2 Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2"

Transkripsi

1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2014 KOMISI YUDISIAL. Hakim Agung. Calon. Seleksi. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Yudisial Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Cara Seleksi Calon Hakim Agung dan Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Penentuan Kelayakan Calon Hakim Agung dipandang tidak sesuai lagi untuk digunakan kembali sebagai acuan penyelenggaraan seleksi calon hakim agung; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Peraturan Komisi Yudisial tentang Seleksi Calon Hakim Agung. Mengingat : 1. Pasal 24A dan Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

2 2 Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5250); 4. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU- XI/2013 tanggal 9 Januari MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI YUDISIAL TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AGUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi Yudisial ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Mahkamah Agung Republik Indonesia adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Masyarakat adalah semua komunitas atau kelompok di luar Pemerintah dan Mahkamah Agung. 5. Profesi hukum adalah bidang pekerjaan seseorang yang dilandasi pendidikan keahlian di bidang hukum atau perundang-undangan, antara lain, advokat, penasehat hukum, notaris, penegak hukum,

3 3 akademisi dalam bidang hukum, dan pegawai yang berkecimpung di bidang hukum atau peraturan perundang-undangan. 6. Putusan pengadilan adalah putusan yang dibuat oleh calon hakim agung pada saat ia menjadi ketua atau anggota majelis hakim negeri dan/atau tinggi dalam menangani perkara. 7. Tuntutan jaksa adalah tuntutan/requisitoir, yang dibuat oleh calon hakim agung pada saat menjadi penuntut umum. 8. Pembelaan adalah pembelaan/pledoi, gugatan-gugatan, jawaban terhadap gugatan, replik, duplik dan simpulan yang dibuat oleh calon hakim agung pada saat ia membantu kliennya menangani perkara di dalam atau di luar pengadilan. 9. Publikasi ilmiah adalah karya ilmiah dari calon hakim agung yang telah dipublikasikan kepada masyarakat dalam bentuk Jurnal, buku, artikel, makalah, dan tulisan lain. 10. Seleksi uji kelayakan calon hakim agung adalah rangkaian kegiatan seleksi kualitas, kesehatan dan kepribadian, serta wawancara. 11. Tim teknis adalah perseorangan atau lembaga yang ditetapkan oleh Komisi Yudisial sesuai dengan keahliannya untuk membantu melaksanakan seleksi calon hakim agung. 12. Sistem kamarisasi adalah mekanisme seleksi yang didasarkan pada pilihan kamar peradilan perdata, pidana, agama, Tata Usaha Negara dan militer. 13. Hari adalah hari kerja. Pasal 2 Seleksi calon hakim agung dilaksanakan secara transparan, partisipatif, obyektif dan akuntabel. Pasal 3 Seleksi calon hakim agung dilaksanakan melalui tahapan: a. penerimaan usulan; b. seleksi administrasi; c. seleksi uji kelayakan; d. penetapan kelulusan; dan e. penyampaian usulan kepada DPR.

4 4 BAB II PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Penerimaan usulan calon hakim agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilakukan dengan cara mengumumkan penerimaan usulan calon hakim agung paling lama 15 (lima belas) hari sejak menerima surat pemberitahuan mengenai lowongan jabatan Hakim Agung dari Mahkamah Agung. (2) Penerimaan usulan calon hakim agung dilakukan selama 15 (lima belas) hari sejak pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pengusulan calon hakim agung kepada Komisi Yudisial dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung, Pemerintah, dan Masyarakat. (4) Usulan calon hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berasal dari : a. hakim karir; atau b. non karir. Pasal 5 Calon hakim agung yang sebelumnya telah mengikuti 2 (dua) kali seleksi secara berturut-turut tidak dapat diusulkan mengikuti 1 (satu) kali seleksi berikutnya. Bagian Kedua Persyaratan Administratif Pasal 6 (1) Calon hakim agung yang berasal dari hakim karir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. warga Negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. berijazah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; d. berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun; e. mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban;

5 5 f. berpengalaman paling sedikit 20 (dua puluh) tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3 (tiga) tahun menjadi hakim tinggi; dan g. tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim. (2) Calon hakim agung yang berasal dari non karir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. warga negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun; d. mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban; e. berpengalaman dalam profesi hukum dan atau akademisi hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun; f. berijazah doktor dan magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan h. Tidak pernah dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin. (3) Usulan calon hakim agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) melampirkan kelengkapan administrasi sebagai berikut: a. Daftar riwayat hidup, yang memuat riwayat pekerjaan dan pengalaman organisasi; b. Copy ijazah yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; c. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter rumah sakit pemerintah; d. Daftar Harta Kekayaan Serta Sumber Penghasilan Calon (dibuktikan dengan tanda bukti penyerahan LHKPN Form A dan Form B dari KPK); e. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak; f. Copy Kartu Tanda Penduduk (yang masih berlaku); g. Pas photo terbaru sebanyak 3 (tiga) lembar ukuran 4x6 (berwarna);

6 6 h. Surat keterangan berpengalaman dalam bidang hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun dari instansi yang bersangkutan; i. Surat pernyataan dari pengadilan negeri setempat bahwa calon tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, bagi calon Hakim Agung yang berasal dari nonkarier; j. Surat keterangan tidak pernah dijatuhi pemberhentian sementara bagi calon Hakim Agung yang berasal dari hakim karier, dan sanksi disiplin dari instansi/lembaga asal calon yang berasal dari Non karier; k. Surat pernyataan tidak akan merangkap sebagai pejabat negara, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, pengusaha, karyawan badan usaha milik negara/daerah atau badan usaha milik swasta, pimpinan/pengurus partai politik atau organisasi massa yang memiliki afiliasi dengan partai politik, atau jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, jika diterima menjadi Hakim Agung; l. Surat pernyataan kesediaan mengikuti proses seleksi calon Hakim Agung; m. Surat pernyataan pilihan kompetensi bidang hukum (Perdata, Pidana, Tata Usaha Negara, Agama dan Militer); dan n. Surat pernyataan tidak pernah mengikuti seleksi calon hakim agung dua kali secara berturut-turut. BAB III SELEKSI ADMINISTRASI Pasal 7 (1) Seleksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dilakukan melalui penelitian persyaratan administrasi calon hakim agung. (2) Penetapan hasil penelitian persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui rapat pleno. (3) Komisi Yudisial mengumumkan calon hakim agung yang memenuhi persyaratan administrasi dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak penetapan hasil penelitian persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi administrasi berhak mengikuti seleksi kualitas.

7 7 (5) Ketentuan lebih lanjut tentang seleksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung. Pasal 8 (1) Masyarakat berhak memberikan informasi dan pendapat terhadap calon hakim agung yang lulus seleksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3). (2) Pengumuman permintaan informasi dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersamaan dengan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3). (3) Pemberian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diumumkan. (4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterima Komisi Yudisial setelah nama-nama calon hakim agung disampaikan ke DPR, akan diteruskan ke DPR. Pasal 9 (1) Calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) wajib menyerahkan: a. surat rekomendasi dari 1 (satu) orang mengenai integritas, satu orang mengenai kualitas (kapasitas) dan 1 (satu) orang mengenai kinerja. b. Karya profesi yang berupa: 1. 1 (satu) putusan tingkat pertama dan 1 (satu) putusan tingkat banding bagi calon yang berasal dari hakim karir; 2. 2 (dua) karya ilmiah yang dipublikasikan bagi calon yang berasal dari akademisi dan lainnya; 3. 2 (dua) tuntutan bagi calon yang berasal dari jaksa; dan 4. 2 (dua) pembelaan bagi calon yang berasal dari advokat. (2) Surat rekomendasi dan karya profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan seleksi kualitas. BAB IV SELEKSI UJI KELAYAKAN CALON HAKIM AGUNG Bagian Kesatu Umum Pasal 10 (1) Seleksi uji kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dilakukan untuk menentukan kelayakan dari calon hakim agung,

8 8 (2) Seleksi uji kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. seleksi kualitas; b. seleksi kesehatan dan kepribadian; dan c. wawancara. (3) Seleksi uji kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama 20 (dua puluh) hari setelah pengumuman seleksi administrasi. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang seleksi uji kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung. Pasal 11 (1) Dalam melaksanakan uji kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) Komisi Yudisial dapat membentuk tim teknis. (2) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membuat pertanyaan dan/atau menentukan parameter penilaian dan menilai hasil uji kelayakan. Pasal 12 (1) Dalam melaksanakan uji kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) Komisi Yudisial dapat membentuk Tim Asistensi yang mempunyai tugas melakukan analisa dan penyiapan bahan uji kelayakan. (2) Tim Asistensi terdiri dari tenaga ahli Komisi Yudisial yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal. Bagian Kedua Seleksi Kualitas Pasal 13 (1) Seleksi kualitas sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (2) huruf a dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat kapasitas keilmuan dan keahlian calon hakim agung. (2) Seleksi kualitas sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan menurut sistem kamarisasi dengan cara: a. pembuatan karya tulis ditempat atau ujian tertulis; b. penyelesaian kasus hukum; c. penyelesaian kasus Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim; dan d. penilaian karya profesi.

9 9 Pasal 14 (1) Penilaian seleksi kualitas dilakukan dengan menggabungkan nilai pembuatan karya tulis, penyelesaian kasus hukum, penyelesaian kasus Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, dan Penilaian karya profesi (2) Dalam menentukan kelulusan seleksi kualitas, Komisi Yudisial menetapkan passing grade nilai kelulusan didasarkan pada sistem kamarisasi. (3) Calon hakim agung yang nilai seleksi kualitasnya diatas passing grade dinyatakan lulus seleksi kualitas. (4) Hasil kelulusan seleksi kualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan melalui rapat pleno. (5) Komisi Yudisial mengumumkan daftar nama calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi kualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat. (6) Calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi kualitas berhak mengikuti seleksi kepribadian. Bagian Ketiga Seleksi Kesehatan dan Kepribadian Pasal 15 (1) Seleksi kesehatan dan kepribadian sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (2) huruf b dilakukan untuk mengetahui, mengukur dan menilai kelayakan kesehatan dan kepribadian calon hakim agung. (2) Seleksi kepribadian dan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Pemeriksaan kesehatan; b. Profile Assessment; dan c. Rekam Jejak. Pasal 16 (1) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a dilakukan untuk menilai kesehatan jasmani dan rohani peserta seleksi calon hakim agung. (2) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Teknis Pemeriksa Kesehatan yang ditetapkan oleh Komisi Yudisial. (3) Penetapan hasil pemeriksaan kesehatan melalui rapat pleno.

10 10 (4) Komisi Yudisial mengumumkan penetapan hasil pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Calon hakim agung yang dinyatakan tidak lulus pemeriksaan kesehatan, tidak akan dilakukan klarifikasi dan tidak dapat mengikuti proses selanjutnya. Pasal 17 (1) Profile assessment sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b dilakukan untuk mengukur dan menilai integritas dan kompetensi calon hakim agung. (2) Profile assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Teknis Konsultan Kepribadian yang ditetapkan oleh Komisi Yudisial. Pasal 18 (1) Rekam jejak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 huruf c dilakukan untuk meneliti informasi atau pendapat yang diajukan oleh masyarakat, serta mendapatkan data dan informasi terkait reputasi dan gambaran diri calon hakim agung. (2) Rekam jejak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penerimaan informasi atau pendapat masyarakat, investigasi, dan self assessment. (3) Pelaksanaan penelitian atas informasi atau pendapat masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak pemberian informasi atau pendapat berakhir. Pasal 19 (1) Komisi Yudisial melakukan klarifikasi terhadap hasil penerimaan informasi atau pendapat masyarakat, investigasi, dan self assessment. (2) Calon hakim agung yang sebelumnya pernah mengikuti seleksi calon hakim agung dan telah dilakukan klarifikasi dipertimbangkan untuk tidak diklarifikasi ulang, sepanjang tidak ada informasi baru. Pasal 20 (1) Penentuan kelulusan seleksi kepribadian dengan mempertimbangkan hasil rekam jejak, self assesment, dan klarifikasi. (2) Penetapan kelulusan seleksi kepribadian ditetapkan melalui rapat pleno. (3) Komisi Yudisial mengumumkan penetapan kelulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

11 11 (4) Calon hakim agung yang dinyatakan lulus kepribadian berhak mengikuti seleksi wawancara. Bagian Keempat Wawancara Pasal 21 (1) Pelaksanaan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c dilakukan secara terbuka untuk menilai: a. pemahaman kode etik, hukum acara, serta teori dan filsafat hukum; b. kemampuan dalam mengkaji masalah hukum secara sistematis dan metodologis; c. wawasan tentang pengetahuan peradilan dan perkembangan hukum didasarkan pada sistem kamarisasi; d. komitmen dan visi; dan e. klarifikasi terhadap informasi baru. (2) Penilaian wawancara merupakan akumulasi dari nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Wawancara tertutup dilaksanakan dalam rangka pendalaman informasi terkait dengan kesusilaan. BAB V PENETAPAN KELULUSAN Pasal 22 (1) Penetapan kelulusan seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dilaksanakan secara bertahap melalui sistem gugur, dengan didasarkan pada sistem kamarisasi. (2) Komisi Yudisial mengumumkan daftar nama calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada masyarakat. (3) Pertimbangan kelulusan seleksi dimuat dalam Berita Acara Penetapan Kelulusan dengan melampirkan pertimbangan penetapan kelulusan. Pasal 23 (1) Penentuan kelulusan calon hakim agung dilakukan melalui rapat pleno yang dihadiri seluruh Anggota Komisi Yudisial secara musyawarah mufakat. (2) Apabila rapat pleno belum dihadiri oleh seluruh Anggota Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka rapat dapat ditunda 1 (satu) kali atau paling lama 3 (tiga) hari dan setelah itu

12 12 pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh 5 (lima) orang Anggota Komisi Yudisial. (3) Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah mufakat tidak tercapai, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak paling sedikit 5 (lima) suara. (4) Penentuan kelulusan akhir didasarkan pada pertimbangan akumulasi nilai seleksi kualitas dan wawancara, dengan mengutamakan integritas calon hakim agung. BAB VI PENYAMPAIAN USULAN CALON HAKIM AGUNG Pasal 24 (1) Pengajuan nama calon hakim agung kepada DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak berakhirnya seleksi wawancara. (2) Pengajuan nama calon hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk diminta persetujuannya dengan tembusan disampaikan kepada Presiden. (3) Pengajuan calon hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan lowongan jabatan berdasarkan sistem kamarisasi. (4) Pengajuan calon hakim agung kepada DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Anggota Komisi Yudisial dengan menyerahkan dokumen disertai penjelasan pertimbangan kelulusan setiap calon hakim agung. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi calon hakim agung tercantum dalam lampiran Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Komisi Yudisial ini. Pasal 26 Pada saat Peraturan Komisi Yudisial ini mulai berlaku, Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Yudisial Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Cara Seleksi Calon Hakim Agung (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 329) dan Peraturan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Penentuan

13 13 Kelayakan Calon Hakim Agung (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1191), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 27 Peraturan Komisi Yudisial ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangkan Peraturan Komisi Yudisial ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 April 2014 KETUA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, SUPARMAN MARZUKI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN

14 14 LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI YUDISIAL NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AGUNG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SELEKSI CALON HAKIM AGUNG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara No. 27/PUU- XI/2013 yang dibacakan pada sidang Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK) tanggal 9 Januari 2014, menetapkan bahwa Komisi Yudisial mengajukan 1 calon hakim agung untuk setiap 1 lowongan kepada DPR, telah meletakkan dasar dan konstruksi hukum baru dalam proses rekrutmen hakim agung. Sebagai konsekuensi hukumnya, Pedoman Uji Kelayakan Calon Hakim Agung yang ditetapkan dengan Peraturan Komisi Yudisial Nomor 6 Tahun 2013 perlu direview dan diubah agar substansinya sesuai dengan semangat dan muatan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut. Proses Seleksi Calon Hakim Agung merupakan sistem rekrutmen terbuka. Sistem rekrutmen terbuka memungkinkan bagi orang dari luar Hakim Karir untuk dapat menjadi Calon Hakim Agung. Dengan dibukanya pendaftaran, terdapat kualifikasi yang harus dipenuhi agar seseorang dapat menjadi Calon Hakim Agung. Kualifikasi tersebut dimaksudkan agar seseorang dengan kemampuan yang dipersyaratkan saja yang dapat menjadi peserta seleksi. Jadi pada dasarnya kemampuan merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjadi seorang CHA. Persyaratan administrasi merupakan bukti bahwa seseorang mempunyai adequate skill untuk diuji dalam proses Seleksi Calon Hakim Agung. Dalam ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, diatur bahwa setelah Komisi Yudisial mengumumkan kelulusan seleksi administrasi, Komisi Yudisial kemudian melakukan Seleksi Uji Kelayakan. Pembentukan Pedoman Uji Kelayakan Calon Hakim Agung itu sendiri merupakan penjabaran amanat Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18

15 15 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang Undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, yang menyatakan bahwa Dalam rangka melakukan seleksi, Komisi Yudisial membuat pedoman untuk menentukan kelayakan calon hakim agung Oleh karena itu, disusunlah Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung ini yang pada prinsipnya merupakan penyempurnaan dari Pedoman Penentuan Kelayakan Calon Hakim Agung yang telah ada. Sebagian besar materi dari Pedoman Penentuan Kelayakan Calon Hakim Agung masih sesuai dan karenanya tetap dipertahankan. Adapun materi yang diubah adalah beberapa ketentuan yang terkait implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi, memperbaiki sistem uji kelayakan, dan adanya penerapan sistem kamarisasi di Mahkamah Agung. Penerapan sistem kamarisasi di Mahkamah Agung sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor 142/KMA/SK/IX/2011 tanggal 19 September 2011 tentang Pedoman Penerapan Sistem Kamar di Mahkamah Agung, disebutkan pada point kedua bahwa sampai dengan bulan April 2014, atau selama masa transisi, penerapan sistem kamar dilakukan dengan penyesuaian terhadap kondisi dan struktur organisasi Mahkamah Agung. Hal tersebut mempunyai korelasi dalam rekrutmen hakim agung yang dilakukan oleh Komisi Yudisial. Penerapan sistem kamar yang mengklasifikasikan menjadi 5 kamar yaitu Kamar Pidana, Kamar Perdata, Kamar Tata Usaha Negara, Kamar Agama, dan Kamar Militer, melahirkan kriteria dalam penempatan Hakim Agung di masing-masing kamar yang ditentukan oleh : 1. Asal lingkungan peradilan, khusus untuk Hakim Agung yang berasal dari jalur karir. 2. Latar belakang pendidikan formal, khusus untuk Hakim Agung yang berasal dari jalur non karir, dan 3. Pelatihan yang pernah dilalui. Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung ini berguna untuk mendukung tujuan kamarisasi yaitu menjaga konsistensi putusan, meningkatkan profesionalisme hakim agung serta mempercepat proses penanganan perkara di Mahkamah Agung. Oleh karena itu, Panduan Seleksi Calon Hakim Agung dimaksudkan untuk menghasilkan hakim agung yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Selain itu, dalam pedoman penilaian dan penentuan kelayakan calon hakim agung memuat aspek-aspek utama yang dinilai oleh Komisi Yudisial dalam menentukan kelayakan calon hakim agung, yang meliputi: aspek kualitas dan integritas (kepribadian) serta instrumen-instrumennya yang terkait. Dalam aspek integritas (kepribadian) terkandung juga muatan untuk menilai kemampuan kepemimpinan atau kemampuan manajerial calon hakim agung. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilai dan menentukan kelayakan calon hakim agung antara lain adalah instrumen penilaian, parameter penilaian, dan cara penilaian atas aspek-aspek tersebut.

16 16 Dengan perkataan lain, Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung ini didesain sedemikian rupa sebagai sistem dan metode untuk mencari dan menemukan calon hakim agung yang memenuhi kriteria sebagaimana diamanatkan Pasal 24A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu hakim agung yang memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. Selain itu, hakim agung yang terpilih menguasai dan berkomitmen menjunjung tinggi 10 prinsip KEPPH yaitu, adil, jujur, arif bijaksana, mandiri, berintegritas, bertanggungjawab, menjunjung harga diri, disiplin tinggi, rendah hati, dan profesional. Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung ini merupakan acuan bagi Komisi Yudisial dalam menyelenggarakan Seleksi Uji Kelayakan Calon Hakim Agung agar dapat berjalan secara transparan, partisipatif, objektif dan akuntabel. B. PENGERTIAN Dalam Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung ini yang dimaksud dengan: 1. Seleksi Administrasi adalah penerimaan berkas administrasi pendaftaran, input data dan telaah kelengkapan administrasi dan pleno kelulusan seleksi administrasi; 2. Berkas administrasi adalah kelengkapan pendaftaran sebagaimana diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan Komisi Yudisial. 3. Calon Hakim Agung, yang selanjutnya disingkat CHA adalah pendaftar seleksi calon hakim agung, baik yang berasal dari karir maupun non karir. 4. Uji Kelayakan adalah kegiatan untuk menilai dan menentukan kelayakan calon hakim agung untuk diusulkan menjadi calon hakim agung kepada DPR melalui seleksi kualitas, kepribadian, dan wawancara. 5. Seleksi Kualitas adalah rangkaian kegiatan untuk menilai dan mengukur tingkat kapasitas keilmuan dan keahlian yang harus dimiliki oleh calon hakim agung sebagai bekal untuk menjalankan tugasnya sebagai hakim agung. 6. Seleksi Kepribadian adalah rangkaian kegiatan untuk mengukur dan menilai kelayakan kepribadian calon hakim agung untuk diangkat menjadi hakim agung melalui self assessment, profile assessment, investigasi, dan klarifikasi. 7. Sistem kamarisasi adalah mekanisme seleksi yang didasarkan pada kompetensi bidang hukum perdata, pidana, agama, tata usaha negara dan militer. 8. Tim kasus hukum adalah tim yang beranggotakan para mantan hakim agung, akademisi, dan praktisi, yang diangkat dan bertanggung jawab

17 17 kepada Komisi Yudisial untuk melakukan tugas membuat soal dan menilai hasil kasus hukum. 9. Tim penilai karya tulis adalah tim yang beranggotakan para mantan hakim, akademisi, dan praktisi, yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Komisi Yudisial untuk melakukan tugas menilai karya tulis. 10. Tim penilai kasus KEPPH adalah tim yang beranggotakan tenaga ahli Komisi Yudisial, yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Komisi Yudisial untuk melakukan tugas membuat soal dan menilai hasil soal KEPPH. 11. Penilai kepribadian adalah konsultan sumber daya manusia yang ditunjuk berdasarkan hasil lelang menurut ketentuan perundangundangan untuk melakukan pekerjaan profile assessment calon hakim agung. 12. Tim asistensi adalah tim yang beranggotakan tenaga ahli Komisi Yudisial yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Komisi Yudisial untuk melakukan asistensi pelaksanaan seleksi calon hakim agung. 13. Penilai kesehatan adalah Dokter Rumah Sakit Pemerintah yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Komisi Yudisial untuk melakukan pemeriksaan kesehatan calon hakim agung. 14. Panel ahli adalah tim yang beranggotakan mantan hakim agung, pakar dan/atau negarawan yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Komisi Yudisial untuk melakukan wawancara terhadap calon hakim agung. C. TUJUAN Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman dalam menyelenggarakan Seleksi calon Hakim Agung; 2. Untuk menjamin proses seleksi calon hakim agung secara transparan, partisipatif, objektif, dan akuntabel; 3. Mendapatkan peserta uji kelayakan yang kompeten; 4. Menghasilkan calon hakim agung yang layak dan mempunyai integritas dan kepribadian tidak tercela, adil, profesional, dan pengalaman di bidang hukum. D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pedoman Teknis Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung meliputi: seleksi administrasi, seleksi kualitas, seleksi kepribadian, wawancara, dan tata cara penyampaian usulan Calon Hakim agung ke Dewan Perwakilan Rakyat.

18 18 BAB II SELEKSI ADMINISTRASI Dalam rangka menentukan terpenuhinya persyaratan administrasi calon hakim agung, Komisi Yudisial melakukan seleksi administrasi dengan mengacu kepada pedoman sebagai berikut: A. PROSES PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG 1.Usulan Calon Hakim Agung a. Subjek Pengusulan Pengusulan Calon Hakim Agung dapat dilakukan oleh Pemerintah, Mahkamah Agung dan Masyarakat. Yang dimaksud dengan: 1) Pemerintah: adalah lembaga kepresidenan beserta instansinya baik instansi pusat maupun instansi daerah. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. 2) Mahkamah Agung: adalah lembaga Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24a Undang-undang Dasar Pengusulan calon Hakim Agung oleh Mahkamah Agung dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi di lingkungan Mahkamah Agung. 3) Masyarakat: adalah organisasi atau lembaga di luar Mahkamah Agung dan Pemerintah. b. Syarat Hakim Agung Peraturan mengenai persyaratan administrasi diatur dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung dan Undangundang Nomor 22 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Untuk dapat diangkat menjadi hakim agung, calon hakim agung harus memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, yang menentukan: 1) Hakim karier: a) Warga Negara Indonesia; b) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

19 19 c) Berijazah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; d) Berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun; e) Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban; f) Berpengalaman paling sedikit 20 (dua puluh) tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3 (tiga) tahun menjadi hakim tinggi; dan g) Tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim. 2) Nonkarier: a) Warga Negara Indonesia; b) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c) Berijazah doktor dan magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; d) Berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun; e) Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban; f) Berpengalaman dalam profesi hukum dan atau akademisi hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun; g) Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; h) Tidak pernah dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin. Selain persyaratan tersebut, seorang calon hakim agung harus memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial: a) Daftar riwayat hidup, termasuk riwayat pekerjaan; b) Ijazah asli atau yang telah dilegalisasi; c) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter rumah sakit pemerintah; d) Daftar harta kekayaan serta sumber penghasilan calon; e) Nomor Pokok Wajib Pajak.

20 20 c. Kelengkapan Administrasi 1) Surat Pengusulan Calon Hakim Agung; 2) Daftar riwayat hidup, yang memuat riwayat pekerjaan dan pengalaman organisasi; 3) Copy ijazah beserta transkrip nilai yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang; 4) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter rumah sakit pemerintah; 5) Daftar Harta Kekayaan Serta Sumber Penghasilan Calon (dibuktikan dengan tanda bukti penyerahan LHKPN Form A dan Form B dari KPK) ; 6) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak; 7) Copy Kartu Tanda Penduduk (yang masih berlaku); 8) Pas photo terbaru sebanyak 3 (tiga) lembar ukuran 4x6 (berwarna); 9) Surat keterangan berpengalaman dalam bidang hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun dari instansi yang bersangkutan; 10) Surat keterangan dari pengadilan negeri setempat bahwa calon tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, bagi calon Hakim Agung yang berasal dari nonkarier; 11) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi pemberhentian sementara bagi calon Hakim Agung yang berasal dari hakim karier, dan sanksi disiplin dari instansi/lembaga asal calon yang berasal dari Non karier; 12) Surat pernyataan tidak akan merangkap sebagai pejabat negara, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, pengusaha, karyawan badan usaha milik negara/daerah atau badan usaha milik swasta, pimpinan/pengurus partai politik atau organisasi massa yang merupakan underbouw partai politik, atau jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, jika diterima menjadi Hakim Agung; 13) Surat pernyataan kesediaan mengikuti proses seleksi calon Hakim Agung; 14) Surat pernyataan pilihan kamar peradilan (Perdata, Pidana, Tata Usaha Negara, Agama dan Militer).

21 21 2.Petugas Penerimaan Petugas Penerimaan administrasi adalah staf Komisi Yudisial yang ditugaskan untuk menerima pendaftaran berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial. Dalam melaksanakan tugasnya, petugas pendaftaran melakukan: a. Hak : 1) memeriksa keaslian berkas dan memberikan keterangan pada fotokopi berkas jika CHA menunjukkan aslinya kepada petugas. Bunyi keterangan tersebut adalah Pendaftar menunjukkan berkas yang diklaim sebagai asli dengan ditandatangani oleh yang bersangkutan dan petugas; 2) mengambil berkas pendaftaran dari berkas lama (berkas pendaftar yang pernah digunakan untuk mendaftar) sejauh masih berlaku; 3) menghubungi Calon Hakim Agung yang diusulkan untuk melengkapi berkas; 4) menentukan lengkap tidaknya berkas kelengkapan administrasi. b. Kewajiban : 1) menerima usulan calon hakim Agung; 2) memeriksa kelengkapan berkas pendaftar dan menyerahkan tanda bukti penyerahan berkas kepada pendaftar; 3) melakukan proses register usulan calon hakim Agung; 4) melakukan input data (kode kelengkapan), penyusunan profil kelengkapan administrasi Calon Hakim Agung). B. PARAMETER SYARAT DAN KELENGKAPAN ADMINISTRASI CALON HAKIM AGUNG 1.Definisi Persyaratan Administrasi Hakim Karir a. Warga Negara Indonesia 1) Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 2) Untuk membuktikan kewarganegaraan Indonesia, seorang calon Hakim Agung berkewajiban untuk menyerahkan fotokopi KTP. b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Yang dimaksud dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah bahwa calon hakim agung menganut salah satu agama yang diakui oleh Negara sebagaimana tercantum dalam fotokopi KTP. c. Berijazah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum;

22 22 1) Yang dimaksud dengan magister di bidang hukum adalah gelar akademis pada tingkat strata 2 dalam bidang ilmu hukum, termasuk magister ilmu syari ah atau magister ilmu kepolisian 2) Yang dimaksud sarjana lain yang mempunyai keahlian bidang hukum adalah sarjana di luar sarjana hukum yang mempunyai keahlian di bidang hukum yang meliputi sarjana syari ah dan sarjana kepolisian. d. Berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun; 1) Yang dimaksud berusia 45 tahun adalah usia pada saat diusulkan sudah melebihi atau sama dengan 45 tahun. 2) Pengukuran usia 45 tahun dihitung dari tanggal penutupan penerimaan usulan calon hakim agung. e. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban; 1) Yang dimaksud mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban akan secara detail diujikan dalam tahapan seleksi uji kelayakan; 2) Sebagai bukti administrasi pendukung kemampuan rohani dan jasmani adalah dengan menyerahkan surat keterangan sehat jasmani dan rohani. f. Berpengalaman paling sedikit 20 (dua puluh) tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3 (tiga) tahun menjadi hakim tinggi; 1) Yang dimaksud dengan 20 tahun menjadi hakim adalah dihitung mulai dari TMT pertama kali menjadi hakim tingkat pertama. 2) Untuk membuktikan pengalaman menjadi hakim dibuktikan dengan SK pengangkatan sebagai hakim. 3) Untuk menghitung 3 tahun hakim tinggi dihitung dari pelantikan pertama kali hakim tinggi. g. Tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim. Yang dimaksud sanksi pemberhentian sementara adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial yang menyebutkan bahwa: Sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, usul penjatuhan sanksi terhadap hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dapat berupa: a. teguran tertulis; b. pemberhentian sementara; atau c. pemberhentian.

23 23 2.Definisi Persyaratan Administrasi Non Karir a. Berpengalaman dalam profesi hukum dan atau akademisi hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun; 1) Yang dimaksud profesi hukum adalah bidang pekerjaan seseorang yang dilandasi pendidikan keahlian di bidang hukum atau perundang-undangan, antara lain, advokat, penasihat hukum, notaris, penegak hukum, akademisi dalam bidang hukum, dan pegawai yang berkecimpung di bidang hukum atau peraturan perundang-undangan. 2) Penghitungan pengalaman profesi hukum 20 tahun dihitung sejak lulus gelar Sarjana Hukum. b. Berijazah doktor dan magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; 1) Yang dimaksud dengan doktor dan magister di bidang hukum adalah gelar akademis pada tingkat strata 2 dan strata 3 dalam bidang ilmu hukum, termasuk ilmu syari ah atau ilmu kepolisian. 2) Yang dimaksud sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum adalah sarjana di luar sarjana hukum yang mempunyai keahlian di bidang hukum yang meliputi sarjana syari ah dan sarjana kepolisian. c. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; 1) Yang dimaksud dengan pidana penjara sebagaimana dimaksud diatas adalah tindak pidana yang ancaman pidananya lebih dari 5 tahun; 2) Tindak pidana yang diancam dipidana lebih dari 5 tahun adalah tindak pidana yang secara positif diatur oleh undang-undang yang ancaman pidananya lebih dari 5 tahun; 3) Walaupun putusan pengadilan menyatakan hanya dihukum 0 sampai kurang dari 5 tahun, namun apabila tindak pidana yang dilakukan secara positif diancam dengan pidana lebih dari 5 tahun, maka yang bersangkutan tidak lulus administrasi 4) Penentuan ancaman hukuman dilihat dari peraturan perundangundangan, dan mengesampingkan tuntutan jaksa. d. Tidak pernah dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin. Sanksi pelanggaran disiplin adalah sanksi yang diberikan oleh atasan yang bersangkutan.

24 24 3.Parameter Kelengkapan Administrasi Di dalam persyaratan administrasi sebagaimana diatur dalam peraturan ini, penerimaan usulan calon hakim agung harus melampirkan data pendukung sebagai berikut: a. Surat pengusulan calon hakim Agung 1) Diusulkan oleh Pemerintah, MA dan Masyarakat Untuk dapat disebut sebagai masyarakat minimal mempunyai struktur organisasi. 2) Surat Pengusulan berisi: a) Identitas pengusul dan yang diusulan; b) Alasan pengusulan; c) Tandatangan Pengusul 3) Surat pengusulan Calon Hakim Agung dibuat sesuai dengan Format II.A yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. b. Daftar riwayat hidup 1) Daftar riwayat hidup memuat: a) identitas diri b) riwayat pekerjaan dan pengalaman organisasi; c) tandatangan yang bersangkutan. 2) Daftar riwayat hidup dibuat sesuai dengan Format II.B yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. c. Copy Kartu Tanda Penduduk 1) Copy Kartu Tanda penduduk yang masih berlaku untuk mendapatkan informasi mengenai tanggal dan tahun lahir, agama, domisili dan kewarganegaraan dari calon hakim Agung. 2) Apabila Kartu Tanda Penduduk sudah habis masa berlakunya dan sedang dalam proses pembuatan, maka calon hakim Agung melampirkan copy Kartu Tanda Penduduk yang lama beserta surat keterangan domisili. d. Pasphoto 1) Pasphoto terbaru ukuran 4x6 (dengan latar belakang warna merah)sebanyak 3 (tiga) lembar; 2) Pasphoto digunakan sebagai identitas selama mengikuti proses seleksi. e. Copy ijazah 1) Copy ijazah sebagai bukti gelar akademis yang dipersyaratkan Undang-undang;

25 25 2) Copy ijazah harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Apabila tidak dilegalisir dapat menunjukkan ijazah aslinya kepada panitia. 3) Copy ijazah yang dilegalisir untuk mengetahui otentifikasi ijazah; 4) Surat Keterangan Lulus tidak berlaku. f. Surat keterangan berpengalaman dalam bidang hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun dari instansi yang bersangkutan 1) Surat keterangan berpengalaman dibidang hukum memuat: a) Identitas calon hakim Agung yang diusulkan; b) Riwayat pekerjaan; c) Tandatangan yang calon hakim Agung atau yang menerangkan 2) Surat Keterangan berpengalaman dibidang hukum dilengkapi dengan SK Pengangkatan Calon Hakim Agung dalam profesi bidang hukum. 3) Surat keterangan berpengalaman dibidang hukum dibuat sesuai dengan Format II.C yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. g. Surat keterangan sehat 1) Surat Keterangan sehat yang menyatakan kesehatan jasmani dan rohani calon hakim Agung; 2) Surat kesehatan dibuat oleh dokter rumah sakit pemerintah; h. Tanda terima penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) dari Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) 1) Komisi Yudisial melakukan kerjasama dengan KPK untuk memperdalam harta kekayaan calon hakim agung; 2) Calon hakim agung baik dari kamar karir maupun non karir harus menyerahkan laporan harta kekayaannya kepada KPK untuk dianalisa. i. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) j. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih di atas kertas bermaterai, bagi calon Hakim Agung yang berasal dari non karier. 1) Surat pernyataan memuat: a) Identitas pembuat surat pertanyaan; b) Pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; c) Tanda tangan pembuat pernyataan.

26 26 2) Dibuat di atas kertas bermaterai. 3) Surat pernyataan di buat sesuai dengan Format II.D yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. k. Surat keterangan tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara bagi calon Hakim Agung yang berasal dari hakim karier, dan sanksi pelanggaran disiplin dari instansi/lembaga asal calon yang berasal dari non karier. 1) Pemberi Keterangan merupakan atasan atau Lembaga; 2) Surat keterangan memuat: a) Identitas pemberi keterangan; b) Identitas yang diterangkan; c) Keterangan tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara bagi calon Hakim Agung yang berasal dari hakim karier, dan sanksi pelanggaran disiplin. 3) Surat keterangan di buat sesuai dengan Format II.E yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. l. Surat pernyataan tidak akan merangkap sebagai pejabat negara, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, pengusaha, karyawan badan usaha milik negara/daerah atau badan usaha milik swasta, pimpinan/pengurus partai politik atau organisasi massa yang merupakan underbouw partai politik, atau jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan di atas kertas bermaterai, jika diterima menjadi Hakim Agung. 1) Surat pernyataan memuat: a) Identitas pembuat surat pertanyaan; b) Pernyataan tidak tidak akan merangkap sebagai pejabat negara, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, pengusaha, karyawan badan usaha milik negara/daerah atau badan usaha milik swasta, pimpinan/pengurus partai politik atau organisasi massa yang merupakan underbouw partai politik, atau jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; c) Tanda tangan pembuat pernyataan. 2) Surat pernyataan dibuat sesuai dengan Format II.F yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. m. Surat pernyataan kesediaan mengikuti proses seleksi calon Hakim Agung. 1) Surat pernyataan memuat: a) Identitas pembuat surat pertanyaan; b) pernyataan kesediaan mengikuti proses seleksi calon Hakim Agung; c) Tanda tangan pembuat pernyataan.

