuran temperatur dan kelembaban udara, maka disiapkan denah untuk menentukan titik dimana kita akan melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT

PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT Jurnal DISPROTEK Volume 7 no. 2 Juli 206 PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT Andung Jati Nugroho Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Dalam proses penelitian yang berjudul Evaluasi Kinerja Ruang Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Bandung (studi kasus laboratorium komputer), metode

Lebih terperinci

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone Sofyan Surya Atmaja, Agung Murti Nugroho, Subhan Ramdlani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA DAN SIMULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA DAN SIMULASI BAB III METODOLOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA DAN SIMULASI 3.1 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Pendahuluan Penelitian ini dilakukan pada industri obat PT X dengan batasan masalah yaitu: membahas tentang

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gedung Student Center Universitas Atma Jaya merupakan bangunan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gedung Student Center Universitas Atma Jaya merupakan bangunan yang 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Kajian dan Permasalahan Gedung Student Center Universitas Atma Jaya merupakan bangunan yang akan ditinjau pada penelitian ini. Bangunan ini masih dalam perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim tropis lembab yang dialami oleh Indonesia memberikan masalah yang spesifik dalam menciptakan kenyamanan ruang pada bangunan. Masalah yang timbul adalah tingginya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR Oleh : Wulani Enggar Sari (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, wulani_enggarsari@yahoo.com) Abstrak Kenyamanan di dalam sebuah bangunan sangat dipengaruhi oleh aliran udara

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 3 hari terhitung mulai dari tanggal 4 Juni 2009 sampai dengan 7 Juni 2009. Bertempat disalah satu rumah petani modern dan

Lebih terperinci

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN Disusun Oleh: Cindy Stasia Sri Kartika NIM : 105401480 PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM

Lebih terperinci

Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding Untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi Kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur)

Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding Untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi Kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur) Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding Untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi Kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur) Agita Rahmawati 1, Jusuf Thojib 2, Wasiska Iyati 2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus beroperasi pada tingkat efisiensi optimalnya. Untuk mempertahankan agar kinerja operasi selalu

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 28). Isu pemanasan

Lebih terperinci

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Novan H. Toisi 1 dan Kussoy Wailan John 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS Muhammad Siam Priyono Nugroho 1 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN UNTUK FLOATING PRODUCTION UNIT (FPU)

BAB III DASAR TEORI PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN UNTUK FLOATING PRODUCTION UNIT (FPU) 6 BAB III DASAR TEORI PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN UNTUK FLOATING PRODUCTION UNIT (FPU) 3.1 Software yang Digunakan Terdapat dua cara dalam melakukan perhitungan beban pendinginan ini, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai kerangka pemikiran dari studi ini, metode dan pelaksanaan penelitian, Penetapan lokasi penelitian, rumah uji, penentuan variable penelitian, Pengujian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

PENATAAN VENTILASI ALAMIAH DI PERMUKIMAN PADAT KAMPUNG SAYIDAN YOGYAKARTA

PENATAAN VENTILASI ALAMIAH DI PERMUKIMAN PADAT KAMPUNG SAYIDAN YOGYAKARTA TESIS PENATAAN VENTILASI ALAMIAH DI PERMUKIMAN PADAT KAMPUNG SAYIDAN YOGYAKARTA TIKA ARSVITANANTO WIJAYA PANGARSO NIM : 07/007/PS/MTA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim ABSTRACT Thermal comfort is specific issue in damped tropical climate region. It emerged from in this region highly moist

Lebih terperinci

Gedung Pertemuan di Kabupaten Nganjuk (Studi Pendekatan Sistem Penghawaan Alami)

Gedung Pertemuan di Kabupaten Nganjuk (Studi Pendekatan Sistem Penghawaan Alami) Gedung Pertemuan di Kabupaten Nganjuk (Studi Pendekatan Sistem Penghawaan Alami) Auni Intan Pertiwi, Jusuf Thojib 2, Nurachmad Sujudwijono 2 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

JMP : Volume 1 Nomor 1, April 2009 PERBANDINGAN PENGUKURAN MANUAL DAN SIMULASI MODEL TIME-VARYING UNTUK SUHU DAN ALIRAN UDARA

