SULAWESI SELATAN PROVINSI
|
|
- Siska Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROVINSI SULAWESI SELATAN I. KONDISI UMUM A. Kondisi fisik daerah 1. Keadaan Geografis Secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan terletak antara 0 12' sampai 8 Lintang selatan dan ' sampai ' Bujur Timur. Batas-batas wilayah provinsi Sulawesi Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan sebelah Selatan dengan Laut Flores. 2. Iklim Iklim Sulawesi Selatan termasuk tropis basah. Suhu udara rata-rata 26,8 C dengan kelembaban udara 81,9 C. sedangkan curah hujan rata-rata 289 mm 3 dengan rata-rata hari hujannya 159 hari. Kecepatan angin 4 knots, tekanan udara 1011mb. 3. Topografi Berdasarkan prosentase kemiringan lahan, daerah dengan lahan datar dan landai masing-masing 43% dan 6% dari luas wilayah terdapat di bagian Selatan dan Timur, terutama di Kabupaten Wajo, Bone, Barru, Sidrap, Soppeng, Pangkep, Bulukumba, Jeneponto dan Takalar. Sedangkan daerah bergelombang, berbukit sampai bergunung dengan kemiringan agak curam, curam dan sangat curam, masing-masing 17%, 16% dan 19%, terdapat di bagian Utara, meliputi Kabupaten Tana Toraja dan Pinrang, serta bagian Utara Luwu 4. Luas wilayah Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan adalah ,53 km Pulau dan sungai Jumlah pulau di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 295 buah terdiri dari pulau yang telah bernama sebanyak 190 buah, dan pulau belum bernama sebanyak 105 buah. Jumlah sungai yang mengaliri Sulawesi Selatan tedapat 67 aliran sungai, terbanyak di Kabupaten Luwu yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang di daerah ini yaitu Sungai Saddang dengan panjang 150 km yang melalui Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang. Selain aliran sungai, daerah ini juga memiliki sejumlah danau yaitu Danau Tempe di Kabupaten Wajo dan Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap, serta Danau Matana dan Danau Towuti di Kabupaten Luwu. Disamping memiliki sejumlah sungai dan danau, di daerah ini juga memiliki wilayah pegunungan yakni Gunung Rantemario sebagai gunung tertinggi yakni m di atas permukaan laut. 547
2 B. Keadaan sosial ekonomi 1. Pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 21 kabupaten, 3 kota, 304 wilayah kecamatan, dan desa/kelurahan definitif. Dari data BPS Sulawesi Selatan tahun 2011, jumlah pegawai negeri sipil lingkup Pemerintah Provinsi pada tahun 2011 sebanyak orang, jumlah PNS tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 8,96 persen. 2. Pendidikan Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek Huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 38,55 persen, dan AMH penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 86,67 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 87 orang yang melek huruf. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Sulawesi Selatan usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 18,06 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 1,76 persen, tamat DIV/S1 sebesar 3,87 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,29 persen. 3. Tenaga Kerja Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar orang, di mana sejumlah orang diantaranya bekerja, sedangkan orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 57,83 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 78,03 persen dan 39,49 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 50,23 persen dan 62,37 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Jeneponto (74,00), Kabupaten Luwu Utara (69,62), dan Kabupaten Bantaeng (68,75). Dengan jumlah pencari kerja sejumlah orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 1,97 persen. Pada tahun 2011, terdapat 64 persen penduduk usia kerja yang terlibat secara produktif dalam memproduksi barang dan jasa. Sedangkan pengangguran terbuka mengalami penurunan yakni; tahun 2010 (299 jiwa) menurun menjadi 237 pada tahun Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 8,1 juta jiwa (BPS, Juni 2011), yang terdiri dari 3,96 juta laki-laki dan 4,15 juta jiwa perempuan. Tingkat kepadatan penduduk provinsi Sulawesi Selatan 177 Jiwa/km² dengan laju pertumbuhan penduduk 1,31% pertahun. 5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai suatu keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut, adapun PDRB Sulawesi Selatan dari sektor kehutanan atas dasar harga berlaku tahun 2011 yaitu sebesar 138,05. ( 6. Budaya dan Nilai Banyak etnis dan bahasa daerah digunakan masyarakat Sulawesi Selatan, namun etnis paling dominan sekaligus bahasa paling umum digunakan adalah Makassar, Bugis dan Toraja. Salah satu kebudayaan yang terkenal hingga ke mancanegara adalah budaya dan 548
3 Sedangkan lagu Bugis adalah Indo Logo, dan Bulu Alaina Tempe dan untuk Tana Toraja adalah lagu Tondo. Dalam adat orang makassar kalimat senantiasa melekat dalam diri setiap individu. Dari segi definisinya Siri' artinya Rasa Malu. Sehingga dapat jelaskan bahwa siri' itu merupakan rasa malu yang keluar dari diri seseorang ketika ia tidak bisa memberi manfaat buat orang banyak. Definisi artinya pedih, sakit hati, rasa ingin memiliki. Sehingga pacce dapat di definisikan sebagai sifat empati terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sifat pacce ini memiliki 3 nilai dasar yaitu : artinya sifat salaing menegur, tolong menolong, memberi dalam hal kebaikan. artinya saling mengingatkan, saling menasehati antara satu dengan yang lain. artinya mengormati dan menghargai seseorang. Rumah adat Balla Lompoa 549
4 II. ASPEK KAWASAN A. Hutan Negara 1. Luas Kawasan Hutan Luas Kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Selatan sesuai SK Menhut No. 434/Menhut- II/2009 tanggal 23 Juli 2009 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Selatan adalah seluas ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai ha. Kawasan hutan tersebut meliputi : 1. Hutan Konservasi seluas ha 2. Hutan Lindung seluas ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas ha 5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi ha Hutan Produksi konversi 0.84% Hutan Konservasi 31,23% Hutan Produksi Tetap 4,55% Hutan Lindung 45,22% Hutan Produksi Terbatas 18,15% Luas Kawasan Hutan (Daratan) di Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 45.22% kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Hutan Produksi Terbatas, 31.23% Hutan Konservasi, 18.15% hutan produksi terbatas, 4.55% Hutan produksi tetap dan 0.84% hutan produksi yang dapat dikonversi. 2. Luas Penutupan Lahan Kondisi penutupan lahan di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut : Tabel 265. Luas Penutupan Lahan Dalam dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi Selatan Penutupan Lahan KAWASAN HUTAN TOTAL HUTAN TETAP APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah % A. Hutan 184,3 833,4 362,2 37,9 10, ,5 89, ,0 34,3 -Hutan Primer 100,8 372,6 149,2 1,9 5,0 629,5 11,2 640,8 14,5 -Hutan Sekunder 82,9 458,5 206,5 34,6 5,7 788,2 74,9 863,1 19,5 -Hutan Tanaman 0,6 2,3 6,5 1, - 10,8 3,3 14,1 0,3 B. Non Hutan 60,2 399,3 132,7 86,1 12,3 690, , ,3 65,7 C. Tidak ada data Total 244, ,7 494,8 124,0 23, , , ,3 100,0 Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun
5 3. Posisi kawasan hutan dalam DAS Pembagian wilayah hutan berdasarkan DAS Makro maka Provinsi Sulawesi Selatan terbagi ke dalam 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Jeneberang, Bila Walanae dan DAS Saddang. 4. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan untuk penggunaan non kehutanan melalui pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi, seluas ±38,51 ha kemudian pinjam pakai pada hutan produksi terbatas seluas ± ,50 ha pada kawasan hutan produksi yg dapat dikonversi ± ha. Penggunaan kawasan untuk usaha budidaya perkebunan seluas ±5.246 ha. Sungai Jeneberang Sungai Walanae 551
6 III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN A. Potensi kayu atau non kayu Potensi kayu yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan selain yang endemik yaitu jenis Jati ( ) dan Mahoni ( ), serta Pinus ( ) terdapat pula potensi kayu Trembesi dan Uru, adapun potensi non kayu berupa bakau, getah pinus dan yang sementara dalam pengembangan adalah resin yang dihasilkan dari damar. B. Produksi kayu atau non kayu 1. Produksi Kayu Produksi kayu bulat di Provinsi Sulawesi Selatan berasal dari Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman, Izin lainnya yang sah (IPK/ILS), Hutan Rakyat dan kayu perkebunan. Total produksi kayu bulat pada tahun 2011 mencapai ,73 m3. Produksi kayu bulat terbanyak berasal dari IUPHHK-HA yaitu sebanyak ,70 m3, kemudian dari hutan rakyat sebanyak ,09m3, sari izin lainnya yang sah sebanyak ,07m3, kayu perkebunan sebanyak 4.685,87m3, dan IUPHHK-HT sebanyak 2.594m3. 2. Produksi Kayu Olahan Produksi kayu olahan yang berasal dari IPHHK kapasitas diatas 6.000m3/tahun di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011 berupa plywood&lvl mencapai ,94m3, veneer sebesar m3, kayu gergajian mencapai 2.423,63 m3. 3. Produksi Non Kayu Hasil lainnya yaitu rotan sebesar 483,65 ton, getah pinus 1.381,57 kg dan damar 542,83 ton. Melalui pengembangan aneka usaha kehutanan yang diperolah dari persuteraan alam, produksi kokon sebesar 90,77 ton. C. Flora dan fauna Sulawesi Selatan yang terletak pada wallacean region yang merupakan zona transisi antara benua Asia dan Australia. Tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dengan komposisi 266 jenis flora dan 200 jenis fauna sedangkan yang bersifat flora endemik misalnya, wanga, leda dan beberapa jenis anggrek, dan bersifat fauna endemik misalnya anoa, babi rusa, musang coklat Sulawesi dan kera hitam. Pohon Lontar, flora identitas Sulawesi Selatan Burung Rangkong, fauna identitas Sulawesi Selatan 552
7 D. Jasa lingkungan Jasa lingkungan, meliputi jenis jasa lingkungan yang dikembangkan (jasa penyedia air, jasa penyedia keanekaragaman hayati, jasa penyedia bentang alam/ekowisata) yaitu TN Bantimurung Bulusaraung, TN TakaBonerate, TWA Malino, TWA Lejja, Tahura Abd. Latif. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Secara administrasi pemerintahan, kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan. TN. Babul membentang seluas Km² dan dibagi dalam 3 kelompok, pertama untuk kawasan suaka alam yang dilindungi karena meiliki keunikan flora dan fauna yang khas seluas lebih dari 1000 km², kedua sebagai hutan lindung karena memiliki fungsi vital sebagai areal reasapan air dan meningkatkan kesuburan tanah dengan luas lebih dari km², ketiga diperuntukkan sebagai kasawan taman wisata alam seluas lebih dari 160 km², dan sisanya berfungsi sebagai hutan produksi. Taman Nasional Taka Bonerate Taman Nasional Taka Bonerate merupakan kawasan terumbu karang atoll seluas Ha. Kawasan ini diidentifikasi sebagai atoll terluas di Asia Tenggara, dan ketiga terluas didunia setelah atoll Kwajifein di Kepulauan Marshall dan atoll Suvadiva di Maldives. Sebagai kawasan terumbu karang atoll terluas di Indonesia dengan tingkat biodiversitas yang sangat tinggi, dan habitat bagi berbagai biota laut yang langka dan dilindungi, Taka Bonerate menjadi tujuan wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Taman Wisata Alam Malino Secara administratif kawasan ini berada di Desa Malino, Kec. Tinggimoncong Kab. Gowa, Desa Bulutana, Kec. Tinggimoncong Kab. Gowa dan Desa Gantarang, Kec. Tinggimoncong Kab. Gowa. Nilai Keunikan dari kawasan TWA Malino adalah kawasan ini merupakan daerah tangkapan air bagi Sungai Jeneberang dan memiliki hawa udara yang sejuk terutama di lokasi hutan pinus yang merupakan daerah dataran tinggi. Kawasan ini masih berstatus Penunjukkan berdasarkan SK. Menhut No. 420/Kpts-II/1991 tanggal 9/14/19 Juli 1991 seluas ha. 553
8 E. Lahan kritis Berdasarkan hasil inventarisasi pada tahun 2007, luas lahan kritis di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar ha dengan kategori kritis ha dan kategori sangat kritis sebesar ha. pada tahun 2011, luas hana kritis tersebut mengalami peningkatan menjadi ha dengan kategori kritis mencapai ha dan sangat kritis ha. Salah satu upaya untuk menghijaukan lahan kritis tersebut dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan di dalam dan diluar kawasan hutan. Sejak tahun 2003 s.d kawasan yang telah direhabilitasi seluas ha, dimana seluas ha berada dalam kawasan dan seluas ha diluar kawasan hutan. Melalui kegiatan penanaman satu miliar pohon, pada tahun 2010 telah tertanam sebanyak batang dan pada tahun 2011 tertanam batang. TN. Takabonerate Tahura Abdul Latief 554
9 IV. ASPEK KELEMBAGAAN A. Model pengelolaan Pengelolaan hutan di Sulawesi Selatan dilakukan dengan pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa. Untuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu baik pada hutan alam maupun hutan tanaman tidak ada. 1. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Areal pencadangan Hutan Tanaman Rakyat di provinsi Sulawesi Selatan seluas ha, terletak di 11 (sebelas) kabupaten. Secara rinci seperti dibawah ini : Tabel 266. Daftar Areal Pencadangan HTR Provinsi Sulawesi Selatan 2. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Areal pencadangan Hutan Kemasyarakatan di provinsi Sulawesi Selatan seluas ha, terletak di 5 (lima) kabupaten. Secara rinci seperti dibawah ini : Tabel 267. Daftar Areal Pencadangan HKm Provinsi Sulawesi Selatan 3. Hutan Desa Areal pencadangan Hutan Desa di provinsi Sulawesi Selatan seluas 704 ha, terletak di kabupaten Bantaeng. Secara rinci seperti dibawah ini : Tabel 268. Daftar Areal Pencadangan Hutan Desa di Provinsi Sulawesi Selatan 555
10 B. Sumber Daya Manusia (SDM) Tabel 269. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Sulawesi Selatan Jumlah SDM Menurut Golongan No Instansi IV III II I Jumlah L P L P L P L P L P Tot 1 BPPHP Wil. XV Makassar BPDAS Jeneberang Walanae BPDAS Saddang Balai Persuteraan Alam BPTH Sulawesi Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan Balai TN Taka Bone Rate Balai TN Bantimurung Bulusaraung BPKH Wil. VII Makassar Balai Penelitian Kehutanan Makassar Balai Diklat. Kehutanan Makassar SMK Kehutanan Makassar Dishut Prov. Sul-Sel Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah) C. Prospek pengelolaan hutan Telah ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.798/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sulawesi Selatan seluas ± ha, keseluruhan ada 10 (sepuluh) unit KPH yang terdiri dari 7 (tujuh) unit KPHL dan 3 (tiga) unit KPHP. Selanjutnya juga telah ditetapkan juga ditetapkan 2 unit KPH Model yaitu KPHL Model Larona Malili (Unit I) dan KPHP Model Jeneberang (Unit IX), secara rinci sebagai berikut : 1. KPHL Model Larona Malili (Unit I) Ditetapkan melalui SK Nomor : 722/Menhut-II/2011 dengan luas ha. Tidak ada izin IUPHHK-HTI, RE, pencadangan HTR, penetapan HKM dan HD. Luas kawasan hutan yang belum dibebani izin pemanfaatan di KPHL Model Larona Malili (Unit I) : ,90 ha. Areal yang sudah dibebani izin pemanfaatan pada KPHL Model La Rona Malili yaitu PT Tiar Bungin Elok pada kawasan Hutan Alam seluas 98 ha melalui SK Menhut No.412/Menhut-II/2006 tanggal 28 Juli KPHP Model Jeneberang (Unit IX) Ditetapkan melalui SK Nomor : 715/Menhut-II/2011 dengan luas ha. Tidak ada izin IUPHHK-HA dan RE. Luas kawasan hutan yang belum dibebani izin pemanfaatan di KPHP Model Jeneberang (Unit IX) : ha. 556
11 Tabel 270. Areal yang sudah dibebani izin pemanfaatan pada KPHP Model Jeneberang No Nama Jenis No SK Tanggal SK Luas (ha) 1 Bulukumba HKM 363 /Menhut-II/ /07/ ,94 2 Campaga HD 55/Menhut-II/ /01/10 22,94 3 Jeneponto HKM 59/Menhut-II/ /01/10 895,34 4 Labbo HD 57/Menhut-II/ /01/10 344,07 5 Pattaneteang HD 56/Menhut-II/ /01/10 341,72 6 PT.INHUTANI I GOWA MAROS HTI 87/Kpts-V/ /04/ ,40 7 Takalar HTR 269/Menhut-VI/ /08/ ,75 Jumlah ,16 D. Daftar UPT, LSM dan lembaga terkait di Provinsi 1. Dinas Provinsi dan Kabupaten /Kota No Dinas Alamat 1 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bulukumba Jl. Bajiminasa No. 14 Makassar Tlp : (0411) , Fax : (0411) Jl. Sultan Hassanuddin No. 43 Kab. Bulukumba Tlp/Fax : (0413) Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang Jl. Sudirman No. 22 Enrekan Tlp/Fax : (0420) Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa Jl. Beringin No. 3 Sungguminasa Tlp/Fax : (0411) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu 6 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara 7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene 8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang 9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sinjai 10 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Soppeng 11 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tana Toraja 12 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wajo 13 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bantaeng 14 Dinas Kehutanan dan Perkebunan K b t J t Komplek Perkantoran Pemkab Luwu Jl. Jend. Sudirman - Belopa Tlp/Fax : (0471) Kantor Gab. Dinas Lt.1 Jl. Simpurusiang No.27 Masamba, Luwu Utara Tlp/Fax : (0473) Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 56 Tlp/Fax : (0422) Jl. Gatot Subroto No. 2 Pinrang Tlp/Fax : (0421) Jl. Jl. Jend. Sudirman No. 21, Sinjai Tlp : (0482) Jl. Salotungo Watan Soppeng Tlp : (0484) 21421, Jl. Ichwan No. Makale Tana Toraja Tlp : (0423)26450 Fax : (0423) Jl. Veteran No. 33 Sengkang, Wajo Tlp : (0485) Jl. Andi Mannappiang Tlp/Fax : (0413) Jl. Abd. Djalil Sikki No. 9 Balang Toa Binamu, J t
12 16 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kep. Selayar 17 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sindrap Jl. DR. Sam Ratulangi No. 26 Benteng Tlp : (0414) Jl. Jend. Sudirman No. 115 Pangkajene, Sindrap Tlp : (0421) Dinas Kehutanan Kabupaten Barru Jl. Sultan Hasanuddin No. 95 Barru Tlp/Fax : (0427) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pangkep 2. UPT Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan 3. LSM Jl. Sultan Hasanuddin No. 7 Pangkajene Tlp : (0410) Ext.144 Fax : (0410) No Nama UPT Alamat 1. Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 13,7 Makassar Tlp : (0411) Fax : (0411) Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan 3. Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan 4. Balai Pengelolaan DAS Jeneberang Walanae, Makassar 5. Balai Pengelolaan DAS Saddang, Sulawesi Selatan 6. Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah Sulawesi Jl. S. Parman No. 40 Benteng Selayar Tlp/Fax : (0414) Jl. Poros Maros Bone Km,12 PO Box.4747, Makassar Tlp : (0411) , Fax : (0411) Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16,5 Makassar Tlp/Fax : (0411) Jl. Pongtiku No. 155 Makale Tana Toraja, Sulawesi Selatan Tlp : (0432) Fax : (0432) Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17 Sudiang, Makassar Tlp : (0411) Fax : (0411) Balai Persuteraan Alam (BPA) Makassar Jl. Poros Malino Km. 30 Desa Bili-bili Kec. Bontomatannu Kab. Gowa Tlp : (0411) Fax : (0411) Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BPPHP) Wilayah XV Makassar 9. Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VII Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 makassar Tlp : (0411) Fax : (0411) Jl. Racing Centre I Kotak Pos 1009, Panaikang, Makassar Tlp : (0411) Fax : (0411) Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16,5 Makassar Tlp : (0411) Fax : (0411) Balai Diklat Kehutanan Makassar Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar Tlp : (0411) Fax : (0411) SMK Kehutanan Makassar Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar Tlp : (0411) Fax : (0411)
13 V. POTENSI UNGGULAN PROVINSI Sulawesi Selatan sampai saat ini masih merupakan daerah penghasil sutera alam, khususnya di kabupaten Wajo. Kegiatan pengembangan persuteraan di Kabupaten Wajo dapat ditemui disemua Kecamatan yang ada. Sampai saat ini, kabupaten Wajo masih menjadi daerah sentra pengembangan sutera alam di Sulsel, diikuti Soppeng, Sidrap dan Enrekang. Kegiatan pengembangan persuteraan baik Industri Hulu yang meliputi persuteraan alam dengan penanaman tanaman Murbey, Pemeliharaan Ulat Sutera ( ), dan produksi kokon serta Industri Hilir yang meliputi pemintalan benang sutera dan pertenunan kain sutera. Perkembangan kegiatan sampai sekarang ini adalah kegiatan Hilir lebih menarik minat Ulat Sutera ( ) para pemodal karena resiko kecil dan mendapatkan keuntungan lebih besar namun lambat laun disadari juga terjadi ketergantungan bahan baku dari luar setelah pasokan tidak lancar yang menyebabkan kekurangan benang sehingga alat industeri pertenunan menganggur. Bertitik tolak dari sini para pihak mulai membina petani budidaya murbei untuk pakan ulat namun pada umumnya terjadi kegagalan panen akibat bibit telur. Dari kegagalan demi kegagalan panen kokon ditarik suatu kesimpulan bahwa bibit telur ulat dari luar tidak bisa menjamin keberhasilan akibat transportasi dan penyimpanan. Berdasar kondisi-kondisi di atas maka Budidaya murbei Pemerintah Kabupaten Wajo mengambil suatu kebijakan yaitu Reformasi Persuteraan Alam Kab. Wajo. dengan terlebih dahlu berkonsultasi dengan pihak yang berwenang yaitu Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan. Kebijakan ini berfokus pada penanganan bibit ulat telur oleh Pemerintah Kabupaten Wajo sebelum didistribusikan kepada Petani pemelihara ulat sutera. 559
14 VI. FOTO-FOTO PENDUKUNG Dokumentasi Launching Proses Penaburan Benih Tanaman Hutan dari Udara (Aerial Seeding) untuk mendukung kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Penyerahan Benih tanaman hutan yang siap ditabur dari atas helikopter dan diterima langsung oleh Bapak Gubernur Sulsel 560
BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun
BAB I PENDAHULUAN LKPJ Tahun 2011 ini merupakan LKPJ tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Sulawesi Selatan tahun 2008-2013. Berangkat dari keinginan Pemerintah agar Sulawesi Selatan sebagai Provinsi sepuluh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Permenhut Nomor P. 56/Menhut-II/2007, Persuteraan Alam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Permenhut Nomor P. 56/Menhut-II/2007, Persuteraan Alam adalah kegiatan agro-industri dengan hasil kokon atau benang sutera, terdiri dari kegiatan budidaya tanaman
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang
Lebih terperinciEksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN
Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN Ministry of Forestry 2008 KATA PENGANTAR Penyusunan Buku Eksekutif Data Strategis Kehutanan Tahun 2008 ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan data
Lebih terperinciV. PERPETAAN HUTAN A. Peta Dasar (RBI, TOP) A.1. Pengadaan dan Distribusi Peta Dasar Skala 1: dan Skala 1: s/d Desember 2007
V. PERPETAAN HUTAN A. Peta Dasar (RBI, TOP) A.1. Pengadaan dan Distribusi Peta Dasar Skala 1:50.000 dan Skala 1:25.000 s/d Desember 2007 NO. JENIS PETA SKALA TAHUN KEADAAN PETA (LEMBAR) JUMLAH PENGADAAN
Lebih terperinciTabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah bagian paling selatan dari pulau Sulawesi yang terhampar luas di sepanjang koordinat 0 o 12 8 o Lintang
Lebih terperinciTinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI
DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI KATA PENGANTAR Booklet Data dan Informasi Propinsi Bali disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai keadaan Kehutanan di Propinsi
Lebih terperinciKONTAK Untuk informasi lebih lanjut mengenai :
KONTAK Untuk informasi lebih lanjut mengenai : IUPHHK HT, IUPHHK HTR, IUPHHBK- HT, IUPJL-HT, hubungi : Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Gd. Manggala
Lebih terperinciBOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN
BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009
Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN vember, 2009 EKSEKUTIF DATA STRATEGIS KEHUTANAN 2009 ISBN : 979-606-075-2 Penyunting : Sub Direktorat Statistik dan Jaringan Komunikasi Data
Lebih terperinciPELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia
PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di
Lebih terperinciA. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN
1 BAB. I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN Secara geografis, Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makassar memiliki posisi yang sangat strategis, karena terletak di tengah-tengah
Lebih terperinciRekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)
Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 65/1/73/Th. VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801
Lebih terperinciDAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.
Lebih terperinciMATRIKS RENCANA KERJA TA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
MATRIKS RENCANA KERJA TA. 2015 DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (output) 2015 Mewujudkan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciPERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN
rektur RS. Kab/Kota Se-Sulsel (daftar terlampir) dalam kegiatan Akreditasi Pelayanan RS dan khususnya yang Pelayanan Kesehatan, : Gedung Fajar, Graha Pena Makassar Narasumber : 1. DR. Minarto, MPS ( DPP
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,61 persen Jumlah angkatan kerja pada sebanyak 3.812.358 orang, berkurang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SISTEM
71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari
Lebih terperinciBALAI PERSUTERAAN ALAM
DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL STATISTIK PENGEMBANGAN PERSUTERAAN ALAM TAHUN 2010 BALAI PERSUTERAAN ALAM BILI-BILI, PEBRUARI 2010 KATA PENGANTAR Buku
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota Makassar. Mempunyai garis
Lebih terperinciJURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis
Lebih terperinciLUAS KAWASAN (ha)
1 2 3 Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang mengalami perubahan yang telah disetujui Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 936/Kpts-II/2013
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Lebih terperinciKEBIJAKAN PRIORITAS KEMENHUT p.70/2009
DI SAMPAIKAN PADA EXPOSE HASIL LITBANG KEHUTANAN BANJARMASIN, 19 SEPTEMBER 2013 KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENHUT p.70/2009 1. Pemantapan Kawasan, 2. Rehabilitasi Hutan Peningkatan Daya Dukung (DAS), 3. Pengamanan
Lebih terperinciKepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun /10/2014 2
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 3/10/2014 2 Peserta Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
Lebih terperincitertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang
PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR: TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
41 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.Profil Umum Provinsi Sulawesi Selatan 4.1.1 Keadaan Fisik Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0 0 12 8 0 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciLampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.0/Menhut-II/2008 Tanggal : 11 Maret 2008 Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Statistik Kehutanan
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.0/Menhut-II/2008 Tanggal : 11 Maret 2008 Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Statistik Kehutanan FORMAT STATISTIK DEPARTEMEN KEHUTANAN NO ASPEK RINCIAN DATA/INFORMASI
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Perusahaan Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciPENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga
PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil beras di luar Pulau Jawa, yang berperan penting dalam upayah pelestarian swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN RUANG LINGKUP TUGAS INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH I, II, III, DAN IV PADA INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI
Lebih terperinciREFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM
REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan
Lebih terperinci2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.429, 2016 KEMEN-LHK. Jaringan Informasi Geospasial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.28/Menlhk/Setjen/KUM.1/2/2016
Lebih terperinciKERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN
KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Sulawesi Selatan
Lebih terperinciPERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan
PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan Disampaikan pada : RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 6 Februari 2014 KEBIJAKAN
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan Areal konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera merupakan areal bekas tebangan dari PT. Tjirebon Agung yang berdasarkan SK IUPHHK Nomor
Lebih terperinciSTRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015
STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 Disampaikan Oleh DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH (GUBERNUR SULAWESI SELATAN) Biro Bina Perekonomian Setda
Lebih terperinciPengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia
04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2
Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang
Lebih terperinciKONTAK Untuk informasi lebih lanjut mengenai :
KONTAK Untuk informasi lebih lanjut mengenai : IUPHHK HT, IUPHHK HTR, IUPHHBK- HT, IUPJL-HT, hubungi : Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Gd. Manggala
Lebih terperinciREKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003
REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku
Lebih terperinciKONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN
KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciPEMBENTUKAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN
PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN A. Pendahuluan Upaya memakmurkan rakyat dengan mempertahankan hutan tetap lestari telah menjadi perhatian semua pihak. Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang dalam Undang-undang
Lebih terperinciKata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara
Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat
Lebih terperinciREKAPITULASI KAWASAN KONSERVASI BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SULAWESI SELATAN TAHUN 2007
REKAPITULASI KAWASAN KONSERVASI BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SULAWESI SELATAN TAHUN 2007 NO. KAWASAN KONSERVASI JUMLAH (Unit) LUAS 1 2 3 4 1 2 3 4 Cagar Alam a. Darat 3 90.191,22 b. Laut - -
Lebih terperinciPembentukan Pulau Sulawesi
Pulau SuLawesi Pembentukan Pulau Sulawesi Pada mulanya, bumi hanya terdiri dari satu benua yang disebut Pangea. Benua yang hanya satu-satunya ini kemudian pecah menjadi dua bagian pada sekitar 240 juta
Lebih terperinciPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan
Lebih terperinciKajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciDR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur
RENCANA AKSI KEGIATAN KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TIMUR DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur
Lebih terperinci2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 134, 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Dekonsentrasi. 34 Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/MenLHK-Setjen/20152015
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) 1 1. PROSES PENYUSUNAN DILAKUKAN SECARA SWAKELOLA; 2. TIM PENYUSUN DIBENTUK DALAM KELOMPOK KERJA (POKJA) SK GUBERNUR PAPUA NOMOR
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang
43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN
POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011
ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011 1 11 PRIORITAS KIB II (2010-2014) 1. Mewujudkan reformasi birokrasi
Lebih terperinciMetodologi Quick Count
PRESS RELEASE: QUICK COUNT dan EXIT POLL PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN 22 JANUARI 213 Jl. Lembang Terusan D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (21) 3919582, Fax (21) 3919528 Website: www.lsi.or.id,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 21 MEI 2014 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciDisampaikan Oleh : Ir. Muhajir, MS Kepal Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang Saddang
Disampaikan Oleh : Ir. Muhajir, MS Kepal Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang Saddang Makasar, 25 Januari 2017 PENDAHULUAN PERPRES NO. 16 TAHUN 2015 Tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Inspektorat
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciKELEMBAGAAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN INSTITUTIONAL OF FOREST MANAGEMENT UNIT IN SULAWESI SELATAN
KELEMBAGAAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN INSTITUTIONAL OF FOREST MANAGEMENT UNIT IN SULAWESI SELATAN Moehammad Taoefiq Riyadi, Yusran Jusuf, Mas ud Junus Alamat Koresponden Laboratorium
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari
Lebih terperinciBAB 2 Perencanaan Kinerja
BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Lebih terperinciBeberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani 4.1.1. Luas Letak Wilayah Lokasi dari areal kerja dari UPTD KPHP Gedong Wani terletak pada empat register Kawasan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM LOKASI
21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 o LU - 11 o LS, dan 97 o BT - 141 o BT. Secara geografis
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciPOLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati
POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani
Lebih terperinciNERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013
NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2014 Penyusun Penanggung Jawab : Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan
Lebih terperinci