BAB IV PEMBAHASAN. Madya Gorontalo yang ada di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Madya Gorontalo yang ada di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN A. Keadaan Sosial Masyarakat Provinsi Gorontalo a. Letak geografis dan keadaan alam. Asal mula Gorontalo adalah wilayah kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo yang ada di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi Gorontalo kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember Provinsi Gorontalo terletak di pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini ,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1, jiwa (berdasarkan Sensus Penduduk 2010), dengan tingkat kepadatan penduduk 85 jiwa/km². Sampai dengan September 2011, wilayah adminitrasi provinsi Gorontalo mencakup kota Gorontalo, kabupaten Boalemo, kabupaten Bone Bolango, kabupaten Gorontalo, kabupaten Gorontalo Utara, dan kabupaten Pohuwato yang terdiri dari 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan. Data ini terus mengalami perubahan seiring dengan adanya proses pemekaran kabupaten dan kota, kecamatan, desa, atau kelurahan yang ada di provinsi Gorontalo hingga sekarang. b. Identifikasi penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Gorontalo, populasi penduduk provinsi Gorontalo hingga dengan tahun 2011 berjumlah jiwa. Terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. 17

2 Dengan kepadatan penduduk terbanyak berada di Kota Gorontalo dengan jiwa/km 2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil adalah kabupaten Pohuwato, yaitu hanya sekitar 30 jiwa/km 2. Suku yang menghuni provinsi Gorontalo terdiri atas 90% Gorontalo dan sisanya suku Suwawa, suku Bone, suku Atinggola dan Mongondow. Agama yang dianut oleh masyarakatnya yakni Islam (95,63%), Protestan (2,20%), Hindu (0,39%), Katolik (1,70%), Buddha (0,08%). c. Bahasa Bahasa daerah yang cukup dikenal di Gorontalo ada tiga bahasa. Yaitu bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa, dan bahasa Atinggola. Bahasa Gorontalo dalam proses perkembangannya lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat. Akan tetapi saat ini bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, karena masuknya budaya yang dibawa oleh masyarakat transmigran sehingga kemurnian bahasa Gorontalo agak sulit diperoleh. d. Adat Istiadat Di Provinsi Gorontalo masyarakatnya mengenal adanya sebuah falsafah yang mengatakan Adat bersendikan syara', syara' besendikan kitabullah, atau adati hulahulaa to syaraa, syaraa hulahulaa to Quruani (selanjutnya disingkat adat-syara-kitabullah/quran-asq). Kaluku dalam Basri (2012) menjelaskan bahwa ASQ ini tidak pernah tertulis, tapi ia merupakan tuntutan yang harus ditaati sebagai fatwa leluhur yang telah disempurnakan oleh agama Islam. 18

3 Pendapat lain memperjelas tentang sejarah kemunculan ASQ yang sudah lama di taati oleh masyarakat Gorontalo, sebagai mana di jelaskan oleh Prof. S. R. Nur dalam Basri (2012) menegaskan bahwa rumusan adati hulahulaa to saraa, saraa hulahulaa to Quruani adalah sebuah rumusan yang lahir pada masa Sultan Eato. e. Mata Pencaharian Letak geografis yang berbeda-beda yaitu dataran, pantai dan danau serta sungai menyebabkan potensi desa/kelurahan, mata pencaharian, maupun perilaku penduduk juga berbeda. Misalkan di desa pantai, sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah nelayan. Sementara itu penduduk di desa dataran maupun perbukitan banyak yang menjadi petani, yaitu petani sawah dan berkebun. f. Kesenian Meskipun tergolong provinsi yang baru, Gorontalo telah memiliki beragam kesenian daerah yang telah mentradisi. Baik itu seni tari, seni musik, serta seni bertutur atau yang sering dikenal dengan tanggomo. Pada seni tari masyarakat telah mengenal beberapa jenis tarian tradisi, modern, hingga kreasi. Beberapa contoh tarian yang hingga dengan saat ini masih membudaya yakni Longgo, Langga, Tidi, Dana-dana, Saronde, Marwas, Danca serta masih banyak lagi. Pada seni musik, ada beberapa alat musik tradisi yang hingga dengan saat ini masih terus dijaga oleh masyarakat. Contohnya gambusi, maruasi, rebana, polopalo, tonggobi serta musik bambu. Alat-alat musik ini tidak hanya dimainkan 19

4 secara tunggal, pada acara-acara tertentu masyarakat sering mengkolaborasikan alat musik yang satu dengan lainnya. Sehingga tidak jarang muncul perpaduan baru dari nama kesenian tersebut. Misalnya hadra dan turunani. B. Bambu'a a. Asal mula bambu'a Ditinjau dari asal mula belum ditemui teori yang pasti menjelaskan tentang asal-usul bambu'a di Gorontalo. Namun berdasarkan informasi yang di peroleh dari informan yang ada di desa Kabila Kabupaten Bone Bolango menyatakan bahwa pada masa penjajahan Jepang, masyarakat memanfaatkan bambu'a sebagai alat informasi. Bunyi bambu'a menjadi penanda bahwa pada saat itu kondisi masyarakat dalam situasi bahaya. Sehingga masyarakat harus berkumpul di satu tempat untuk mengatur strategi dalam menghadapi bahaya tersebut. Selanjutnya, sekitar tahun 1943 bambu'a masih digunakan sebagai alat informasi. Akan tetapi dalam hal ini bunyi bambu'a bukan sebagai tanda bahaya lagi, melainkan sebagai alat bagi para ketua kelompok nelayan untuk memberitahu pada nelayan lainnya bahwa saat itu mereka akan turun ke laut untuk menjaring ikan. Seiring dengan perkembangan masyarakatnya, mulai tahun 1950-an bambu'a difungsikan sebagai media komunikasi antara pedagang ikan dan para pembeli. Melalui bambu'a, pedagang ikan mampu memperoleh pembeli yang secara tidak langsung menjadi langganan tetap. Sehingga, para pedagang ikan mampu memperkirakan hasil yang mereka peroleh setiap harinya. Berbeda dengan informasi di kabupaten Bone Bolango, informan yang berada di kecamatan Mananggu kabupaten Boalemo menjelaskan bahwa awal 20

5 mula penggunaan bambu'a di tempat ini pula terbilang menarik, karena sebelum para pedagang ikan memulai karir mereka dengan berdagang menggunakan bambu'a. Para penjual Es keliling, telah lebih dulu menggunakan bambu'a untuk menjajakan jualannya. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena telah muncul inovasi baru dengan menggunakan gong kecil hingga terompet. Kebiasaan ini pula yang di adaptasi para badola atau nelayan ikan di kecamatan Mananggu untuk menjajakan jualannya. Pemanfaatan kerang laut yang mudah di peroleh, membuat para badola ini harus mempelajari cara meniup bambu'a dari para pendahulunya. Mereka pun meyakini bahwa para badola di Kecamatan Mananggu, haruslah orang yang tau meniup bambu'a. Karena bambu'a telah menjadi ciri khas utama dalam berjualan ikan. Pada beberapa tempat lainnya masih ada kesimpang siuran tentang kabar mengenai asal usul bambu'a. Seperti informasi yang berasal dari kabupaten Gorontalo Utara, bambu'a yang berada di kecamatan Bolontio pertama kali digunakan oleh sanak saudara mereka. Akan tetapi, informan berikutnya pun berkata serupa. Sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa asal mula bambu'a di kabupaten Gorontalo Utara masih ada kesimpang siuran, bagi mereka yang terpenting adalah menjaga tradisi yang telah di wariskan oleh para pendahulunya. Yakni memakai bambu'a dalam berdagang ikan. b. Jenis-jenis Bambu'a Jenis bambu'a yang sering diperoleh dari laut Sulawesi dan Teluk Tomini ada 2, yang bercangkang besar dan bercangkang panjang. Namun pada proses 21

6 pelestariannya, para pedagang ikan lebih suka menggunakan bambu'a yang bercangkang besar karena suaranya lebih keras dan nyaring. Bambu'a becangkang panjang yang memiliki suara keras hanyalah bambu'a yang usianya sudah tua sehingga semakin berat pula untuk di genggam atau di bawa-bawa. Bambu'a yang bercangkang besar praktis untuk di bawa-bawa dan juga memiliki suara yang lebih keras dari pada bambu'a yang bercangkang panjang. Pada proses pembuatan lubang untuk meniup, lebih sering di lubangi pada bagian tengahnya. Sementara untuk bambu'a dengan cangkang panjang, akan lebih sering di lubangi pada bagian samping punggung bambu'a. Hal ini di sebabkan karena kondisi cangkang yang berbeda. Gambar 1.1 bambu'a bercangkang panjang (Angel, 2012) 22

7 Gambar 1.2 bambu'a bercangkang besar (Angel, 2012) c. Organologi Bambu'a 1. Alat dan Bahan Bambu'a pada mulanya merupakan biota laut yang diperoleh secara alami dari dasar laut. Di perlukan sedikit kreativitas agar bambu'a dapat di manfaatkan oleh pedagang ikan dalam berniaga. Dengan demikian sebelum menjadi alat bantu berniaga yang dapat menghasilkan bunyi, bambu'a terlebih dahulu perlu di proses dengan menggunakan alat dan bahan. Alat dan bahan dalam pembuatan bambu'a yakni : o Kulit kerang o Paku o Palu o Panci 23

8 o Kompor o Cat o Kuas Alat dan bahan ini umumnya di pakai oleh para pedagang ikan dalam membuat bambu'a. Namun pada beberapa pedagang, ada yang hanya menggunakan sebagian alat saja untuk dapat menghasilkan bambu'a. Seperti kulit kerang, paku dan palu. Badan Bambu'a terdiri atas punggung, mulut, tanduk dan lubang tiup. Untuk penjelasan lebih detil maka dapat kita amati gambar. Gambar 1.3. Lubang tiup bambu'a (Angel, 2012). Pada gambar 1.3 di perlihatkan lubang bambu'a yang sudah di modifikasi pemakainya. Lubang tempat meniup harus di buat melalui ukuran yang di sesuaikan dengan mulut pemakainya. 24

9 Hal ini disebabkan karena jika pembuatan lubang pada bambu'a terlalu besar maka atau pun kecil, maka akan berpengaruh pada bunyi yang dihasilkan oleh bambu'a. Jika terlalu besar, maka bambu'a tidak akan berbunyi. Sementara jika terlalu kecil, bunyi yang di hasilkan akan kecil pula. Untuk itu pada proses pembuatan lubang, pembuatnya harus berhati-hati dalam memahat lubang tempat meniup bambu'a. Gambar 1.4. Mulut bambu'a (Angel, 2012). Pada gambar 1.4 merupakan mulut cangkang dari bambu'a. Dikatakan mulut cangkang bambu'a karena dari tempat itulah isi kerang keluar untuk melakukan aktifitas baik untuk berjalan maupun mencari makan. Mulut bambu'a juga merupakan tempat keluarnya bunyi yang dihasilkan oleh bambu'a setelah di tiup. 25

10 Gambar 1.5. Punggung bambu'a (Kabura, 2012) Pada gambar 1.5 di perlihatkan letak punggung bambu'a. Dalam meniup bambu'a, punggung bambu'a dapat berfungsi sebagai tempat menggenggam bambu'a agar lebih mudah sehingga tidak menutupi bibir tempat keluarnya suara dari bambu'a. Pada gambar 1.6 dapat kita amati bahwa bambu'a ternyata juga memiliki tanduk. Tanduk inilah yang menandakan usia dari bambu'a ketika di temukan di dasar laut. Semakin tinggi tanduk yang dimiliki oleh bambu'a, maka semakin tua pula usia dari bambu'a tersebut. Hal ini pula dapat berpengaruh pada bunyi dan teknik meniup bambu'a. Semakin tua usianya, maka akan semakin besar tenaga yang di perlukan untuk meniup bambu'a tersebut. Sehingga pada saat pencariannya, nelayan lebih banyak mencari bambu'a yang tanduknya terlihat kecil. 26

11 Gambar 1.6, Tanduk bambu'a (Angel, 2012) 2. Proses Pembuatan Bambu'a Proses pembuatan bambu'a melalui beberapa tahap yakni sebagai berikut : Tahapan pertama yaitu mencari kerang di dalam laut. Setelah ditemukan, kemudian kerang di rebus. Lalu isinya dikeluarkan dari cangkangnya. Setelah itu, kulit kerang di keringkan selama 2 minggu untuk memperoleh bunyi yang lebih nyaring. Jika sudah kering, bambu'a di lubangi pada bagian tengah cangkang secara hati-hati. Pada tahap akhir, bambu'a di bersihkan dari serpihan-serpihan cangkang yang masih tersisa. Setelah bersih maka bambu'a pun siap di gunakan. 27

12 Yang membuat bambu'a berbeda yaitu pada proses penemuan alatnya. Semakin dalam kedalaman laut yang nelayan tempuh, maka akan semakin besar pula tangkai/tanduk yang ada pada bambu'a tersebut. Sementara pengaruh terhadap bunyinya yaitu semakin besar bambu'a yang di gunakan akan semakin besar pula suara yang dihasilkan, begitupun sebaliknya. Akan tetapi hal ini pula yang menyebabkan nelayan terkadang kesulitan memakai bambu'a yang besar, karena dibutuhkan tenaga yang keras untuk meniup. 3. Teknik Meniup Bambu'a Teknik meniup bambu'a hampir sama dengan alat musik aerophone lainnya. Bedanya bambu'a tidak memakai pita hembus. Peniup harus memaksimalkan tiupan dan menjaga agar tidak ada udara yang merembes keluar. Hal ini dikarenakan bambu'a memiliki ruang yang berupa ulir di dalamnya. Sehingga peniup harus membuat sepadat mungkin udara yang masuk ke bambu'a. Gambar 1.7 Bakri meniup bambu'a bercangkang besar (2012) 28

13 Teknik meniup bambu'a yang bercangkang panjang dan bercangkang besar dapat dikatakan sama. Namun dalam proses memegang bambu'a yang akan terlihat berbeda. Untuk melihat perbedaan tersebut mari kita amati pada gambar berikut ini. Gambar 1.8 Bakri meniup bambu'a bercangkang panjang (2013) C. Transkripsi Bunyi Bambu'a a. Bambu'a Bakri Bakri adalah seorang pedagang ikan dengan rute penjualan dari Kelurahan Tenda hingga ke kelurahan Moodu di kota Gorontalo. Bakri menjual ikan pada waktu pagi hari. Bakri memiliki pengalaman selama kurang lebih 30 tahun sebagai penjual ikan dengan menggunakan alat bantu bambu'a. Dari pengalaman yang panjang itu, Bakri telah dikenal dengan baik oleh masyarakat Tenda dan Moodu. Selain dikenal secara 29

14 personal, masyarakat juga mengenalnya melalui bunyi tiupan bambu'anya yang "khas". Disetiap harinya Bakri mengandalkan satu-satunya ritme yang sering ia mainkan untuk memanggil pelanggan. Yakni sebagai berikut : b. Bambu'a Rahman Rahman merupakan pedagang ikan dengan rute penjualan melewati Jalan Pangeran Hidayat atau dikenal oleh masyarakat Kota Gorontalo dengan Jalan Dua Susun (JDS) di Kelurahan Tanggidaa. Rahman biasanya menjual ikan di mulai pada pukul WITA. Menjelang siang hari, rute selanjutnya yang di lalui Rahman adalah Kecamatan Tapa. Ritme yang selalu dimainkan oleh Rahman hanya 1 ritme. Yakni sebagai berikut : c. Bambu'a Karim Salah satu pedagang yang masih menggunakan bambu'a dalam menjual ikan di kabupaten Gorontalo adalah Karim. Menurut Karim, di kabupaten Gorontalo tersisa 2 orang saja yang memperdagangkan ikan dengan menggunakan bambu'a. Namun, peneliti hanya dapat bertemu dengan 1 orang yakni Karim. Ia menjual ikan dengan menggunakan sepeda motor. 30

15 Rute yang dilaluinya adalah Kelurahan Molosipat, Buladu hingga tiba pada tengah hari di kecamatan Telaga. Ritme bambu'a yang sering di perdengarkan oleh Karim terdiri dari dua ritme. Ritme tersebut adalah: Ritme 1 Ritme 2 d. Bambu'a Iman Iman merupakan pedagang ikan yang berasal dari kabupaten Bone Bolango. Seperti Bakri, Iman juga melewati rute kelurahan Tenda, Ipilo, Tamalate, Padebuolo hingga akhirnya ke kecamatan Kabila. Perbedaannya yakni dalam kesehariannya, Iman memilih untuk berdagang ikan dengan menggunakan motor. Sehingga lebih cepat sampai ke tujuan, dibandingkan dengan Bakri yang menggunakan sepeda. Iman memilih menggunakan motor karena merasa lebih praktis dan mudah. Pengalaman dalam menggunakan bambu'a pun dikatakan terbilang baru. Sehingga dapat kita lihat ritme yang ia hasilkan pun sangat sederhana. Seperti berikut ini. 31

16 e. Bambu'a Irham Irham adalah pengguna bambu'a dalam usaha penjualan ikannya. Ada yang unik pada sosok Irham dalam menggunakan bambu'a. Ia mampu membunyikan bambu'a dengan ritme yang beragam dan menghasilkan irama yang berbeda pada umumnya bunyi bambu'a yang ditiup pengguna bambu'a lainnya. Dari keunikan ritme yang di hasilkan bambu'a Irham, para pelanggannya mengenal dengan baik bunyi tersebut. Bunyi bambu'a Irham menjadi hiburan tersendiri di pagi hari bagi masyarakat Kecamatan Mananggu. Ritme yang sering menjadi hiburan Irham di tengah masyarakat yakni seperti berikut : Ritme 1 Ritme 2 Ritme 3 32

17 Ritme 4 f. Bambu'a Uwin Uwin merupakan pedagang ikan yang sering berjualan di kecamatan Mananggu hingga ke kecamatan Paguat. Ia memilih waktu di siang hari untuk mendagangkan ikannya. Pada hari-hari tertentu, Uwin memilih untuk memperdagangkan ikannya di rumah. Pengalamannya dalam memakai bambu'a dapat terbilang baru, karena ia baru menjalani profesi sebagai badola yakni setelah ditinggalkan orang tuanya 2 tahun lalu. Ritme yang sering dimainkan oleh Uwin yakni sebagai berikut : Dilihat dari ritme diatas dapat kita simpulkan di Kecamatan Mananggu memiliki suatu tradisi unik dalam memainkan bambu'a. Hal ini dapat kita amati melalui ritme yang mainkan oleh pedagang ikan kedua yakni mempunyai bunyi yang bernada. Ritme ini pula yang menjadi ciri khas pedagang ikan tersebut. Hanya dengan mendengar dari kejauhan, para pembeli ikan dapat langsung mengetahui bahwa yang memainkan ritme ini merupakan pedagang ikan favorit mereka. Jika dibandingkan dengan ritme pedagang ikan kedua, ritme pedagang ikan 33

18 yang pertama lebih terdengar monoton. Karena hanya dapat menguasai 1 ritme saja. Perbedaan ini dapat dikarenakan pengalaman serta keinginan belajar yang lebih tinggi oleh pedagang ikan yang satu di bandingkan dengan yang lainnya. Terbukti dengan pedagang ikan pertama barulah menjalani profesinya selama 2 tahun, sementara pedagang ikan kedua telah menjalani profesinya sudah 43 tahun. Sejalan dengan menjalani profesi berdagang, pedagang ikan kedua melatih teknik meniupnya secara terus menerus. g. Bambu'a Rustam Rustam merupakan pedagang ikan yang telah menggunakan bambu'a semenjak 20 tahun silam. Dengan pengalaman tersebut, Rustam telah memiliki pelanggan tetap di rute yang ia lewati di desa Pohuwato Timur. Ritme yang sering ia mainkan dalam berdagang ikan yakni sebagai berikut : h. Bambu'a Jemi Jemi salah seorang pedagang yang masih bertahan dengan menggunakan bambu'a di desa Taluduyunu kecamatan Marisa. Dalam kesehariannya Jemi menjajakan ikan menjelang siang hari dengan menggunakan motor. Alasannya, ia hanya tidak ingin berpapasan dengan pedagang lain saat 34

19 berjualan di tempat yang sama. Ritme yang menjadi andalannya dalam berdagang yakni sebagai berikut : i. Bambu'a Tahir Tahir merupakan kerabat dari Rustam, mereka tinggal dalam satu lingkungan yang sama. Perbedaannya, dalam berjualan Tahir memilih untuk menggunakan sepeda motor. Rute yang dilalui oleh Tahir pun berbeda dengan Rustam. Dalam berjualan, Tahir memilih waktu pagi hari karena lebih banyak pelanggan yang menantinya di waktu tersebut. Tidak jarang, dimusim nike Tahir akan memperdagangkan ikannya pula pada waktu malam. Ritme yang sering dimainkan oleh Tahir yakni sebagai berikut : Ritme 1 Ritme 2 35

20 Pada ketiga ritme diatas, ada persamaan ritme yang dapat kita lihat. Yaitu pada pedagang ikan pertama dan pedagang ikan yang ketiga. Sementara pada pedagang ikan yang kedua, umumnya memiliki bunyi yang sama pada ritme 1. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam teknik meniup mereka. Sehingga akhirnya ritme tersebut menjadi berbeda pada nilai notasinya saja. dari ketiga ritme ini dapat di simpulkan bahwa ritme bambu'a di Kecamatan Marisa memiliki bunyi yang monoton, karena pada kenyataanya para pedagang ikan ini tidak peduli dengan variasi bunyi yang di hasilkan. Mereka lebih mementingkan tingkat volume suara yang keras agar dapat langsung di dengar oleh para pembeli. j. Bambu'a Majid Majid merupakan pedagang ikan yang berdagang di desa Bolontio kecamatan Sumalata. Dalam kesehariannya Majid memperdagangkan ikannya di pagi hari dengan menaiki sepeda. Karena jarak yang jauh serta usia yang sudah mulai tua, Majid hanya berdagang ke desa-desa tetangganya. Ritme yang di andalkan oleh Majid dalam mendagangkan ikannya yakni sebagai berikut: k. Bambu'a Salim Salim tidak lain merupakan salah seorang kerabat dari Majid. Meskipun demikian, Salim baru menjalani profesi sebagai pedagang ikan selama 2 36

21 tahun terakhir karena di ajak oleh saudaranya. Setiap harinya Salim mendagangkan ikannya di pagi hari dengan memakai motor. Rute yang ia lewati mulai dari desa Kasia, desa Buloila hingga ke kecamatan Tolinggula. Ritme yang sering ia mainkan dalam berdagang ikan yaitu sebagai berikut: Ritme 1 Ritme 2 Ritme diatas menjelaskan bahwa di desa ini memiliki ritme bambu'a yang beragam. Meskipun bunyinya terdengar sama, namun teknik meniupnya berbeda. Ini bisa di sebabkan oleh usia dan kondisi kesehatan dari pedagang ikan yang pertama dan kedua berbeda. Sehingga pada ritme bambu'a yang dihasilkan oleh pedagang ikan pertama lebih bervariasi. Berdasarkan contoh ritme bunyi yang telah di peroleh, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sementara bahwa ritme bunyi bambu'a para nelayan ikan akan di pengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran para pedagang ikan yang masih menggunakan bambu'a ini di pengaruhi oleh orang-orang terdekat, dan juga lingkungan tempat mereka tinggal. 37

22 Seperti yang dapat kita lihat pada kecamatan Marisa dan kecamatan Sumalata, ritme bambu'a yang di peroleh dari beberapa nelayan ikan yang masih menggunakan bambu'a tidak ada perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada pengaplikasian teknik meniup masingmasing pedagang akan berbeda karena di pengaruhi oleh kondisi fisik serta pengalaman dari tiap pedagang ikan. D. Analisis Ritme Bambu'a Pada pembahasan ritme bambu'a, peneliti memilih untuk mentranskrip ritme dalam bentuk notasi balok. Hal ini dikarenakan meskipun tidak memiliki nada yang pasti, bunyi bambu'a yang di tiup oleh masing-masing pedagang ikan ternyata memiliki perbedaan. Pada tiupan pertama dan yang kedua memiliki aksen bunyi yang berbeda. Berdasarkan pertimbangan diatas maka peneliti akhirnya memilih notasi balok untuk mentranskrip ritme bambu'a yang diperoleh dari pedagang ikan. Penamaan motif A, Motif B, motif C dan lainnya hanyalah untuk mempermudah penulis dalam membedakan motif yang ada. Analisis ritme bambu'a terdiri atas 2 motif umum, 34 motif variasi, 6 frase dan 2 kalimat. Sebagaimana di jabarkan berikut ini; 1. Motif umum Motif umum ritme bambu'a terdiri dari 2 motif, sebagai berikut: Motif A 38

23 Motif B Pada motif A terlihat jelas belum ada variasi bentuk yang dihasilkan. Motif A memiliki nilai not 4 ketuk, dan tidak memiliki nada yang pasti. Dari 8 nara sumber pengguna bambu'a, terdapat 2 orang yang memiliki motif A. Berbeda dengan motif A, motif B telah memiliki aksen tertentu pada pengaplikasiannya. Ada perbedaan bunyi yang dihasilkan pada motif B. Terutama pada not pertama menuju not berikutnya. 2. Motif variasi Motif variasi terbagi atas 34 motif, yaitu sebagai berikut; Motif AA Motif A1 Motif A2 Motif Ab 39

24 Motif AA merupakan repetisi 1 dari motif A. Dikatakan demikian karena secara tidak langsung motif AA memiliki nilai not yang sama dengan motif A. Motif A1 merupakan diminusi dari motif A. Motif ini (A1) dikatakan diminusi karena nilai dari nada telah dibagi dua. Selain motif A1, motif A2 juga mengalami diminusi dari motif A1. Dikatakan demikian karena motif A2 telah mengalami pemerkecilan nilai dari motif A1. Tidak jauh berbeda, motif Ab merupakan diminusi dari motif A1. Pada motif Ab dikatakan diminusi A1 karena nilai dari A1 telah di bagi dua sehingga menjadikan motif Ab. Motif B1 B2 C B3 C1 1 Repetisi atau pengulangan dalam motif merupakan pengulangan tanpa adanya perubahan. 40

25 Motif B1 merupakan diminusi yang disertai dengan perubahan nada dari motif B. Sebagaimana dapat di lihat pada motif B, diawali dengan nada E kemudian naik ke nada F. Motif ini (B1) tidak mengalami perubahan nada. Berbeda dengan motif sebelumnya, motif B2 mengalami augmentasi 2 yang berasal dari motif B. Motif C merupakan diminusi dari motif C1. Hal sebaliknya pun terjadi pada motif C1 yang merupakan augmentasi dari motif C. Motif B3 merupakan diminusi yang berasal dari motif B. Sama dengan motif B1 dan B2, jika di amati lebih cermat motif B3 terlihat serupa dengan motif B namun terlihat berbeda pada nilai ketukan yang dimiliki. Motif D DU D1 DU' D2 D2' D2' DU'' D22 E D2'' E1 DU" DU''' 2 Augmentasi merupakan penambahan atau pembesaran nilai yang terjadi pada beberapa hal diantaranya nilai nada dan interval. Soeharto (1986) hal

26 Motif D adalah merupakan sekuens 3 dari motif D1. Sebaliknya, motif D1 merupakan sekuens naik dari motif D. Dikatakan demikian karena kedua motif tersebut saling mengalami pengulangan dengan tingkat nada berbeda. Pada motif D2 dikatakan diminusi dari motif D1 karena motif ini (D2) telah mengalami pemerkecilan nilai ketuk dari motif D1. Motif D22 merupakan pengulangan harafiah yang terjadi dari motif D2. Hal ini dikatakan demikian karena pada motif D22 tidak mengalami perbedaan nada ataupun tempo dengan motif sebelumnya (D2). Motif DU telah mengalami inversi dari motif D. Meskipun terlihat serupa akan tetapi nada yang dimiliki oleh motif DU telah mengalami inversi. Motif DU' telah mengalami sekuens turun dari motif DU. Awal motif DU' dimulai dengan La dan berakhir pada Sol. Sementara motif DU dimulai dengan Si dan kembali pada Si pula. Motif DU" merupakan pengulangan dari motif DU'. Sementara motif DU'" merupakan sekuens dari motif DU'. Motif E' merupakan pengulangan ( tanpa adanya perubahan) dari motif E. F F1 F11 3 Sekuens merupakan ulangan pada tingkat lain. Sekuens merupakan variasi termudah. Ada dua kemungkinan : Sekuens naik dan Sekuens Turun. Edmund Prier, Ilmu bentuk musik (Yogyakarta : 2011) hal

27 FAA G2 G1 G1' G1'' J1 F2 J K KK Motif F merupakan inversi 4 dari motif C. Sementara Motif FAA merupakan inversi dari motif F. Dinyatakan inversi karena motif F dan FAA telah mengalami pembalikan bebas. Sementara itu, motif F1 dapat dikatakan diminusi dari motif C. Motif F1' merupakan pengulangan harafiah dari motif F1. Motif G2 telah mengalami pembesaran nilai ketuk dari motif G1. Motif G1 merupakan diminusi dari motif G2. Motif G1' merupakan pengulangan harafiah dari motif G1. Motif G' merupakan pengulangan harafiah dari motif G. Motif G1'' merupakan pengulangan harafiah dari motif G1'. Motif J1 telah mengalami 4 Inversi dapat didefinisikan sebagai pengulangan dengan cara menggerakan melodi bertolak belakang. Inversi juga dapat berarti pembalikan motif. Edmund Prier, Ilmu bentuk musik (Yogyakarta : 2011) hal

28 sekuens naik dari motif J pada bagian akhir nada. Motif KK merupakan pengulangan harafiah dari motif K. 3. Frase Frase ritme bambu'a terdiri atas 7 frase, frase ini diperoleh dari gabungan motifmotif yang telah mengalami variasi. Frase tersebut sebagai berikut; F-1 B2 C F- 2 B3 C1 Frase pertama merupakan gabungan dari 2 motif, yaitu motif B2 dan motif C yang terdiri atas 2 birama. Pada frase pertama birama 1, bentuk motif (B2) hampir sama dengan frase ke dua birama 1 (motif B3). Ada kesamaan aksen dalam memainkan irama tersebut, yakni dari nada Mi kemudian dinaikan setengah ke nada Fa. F-3 F F1 F11 44

29 F-4 FAA G2 F-5 G1 G1' G1'' J1 Frase 3 merupakan gabungan dari 3 motif (F, F1 dan F11). Pada frase ini terjadi 2 kali pengulangan motif yang terjadi pada motif F1 dan F11. Jika di perhatikan dengan seksama ada inversi yang terjadi dari frase 3 ke birama pertama di frase 4. Begitu pula pada frase 5, pengulangan terjadi dari birama pertama hingga birama kedua notasi pertama. F-6 F2 J F-7 K KK 45

30 Pada frase 6 dan 7 ini masih sama dengan frase sebelumnya, yakni memiliki 2 birama pada tiap frase. Perbedaannya yakni pada frase 7 motif terlihat bervariasi dengan adanya pengulangan. 4. Kalimat Kalimat dalam ritme bambu'a terdiri atas 2 kalimat yaitu terdapat pada ritme berikut ini; DU D1 DU' D2 D2' A D2' DU'' D22 E B D2'' E1 DU" DU''' A B Pada ritme bambu'a pertama dapat kita lihat terdapat 2 bentuk kalimat tanya, dikatakan demikian karena pada akhir nada pertama (A) dan nada kedua (B) memiliki kesamaan bentuk. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa kedua kalimat merupakan kalimat tanya yang di gabungkan oleh koma. 46

31 Ritme kedua juga memiliki 2 bentuk kalimat, namun kali ini berbeda dengan ritme sebelumnya. Pada ritme bambu'a yang kedua ini, bentuk kalimat dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu kalimat tanya dan kalimat jawab. Dari birama 1-2, menjadi kalimat tanya. Kemudian dari birama 3-4 menjadi kalimat jawaban. Dengan demikian dapat disimpulkan, ritme bambu'a dalam pembentukan kalimat tidak lebih banyak terarah pada kalimat tanya. Hal ini disebabkan pola permainan ritme yang monoton dari peniup bambu'a. 47

ANALISIS RITME BAMBU'A DI PROVINSI GORONTALO PENULIS DWI ANGGELITA HAMZAH ANGGOTA PENULIS. TRUBUS SEMIAJI, S.Sn, M.Sn. NUGRA P. PILONGO, S.Pd, M.

ANALISIS RITME BAMBU'A DI PROVINSI GORONTALO PENULIS DWI ANGGELITA HAMZAH ANGGOTA PENULIS. TRUBUS SEMIAJI, S.Sn, M.Sn. NUGRA P. PILONGO, S.Pd, M. ANALISIS RITME BAMBU'A DI PROVINSI GORONTALO PENULIS DWI ANGGELITA HAMZAH ANGGOTA PENULIS TRUBUS SEMIAJI, S.Sn, M.Sn NUGRA P. PILONGO, S.Pd, M.Sn JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah sebuah penelitian yang mengolah data secara kualitatif, sedangkan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah sebuah penelitian yang mengolah data secara kualitatif, sedangkan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif, sedangkan teknik penyajiannya dalam bentuk deskriptif analisis. Metode kualitatif

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo seperti pada upacara-upacara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo seperti pada upacara-upacara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang memiliki budaya yang sangat beraneka ragam. Keberadaan budaya tersebut terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kurang lebih pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kurang lebih pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang meliputi kurang lebih 17.508 pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU Sri Martini Guru SMP Negeri 2 Singingi srimartini173@gmail.com ABSTRAK Seni musik calempong Kampar merupakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa itu sendiri. Dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa itu sendiri. Dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia, salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama, pergaulan, kesenian, bahasa, keindahan alam dan keterampilan lokal yang merupakan ciri khas dari suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik MATERI AJAR Ansambel Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik Ansambel dapat diartikan sebagai sebuah sajian musik yang dilagukan secara bersama-sama dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Komposisi Musik Musik memiliki lima unsur yaitu: ritme, melodi, harmoni, ekspresi dan bentuk. Pembagian kelima unsur-unsur musik disini sesuai dengan pendapat Jamalus 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang mencerminkan ciri khas kehidupan dari setiap masyarakat yang tinggal disuatu daerah, baik dari segi berbahasa, cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gorontalo merupakan penghuni asli bagian Utara Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Gorontalo, provinsi ke-32 Indonesia, yang pada tahun 2000 memekarkan diri dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam bentuk kesenian tradisional. Keberagaman kesenian tradisional tersebut adalah bagian dari kebudayaan setempat yang

Lebih terperinci

ANALISIS POLA RITME MUSIK JEPIN LEMBUT KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS (SUATU TINJAUAN MUSIKOLOGI)

ANALISIS POLA RITME MUSIK JEPIN LEMBUT KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS (SUATU TINJAUAN MUSIKOLOGI) ANALISIS POLA RITME MUSIK JEPIN LEMBUT KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS (SUATU TINJAUAN MUSIKOLOGI) ARTIKEL PENELITIAN Oleh: RINO FIRNANDEZ NIM F06109014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kota Gorontalo Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan dengan kamis, 6 Sya ban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gorontalo memiliki kesenian dalam bentuk musik, tari, ataupun sastra. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik Makalah Teori Dasar Musik Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik Disusun oleh kelompok 3 Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari Fitri Ramadayanti Riski Okta Mayasari (A1G016091) Kelas

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pengembangan karena terletak di Jalan Raya Lintas Sumatera dan terletak

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pengembangan karena terletak di Jalan Raya Lintas Sumatera dan terletak 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Pangkalan Kerinci adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan ibu kota KabupatenPelalawan, Riau. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya, dimana setiap propinsi dan suku yang ada di Nusantara, memiliki tradisi dan budaya masing-masing, baik

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Kajian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Pekanbaru Kota merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar 1. Letak Geografis Desa Ranah Sungkai Kecamatan XIII Koto Kampar Desa Ranah Sungkai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi profil sekolah a. Akreditasi sekolah Dari keseluruhan sampel sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti, terdapat sebanyak 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan bangsa dan merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pulau besar di wilayah Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan sub etnis adalah pulau Sumatera. Setiap etnis memiliki ciri tersendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo Unsur- Unsur Musik Unsur Musik Bunyi Irama Notasi Melodi Harmoni Tonalitas Tekstur Gaya musik Pitch Dinamika Timbre Beat Birama Tempo Musik adalah bagian dari bunyi, namun bunyi dalam musik berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sanggar Seni Mejuah-Juah Medan terbentuk berawal

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

Membaca Suara dan Mendengar Tulisan

Membaca Suara dan Mendengar Tulisan Membaca Suara dan Mendengar Tulisan BAGI PEMAIN/ PENGAJAR MUSIK Oleh: S. Kari Hartaya ABSTRAK Musik adalah salah satu karya seni yang menggunakan suara sebagai medianya. Kepiawaian dalam menguasai serta

Lebih terperinci

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar Yulisetiana Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Seni Budaya Universitas Negeri Surabaya Yulisetiana73@yahoo.com Abstrak Melihat pentingnya pendidikan seni musik untuk siswa Sekolah Dasar, maka guru musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih

Lebih terperinci

Efektifitas Angklung Sebagai Alat Musik Kolosal untuk Pembelajaran Seni Budaya

Efektifitas Angklung Sebagai Alat Musik Kolosal untuk Pembelajaran Seni Budaya Efektifitas Angklung Sebagai Alat Musik Kolosal untuk Pembelajaran Seni Budaya Oleh: S. Kari Hartaya ABSTRAK Makalah ini bertujuan untuk mengupas efektifitas alat musik angklung pada pembelajaran seni

Lebih terperinci

Gambar bagian-bagian gitar

Gambar bagian-bagian gitar Modul 5 Kegiatan Belajar 3 BERMUSIK Adapun macam-macam instrumen musik yang dipelajari di Sekolah Dasar antara lain: 1. Instrumen gitar Gitar termasuk alat musik chordophone (dimainkan dengan cara diperik/pluck).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Banyaknya pulau ini membuat Indonesia pun dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat disekitar bencana

Lebih terperinci

Ear Training 2. Direktorat Pembinaan SMK 2013

Ear Training 2. Direktorat Pembinaan SMK 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kekuatan, rahmat, dan hidayah-nya sehingga Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB III BANSI DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU DAN DI SUMATERA UTARA. Awal perkembangan instrument musik Bansi adalah di daerah Pesisir Selatan

BAB III BANSI DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU DAN DI SUMATERA UTARA. Awal perkembangan instrument musik Bansi adalah di daerah Pesisir Selatan BAB III BANSI DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU DAN DI SUMATERA UTARA 3.1 Cerita Rakyat Tentang Bansi Awal perkembangan instrument musik Bansi adalah di daerah Pesisir Selatan (Painan), Kabupaten Pesisir Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung didalamnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan suatu hal yang sering kita samakan artinya yaitu suara. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan suatu hal yang sering kita samakan artinya yaitu suara. Bila 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan kita sehari hari, tentu kita tidak pernah terlepas dari suatu hal yang disebut dengan bunyi dan juga suara. Bila kita amati, dari kita bangun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia dan akan terus berkembang dengan perkembangan industrialisasi dan perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partitur atau tulisan musik. Pemain musik melalui alat musiknya

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partitur atau tulisan musik. Pemain musik melalui alat musiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni musik merupakan salah satu media atau sarana dalam mengekspresikan diri. Manusia menggunakan bunyi melalui suara manusia atau melalui ragam alat musik. Instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Ciri khas musik Rarak Godang Rarak Godang mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Jam ke : SMP Negeri 3 Kalasan : Seni Budaya : VIII C : 1, 2, 3 kelas VIII C A. KompetensiInti KI 1 Menghargai dan menghayati

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Untung Jawa berada pada posisi 05 0 58 45,21 Lintang Selatan dan 106 0 42 11,07 Bujur Timur. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal) Instrumen Musik Minangkabau Kelompok Aerophone Kiriman: Wardizal Ssen., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Saluang Darek Merupakan jenis instrumen musik tiup yang sangat popoler di Minangkabau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

KESENIAN OTAR-OTAR DI DUSUN KOTA LAMA KECAMATAN GALING KABUPATEN SAMBAS

KESENIAN OTAR-OTAR DI DUSUN KOTA LAMA KECAMATAN GALING KABUPATEN SAMBAS KESENIAN OTAR-OTAR DI DUSUN KOTA LAMA KECAMATAN GALING KABUPATEN SAMBAS Firmansyah, Henny Sanulita, Diecky K. Indrapraja Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email : Firmansyahs.pd39@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

Teori Musik Dasar komunal Musik Tradisi Musik Classic Jazz Roc Pop Scale Interval Ritme Metrum Tekstur Dynamic Fundamental Komposisi

Teori Musik Dasar komunal Musik Tradisi Musik Classic Jazz Roc Pop Scale Interval Ritme Metrum Tekstur Dynamic Fundamental Komposisi Teori Musik Dasar Musik adalah salah satu produk kebudayaan,baik musik yang tercipta dari sistem komunal seperti Musik Tradisi maupun musik yang diciptakan oleh perorangan seperti Musik Classic,Jazz,Rock,Pop

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008:

Lebih terperinci

TUGAS PLPG PEMBUATAN MODUL PEMBELAJARAN

TUGAS PLPG PEMBUATAN MODUL PEMBELAJARAN TUGAS PLPG PEMBUATAN MODUL PEMBELAJARAN Disusun oleh : JELLY EKO PURNOMO, S.Pd No Peserta 17046021710161 MODUL SENI BUDAYA 1 Materi Teknik membaca dan bernyanyi solmisasi partitur not angka secara unisono

Lebih terperinci