27 27 2) Surat pernyataan dibuat sesuai dengan Format II.G yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. n. Surat pernyataan kamar peradilan yang dipilih (Perdata, Pidana, Tata Usaha Negara, dan Agama) ; 1) Surat pernyataan memuat: a) Identitas pembuat surat pertanyaan; b) pernyataan kamar peradilan yang dipilih (Perdata, Pidana, Tata Usaha Negara, dan Agama); c) Tanda tangan pembuat pernyataan. 2) Surat pernyataan dibuat sesuai dengan Format II.H yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. o. Surat pernyataan tidak pernah mengikuti seleksi calon hakim agung dua kali secara berturut- turut yang dibuat oleh calon (pendaftar) diatas kertas bermeterai. 1) Surat pernyataan memuat: a) Identitas pembuat surat pertanyaan; b) pernyataan tidak pernah mengikuti seleksi calon hakim agung dua kali secara berturut- turut; c) Tanda tangan pembuat pernyataan. 2) Surat pernyataan dibuat sesuai dengan Format II.I yang terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. C. PENENTUAN KELULUSAN ADMINISTRASI Kelulusan administrasi Calon Hakim Agung ditetapkan melalui Rapat Pleno Komisi Yudisial.

28 28 BAB III SELEKSI KUALITAS Dalam rangka menilai dan mengukur tingkat kapasitas keilmuan dan keahlian calon hakim agung, Komisi Yudisial melakukan seleksi kualitas dengan mengacu kepada pedoman sebagai berikut: A. ASPEK PENILAIAN Aspek-aspek yang dinilai dalam proses seleksi kualitas meliputi: 1. Aspek keilmuan Aspek keilmuan yang dinilai dari calon hakim agung meliputi wawasan dan penguasaan ilmu hukum, analisa hukum, penerapan hukum, penemuan hukum, dan membuat kesimpulan secara tepat dan benar. 2. Aspek keahlian Aspek keahlian yang dinilai adalah keterampilan calon hakim agung dalam membuat putusan yang mencerminkan nilai-nilai filosofis (nilainilai keadilan berdasarkan idealita), sosiologis (norma-norma yang hidup dalam masyarakat), dan yuridis (kepastian hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku). B. INSTRUMEN DAN PARAMETER PENILAIAN 1.Instrumen Penilaian Instrumen yang digunakan untuk menggali keilmuan dan keahlian calon hakim agung pada seleksi kualitas meliputi: a. Karya Tulis Setiap calon hakim agung wajib membuat karya tulis di tempat, dengan tema dan judul yang telah ditetapkan oleh Panitia. b. Penyelesaian kasus hukum Setiap calon hakim agung wajib menjawab soal kasus hukum dalam bentuk membuat putusan kasasi/peninjauan kembali/judicial review, yang telah disiapkan oleh Panitia. c. Penyelesaian kasus Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Setiap calon hakim agung wajib menjawab soal kasus Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). d. Karya Profesi Setiap calon hakim agung wajib menyerahkan karya profesinya kepada Panitia:

29 29 1) Bagi calon hakim agung dari jalur karier menyerahkan putusan pengadilan tingkat pertama dan/atau banding (pada saat calon hakim agung menjadi ketua atau anggota majelis dalam menangani dan memutus perkara). 2) Bagi calon hakim agung dari jalur karier menyerahkan putusan pengadilan tingkat banding (pada saat calon hakim agung menjadi ketua atau anggota majelis dalam menangani dan memutus perkara). 3) Bagi calon hakim agung dari jalur non karier yang; profesi jaksa menyerahkan tuntutan jaksa (dakwaan), profesi pengacara menyerahkan pembelaan (pledoi), dan profesi akademisi dan profesi hukum lainnya menyerahkan hasil karya/publikasi ilmiah. Terhadap karya profesi, dan hasil pengerjaan karya tulis, dan kasus hukum diberikan identitas samaran, dan baru dibuka setelah kompilasi hasil seleksi kualitas selesai tersusun. 2.Parameter Penilaian Penilaian terhadap karya profesi, karya tulis, dan pendapat hukum dilakukan menurut parameter penilaian sebagaimana tersebut di bawah ini: a. Karya Tulis 1) Ketepatan merumuskan masalah; 2) Metode dan analisis pemecahan masalah; 3) Landasan teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan; 4) Penggunaan tata bahasa yang baik, baku, dan mudah dipahami; 5) Sistematika penulisan. b. Kasus Hukum 1) Penguasaan Prosedur Hukum dan ketepatan memahami masalah; 2) Pertimbangan Hukum (legal reasoning) yang memuat landasan filosofis, sosiologis dan yuridis; Pertimbangan hukum berupa serangkaian pernyataan secara logis untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan, berkaitan dengan asas hukum, norma hukum dan peraturan hukum konkret, serta sistem hukum dan penemuan hukum. Sedangkan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis yang dimaksud meliputi: a) Kewajiban hakim menggali nilai-nilai keadilan yang hidup di dunia ide; b) Kewajiban hakim menggali norma-norma yang hidup di dalam masyarakat;

TUGAS DAN WEWENANG. Tugas dan Wewenang KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PROFIL KELEMBAGAAN KOMISI YUDISIAL

TUGAS DAN WEWENANG. Tugas dan Wewenang KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PROFIL KELEMBAGAAN KOMISI YUDISIAL TUGAS DAN WEWENANG Tugas dan Wewenang REPUBLIK INDONESIA 23 Pengusulan Pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Adhoc di Mahkamah Agung Salah satu kewenangan Komisi Yudisial adalah mengusulkan pengangkatan hakim

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PENJARINGAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2017

SOSIALISASI DAN PENJARINGAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2017 SOSIALISASI DAN PENJARINGAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2017 DASAR HUKUM 1. Pasal 24B UUD 1945; 2. Pasal 13 UU Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Komisi Yudisial; 3. Peraturan Komisi Yudisial Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Lebih terperinci

2016, No Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun

2016, No Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1145, 2016 KY. Calon Hakim Ad Hoc Hubungan Industrial. Seleksi. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Nomor:01/PENG/P.KY/II/2014

PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Nomor:01/PENG/P.KY/II/2014 PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Nomor:01/PENG/P.KY/II/2014 Berdasarkan surat Wakil Ketua Mahkamah Agung RI Bidang Non Yudisial No. 02/WKMA/I/2014 tanggal 30

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERIODE I TAHUN 2015 Nomor: 9 /PENG/P.KY/12/2014

PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERIODE I TAHUN 2015 Nomor: 9 /PENG/P.KY/12/2014 PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERIODE I TAHUN 2015 Nomor: 9 /PENG/P.KY/12/2014 Komisi Yudisial Republik Indonesia mengundang Mahkamah Agung, Pemerintah, dan Masyarakat

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA. PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG PERIODE II TAHUN 2017 Nomor: 10/PENG/PIM/RH.01.

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA. PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG PERIODE II TAHUN 2017 Nomor: 10/PENG/PIM/RH.01. KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG PERIODE II TAHUN 2017 Nomor: 10/PENG/PIM/RH.01.02/11/2017 Komisi Yudisial mengundang Mahkamah Agung, Pemerintah, dan Masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1513, 2013 KOMISI YUDISIAL. Uji Kelayakan. Kepatutan. Hakim Konstitusi. Calon. Pedoman. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG UJI

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN INDUSTRIAL DI MAHKAMAH AGUNG

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN INDUSTRIAL DI MAHKAMAH AGUNG ITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN INDUSTRIAL DI MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi; LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.167, 2013 HUKUM. Kehakiman. Mahkamah Konstitusi. Penyelenggaraan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2016, No Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana

2016, No Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana No. 178, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KY. Tindak Pidana Korupsi. Hakim Ad Hoc. Seleksi. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AD HOC TINDAK

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2016 Nomor: 01/PENG/P.KY/RH.01.02/2/2016

PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2016 Nomor: 01/PENG/P.KY/RH.01.02/2/2016 PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2016 Nomor: 01/PENG/P.KY/RH.01.02/2/2016 Komisi Yudisial mengundang Mahkamah Agung, Pemerintah, dan Masyarakat untuk mengusulkan warga negara terbaik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang... UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1512, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI YUDISIAL. Uji Kelayakan. Kepatutan. Panel Ahli. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PANEL AHLI UJI KELAYAKAN DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENENTUAN KELAYAKAN CALON HAKIM AGUNG

PEDOMAN PENENTUAN KELAYAKAN CALON HAKIM AGUNG 2013, No.1191 4 Lampiran Peraturan Komisi Yudisial Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Penentuan Kelayakan Calon Hakim Agung PEDOMAN PENENTUAN KELAYAKAN CALON HAKIM AGUNG KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009.... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENDAFTARAN CALON HAKIM AD HOC TINDAK PIDANA KORUPSI DI MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2016 Nomor: 2/PENG/P.KY/RH.01.02/2/2016

PENGUMUMAN PENDAFTARAN CALON HAKIM AD HOC TINDAK PIDANA KORUPSI DI MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2016 Nomor: 2/PENG/P.KY/RH.01.02/2/2016 PENGUMUMAN PENDAFTARAN CALON HAKIM AD HOC TINDAK PIDANA KORUPSI DI MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2016 Nomor: 2/PENG/P.KY/RH.01.02/2/2016 Komisi Yudisial mengundang warga negara terbaik untuk mendaftar calon hakim

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA NEGARA. MAHKAMAH AGUNG. Badan Peradilan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

- 3 - Pasal 4. Pasal 6 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

KOP SURAT INSTANSI/ORGANISASI/LEMBAGA PENGUSUL. Nomor :.., Sifat : Lamp : 1 (satu) berkas Perihal : Pengusulan Calon Hakim Agung

KOP SURAT INSTANSI/ORGANISASI/LEMBAGA PENGUSUL. Nomor :.., Sifat : Lamp : 1 (satu) berkas Perihal : Pengusulan Calon Hakim Agung Format 1 KOP SURAT INSTANSI/ORGANISASI/LEMBAGA PENGUSUL Nomor :..,..2018 Sifat : Lamp : 1 (satu) berkas Perihal : Pengusulan Calon Hakim Agung Kepada Yth. Ketua Panitia Seleksi Calon Hakim Agung Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGUSULAN, DAN PENETAPAN ANGGOTA BADAN PELAKSANA DAN ANGGOTA DEWAN PENGAWAS SERTA CALON ANGGOTA PENGGANTI ANTARWAKTU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK)

LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK) LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK) PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN PANITIA SELEKSI, TATA CARA PELAKSANAAN SELEKSI, DAN PEMILIHAN CALON ANGGOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2014 KEMENKEU. Konsultan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN GALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA MAHKAMAH AGUNG

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN GALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA MAHKAMAH AGUNG KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN PENERIMAAN USULAN GALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2017 NomorOG /PENG/PIM/RH.04/08/2017 Komisi Yudisial mengundang APINDO dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Pengumuman Pendaftaran Calon Anggota Komisi Yudisial Periode Rabu, 08 April 2015

Pengumuman Pendaftaran Calon Anggota Komisi Yudisial Periode Rabu, 08 April 2015 Pengumuman Pendaftaran Calon Anggota Komisi Yudisial Periode 2015-2020 Rabu, 08 April 2015 Dalam rangka seleksi Calon Anggota Komisi Yudisial Periode 2015-2020, Panitia Seleksi mengundang Warga Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.164, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Keuangan Haji. Badan Pengelola. Dewan Pengawas. Pengganti Antarwaktu. Badan Pelaksana. Tata Cara. Pemilihan. Pengusulan. Penetapan. PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, DAN TATA KERJA PENGHUBUNG KOMISI YUDISIAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI YUDISIAL NO RUU-DPR DIM USUL PERUBAHAN 1.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI YUDISIAL NO RUU-DPR DIM USUL PERUBAHAN 1. DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI YUDISIAL 1. RANCANGAN 2. Menimbang: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH I. UMUM Sejalan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.196, 2012 ADMINISTRASI. Akuntan Publik. Komite. Profesi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5352) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA UJIAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA w w w.bp kp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

- 3 - Pasal 4. Pasal 6 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci