BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai gerakan berbasis Islam banyak dan mudah ditemui di Indonesia. Beberapa memang lahir dan berkembang di Indonesia, sementara sebagian yang lain merupakan gerakan Islam trans nasional yang menyebar sampai ke Indonesia. Berbagai gerakan tersebut ada yang berbentuk organisasi, komunitas atau gerakan tanpa bentuk. Sebut saja misalnya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Tafsir Al Quran (MTA), Front Pembela Islam (FPI) merupakan organisasi Islam yang lahir dan berkembang di Indonesia. Meskipun harus juga diakui keempat organisasi ini sebenarnya memiliki hubungan secara tidak langsung dengan komunitas, gerakan ataupun organisasi Islam di luar negeri, terutama wilayah Timur Tengah. Sementara gerakan Islam transnasional yang ada di Indonesia diantaranya seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Tarbiyah, Salafy, dan Jamaah Tabligh (JT). Hizbut Tahrir Indonesia, sebagaimana di negara-negara lain, hadir di Indonesia dengan memproklamirkan diri sebagai organisasi politik. Tarbiyah, sebagai kepanjangan tangan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, mempertahankan karakter sebagai gerakan Islam tanpa bentuk. Namun, sebagaimana Ikhwanul Muslimin di Mesir, Tarbiyah kemudian menjelma menjadi organisasi sosial politik. Sementara Salafy dan Jamaah Tabligh berkembang di Indonesia tetap dengan karakter sebagai gerakan Islam tanpa bentuk. Sebagai suatu gerakan berbasis agama tentu saja menjadi keniscayaan bahwa mereka menyebarkan ajaran dan keyakinan mereka kepada masyarakat. Aktivitas demikian dalam Islam biasa dikenal dengan istilah dakwah. Dakwah yang mereka lakukan dapat menggunakan berbagai metode atau strategi sesuai dengan pemahaman dan visi mereka masing-masing, seperti: kajian umum, tabligh akbar, bakti sosial, media massa, media sosial dan sebagainya. Dakwah dapat dimaknai sebagai konsekuensi bagi para penganutnya yang meyakini bahwa ajaran mereka adalah benar. Meyakini bahwa ajaran mereka bisa mewujudkan kondisi kehidupan beragama yang seharusnya. Dari keyakinan ini kemudian mendorong timbulnya kepedulian sosial, yaitu agar orang lain juga mengikuti 1

2 2 ajaran tersebut sehingga mampu mewujudkan kehidupan beragama yang benar. Dakwah juga lebih menjamin eksistensi suatu ajaran agama. Semakin kuat dakwah yang dilakukan maka semakin luas penganutnya sehingga lebih menjamin eksistensi ajaran agama tersebut. Setiap gerakan Islam memiliki kecenderungan dalam berdakwah. Dalam beberapa hal bahkan kecenderungan tersebut sampai menjadi karakter dari gerakangerakan Islam. Muhammadiyah misalnya, organisasi ini dianggap sebagai organisasi Islam modern dibandingkan dengan NU yang dianggap tradisional. Dalam menjalankan misi dakwahnya, Muhammadiyah menggunakan strategi dengan mendirikan institusiinstitusi pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi. Muhammadiyah juga dikenal banyak mendirikan rumah sakit. Sementara NU terkenal memiliki banyak pondok pesantren. Beberapa tahun terakhir NU juga terlihat mulai mendirikan sejumlah perguruan tinggi. MTA menjalankan dakwahnya dengan membangun gedung di daerah-daerah sebagai tempat menyelenggarakan kajian atau majelis taklim. Strategi ini membuat MTA cenderung lebih diterima di banyak daerah dibandingkan dengan membangun masjid baru. Berbeda dengan Muhammadiyah, NU dan MTA, FPI dikenal masyarakat terutama melalui aksi sweeping. Aksi tersebut dilakukan sebagai wujud mengamalkan perintah nahi munkar (memerangi kemungkaran). Gerakan Salafy terkenal dengan Laskar Jihad Ahlus Sunah Wal Jama ah (ASWJ). Laskar ini dibentuk Ja far Umar Tholib untuk membantu umat Islam dalam perang di Ambon dan Maluku. Sebagi pusat gerakan Salafy adalah di Pondok Pesantren Ihya us Sunnah, Sleman, Yogyakarta. Namun gerakan ini sekarang telah dibubarkan oleh pemimpinnya sendiri, Ja far Umar Tholib. Gerakan Tarbiyah merupakan kepanjangan tangan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir. Dalam menjalankan dakwahnya, Tarbiyah menempuh jalur politik yaitu dengan mendirikan Partai Keadilan (PK) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebagaimana Muhammadiyah, Tarbiyah juga mendirikan sejumlah institusi pendidikan berbasis Islam. Tarbiyah juga mendirikan lembaga ekonomi, yaitu Bank Muamalat. Juga mendirikan beberapa lembaga sosial kemasyarakatan. Namun lembaga-lembaga tersebut dibentuk secara otonom, tanpa ada hubungan struktural dengan gerakan Tarbiyah atau PKS. Sehingga yang tampak oleh

3 3 masyarakat, lembaga-lembaga tersebut masing-masing berdiri sendiri tanpa ada hubungan koordinatif dengan yang lain. Meskipun masing-masing gerakan Islam membawa karakternya sendiri dalam berdakwah sehingga membedakan dengan gerakan Islam lainnya, namun ada kesamaan yang bisa ditarik. Peneliti melihat, dakwah berupa ceramah, mengadakan kajian atau tabligh akbar menjadi metode yang populer dalam menyebarkan keyakinan dan ajaran mereka. Metode ini dinilai efektif untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai kaedah-kaedah agama. Sehingga target dari metode ini adalah pada level kognitif. Dengan pengetahuan yang diperoleh tersebut, diharapkan bisa menuntun masyarakat untuk menjalankan agamanya secara lebih baik dan benar. Kesamaan berikutnya yang tampak dari dakwah gerakan Islam yaitu memanfaatkan media massa sebagai sarana dakwah. Karakter media massa yang mampu menyebarkan informasi secara luas dan serempak, menjadi alasan yang rasional. Melalui media massa maka dakwah yang mereka lakukan bisa diterima masyarakat lebih luas dan efektif. Mereka tidak perlu menyelenggarakan ceramah, kajian atau tabligh akbar sampai ke daerah-daerah. Cukup diselenggarakan di satu tempat kemudian disiarkan oleh media, maka masyarakat yang jauh dari wilayah tersebut bisa mengikuti saat itu juga. Rasionalisasi ini yang kemudian menjadikan media massa sebagai pilihan strategis dalam berdakwah. Bahkan banyak juga di antara gerakan Islam yang memiliki media massa sendiri dan dikelola cukup serius. Media massa yang dimaksud meliputi media cetak, elektronik dan online. Muhammadiyah secara berkala menerbitkan majalah bulanan dengan nama Suara Muhammadiyah, juga mendirikan stasiun televisi TVMU dan televisi lokal ADITV dan memiliki situs resmi Persyarikatan Muhammadiyah ( NU memiliki situs resmi NU Online ( MTA menerbitkan media cetak bulanan RESPON untuk umum dan Al Mar ah khusus untuk wanita. MTA juga mendirikan MTA TV dan radio MTA FM serta mengelola situs resmi FPI memiliki situs web dengan alamat HTI menerbitkan majalah dengan nama Al Wa ie dan memiliki situs resmi Salafy yang terkelompok dalam beberapa konsentrasi menerbitkan majalah seperti As Sunnah dan Asy Syariah serta memiliki situs resmi dengan alamat dan Sementara gerakan Tarbiyah

4 4 yang menjelma menjadi organisasi baru yaitu Partai Keadilan (PK) dan berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sampai sekarang, tidak ditemui mendirikan media komunitas. Namun ada beberapa media di Indonesia yang terlihat jelas memiliki afiliasi terhadap gerakan Tarbiyah ataupun PKS, seperti majalah Sabili dan SAKSI. Berbeda dengan gerakan-gerakan Islam yang telah disebutkan, Jamaah Tabligh memiliki metode yang unik dalam berdakwah. Para karkun 1 atau pekerja dakwah mendatangi rumah-rumah di sekitar masjid tempat tinggal mereka, mengajak untuk sholat berjamaah atau mendengarkan ceramah di masjid. Aktivitas ini biasa mereka sebut dengan istilah jaulah. Mereka juga mendatangi orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan, berbicara sebentar tentang pentingnya iman dan taqwa kemudian diajak datang ke masjid. Tidak jarang juga mereka mendatangi kumpulan orang-orang yang sedang mabuk atau main judi. Duduk bersama mereka, membicarakan masalah agama, diajak taat pada agama tanpa ada pemaksaan apalagi kekerasan fisik. Meskipun sehari-hari para pekerja dakwah berinteraksi secara wajar dengan masyarakat di sekitarnya, pada saat jaulah mereka hanya menemui dan mengajak lakilaki, terutama yang sudah dewasa. Aktivitas ini mereka lakukan biasanya sepekan sekali pada waktu sore menjelang atau setelah maghrib. Pada saat jaulah, para pekerja dakwah biasanya membatasi diri hanya membicarakan topik-topik seputar agama. Lebih khusus lagi topik agama yang mereka bicarakan adalah seputar iman, yaitu keyakinan pada Tuhan, dan amal sholeh atau ibadah. Saat melakukan jaulah, para pekerja dakwah menghindari pembicaraan seputar politik praktis, keburukan orang lain atau masyarakat, sumbangan atau pangkat seseorang, dan perbedaan pendapat seputar agama atau biasa disebut khilafiyah. Para pekerja dakwah melakukan dakwah tidak hanya di daerah tempat tinggal mereka. Secara rutin mereka pergi meninggalkan keluarga dan pekerjaan untuk berdakwah ke daerah lain. Daerah yang menjadi tujuan mereka kadang hanya kampung yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Tapi tidak jarang mereka pergi berdakwah sampai ke luar kota, propinsi atau bahkan negara lain. Kegiatan ini mereka lakukan selama 3 hari tiap bulan, 40 hari tiap satu tahun dan 4 bulan dalam seumur hidup. Aktivitas ini biasa mereka sebut dengan istilah khuruj fii sabilillah (keluar di jalan Allah) atau biasa disebut khuruj saja. 1 Karkun merupakan sebutan bagi orang-orang yang mengikuti gerakan dakwah dan tabligh dalam bahasa Urdu. Di Indonesia istilah karkun sering dialih-bahasakan dengan istilah pekerja dakwah.

5 5 Selama khuruj mereka tinggal di dalam masjid di tempat yang mereka datangi kemudian melakukan aktivitas dakwah kepada penduduk di daerah tersebut. Di setiap masjid yang didatangi biasanya mereka tinggal selama dua atau tiga hari, kemudian pindah ke daerah lain untuk melakukan aktivitas yang sama. Pada daerah-daerah yang baru mereka datangi, biasanya masyarakat diajak untuk menjaga sholat terutama sholat berjamaah di masjid. Kemudian masyarakat diajak untuk memakmurkan masjid yaitu dengan cara mengadakan taklim dan sebagian berkeliling mengajak masyarakat di sekitar masjid. Pada tahap tertentu mereka juga mengajak masyarakat untuk mengikuti aktivitas sebagaimana yang mereka lakukan yaitu khuruj, pergi ke daerah lain dalam rangka mendakwahkan agama. Jamaah Tabligh tidak pernah membangun gedung khusus sebagai pusat gerakan mereka. Sebagai pusat aktivitas Jamaah Tabligh adalah masjid. Di manapun aktivitas yang mereka lakukan, baik ketika khuruj maupun tinggal di rumah, masjid menjadi pusat aktivitas beragama mereka. Bahkan ketika melakukan jaulah mereka akan mengidentifikasi dan memperkenalkan diri sebagai perwakilan dari masjid. Selain melalui jaulah dan khuruj, sebagaimana gerakan Islam lainnya, Jamaah Tabligh juga berdakwah dengan menggelar tabligh akbar. Acara ini diselenggarakan satu tahun sekali, yang mereka sebut sebagai ijtima. Menarik untuk diketahui, bahwa ijtima merupakan pertemuan besar skala nasional yang dihadiri ratusan ribu anggota Jamaah Tabligh, namun tidak pernah menggunakan undangan resmi, pamflet, poster maupun mengirimkan release dan memasang iklan di media massa. Bahkan ijtima skala internasional yang dihadiri jutaan manusia dari berbagai negara, juga tidak pernah dipublikasikan menggunakan media sebagaimana pertemuan besar pada umumnya. Di tengah kehidupan masyarakat kita sekarang, maka aktivitas yang dilakukan Jamaah Tabligh tampak sebagai suatu perilaku atau kebiasaan yang aneh. Aktivitas dakwah yang mereka lakukan tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya. Apalagi dengan atribut dan alat-alat yang biasa dipakai Jamaah Tabligh, membuat komunitas ini tampak semakin aneh. Para pengikut Jamaah Tabligh atau yang disebut karkun atau pekerja dakwah sangat mudah untuk dikenali. Sebagian mereka memakai jubah atau gamis. Pakaian ini identik dengan budaya Timur Tengah dan Asia Selatan sehingga tidak lazim di Indonesia. Namun sebagian yang lain juga ada yang mengenakan baju koko atau kemeja

6 6 lengan panjang sebagaimana masyarakat yang lain juga mengenakannya. Mereka tidak mempermasalahkan bagaimana model pakaian mereka. Namun yang menjadi karakter bersama dari cara berpakaian mereka, yaitu mengenakan penutup kepala. Sebagian memakai peci dengan berbagai model dan motif, sebagian yang lain mengenakan sorban. Beberapa memakai peci atau sorban hanya ketika melakukan aktivitas agama, seperti ketika sholat, jaulah, dan khuruj. Namun ada juga yang mengenakan peci atau sorban dalam aktivitas sehari-hari, termasuk ketika bekerja. Fenomena-fenomena seputar Jamaah Tabligh ini menarik untuk didalami. Pengikut Jamaah Tabligh yang begitu banyak dan tersebar di banyak negara menunjukkan bukan gerakan pragmatis dan oportunis. Berbagai aktivitas dakwah Jamaah Tabligh tentunya dilakukan bukan tanpa alasan. Mereka begitu yakin dengan ajaran yang dijalankan menunjukkan bahwa mereka memiliki alasan yang jelas dari setiap aktivitas dakwah yang dilakukan. Alasan tersebut merupakan dasar bagi Jamaah Tabligh dalam mengaplikasikan ajaran mereka. Aktivitas dakwah yang dilakukan Jamaah Tabligh merupakan objek yang akan dikaji dalam penelitian ini. Karena aktivitas atau tindakan manusia tidak bisa dipahami kecuali dengan memahami maknanya, maka konstruksi makna menjadi isu sentral dalam penelitian ini. Mengapa dakwah yang dilakukan Jamaah Tabligh berbeda dengan gerakan Islam lainnya, yaitu dengan melakukan khuruj dan jaulah, inilah masalah utama yang ingin didalami dalam penelitian ini. Untuk dapat memahami dakwah yang dilakukan Jamaah Tabligh maka harus memahami bagaimana mereka memaknai konsep dakwah. Untuk kepentingan ini peneliti menggunakan perspektif interaksionisme simbolik. Perspektif ini peneliti gunakan karena interaksionisme simbolik secara mendasar merupakan sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, melalui interaksi sosial, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini membentuk perilaku manusia. Dengan perspektif ini dikaji seperti arti, maksud, dan nilai dakwah dalam pemahaman Jamaah Tabligh. Kemudian dikaji secara lebih mendalam konsep-konsep yang lebih spesifik dalam aktivitas dakwah Jamaah Tabligh terutama yaitu khuruj dan jaulah. Dikaji juga posisi atau hubungan dakwah dengan konsep Islam lainnya dalam pemahaman Jamaah Tabligh.

7 7 Secara lebih spesifik peneliti menggunakan pemikiran Herbert Blumer. Tiga premis dasar interaksionisme simbolik yang dirumuskan oleh Blumer peneliti pandang sangat sesuai untuk membedah masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini. Menurut pemikiran Blumer yang pertama, tindakan manusia terhadap sesuatu bergantung pada makna sesuatu itu bagi manusia. Dengan kata lain makna akan memengaruhi tindakan. Maka, bagaimana Jamaah Tabligh memaknai dakwah merupakan dasar dari setiap tindakan dan perilaku dakwah yang mereka lakukan. Asumsi awal yang bisa diperoleh berdasarkan perspektif interaksionisme simbolik bahwa Jamaah Tabligh memiliki makna khusus terhadap konsep dakwah yang mana berbeda dengan makna yang dibangun gerakan Islam lainnya. Bangunan makna yang berbeda ini kemudian mendasari konsep dakwah diaplikasikan cukup berbeda oleh Jamaah Tabligh dibandingkan gerakan Islam lainnya. Bagaimana objek yang sama, yaitu dakwah, bisa dimaknai secara berbeda oleh Jamaah Tabligh dan gerakan Islam lainnya? Menurut pemikiran Blumer pengalaman masa lalu yang berlainan, masyarakat sekitar yang berbeda dan berbagai faktor lainnya yang juga berbeda sehingga menghasilkan makna yang berlainan. Jadi melalui interaksi makna-makna itu terbangun. Ini merupakan pemikiran Blumer yang kedua. Kemudian interaksi yang bersifat dinamis memungkinkan makna-makna yang telah terbangun tersebut mengalami perubahan. Inilah pemikiran Blumer yang ketiga, yaitu makna terhadap suatu objek dimodifikasi melalui interaksi. Jadi secara sederhana, melalui tiga premis interaksionisme simbolik Blumer diharapkan bisa mengungkap: pertama, makna di balik aktivitas dakwah yang dipraktekkan Jamaah Tabligh; kedua, bagaimana proses makna tersebut terbentuk; dan ketiga, bilamana dan bagaimana makna tersebut mengalami modifikasi. Karena peneliti berada dalam disiplin Ilmu Komunikasi, maka fenomena yang dikaji berada dalam batasan proses komunikasi yang dilakukan Jamaah Tabligh dalam berbagai bentuk dan level komunikasi. Bentuk komunikasi yang dimaksud adalah meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Sedangkan level komunikasi yang dimaksud adalah meliputi komunikasi interpersonal dan kelompok. Objek kajian ini masih dikerucutkan lagi dengan perspektif yang peneliti gunakan, yaitu perspektif interaksionisme simbolik.

8 8 Dalam kajian ini peneliti bermaksud mengungkap makna-makna dari realitas sosial dalam Jamaah Tabligh. Namun penting untuk diperhatikan, bahwa dalam mengungkapkan makna-makna tersebut, peneliti tidak menggunakan metode semiotik. Makna-makna yang dimaksud, peneliti ungkapkan berdasarkan perspektif Jamaah Tabligh sendiri. Dengan kata lain peneliti bermaksud mengungkapkan bagaimana Jamaah Tabligh mendefinisikan bangunan makna-makna realitas sosial yang telah mereka susun. Untuk kepentingan ini maka peneliti menggunakan metode etnografi. Inti dari penelitian etnografi adalah untuk mengungkap makna-makna dari objek atau realitas sosial yang ingin kita pahami. Makna-makna tersebut dapat tersimpan dalam gagasan, bahasa, penampilan, tindakan, artefak dan sebagainya. Untuk dapat mengungkap makna-makna yang dimaksud menuntut peneliti hidup langsung di antara objek dan subjek yang diteliti. Tujuan penelitian etnografi adalah untuk memahami sudut pandang penduduk asli hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunia. Penting juga untuk diperhatikan bahwa kajian yang peneliti lakukan tidak sedang diarahkan pada suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa Jamaah Tabligh sebagai gerakan yang benar atau salah dalam perspektif Islam. Peneliti juga tidak akan mendudukkan fenomena Jamaah Tabligh sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan politik, pertahanan dan keamanan. Peneliti tidak bermaksud menghasilkan suatu kesimpulan yang menyatakan Jamaah Tabligh terlibat atau tidak terlibat dalam jaringan terorisme global. Penelitian ini merupakan kajian yang bersifat akademik dengan tujuan pengembangan keilmuan terutama teori yang peneliti gunakan, yaitu interaksionisme simbolik.

9 9 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Jamaah Tabligh memaknai konsep dakwah dan realitas sosial (objek) lain yang melingkupinya? Realitas sosial (objek) yang dimaksud adalah meliputi objek fisik (masjid, pakaian dll), objek sosial ( jamaah, amir dll) dan objek abstrak ( iman, sunnah dll). Ini menarik bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana Jamaah Tabligh memaknai konsep-konsep tersebut. Karena pada prakteknya konsep-konsep tersebut diaplikasikan oleh Jamaah Tabligh cukup unik di tengah-tengah gerakan Islam lainnya. 2. Bagaimana makna-makna tersebut terbangun? Yaitu dari mana dan bagaimana cara meaning construction dalam Jamaah Tabligh terbentuk 3. Bilamana dan bagaimana Jamaah Tabligh mempertahankan atau memodifikasi makna-makna realitas sosial yang mereka bangun? Suatu makna yang telah diterima bersama biasanya cenderung bertahan. Namun pada kondisi tertentu tidak menutup kemungkinan makna tersebut akan dinegosiasikan ulang sehingga memunculkan tindakan yang berbeda. C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana Jamaah Tabligh memaknai objek atau realitas sosial mereka sehingga tindakan, perilaku dan aktivitas yang mereka lakukan terlihat unik dibandingkan gerakan Islam yang lain. 2. Mengetahui proses terbentuknya meaning contruction dalam Jamaah Tabligh. 3. Mengetahui kondisi atau syarat apa saja yang mendukung Jamaah Tabligh mempertahankan atau mempertimbangkan ulang makna yang telah dibangun.

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam merupakan salah satu agama yang paling pesat perkembangannya pada abad ini. Berawal dari sebuah wilayah yang kecil di Jazirah Arab, Islam muncul dan berkembang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Konversi Agama Pengikut Jama ah Tabligh di Desa Kutoanyar

BAB VI PENUTUP. 1. Konversi Agama Pengikut Jama ah Tabligh di Desa Kutoanyar BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan. 1. Konversi Agama Pengikut Jama ah Tabligh di Desa Kutoanyar Kabupaten Tulungagung. Konversi agama pada pengikut Jama ah Tabligh cukup baik hal ini dapat diketahui dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pengalaman yang tidak terduga. Saya bertemu dengan orang-orang yang dulunya

BAB V PENUTUP. pengalaman yang tidak terduga. Saya bertemu dengan orang-orang yang dulunya BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam menyelesaikan tulisan ini, saya menemukan banyak sekali pengalaman yang tidak terduga. Saya bertemu dengan orang-orang yang dulunya saya abaikan. Maksudnya, sebelum melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat agar mau menerima sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok keagamaan atau jama ah Islamiyah, 1 seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Persis, Ahmadiyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cabang dan gerakannya yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cabang dan gerakannya yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah yang dilakukan umat muslim dari tahun ke tahun terus berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat, baik yang dilakukan secara individual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya kebijakan desentralisasi yang memberi kewenangan kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa banyak terobosan bagi terciptanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA DAN DISKUSI

BAB VII ANALISA DAN DISKUSI BAB VII ANALISA DAN DISKUSI Paparan pada Bab VII ini sebenarnya terdiri dari 3 poin utama yang dibagi sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti ajukan. Poin pertama berisi paparan yang menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid mudah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid mudah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masjid merupakan pusat kegiatan kaum muslimin. Dari sanalah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi, politik,

Lebih terperinci

02/07/2014. Norma Sari, S.H.,M.Hum Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah

02/07/2014. Norma Sari, S.H.,M.Hum Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Peran Nasyiatul Aisyiyah dalam Dakwah Pencerahan Untuk Indonesia Berkemajuan Norma Sari, S.H.,M.Hum Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah norma.wardana@gmail.com Dakwah Pecerahan Usaha-usaha menyebarluaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN Analisis hasil dari penelitian ini didapat dari data bab II dan III

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi setiap manusia dalam aktivitas komunikasi antara sesama mereka. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi setiap manusia dalam aktivitas komunikasi antara sesama mereka. Tanpa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sosialisasi, bahasa merupakan media verbal yang paling penting bagi setiap manusia dalam aktivitas komunikasi antara sesama mereka. Tanpa adanya pemahaman tentang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi bingkai pemberitaan media massa di Indonesia. Teror bom yang paling terkenal terjadi di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

Syekh Hasan Al Janayniy. Dosen Universitas Al Azhar, Kairo

Syekh Hasan Al Janayniy. Dosen Universitas Al Azhar, Kairo Syekh Hasan Al Janayniy Dosen Universitas Al Azhar, Kairo Allah telah memberikan nikmat kepada saya dengan dua kelahiran. Yang pertama adalah hari di saat saya dilahirkan dari rahim ibu, dan yang kedua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG TENTANG BLOG SEBAGAI MEDIA DAKWAH

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG TENTANG BLOG SEBAGAI MEDIA DAKWAH BAB IV ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG TENTANG BLOG SEBAGAI MEDIA DAKWAH Kehidupan manusia modern ditandai dengan adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muktamar Khilafah digelar di 31 kota di Indonesia. Puncaknya diselenggarakan di Jakarta, Ahad (2/6) di Stadion Gelora Bung Karno. Lebih dari 100 ribu orang hadir dalam

Lebih terperinci

1) Mendefinisikan Konsep kegiatan pengajian rutin Majelis Dzikir

1) Mendefinisikan Konsep kegiatan pengajian rutin Majelis Dzikir 100 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Ada beberapa hal yang penulis simpulkan dari penelitian ini yakni sebagai berikut : 1. Tahapan segmentasi jama ah Majelis Dzikir Walisongo a. Mencari hubungan Jama ah Majelis

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Jalan Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Gedung Meneng 35145 Telp. (0721) 704626 Fax. (0721)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pemahaman-pemahaman yang. dilakukan kadangkala sering ditolak kemunculannya oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pemahaman-pemahaman yang. dilakukan kadangkala sering ditolak kemunculannya oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini banyak muncul paham keagamaan yang berada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pemahaman-pemahaman yang dilakukan kadangkala sering ditolak kemunculannya

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

Infotek Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

Infotek Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin ISNET: Islamic Network Website Alif Muttaqin LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manär. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan dan penyebarluasan artikel ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan lingkungan, juga keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Namun, siapa sangka negara yang terkenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern di Indonesia, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan para ulama atau tokoh-tokoh Islam, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan hidup material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.maju mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.maju mundurnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.maju mundurnya umat Islam sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari seluruh pembahasan studi ini dapat disimpulkan bahwa industri batik di

BAB V KESIMPULAN. Dari seluruh pembahasan studi ini dapat disimpulkan bahwa industri batik di BAB V KESIMPULAN Dari seluruh pembahasan studi ini dapat disimpulkan bahwa industri batik di Karangkajen yang dimotori oleh para pengusaha santri menunjukkan dinamika yang tinggi pada periode 1950-1975

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia jauh. (menjadi hal-hal) yang bisa dijangkau dengan mudah.

BAB I PENDAHULUAN. transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia jauh. (menjadi hal-hal) yang bisa dijangkau dengan mudah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah sebuah fenomena ketika informasi dapat diperoleh dengan mudah melalui media masa: radio, televisi, surat kabar, internet. Akbar S. Ahmed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran agama, karena dengan berdakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan hilang. Karena pentingnya dakwah bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangsungan sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dari kaderisasi. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber daya manusia yang handal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apa yang dapat kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan saat ini ialah suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan produk manusia sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, berbagai problematika sebuah kehidupan membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu identitas seseorang. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara dengan jumlah penganut agama Islam terbesar didunia. Dengan perkiraan 90% dari jumlah total penduduk Indonesia. Islam telah lama mewarnai perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. karena keluarga adalah tempat belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. karena keluarga adalah tempat belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk belajar berinteraksi. Interaksi yang terjadi dalam keluarga memiliki implikasi masa depan karena keluarga

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Modul ke: RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Radikal Menurut KBBI radikal adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi yang modern, maka kebutuhan akan teknologi dan informasipun semakin meningkat. Informasi telah

Lebih terperinci

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Pengantar Diskusi REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Oleh: Muhammad Purwana PENGERTIAN 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN

PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2005-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dan Tugas guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga berfungsi sebagai tempat sosial (pusat kebudayaan dan perkembangan umat Islam). Di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada uraian ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah yaitu: 1. Menjelang berdirinya UNIVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Dasar ABC Sekolah Dasar ABC merupakan salah satu jenis sekolah dasar islam terpadu yang berdiri pada Bulan Juli tahun 2007 di Medan. Pada awalnya, sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan terbesar sebagai media imajinasi. 1. dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan terbesar sebagai media imajinasi. 1. dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio merupakan media auditif (hanya bisa di dengar). Cukup berada di rumah, di jalan atau dimana saja kita bisa mendengarkan radio, sebagai contoh misalnya

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19 DAFTAR ISI Daftar Isi.. 5 Kata Pengantar... 7 Bab I Pendahuluan. 10 Bab II Pengertian Manhaj Salaf... 15 2.1. Ahlussunnah wal Jama ah.... 15 2.2. Salaf.. 19 Bab III Salafi dan Wahabisme.. 22 3.1. Sejarah

Lebih terperinci

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu kegiatan dasar manusia dan proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu kegiatan dasar manusia dan proses sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah salah satu kegiatan dasar manusia dan proses sosial yang dijalani. Komunikasi merupakan mesin pendorong proses sosial yang memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA WACANA IKLAN KARTU PERDANA PADA BROSUR KARTU CELLULAR

DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA WACANA IKLAN KARTU PERDANA PADA BROSUR KARTU CELLULAR DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA WACANA IKLAN KARTU PERDANA PADA BROSUR KARTU CELLULAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

PERAN MASJID DALAM MENINGKATKAN KUALITASPENDIDIKAN ISLAM

PERAN MASJID DALAM MENINGKATKAN KUALITASPENDIDIKAN ISLAM PERAN MASJID DALAM MENINGKATKAN KUALITASPENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di Masjid At-Taqwa Ngares, Kadireso, Teras, Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah. Hal ini di mungkinkaan karena adanya berbagai media (Channel) yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah. Hal ini di mungkinkaan karena adanya berbagai media (Channel) yang dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia ini untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini di mungkinkaan karena adanya

Lebih terperinci

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama Orang tua/keluarga 68.1 Pendidikan di sekolah 9.6 Majelis-majelis agama/ pengajian/ kebaktian 19 Tidak tahu/menjawab 3.3 Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan Agama, yaitu Islam, Hindu, Kristen Protestan, Katholik, Buddha dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan Agama, yaitu Islam, Hindu, Kristen Protestan, Katholik, Buddha dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia mempercayai 6 keyakinan terhadap Tuhan atau yang disebut dengan Agama, yaitu Islam, Hindu, Kristen Protestan, Katholik, Buddha dan Kong

Lebih terperinci

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan. ditandai batas-batasnya, beratapkan ranting dan dahan kering, hanya di

PENDAHULUAN. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan. ditandai batas-batasnya, beratapkan ranting dan dahan kering, hanya di PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan Masjid adalah perangkat masyarakat pertama yang didirikan oleh Rasul SAW ketika beliau sampai di Madinah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisoris Kemampuan keilmuan dan intelektualitasya K.H. Hasyim Asy ari merupakan hasil dari belajar keras selama waktu yang tidak pendek. Hal ini menyebabkan beliau dihargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa hampir bisa dikatakan sebuah kebutuhan premier bagi masyarakat, kebutuhan akan informasi kekinian membuat masyarakat memburu informasi baik melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. 2 Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. 2 Sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan zaman dan era globalisasi yang semakin berkembang seperti sekarang ini membawa pengaruh tersendiri bagi kehidupan bermasyarakat. Baik secara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kementerian Perdagangan Republik Indonesia merupakan ujung tombak ekonomi Indonesia di seluruh pasar global. Terdapat tiga elemen katalisator di balik mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita,

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, sehingga wanita mudah dikenal melalui pesan penampilan atau hijab yang dikenakan. Melalui hijab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

Sepotong Sejarah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sepotong Sejarah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Sepotong Sejarah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Upaya mengembangkan STAIN Malang yang dimulai pada awal tahun 1998, ----pada saat ini 2009, telah menampakkan keberhasilan dan dapat dilihat, sekalipun

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi. 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi merupakan media elektronik dalam komunikasi massa yang muncul belakangan dibanding radio, perekam suara dan film. Meskipun muncul belakangan, namun kehadiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Menurutnya, dunia tanpa Hizbut Tahrir tidak akan tercipta generasi yang sanggup secara

Menurutnya, dunia tanpa Hizbut Tahrir tidak akan tercipta generasi yang sanggup secara Suara, retorika dan gaya penyampaian ceramah Abah Qayyum terdengar dan terlihat mirip almarhum KH Zainudin MZ. Pilihan katanya tegas, sederhana, dan mudah dipahami oleh masyarakat. Begitu juga ketika berorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam Al-Quran surat Luqman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Contohnya adalah kampanye Keluarga Berencana yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Contohnya adalah kampanye Keluarga Berencana yang dilakukan pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampanye merupakan suatu kegiatan komunikasi yang penting dilakukan dalam PR karena dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi. Contohnya adalah

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN UMUM

2. BAB II TINJAUAN UMUM 2. BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pondok Pesantren 2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren Asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, maka

Lebih terperinci

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH Lampiran 1 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Nomor: 149/Kep/I.0/B/2006 Tentang: KEBIJAKAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH 240 Lampiran

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa).

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Komunikasi massa adalah komunikasi yang terdiri dari media cetak dan

Lebih terperinci

MEMBANGUN MEDIA DAKWAH MUHAMMADIYAH BERJEJARING CABANG DAN RANTING. Muhammad Jamaludin Ahmad

MEMBANGUN MEDIA DAKWAH MUHAMMADIYAH BERJEJARING CABANG DAN RANTING. Muhammad Jamaludin Ahmad MEMBANGUN MEDIA DAKWAH MUHAMMADIYAH BERJEJARING MENUJU SUKSES DAKWAH CABANG DAN RANTING Muhammad Jamaludin Ahmad LIHATLAH FAKTA Di metropolitan Jakarta. Adakah Muhammadiyah di antara rimba raya Gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap orang. Dalam menjalani kehidupan ini seseorang seringkali merasakan kebahagian dan kesedihan.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Sejarah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta didirikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini mengambil latar belakang akan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk hidup dalam tatanan sistem pemerintahan yang baik dan dapat mengatasi sejumlah persoalan

Lebih terperinci

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni 113 PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil kajian ini, pada akirnya peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: 1. wacana gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Light, Keller dan Calhoun (1989: ) bahwa perubahan sosial

I. PENDAHULUAN. Menurut Light, Keller dan Calhoun (1989: ) bahwa perubahan sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pemberian dakwah tentang ajaran Islam menjadi sangat penting. Selanjutnya pemberian dakwah tersebut pada intinya menginginkan perubahan sosial demi mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan jumlah penduduk yang besar. Masyarakat Indonesia tinggal di pulau pulau Indonesia, dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam

BAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam BAB V KESIMPULAN Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan sangatlah luar biasa dengan jumlah lembaga pendidikannya yang mencapai angka ribuan di seluruh indonesia.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Pedoman Wawancara Pandangan dan Sikap Salafiyah Terhadap Pemilihan Umum di Indonesia ( Studi Deskriptif Pada Jama ah Salafiyah di Kota Medan ) A. Profil Informan Nama : Umur : Jenis Kelamin :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang universal yang memuat banyak nilai-nilai kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk dan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci