Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 4> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 4> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 4> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 Oleh Dr Tri Anggraeni Kusumastuti,S.P.,M.P. Prof Dr Ir Sudi Nurtini,SU Dr. Ir. Rini Widiati,MS Dr Ir Suci Paramitasari Syahlani,MM Mujtahiddah Anggriani U.M., SPt,MP,PhD

2 Pertemuan ke Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-tugas Web 4 A. RPKM Bahan Ajar Minggu Keempat Pertemuan 4. MANAJEMEN PRODUKSI : PERENCANAAN PRODUKSI Media Ajar 1 Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Metode Evaluasi dan Penilaian 2 Metode Ajar (STAR) 3 Aktivitas Mahasiswa Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar Sumber Ajar 4 Mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam melakukan analisis perencanaan produksi sesuai dengan tipe produksi, macam input, kapasitas produksi, dan harga produk. (1) Formulasi perencanaan produksi (2) aplikasi alat analisis pengambilan keputusan untuk perencanaan produksi Waktu: 1x menit v v v - v - Latihan PAP (soal hitungan) Collaborativ e Learning (ceramah dosen dilanjutkan pembahasa n soal dari dosen, dan didiskusikan secara kelompok (1) Baca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Unduh bahan ajar setelah kuliah, Memandu diskusi dan menjelaskan di depan kelas. Pengajar: Tri Anggraeni Pustaka buku: 1,11,12, 16,25,2 6

3 Pertemuan ke Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-tugas Web 8 B. RPKM Praktikum Minggu Keempat Praktikum Pertemuan 4. ASISTENSI I. MANAJEMEN PRODUKSI Media Ajar 5 Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Metode Evaluasi dan Penilaian 6 Metode Ajar (STAR) 7 Aktivitas Mahasiswa Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar Sumber Ajar 4 mahasiswa mampu menjelaskan manajemen produksi serta pengambilan keputusan untuk memenuhi tujuan perusahaan agribisnis (1) peramalan produksi untuk pengambilan keputusan (2) pengoperasian produksi (3) pengendalain produksi Waktu: 1x menit v v v - v - kuis PAN (skoring 0-100) presentasi dosen dilanjutkan kuis 1) Baca buku panduan praktikum sebelum asistensi I menjelaskan di depan kelas. Pengajar: Tri Anggraeni K M Anggriani U.M. buku petunju k praktiku m

4 C. Bahan Ajar Minggu Keempat PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Singkat Minggu keempat perkuliahan menjelaskan tentang alat analisis yang biasa digunakan dalam pengambilan keputusan pada perencanaan produksi meliputi peramalan produksi, anggaran parsial, dan anggaran perusahaan (Enterprise Budgeting) meliputi indeks gross margin, indeks profit margin, dan Break Event Point (BEP) Manfaat Pembelajaran Pemahaman konsep perencanaan produksi beserta cara analisis sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan perencanaan produksi secara tepat dalam rangka peningkatan produksi Learning Outcome Mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam melakukan analisis perencanaan produksi sesuai dengan tipe produksi yang dijalankan, macam input yang digunakan, kapasitas produksi, dan harga produk. PENYAJIAN 1.1. Materi Informasi atau data dapat dianalisis sebagai dasar pengambilan keputusan untuk pembuatan perencanaan. Ada beberapa alat analisis untuk mengelola informasi sebagai dasar perencanaan: 1. Analisis peramalan Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis informasi sebagai dasar perencanaan adalah peramalan. Berdasarkan data jumlah permintaan dari waktu ke waktu yang telah tersedia, manajer dapat meramalkan perkembangan permintaan di masa yang akan mendatang dengan metode atau teknik yang sesuai agar resiko atau ketidakpastian dapat diminimalkan. Mengingat adanya sejumlah besar metode peramalan yang tersedia, maka masalah yang timbul adalah bagaimana memilih metode peramalan yang sesuai dengan data yang tersedia untuk suatu pengambilan keputusan manajerial.

5 Informasi atau data seri waktu mengenai produksi yang telah tersedia di perusahaan dapat digunakan oleh manajer untuk meramalkan perkembangan produksi di masa yang akan datang sekaligus melakukan evaluasi terhadap ketersediaan produk untuk mengantisipasi terjadinya ekses permintaan atau ekses penawaran. Menurut Hirschey and Pappas (2000) pemilihan metode peramalan tergantung pada: Periode waktu peramalan (jangka pendek atau jangka panjang), Jangka waktu dalam pengambilan keputusan, Tingkat akurasi yang dikehendaki, Kualitas dan kuantitas data yang tersedia, Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan, Biaya dan keuntungan yang diperoleh. Menurut Makridakis dkk (1999) dan Taylor III (1999) metode utama peramalan yang sering digunakan adalah metode Kuantitatif. Metode kuantitatif cocok diterapkan pada kondisi tersedia informasi tentang masa lalu, informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan asumsi kesinambungan yaitu dapat diasumsikan bahwa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Pembahasan mengenai peramalan selanjutnya akan lebih ditekankan pada penggunaan metode kuantitatif, yaitu: metode pemulusan, metode dekomposisi, metode regresi dan metode ekonometrika. Terdapat dua model yang sering digunakan pada metode peramalan kuantitatif, yaitu : 1) Model deret berkala, peramalan masa depan dilakukan berdasarkan nilai suatu variabel dan atau kesalahan pada masa lalu. Tujuan utamanya adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Pola data dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: a. Pola horizontal (H), data berfluktuasi secara konstan di sekitar nilai reratanya (stasioner terhadap nilai reratanya). b. Pola musiman (S), deret data dipengaruhi oleh faktor musiman. Polanya bisa kwartalan, bulanan atau hari hari pada minggu tertentu. c. Pola siklis (C), deret data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.

6 d. Pola trend (T), terjadi kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. 2. Model regresi (kausal atau ekplanatoris), model ini mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Misalnya permintaan (D) merupakan fungsi dari harga (X 1 ), pendapatan(x 2 ), iklan (X 3 ), dll. Secara matematis dapat dituliskan D = f (X 1, X 2, X 3 ). Tujuan model ini ini adalah menemukan bentuk hubungan dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas (D). Peramalan menggunakan metode regresi dimulai dengan menentukan faktor faktor apa saja yang berpengaruh dan melakukan pengujian ketepatan model yang digunakan seperti contoh diatas. Model tersebut dapat digunakan untuk peramalan di masa yang akan datang. Asumsi model ini adalah terdapat hubungan sebab-akibat antara faktor yang diramalkan dengan satu atau lebih variabel bebas (X 1, X 2, X 3, dll). Tujuannya adalah menemukan bentuk hubungan dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas. Bentuk yang umum dari model ini ada dua, yaitu: (1) regresi sederhana, terdapat satu variabel dependen/tak bebas (Y), satu variabel independen/bebas (X) dan n buah pengamatan atau data, (2) regresi berganda, terdapat satu variabel dependen (Y), lebih dari satu (k) buah variabel independen (X) dan n buah pengamatan. Bentuk hubungan fungsional yang terjadi dapat bersifat linear dan non-linear (multiplikatif). Namun demikian, bentuk non-linear dapat ditransformasi menjadi bentuk linear. Regresi linear: Y t = a + b X t + e (Regresi Linier/Regresi Linear sederhana) Y t = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X β n D n + e (Regresi Linear Berganda) Regresi non-linear (multiplikatif): Y t = a X b t Y t = e a + bxt

7 jumlah produk Transformasi model non-linear (multiplikatif): Log Y t =log a + log b* X t Log Y t = a + b X t Keterangan: Y t = trend produksi pada waktu t (unit) a = intercept (produksi pada saat X = 0) b = koefisien regresi, yang menunjukkan seberapa besar pengaruh masing masing X terhadap Y Salah satu contoh model trend linear untuk meramalkan berapa jumlah barang yang diproduksi pada tahun mendatang dapat dianalisis dengan menggunakan program excell maupun pendekatan matematis. Persamaan regresi model trend linear dapat dituliskan sebagai berikut : Y = a+b t Keterangan: Y= Trend produksi (unit) a = Intercept b = Koefisien regresi Sebagai contoh data jumlah produksi dalam perhitungan kuartal : data produksi y = x R 2 = kuartal kuartal jml produk Linear (jml produk) Linear (jml produk) Gambar 4.1. Analisis trend linear data produksi dalam kurun waktu 4 tahun

8 Hasil persamaan regresi menggunakan analisis trend linear : Y = 235,25 + 7,801t Jika dianalisis menggunakan pendekatan matematis maka persamaan dapat dituliskan : Y= a+ b t Keterangan: n = banyaknya observasi Yt = banyaknya produksi t = periode waktu Tabel 4.1. Jumlah produksi (unit) Tahun Kuartal Jumlah yang diterima

9 Tabel Perhitungan regresi trend linear t Y t 2 t. Y =136 =4825 = 1496 =43665 b = 16(43665) (136)(4825) 16(1496) (136) 2 = (698640) (656200) (23936) (18496) = 7,801 a = 4825 _ (7,801) (136) 16 (16) = 235,25 Dari persamaan matematis di atas dapat ditulis : Y=235,25 + 7,801t Berdasarkan persamaan dengan menggunakan program Excell maupun pendekatan matematis maka dapat dibuat ramalan barang yang dapat diproduksi pada tahun 1998 adalah : Kuartal 1 Kuartal 3 Y 17 = 235,25 + 7,801(17) Y 19 = 235,25 + 7,801 (19) = unit = unit

10 Kuartal 2 Kuartal 4 Y 18 = 235,25 + 7,801(18) Y 20 = 235,25 + 7,801 (20) = unit = unit 1. Analisis anggaran parsial (partial budgeting) Alat analisis anggaran parsial adalah alat analisis pengambilan keputusan untuk perencanaan, digunakan untuk membandingkan biaya dan penerimaan, serta perubahan yang terjadi dari satu alternatif dengan alternatif lainnya (Amir and Knipscheer, 1989 ; Kay et al.,2008 ). Analisis anggaran parsial difokuskan pada perubahan pengeluaran dan penerimaan yang dihasilkan dari implementasi suatu alternatif tertentu dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Dari hasil analisis anggaran parsial memungkinkan manajer untuk mendapatkan pegangan yang lebih baik tentang bagaimana keputusan untuk merencanakan aktivitas bisnis yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Kapan dan bagaimana menggunakan anggaran parsial. Alat analisis anggaran parsial dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah keputusan yang penting untuk merencanakan aktivitas dalam agribisnis, antara lain (Widiati dan Kusumastuti.2013) : Adopsi teknologi baru. Sebagai contoh pada agribisnis peternakan: apakah penggemukan sapi dengan pakan teknologi probiotik lebih menguntungkan dibanding dengan menggunakan pakan tambahan dengan bahan baku lokal. Contoh lain, apakah teknologi embrio transfer dalam pembibitan sapi potong lebih menguntungkan dibanding dengan teknologi Inseminasi Buatan. Perubahan usaha. Apakah tanam rumput unggul untuk pakan ternak pada lahan marjinal yang sebelumnya ditanami palawija (jagung, ketela pohon dan lain-lain.) lebih menguntungkan atau sebaliknya. Modifikasi penerapan produksi. Contoh: apakah pemerahan sapi perah dengan mesin pemerah susu lebih menguntunkan dibanding dengan cara manual. Membuat keputusan untuk perencanaan dalam meningkatkan modal usaha. Misalnya dengan tingkat bunga tertentu apakah penambahan modal usaha untuk meningkatkan produksi telur ayam ras (asumsi telah tersedia pasar dengan adanya peningkatan produk), akan memberikan peningkatan keuntungan.

11 Nilai hasil analisis anggaran parsial sangat tergantung pada kualitas data atau informasi yang digunakan dalam analisis. Data yang akurat akan memberikan nilai hasil yang lebih baik, sehingga pengambilan keputusan untuk perencanaan yang diimplementasikan akan menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda atau sama dengan yang direncanakan. Prosedur analisis anggaran parsial. Di dalam menyiapkan analisis anggaran parsial ada empat langkah pokok yang yang harus dilakukan, yaitu dua langkah yang berhubungan dengan pengurangan pendapatan sebagai akibat dari adanya perubahan yang dilakukan (income decreasing), dan dua langkah yang lain berhubungan dengan tambahan pendapatan dari aktivitas/alternatif baru yang dipertimbangkan (income increasing): A. Income decreasing terdiri dari: (1) Daftar data tambahan biaya (yaitu biaya dari aktivitas/alternatif baru), (2) Daftar data pengurangan pendapatan/penerimaan dari aktivitas yang dilakukan saat ini atau sebelumnya. B. Income increasing terdiri dari: (1) Daftar tambahan penerimaan yang diperoleh dari aktivitas/alternatif yang baru, (2) Daftar biaya yang seharusnya dikeluarkan pada aktivitas saat ini atau sebelumnya. Dengan adanya alternatifbaru biaya saat ini tidak dikeluarkan lagi sehingga merupakan pengurangan biaya dan menjadi pendapatan bagi aktivitas yang baru. Selanjutnya jumlah dari B dikurangi dengan jumlah dari A merupakan perubahan pendapatan bersih. Jika B lebih besar dari A, maka ada kenaikan pendapatan bersih sebagai akibat dari adanya perubahan aktivitas, sehingga aktivitas baru tersebut layak untuk dilakukan dan sebaliknya.

12 Tabel 4.3. Contoh Analisis Anggaran Parsial Partial Budget Pemeliharaan 50 ekor induk sapi potong pada lahan seluas 50 hektar untuk ditanami produksi hijauan yang sebelumnya ditanami jagung Tambahan biaya ($) Tambahan pendapatan ($) 6 sapi afkir 2,100 Fixed costs 23 anak jantan Bunga modal untuk pemeliharaan sapi 1800 Penyusutan pejantan anak betina Pajak 100 variable cost Biaya kesehatan 200 Pakan suplemen 750 hay 1200 Pengolahan lahan 200 Biaya lain2 100 Pupuk untuk pasture dan pemeliharaan 1500 Pengurangan pendapatan ($) Pengurangan biaya ($) sen (1 $ = 100 sen) 6, sen 4,284 Produksi jagung Pupuk ,400 $4.00 9,600 Biji 400 Pestisida 300 Sewa traktor 700 A. Total tambahan pendapatan tiap tahun B. Total tambahan pendapatan tahunan dan pengurangan biaya $15,750 $16,012 Perubahan keuntungan ( B - A) $ Analisis anggaran perusahaan (Enterprise Budgeting) Yang dimaksud dengan enterprise adalah penerimaan yang berasal dari suatu cabang usaha tertentu berdasar skala produksi yang dapat berasal dari tanaman atau ternak. Contohnya adalah usaha pembibitan sapi,usaha tanaman padi, dan lain-lain. Enterprise budgeting bermanfaat untuk mengetahui perbandingan pendapatan suatu

13 cabang produksi 1 dengan yang lain, sehingga dapat diketahui share atau kontribusi penerimaan suatu cabang usaha tertentu terhadap total pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga bisa berasal dari pendapatan on farm (pendapatan berasal dari usaha tani di lahan milik sendiri) sebagai contoh beternak, bertani, pendapatan off farm (pendapatan dari usahatani di luar miliknya) contohnya buruh tani, pencari kayu, dan pendapatan non farm (pendapatan di luar usahatani) contohnya pedagang asongan, PNS, dan lain-lain. Enterprise budget secara umum terdiri dari 4 komponen yaitu : 1. Income (pendapatan) 2. Biaya tidak tetap /variabel/operasional 3. Biaya tetap 4. Penerimaan Tabel Enterprise budget produksi jagung ( luas 1 m 2 ) Komponen Nilai Penerimaan 120 kg (harga jual Rp 2300/kg) Biaya tidak tetap (A) Pembelian benih Pengolahan tanah Pemupukan Penanaman Penyiraman Penyiangan Tenaga kerja Penyemprotan HPT Lain-lain Biaya tetap (B) (penyusutan alat, pajak, asuransi, sewa tanah) Total biaya (A + B) Pendapatan (penerimaan-total biaya) Sumber : Kay, 1981

14 Penerimaan bisa berupa single product sebagai contoh penjualan jagung, rumput, maupun multiple products contohnya usaha diversifikasi Kambing PE ( ternak dwifungsi guna),usaha sapi potong dari berbagai jenis (steer,heifer,bull). Peternak sering tidak mempertimbangkan penerimaan usaha yang bersifat non tunai misal pemanfaatan by product (hasil samping), dan nilai tambah ternak demikian juga biaya non tunai yaitu peremajaan ternak, tenaga kerja, penyusutan ternak, dan lain-lain. Oleh karena itu dalam perhitungan pendapatan bisa dihitung dengan 2 cara : 1. Pendapatan finansial (selisih penerimaan dan biaya yang riil/tunai ) dikeluarkan 2. Net farm income (selisih penerimaan dan biaya baik bersifat tunai maupun non tunai). Tabel 4.5. Enterprise budget penjualan sapi potong (satuan ekor) Komponen Penerimaan Steer (4 ekor) harga jual Rp /ekor Heifer (3 ekor) harga jual Rp /ekor Ternak afkir (1 ekor) harga jual Rp Biaya tidak tetap (A) Garam dan mineral Pembelian pakan pelengkap pembuatan kompos Pemeliharaan rumput Kesehatan ternak Perbaikan bangunan,alat Penggunaan mesin Pemasaran (seleksi dan pengangkutan) Tenaga kerja Transportasi Lain-lain Nilai Biaya tetap (B) Sewa lahan Penyusutan ternak Penyusutan kandang,lata,bangunan Tk bunga pinjaman utk investasi pengadaan ternak Tk bunga pinjaman utk investasi bangunan,alat,kandang Total biaya (A + B) Pendapatan (penerimaan-total biaya) Sumber : Kay, 1981

15 Contoh analisis enterprise budget dari usaha on farm tanaman dan ternak dapat dilihat pada tabel 4.4. dan tabel 4.5. Contoh perhitungan enterprise budget yaitu pendapatan secara finansial dari usaha single produk tanaman jagung (satuan Rp/ m 2 ) didapat estimasi pendapatan sebesar Rp 9.550/m 2 (tabel 4.4.), sedangkan dari usaha penjualan sapi (usaha trading) didapat pendapatan sebesar Rp dari total 8 ekor sapi (tabel 4.5). Salah satu alat pengambilan keputusan dalam agrobisnis adalah menentukan harga dan skala minimum produksi yang dapat menutup total biaya sehingga usaha tetap berjalan. Analisis yang digunakan antara lain adalah dengan perhitungan Break Even Point (BEP) atau titik impas. BEP bertujuan untuk menentukan : berapa penjualan (atau penerimaan) agar semua biaya tertutupi berapa penjualan agar dalam keadaan tidak berlaba dan tidak rugi (laba=0) Sampai suatu saat laba tidak negatif lagi melainkan menjadi 0 BEP adalah titik pulang pokok dimana TR= TC. Terjadinya BEP tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya modal lainnya. Selama perusahaan masih berada di bawah BEP, selama itu perusahaan masih menderita kerugian. Semakin lama perusahaan mencapai BEP, semakin besar saldo rugi. Perhitungan /rumus BEP dapat dihitung dalam satuan harga per unit atau skala produksi yang dapat ditulis dalam persamaan sbb : Break even dalam skala produksi Total biaya Break Even = Harga output (harga jual) Dari tabel 4.4 diketahui total biaya sebesar Rp , harga jagung sebesar Rp 2300/kg, sehingga didapat nilai Break Even sebesar Rp /2300 = 115,85 kg/m 2. Yang berarti petani pada penjualan sebesar 115,85 kg akan mengalami impas atau keuntungan sebesar 0 sehingga jika yang terjual di bawah nilai tersebut maka petani akan mengalami kerugian. Berdasar perhitungan tersebut sebaiknya petani menjual di atas 115,85 kg/m 2 untuk peningkatan produksi sekaligus peningkatan pendapatan.

16 Break even dalam satuan harga Total biaya Break Even = Jumlah penjualan Berdasar tabel 4.5 diketahui total biaya sebesar Rp , dan total penjualan sebanyak 120 kg sehingga didapat nilai Break Even sebesar Rp /120 = Rp 2220/kg. Hal ini berarti sebaiknya petani menjual jagung dengan harga minimum atau paling rendah sebesar Rp 2220/kg supaya tetap untung Rangkuman 1. Alat analisis peramalan produksi digunakan untuk menganalisis informasi sebagai dasar perencanaan untuk periode mendatang pada permintaan produk, produksi, kebutuhan tenaga kerja, harga produk, dan input data lain yang ada pada perusahaan. Analisis peramalan bersifat kuantitatif dapat dianalisis dengan analisis regresi menggunakan program excel maupun pendekatan matematis. 2. Tipe budget sebagai alat perencanaan usahatani dapat dibedakan menjadi 2 yaitu enterprise dan partial budget. Enterprise adalah penerimaan yang berasal dari suatu cabang usaha tertentu berdasar skala produksi yang dapat berasal dari tanaman atau ternak. Contohnya adalah usaha pembibitan sapi,usaha tanaman padi, dan lain-lain. Enterprise budgeting bermanfaat untuk mengetahui perbandingan pendapatan suatu cabang produksi 1 dengan yang lain, sehingga dapat diketahui share atau kontribusi penerimaan suatu cabang usaha tertentu terhadap total pendapatan rumah tangga. 3. Anggaran parsial digunakan untuk menguji profitabilitas dari adanya suatu perubahan aktivitas usaha, sebagai contoh karena adanya metode baru, usaha baru, teknologi baru dibandingkan dengan aktivitas usaha sebelumnya Analisis Anggaran Parsial digunakan untuk menghitung perubahan keuntungan dari adanya perubahan perencanaan yang diusulkan. Dalam Anggaran Parsial hanya mengandung komponen-komponen pengeluaran dan pendapatan dari perubahan rencana yang diusulkan. Hasil akhir analisis parsial budget adalah suatu estimasi peningkatan atau penurunan profit.

17 4. Untuk menentukan harga dan skala minimum produksi yang dapat menutup total biaya sehingga usaha tetap berjalan, analisis yang digunakan antara lain dengan perhitungan Break Even Point (BEP) atau titik impas. BEP bertujuan untuk menentukan berapa penjualan (atau penerimaan) agar semua biaya tertutupi yang dapat dihitung dalam satuan harga per unit atau skala produksi. 1.3 Bahan, Sumber Informasi dan Referensi Referensi wajib : Amir, P. and Hendrik C. K Conducting On Farm Animal Research : Procedures and Economic Analysis. Winrock International Institute for Agricultural Development and International Development Research Centre. Kay, R. D., W. M. Edwards and P.A. Duffy Farm Management. Sixth Edition. McGraw- Hill International Edition. Widiati R dan TA Kusumastuti Manajemen Agribisnis : Aplikasi pada Industri Peternakan Cetakan I. Penerbit Citra Gama Sakti. Yogyakarta Referensi tambahan : Hirschey, M and Pappas, James L Managerial Economics. Nine Edition. New York. The Dryden Press. Makridakis, S., Wheelwright, S. C. and V.E. Mc Gee. (1999). Forecasting: Methods and Applications. Second Edition. John Wiley and Sons Inc. Taylor III, B. W, Introduction to Management Science. Sixth Edition. Prentice Hall International, Inc. Upper Saddle River, New Jersey.

18 PENUTUP Test Formatif Berbentuk Latihan Suatu perusahaan obat ternak merencanakan untuk mengembangkan produksi seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan unggas baik yang bersifat kemitraan maupun individu. Oleh karena itu perlu adanya estimasi ramalan produksi yang harus disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen. Tabel 1. Jumlah Produksi Obat Ternak tahun 1999 Bulan Jumlah Produksi (ton) Berdasarkan tabel di atas, maka : 1. Buatlah persamaan trend produksi menggunakan pendekatan matematis 2. Buatlah estimasi produksi untuk jangka waktu 5 bulan yang akan datang Evaluasi penilaian berdasar PAP (Penilaian Acuan Patokan) karena hasil akhir jawaban sudah pasti.

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 13> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 13> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 5> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 5> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 11> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 11> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 15> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 15> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 10> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 10> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 12> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 12> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta-55281 Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) MANAJEMEN

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 6> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) < Modul Pembelajaran Pertemuan ke 1-16 > MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) < Modul Pembelajaran Pertemuan ke 1-16 > MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) < Modul Pembelajaran

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 2> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 2> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 7> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 7> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja Koperasi Susu Bandung Utara (KPSBU) yang menerapkan mekanisasi pemerahan.

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 3> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 3> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 14> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 14> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DAN PERAMALAN. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PENGUKURAN DAN PERAMALAN. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PENGUKURAN DAN PERAMALAN PENDAHULUAN Mengetahui prospek usaha dari proyek yang direncanakan Perkiraan tentang peluang pasar produk yang dihasilkan Bentuk dan sifat produk yang dihasilkan Nasional

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang... FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) (Studi Kasus Pada Gapoktan Nusa Bhakti Desa Adinuso Kecamatan Reban Kabupaten Batang) Umi Faidah, Endah Subekti, Shofia

Lebih terperinci

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN USAHATANI

PERENCANAAN USAHATANI PERENCANAAN USAHATANI KEPUTUSAN PENGELOLA UNTUK KEGIATAN DI MASA YANG AKAN DATANG 1. Pedoman Kerja Bagi Petani Pengelola 2. Pedoman Pihak Lain Kondisi Internal Petani : 1. Kekuatan dan Kelemahan usahatani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI INDUSTRI PERHIASAN EMAS di PT X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING

OPTIMASI PRODUKSI INDUSTRI PERHIASAN EMAS di PT X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING OPTIMASI PRODUKSI INDUSTRI PERHIASAN EMAS di PT DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING Heni Indrayati* dan Bobby Oedy P. Soepangkat** Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi ITS Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2017/18

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2017/18 PENYUSUN : Ir. HARI DWI UTAMI, MS., M.Appl.Sc., Ph.D. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2017/18 1 Nama Pratikan :. NIM : EKONOMI PRODUKSI PETERNAKAN PENYUSUN : Ir. HARI DWI UTAMI,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MODAL KERJA

PENGOLAHAN MODAL KERJA PENGOLAHAN MODAL KERJA MODAL KERJA Yaitu dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasianal perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah guru, membayar hutang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT ANALISIS EKONOMI USAHA AYAM PETELUR CV. SANTOSO FARM DI DESA KERJEN KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR (Economic Analysis Of Layer At CV. Santoso Farm In Kerjen Village Srengat Subdistrict Blitar Regency)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Menurut Assauri (2008:18), istilah manajemen

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI A. DEFINISI Secara makro, suatu usaha dikatakan layak jika secara ekonomi/finansial menguntungkan, secara sosial mampu menjamin pemerataan hasil dan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua keadaan di lingkungan, didapati dalam keadaan yang tidak menentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua keadaan di lingkungan, didapati dalam keadaan yang tidak menentu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakpastian adalah faktor umum dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua keadaan di lingkungan, didapati dalam keadaan yang tidak menentu. Demikian juga

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

PERAMALAN PERMINTAAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PERAMALAN PERMINTAAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENTINGNYA PERAMALAN EKONOMI Tujuan Peramalan Ekonomi adalah untuk mengurangi risiko atau ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point)

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point) BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point) A. Tujuan Instruksional : 1. Umum : Mahasiswa dapat menggunakan pendekatan titik impas secaraa grafis untuk membandingkan sumber pembiayaan alternatif 2. Khusus

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

TEORI BIAYA PRODUKSI

TEORI BIAYA PRODUKSI TEORI BIAYA PRODUKSI Konsep Biaya Tujuan dari perusahaan secara umum adalah memaksimalkan laba Laba total = selisih positif antara penerimaan total dengan biaya total Biaya memberikan peranan penting dalam

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK Robby Hidayat, Moses L.Singih, Mahasiswa MMT ITS Manajemen Industri Email : Robbie_First@Yahoo.Com ABSTRAK PT. Siantar Top Tbk adalah

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) DISUSUN OLEH : 043061211001 GISKA TETIANA 043061211002 RAHMI ZAHRA RAHMATILLAH 043061211004 NIDA RIFQIA 043061211005 RISA NAFILAH 043061211006

Lebih terperinci

OPTIMASI KEUNTUNGAN PEMBELIAN MANIK-MANIK DI C.V BURHANI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN LINIER

OPTIMASI KEUNTUNGAN PEMBELIAN MANIK-MANIK DI C.V BURHANI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN LINIER OPTIMASI KEUNTUNGAN PEMBELIAN MANIK-MANIK DI C.V BURHANI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN LINIER Ammar Nuruddin* dan Bobby O.P. Soepangkat** Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi ITS

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO Tugiyanto, Priyono, dan Roisu Eni Mudawaroch Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Menurut Arsyad (2001: 7), peramalan menunjukkan perkiraan yang. akan terjadi pada suatu keadaan tertentu. Ramalan menjadi input bagi proses

Menurut Arsyad (2001: 7), peramalan menunjukkan perkiraan yang. akan terjadi pada suatu keadaan tertentu. Ramalan menjadi input bagi proses 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 9> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102

Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 9> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta- 55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)

Lebih terperinci

PERANCANGAN PABRIK: TAHAP PERENCANAAN

PERANCANGAN PABRIK: TAHAP PERENCANAAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) PERANCANGAN PABRIK: TAHAP PERENCANAAN Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tatap muka ke 13 14 Pokok Bahasan : ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membuat analisis usaha penggemukan sapi potong. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea) DI DESA SUKOMAKMUR KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Rini Utami Sari, Istiko Agus Wicaksono dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

Peramalan (Forecasting)

Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) Peramalan (forecasting) merupakan suatu proses perkiraan keadaan pada masa yang akan datang dengan menggunakan data di masa lalu (Adam dan Ebert, 1982). Awat (1990) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak Bab I:Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Munculnya era globalisasi yang membuat adanya tantangan dengan banyaknya kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHA PERIKANAN

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHA PERIKANAN BUKU PANDUAN PRAKTIKUM MANAJEMEN USAHA PERIKANAN Disusun oleh Tim Asisten Manajemen Usaha Perikanan Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh:

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh: Analisis Biaya TPPHP BIAYA Uang yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi-distribusi distribusi dan merupakan pengorbanan serta mengurangi profit perusahaan. COST a resource sacrificed or foregone

Lebih terperinci

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER) PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER) PROFIT PLANNING WITH BREAK EVEN POINT METHOD (CASE STUDY ON POULTRY HUSBANDRY

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA

MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA MATERI KULIAH PERTEMUAN 2 KONSEP BIAYA PRINSIP TATA HITUNG BIAYA KONSEP BIAYA Biaya adalah sesuatu akibat yang diukur dalam nilai uang yang mungkin timbul dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

PENCATATAN USAHATANI

PENCATATAN USAHATANI PENCATATAN USAHATANI A. DEFINISI Secara makro, suatu usaha dikatakan layak jika secara ekonomi/finansial menguntungkan, secara sosial mampu menjamin pemerataan hasil dan memberikan manfaat bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Kusuma (2004:13), peramalan (forecasting) adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH USAHATANI

SILABUS MATAKULIAH USAHATANI SILABUS MATAKULIAH USAHATANI Mata Kuliah : Usahatani Kode Matakuliah/sks : AGB 1 / (2-) Semester : Prasyarat : Matakuliah Ekonomi Umum Dasar-dasar Bisnis Deskripsi Singkat : Matakuliah ini akan memberikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHA TANI TANAMAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHA TANI TANAMAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHA TANI TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI A. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu

Lebih terperinci

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Amam 1), Zaenal Fanani 2) and Umi Wisaptiningsih 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya

Lebih terperinci