PEMBENTUKAN TEORI H. MOESTOPO, SE, SH, MH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBENTUKAN TEORI H. MOESTOPO, SE, SH, MH"

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN TEORI H. MOESTOPO, SE, SH, MH Tataran pertama Wilayah Karya Ajaran (rechtsleer) 1. Dogmatik Hukum (Rechtsdogmatiek) Contoh : Desentralisasi Desentralisasi adalah lebih dari sekedar sebuah pengertian; dibelakangnya tersembunyi sebuah teori, antara lain tentang : Keadaan-keadaan yang didalamnya desentralisasi dapat diterapkan secara berhasil guna dari pada dekonnsetrasi, federasi maupun sentralisasi. Berbagai cara menekankan otonomi dari lembaga maupun kedudukan subordinatifnya pada suatu kekuasaan yang lebih tinggi. Penyusunan dari badan-badan kebijaksanaan (beleidsorganen) Dalam hal ini orang berbicara tentang teori desentralisasi. Demikian juga orang membangun teori dari Organisasi berdasar pada bahan-bahan terberi yang tersedia seperti: teori tanggung gugat, teori tentang badan hukum, teori tentang subyek hukum dan teori tentang kaidah hukum. Semua itu memberi dukungan. Pertanyaan-pertanyaan dalam Teori Hukum : 1. Ihwal darimana obyek hukum? 2. Ihwal mengapa obyek hukum? 3. Ihwal kemana obyek hukum menyibukkan diri? Pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab dengan bahan-bahan terberi yang dapat ditemukan dalam hukum positif seperti pada tataran Ajaran Hukum atau Dogmatik Hukum. Perbedaan antara Praktisi dan Teoritis Praktisi : Kurang waktu dan sarana, sehingga hanya secara insidentil mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Teoritis Mengemban tugas untuk menangani pertanyaan-pertanyaan tersebut secara sadar sistematis. Perbedaan lain dalam argumentasi membuat jawaban-jawaban menjadi umum.

2 Misal : Hakim membuat putusan melalui interpretasi. Pertanyaannya : Pada batas-batas apa kebebasan interpretasi mereka?, secara luas atau sempit, berdasarkan metode-metode apa dalam menginterpretasi, apakah grametikal, sistematikal, historical atau teleological?. Jawaban-jawaban agar berguna harus disistematisasi mensituasikan diri tataran Deskripsi. Bahan-bahan yang tersistematisasi ini serta merta memunculkan pertanyaan berikut : Mengapa mereka menetapkan batas-batasnya dan mengapa menginterpretasi secara luas, dan mengapa menggunakan metode?. Jawaban tersebut bersifat menjelaskan mensituasikan diri pada tataran Eksplikatif. Akhirnya orang tidak sekedar ingin pengetahuan tentang vonis-vonis hakim, sehingga timbul pertanyaan. Apa yang seharusnya yang menjadi batas-batas kebebasan interpretasi, apa yang dari pertanyaan itu bersifat mengharuskan (Normatif) mensituasikan pada tataran preskriptif. Pertanyaan-pertanyaan bahan hukum tersebut (vonis, UU, PP dll) merupakan imbrio atau titik tolak suatu penelitian teoritikal Teori Hukum, karena pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab berdasarkan hukum positif. Permasalahan Interpretasi berurusan dengan Ilmu Bahasa, Grametika, Logika, Filsafat Hukum, Filsafat Negara sebagai pola pikir dan pola hidup dalam masyarakat dengan pensituasian historikal, baik dari teks UU, maupun fakta-fakta yang harus dinilai dengan syarat hasil guna atau pertanggungjawabankebijakan hakim, memungkinkan putusan hakim akan menentukan perilaku orang banyak. Penggunaan nilai-nilai dan pemahaman dari luar tersebut untuk mengatur masalah-masalah yuridikal, ini sebagai cirikas, bahwa Hukum sebagai ilmu suigeneris. Dengan demikian Teori Hukum sangat dekat dengan Praktisi. TINGKATAN ILMU HUKUM Ilmu Hukum = Yurisprudence (inggris) = Jurisprudenze (jerman) dan # dengan Jurisprudensi (Yurisprudentie). ILMU HUKUM semua hal yang berurusan dengan kegiatan mempelajari hukum. YURISPRUDENSI atau YURISPRUDENCE (Prancis) sinonim putusan hakim (peradilan) Dengan demikian PENGETAHUAN HUKUM (rechtskemis) harus dipisahkan dengan ILMU HUKUM (rechtswetenschap).

3 Pengetahuan Hukum (rechtskemis) menunjuk pada tataran minimum dari hal mengetahui yang berkenaan dengannya bagi pemakai hukum dan penerap hukum (rechtstoepasser) dalam, luas dan holistiknya. Ilmu Hukum mengarah pada suatu penjelasan yang sistematis dan bertanggungjawab, antara lain: bahan-bahan yuridikal, struktur-struktur kekuasaan, kaidah-kaidah dll. Pengumpulan yang dilakukan seluas mungkin dan diuraikan (unsure-unsurnya) TATARAN ILMU HUKUM Tataran Deskriptif mengumpulkan dan memberikan gambaran secara sistematis. Tataran Eksplikatif menjelaskan mengapa bahan-bahan hukum dikumpulkan dan dengan hubungan-hubungannya. Tataran Preskriptif atau Normatif usulan-usulan untuk perbaikan dan pembaharuan. Memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana seharusnya, atau bagaimana ihwalnya untuk lebih baik. Pembedaan Ilmu Hukum : 1. Dogmatik Hukum 2. Teori Hukum 3. Filsafat Hukum ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU SUI GENERIS Artinya : Ilmu Hukum merupakan Ilmu Jenis sendiri. Mengapa? : Karena Ilmu Hukum dengan kualitas ilmiah sulit untuk dikelompokkan dalam salah satu cabang pohon ilmu. Apakah masuk IPS, ataukah masuk Humanoria, Jawaban pasti tidak akan final. Untuk mengetahui sifat khas dari ilmu hukum yang menggambarkan sebagai ilmu sui generis dapat ditelaa dari : 1. KARAKTER NORMATIF ILMU HUKUM Ilmu Hukum memiliki karakter yang khas Normatif. Akibatnya bagi kalangan yang tidak memahami kepribadian ilmu hukum mulai meragukan hakekat keilmuan hukum. Keraguan ini disebabkan karena dengan sifat yang normative ilmu hukum bukanlah ilmu empiris. Disisi lain yuris di Indonesia yang ingin mengangkat derajat keilmuan hukum berusaha mengempiriskan ilmu hukum melalui kajian-kajian sosiologik. Langkah yang dilakukan: Melalui penerapan metode-metode penelitian social dalam kajian normative.

4 Hal ini merupakan salah satu sebab terjadinya berbagai kericuan dalam usaha pengembangan ilmu hukum, sehingga sebagian yuris kehilangan kepribadiannya dampaknya : Pembangunan Hukum melalui Pembentukan Hukum tidak ditangani secara Profesional. Metode Ilmu Sosial dapat digunakan dalam penelitian dasar yang memandang hukum sebagai fenomena social. Usaha-usaha untuk mengempiriskan kajian hukum, antara lain : Dengan merumuskan format-format penelitian hukum yang dilatarbelakangi oleh metode penelitian ilmu social yang notabene penelitian empiris. Kejanggalan yang ditemukan antara lain : Memaksakan format penelitian ilmu social dalam penelitian Hukum Normatif, seperti : Rumusan masalah dalam kalimat Tanya, dengan kata-kata bagaimana, seberapa jauh, dll, dipaksakan dalam rumusan masalah penelitian hukum normative. Sumber data, Tehnik pengumpulan data dan analisis data sebagai istilah dalam penelitian normative, sedangkan data bermakna empiris. Penelitian normative tidak mengumpulkan data. Memasukkan populasi dan sampling. Peneliti Hukum Normatif tidak boleh membatasi kajiannya pada satu Undang-Undang. Ia harus melihat keterikatan Undang-Undang yang satu dengan yang lain. Dengan demikian populasi & sanpling tidak dikenal dalam penelitian hukum normative. Benarkan Penelitian Hukum Noprmatif adalah Penelitian Hukum Kualitatif? Perbedaan antara Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Adalah sifat data yang mengandung konsekuensi pada analisis. Sedangkan Penelitian Hukum Normatif tidak mengenal data, sehingga Penelitian Kualitatif & Kuantitatif adalah merupakan Penelitian Empiris. Dengan demikian Penelitian Hukum Normatif bukalah Penelitian Kualitatif. Letak kesalah pahaman dalam Penelitihan Hukum : Penelitian Hukum Normatif tidak menggunakan analisis kuantitatif (Statistik), serta merta dikualifikasikan sebagai Peneltian Kualitatif. Sehingga Penelitian Hukum Normatif kurang dianggap ilmiah, karena : 1. Tidak kuantitatif. 2. Tidak menggunakan statistic Penelitian Hukum Normatif semestinya tidak diidentifikasikan dengan Penelitian Kualitatif. BEBERAPA KEKABURAN

5 Penelitian Hukum tidak beranjak dari Hakekat Keilmuan Hukum, bahwa Hukum adalah norma. Penelitian Hukum beranjak dari sudut pandang Ilmu Sosial Yaitu bagaimana suatu metode penelitian dapat digunakan dalam penelitian hukum. Dampaknya menyulitkan dan dapat mengaburkan Ilmu Hukum sendiri. Di dalam menetapkan metode penelitian hukum dalam pengkajian ilmu hukum, seharusnya beranjak dari hakekat keilmuan hukum, yakni Normatif, bukan dari sudut pandang ilmu social, sehingga ilmu hukum tetap Sebagai Ilmu Normatif yang khas dan mandiri. PENDEKATAN UNTUK MENJELASKAN HAKEKAT KEILMUAN HUKUM : Ada 2 Pendekatan : 1. Pendekatan dari sudut Falsafah Ilmu 2. Pendekatan dari sudut pandang Teori Hukum 1. PENDEKATAN SUDUT FALASAFAH ILMU ; Falsafah Ilmu membedakan ilmu dari dua sudut pandang : a. Pandangan Positivistik Ilmu Empiris b. Pandangan Normatif Ilmu Normatif Sehingga Ilmu Hukum memiliki dua sisi : Sisi 1 : Ilmu Hukum dengan karakter aslinya sebagai ilmu normative. Sisi 2 : Ilmu Hukum memiliki segi-seghi empiris. Sisi empiris inilah yang menjadikan kajian ilmu empiris, seperti : Sociological Yurisprudence & Socio Legel Yurisprudence. Dengan demikian dari sudut pandang ini, ilmu hukum dibedakan atas Ilmu Hukum Normatif dan Ilmu Hukum Empiris. Ilmu Hukum Normatif metode kajiannya Khas, sedangkan Ilmu Hukum Empiris dapat dikaji melalui Penelitian Kualitatif ataupun Kuantitatif, tergantung sifat datanya. 2. SUDUT PANDANG TEORI HUKUM : Ilmu Hukum dibagi atas 3 Lapisan Yaitu : 1. Dogamtik Hukum 2. Teori Hukum (dalam arti sempit) 3. Filsafat Hukum

6 Ketiga lapisan tersebut dan juga praktek hukum masing-masing mempunyai karakter yang khas yang dengan sendirinya memiliki metode yang khas pula. Dengan demikian dapat ditetapkan metode yang paling tepat dalam pengkajian ilmu hukum. Sikap yang diambil : Janganlah mengempiriskan segi-segi normative ilmu hukum, & jangan menormatifkan segi-segi ilmu hukum empiris dalam penelitian hukum. Dalam kajian normatif sebaiknya berpegang pada tradisi keilmuan hukum itu sendiri, sedangkan dalam kajian ilmu hukum empiris sebaiknya digunakan metode-metode penelitian empiris yang sesuai (kualitatif atau kuantitatif). 2. TERMINOLOGI ILMU HUKUM Rechtswetenschap (Belanda) Rechtstheorie (Belanda) Jurisprudence (Inggris) Legal Science (Inggris) Jurisprudent (Jerman) Istilah Ilmu Hukum di Indonesia disejajarkan dengan Istilah dalam Bahasa Belanda : Rechtswetenschap dan Rechtstheorie, sedangkan dalam kepustakaan Bahasa Inggris dikenal dengan Istilah Jurisprudence dan Legal Scienc 1. RECHTSWETENSCHAP : Rechtswetenchap (dalam arti sempit) artinya dogmatic hukum atau ajaran hukum (De Rechtsleer) yang tugasnya : Diskripsi Hukum Positif, Sistematisasi HukumPositif, dan dalam hal tertentu Ekplanasi. Dogmatik Hukum : Tidak Bebas Nilai tetapi Syarat Nilai Rechtswetenschap (dalam arti luas) meliputi : Dogmatik Hukum, Teori Hukum dalam arti sempit, dan Filsafat Hukum. 2. RECHTSTHEORI : Rechtstheori (dalam arti sempit) adalah lapisan Ilmu Hukum yang berada diantara dogmatic hukum dan filsafat hukum, dalam arti ini merupakan eksplanasi hukum (EenVerklarende Wetenschap Van Het Recht) Teori Hukum merupakan Ilmu yang bersifat Interdisipliner dalam arti luas Rechtstheori digunakan dalam arti yang sama dengan Rechtswetenschap. Jurisprudence, Legal Sciensce & Legal Philosophy (Inggris) sama dengan Istilah di Belanda Lord Lloyd O Hamstead & M.D.A Freeman

7 Dalam bukunya : Introduction Of Yurisprudence Jurisprudence Innolves The Study Of General Theoritical Questions About The Nature Of Laws And Legal Systems, About The Relationship Of Law To Justice And Morality And Abaout The Social Nature Of Law Science, However, Is Concerned With Empirically Observable Facts And Evebts H.P.H. Visser Thooft Sudut pandang Filsafat Ilmu Hukum Menggunakan istilah Rechtwetenschap : Merumuskan semua disiplin yang obyeknya Hukum adalah Ilmu Hukum. Atas Dasar itu dikatakan Rechts Is Mede Wetenschap 3. JENIS ILMU HUKUM Beda dari segi obyek : ILMU HUKUM NORMATIF & ILMU HUKUM EMPIRIS TAHAP STUDI ILMU HUKUM EMPIRIS MELIPUTI : 1. REALIS : Factual Patterns Of Behavior. FOKUS STUDI : PERILAKU : Misal Perilaku Hakim dalam memutus perkara Perkosaan ada 2 perilaku Hakim : Hakim Pria & Hakim Wanita (Gender) 2. SOSIOLOGICAL JURISPRUDENCE : LAW IN ACTION >< LAW IN THE BOOKS Aliran ini memfokuskan diri pada problem kesenjangan (GAP), yaitu kesenjangan antara Law In Books & Law In Action. Tingkatan pada kajian ini hanya memaparkan kesenjangan (Discribed), akan tetapi tidak menjelaskan mengapa terjadi kesenjangan (Explained). 3. SOCIO-LEGAL STUDIES Aliran ini melihat hubungan timbale balik antara Hukum & Masyarakat. Disatu sisi Disisi lain : Pengaruh Hukum Terhadap Masyarakat : Pengaruh Masyarakat terhadap Hukum. PERBEDAAN ILMU HUKUM NORMATIF DAN ILMU HUKUM EMPIRIS Menurut : D.H.M. Meuwissen. Ilmu Hukum Empiris : Secara tegas membedakan fakta dan norma Ilmu Hukum Empiris : Gejala Hukum harus murni empiris, yaitu fakta social Bagi Ilmu Hukum Empiris, Metode yang digunakan adalah Metode Ilmu Empiris Bagi Ilmu Hukum Empiris merupan Ilmu bebas nilai. PERBEDAAN ILMU HUKUM EMPIRIS & ILMU HUKUM NORMATIF MEURUT : J.J. BRUGGINK

8 POSITIVISTIK ILMU HUKUM EMPIRIS NORMATIF HUKUM NORMATIF ILMU HUBUNGAN DASAR SUBYEK-OBYEK SUBYEK-SUBYEK SIKAP ILMUWAN PENONTON (TOESHOUVER) PARTISIPAN (DOELSEMEN) TOERI KEBENARAN KORESPONDENSI PRAGMATIK PROPOSISI HANYA INFORMATIF / EMPIRIS METODE HANYA METODE YG BISA DI AMATI PANCA INDRA NORMATIF & EVALUATIF JUGA METODE LAIN MORAL NON KOGNITIF KOGNITIF HUBUNGAN ANTAR MORAL DAN HUKUM ILMU PEMISAHAN TEGAS HANYA SOSIOLOGI HUKUM & TEORI HUKUM EMPIRIS TIDAK ADA PEMISAHAN HANYA HUKUM DALAM ARTI LUAS BEBERAPA PERBEDAAN MENDASAR ILMU HUKUM EMPIRIS & ILMU HUKUM NORMATIF HUBUNGAN DASAR SIKAP ILMUWAN : Ilmu Hukum Empiris : Sebagai penonton yang mengamati gejala-gejala obyeknya yang dapat ditangkap oleh panca indera. Ilmu Hukum Normatif : Yuris secara aktif menganalisis norma sehingga peranan subyek sangat menonjol. TEORI KEBENARAN Ilmu Hukum Empiris : Adalah kebenaran korespondensi, artinya sesuatu benar karena didukung oleh fakta (Corespond To Reality). Ilmu Hukum Normatif : Adalah dengan dasar kebenaran pragmatic yang pada dasarnya Konsensus Sejawat sekeahlian. Di Belanda hal-hal yang merupakan Konsensus Sejawat Sekeahlian dikenal sebagai Heersendeleer (Ajaran yang berpengaruh ). 4. LAPISAN ILMU HUKUM Secara kronologis perkembangan Ilmu Hukum :

9 Di Awali oleh Filsafat Hukum Di Susul Dogmatik Hukum (Ilmu Hukum Positif) PERBEDAAN FILSAFAT HUKUM & DOGAMTIK HUKUM : Filsafat Hukum : Sangat Spekulatif Hukum Positif : Sangat Teknis Sehingga dibutuhkan disiplin tengah yang menjebatani Filsafat Hukum dan Ilmu Hukum Positif. Disiplin tengah tersebut mula-mula BERBENTUK Ajaran Hukum Umum (Algemene Rechtsleer) yang berisi cirri-ciri umum. Seperti Asas-Asas Hukum dari berbagai system Hukum. Algemene Rechtsleer berkembang menjadi Teori Hukum yang memiliki ciri-ciri sama dan permasalahan yang sama dari berbagai ssistem hukum. LAPISAN ILMU HUKUM FILSAFAT HUKUM TEORI HUKUM DOGMATIK HUKUM PRAKTEK HUKUM Dogmatik Hukum Teori Hukum Praktek Hukum Filsafat Hukum Pembentukan Hukum Praktek Hukum Penerapan Hukum Permasalahan mengenai dalam Penerapan Interpretasi Kekosongan Hukum (Leemten In Het Antinomi

10 @ Norma yang kabur (Vage Onrmen) Hubungan Antara Filsafat Hukum, Teori Hukum dan Dogmatik Hukum FILSAFAT HUKUM Meta Teori Meta Teori TEORI HUKUM DOGMATIK HUKUM Teori Teori Teori HUKUM POSITIF Hubungan Filsafat Hukum, Teori Hukum dan Dogmatik Hukum Menunjukkan : Hukum Positif di dukung oleh : Ilmu Hukum Positif (Dogmatik Hukum) Teori Hukum Filsafat Hukum Tiap Lapisan Ilmu Hukum memiliki Karakteristik Khusus Mengenai : Konsep Eksplanasi Sifat atau Hakikat Keilmuannya HUBUNGAN KE-TIGA DISIPLIN ILMU HUKUM

11 LAPISAN ILMU HUKUM KONSEP EKPLANASI SIFAT Filsafat Hukum Grondbergrippen (Pengertian Dasar) Relatif Spekulatif Teori Hukum Algemene Begrippen (Pengertian Umum) Analistis Normatif Empiris Dogmatik Hukum Technischjuridisch Begrippen (Pengertian Tehnis Hukum) Teknis Yuridis Normatif KONKLUSI Dogmatik Hukum (Ilmu Hukum Positif) Adalah Ilmu Hukum Praktis. Fungsi Ilmu Hukum Praktis Adalah Problim Solving Dengan demikian, Dogmatik Hukum sebagai Ilmu Hukum Praktis tujuannya adalah Legal Problem Solving untuk tujuan tersebut dibutuhkan ARS ARS yang dibutuhkan para yuris untuk menyusun Legal Opinion sebagai Output dari langkah bagi Legal Problem Solving ARS yang dimaksud adalah : Legal Resoaning atau Legal Argumentation yang hakekatnya adalah Giving Reasoning.

Law is the enterprise of subjecting human conduct to the governance of rules (The Morality of Law, 1971: 106).

Law is the enterprise of subjecting human conduct to the governance of rules (The Morality of Law, 1971: 106). SKRIPSI HUKUM PIDANA - Author: Swante Adi Krisna Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 3 Jan 2017 (about 2 months ago) Tanggal didownload: 4 Mar 2017, Pukul 12:04 106 pembaca via komputer / laptop.

Lebih terperinci

HAKIKAT KEILMUAN ILMU HUKUM DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT ILMU DAN TEORI ILMU HUKUM

HAKIKAT KEILMUAN ILMU HUKUM DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT ILMU DAN TEORI ILMU HUKUM HAKIKAT KEILMUAN ILMU HUKUM DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT ILMU DAN TEORI ILMU HUKUM Titik Triwulan Tutik * Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya Jalan Ahmad Yani 117 Surabaya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum Cara kerja keilmuan salah satunya ditandai dengan penggunaan metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta

Lebih terperinci

Satuan Acara Perkuliahan

Satuan Acara Perkuliahan PERTEMUAN I & II Pertemuan : I & II (2 X 100) menit TIU : diharapkan mampu untuk menjelaskan dan menganalisis TIK : mampu untuk menjelaskan dan menganalisis hakikat dan karakter ilmu hukum Indikator :

Lebih terperinci

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 1 Keberadaan Sosiologi Hukum Dalam Konteks Ilmu Hukum Kecenderungan Ilmu hukum dititik beratkan pada sifat

Lebih terperinci

Hukum Dalam Arti Sempit

Hukum Dalam Arti Sempit SKRIPSI HUKUM PIDANA Ilmu Hukum - Author: Swante Adi Krisna Ilmu Hukum Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 3 Jan 2017 (one month ago) Tanggal didownload: 7 Feb 2017, Pukul 19:46 64 pembaca via komputer

Lebih terperinci

ILMU HUKUM: HAKEKAT KEILMUANNYA DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT ILMU DAN TEORI ILMU HUKUM. Titik Triwulan Tutik 1. Abstract

ILMU HUKUM: HAKEKAT KEILMUANNYA DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT ILMU DAN TEORI ILMU HUKUM. Titik Triwulan Tutik 1. Abstract ILMU HUKUM: HAKEKAT KEILMUANNYA DITINJAU DARI SUDUT FILSAFAT ILMU DAN TEORI ILMU HUKUM Titik Triwulan Tutik 1 Abstract This paper examines the nature of science of jurisprudence regarding the terms of

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. PENGALAMAN BELAJAR/ Kegiatan Pembelajaran MATERI POKOK Ilmu Hukum sebagai Ilmu

SILABUS MATA KULIAH. PENGALAMAN BELAJAR/ Kegiatan Pembelajaran MATERI POKOK Ilmu Hukum sebagai Ilmu SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI : MAGISTER KENOTARIATAN MATAKULIAH : TEOROI HUKUM KODE MATAKULIAH : 532001 BOBOT SKS : 2 SKS SEMESTER : I MATAKULIAH PRASYARAT : - STANDAR KOMPETENSI : Mampu Menyelesaikan

Lebih terperinci

HUKUM DAN ILMU HUKUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU. Oleh : Supriyanta 1

HUKUM DAN ILMU HUKUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU. Oleh : Supriyanta 1 HUKUM DAN ILMU HUKUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU Oleh : Supriyanta 1 Abstract: The philosophy of science divides a study into two point of views, those are; positivistic which creates empiric study,

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Hukum

Pengantar Ilmu Hukum Pengantar Ilmu Hukum } Disiplin Hukum } Arti Hukum } Unsur Hukum } Kaedah (proses terjadinya, aspek, macam dan Pentingnya Kaedah Hukum) } Teori- teori Hans Kelsen } Kaedah Hukum yang Abstrak dan yang Konkrit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan serta pokok bahasan, maka penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan serta pokok bahasan, maka penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan serta pokok bahasan, maka penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Menurut Abdulkadir Muhammad (2004:

Lebih terperinci

Tiga Paradigma Ilmu Hukum

Tiga Paradigma Ilmu Hukum Tiga Paradigma Ilmu Hukum Positivisme dan Postpositivisme Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu-ilmu alam, yaitu sebagai suatu metode yang terorganisis untuk mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan

Lebih terperinci

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2012/ 2013 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2012/ 2013 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2012/ 2013 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN JURUSAN/ SEMESTER : ILMU PEMERINTAHAN/ VI HARI/ TANGGAL

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM Match Day 2 KONSEP ILMU, ILMU HUKUM DAN HUKUM

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM Match Day 2 KONSEP ILMU, ILMU HUKUM DAN HUKUM MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM Match Day 2 KONSEP ILMU, ILMU HUKUM DAN HUKUM A. ILMU Apa ilmu itu?. Dalam thesaurus Bahasa Indonesia, Ilmu diartikan sebagai (1) bidang, disiplin, keahlian, lapangan,

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin

Lebih terperinci

Sasmini

Sasmini Sasmini 08170624208 http://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id 2/24/2011 Maksimal telat masuk kelas Presensi/kehadiran mhs Pakaian Koordinator Penilaian Silabus + RPP FILSAFAT FILO = CINTA/INGIN SOFIE = KEBIJAKSANAAN

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berfikir dan bertindak logis, metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta empiris yang terjadi, atau yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berpikir dan bertindak logis, metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta empiris yang terjadi, atau

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pengaturan Wewenang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut Sherlock Halmes Lekipiouw,S.H.,M.H

RINGKASAN. Pengaturan Wewenang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut Sherlock Halmes Lekipiouw,S.H.,M.H RINGKASAN Pengaturan Wewenang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut Sherlock Halmes Lekipiouw,S.H.,M.H Dalam disertasi ini isu hukum yang dikaji dan dianalisis berkaitan dengan pengaturan wewenang dalam pengelolaan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Jl. AriefRachman Hakim 51 Surabaya Website : KONRAK PERKULIAHAN

Jl. AriefRachman Hakim 51 Surabaya Website :  KONRAK PERKULIAHAN KONRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah Fakultas/Program Studi Dosen Pengampu Bobot SKS Semester : Teori : Magister Kenotariatan : Prof. Dr. Afdol, S.H., M.S. Dr. Woro Winandi, S.H., M.Hum. Rusdianto Sesung, S.H.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ilmu hukum normatif adalah ilmu hukum yang bersifat tidak dapat dibandingkan dengan ilmu ilmu lain. Fokus kajianya adalah hukum positif, oleh karena itu ilmu

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

Ilmu Penalaran atau Logika

Ilmu Penalaran atau Logika Ilmu Penalaran atau Logika Logika adalah Ilmu dan Kecakapan Menalar; Berpikir dengan Tepat (the science and art of correct thinking berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk "mengolah" pengetahuan yang

Lebih terperinci

PEMIHAKAN DAN PEMILIHAN ATAS PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL DAN NON DOKTRINAL

PEMIHAKAN DAN PEMILIHAN ATAS PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL DAN NON DOKTRINAL PEMIHAKAN DAN PEMILIHAN ATAS PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL DAN NON DOKTRINAL Taufik H. Simatupang Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Hukum dan HAM RI Jl. Raya Gandul Cinere Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian Hukum yang telah ada dewasa ini secara umum lebih mengenal metode penelitian atas dua kategori metode penelitian hukum Normatif Empiris (Sosio

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM. 9/8/2012 Pertumbuhan Sosiologi Hukum

PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM. 9/8/2012  Pertumbuhan Sosiologi Hukum PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM 1 Perbandingan Karakteristik Karakteristik Sociological Jurisprucende Sociology of Law 1. Ilmu Induk Ilmu Hukum Sosiologi 2. Sifat kajian Hub. Normatik/ logistik Kusalitas (exprerience)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 59 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif berfokus pada hukum positif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari 31 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran Agama, Filsafat, Ilmu, Teori, dan Penelitian Kuliah 2 Metodologi Ilmu Pemerintahan Dosen: Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.A. Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum.

BAB I. Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah menyatakan diri sebagai negara berdasarkan atas hukum. Pernyataan ini dengan jelas terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau memiliki persamaan dengan penelitian doktrinal (doctrinal research).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law (Eropa Continental) yang diwarisi selama ratusan tahun akibat penjajahan Belanda. Salah satu karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari bahasa Yunani, Methodos yang artinya adalah cara atau jalan. Dikaitkan dengan penelitian ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 57 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum secara yuridis normatif dan penelitian hukum secara yuridis empiris. 1. Pendekatan secara yuridis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di Indonesia saat ini semakin meningkat, melihat berbagai macam tindak pidana dengan modus tertentu dan

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci

PENELITIAN HK NORMATIF http://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id Pengertian Ilmu Hukum dan Penelitian Hukum Isu Hukum dalam Penelitian Hukum Pendekatan Dlm Penelitian Hukum Sumber2 Penelitian Hukum Langkah2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KESEHATAN A. Pengertian-pengertian

SOSIOLOGI KESEHATAN A. Pengertian-pengertian SOSIOLOGI KESEHATAN Perkembangan ilmu sosiologi kesehatan dimulai sejak manusia sadar bahwa kesehatan tidak hanya sebatas fisik, melainkan juga mental serta kondisi sosial seseorang. Maka dari itu muncullah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa

Lebih terperinci

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. 1. b. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.

BAB I PENDAHULUAN. praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. 1. b. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd 1. Kontrak Perkuliahan 2. Konsep, Karakteristik dan Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan 3. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan 4. Masalah penelitian

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Pengetahuan memiliki hubungan erat dengan filsafat. Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi (Iptek) merupakan istilah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan masyarakat di segala

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

Pengantar. Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini. Pengantar Filsafat Hukum 1

Pengantar. Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini. Pengantar Filsafat Hukum 1 Pengantar Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini Pengantar Filsafat Hukum 1 Curiculum Vitae Nama : Prof Dr. H. JAMAL WIWOHO, S.H., M.Hum. Tempat tgl lahir : Magelang, 8 November 1962 Tempat tinggal Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR PERBANDINGAN SISTEM HUKUM. Tulisan ini akan membedah buku yang berjudul Pengantar Perbandingan Sistem

BAB I PENGANTAR PERBANDINGAN SISTEM HUKUM. Tulisan ini akan membedah buku yang berjudul Pengantar Perbandingan Sistem BAB I PENGANTAR PERBANDINGAN SISTEM HUKUM A. Pendahulan Tulisan ini akan membedah buku yang berjudul Pengantar Perbandingan Sistem Hukum yang ditulis oleh Michael Bogdan. Buku ini membandingkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

Konflik Hukum / Konflik Norma? 1

Konflik Hukum / Konflik Norma? 1 Konflik Hukum / Konflik Norma? 1 Hukum / Norma? Asas prefrensi, orang hukum mana yang tidak mengetahui asas ini. Asas hukum yang kerap kali digunakan bagi para yuris dalam menyelesaikan suatu konflik antara

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Metaetika dan Etika Terapan. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

KODE ETIK PSIKOLOGI. Metaetika dan Etika Terapan. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Metaetika dan Etika Terapan Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Questions 1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam

Lebih terperinci

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si

Pengantar Sosiologi. Yesi Marince.S.IP., M.Si Pengantar Sosiologi Yesi Marince.S.IP., M.Si PROSES TERBENTUKNYA PEMIKIRAN SOSIOLOGI Dahulu semua ilmu pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma pe rubahan tata kelola pemerintahan dari sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. paradigma pe rubahan tata kelola pemerintahan dari sentralisasi menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang mendasari penelitian ini adalah adanya paradigma pe rubahan tata kelola pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai ilmu. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto, III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM 1 HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM Dedy Triyanto Ari Rahmad I Gusti Ngurah Wairocana Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Abstrak Hubungan antara norma hukum dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatifempiris (applied

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui salah satu asas yang dianut oleh KUHAP adalah asas deferensial fungsional. Pengertian asas diferensial fungsional adalah adanya pemisahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

Kewajiban umum KAIDAH-KAIDAH HUKUM. Kaidah primer (S) hukum publik 1pembentukan UU 2kehakiman 3. pemerintahan

Kewajiban umum KAIDAH-KAIDAH HUKUM. Kaidah primer (S) hukum publik 1pembentukan UU 2kehakiman 3. pemerintahan KAIDAH-KAIDAH HUKUM Kaidah perilaku Kaidah primer (H) Meta kaidah Kaidah sekunder (H) (berkenaan dg kaidah perilaku) Kaidah primer (S) Kewajiban umum Kaidah sekunder (S) (kaidah sanksi) Kebolehan khusus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS ASPEK EPISTEMOLOGI DALAM PENERAPAN HUKUM

KAJIAN TEORITIS ASPEK EPISTEMOLOGI DALAM PENERAPAN HUKUM KAJIAN TEORITIS ASPEK EPISTEMOLOGI DALAM PENERAPAN HUKUM Tengku Erwinsyahbana Ramlan Vivi lia Falini Tanjung Program Magister Kenotariatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: erwin6768@gmail.com

Lebih terperinci

LRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang

LRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang Oleh : Harun Azwari (Peneliti ) Latar Belakang Ilmu hukum adalah ilmu yang mandiri atau otonom, keberadaannya betul-betul independen lepas sama sekali dari anasir-anasir di luar dirinya. Ungkapan tersebut

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah Modul ke: Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH, METODOLOGI PENELITIAN, DAN LOGIKA BERPIKIR ILMIAH Fakultas Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut Asas

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut Asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut Asas Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yuris normative yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan

BAB III METODE PENELITIAN. yuris normative yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Pendekatan Masalah Untuk membahas permasalahan penulis mengadakan pendekatan yang dilakukan secara yuridis normative dan pendekatan secara yuridis empiris. Pendekatan secara

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 PENDAHULUAN MANUSIA PUNYA TUJUAN DAN CITA- CITA HIDUP MANUSIA MELAKUKAN AKTIVITAS: 1. MENCIPTAKAN 2. MENELITI 3. MEREFLEKSI 4. MEMPERCAYAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini mengakibatkan meningkatnya berbagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Lebih terperinci

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan dan kelangsungan suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat diperhatikan sehingga banyak yang

Lebih terperinci

OLEH SUNARYO, SE. BLOG S : baduttumin.wordpress.com HP :

OLEH SUNARYO, SE. BLOG S : baduttumin.wordpress.com   HP : OLEH SUNARYO, SE BLOG S : baduttumin.wordpress.com EMAIL : baduttumin@gmail.com HP : 08126415057 PENGERTIAN SUSUNAN KONSEP, DEFINISI, DAN DALIL YANG MENYAJIKAN SECARA SISTEMATIS GAMBARAN FENOMENA AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada umumnya bertujuan untuk mencari, menemukan, menggali kebenaran yang sesungguh-sungguhnya guna mencapai keadilan dalam masyarakat. Dimana hukum mengatur

Lebih terperinci

PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL

PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu instansi / lembaga yang menangi proses penegakan hukum yang ada di Indonesia penyidikan. Dalam pelaksanaan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif

Lebih terperinci

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang Mulia Hakim Majelis, atas permintaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dalam perkara sengketa wewenang antara

Lebih terperinci

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BE ETHICAL AT WORK. Part 9 BE ETHICAL AT WORK Part 9 POKOK BAHASAN An ethics framework Making ethical decisions Social responsibility An ethics framework Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, artinya penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang akan dibahas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dalam penelitian ini diperlukan metode tertentu.

Lebih terperinci

Obyek Penelitian Hukum. Hukum sebagai ilmu Hukum sebagai aturan Hukum sebagai ilmu perilaku masyarakat

Obyek Penelitian Hukum. Hukum sebagai ilmu Hukum sebagai aturan Hukum sebagai ilmu perilaku masyarakat Obyek Penelitian Hukum Hukum sebagai ilmu Hukum sebagai aturan Hukum sebagai ilmu perilaku masyarakat Hukum Sebagai Ilmu Konsep hukum sbg asas moral atau keadilan yang melahirkan cabang filosofis. Hukum

Lebih terperinci