JMP : Volume 1 Nomor 1, April 2009 PERBANDINGAN PENGUKURAN MANUAL DAN SIMULASI MODEL TIME-VARYING UNTUK SUHU DAN ALIRAN UDARA JMP : Volume 1 Nomor 1, April 2009 PERBANDINGAN PENGUKURAN MANUAL DAN SIMULASI MODEL TIME-VARYING UNTUK SUHU DAN ALIRAN UDARA Maharani Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Tekink Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian kali ini dengan cara survey. Survey dilakukan untuk mendapat data mengenai: Keadaan tapak. Data lingkungan keadaan sekitar tapak. Banyaknya

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya rumah tinggal mempunyai halaman depan dan halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL Bambang Yunianto Departemen Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH *Feliks Lou Meno Sitopu 1, Bambang Yunianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ruang pemanas, ventilasi dan sistem air-conditioner

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ruang pemanas, ventilasi dan sistem air-conditioner BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan mendominasi penggunaan energy sebesar 40% dari energy di dunia dan sekitar 40-50% dari emisi karbon diseluruh dunia (Calautit et al, 2015). Selain itu, dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bangunan didirikan untuk mendapatkan perlindungan dari lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi

Lebih terperinci

Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember

Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember Nastiti Kusumawardani1, Jusuf Thojib2, dan Indyah Martiningrum2 1Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebagai langkah awal penelitian, penulis berupaya menelusuri berbagai studi literatur yang terkait dengan hal yang akan diteliti, yaitu mengenai atap.

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Arsitektur terhadap Kondisi Termal pada PPST Mojokerto Rizki Ulafa Urosyidin1 dan Heru Sufianto2

Pengaruh Desain Arsitektur terhadap Kondisi Termal pada PPST Mojokerto Rizki Ulafa Urosyidin1 dan Heru Sufianto2 [ Pengaruh Desain Arsitektur terhadap Kondisi Termal pada PPST Mojokerto [Kosong 14] Rizki Ulafa Urosyidin 1 dan Heru Sufianto 2 [Kosong 10] 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA ABSTRACT

STUDI PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA ABSTRACT STUDI PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA Imron Hamzah 1, Syamsul Hadib 1, D. Danardono Dwi Prija Tjahjanac 1 1 Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Optimalisasi Penghawaan Alami Pada Bangunan Pendidikan Berlantai Banyak (Studi Kasus : Gedung F FEB UB)

Optimalisasi Penghawaan Alami Pada Bangunan Pendidikan Berlantai Banyak (Studi Kasus : Gedung F FEB UB) Optimalisasi Penghawaan Alami Pada Bangunan Pendidikan Berlantai Banyak (Studi Kasus : Gedung F FEB UB) Dwiantosa Ahmad Fathony 1, Heru Sufianto 2, Bambang Yatnawijaya 3 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Lebih terperinci

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Teguh Prasetyo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po

Lebih terperinci

PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STIKES AISYAH KLATEN

PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STIKES AISYAH KLATEN PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STIKES AISYAH KLATEN Eny Dwi Wardani, Yayi Arsandrie Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta enywardani24@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney Moch Fathoni Setiawan (1), Eko Budi Santoso (1), Husni Dermawan (1)

Lebih terperinci

Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo- Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis

Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo- Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis Petunjuk Sitasi: Susanti, L., Zadry, H. R., & Fithri, P. (2017). Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo-Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B168-173). Malang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sedangkan di era krisis global saat ini kebutuhan hidup melambung tinggi termasuk

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Tubagus A. Dimas, Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi

Lebih terperinci

Memperkenalkan Kembali Program Komputer Matahari untuk Membantu Proses Perancangan BIPV dan POSIPV

Memperkenalkan Kembali Program Komputer Matahari untuk Membantu Proses Perancangan BIPV dan POSIPV TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Memperkenalkan Kembali Program Komputer Matahari untuk Membantu Proses Perancangan BIPV dan POSIPV Sangkertadi Lab. Sains & Teknologi Bangunan, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci