PENJELASAN IV JENIS DAN PROSES PELAKSANAAN BIDANG KEGIATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJELASAN IV JENIS DAN PROSES PELAKSANAAN BIDANG KEGIATAN"

Transkripsi

1 PENJELASAN IV JENIS DAN PROSES PELAKSANAAN BIDANG KEGIATAN Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin perdesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat (terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan, dan komunitas/kelompok yang terpinggirkan), meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah, meningkatnya modal sosial masyarakat serta inovasi, dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Kegiatan yang diusulkan untuk mengakses BLM PNPM merupakan usulan kegiatan yang sudah dibahas dalam proses penyusunan RKP-Des. a. Usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Perdesaan dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis kegiatan, yang meliputi: (1) kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin, (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat, (3) kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi, terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal,4) penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP), 5) kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencanaketentuan yang terkait dengan kegiatan pascabencana mengacu pada Penjelasan 13 PTO, 6) usulan kegiatan pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi kriteria bisa mengajukan dana SPP yang mencakup pembiayaan, penyediaan sarana atau prasarana usaha, dan modal kerja yang dilakukan oleh kelompok usaha yang dikelola oleh perempuan. b. Usulan kegiatan prasarana dapat dipaketkan dengan usulan prasarana dan/atau dengan kegiatan non prasarana yang lainnya, kecuali dengan jenis kegiatan (4) penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP). Selain itu, kegiatan (6) usulan kegiatan pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi kriteria bisa mengajukan dana SPP, mencakup pembiayaan, penyediaan sarana atau prasarana usaha, dan modal kerja yang dilakukan oleh kelompok usaha yang dikelola oleh perempuan. Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat dalam musyawarah antardesa dengan menetapkan sejumlah kriteria yang meliputi aspek manfaat, berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan, dapat dikerjakan masyarakat, didukung sumber daya yang ada, dan upaya pelestarian kegiatan. Kegiatan Sarana dan prasarana yang dipilih harus mendukung pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat atau peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan di bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup. PNPM Mandiri Perdesaan tidak diperbolehkan membiayai beberapa kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam daftar larangan (negative list). Pelarangan ini didasarkan atas komitmen Pemerintah Repuplik Indonesia untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup, perlindungan hak anak, dan lebih memberikan perhatian kepada masyarakat umum, terutama masyarakat miskin, masyarakat adat, dan terpencil. Sebagai upaya pencegahan, pengelolaan, dan penanganan risiko terjadinya potensi dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan hidup yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kegiatan yang didanai PNPM Mandiri Perdesaan maka telah dibuat sebuah Panduan 1

2 Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup dalam PNPM Mandiri Perdesaan yang disampaikan dalam Penjelasan 14 PTO. Berikut penjelasan secara lengkap tentang daftar larangan yang dimaksud: a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik Kegiatan ini dilarang dengan alasan karena hanya menguntungkan kelompok tertentu dan jika dilakukan masyarakat umum, dapat melanggar hukum serta mengganggu keamanan umum. b. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor pemerintah dan tempat ibadah Pembangunan kantor pemerintah adalah tanggung jawab Pemerintah, sedangkan tempat ibadah terbatas hanya untuk golongan tertentu atau kelompok agama tertentu, padahal dalam satu desa dan kecamatan terdapat beberapa agama. Sasaran PNPM adalah seluruh penduduk yang ada di desa atau kecamatan lokasi program. c. Pembelian gergaji rantai, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obatan, dan bahan-bahan terlarang lainnya) PNPM Mandiri Perdesaan mendukung pelestarian alam dan melarang pembelian alat serta bahan yang dapat merusak alam. Gergaji rantai biasa dipakai untuk menebang pohon di hutan, bahan peledak mengganggu keamanan dan kerusakan lingkungan, asbes mengganggu kesehatan, antara lain menjadi penyebab kanker paru-paru. Pestisida serta sejenisnya dapat merusak ekosistem dan kesehatan manusia. d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton beserta perlengkapannya Kapal dengan kapasitas besar cenderung melakukan penangkapan ikan secara besarbesaran. Perilaku ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut. Alat penangkap ikan yang sering dipakai di kapal berkapasitas besar kebanyakan menggunakan pukat harimau. Alat ini merusak biota laut, terutama terumbu karang yang menjadi sumber makanan ikan. Karena dampak dari pengadaan kapal ini cenderung merusak lingkungan maka PNPM Mandiri Perdesaan melarang membiayai pembelian kapal jenis ini. e. Pembiayaan gaji pegawai negeri Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perdesaan tidak boleh untuk membiayai gaji/honor pegawai negeri karena mereka sudah mendapatkan alokasi gaji dari pemerintah. f. Pembiayaan kegiatan yang mempekerjakan anak-anak di bawah usia kerja Menurut UU Ketenagakerjaan tahun 2003: anak usia dibawah 13 tahun belum boleh bekerja, usia tahun hanya boleh bekerja yang tidak berisiko dan pekerjaan paruh waktu sehingga anak bisa tetap sekolah dan berkembang dengan normal secara sosial. Oleh karena itu PNPM Mandiri Perdesaan dilarang dengan tegas mendanai kegiatankegiatan yang mempekerjakan anak-anak. g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang-barang yang mengandung tembakau PNPM Mandiri Perdesaan dan Pemerintah Indonesia turut mendukung kesepakatan internasional untuk memerangi zat adiktif (zat yang menimbulkan kecanduan dan merusak kesehatan), seperti tembakau, narkotika, dan obat terlarang lainnya. Sehingga PNPM Mandiri Perdesaan tidak membiayai kegiatan apapun yang berkaitan dengan tembakau secara khusus dan zat adiktif lainnya. h. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan terumbu karang PNPM Mandiri Perdesaan melarang untuk membiayai pengolahan tambang dan pengambilan terumbu karang karena kegiatan ini cenderung merusak alam. Kegiatan 2

3 penambangan yang dilakukan oleh masyarakat cenderung tanpa memperhatikan dampak dari kerusakan alam dan tanpa rencana perbaikan atas kerusakan lingkungan yang terjadi. Secara ekologi, terumbu karang/koral merupakan habitat biota laut, baik yang hidup didalam atau sekitarnya. Secara fisik, terumbu karang juga dapat menjadi pelindung pantai dari abrasi akibat gelombang. i. Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari/atau menuju negara lain Pengelolaan sumber daya air sungai yang menuju ke negara lain memerlukan persyaratan tertentu yang cukup sulit untuk dikerjakan atau dipenuhi oleh masyarakat. Persyaratan-persyaratan ini diberlakukan agar tidak merugikan warga negara tetangga atau untuk menghindari keluhan dari negara tetangga. j. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan alur sungai Pemindahan alur sungai memerlukan perencanaan yang komprehensif. Perencanaan yang matang ini dimaksudkan untuk mengeliminasi dampak yang akan terjadi. Perencanaan dan analisis dampak lingkungan memerlukan keterampilan-keterampilan khusus. PNPM Mandiri Perdesaan melarang masyarakat untuk melakukan kegiatan ini, sekaligus untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah, sebagai akibat dari berubahnya alur sungai. k. Tidak diperbolehkan adanya kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi lahan yang luasnya lebih dari 50 hektar (Ha) dan reklamasi pantai Kegiatan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 Ha dapat berdampak pada perubahan ekosistem. Karena dampaknya yang sangat luas dan rumit maka perlu ada perencanaan dan analisis dampak lingkungan yang sangat cermat. Mengingat tingkat kesulitannya cukup tinggi, PNPM Mandiri Perdesaan tidak mengizinkan masyarakat mengajukan usulan ini. l. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha Kegiatan ini memerlukan perencanaan yang memiliki tingkat ketelitian cukup tinggi. Tanpa perencanaan yang baik, risiko gagal akan sangat tinggi, apalagi dapat berdampak pada kerusakan lingkungan yang bisa mengganggu kegiatan perekonomian suatu wilayah. Mengingat tingkat kesulitannya cukup tinggi, PNPM Mandiri Perdesaan melarang masyarakat mengajukan kegiatan ini. m. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari meter kubik Kegiatan ini memakan biaya sangat besar yang mungkin melebihi bantuan PNPM Mandiri Perdesaan per kecamatan. Kapasitas sebesar ini memerlukan lahan yang cukup luas serta memungkinkan ada proses ganti rugi lahan. Kegiatan ini memerlukan teknis khusus, tenaga khusus, dan perencanaan kegiatan yang mendetail. Hal ini akan sangat sulit dilakukan oleh masyarakat. n. Kegiatan konstruksi dan pemanfaatan lahan di wilayah kawasan konservasi dan hutan lindung tanpa izin tertulis dari instansi pemangku kawasan, kecuali untuk desa-desa yang sudah masuk dalam kawasan konservasi (enclave) Hutan lindung dan kawasan konservasi, seperti cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasional adalah kawasan khusus yang dilindungi oleh undang-undang karena nilai dan manfaat ekologi di dalamnya sangat penting bagi kehidupan di sekitar kawasan. Kegiatan tanpa pengawasan dari pemangku kawasan dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan ekologis kawasan sehingga berdampak pada fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat luas, termasuk kegiatan-kegiatan yang dimungkinkan membuka akses terhadap kerusakan kawasan konservasi. 3

4 o. Kegiatan yang mengarah kepada perdagangan tumbuhan dan satwa yang dilindungi Proses tahapan penyiapan jenis-jenis kegiatan yang akan didanai menggunakan BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah: MAD Sosialisasi Dalam pelaksanaan MAD 2, Fasilitator Kecamatan harus menjelaskan semua jenis kegiatan yang bisa didanai BLM PNPM, meliputi kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, peningkatan kapasitas kelompok UEP, kegiatan SPP, termasuk kegiatan pengganti SPP dan kegiatan rehabilitasi pascabencana. Penekanan materi sosialisasi untuk setiap jenis kegiatan adalah sebagai berikut: a. Sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat desa, meliputi: - Potensi sumberdaya desa/antardesa - Permasalahan yang dihadapi masyarakat berkaitan dengan keterbatasan sarana dan prasarana - Jenis-Jenis prasarana yang dapat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat serta sarana pendidikan dan kesehatan - Kesiapan masyarakat untuk melakukan kegiatan sarana dan prasarana - Kriteria sarana dan prasarana yang dapat didanai b. Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Kelompok Perempuan - Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkannya. - Status kecamatan berkaitan dengan bisa atau tidaknya mengakses BLM untuk pendanaan SPP. c. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Keterampilan Kelompok Ekonomi Fasilitator melakukan sosialisasi tentang adanya kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelompok Usaha Ekonomi dengan menjelaskan mekanisme, ketentuan dasar, instrumen yang harus dipersiapkan, dan sebagainya. Dalam MAD Sosialisasi ini, Fasilitator wajib memberikan contoh-contoh kegiatan dan memberikan informasiinformasi lembaga atau institusi yang dapat dijadikan alternatif peningkatan kapasitas. Kegiatan Bidang Pendidikan Meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa miskin/anak putus sekolah dengan prioritas menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun melalui pemberian beasiswa. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar melalui bantuan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas guru, serta metode pengajaran. Meningkatkan kepedulian orangtua siswa rumah tangga miskin dan komite sekolah terhadap pentingnya pendidikan. Meningkatkan kapasitas rumah tangga miskin perdesaan melalui pelatihan bagi pemuda putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga untuk menciptakan daya saing dan lapangan kerja. d. Bidang Kesehatan - Masalah kesehatan masyarakat di lingkup kecamatan atau desa (data dan informasi masalah kesehatan ini dapat diperoleh dari Puskesmas dan/atau Dinas Kesehatan setempat dan menggali data langsung dari masyarakat secara partisipatori melalui umpan pertanyaan-pertanyaan). Dampak yang diakibatkan 4

5 dari masalah kesehatan apabila tidak segera diatasi. Bentuk-bentuk kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan yang dapat dikembangkan masyarakat. - Bantuan pendampingan kepada masyarakat dari Fasilitator Kecamatan, PL, dan tenaga medis dari Puskesmas dalam mengembangkan kegiatan kesehatan. e. Bidang Rehabilitasi Pascabencana Penentuan lokasi dan alokasi pola khusus pascabencana Tata cara pelaksanaan pola khusus pascabencana Pelaku-pelaku dalam pelaksanaan kegiatan Tata cara melakukan penilaian kerusakan dan kebutuhan perbaikan Jenis-jenis kegiatan yang dapat didanai melalui pola khusus pascabencana Waktu pelaksanaan kegiatan pascabencana Sebagai upaya untuk memperoleh gagasan dari seluruh jenis-jenis kegiatan tersebutmaka dalam proses penggalian gagasan, Fasilitator kecamatan dan Kader Desa wajib melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung dengan bidang kegiatan, meliputi bidang pendidikan, kesehatan, dan pelaku ekonomi masyarakat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penggalian gagasan untuk mendapatkan kondisi riil keperluan masyarakat adalah: Penggalian gagasan bidang sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang diutamakan adalah sarana dan prasarana yang secara langsung dapat meningkatkan usaha ekonomi masyarakat. Untuk itu, pemanfaatan peta sosial hasil dari proses pengkajian keadaan desa sangat diperlukan dalam menggali potensi dan masalah bidang sarana dan prasarana mulai dari tingkat dusun, antar dusun, dan desa. Hasil penggalian gagasan diharapkan dapat membuka manfaat potensi sumberdaya lokal dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana yang akan diusulkan untuk didanai BLM PNPM Mandiri Perdesaan. Penggalian gagasan bidang pendidikan Penggalian gagasan didampingi oleh KPMD dibantu oleh Fasilitator Kecamatan/PL dengan menggunakan peta sosial dan kalender musim yang dibuat dalam musyawarah dusun dan desa. Peta sosial dibuat bersama masyarakat dusun dan desa dengan melibatkan komite sekolah, guru, dan kepala sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian gagasan untuk bidang pendidikan masyarakat: 1) Fasilitator Kecamatan melakukan koordinasi dengan Kantor Cabang Dinas Pendidikan di kecamatan dan pihak sekolah agar memberikan informasi kepada Komite Sekolah untuk mengikuti proses penggalian gagasan. 2) Identifikasi calon penerima manfaat bantuan pendidikan dilakukan oleh KPMD dengan melibatkan kades, kadus, dan anggota Komite Sekolah setempat. Identifikasi meliputi jumlah rumah tangga miskin, jumlah anak putus sekolah dan yang terancam putus sekolah, anak usia sekolah yang belum sekolah, jumlah pengangguran, dan sebagainya. 3) Jenis kegiatan bidang pendidikan terutama beasiswa dan honor guru akan lebih efektif jika diberikan lebih dari satu tahun (multiyears/tahun jamak). Dana multiyears juga dapat diberikan dalam lingkup kecamatan, artinya semua desa dalam satu kecamatan memilih pola multiyears. Keputusan bantuan multiyears dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mereka mendapatkan informasi mengenai manfaat dan permasalahan yang akan timbul. Manfaat bantuan multiyears,antara lain: 5

6 i. Target bidang pendidikan untuk penyelesaian pendidikan dasar 6 (enam) atau 9 (sembilan) tahun tercapai. ii. Memastikan ketersediaan tenaga guru. iii. Memperkuat kelembagaan Komite Sekolah (organisasi, uraian kerja, mekanisme dan tata kerja, kapasitas pengurus) Catatan: Masyarakat perlu mendiskusikan sendiri mekanisme pengelolaan bantuan pendidikan multiyears (tahun jamak) untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan keuangan secara akuntabel dan transparan pada pascaprogram (di mana tidak ada Fasilitator Kecamatan di lokasi PNPM Mandiri Perdesaan). Penggalian gagasan bidang kesehatan Dalam proses penggalian gagasan, masyarakat didampingi oleh KPM-D/K, yang dibantu oleh Fasilitator Kecamatan/PI dan pihak yang mengetahui permasalahan kesehatan, bertujuan untuk: a. Menyadarkan masyarakat tentang masalah kesehatan yang mungkin akan mereka hadapi. b. Mengajak masyarakat untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang sedang mereka hadapi. c. Mengajak masyarakat untuk merumuskan bentuk-bentuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penanganan kesehatan lingkungan - Penggalian gagasan bidang Peningkatan Kapasitas/Keterampilan Kelompok Ekonomi a. Melakukan musyawarah di dusun dengan tujuan identifikasi rumah tangga miskin dan kelompok UEP yang ada di dusun berfungsi untuk menemukan kebutuhan peningkatan kapasitas yang sesuai dengan kegiatan usaha yang dijalankan. Hasil identifikasi dan penggalian gagasan di musyawarah dusun yang diharapkan adalah: Daftar kelompok UEP yang memerlukan peningkatan kapasitas untuk usaha yang dilakukan dengan usulan jenis kegiatan yang diajukan. Daftar individu anggota rumah tangga miskin yang memerlukan peningkatan kapasitas dengan usulan jenis kegiatan yang diajukan. Daftar individu ini akan dikompilasi pada tingkat desa dan jika dari dusun-dusun lain mempunyai usulan kegiatan yang sama maka dapat dijadikan sebagai usulan desa. b. Membuat hasil identifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas dan digunakan untuk bahan dalam Musdes Penetapan Usulan. c. Hasil identifikasi kebutuhan mencakup, paling tidak, nama-nama identitas rumah tangga miskin dan kelompok, bentuk usaha, lama usaha, bentuk kebutuhan peningkatan kapasitas. - Penggalian gagasan bidang kegiatan simpan pinjam khusus kelompok perempuan Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung dengan proses sebagai berikut. Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut diatas, termasuk kondisi anggota. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang, dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok. Menyiapkan daftar penerima manfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan daftar Rumah Tangga Miskin yang akan menjadi penerima manfaat. 6

7 Rumah Tangga Miskin yang belum menjadianggota kelompok diberi penawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi penerima manfaat. Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara yang dilampiri: 1) daftar kelompok yang diidentifikasi, 2) kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, 3) peta sosial dan peta rumah tangga miskin, 4) rekap kebutuhan penerima manfaat. 7

8 4.1. Kegiatan Bidang Prasarana Dasar Pemikiran Sarana dan prasarana di Indonesia dibutuhkan masyarakat untuk membuka akses informasi dan pemasaran, terutama di daerah tertinggal/terpencil. Meskipun demikian, eksistensi program bukan sebatas membangun program fisik, melainkan lebih untuk menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakannya agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat dalam musyawarah antardesa dengan mengacu pada sejumlah kriteria yang meliputi: a. Aspek teknis, b. Manfaat, c. Keberpihakan kepada rumah tangga miskin, d. Mendesak untuk dilaksanakan, e. Didukung oleh sumber daya, f. Mendukung kualitas lingkungan hidup, serta g. Upaya pelestarian kegiatan Tujuan a. Tujuan Umum Secara umum, tujuan pembangunan sarana dan prasarana adalah mengembangkan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan/atau antardesa, serta peningkatan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. b. Tujuan Khusus Membangun prasarana pendukung bagi desa-desa yang membutuhkanuntuk: Menciptakan lapangan kerja di desa, terutama bagi rumah tangga miskin. Meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan, dan keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan. Meningkatkan kualitas kegiatan dengan menggunakan teknologi sederhana. Meningkatkan kapasitas Tim Pengelola Kegiatan dan/atau Tim Pelaksana Pemeliharaan Prasarana dalam mengelola kegiatan. Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, monitoring, dan memelihara prasarana, dalam teknis pelaksanaan Sasaran dan Jenis Kegiatan a. Sasaran Program - Peningkatan Pendapatan Masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kegiatan prasarana dilakukan dengan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat, tetapimemprioritaskan rumah tangga miskin: 1) Pada tahap persiapan pelaksanaan kegiatan, dilakukan identifikasi dan pendaftaran calon tenaga kerja dengan menggunakan Lembar PTO Pendaftaran Tenaga Kerja (Lembar A) yang berfungsi untuk memilah status calon tenaga kerja. Sebanyak mungkin melibatkan tenaga kerja desa setempat untuk ikut partisipasi sehingga akan 8

9 memperoleh upah dari pekerjaan maupun upah pengumpulan bahan. Tenaga kerja dari luar hanya diperbolehkan apabila keterampilan yang dibutuhkan tidak tersedia di desa. 2) Pencatatan rumah tangga miskin yang aktif dalam kegiatan prasarana dan pendapatan yang diterima dihitung berdasar jumlah Hari Orang Kerja (HOK) dan jumlah angkatan kerja. 3) Pengutamaan penggunaan bahan lokal. Kemungkinan kualitas bahan lokal yang ada tidak sebagus bahan dari luar, tetapi sepanjang masih memenuhi standar teknis maka bahan lokal tersebut perlu dimanfaatkan. Bahan yang diambil dari lokasi setempat akan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan identifikasi sumber bahan untuk kegiatan desa yang akan datang, termasuk pemeliharaan. Dengan penggunaan tenaga dan bahan lokal, uang tetap berputar di dalam desa sendiri, dengan harapan jumlah modal yang ada di desa meningkat. - Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Prasarana Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sarana dan prasarana bagi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. 1) Metode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus difokuskan untuk menumbuhkan rasa memiliki oleh masyarakat, yaitu: i. Meningkatkan keahlian masyarakat, terutama di bidang teknis dan administrasi kegiatan prasarana, ii. Mengefektifkan lembaga-lembaga yang ada di desa, baik iii. formal maupun informal, Memperoleh kualitas desain dan pekerjaan yang sesuai dengan standar teknis serta biaya yang efisien. 2) Usulan didasarkan pada pandangan masa depan yang dihasilkan secara musyawarah, dengan mengutamakan manfaat bagi rumah tangga miskin. 3) Kegiatan yang dibangun tidak boleh menyebabkan dampak yang merusak lingkungan dan merugikan masyarakat. 4) Sejauh mungkin memanfaatkan potensi sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia setempat. 5) Tenaga kerja yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan dibayar insentif secara penuh. Upah tenaga kerja tidak boleh dipotong dengan alasan apapun. Setiap pekerja harus menerima upah secara utuh, kemudian setelah itu dapat disumbangkan. 9

10 6) Sistem perencanaan dan pengelolaan dibuat sederhana agar mudah dimengerti, mudah dikelola masyarakat sendiri, dan mudahdirevisi dengan alasan yang kuat. 7) Segala informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan diumumkan dan disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya. 8) Pemeliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun menjadi tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah desa. 9) Masyarakat harus dilatih untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangun. 10) Harus terjadi alih teknologi dari FT-Kec kepada masyarakat, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun cara pengelolaan pemeliharaan, melalui pelatihan dengan cara bekerja sambil belajar. - Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Dalam penyusunan perencanaan teknis prasarana, diperlukan pemilihan teknologi yang tepat, meliputi aspek teknik dan dampak lingkungan. Dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan, FT-Kec, KPMD, dan masyarakat harus memperhatikan hal-hal di bawah ini: 1) Memilih teknologi yang sederhana supaya dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat sehingga tidak perlu mendatangkan ahli atau peralatan dari luar. Tim Pengelola Kegiatan juga akan mampu mengerjakan kegiatan serupa apabila PNPM Mandiri Perdesaansudah selesai. Tidak boleh membangun prasarana di luar kemampuan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dan masyarakat, yaitu semua jenis prasarana yang membutuhkan ketelitian dalam perencanaan atau teknologi yang canggih dan memiliki risiko kegagalan konstruksi yang tinggi. 2) Menggunakan teknologi yang tepat sehingga menghasilkan prasarana bermutu yang dapat memberi manfaat yang cukup berimbang dengan pengeluaran biaya. 3) Menggunakan teknologi dengan biaya murah, tetapi awet sehingga masyarakat dapat membangun prasarana secara optimal, mengingat kebutuhan prasarana perdesaan pada umumnya lebih banyak dibandingkan jumlah bantuan langsung masyarakat (BLM). Harga bahan harus dicari yang paling rendah,yang kualitasnya terpenuhi. Caranya dengan mengutamakan bahan lokal yang dikumpulkan tenaga lokal dan pembayarannya dengan upah (HOK), Jika terpaksa harus membeli bahan dari pemasok maka dilakukan melalui mekanisme pelelangan yang dilakukan secara partisipatif dan transparan untuk menghindari kolusi, korupsi, serta nepotisme. Harus diingat bahwa prasarana yang dibutuhkan masyarakat,dibangun untuk kepentingan masyarakat sendiri maka biaya yang diberikan kepada tenaga kerja dianggap sebagai perangsang atau insentif, bukan upah buruh. 10

11 4) Pada prinsipnya, TPK berhak memilih teknologi yang dipakai asalkan telah dinilai layak secara teknis oleh FT-Kec dan FT-Kab. Hak memilih tersebut hanya dapat dibatasi apabila pilihannya melanggar aturan atau kriteria. 5) TPK diharapkan tidak terpaku pada standar teknis. TPK berhak memilih teknologi lain (nonstandar) apabila masih sesuai dengan kriteria PNPM Mandiri Perdesaan, yaitu manfaat sosial-ekonomi, kelompok sasaran, ganti rugi, dampak lingkungan, serta kelayakan teknis dan biaya. TPK boleh mengambil teknologi yang sudah terbukti berhasil di tempat lain, walaupun belum biasa dipakai di sekitarnya. Pada prinsipnya, tidak ada larangan mutlak untuk tidak selalu mengikuti Petunjuk Teknis. Larangan pada umumnya diberikan untuk prasarana yang dianggap kurang sesuai dengan kriteria, terlalu mewah, atau di luar kemampuan desa untuk melaksanakan. 6) Terbuka menerima masukan teknis dari berbagai sumber, baik dari instansi terkait, lingkungan PNPM Mandiri Perdesaan, maupun dari luar, sepanjang memenuhi kriteria PNPM Mandiri Perdesaan. - Peningkatan Kapasitas Masyarakat Peningkatan kapasitas masyarakat dilakukan pada setiap tahapan kegiatan (perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan): 1) Tahap perencanaan/desain Pada tahap ini dilakukan penguatan kapasitas kepada TPK, KPMD, dan masyarakat yang berminat, meliputi: cara melakukan survei, perencanaan, dan penyusunan RAB. 2) Tahap pelaksanaan Dalam tahap ini, dilakukan penguatan kapasitas kepada TPK, ketua kelompok, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang terlibat pekerjaan, meliputi: cara melaksanakan pekerjaan sesuai standar teknis yang ditentukan (trial/percontohan). 3) Tahap pemeliharaan Pada tahap ini dilakukan penguatan kepada Tim Pengelola Pemeliharaan Prasarana (TP3) tentang organisasi dan teknis pemeliharaan. b. Jenis Kegiatan Kegiatan yang bisa diusulkan untuk bidang sarana dan prasarana semestinya sesuai dengan tujuan bidang sarana dan prasarana PNPM Mandiri Perdesaan yang diyakini dapat mendukung kegiatan ekonomi, derajat kesehatan, pendidikan, peningkatan kapasitas masyarakat, dan bermanfaat bagi antardesa serta memperhitungkan aspek keberlanjutan. Jenis kegiatan bidang prasarana dikategorikan menjadi empat, yaitu: (1) Kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan ekonomi masyarakat; (2) Kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat; (3) Kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendidikan; (4) Kegiatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi produktif. Jenis kegiatan diutamakan sebagai berikut. 11

12 1. Jenis kegiatan prasarana yang mendukung peningkatan ekonomi masyarakat: 1.1. Jalan, yang menghubungkan pusat produksi ketempat pemasaran dan dari pemukiman ke tempat pemasaran/produksi; 1.2. Jembatan, yang berada di ruas jalan yang menghubungkan pusat produksi ketempat pemasaran dan dari pemukiman ke tempat pemasaran/produksi; 1.3. Tambatan Perahu; 1.4. Pasar Desa; 1.5. Tempat Pelelangan Ikan; 1.6. Irigasi; 1.7. Listrik desa; 1.8. Prasarana Pendukung Jalan (Tembok Penahan Tanah/TPT, GG, danlain-lain) di ruas jalan yang akan menyebabkan kegiatan ekonomi tidak berjalan apabila prasarana tersebut tidak dibangun. 2. Jenis kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat: 2.1. Sarana Air Bersih; 2.2. MCK; 2.3. Gedung Polindes; 2.4. Gedung Puskesmas Pembantu. Ketentuan teknis dan nonteknis sebagaimana diatur dalam bab 4.3. BIDANG LAYANAN KESEHATAN. 3. Jenis kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendidikan: 3.1. Gedung Sekolah Dasar atau sederajat; 3.2. Gedung SMP atau sederajat. Ketentuan teknis dan nonteknis sebagaimana diatur dalam bab 4.2. KEGIATAN BIDANG PELAYANAN PENDIDIKAN. 4. Jenis kegiatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi produktif: 4.1. Penggilingan padi; 4.2. Lantai jemur; 4.3. Lumbung padi; 4.4. Kolam ikan; 4.5. Kandang ternak; 4.6. Instalasi Bio Gas; 4.7. Pergudangan; 4.8. Ketel penyulingan; 4.9. Mesin untuk produksi pakan ternak; Traktor, traktor tangan; Perahu; 4.12 Kegiatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi produktif lainnya. Kegiatan sarana dan prasarana diatas bisa berupa pembangunan baru, peningkatan, dan perbaikan Mekanisme Pengelolaan Kegiatan Langkah-langkah proses pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana secara garis besar meliputi penyusunan rencana kegiatan, persiapan pelaksanaan, dan pelaksanaan. a. Perencanaan Kegiatan Prasarana 12

13 Proses penyusunan rencana kegiatan sarana dan prasarana dimulai dari persiapan survei hingga pembuatan RAB. FT-Kab harus mengendalikan waktu yang diperlukan untuk proses perencanaan ini. Pelaku utama dalam proses ini adalah TPK, KPMD, Pendamping Lokal, masyarakat yang berminat untuk belajar, dan dibantu oleh FT-Kec. Penyusunan perencanaan kegiatan prasarana dimulai dari usulan desa yang mendapat ranking dan setelah mendapatkan nilai RAB yang pasti, dilanjutkan ke usulan ranking berikutnya. Demikian seterusnya dan berhenti jika dana bantuan yang dialokasikan untuk kegiatan per kecamatan, sudah teralokasikan semua. - Survei dan Pengukuran Sebelum melakukan survei, KPMD, TPK/TPU, dan masyarakat serta Kades/BPD yang berminat, diberi pelatihandan penjelasan mengenai: 1) Jadwal dan rencana survei, 2) Cara menggunakan format survei dan pengukuran,antara lain SAP, VAP, MAP, Lembar Perhitungan (take-off sheet), dan sketsa lapangan, 3) Pengenalan peralatan yang dibutuhkan, seperti patok, palu, meteran, slang, klinometer, kompas, bak ukur, format, alat tulis, 4) Cara menggunakan alat yang akan digunakan, antara lain klinometer, kompas, dan leveling (pendatar), 5) Pembagian tugas personel yang akan turut dalam survei. Setelah mendapat pelatihan dan penjelasan, dilanjutkan peninjauan lapangan untuk: 1) Mengamati kondisi lingkungan, 2) Memilih tata letak konstruksi di lapangan, 3) Melihat tingkat kebutuhan pelayanan, 4) Jika ternyata lokasi tidak layak secara teknis maka dicari alternatif yang layak. Apabila tidak ada alternatif yang layak, usulan ini dianggap batal/gugur. Hasil tinjauan lapangan prasurvei digunakan untuk memilih jenis konstruksi dengan prinsip sebagai berikut. 1) Sedapat mungkin konstruksinya sederhana dan harganya murah. 2) Sebanyak mungkin menggunakan tenaga dan material lokal. 3) Dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat dengan biaya murah. 4) Kuat dan tahan lama. 5) Mudah dalam pengadaan/mobilisasi material, alat, dan tenaga. 6) Cocok dengan keadaan setempat. 7) Dapat memberi manfaat yang diinginkan. Setelah konstruksi dipilih dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip di atas maka pengukuran dan survei detail dapat dilakukan. Hasil pengukuran dimasukkan ke dalam format survei, seperti survei antar patok (SAP), volume antar patok (VAP), dan Lembar Perhitungan Volume (Take Off Sheet)serta HOK antarpatok (MAP). Hal-hal lain yang perlu disurvei karena akan berkaitan dengan desain dan pelaksanaan adalah gambaran lokasi dan lingkungan di sekitar prasarana, seperti pemukiman, sawah, jalan, sungai, hutan. 13

14 1) Situasi lokasi dan tata letak prasarana meliputi ukuran letak prasarana, ketinggian, ukuran letak dengan bangunan lain, dan sebagainya. 2) Kondisi lingkungan calon prasarana, seperti jenis tanah, kedalaman tanah keras, topografi, air tanah, saluran air, dan material yang ada. 3) Akses masuk untuk mengangkut material dan peralatan. - Desain Desain dilakukan berdasarkan hasil survei dan pengukuran serta tinjauan lapangan sebelum prasurvei. Hal pokok dalam desain meliputi: 1) Menentukan jenis konstruksi dan klasifikasinya, 2) Menghitung dimensi konstruksi sesuai dengan klasifikasinya, 3) Menentukan spesifikasi teknis dan dimensi (ukuran) sesuai dengan kebutuhan, seperti kekuatan, ukuran, dan sebagainya, 4) Membuat sketsa hasil perhitungan. Batasan-batasan atau kaidah teknis desain yang perlu diperhatikan: 1. Jalan Lebar perkerasan jalan standar 3 meter, minimal 2,5 meter. Kemiringan punggung jalan minimal 3%. Lebar bahu jalan standar 1 meter, minimal 0,5 meter. Kemiringan bahu jalan minimal 5-6%. Lebar selokan minimal 0,5 meter. Kedalaman selokan minimal 0,5meter. Diameter gorong-gorong minimal 40 cm. Jadi, total lebar jalan daerah nomal minimal 4,0 meter. 2.Jembatan Panjang jembatan gelagar besi lantai kayu per rentang (span) maksimal 16 meter, karena sulit dalam pengawasan sambungan. Panjang bentang jembatan beton (monolit & komposit) total maksimal 6 meter, karena sulit dalam pengawasan mutu beton dan kualitas fondasi. Jembatan beton pratekan tidak boleh dipergunakan karena sulit dalam pengawasan pelaksanaan. Bentang adalah lebar keseluruhan, sedangkan Span adalah lebar bagian dari bentang. 3.Air Bersih Sumur Dalam (Sumur Bor) Harus ada data tentang sumber air di daerah yang bersangkutan dari dinas terkait. Terdapat informasi debit air yang mencukupi pemanfaat secara berkelanjutan dari hasil pengukuran peralatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Jenis lapisan tanah dan kedalaman sumber air, berkaitan dengan kelayakan pengeboran. Biaya yang berkaitan dengan hal di atas menjadi tanggung jawab masyarakat. Penggunaan teknologi pada dasarnya mempertimbangkan kondisi lokasi dan potensi bahan/material yang ada di satu wilayah (Teknologi Tepat Guna). Contoh pilihan teknologi, antara lain: 14

15 Jalan: 1. Konstruksi perkerasan telford 2. Konstruksi perkerasan telasah 3. Konstruksi perkerasan sirtu 4. Konstruksi perkerasan rabat beton 5. Konstruksi perkerasan soil cement (semen tanah) 6. Konstruksi perkerasan soil stabilizer (stabilizer tanah) 7. Pengaspalan 8. Jalan tanah (pembukaan badan jalan) Jembatan: 1. Jembatan gantung 2. Jembatan beton 3. Jembatan gelagar baja lantai kayu 4. Jembatan gelagar baja lantai beton (komposit) 5. Jembatan konstruksi kayu 6. Jembatan lengkung 7. Jembatan banjir limpas Air bersih: 1. PAH (penampungan air hujan) 2. PMA (perlindungan mata air) 3. Sumur bor 4. Sumur gali 5. Penjernihan air 6. Perpipaan Listrik desa: 1. PLTMH (pembangkit listrik tenaga mikro hidro) 2. Listrik tenaga diesel (Genset) 3. PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) - Gambar Gambar yang harus dibuat ada beberapa macam, yaitu: 1) Peta desa yang menunjukkan letak prasarana, dilengkapi dengan arah mata angin dan tata guna tanah sehingga dapat menunjukkan posisi prasarana terhadap lingkungan makro. 2) Peta situasi yang menunjukkan denah/lay-out prasarana, dilengkapi dengan arah mata angin dan ukuran pokok prasarana, jarak terhadap patokan ukur, dan tata guna lahan sekitar prasarana sehingga dapat menunjukkan posisi prasarana terhadap lingkungan mikro. 3) Gambar teknik, meliputi gambar bangunan induk dan bangunan pelengkap yang masing-masing terdiri dari gambar tampak, potongan, dan detail. Gambar teknik harus dilengkapi dengan arah mata angin (untuk tampak atas), detail ukuran, jenis bahan, dan spesifikasi khusus (misalnya perbandingan campuran beton), serta kondisi yang ada. 4) Gambar tipikal dipakai jika konstruksi yang akan dibangun bentuknya sama di sebagian atau keseluruhan pekerjaan. 5) Gambar teknik dan gambar tipikal harus dapat dipakai sebagai acuan dan petunjuk yang jelas dalam pelaksanaan di lapangan. 15

16 Gambar desain dibuat oleh kader teknik atas bimbingan Fasilitator Teknik dalam bentuk sketsa/desain sederhana. FT bertanggung jawab atas kualitas gambar desain yang dibuat oleh kader teknik. Lembar gambar sebagaimana ada dalam PTO-Formulir. - Perhitungan Pekerjaan Pekerjaan dihitung berdasarkan gambar yang telah dibuat dan hasil survei dengan langkah sebagai berikut: 1) Menghitung volume pekerjaan menurut jenisnya (misalnya kubikasi pasangan batu, kubikasi galian tanah, dan sebagainya). 2) Menghitung kebutuhan bahan, tenaga, dan alat setiap satuan jenis pekerjaan. Hasil perhitungan ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan bahan, tenaga, dan alat untuk setiap jenis pekerjaan sertaseluruh pekerjaan. Rujukan dalam menghitung kebutuhan bahan tenaga dan alat ditetapkan menggunakan: 1. Indeks yang sudah diterbitkan oleh PNPM Mandiri Perdesaan, 2. Indeks Standar Nasional Indonesia (SNI), 3. Indeks lain yang relevan (di antaranya trial lapangan dan analisa kabupaten). Penggunaan rujukan indeks dipilih yang paling efisien, untuk itu, penggunaan analisa BOW (Burgelijke Openbare Werken) tidak lagi diperkenankan karena dinilai kurang efektif dalam konteks pembelajaran masyarakat. 3) Menghitung waktu pelaksanaan. 4) Menghitung penerima manfaat. Selama proses pembuatan Desain dan RAB, KPMD harus membahas bersama masyarakat mengenai siapa saja penerima manfaat, pemakai, dan pengguna dari prasarana yang akan dibangun. Kemudian, dibuatkan daftar warga desa sebagai kelompok penerima manfaat. 5) Jumlah warga desa dan warga desa lain yang memanfaatkan prasarana dihitung. Dalam proposal, informasi penerima manfaat ini harus disertakan. FT-Kec mengisi Lembar 22 PTO-Penanganan Masalah Dampak Negatif Lingkungan. Dalam pengisian format ini, diharapkan KPMD dan TPK berperan sebesar mungkin. Sebaiknya mereka dilatih untuk mengisi blangko dan FT-Kec membantu dengan memberi umpan balik. Apabila perlu, FT-Kec dapat membantu dengan pertanyaan yang sedikit memancing pemilihan masalah yang paling rawan dan paling sering muncul. Pengisian Lembar 22 merupakan hal wajib dari proses perencanaan. Setiap jenis kegiatan harus diuji dari berbagai segi untuk mencegah serta menyiapkan rencana untuk menangani potensi dampak lingkungan. Jika terdapat desain yang tidak dilengkapi dengan Lembar 22 yang telah diisi dengan benar beserta dengan penjelasan mengenai potensi dampak dan penanggulangannya maka desain tersebut harus ditolak atau tidak disetujui. Format Dampak Lingkungan diisi sebagai bagian inti dari desain yang masuk dalam paket Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB). Perlu diperhatian bahwa dampak lingkungan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan desain dan saat kunjungan ke lapangan oleh FT-Kab, Konsultan Manajemen Provinsi, Konsultan Nasional, Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan, serta Misi Bank Dunia. 16

17 Perlakuan yang disebutkan dalam format ini harus muncul pada gambar desain. Ketepatan pemilihan masalah dampak akan dilihat, kemudian ketepatan perlakuan yang direkomendasikan. Juga pada saat pelaksanaan, akan dilihat bagaimana tindakan di lapangan: 1) Apakah dilaksanakan sesuai perlakuan yang disarankan? 2) Bagaimana kualitas perlakuan? 3) Apakah berhasil mencegah dampak negatif atau mengurangi kerusakan yang timbul? - Survei Sumber Material Sumber material lokal yang ada di wilayah kecamatan, wajib disurvei oleh FT-Kec untuk menentukan layak atau tidaknya material tersebut dan seberapa besar deposit yang ada. Jika di wilayah kecamatan tidak terdapat material yang memenuhi syarat atau depositnya tidak mencukupi maka dapat dipergunakan material dari luar. Material yang dinilai memenuhi syarat oleh FT-Kec perlu diambil sebagai contoh dan ditunjukkan ke TPK sehingga TPK tidak tertipu jika pemasok/supplier mengirimkan material yang jelek. - Survei Harga Sebelum menghitung RAB, KPMD dan TPK/TPU berkewajiban untuk melakukan survei harga bahan dan peralatan, meliputi: jenis, kualitas, ukuran, kapasitas, dan nama pabrik (lihat uraian di Panduan Pelaksanaan Survei Harga Satuan Bahan/Alat) minimal di tigalokasi pemasok yang memenuhi persyaratan. Bagi daerah yang sangat sulit, misalnya kepulauan, jika syarat minimal tidak terpenuhi maka harus ada klarifikasi kebenarannya dari FT-Kab secara tertulis. Di samping itu, perlu adanya survei tenaga kerja. Hasil survei harga harus diperiksa oleh FT-Kec dan dinilai kelayakannya oleh FT-Kab pada saat memeriksa desain dan RAB. Pada saat penetapan dana pada Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan, hasil survei harga juga harus ditunjukkan. Hasil survei harga tersebut merupakan salah satu dasar untuk menghitung RAB. Prinsip untuk memilih bahan, alat, dan tenaga kerja adalah harga paling murah, tetapi kualitasnya memenuhi syarat. Harga satuan yang digunakan dalam menentukan RAB harus konsisten dengan harga pasar yang berlaku di masing-masing lokasi dan kuantitasnya harus konsisten dengan persyaratan desain teknik. TPK pada akhirnya bertanggung jawab dan akuntabel untuk memastikan keakuratan harga perkiraan. - Rencana Anggaran Biaya (RAB) 17

18 RAB adalah anggaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, sekaligus digunakan sebagai harga perkiraan untuk proses pengadaan. Untuk menghitung RAB dibutuhkan: 1) Hasil perhitungan kebutuhan bahan, tenaga, dan alat untuk setiap jenis pekerjaan. 2) Harga bahan, tenaga, dan alat (baik beli maupun sewa), yang didapat dari hasil survei. 3) Biaya umum tiap desa (bukan tiap kegiatan) digunakan untuk honor TPK dan administrasi. Besarnya biaya setiap desa maksimal 3% dari alokasi dana kegiatan prasarana. Nilai RAB didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian antara kebutuhan bahan, tenaga, dan alat dengan harga hasil survei. Selanjutnya, total hasil penjumlahan tersebut ditambahkan dengan biaya umum. Hasil desain dan RAB disosialisasikan ke masyarakat agar masyarakat mengerti tentang bagaimana desain usulan mereka dan berapa besar dana yang dibutuhkan. Biaya pengadaan bahan yang dikumpulkan atau diadakan melalui kegiatan padat karya masyarakat desa dicantumkan di kolom upah, bukan kolom bahan di RAB. Sedangkan untuk pengadaan Papan Proyek, Papan Informasi, dan uji laboratorium (jika dibutuhkan) dapat dikelompokkan di kolom alat. Rencana pelaksanaan terhadap isi kesanggupan masyarakat yang tercatat pada Berita Acara Kesanggupan Swadaya/Sumbangan Masyarakat hasil kesepakatan atau musyawarah harus dituntaskan dengan para penyumbang sebelum pembuatan RAB. Jika terdapat sumbangan dari masyarakat yang berpengaruh pada besarnya dana untuk kegiatan prasarana, dapat diperhitungkan dan dimasukkan ke dalam RAB sehingga dapat terlihat porsi dana PNPM Mandiri Perdesaan dan porsi sumbangan masyarakat untuk kegiatan prasarana (khusus sumbangan lahan tidak dimasukkan ke RAB, tetapi dilaporkan terpisah dalam format yang disediakan PTO). Hasil RAB dilampirkan dalam Dokumen Perencanaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RAB: 1. Dana yang telah dialokasikan untuk kegiatan prasarana tidak boleh dikurangi atau ditambah untuk alokasi dana kegiatan nonprasarana. 2. Apabila terjadi kekurangan dana, dapat dilakukan revisi. Jika revisi tidak memungkinkan, harus ditambah dengan swadaya. Sebaliknya jika ada sisa, dana tidak boleh dilimpahkan ke kegiatan lain, tetapi harus tetap digunakan untuk penyempurnaan dan penambahan kegiatan prasarana tersebut. Perlu diingat bahwa setiap revisi harus dibicarakan melalui pertemuan desa dan dimusyawarahkan jalan keluarnya. 3. Dana untuk kegiatan prasarana tidak boleh digunakan untuk membayar ganti rugi. Masalah ganti rugi harus diselesaikan oleh masyarakat sendiri. Jika ada HIBAH berupa tanah/pohon-pohon 18

19 untuk pembangunan prasarana, harus ada bukti penyerahan tertulis oleh pemilik/pemegang kuasa yang disahkan oleh Kepala Desa.Contoh dokumen hibah lahan dapat dilihat dalam Panduan Pengaman Sosial dan Lingkungan Hidup dalam PTO Penjelasan XIV. Semua hasil desain harus diperiksa oleh FT-Kab menggunakan Lembar PTO-Pemeriksaan Desain. Apabila ada yang salah, harus diberi catatan serta pengarahan yang jelas. Selanjutnya, desain tersebut harus segera diperbaiki dan diperiksa ulang sampai desain tersebut dinyatakan layak. Hasil pemeriksaan desain wajib dilampirkan dalam SPPB. Desain yang dibuat secara mandiri oleh Tim Desa, wajib diperiksa oleh FT-Kec seperti yang dilakukan FT-Kab. Selanjutnya, peran FT- Kab pada situasi seperti ini adalah melakukan verifikasi terhadap hasil pemeriksaan desain oleh FT-Kec. b. Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi Proses pelaksanaan kegiatan konstruksi meliputi beberapa kegiatan yang terkait di dalamnya, seperti persiapan, pelaksanaan fisik di lapangan, pengadaan material, pengadaan alat, dan pengendalian tenaga kerja, serta pengendalian pengeluaran dana. TPK harus melaksanakan kegiatan yang terkait di dalamnya secara bersamaan, sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang dituangkan dalam bentuk jadwal pelaksanaan, jadwal pengadaan material, kebutuhan alat, dan tenaga kerja. Ketua TPK bertanggung jawab atas kelancaran jalannya kegiatan konstruksi dibantu oleh satu atau beberapa orang mandor. - Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan, perlu adanya persiapan yang matang dan terencana. Persiapan ini lebih ditujukan kepada kesiapan dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), baik masyarakat, TPK, maupun seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat kecamatan dan kabupaten. Yang termasuk dalam masa persiapan ini adalah kegiatan pelatihan pelatihan, seperti pelatihan untuk TPK. Dengan adanya persiapan, diharapkan seluruh unsur pelaku PNPM Mandiri Perdesaan dapat melaksanakan seluruh kegiatan di lapangan dengan benar dan sesuai dengan prinsip prinsip PNPM Mandiri Perdesaan. Pekerjaan persiapan pelaksanaan dapat dilakukan secara simultan dengan pengajuan SPPB dan pencairan dana setelah penetapan dana dalam Musyawarah Penetapan Usulan. Pekerjaan ini dilakukan oleh TPK dibantu Fasilitator Kecamatan, yaitu: 1) Menyusun jadwal pelaksanaan secara umum boleh dalam bentuk diagram balok atau kurva S, di dalamnya termasuk pekerjaan swadaya masyarakat. 19

20 2) Menyusun rencana pengadaan bahan yang meliputi pelelangan, jadwal pengadaan, volume pengadaan, mobilisasi bahan, penempatan bahan, dan tata cara pembayarannya. Tata cara selengkapnya mengikuti penjelasan 12 tentang Pengadaan Barang dan Jasa. 3) Menyusun rencana pengadaan alat yang meliputi jadwal pengadaan, mobilisasi alat, jumlah alat, dan penempatan peralatan serta tata cara pembayarannya. Tata cara selengkapnya mengikuti penjelasan Penggunaan Alat Berat. 4) Menyusun rencana pengadaan tenaga kerja yang meliputi jadwal pengadaan, jumlah tenaga kerja, mobilisasi tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, tata cara pembayaran tenaga kerja, dan pendaftaran tenaga kerja. Tata cara selengkapnya mengikuti penjelasan Proses Pengerahan Tenaga Kerja. 5) Menyusun jadwal pelatihan. 6) Menyusunrencana pencairan dana dan Rencana Penggunaan Dana (RPD). 7) Mengadakan pembagian kerja TPK sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing. 8) Memperbaiki patok ukur dan mempersiapkan lahan. 20

BAGIAN 1 PERSIAPAN & PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN PROPOSAL KEGIATAN)

BAGIAN 1 PERSIAPAN & PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN PROPOSAL KEGIATAN) 1 BAGIAN 1 PERSIAPAN & PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN PROPOSAL KEGIATAN) KATA PENGANTAR Kegiatan Lingkungan yang dilaksanakan melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan salah satu bagian pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA

PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA Oleh : Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Direktorat Jenderal PHKA Departemen Kehutanan DIPA BA-29 TAHUN 2008 SATKER

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 12 /SE/M/2014 TANGGAL: 23 DESEMBER 2014

LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 12 /SE/M/2014 TANGGAL: 23 DESEMBER 2014 LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 12 /SE/M/2014 TANGGAL: 23 DESEMBER 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN, PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI, DAN

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5.

Lebih terperinci

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK)

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) Daftar Isi Sekapur Sirih 3 Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) PPKK & Upaya Penanggulangan Kemiskinan & 8 Kerentanan di Indonesia Kebijakan & Landasan Hukum 15

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana

Lebih terperinci

Menanggulangi Pekerja Anak: Panduan untuk Pengawas Ketenagakerjaan

Menanggulangi Pekerja Anak: Panduan untuk Pengawas Ketenagakerjaan Menanggulangi Pekerja Anak: Panduan untuk Pengawas Ketenagakerjaan International national Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC) In Focus Programme on Safety and Health at Work ork and the

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI DANA PNBP TAHUN ANGGARAN 2012 STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN GORONTALO (Studi Kasus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Task 4: Panduan Penataan Batas Desa secara Partisipatif

Task 4: Panduan Penataan Batas Desa secara Partisipatif Task 4: Panduan Penataan Batas Desa secara Partisipatif Support Services for Land Use Planning, District Readiness, Strategic Environmental Assessment and Related Preparatory Activities for the Green Prosperity

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia International Labour Organization Jakarta Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Kerjasama dan Usaha yang Sukses Pedoman pelatihan untuk manajer dan pekerja Modul EMPAT SC RE Kesinambungan Daya Saing dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN IV-A TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK BADAN USAHA

DAFTAR ISI LAMPIRAN IV-A TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK BADAN USAHA DAFTAR ISI LAMPIRAN IV-A TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK BADAN USAHA BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI 1 1. Rencana Umum Pengadaan 1 2. Pengkajian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang ekonomi diarahkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

METODE PEMBANGUNAN JALAN BERBASIS TENAGA KERJA

METODE PEMBANGUNAN JALAN BERBASIS TENAGA KERJA PEDOMAN TEKNIS METODE PEMBANGUNAN JALAN BERBASIS TENAGA KERJA Edisi Pertama Dipersiapkan untuk Kementerian Pembangunan Perdesaan oleh dan 1 Pernyataan Labour-based (teknologi berbasis tenaga kerja) adalah

Lebih terperinci