STUDI TENTANG PROGRAM PENSIUN PESANGON DAN TUNJANGAN HARI TUA LAINNYA
|
|
- Susanto Tedja
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI TENTANG PROGRAM PENSIUN PESANGON DAN TUNJANGAN HARI TUA LAINNYA BIRO RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
2 ABSTRAKSI Perkembangan dana pensiun yang kurang menggembirakan ditengarai oleh beberapa sebab. Salah satu kemungkinan diantaranya adalah terjadinya kompetisi dengan program lain yang sejenis seperti program pesangon yang ditetapkan dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (UUK 13/2003). Berbeda dengan program pensiun yang bersifat sukarela, program pesangon bersifat wajib bagi setiap karyawan yang memenuhi persyaratan. Akibatnya, perusahaan yang sudah memiliki dana pensiun menghadapi 2 beban pembiayaan yaitu beban pesangon dan beban pensiun. Padahal dampak makroekonomi akibat krisis yang berkepanjangan masih dirasakan dan membawa pengaruh terhadap masyarakat untuk menyisihkan penghasilannya dalam bentuk iuran pensiun. Berdasarkan hal tersebut, Tim Studi telah melakukan kajian untuk mengetahui apakah program pesangon yang terdapat dalam UUK 13/2003 memang merupakan salah satu faktor yang menghambat perkembangan dana pensiun di Indonesia. Untuk keperluan studi telah dikumpulkan data melalui penyebaran kuesioner dan wawancara. Kuesioner disampaikan bagi pemberi kerja yang mempunyai dana pensiun serta dana pensiun itu sendiri. Wawancara dilakukan terhadap pengurus dana pensiun untuk mendapatkan konfirmasi. Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagai pembanding dilakukan analisis yang sama terhadap dana pensiun. Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap pemahaman ketentuan perundangan di bidang ketenagakerjaan adalah profil pemberi kerja/dana pensiun yang diwakili oleh manajemen (jabatan, divisi, jenis kepemilikan dan sifat pemberi kerja) dan karakteristik usaha (lokasi, jenis dana pensiun, jenis program pensiun, nilai aktiva bersih dan rata-rata usia karyawan/peserta). Indikator keterkaitan UUK 13/2003 dengan dana pensiun meliputi pengaturan masalah ketenagakerjaan secara menyeluruh, pengaturan program pesangon dan kebijakan akibat hadirnya program pesangon. Hasil studi menunjukkan bahwa secara umum pemberi kerja dan dana pensiun tidak memperlihatkan perbedaan dalam menilai keberadaan UUK 13/2003 dan program pesangon khususnya. Mereka sepakat bahwa keberadaan program pesangon tidak mengganggu program pensiun yang selama ini sudah ada. Namun demikian pada kelompok responden pemberi kerja terdapat perbedaan pendapat diantara subsektor dalam menanggapi beberapa masalah yang ada dalam pengaturan program pesangon. Subsektor keuangan dan manufaktur di satu sisi dan subsektor lainnya di sisi yang lain, berbeda dalam mengungkapkan fakta. Perbedaan pendapat juga terjadi diantara dana pensiun seperti misalnya antara dana pensiun yang menyelenggarakan manfaat pasti dengan dana pensiun yang menyelenggarakan iuran pasti. Adanya perbedaan dan ketidaksepakatan dalam menilai permasalahan program pesangon sebagaimana diatur dalam UUK 13/2003 ternyata tidak mengakibatkan perubahan kebijakan yang dibuat terkait dengan dana pensiun. i
3 KATA PENGANTAR Kami panjatkan Puji Dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Studi Tentang Program Pensiun, Pesangon Dan Tunjangan Hari Tua Lainnya. Tugas Pokok Tim Studi ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penyebab lesunya perkembangan dana pensiun. Hal ini diperlukan mengingat pemahaman tentang program pensiun yang masih rendah dan adanya program lain yang kemungkinan membebani perusahaan sehingga program pensiun kurang diminati. Tim berharap hasil penelitian dan studi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dana pensiun di Indonesia dan juga dapat mendorong penelitian lain di bidang program pensiun. Akhir kata Tim Studi mengucapkan terimakasih kepada segenap Pihak yang telah membantu penyelesaian studi ini. Kritik maupun saran yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan penelitian ini. Jakarta, Desember 2007 Tim Studi Tentang Program Pensiun, Pesangon Dan Tunjangan Hari Tua Lainnya. ii
4 DAFTAR ISI ABSTRAKSI...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL...iv DAFTAR GAMBAR...v BAB I PENDAHULUAN...1 I.1. Latar Belakang Masalah...1 I.2. Permasalahan Penelitian...3 I.3. Tujuan Penelitian...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6 II.1. Program Pesangon...6 II.2. Program Pensiun...9 II.3. Riset Program Pesangon...11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...12 III.1. Metode Pengumpulan Data...12 III.2. Metode Analisis...13 III.3. Jangka Waktu Penelitian...14 III.4. Keterbatasan Studi...14 BAB IV HASIL DAN ANALISIS...15 IV.1. Pemberi Kerja...15 IV.2. Dana Pensiun...18 IV.3. Peraturan di Bidang Pesangon...21 IV.4. Kompensasi Pembayaran Pesangon dan Manfaat Pensiun...26 IV.5. Kebijakan Terhadap Program Pensiun...29 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...34 V.1. Kesimpulan...34 V.2. Rekomendasi...35 V.2.1. Internal...35 V.2.2. Eksternal...36 DAFTAR PUSTAKA...37 LAMPIRAN...39 iii
5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Behaviour Motivation for Employee-Provided Pensions...10 Tabel 2 Tingkat Kemudahan Pemahaman UU Ketenagakerjaan Berdasarkan Responden...23 Tabel 3 Tingkat Kemudahan Pemahaman UU Ketenagakerjaan Berdasarkan Jenis Dana Pensiun dan Program Pensiun...24 Tabel 4 Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Rumusan Uang Pesangon...25 Tabel 5 Kompensasi Pembayaran Pesangon dan Pensiun Berdasarkan Bidang Usaha...27 Tabel 6 Pengaruh UU Ketenagakerjaan dan Program Pesangon Terhadap Dana Pensiun...31 iv
6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Persentase Pengembalian Kuesioner Pemberi Kerja Berdasarkan Wilayah...16 Gambar 2 Jenis Bidang Usaha Pemberi Kerja...17 Gambar 3 Jenis Kepemilikan Pemberi Kerja...18 Gambar 4 Persentase Pengembalian Kuesioner Dana Pensiun...19 Gambar 5 Distribusi Usia Berdasarkan Jenis Dana Pensiun...20 Gambar 6 Distribusi Aktiva Bersih Dana Pensiun...21 Gambar 7 Kompensasi Pesangon dan Pensiun Berdasarkan Kepemilikan...28 v
7 The page is intentionally left empty vi
8 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya maka pembangunan ketengakerjaan melalui peningkatan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja perlu diatur tersendiri. Pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUK 13/2003) sebagai payung hukum segala ketentuan di bidang ketenagakerjaan. Berdasarkan Undang-undang ini, hak-hak dan perlindungan dasar karyawan pada saat bekerja dilindungi serta hubungan yang harmonis antara karyawan, pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat ditingkatkan. Melalui penegakan transparansi peraturan diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, produktivitas, dan daya saing produk Indonesia dan perluasan kesempatan kerja. Beberapa peraturan perundangan yang mengatur ketenagakerjaan yang berlaku selama ini merupakan produk masa kolonial yang menempatkan karyawan sebagai obyek dengan posisi yang kurang menguntungkan. Salah satu bentuk transparansi serta perhatian pemerintah yang dituangkan dalam ketentuan itu adalah pemberian pesangon bagi karyawan yang berhenti bekerja karena pemutusan hubungan kerja. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha atau pemberi kerja diwajibkan untuk membayar sejumlah uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima karyawan. Khusus untuk pesangon besarnya telah diatur dalam Pasal 156 Undang-undang tersebut. Perhitungan besarnya uang pesangon didasarkan atas 1
9 pencapaian masa kerja serta besarnya gaji/upah, misalnya ketentuan nilai terendah untuk masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun adalah 1 (satu) bulan upah sedangkan nilai terendah untuk masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun adalah 9 (sembilan) bulan upah. Pembayaran uang pesangon dilakukan pada saat karyawan berhenti bekerja secara sekaligus karena filosofis pemberian uang pesangon adalah bantuan dana pada saat karyawan harus mencari pekerjaan setelah terjadi pemutusan hubungan kerja. Di sisi lain pemerintah juga memperhatikan nasib karyawan setelah tidak bekerja lagi karena mencapai usia tertentu. Dalam rangka memberikan kesinambungan penghasilan setelah purna bakti dan memberikan ketenangan bekerja, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun (UUDP 11/1992). Melalui pelaksanaan UUDP ini kegiatan pengumpulan, pengelolaan serta pembayaran sejumlah uang yang ditujukan bagi karyawan yang berhenti bekerja setelah mencapai usia tertentu diatur secara lebih baik. Dana pensiun sebagai suatu badan hukum baru berdasarkan ketentuan UUDP 11/1992 tersebut mempunyai tugas dan fungsi mengelola serta menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (pension benefit). Sistem pendanaan program pensiun dilakukan melalui pemotongan iuran, baik dari karyawan maupun pemberi kerja, yang kemudian diinvestasikan dalam beberapa instrumen investasi yang memungkinkan terbentuknya akumulasi dana yang cukup untuk pembayaran manfaat pensiun dalam memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tua. Pembayaran manfaat pensiun dilakukan ketika karyawan telah mencapai usia pensiun tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dari masing-masing dana pensiun yang dibentuk oleh perusahaan. Besarnya manfaat pensiun yang menjadi hak peserta didasarkan pada jenis dana pensiun serta program pensiun yang diikuti. Untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja 2
10 (DPPK) dikenal 2 program pensiun yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP atau Defined Benefit) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP atau Defined Contribution). Sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dikenal 1 jenis program yaitu PPIP. Rumusan manfaat pensiun pada PPMP dihitung berdasarkan rumus yang telah ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dimana komponennya terdiri dari faktor penghargaan tertentu per tahun masa kerja, masa kerja dan penghasilan dasar pensiun. Faktor penghargaan ditetapkan maksimal 2,5% per tahun masa kerja. Sedangkan untuk PPIP besarnya manfaat pensiun berdasarkan nilai akumulasi dana yang tercatat atas nama akun masing-masing peserta. Pembayaran manfaat pensiun dilakukan secara bulanan dimulai pada saat peserta mencapai usia pensiun dipercepat (minimal 10 tahun sebelum usia pensiun normal). Untuk peserta yang berhenti bekerja namun belum mencapai usia pensiun dipercepat maka kepada yang bersangkutan belum bisa dibayarkan manfaat pensiunnya, tetapi harus menunggu minimal sampai usia pensiun dipercepat. I.2. Permasalahan Penelitian Pada awal ditetapkannya UUDP 11/1992 perkembangan dana pensiun menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Pada saat terjadi krisis di Indonesia pada tahun 1997 dimana pada saat itu banyak perusahaan menghentikan operasinya, industri dana pensiun justru menunjukkan potensi yang besar dalam memberikan sumbangan perekonomian Indonesia sebagai sumber dana. Namun seiring membaiknya proses pemulihan perekonomian Indonesia pasca krisis, pertumbuhan dana pensiun menunjukkan penurunan. Pada tahun 2003 jumlah DPPK dan DPLK sebanyak 345, maka pada tahun 2006 jumlahnya tinggal 300. Apabila dilihat dari pertumbuhannya bahkan telah mengalami pertumbuhan yang negatif yang 3
11 berarti lebih banyak dana pensiun yang membubarkan diri dibanding yang mengajukan permohonan ijin yang baru. Perkembangan dana pensiun yang kurang menggembirakan ini ditengarai oleh beberapa sebab salah satu, diantaranya pengaturan program kesejahteraan hari tua lainnya yang sejenis seperti program pesangon sebagaimana ditetapkan dalam UUK 13/ Program pesangon pada dasarnya bukan merupakan program yang berkaitan dengan program kesejahteraan di hari tua melainkan program pemberian sejumlah uang kepada karyawan akibat pemutusan hubungan kerja. Namun berbeda dengan program pensiun yang bersifat sukarela, program ini bersifat wajib yang diikuti oleh setiap karyawan yang memenuhi persyaratan. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, program pesangon tersebut menjanjikan pembayaran manfaat pada saat karyawan berhenti bekerja dan dibayarkan secara sekaligus. Besar manfaat ditentukan oleh penghasilan dan masa kerja karyawan pada pemberi kerja. Program ini sepenuhnya dibiayai oleh pemberi kerja. Menilik sifatnya, program ini pada dasarnya memiliki karakteristik seperti PPIP. Akibat diwajibkannya program pesangon bagi setiap perusahaan maka perusahaan yang sudah memiliki dana pensiun menghadapi 2 beban pembiayaan, pesangon dan pensiun. Sampai saat ini akibat krisis yang berkepanjangan dampak makroekonomi masih dirasakan. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah membawa pengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk menyisihkan penghasilannya dalam bentuk iuran pensiun. Padahal, sumber-sumber penghasilan tersebut sangat berkorelasi dengan pembiayaan program pensiun yang membutuhkan jangka waktu yang relatif panjang. Bagi sebagian masyarakat khususnya pemberi kerja dan peserta yang telah mempunyai program pensiun, kemampuan keuangan mereka menyisihkan sebagian penghasilan dalam membiayai program pensiun makin 4
12 terasa berat dengan adanya kewajiban pembiayaan untuk program-program kesejahteraan lainnya yang sifatnya wajib. Kondisi tersebut menambah lemah kemampuan keuangan masyarakat dalam menyisihkan penghasilan yang sifatnya rutin untuk membiayai program pensiun yang bersifat sukarela. Selain itu, beberapa perusahaan pemberi kerja yang tidak dapat mengatasi krisis keuangannya banyak yang memutuskan untuk melikuidasi perusahaannya sehingga berakibat kepada penghentian program pensiun. Faktor lain yang menimbulkan pemberi kerja mengalami kegagalan menjalankan program pensiun adalah manajemen arus kas. Ketidakmampuan atau kegagalan pemberi kerja atau peserta untuk melakukan pengaturan arus kas antara sumber penghasilan yang diterima dengan pembiayaan program pensiun membawa akibat kepada kesulitan pendanaan dana pensiun di masa mendatang. Biaya penyelenggaraan program pensiun merupakan salah satu faktor biaya yang harus dikendalikan selama program pensiun tersebut berjalan. I.3. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan memberikan gambaran mengenai penyebab terjadinya perkembangan dana pensiun yang kurang menggembirakan melalui pendapat pemberi kerja dan pengurus dan pensiun. Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut adalah hadirnya program pesangon yang bersifat wajib yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat berupa masukan bagi regulator (pemerintah), pemberi kerja, dana pensiun dan masyarakat mengenai perkembangan dana pensiun dan program lain yang sejenis. 5
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Program Pesangon Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150 Tahun 2000, pesangon atau disebut juga uang pesangon merupakan pembayaran uang dari pemberi kerja (pengusaha) kepada karyawan (pekerja) sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja. Besarnya uang pesangon yang diberikan pada umumnya dikaitkan dengan upah bulanan yang diterima. Jumlah ini dapat juga ditambahkan dengan komponen lain seperti tunjangan cuti, tunjangan asuransi kesehatan karyawan, nilai opsi saham atau tunjangan lainnya yang sudah umum dan merupakan hak karyawan di perusahaan tersebut. Pada umumnya, pesangon diberikan kepada karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan alasan normal seperti pengunduran, atau pensiun. Pemberian uang pesangon juga umum dilakukan oleh perusahaan yang melikuidasi usahanya. Selain itu, karyawan yang berhenti karena pemecatan dapat menerima uang pesangon kepada berdasarakan aturan tersendiri. Pengaturan rinci mengenai pesangon pada umumnya tertulis dalam peraturan perusahaan. Ketentuan dalam peraturan perusahaan ini mengacu pada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pengaturan pemerintah dalam hal uang pesangon dimaksudkan untuk mengurangi perselisihan antara buruh dan perusahaan yang akan timbul akibat kesalahan dalam pemutusan hubungan kerja. 6
14 Pengaturan mengenai pesangon di Indonesia didasarkan atas UUK 13/2003. Hal pesangon yang diatur dalam undang-undang adalah mengenai: dasar perhitungan uang pesangon rumusan uang pesangon yang dibayarkan komponen uang pesangon kondisi yang mendasari perhitungan dan pembayaran uang pesangon. Pada praktiknya, pelaksanaan UUK 13/2003 menimbulkan gejolak di masyarakat terutama masalah yang ada dalam Pasal 156 tentang pesangon. Besar uang pesangon maksimal sembilan kali gaji kepada pekerja yang bekerja lebih dari delapan tahun, disamping sejumlah uang penghargaan dan uang penggantian lainnya dinilai pengusaha sangat memberatkan. Peraturan ini memberikan nilai pesangon yang sangat tinggi dibanding kebiasaan internasional. Besar Imbalan PHK berdasarkan UUK 13/2003 termasuk salah satu tertinggi didunia naik 2x lipat dari kebijakan tahun 1996 dan 3x lipat dari kebijakan tahun 1986 (Posisi Kadin-Apindo dalam RPP Pesangon, Rapat Kadin Indonesia dan Apindo, Jakarta 27 Juli 2007). Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran pada tahun 2004 yang dikutip dalam laporan Bank Dunia Unlocking Indonesia s Domestic Financial Resources : The Role of Non-Bank Financial Institutions (2006) menyatakan nilai pesangon sebesar kurang lebih 13 % dari upah membuat biaya pesangon di Indonesia menjadi salah satu negara yang biaya pesangonnya paling mahal di dunia. Pada umumnya perusahaan swasta yang memiliki kepedulian yang tinggi telah mencadangkan dana yang dimilikinya untuk pesangon. Pencadangan dilakukan dengan mengikuti panduan yang tertera pada International Accounting Standard (IAS) 19. Aturan ini kemudian diadopsi dalam Pernyataan Standar Akuntasi 7
15 Keuangan (PSAK) Nomor 24 (revisi 2004) yang mulai diberlakukan pada laporan tahunan Perlakuan akuntansi terhadap sistem pesangon diatur dalam PSAK Nomor 24 (Revisi 2004) tersebut tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun. Perlakuan akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja, mengharuskan perusahaan untuk mengakui Kewajiban dan Beban atas imbalan-imbalan kerja yang mencakup: Imbalan Kerja Jangka Pendek seperti upah, gaji, iuran jaminan sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba & bonus (jika terhutang dalam waktu 12 bulan pada akhir perioda pelaporan) dan imbalan non-moneter seperti imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang atau jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau melalui subsidi); Imbalan Pasca Kerja seperti program pensiun, asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja; Imbalan Jangka Panjang Lainnya seperti cuti besar, cuti hari raya, imbalan cacat permanen, dan bagi laba, bonus dan kompensasi yang ditangguhkan (jika terhutang seluruhnya lebih dari 12 bulan pada akhir perioda pelaporan); Pesangon Pemutusan Hubungan Kerja; Imbalan berbasis Ekuitas. PSAK 24 mengharuskan perusahaan/instansi memperhitungkan kewajiban perusahaan terhadap karyawan aktif dan pensiunan sesuai dengan janji dan komitmen perusahaan terhadap karyawan dan pensiunan mulai dari pensiun, kesehatan, penghargaan dan Simpanan Hari Tua (SHT). Oleh karena banyak karyawan yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun dan juga banyak karyawan yang akan pensiun, maka beban perusahaan akan semakin tinggi dan hutang perusahaan kepada karyawan akan meningkat. Untuk kasus di Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) dengan jumlah pegawai lebih dari orang, maka akan timbul beban puluhan milyar 8
16 rupiah dan otomatis kewajiban kepada pegawai akan meningkat dalam jumlah yang sama. Penerapan PSAK 24 menimbulkan gejolak pada kinerja keuangan pada berbagai PTP Nusantara yang memiliki jumlah pegawai lebih dari orang dan bahkan salah satu PTPN kewajiban kepada pegawai meningkat sampai dengan empat ratusan milyar rupiah (Buletin Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Vol. 1 Nomor 1/1 tahun 2005). II.2. Program Pensiun Selain mengatur pesangon, UUK 13/2003 juga mengatur secara ringkas tentang manfaat lain bagi karyawan yang telah mencapai usia tertentu yaitu manfaat pensiun. Penjelasan detil mengenai manfaat pensiun diatur dalam UUDP 11/1992 tentang Dana Pensiun. Dalam UUDP 11/1992 ini, Dana Pensiun didefiniskan sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Penjabaran dana pensiun dilakukan dalam bentuk tabungan yang mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang. Artinya, hasil dari tabungan baru dapat dinikmati setelah karyawan yang bersangkutan pensiun. Penyelenggaraan tabungan pensiun dilakukan dalam suatu program, yaitu program pensiun, yang mengupayakan manfaat pensiun bagi pesertanya melalui suatu sistem pemupukan dan yang lazim disebut sistem pendanaan. Sistem pendanaan suatu program pensiun memungkinkan terbentuknya akumulasi dana, yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program pada hari tua. Akumulasi dana dari dana pensiun telah berhasil membentuk kumpulan dana yang sangat besar. Data dari negara-negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan dana pensiun mengelola aset sebesar 15 trilyun dolar Amerika atau sekitar 80% dari Gross Domestic Product 9
17 (GDP) mereka (OECD Guidelines on Pension Fund Asset Management, OECD Council, January 2006). Peran terbesar Dana Pensiun terlihat jelas di pasar modal. Di Amerika Serikat, 20 dana pensiun dengan aset terbesar berperan sebagai investor institusional yang menguasai 8% saham dari 10 perusahaan terbesar (Michela Scatigna, Institutional Investor, Corporate Governance and Pension Funds, Working Paper No.13/01, CeRp). Keberhasilan dana pensiun melakukan pemupukan dana menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diteliti. Dalam The Role of Pensions in the Labor Market: A Survey of the Literature, Industrial and Labor Relations Review, Vol. 47 No. 3, April 1994 dinyatakan mengenai gambaran motivasi yang mendasari pembentukan program pensiun sebagaimana Tabel 1. Tabel 1 Behaviour Motivation for Employee-Provided Pensions Worker side Motivation for Pension Firm-Side Motivations for Pensions - Tax Qualified Retirement Savings - Insurance Motivations - Economic of Scale - Union Preference - Regulating Work Effort - Regulating Turnover Other than Retirement - Regulating Retirement - Regulating Worker Quality Outcomes Determined by Interaction of Supply and Demand Tabel 1 Behaviour Motivation for Employee-Provided Pensions - Pension-Related Outcomes: Coverage, Plan Type, Plant Characteristics, Shape and Value of Accrual Pattern - Retirement - Other Employment-Related Outcomes: Worker Quantity, Including Transition Rates, Worker Quantity and Effort - Wage-Related Outcomes 10
18 Penggunaan pensiun sebagai instrumen pengganti pesangon pada sistem kompensasi yang efisien telah diteliti oleh Edwad P Lazear pada tahun Penelitian dilakukan terhadap tiga poin utama yaitu: 1. pesangon sebagai nilai tertinggi untuk pensiun dini. 2. alasan utama keberadaan program pensiun adalah keinginan untuk menciptakan suatu mekanisme insentif yang dapat berfungsi sebagai alat pembayaran pesangon yang efisien. 3. nilai upah yang diterima oleh pekerja senior melebihi marginal products mereka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pensiun merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai alat pembayaran pesangon secara efektif. II.3. Riset Program Pesangon Sistem pesangon menjadi topik kajian yang menarik karena diduga memberikan dampak negatif terhadap corporate value dan efisiensi ekonomis. Beberapa penelitian empiris membuktikan bahwa market memperhitungkan berbagai bentuk employee benefit liabilities. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Bulow et al (1987), Feldstein dan Seligman (1981) dan Bodie (1985) menyatakan bahwa market memperhitungkan nilai dari unfunded pension liabilities. Penelitian Carroll-Niehaus (1998) menunjukkan bahwa utang manfaat pensiun (pension liabilities) mempengaruhi peringkat hutang perusahaan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Mike Orszag dan Mirko Cardinale (2005) menguji hubungan pesangon dan corporate finance. Dengan menggunakan data akuntasi dari perusahaan di Italy dan Austria didapat kesimpulan bahwa hubungan antara pesangon dan indikator resiko pasar (market risk indicator) tidak signifikan. 11
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Pengumpulan Data Untuk mengetahui apakah program pesangon yang terdapat dalam UUK13 merupakan salah satu faktor yang menghambat perkembangan dana pensiun di Indonesia, metode pengumpulan data yang dilakukan dalam studi ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara mendatangi obyek yang akan diteliti (responden). Tujuan yang diharapkan dengan melakukan penelitian lapangan ini adalah untuk memperoleh data, masukan atau informasi langsung dari responden. Responden pada penelitian ini adalah Pendiri Dana Pensiun atau Pemberi Kerja (PK) dan Dana Pensiun (DP) secara bersamaan. Teknik yang dipergunakan adalah: a.1. Daftar Pertanyaan (Questionaire) Studi ini menyebarkan daftar pertanyaan melalui surat langsung kepada responden sehingga data yang dikumpulkan diharapkan benar-benar sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya pada saat studi berlangsung. Kuesioner ditujukan pada pemberi kerja yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah ketenagakerjaan terutama uang pesangon. Secara garis besar, daftar pertanyaan disusun dengan sistematika sebagai berikut: 12
20 1. Data ringkas mengenai profil responden dan perusahaan pembri kerja dan dana pensiun 2. Pengaruh atau dampak program pesangon terhadap kebijakan yang dibuat terkait dengan keberadaan dana pensiun. a.2 Wawancara (Interview) Tim studi melakukan pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab kepada responden yang dianggap dapat memberikan penjelasan langsung baik data maupun informasi sebagai pelengkap studi ini. b. Penelitian Pustaka (Library research) Dalam studi ini cara pertama yang dilakukan oleh tim studi adalah melakukan pengamatan data dan informasi yang didapatkan melalui membaca, mempelajari, dan mengutip dari buku literatur, majalah, pendapat, serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini baik dalam negeri maupun luar negeri. Informasi tersebut diperoleh dari perpustakaan maupun browsing di internet serta peraturan perundangan. III.2. Metode Analisis Populasi target dari studi tentang pengaruh program pesangon yang terdapat dalam UUK 13/2003 terhadap perkembangan dana pensiun adalah Pendiri atau Pemberi Kerja (PK) yang memiliki dana pensiun dan Dana Pensiun (DP). Jumlah populasi dari masing-masing target adalah 255 pemberi kerja yang memiliki dana pensiun dan 255 dana pensiun baik dana pensiun pemberi kerja dan dana pensiun lembaga keuangan. Sedikitnya jumlah populasi responden menyebabkan studi ini tidak menggunakan metode sampling dalam melakukan penyebaran daftar pertanyaan. Dengan menggunakan populasi diharapkan informasi yang didapat dari 13
21 penyebaran daftar pertanyaan dapat mencerminkan keseluruhan sikap populasi tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan kegiatan yang dimulai dari proses penyaringan informasi dihubungkan dengan langkah pemikiran rasional baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. III.3. Jangka Waktu Penelitian Jangka waktu studi ini dimulai dari bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Oktober 2007 dengan melibatkan staf Biro Riset dan Teknologi Informasi bekerja sama dengan Biro Dana Pensiun, Bapepam-LK. III.4. Keterbatasan Studi Sehubungan dengan adanya kebijakan pengurangan anggaran perjalanan dinas sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor: S.348/MK.02/2007 tanggal 30 Juli 2007 dan Surat Edaran Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Nomor: SE-1088/SJ.1/2007 tanggal 2 Agustus 2007 tentang belanja perjalanan dinas tidak mengikat tahun anggaran 2007 yang pada pokoknya hanya dapat dipergunakan setinggi-tingginya sebesar 30%, penelitian lapangan dengan melakukan wawancara hanya dapat dilakukan pada 1 (satu) kota, yaitu Bandung dengan melakukan wawancara terhadap 5 (lima) responden. Untuk responden lain tidak dilakukan penelitian lapangan dan wawancara tetapi melalui penyebaran kuesioner lewat surat. 14
22 BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Studi Tentang Program Pensiun, Pesangon dan Tunjangan Hari Tua ini merupakan penelitian awal untuk melihat apakah penurunan jumlah dana pensiun mempunyai kaitan erat dengan kehadiran program pesangon yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pertanyaan dalam penelitian ini hanya membatasi dengan hal-hal yang berkaitan dengan UU Nomor 13 tersebut dan khususnya dengan pasal-pasal yang berhubungan dengan program pesangon. IV.1. Pemberi Kerja Kuesioner dibagikan kepada masing-masing 255 responden yang terdiri dari pemberi kerja yang mempunyai dana pensiun dan kepada dana pensiun itu sendiri sehingga total ada 510 kuesioner. Setelah dilakukan verifikasi data terdapat sebanyak 81 pemberi kerja yang telah mengembalikan kuesioner dan dinyatakan memenuhi kriteria. Di dalam kuesioner terdapat 16 pertanyaan yang meliputi profil ringkas pengisi dan lembaga yang mengisi. Untuk pertanyaan profil pemberi kerja terdiri dari 7 pertanyaan yaitu : identitas perusahaan yang meliputi jabatan dan divisi pengisi kuesioner, bidang usaha, jenis kepemilikan, jumlah karyawan dan rata-rata usia karyawan. Kemudian dilanjutkan mengenai 9 pertanyaan yang terkait dengan program pesangon sebagaimana dimaksud dalam UUK 13/2003. Adapun persentase tingkat pengembalian kuesioner bagi pemberi kerja yang dikirimi kuesioner dapat dilihat pada Gambar 1 dimana Jawa Timur merupakan 15
23 provinsi dengan persentase tingkat pengembalian yang paling tinggi diikuti beberapa daerah lain di Indonesia bagian timur seperti Kalimantan/Sulawesi dan Bali/Nusa Tenggara/Papua/Maluku. Penyebaran ini tidak menunjukkan kondisi industri dana pensiun secara keseluruhan. Sebagian besar (65%) dana pensiun berlokasi di DKI Jakarta sedangkan daerah lain seperti Jabar/Banten hanya 6%, Jateng/DIY 5%, Jatim 5%, Kalimantan/Sulawesi 4% dan sisanya Bali/NTB/NTT/Maluku/Papua 3%. Gambar 1 Persentase Pengembalian Kuesioner Pemberi Kerja Berdasarkan Wilayah Gambar 1 Persentase Pengembalian Kuesioner Wilayah Pemberi Kerja Berdasarkan 70% 60% 62% 55% 50% 40% 30% 38% 28% 28% 31% 38% 20% 10% 0% Sumatera DKI Jabar/Banten Jateng/DIY Jatim Kalimantan/Sulawesi Bali/NTT/NTB/Papua Sebagian besar yang mengisi kuesioner untuk pemberi kerja berasal dari tingkat Manager (31%) dan Direksi (51%). Hal ini sesuai dengan harapan mengingat jabatan mereka sebagai pengambil keputusan yang menentukan keberadaan program pesangon dan pensiun dan sekaligus memberi sedikit gambaran mengenai keseriusan pemberi kerja dalam ikut peduli terhadap masalah ketenagakerjaan. Sebagian besar dari mereka yang mengisi kuesioner berasal dari divisi Sumber Daya Manusia yang langsung berkaitan dengan masalah karyawan. Namun demikian ada sekitar 26% yang bukan berasal dari SDM, Keuangan atau Sekretariat/Humas. 16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kunci keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan adalah pembahasan yang terus menjadi isu utama di Indonesia. Sejahteranya kelas pekerja dapat dianggap menjadi indikator sejahtera atau tidaknya
Lebih terperinciPT DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Rincian Pekerjaan Perhitungan Kewajiban Imbalan Kerja PSAK 24 Revisi 2004
Rincian Pekerjaan Perhitungan Kewajiban Imbalan Kerja PSAK 24 Revisi 2004 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 24 Revisi 2004 ( PSAK-24 ) yang mengatur tentang akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja,
Lebih terperinciIX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA
IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA A. Definisi 01. Imbalan Kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan Bank atas jasa yang diberikan oleh pekerja. 02. Kewajiban Imbalan Kerja adalah kewajiban yang timbul
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberi kerja, sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan-perusahaan mulai tumbuh seiring berkembangnya zaman. Salah satunya adalah pertumbuhan perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar ataupun perusahaan
Lebih terperinciSistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya
YTKI, 10 Juli 2008 infocenter@dayamandiri.co.id http://www.dayamandiri.co.id Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya Diskusi Interaktif: Strategi Mengendalikan Risiko Keuangan DAYAMANDIRI
Lebih terperinci- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dana pensiun merupakan salah satu pilihan dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada para pekerja atau karyawan. Jaminan tersebut salah satunya berupa jaminan pensiun
Lebih terperinciIMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1
IMBALAN KERJA Dwi Martani 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 PSAK Terkait PSAK 24 Imbalan Kerja PSAK 53 Kompensasi berbasis Saham 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah ketika ia berusia kanak-kanak, dimana segala kebutuhan hidupnya,
Lebih terperinciKesejahteraan Hari Tua Tingkat Penghasilan Pensiun dan Pendanaan Pesangon
Kesejahteraan Hari Tua Tingkat Penghasilan Pensiun dan Pendanaan Pesangon Joko (bukan nama sebenarnya) baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke 55 dan pensiun dari perusahaan tempat dia mengabdikan
Lebih terperinciAKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA
ISSN 0000-0000 AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA Sutjipto Ngumar *) ABSTRAK Program pensiun di Indonesia, tidak hanya dinikmati pegawai negeri atau ABRI saja, tetapi karyawan swasta dan pekerja mandiripun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa dalam rangka upaya memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua, perlu
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang mendambakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memperolehnya. Hal yang biasa dilakukan adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto
KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat
Lebih terperinciPEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren
PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi
Lebih terperinciPernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
BAB II TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 (revisi 2009) tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai
Lebih terperinciKuningan City, Jakarta, 22 Oktober Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Hari Tua
Kuningan City, Jakarta, 22 Oktober 2015 Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Hari Tua Daftar isi Ketentuan program jaminan pensiun Harmonisasi program wajib dan sukarela Penyesuaian 2
Lebih terperinciPENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN
PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN Pendahuluan Didalam sistem hukum ketenagakerjaan Indonesia, kita ketahui bahwa Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Landasan Teori Bagian ini akan membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian
Lebih terperinciPANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI
PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI Anita Maharani 1 Abstrak Hubungan industrial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai hubungan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan atas laporan keuangan PT Sari Husada Tbk dengan menggunakan analisis rasio, analisis horizontal dan vertikal. Analisis horizontal dan vertikal
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GUNUNG POTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciPERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA
PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA Oleh : Tubagus Syafrial, FSAI, FLMI, MBA PT. Binaputera Jaga Hikmah Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta 31 Agustus 2005 1 PSAK NO. 24 (REVISI 2004) TENTANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPSAK 18 PROGRAM PURNA KARYA (REVISI 2010) Retirement Benefit Plans Pelaporan
PSAK 18 PROGRAM PURNA KARYA (REVISI 2010) Retirement Benefit Plans Pelaporan Dwi Martani Ketua Departemen Akuntansi FEUI Anggota Tim Implementasi IFRS 1 Tujuan Pernyataan inii diterapkan dalam laporan
Lebih terperinciNOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Senin, 29 Oktober 2007 RR. Dirjen PPTKDN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pensiun Pensiun sejauh ini dianggap sebagai ungkapan rasa terima kasih. Para pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara mereka sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan ekonomi begitu pesat serta perkembangan dunia yang mengarah kepada globalisasi, akan mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap tingkat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992
Lebih terperinciKERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.49/DIKTI/Kep/2003 KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Drs.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat
Lebih terperinciBUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk pemantapan
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk.
BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. 3.1. Sejarah Pendirian Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) ( Perusahaan ) berasal dari perusahaan swasta Belanda yang bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trampil cenderung pindah ke kota untuk mencari pengalaman. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Kebutuhan
Lebih terperinciPSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA
PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA, SE, Ak, MM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Ruang Lingkup - 1 PSAK 24 diterapkan oleh pemberi kerja untuk akuntansi seluruh imbalan kerja Kecuali hal-hal yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto
PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.
Lebih terperinciSistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya
Hotel Harris Resort, Kuta, 10 Agustus 2007 Steven Tanner Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya Dana Pensiun Sebagai Lembaga Penyelenggara Program Pensiun Untuk Kesejahteraan Hari Tua
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan
Lebih terperinciBULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.
BULETIN AKUNTANSI STAF BAPEPAM dan LK BAS No. 8 : PEMBERIAN TANTIEM DAN BONUS SERTA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN. Ikhtisar: Interpretasi dalam Buletin Akuntansi Staf ini menyajikan pandangan staf mengenai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Komang Agung Surya Parimana, I Gede Suparta Wisadha (2015)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Para peneliti sebelumnya melakukan penelitian tentang kompensasi eksekutif dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berikut penjelasan
Lebih terperinciPPMP vs PPIP a a new perspective
Hotel Borobudur, 27 Juni 2007 Steven Tanner PPMP vs PPIP a a new perspective Meningkatkan Kinerja BUMN Melalui Perbaikan Program Pensiun Karyawannya DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional
Lebih terperinciPernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN Dana Pensiun berperan sangat penting dalam
Lebih terperinci5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan
Lebih terperinciMENGUKUR POTENSI KEKURANGAN PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN TERHADAP UUTK 13/2003
MENGUKUR POTENSI KEKURANGAN PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN TERHADAP UUTK 13/2003 Pendahuluan Sampai dengan akhir tahun 2007, terdapat sekitar 3.500 s/d 3.700 Perusahaan yang telah menyelenggarakan Program
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29
BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 Oktober 1971 di Jakarta,
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan
Lebih terperinciUU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan
Juli 2007 UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan Atas Manfaat Pasal 162 (1), 166, 167 dan 172 DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional Actuarial Consulting Services Daftar
Lebih terperinciJakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB
SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian,
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN (PPh)
PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa sektor bisnis di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa sektor bisnis di Indonesia mengalami kemunduran akibat terjadinya krisis global. Krisis yang terjadi bersumber dari
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi dan keuangan perusahaan pada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perekonomian dunia telah banyak membuat kesulitan yang sangat besar terhadap perekonomian di setiap negara terutama perusahaan besar yang memberikan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SDM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
SISTEM INFORMASI SDM WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 SI SDM Subsistem Benefit Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution). Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit). Manfaat Fleksibel
Lebih terperinciKRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2015 UNTUK DANA PENSIUN
KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2015 UNTUK DANA PENSIUN Penilaian ARA 2015 dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: A. Penilaian Kuantitatif (100%) terdiri dari 8 klasifikasi, yaitu: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (manajemen) dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan merupakan kesatuan entitas antara pengelola (manajemen) dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stockholders). Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia lebih banyak mengenal bahwa program pensiun hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tidak mengherankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentano Kertonegoro (1995 ; 3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi yang begitu pesat menyebabkan perkembangan dunia usaha yang begitu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM
P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun mengatur berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting dalam bangsa dan Negara Indonesia. Ditinjau dari segi tugas dan tanggung jawab yang diembannya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,
Lebih terperinciPROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI DANA PENSIUN BNI
PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI DANA PENSIUN BNI I. MANFAAT DANA PENSIUN : 1. Bagi Karyawan Menjamin kesinambungan penghasilan pada saat sudah purna tugas bagi dirinya sendiri, bagi istri/suami dan anaknya.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciBAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi membawa perubahan di bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia baik industri maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan beberapa negara Asia megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi. Namun di Indonesia industri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas dalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber daya secara penuh demi tercapainya tujuan perusahaan. Salah satu hal yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kompensasi berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak perusahaan mengabaikan potensi
Lebih terperinciSURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN
RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar di Indonesia. Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan pencatatan akuntansi yang memberikan informasi mengenai perkembangan suatu
Lebih terperinciBAB II PERANAN DANA PENSIUN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA. A. Pengaturan Dana Pensiun didalam Undang-Undang Dana Pensiun
BAB II PERANAN DANA PENSIUN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA A. Pengaturan Dana Pensiun didalam Undang-Undang Dana Pensiun Nomor 11 Tahun 1992 Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan
Lebih terperinci96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.
BOKS 1 HASIL QUICK SURVEY DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI BENGKULU Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan dampak negatif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan dengan pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini menuntut perusahaan
Lebih terperincia. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.
AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar
Lebih terperinciPENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis
PENSION & EXIT SYSTEM Prodi Administrasi Bisnis Pemberhentian Pemberhentian Undang Undang Keinginan Perusahaan Keinginan Karyawan Kontrak kerja berakhir Kesehatan karyawan Meninggal dunia Perusahaan dilikuidasi/bangkrut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang tugasnya menghimpun dana (funding) dari masyarakat serta menyalurkan dana (lending) kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992
Lebih terperinci-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat
Lebih terperinci