Hari Raya Natal tahun 2014 bagi narapidana dan anak pidana yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hari Raya Natal tahun 2014 bagi narapidana dan anak pidana yang"

Transkripsi

1 MENTERI IIUKUM DAN HAKASASI MANUSIA REPTIBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI PADA ACARA PEMBERIAN REMISI KHUSUS KEPADA NARAPIDANA DAN ANAK PIDANA PADA PERINGATAN HARI RAYA NATAL TANGGAL 25 DESEMBER 2014 Salam sejahtera dan berbahagia bagi kita semua. Hadirin peserta upacara dan segenap Warga Binaan Pemasyarakatan yang berbahagia, Mengawali sambutan ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas nikmat dan karunia-nya, pada hari yang berbahagia ini kita masih mendapatkan kesempatan untuk menghadiri dan mengikuti acara pemberian remisi khusus Hari Raya Natal tahun 2014 bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Nasrani. Semoga momentum Natal di tahun ini dapat membawa kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan kepada segenap umat kristiani dan kepada kita semua. Begitu banyak pengalaman yang berharga yang telah dijalani di tahun 2014, baik berupa pengalaman sukacita maupun dukacita. Namun semuanya membawa suatu keyakinan bahwa Allah masih peduli dan setia menemani kita hingga akhir tahun dan menjelang awal tahun yang baru ini. Di tengah sukacita terdapat ucapan syukur, di tengah dukacita masih ada harapan. Hanya saja masih adakah makna sukacita itu di dalam hidup kita? Makna sukacita dalam kehidupan sehari-hari seringkali dilepaskan dari keselamatan Allah. Sukacita dalam kehidupan sehari-harijustru seringkali dikaitkan dengan

2 keberhasilan untuk memiliki. Semakin banyak kita memiliki, maka semakin banyak pula kita bersukacita, Tetapi semakin banyak yang kita miliki hilang, maka hilang pula sukacita kita. Peristiwa Natal hendak menegaskan bahwa nilai atau makna sukacita dan kebahagiaan kita bukanlah ditentukan oleh seberapa banyak yang kita miliki, tetapi ditentukan oleh seberapa besar kita menyambut keselamatan Allah yang telah datang. Peristiwa Natal merupakan momen yang penuh makna saat kita mampu melepaskan segala hal yang kita miliki agar terbukalah ruang hati yang luas untuk menyambut sukacita dan kebahagiaan Natal. Sebagai manusia baru dalam Kristus Yesus, hendaknya umat Kristen mampu memandang dan merespons setiap tantangan dan pergumulan hidup dari sudut pandang Allah yang senantiasa mengutamakan kasih, untuk mewujudkan perdamaian dengan semua orang dan siap menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kondisi yang ada tanpa kehilangan jati diri. Sejak Natal perdana hingga hari ini, kelahiran Yesus Kristus secara tak terbantahkan menghadirkan moralitas pengharapan, bukan saja bagi yang merayakan, melainkan juga bagi siapa pun yang berkehendak baik. Tuntutan mewujudkan moralitas pengharapan Natal kian mendesak, mengingat zaman kita ditandai dengan berbagai keprihatinan, terutama atas kehidupan sesama umat manusia. Nilai-nilai moralitas adalah suatu keniscayaan hidup, idealnyd apa yang menjadi keniscayaan ini seharusnya benar-benar dijadikan sebagai prinsip dan pedoman hidup manusia, namun seiring dengan perkembangan zaman, pergeseran waktu dan transformasi budaya umat manusia, nilai-nilai moralitas tersebut cenderung merosot dan berdampak kepada timbulnya tingkah laku yang menjurus kepada kejahatan. Kejahatan merupakan suatu gejala yang menyangkut setiap orang, namun harus disadari bahwa yang melakukan kejahatan itu juga orang seperti kita yang mempunyai perasaan (nurani) kemanusiaan dan di sisi lain kejahatan harus terus ditanggulangi karena mendatangkan ketidaktentraman dalam masyarakat. Oleh sebab itu salah satu asas penting dalam masalah ini

3 adalah usaha-usaha untuk mencegah kejahatan harus lebih diutamakan dari pada memperbaiki para pelaku kejahatan. Hadirin peserta upacara yang saya hormati, Seperti yang kita ketahui bersama, pada setiap perayaan hari besar keagamaan, pemerintah memberikan pengurangan hukuman atau remisi pada narapidana yang merayakannya, sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; yang dalam pelaksanaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan; dipandang belum mencerminkan seutuhnya kepentingan keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan yang dirasakan oleh masyarakat dewasa ini, sehingga diubah sebagaimana diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan; dan Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 Tentang Remisi. Keberadaan lembaga pemasyarakatan sangat penting bagi para pelaku pelanggaran hukum atau kejahatan. Dengan keberadaan para pelaku pelanggaran hukum atau kejahatan di dalam lembaga pemasyarakatan, maka Yang bersangkutan dapat mawas diri dan instropeksi diri atas segala perbuatannya dan dapat mendekatkan diri kepada Tuhan Maha Pencipta serta menyesali segala perbuatannya. Atas upaya memperbaiki diri inilah pemerintah memberikan penghargaan bagi mereka yang dinilai telah dapat mencapai penyadaran diri yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma agama dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Bagi mereka yang memperoleh remisi, sepatutnya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab remisi

4 merupakan nikmat yang layak saudara terima karena telah memenuhi persyaratan administratif maupun substantif yang telah ditetapkan, sedangkan bagi saudara-saudara yang belum memperoleh remisi karena belum memenuhi persyaratan tadi, hendaknya bersabar dan terus memperbaiki diri agar pada kesempatan berikutnya saudara juga dapat menikmati hal yang sama. Hadirin peserta upacara dan segenap Warga Binaan Pemasyarakatan yang berbahagia, Dewasa ini tugas pemasyarakatan menghadapi tantangan yang beragam. Setiap hari disuguhi informasi tentang Rutan dan Lapas yang semakin padat. Tentu ini membawa dampak tersendiri, tidak optimalnya pelaksanaan program dan memicu terjadinya kerusuhan. Mengelola narapidana di Lapas bukanlah persoalan mudah, namun masyarakat memiliki harapan besar agar pelaksanaan pemasyarakatan tetap menjunjung keadilan, oleh sebab itu perlu dilakukan perumusan mencari jalan keluar atas pelaksanaan tugas pemasyarakatan agar berjalan efektif dan maksimal. Dengan begitu, narapidana dapat kembali di tengah masyarakat dengan berkelakuan baik. Over kapasitas di Lapas dan Rutan menimbulkan kerawanan adanya pungutan liar baik dari sesama penghuni maupun dari petugas kepada penghuni. Kondisi UPT Pemasyarakatan yang sudah over kapasitas karena tidak seimbangnya jumlah penghuni dengan kapasitas UPT Pemasyarakatan untuk menampung tahanan dan warga binaan menyebabkan terjadinya pungutan liar untuk mendapatkan fasilitas. Masalah lain yang juga belum tuntas ditanggulangi adalah banyaknya penyalahgunaan handphone dan narkoba yang masih kerap terjadi di berbagai Lapas dan Rutan. Kementerian Hukum dan HAM memprioritaskan di tahun 2015 nanti untuk menyiapkan Lapas khusus untuk merehabilitasi terpidana pengguna narkoba dan menjalin kerjasama dengan beberapa rumah sakit, rumah sakit jiwa serta Pemerintah Daerah untuk merehabilitasi terpidana narkoba.

5 a Pecandu narkoba tidak seharusnya ditempatkan dalam satu Lapas dengan terpidana kasus lain karena dikhawatirkan justru akan menyuburkan dan penyebaran narkoba masuk ke dalam Lapas. Beberapa hal yang juga harus segera dibenahi di antaranya adalah dengan mengambil langkah positif dan konstruktif terhadap kehidupan napi di Lapas. sarana hunian yang ada di Lapas saat ini belum seluruhnya memenuhi standar minimum yang telah ditentukan, kebutuhan gizi narapidana dan peralatan medis juga belum memadai. Setiap narapidana harus mendapatkan kesehatan dan pendidikan yang layak walaupun mereka saat ini sedang dalam masa hukuman. Kami telah mengusahakan agar narapidana yang belum mendapat jaminan kesehatan lebih kurang orang narapidana akan mendapat jaminan kesehatan melalui Program Keluarga lndonesia sehat (KlS), sehingga nantinya akan memperoleh layanan kesehatan yang memadai. Kebutuhan akan dukungan sistem administrasi yang ideal dan modern sudah semestinya direncanakan. Perbaikan-perbaikan perangkat kantor dan kemampuan petugas pengelola administrasi perlu ditingkatkan, karena pengelolaan administrasi yang baik dan modern akan sangat mempengaruhi pola pembinaan. Sentuhan kemanusiaan dengan tetap penuh kewaspadaan terhadap kehidupan narapidana di Lapas juga harus dikembangkan sehingga para warga binaan diharapkan menjadi sadar dan menemukan jati dirinya kembali Hadirin sekalian yang berbahagia, Pada kesempatan ini, saya atas nama jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik lndonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada jajaran Pemerintah Daerah dan seluruh instansi serta lembaga sosial terkait yang telah turut serta berpartisipasi dan memberi dukungan dalam melaksanakan tugastugas pemasyarakatan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa mengiringi

6 keinginan luhur kita untuk selalu mengabdi dan berbakti kepada nusa, bangsa dan negara dengan limpahan kasih dan karunianya. Kepada seluruh narapidana dan anak pidana yang pada hari Natal ini mendapatkan remisi, khususnya yang bebas hari ini, saya mengucapkan selamat dan mengingatkan agar tetap berupaya meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai landasan saudara dalam mejalani kembali kehidupan di tengah-tengah keluarga dan sebagai anggota masyarakat. Jadilah insan yang taat hukum, insan yang berakhlak dan berbudi luhur, serta insan yang mempunyai makna dan berguna dalam hidup dan kehidupan. Kepada saudara warga binaan pemasyarakatan yang belum rnemperolehnya agar bersabar karena remisi itu hak yang akan tetap diberikan sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya juga saya sampaikan kepada seluruh Petugas Pemasyarakatan yang dengan tulus ikhlas mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa, saya mengharapkan agar meningkatkan terus semangat dan dedikasi saudara terhadap tugas yang sangat mulia ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu merestui dan mengiringi keinginan luhur kita dengan limpahan rahmat-nya. Aamiin. Akhir kata Saya ucapkan "Selamat Sernoga Tuhan senantiasa memberikan kepada kita semua. Hari Raya Natal Tahun 2014" kedamaian dan kecerahan hati Salam sejahtera untuk kita sernua. MENTE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 25 TAHUN 2000 (25/2000) Tanggal: 20 NOVEMBER 2000 (JAKARTA) Sumber: LN 2000/206 Tentang: 2000-2004 PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, a. bahwa

Lebih terperinci

Pola Pembinaan NAPI Anak sebagai Salah Satu Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak

Pola Pembinaan NAPI Anak sebagai Salah Satu Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pola Pembinaan NAPI Anak sebagai Salah Satu Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Gasti Ratnawati PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas, anak sebagai generasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 (yang dipadukan dengan Perubahan I, II, III & IV) PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI BHAKTI PEKERJAAN UMUM KE 65 Tanggal, 3 Desember 2010 Seluruh keluarga besar Pekerjaan Umum

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DALAM SATU NASKAH

UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DALAM SATU NASKAH MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEKRETARIAT JENDERAL UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DALAM SATU NASKAH MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEKRETARIAT JENDERAL UNDANG UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e)

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG

Lebih terperinci

HAK PENDIDIKAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DILEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II A BLITAR

HAK PENDIDIKAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DILEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II A BLITAR HAK PENDIDIKAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DILEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II A BLITAR Arif Dwi Rusdiana ABSTRAK Pemenuhan hak pendidikan Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a

Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a 1. Dengarkanlah, Para Sahabat terkasih, akan bisikan kasih dan kebenaran dalam hatimu. Percayalah akan suara dan kebenaran dalam hatimu, karena

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 16 TAHUN 1985 (16/1985) Tanggal : 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/75; TLN NO. 3318 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, enimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum

Lebih terperinci

(JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA

(JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA ANALISA SITUASI SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA Disusun oleh: Purnianti Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Mamik Sri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN. (Preambule)

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN. (Preambule) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 SALINAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA BAB I PENDAHULUAN

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA BAB I PENDAHULUAN GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berperikehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, bersatu,

Lebih terperinci

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK - 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a ) bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci