ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat"

Transkripsi

1 ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat I NYOMAN SUKARTA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia (Albizzia Falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2008 I Nyoman Sukarta G

3 ABSTRACT I NYOMAN SUKARTA. Adsorption Cr 3+ Ion By Sawdust of Albizia Wood (Albizzia Falcata): Study of Alternative Substance Development of adsorber Waste of Heavy Metal. Under direction of HAJI MUCHAMMAD SRI SAENI and ETI ROHAETI. The aims of this research were to know (1) optimum time that is needed for Cr 3+ ions adsorbed by sawdust of albizia wood, (2) characteristic of Cr 3+ ions adsorbed by sawdust of albizia wood, and (3) the adsorption capacity of unactivated sawdust of albizia wood (Albizzia falcata) and activated by ethanol toluene (1:1) toward Cr 3+ ions. Consentration of Cr 3+ was measured by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The results of this research showed that, optimum time of adsorption Cr 3+ by sawdust albizia wood was 60 hours, characteristic of Cr 3+ ions by unactivated of sawdust of albizia wood followed the model of adsorption Langmuir isotherm, but did not follow adsorption Freundlich isotherm. Conversely, activated sawdust of albizia wood follow Langmuir and Freundlich isotherm. Adsorption capacity of activated sawdust was better than that of unactivated sawdust. The maximum adsorption of unactivated and activated sawdust of albizia wood was 1.56 mg/g and 2.21 mg/g, respectively. Keywords: ion Cr 3+, adsorption, sawdust, albizzia falcata, activated, characteristic

4 RINGKASAN I NYOMAN SUKARTA. Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia (Albizzia Falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap LimbahLogam Berat. Dibimbing oleh HAJI MUCHAMMAD SRI SAENI dan ETI ROHAETI. Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr 3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahanbahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat. Beberapa bahan lain yang telah digunakan sebagai penjerap adalah karbon aktif, lempung, dan batu cadas. Namun, bahan-bahan tersebut relatif sulit diperoleh dan karbon aktif mempunyai harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, penelusuran terhadap material baru yang lebih murah, mudah didapat serta mempunyai daya adsorpsi besar sangat perlu diupayakan. Serbuk gergaji kayu mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Terdapatnya selulosa dan hemiselulosa menjadikan serbuk gergaji kayu berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penjerap. Serbuk gergaji kayu sebagai hasil samping dari industri gergaji kayu sampai saat ini hanya sebagian kecil saja dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti digunakan dalam pembuatan batu-bata, industri keramik, campuran dalam pembuatan pupuk organik, sedangkan selebihnya terbuang secara percuma. Pemanfaatan serbuk gergaji kayu sebagai bahan material penjerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena bahan bakunya mudah didapat mengingat negara Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan yang sangat luas. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mempelajari daya adsorpsi serbuk gergaji kayu terhadap ion logam krom (Cr 3+ ) melalui studi laboratorium. Serbuk gergaji kayu yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu albizia ukuran 40 mesh yang sebelumnya diberikan perlakuan berbeda yaitu tanpa diaktivasi dan diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Daya adsorpsi maksimum terhadap ion logam Cr 3+ dari serbuk gergaji kayu albizia tersebut dibandingkan secara deskriptif. Aktivasi dilakukan dengan cara ekstraksi Soxlet menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) untuk menghilangkan zat

5 ekstraktif seperti lemak dan lilin yang dapat menghalangi kontak antara adsorbat (ion logam) dengan permukaan penjerap (adsorben). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, dari bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Mei Subyek dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kayu albizia yang diambil dari industri gergajian kayu di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Sedangkan obyeknya adalah (1) waktu optimal yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1), (2) karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia, dan (3) daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) waktu optimum yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena adalah 60 jam, (2) karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu yang telah diaktivasi mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun isoterm adsorpsi Freundlich. Namun demikian, karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi hanya mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir tetapi tidak mengikuti pola isoterm adsorpsi Freundlich, dan (3) kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi dengan campuran pelarut etanol-toluena meningkat dari 1,56 mg/g menjadi 2,21 mg/g. Kata-kata kunci: ion Cr 3+, adsorpsi, serbuk gergaji kayu albizia, aktivasi, karakteristik

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat I NYOMAN SUKARTA G Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magester Sains pada Departemen Kimia SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 Judul Tesis Nama NIM : Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji kayu Albizia (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat : I Nyoman Sukarta : G Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. H.M. Sri Saeni, MS Ketua Dr. Ir. Eti Rohaeti, MS. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Kimia Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Latifah. K. Darusman, MS. Prof.Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,MS. Tanggal Lulus:... Tanggal Ujian 22 Juli 2008

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Betty Marita Soebroto, S.Si., M.Si

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2007 ini ialah adsorpsi dengan judul Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji kayu Albizia (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H.M. Sri Saeni, M.S dan Ibu Dr. Eti Rohaeti, M.S selaku pembimbing. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Akhir kata penulis berharap hasil penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai bahan informasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan alam. Bogor, Agustus 2008 I Nyoman Sukarta

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Gianyar Bali pada tanggal 6 pebruari 1976 sebagai putra kedua dari ayah I Wayan Karep (Alm) dan ibu Ni Wayan Kerti (Alm). Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Negeri Singaraja, lulus pada tahun Melelui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, penulis berkesempatan melanjutkan studi ke program magister pada program studi Ilmu Kimia Sekolah Pascasarjana IPB tahun Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali sejak tahun 2005.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 II TINJAUAN PUSTAKA Komponen Kimia Kayu Adsorpsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi Persamaan Isoterm Adsorpsi Langmuir Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich Logam Kromium dan Keberadaannya Spektrofotometer dan Keberadaannya III. METODE PENELITIAN Rencana Penelitian Subyek dan Obyek Penelitian Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Penyediaan Alat dan Bahan Pencucian Serbuk Gergaji Kayu Albizia Aktivasi Serbuk Gergaji Kayu Albizia Tahap Pelaksanaan Penelitian Penentuan Waktu Kontak Maksimum Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Penentuan Adsorpsi maksimum Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Karakteristik Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Uji Linearitas Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Sebelum Diaktivasi Uji Linearitas Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Setelah Diaktivasi x

13 V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran xi

14 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip HSAB dari Pearson Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi pada berbagai waktu kontak Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada berbagai waktu kontak Data adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albesia yang tidak diaktivasi pada berbagai konsentrasi Data adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albesia yang telah diaktivasi pada berbagai konsentrasi xii

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Kurva isoterm adsorpsi Langmuir Kurva isoterm adsorpsi Freundlich Diagram masuknya kromium dalam tubuh Pembentukan atom-atom dalam keadaan dasar yang dilakukan dalam proses atomisasi menggunakan nyala Kurva kalibrasi Rancangan penelitian Kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi dengan berbagai waktu kontak Kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dengan berbagai waktu kontak Kurva linearitas Langmuir : hubungan antara konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap c/(x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi Kurva linearitas Freundlich: hubungan antara log [Cr(III)] setimbang terhadap log (x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi Kurva linearitas Langmuir : hubungan antara konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap c/(x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi Kurva linearitas Freundlich: hubungan antara log [Cr(III)] setimbang terhadap log (x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi xiii

16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan Cr Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cr Kurva Kondisi Spektrofotometer Serapan Atom (AAS SHIMADZU AA-6300) Data Hasil Pengukuran SSA Terhadap Konsentrasi Awal Larutan Ion Cr 3+ Sebelum Adsorpsi Berlangsung Data Hasil Pengukuran SSA Terhadap Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Pada Konsentrasi Awal 60 ppm Pada Selang Waktu Kontak Yang Berbeda Perhitungan Konsentrasi Ion Cr 3+ yang Teradsorpsi oleh Serbuk Gergaji kayu Albizia dengan konsentrasi awal 60 ppm pada Berbagai Waktu Kontak Data Hasil Pengukuran SSA Terhadap Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu dengan Berbagai Konsentrasi Pada Waktu Kontak 60 Jam Data Hasil Pengukuran ph Larutan Sebelum dan Sesudah Diadsorpsi oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Menggunakan ph Meter Foto serbuk gergaji kayu albizia Foto Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Foto Seprangkat Alat AAS Foto Seprangkat Alat ph Meter xiv

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair sebagai hasil samping dari aktivitas industri sering menimbulkan permasalahan bagi lingkungan (Krim et al. 2006). Limbah cair tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun yang keberadaannya dalam perairan dapat menghalangi sinar matahari menembus lingkungan akuatik, sehingga mengganggu proses-proses biologi yang terjadi di dalamnya, di samping itu juga mengganggu estetika badan perairan akibat munculnya bau busuk. Pencemaran air oleh logam-logam berat dapat berasal dari proses-proses industri seperti industri metalurgi, industri penyamakan kulit, industri pembuatan fungisida, industri cat dan zat warna tekstil (Redhana 1994). Zat pencemar berupa logam-logam berat merupakan masalah yang lebih serius dibandingkan dengan polutan organik karena ion-ion logam berat merupakan racun bagi organisme serta sangat sulit diuraikan secara biologi maupun kimia. Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr 3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal (Kaim and Schwederski 1994). Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah (Khasani 2001). Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahanbahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat (Sutrisno 2002). Di samping itu, pengurangan zat pencemar secara kimia juga sering dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat menjerap zat-zat pencemar seperti karbon aktif, biomassa sel, dan lempung. Lempung dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap senyawa fosfat dari air limbah (Masduqi 2004). Sementara itu, Amri et al. (2004) melaporkan bahwa zeolit alam

18 2 terimpregnasi 2-merkaptobenzotiazol dapat digunakan untuk menjerap ion Cd (II) dan Cr (III). Beberapa bahan lain yang telah digunakan sebagai penjerap adalah karbon aktif, lempung, dan batu cadas. Namun, bahan-bahan tersebut relatif sulit diperoleh dan karbon aktif mempunyai harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, penelusuran terhadap material baru yang lebih murah, mudah didapat serta mempunyai daya adsorpsi besar sangat perlu diupayakan. Bahan-bahan alam organik yang mempunyai gugus hidroksil (-OH) dapat dipakai untuk mengadsorpsi ion-ion logam berat (Yantri 1998). Kulit kacang tanah yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi zat warna Remazol Golden Yellow 6 yang merupakan zat warna reaktif kelas azo dan termasuk golongan vinilsulfon (Mulyatna et al. 2003). Gupta dan Bahu (2006) juga melaporkan daun mimba dapat digunakan sebagai penjerap krom dengan kapasitas serapan maksimum 10 mg/g. Serbuk gergaji kayu mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Terdapatnya selulosa dan hemiselulosa menjadikan serbuk gergaji kayu berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penjerap. Serbuk gergaji kayu sebagai hasil samping dari industri gergaji kayu sampai saat ini hanya sebagian kecil saja dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti digunakan dalam pembuatan batu-bata, industri keramik, campuran dalam pembuatan pupuk organik, sedangkan selebihnya terbuang secara percuma. Pemanfaatan serbuk gergaji kayu sebagai bahan material penjerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena bahan bakunya mudah didapat mengingat negara Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan yang sangat luas. Rehmen et al. (2006) melaporkan bahwa, serbuk gergaji kayu dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap ion nikel. Sementara itu, McKay at al (1999) melaporkan serbuk gergaji kayu mempunyai kemampuan untuk menjerap zat warna safranin sebesar 1119 ppm. Namun dalam penelitian tersebut tidak disebutkan jenis kayu yang dipakai sebagai penjerap zat warna safranin. Setiawan at al (2004) juga melaporkan kemampuan mengadsorpsi zat warna kationik oleh serbuk gergaji kayu albizia dapat ditingkatkan dengan memodifikasi gugus aktif permukaan menggunakan gugus sulfonat. Dari hasil penelitian tersebut, serbuk gergaji albizia yang tersulfonasi kapasitas jerapannya mengalami

19 3 peningkatan dua kali lebih besar dibandingkan dengan kapasitas jerapan serbuk gergaji kayu albizia alami. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mempelajari daya adsorpsi serbuk gergaji kayu terhadap ion logam krom (Cr 3+ ) melalui studi laboratorium. Serbuk gergaji kayu yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu albizia ukuran 40 mesh yang sebelumnya diberikan perlakuan berbeda yaitu tanpa diaktivasi dan diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Daya adsorpsi maksimum terhadap ion logam Cr 3+ dari serbuk gergaji kayu albizia tersebut dibandingkan secara deskriptif. Aktivasi dilakukan dengan cara ekstraksi Soxlet menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) untuk menghilangkan zat ekstraktif seperti lemak dan lilin yang dapat menghalangi kontak antara adsorbat (ion logam) dengan permukaan penjerap (adsorben). Adsorpsi molekul atau ion pada permukaan padatan umumnya hanya terbatas pada satu lapisan (monolayer). Dengan demikian adsorpsi tersebut biasanya mengikuti persamaan isoterm adsorpsi Langmuir atau Freundlich. Dengan menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir atau Freundlich, dapat ditentukan karakteristik jerapan dan daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia. Hasil penelitian ini diharapkan menjadikan sebagai salah satu informasi untuk memperkaya sumber-sumber bahan penjerap dalam usaha menanggulangi limbah-limbah cair yang mengandung logam-logam berat Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dicarikan pemecahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berapakah waktu optimal yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia jika tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1)? 2. Bagaimana karakteristrik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia? 3. Berapakah daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia jika tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1)?

20 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menelusuri sumber-sumber material yang murah, mudah didapat serta berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penjerap limbah cair yang mengandung logam berat. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui waktu optimal yang diperlukan pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) 2. Untuk mengetahui karakteristrik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia 3. Untuk mengetahui daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan etanol-toluena (1:1) 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya memberikan informasi tentang daya adsorpsi Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia. Selanjutnya, penelitian ini pula diharapkan dapat memperkaya sumber-sumber bahan penjerap yang dapat dipakai untuk menangani limbah cair yang mengandung logam-logam berat yang sering menjadi permasalahan bagi lingkungan.

21 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Kimia Kayu Kayu sebagian besar tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, H dan O. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO 2 dan dari tanah berupa H 2 O. Namun, dalam kayu juga terdapat unsur-unsur lain seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Unsur-unsur tersebut tergabung dalam sejumlah senyawa organik, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian (Fengel dan Wegener 1995) yaitu: 1. Komponen lapisan luar yang terdiri atas fraksi-fraksi yang dihasilkan oleh kayu selama pertumbuhannya. Komponen ini sering disebut dengan zat ekstraktif. Zat ekstraktif ini adalah senyawaan lemak, lilin, resin dan lain-lain. 2. Komponen lapisan dalam terbagi menjadi dua fraksi yaitu fraksi karbohidrat yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, fraksi non karbohidrat yang terdiri dari lignin. Selulosa dan Hemiselulosa Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel bersama lignin berperan dalam mengokohkan struktur tumbuhan. Selulosa pada kayu umumnya berkisar 40-50%, sedangkan pada kapas hampir mencapai 98%. Selulosa terdiri atas rantai panjang unit-unit glukosa yang terikat dengan ikatan 1-4β-glukosida. CH 2 O H OH CH 2 O H H OH H O O H OH H H H H OH H O O. - H H O O H H OH CH 2 O H OH n Selulosa Hemiselulosa adalah polimer polisakarida heterogen tersusun dari unit D- glukosa, D-manosa, L-arabiosa dan D-xilosa. Hemiselulosa pada kayu berkisar antara 20-30%. Dilihat dari strukturnya, selulosa dan hemiselulosa mempunyai

22 6 potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai penjerap karena gugus OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat. Adanya gugus OH, pada selulosa dan hemiselulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben tersebut. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa lebih kuat menjerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme jerapan yang terjadi antara gugus -OH yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif (kation) merupakan mekanisme pertukaran ion sebagai berikut (Yantri 1998). Y OH + M + YO M + H + YO Y OH + M 2+ M + 2 H + YO M + dan M 2+ adalah ion logam, -OH adalah gugus hidroksil dan Y adalah matriks tempat gugus -OH terikat. Interaksi antara gugus -OH dengan ion logam juga memungkinkan melalui mekanisme pembentukan kompleks koordinasi karena atom oksigen (O) pada gugus -OH mempunyai pasangan elektron bebas, sedangkan ion logam mempunyai orbital d kosong. Pasangan elektron bebas tersebut akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh ion logam, sehingga terbentuk suatu senyawa atau ion kompleks. Menurut Terada et al. (1983) ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif pada zat organik dengan molekul dapat dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-basa Lewis yang menghasilkan kompleks pada permukaan padatan. Pada sistem adsorpsi larutan ion logam, interaksi tersebut dalam bentuk umum ditulis: [GH] + M z+ [GM (z-1) ] + + H + 2[GH] + M z+ [G 2 M (z-2) ] + + 2H + dengan GH adalah gugus fungsional yang terdapat pada zat organik, dan M adalah ion bervalensi z.

23 Adsorpsi Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air limbah adalah adsorpsi (Rios et al dan Saiful et al. 2005). Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika (fisisorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der Waals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kj/mol (Castellan 1982). Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der Waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins 1999) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah.

24 8 Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al. 1990). Pearson (1963) mengklasifikasikan asam-basa Lewis menurut sifat keras dan lemahnya. Menurut Pearson, situs aktif pada permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lemahnya berdasarkan pada polarisabilitas unsur. Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB). Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan berukuran kecil merupakan basa keras, sedangkan ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah. Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil namun bermuatan positip besar, elektron terluarnya tidak mudah dipengaruhi oleh ion dari luar, ini dikelompokkan ke dalam asam keras, sedangkan ion-ion logam yang berukuran besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam lemah. Pengelompokan asam-basa menurut prinsip HSAB Pearson dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut prinsip HSAB, asam keras akan berinteraksi dengan basa keras untuk membentuk kompleks, begitu juga asam lemah dengan basa lemah. Interaksi asam keras dengan basa keras merupakan interaksi ionik, sedangkan interaksi asam lemah dengan basa lemah, interaksinya lebih bersifat kovalen. Ion krom (Cr 3+ ) merupakan kation yang bersifat asam keras, sehingga akan berinteraksi secara kuat dengan anion-anion yang bersifat basa keras seperti dengan OH -. Selulosa mempunyai banyak gugus -OH, dengan demikian selulosa akan mengikat ion krom secara kuat. Ikatan antara ion Cr 3+ dengan -OH pada selulosa melalui pembentukan ikatan koordinasi, di mana pasangan elektron bebas dari O pada -OH akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh Cr 3+, sehingga terbentuk kompleks terkoordinasi.

25 9 Tabel 1 Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip HSAB dari Pearson. Asam Basa Keras Madya Lemah Keras Madya Lemah H +, Li +, Na +, K +, Mg 2+, Ca 2+, Al 3+, Cr 3+, Co 3+, Fe 3+, CH 3 Sn 3+, Si 4+, Ti 4+, RCO +, CO 2, NC +, HX (molekul dengan ikatan hidrogen) Fe 2+, Co 2+, Ni 2+, Pb 2+, Zn 2+, Cu 2+, Sn 2+, B(CH 3 ) 3, SO 2, NO +, R 3 C +, C 6 H 5 + Cu +,Ag +, Au +, Ti +, Cd 2+, Hg+, CH 3 Hg +, Co(CN) 5 2 -, I +, Br +, HO +, (atom logam) CH 2 H 2 O,OH -, F -, CH 3 CO 2 -, PO 4 3-, Cl -, ClO 4 -, ROH, RO -, SO 4 -, NO 3 -, NH 3, RNH 2, N 2 H 4 C 6 H 5 NH 2, NO 2 -, SO 3 2-, Br -, C 5 H 5 N, N 3-, N 2 R 2 S, RSH, RS -, I -, SCN -, R 3 P, R 3 As, (RO) 3 P, CN -, RCN, CO, C 2 H 4, S 2 O 2-3, C 6 H 6, H -, R - Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorpsi dari suatu adsorben. Adsorben dengan porositas yang besar mempunyai kemampuan menjerap yang lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben yang memilki porositas kecil. Untuk meningkatkan porositas dapat dilakukan dengan mengaktivasi secara fisika seperti mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori adsorben, atau mengaktivasi secara kimia. Salah satu cara mengaktivasi adsorben secara kimia adalah aktivasi - selulosa melalui penggantian gugus aktif -OH pada selulosa dengan gugus HSO 3 melalui proses sulfonasi. Selulosa yang teraktivasi dengan cara sulfonasi memberikan daya adsorpsi yang meningkat dua kali lipat dibandingkan daya adsorpsi selulosa yang tidak diaktivasi (Setiawan et al. 2004) Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cendung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan berkesetimbangan tidak teramati perubahan secara makroskopis. Waktu

26 10 tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (Castellans 1982) Persamaan Isoterm Adsorpsi Langmuir Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (a) adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer), (b) panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan (c) semua situs dan permukaannya bersifat homogen (Oscik J 1994). Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut. C 1 1 = + C... (1) x / m ( x / m) k ( x / m mak ) mak C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m) mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1. x/m Gambar 1 Kurva isoterm adsorpsi Langmuir C

27 Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut. Log (x/m) = log k + 1/n log c.....(2), sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2. Log x/m Log C Gambar 2 Kurva isoterm adsorpsi Freundlich 2.3. Logam Krom dan Keberadaannya Logam krom merupakan logam golongan transisi, diketemukan di alam sebagai bijih terutama kromit (Fe(CrO 2 ) 2 ). Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI). Krom bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis krom selalu berbentuk valensi tiga, karena krom valensi enam merupakan salah satu material organik pengoksidasi yang tinggi (Suhendrayatna 2001). Krom valensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan valensi enam. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas krom relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia dibawah 100 μg, kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan dari air dan udara dalam tingkat yang rendah. Dalam perairan, krom berada pada bilangan oksidasi +2, +3, dan +6, dan hanya +6 merupakan tingkat oksidasi yang paling dominan. Ion kromos (Cr 2+ ) merupakan krom tingkat oksidasi +2, bersifat tidak stabil, dan jumlahnya relatif

28 12 sedikit. Cr 2+ dengan cepat teroksidasi ke tingkat oksidasi +3 yang lebih stabil dalam lingkungan aerobik. Di samping itu, sebagai Cr(OH) 2, Cr 2+ akan mengendap dalam air pada ph mendekati 6. Dengan demikian krom tingkat oksidasi +3 dan +6 lebih banyak berperan dalam lingkungan perairan (Bert,1982). Senyawa Cr(III) dan Cr(VI) sering dipakai untuk bahan pelapis logam lain agar lebih tahan korosi dan kelihatan lebih baik. Selain itu senyawa Cr(III) dan Cr(VI) juga dipakai sebagai bahan pembuatan cat, pewarna tekstil dan lain-lain. Dalam zat warna tekstil jenis Grey Lanaset G mengandung krom (III) sebesar 2,5 % sebagai senyawa kompleks organologam (Blanques et al. 2004). Krom (VI) lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan Cr(III). Namun, setelah di dalam tubuh Cr(VI) segera mengalami reduksi menjadi Cr(III) (ATSDR, 2000). Keterdapatan Cr(III) dalam tubuh dapat menyebabkan kanker paru-paru. Proses penjerapan krom oleh tubuh dan dampaknya bagi kesehatan disajikan pada Gambar 3 (Kaim and Schwederski 1994). ruang membran ruang membran inti sel extra seluler sel intra seluler inti kompleks kompleks kompleks kompleks Cr(III) DNA Cr(III) Cr(III) Cr(III) atau protein Reduksi reduksi reduksi perbaikan replikasi = CrO 4 = CrO 4 = CrO 4 DNA kesalahan Mutasi DNA Gambar 3 Diagram masuknya krom dalam tubuh kanker Senyawa krom dalam bentuk Cr 2 (SO 4 ) 3 banyak digunakan dalam aplikasi komersial termasuk penyamakan kulit, pengawetan kayu, dan produksi pigmen. Hampir 90% industri penyamakan kulit menggunakan krom trivalen dalam proses penyamakan karena efektif, murah, dan tersedia di pasaran. Menurut Tutem et al. (2001), selama proses produksi, krom dalam jumlah besar dibuang ke atmosfir, tanah, dan air. Oleh karena itu, limbah penyamakan kulit diolah untuk

29 13 memperoleh krom, sehingga krom dapat digunakan kembali pada proses penyamakan kulit Spektrofotometer Serapan Atom Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran dengan SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dalam keadaan tereksitasi. Pembentukan atomatom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala. Cuplikan sampel yang mengandung logam M sebagai ion M + dalam bentuk larutan garam M + dan A - akan melalui serangkaian proses dalam nyala, sebelum akhirnya menjadi atom logam dalam keadaan dasar M 0 seperti terlihat pada Gambar 4. Atom-atom dalam keadaan dasar (M o ) akan menyerap energi sumber energi berupa lampu katode berongga, yang mana jumlah energi yang diserap adalah sebanding dengan populasi atau konsentrasi atom-atom dalam sampel (Welz 1985). M + + A - (larutan) M + + A - (aerosol) MA (padat) MA (cair) MA (gas) M o + A o (gas) M o (gas) Gambar 4 Proses atomisasi Penentuan konsentrasi unsur logam dalam sampel dapat dilakukan dengan bantuan kurva kalibrasi yang merupakan aluran antara absorbansi terhadap

30 14 konsentrasi larutan standar. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa jumlah energi yang diserap (absorbansi) adalah sebanding dengan konsentrasi ( C ) (Khopkar 2003). Abs C Gambar 5 Kurva kalibrasi

31 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif mengenai daya adsorpsi dari serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Serbuk gergaji kayu albizia diambil dari industri penggergajian kayu yang berlokasi di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Secara garis besarnya tahapan penelitian ini dapat disajikan dalam rancangan penelitian pada Gambar 6. Serbuk gergaji kayu albizia ukuran 40 mesh dicuci dengan aquades dikeringkan dalam oven pada 50 o C 2 jam (bobot tetap) diekstraksi dengan etanol-toluena (1:1) selama 3 jam (± 20 sirkulasi) dikeringkan dalam oven pada 50 o C 2 jam (bobot tetap) Blangko. Adsorben (serbuk gergaji kayu) dalam 50 ml Aquades Penentuan waktu kontak. adsorben (serbuk gergaji) dalam 50 ml larutan Cr 3+ dengan konsentrasi (60 ppm) dalam selang waktu 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam Penentuan daya jerap maksimum adsorben (serbuk gergaji) dalam 50 ml larutan Cr 3+ dengan konsentrasi bervariasi ( ppm) selama waktu kontak maksimum residu disaring filtrat Konsentrasi Cr(III) sebelum penjerapan Konsentrasi Cr(III) diukur menggunakan SSA Hitung Cr(III) terjerap Gambar 6 Rancangan Penelitian

32 Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kayu albizia yang diambil dari industri gergajian kayu di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Sedangkan obyeknya adalah (1) waktu optimal yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1), (2) karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia, dan (3) daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, dari bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Mei Tahapan-tahapan penelitian ini adalah meliputi dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian Tahap Persiapan Penyediaan Alat dan Bahan Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah SSA model AA-6300 merek Shimadzu, oven, seperangkat alat Soxlet, dan neraca, serta beberapa peralatan tambahannya seperti batang pengaduk, gelas piala, labu ukur, pengocok (shaker), dan ayakan ukuran 40 mesh, sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain : CrCl 3.6H 2 O, toluena, etanol, kertas saring, aquades dan serbuk gergaji kayu albizia Pencucian Serbuk Gergaji Kayu Albizia Serbuk gergaji kayu albizia ditimbang 50 gram ukuran 40 mesh, dimasukkan dalam gelas piala ukuran satu liter, kemudian tambahkan aquades sebanyak 500 ml. Campuran tersebut diaduk menggunakan pengocok (shaker) selama 3 jam, aquades yang dipakai untuk mencuci diganti setiap satu jam

33 17 pengadukan. Campuran didekantasi, dan selanjutnya serbuk gergaji dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C selama kurang lebih 2 jam (sampai bobot tetap) Aktivasi Serbuk Gergaji Kayu Albizia Serbuk gergaji kayu albizia yang sudah dicuci dan dikeringkan, ditimbang sebanyak 25 gram. Serbuk gergaji tersebut selanjutnya diekstraksi dengan cara Soxlet menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Ekstraksi dihentikan apabila warna pelarut pada sirkulasi tertentu tidak berubah lagi (diperlukan waktu 3 jam atau 20 kali sirkulasi). Serbuk gergaji yang telah diekstraksi dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 50 o C selama 2 jam (sampai bobot tetap) Tahap Pelaksanaan Penelitian Penentuan Waktu Kontak Maksimum Ke dalam 6 buah labu Erlenmeyer ukuran 100 ml dimasukkan masingmasing 1 gram serbuk gergaji kayu albizia kering yang telah dicuci, selanjutnya ke dalam gelas piala tersebut dimasukkan 50 ml larutan krom klorida heksahidrat (CrCl 3.6H 2 O), dengan konsentrasi 60 ppm dan dikocok dengan menggunakan pengocok masing-masing selama 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam. Kemudian disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar kromnya (Cr 3+ ) dengan SSA. Dengan cara yang sama dilakukan juga untuk serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) Penentuan Adsorpsi maksimum Ke dalam 6 buah labu Erlenmeyer ukuran 100 ml, dimasukkan masingmasing sebanyak 1 gram serbuk gergaji kayu albizia kering yang telah dicuci. Selanjutnya, ke dalam gelas piala tersebut dimasukkan secara berturut-turut 50 ml larutan krom klorida heksahidrat (CrCl 3. 6H 2 O) dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 ppm. Campuran tersebut dikocok selama waktu kontak maksimum, kemudian disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar kromnya (Cr 3+ ) dengan SSA. Kadar krom (III) pada larutan krom sebelum adsorpsi juga diukur. Selain itu dilakukan pengukuran ph pada sampel sebelum

34 18 dan sesudah adsorpsi berlangsung. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) Analisis Data Penentuan waktu kontak maksimum yang diperoleh dalam penelitian ini ditentukan dengan grafik hubungan antara lama waktu kontak dengan konsentrasi ion Cr 3+ yang dijerap oleh adsorben. Data kuantitatif tentang daya jerap ion Cr 3+ per gram serbuk gergaji kayu albizia (x/m) yang tidak diaktivasi dan diaktivasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan ditentukan dengan persamaan : x m = ( ) C o - C 10 st 6 50 gram/gram adsorben...(3) x/m adalah banyaknya ion Cr 3+ (gram) yang dijerap per gram adsorben, C o adalah konsentrasi ion Cr 3+ mula-mula, C st adalah konsentrasi ion Cr 3+ setimbang (tidak dijerap). Untuk mengetahui karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia melalui uji isoterm adsorpsi Langmuir digunakan persamaan C x / m 1 1 = + C dan isoterm adsorpsi Freundlich digunakan (x / m) k (x / m) mak mak persamaan log(x/m) = log k + 1/n log C, sedangkan daya adsorpsi maksimum dari adsorben ditentukan dengan membuat kurva berdasarkan karakteristik adsorpsi yang diperoleh.

35 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) pada berbagai waktu kontak disajikan pada Tabel 2, sedangkan data secara lengkap disajikan pada Lampiran 5. Tabel 2 Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi pada berbagai waktu kontak Waktu kontak (Jam) Konsentrasi Cr 3+ Sebelum Adsorpsi Berlangsung (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Setimbang (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Yang teradsorpsi (ppm) 12 59, , , , , , , , , , , , , , , , , ,3354 Dari Tabel 2 di atas dapat dibuat kurva hubungan antara konsentrasi ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) terhadap waktu kontak seperti disajikan pada Gambar 7. Konsentrasi Cr 3+ Yang Teradsorpsi (ppm) 40 39, , , , , waktu kontak (Jam) Gambar 7 Kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi terhadap berbagai waktu kontak.

36 20 Untuk data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) pada berbagai waktu kontak disajikan pada Tabel 3, sedangkan data secara lengkap disajikan pada Lampiran 5. Tabel 3 Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada berbagai waktu kontak Waktu kontak (Jam) Konsentrasi Cr 3+ sebelum Adsorpsi Berlangsung (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Setimbang (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Yang teradsorpsi (ppm) 12 59, , , , , , , , , , , , , , , , , ,8226 Dari Tabel 3 di atas dapat dibuat kurva hubungan antara konsentrasi ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) terhadap waktu kontak seperti disajikan pada Gambar 8. Konsentrasi Cr 3+ Yang Teradsorpsi (ppm) 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Waktu Kontak (Jam) Gambar 8 Kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi terhadap berbagai waktu kontak.

37 21 Dari Gambar 7 dan 8 terlihat bahwa adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia berlangsung cepat pada awal reaksi yaitu pada waktu kontak 12 jam sebesar 35,2997 ppm (59,77%) dan berlangsung lebih lambat untuk waktu kontak berikutnya, yaitu hanya bertambah 0,6% yaitu menjadi 35,6539 ppm (60,37%) untuk waktu kontak 12 jam kemudian. Penambahan waktu kontak setiap 12 berikutnya penjerapan menjadi berturut-turut sebesar; 36,4387 ppm (61,70%); 38,8284 ppm (65,74%); 39,4492 ppm (66,79%) dan 39,3354 ppm (66,60%) pada waktu kontak 24, 36, 48, 60 dan 72 jam, untuk serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi. Untuk serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi, adsorpsi ion Cr 3+ berturut-turut pada waktu kontak 12, 24, 36, 48, 60 dan 72 jam adalah 31,004 ppm (52,50%); 33,872 ppm (57,35%); 34, 7214 ppm (58,79%); 36,1778 ppm (61,27%); 37,2126 ppm (63,01%) dan 36,8226 ppm (62,35%). Hal ini terjadi karena adsorpsi antara ion Cr 3+ dan serbuk gergaji kayu albizia merupakan peristiwa kesetimbangan. Pada awal reaksi saat serbuk gergaji kayu albizia masih kosong adsorpsi yang terjadi akan cepat dan banyak karena masih kosongnya permukaan serbuk gergaji kayu albizia yang bisa digunakan untuk menjerap ion Cr 3+ dan masih banyaknya ion Cr 3+ dalam larutan. Setelah itu akan terjadi penataan ulang. Menurut teori asam-basa keras-lemah dari person, ion Cr 3+ termasuk asam keras sehingga akan cenderung berinteraksi dengan gugus aktif yang bersifat basa keras seperti gugus hidroksil (-OH) membentuk interaksi ion-polar. Pada awal reaksi akan terjadi adsorpsi secara fisik dan kemudian diikuti oleh adsorpsi secara kimia. Karena ion Cr 3+ bersifat asam keras maka ion Cr 3+ akan berinteraksi dengan ion hidroksil (-OH) terlebih dahulu. Setelah itu baru berinteraksi dengan gugus fungsi yang lain, sehingga pada keadaan ini reaksi berjalan lambat. Dari Gambar 7 dan 8 juga terlihat bahwa waktu optimal yang diperlukan oleh serbuk gergaji kayu albizia untuk menjerap ion Cr 3+ adalah 60 jam. Secara umum terlihat bahwa ion Cr 3+ teradsorpsi lebih banyak pada serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi yaitu sebesar 39, 4492 ppm atau 66,79% dibandingkan dengan oleh serbuk gergaji kayu yang tidak teraktivasi dengan campuran etanoltoluena (1:1) yaitu sebesar 37,2126 ppm atau 63,01%. Hal ini terjadi karena pada serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-

38 22 toluena (1:1) masih banyak terdapat senyawa-senyawa seperti lapisan lilin dan lemak. Sedangkan pada serbuk gergaji kayu yang telah diaktivasi senyawasenyawa tersebut sudah berkurang, sehingga kontak antara adsorben dengan ion Cr 3+ dapat berlangsung lebih efektif. Hilangnya minyak dan lilin menyebabkan interaksi gugus fungsi hidroksil dan karbonil dengan ion Cr 3+ menjadi semakin efektif Karakteristik Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Untuk mengetahui karaktristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia dilakukan dengan mengamati jerapannya terhadap ion Cr 3+ pada konsentrasi yang bervariasi dan pada suhu isoterm sekitar 30 o C. Dari hasil penjerapan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan isoterm adsorpsi Freundlich untuk mengetahui karakteristik jerapan dan juga daya adsorpsi maksimum Uji Linearitas Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia sebelum Diaktivasi Data adsorpsi Ion Cr 3+ oleh serbuk kayu albizia yang belum diaktivasi disajikan pada Tabel 4 dan data lengkap disajikan pada Lampiran 6. Tabel 4 Data adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada berbagai konsentrasi [Cr 3+ ] mulamula (ppm) [Cr 3+ ] teradsor psi (ppm) Cr 3+ teradsor psi (g) (x) [Cr 3+ ] setimbang (ppm) (c) x/m Log x/m Log [Cr 3+ ] stimbang c/(x/m) 23, ,5296 1,0765 2,3207 1,0765 0,0320 0,3656 2, , ,6759 1, ,2394 1,1838 0,0733 1, , , ,208 1, ,8512 1,3104 0,1174 1, , , ,3209 1, ,8997 1,6160 0,2085 1, , , ,7686 1, ,995 1,6384 0,2144 1, , ,508 28,7706 1, ,7374 1,4385 0,1579 1, ,6862

39 23 Dari Tabel 4 dapat dilakukan uji pola isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich seperti terlihat pada Gambar 9 dan y = 0,6398x + 1,5685 R 2 = 0,9831 c(x/m) c (konsentrasi Cr 3+ Setimbang) Gambar 9 Kurva linearitas Langmuir: hubungan antara konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap c/(x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi. Berdasarkan kurva linearitas Langmuir seperti pada Gambar 9, adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia memenuhi isoterm adsorpsi Langmuir, oleh karena itu maka, adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia terjadi pada lapisan monolayer. Hal ini ditujukkan oleh harga R 2 pada isoterm adsorpsi Langmuir sebesar 0,9831. Namun, pola jerapan yang terjadi pada serbuk gergaji yang belum diaktivasi nampaknya belum memenuhi isoterm adsorpsi Freundlich dengan nilai R 2 sebesar 0,7557, seperti terlihat pada Gambar 10. Hal ini disebabkan karena interaksi antara ion Cr 3+ dengan serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi tersebut masih didominasi oleh salah satu interaksi yaitu fisik atau interaksi kimia saja. Hal yang sama diperoleh dari penelitian Setiawan (2004) bahwa pola adsorpsi zat warna kationik (methylene blue) oleh serbuk gergaji kayu yang belum diaktivasi (termodifikasi) mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir (R 2 = 0,904) namun pola adsorpsi tersebut tidak memenuhi pola isoterm adsorpsi Freundlich (R 2 = 0,817).

40 24 0,25 0,2 y = 0,1086x - 0,0198 R 2 = 0,7557 Log (x/m) 0,15 0,1 0, ,5 1 1,5 2 2,5 Log [Cr 3+ ] setimbang Gambar 10 Kurva linearitas Freundlich: hubungan antara log [Cr(III)] setimbang terhadap log (x/m) pada adsorpsi ion cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir, selanjutnya dapat dipakai untuk menentukan harga kapasitas adsorpsi maksimum (x/m) mak yaitu berdasarkan nilai dari slope (kemiringan garis) pada persamaan Y = 0,6398X + 1,5685, yaitu 1/(x/m) mak. Dengan mensubstitusi 1/(x/m) mak = 0,6398 maka diperoleh nilai (x/m) mak = 1,56 mg/g. Harga adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi diperoleh sebesar 1,56 mg/g Uji Linearitas Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Setelah Diaktivasi Aktivasi serbuk gergaji kayu albizia bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi ion Cr 3+. Aktivasi serbuk gergaji kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggantikan sisi-sisi aktif yang terdapat pada selulosa ataupun hemiselulosa dengan gugus yang lebih aktif (kuat) seperti melalui reaksi sulfonasi dan dengan menghilangkan bahan yang mengahalangi kontak adsoben dengan adsorbat. Pada penelitian ini, aktivasi dengan

41 25 menghilangkan materi seperti lemak, lilin atau pengotor lain yang mengahalangi kontak gugus aktif dengan ion Cr 3+ dengan cara mengekstraksi menggunakan campuran pelarut etanol-toluena pada perbandingan volume 1:1. Data adsorpsi Ion Cr 3+ oleh serbuk kayu albizia sesudah diaktivasi menggunakan campuran pelarut etanol-toluena tersebut disajikan pada Tabel 5 dan data lengkap disajikan pada Lampiran 7. Tabel 5 Data adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena(1:1) [Cr 3+ ] mula-mula (ppm) [Cr 3+ ] teradsorp si (ppm) Cr 3+ teradsorpsi (g) (x) [Cr 3+ ] setimbang (ppm) (c) x/m Log x/m Log [Cr 3+ ] setimbang c/(x/m) 23, ,1437 1,1072 1,7066 1,1072 0,0442 0,2321 1, , ,0919 1,4546 8,8234 1,4546 0,1627 0,9456 6, , ,0882 1, ,9710 1,9544 0,2910 1, , , ,4837 1, ,7369 1,9742 0,2954 1, , , ,478 2, ,2856 2,1739 0,3372 1, , ,508 42,4958 2, ,0122 2,1248 0,3273 1, ,3033 Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ion Cr 3+ pada larutan, semakin besar pula ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia. Untuk menentukan pola isoterm adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah teradsorpsi apakah memenuhi pola isoterm adsorpsi Langmuir atau tidak, maka dilakukan uji linieritas dengan membuat kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ dengan c/(x/m) seperti terlihat pada Gambar 11, sedangkan untuk menentukan pola isoterm adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi apakah memenuhi pola isoterm adsorpsi Freundlich atau tidak, dilakukan uji linieritas Freundlich dengan membuat kurva hubungan antara log konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap log (x/m) seperti terlihat pada Gambar 12.

42 y = 0,4527x + 1,3633 R 2 = 0, c/(x/m) Konsentrasi Cr 3+ setimbang 80 Gambar 11 Kurva linearitas Langmuir: hubungan antara konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap c/(x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi. Berdasarkan Gambar 11 dan 12 nampak bahwa adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia setelah diaktivasi mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun Freundlich dengan nilai R 2 secara berturut-turut sebesar 0,9976 dan 0,9418. Hal ini menunjukkan bahwa adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut etanol-toluena tetap merupakan adsorpsi monolayer. Harga R 2 dari isoterm adsorpsi Freundlich sebesar 0,9418 menunjukkan adsorpsi ion Cr 3+ berlangsung baik secara fisik yaitu melalui pori-pori maupun secara kimia melalui interaksi gugus karbonil (CO) dan hidroksidanya (OH). Gugus-gugus ini dapat mengikat ion Cr 3+ melalui ikatan ionion atau ion-polar (Mamaril, et al., 1997). Hal ini sesuai dengan Suhendrayatna (2001) yang menyatakan bahwa polisakarida memegang peranan yang sangat penting dalam proses biosorpsi ion logam berat, karena terjadinya ikatan kovalen termasuk juga dengan gugus karbonil.

43 27 0,4 0,35 0,3 y = 0,1801x + 0,011 R 2 = 0,9418 Log (x/m) 0,25 0,2 0,15 0,1 0, ,5 1 1,5 Log konsentrasi Cr 3+ setimbang 2 Gambar 11 Kurva linearitas Freundlich: hubungan antara log konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap log (x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi. Serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena dengan perbandingan volume 1:1 menyebabkan harga linearitas isoterm adsorpsi Freundlich meningkat dari 0,7557 menjadi 0,9418. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2004) juga menujukkan bahwa adsorpsi zat warna kationik (methylene blue) dengan serbuk gergaji kayu yang diaktivasi dengan sulfonasi menyebabkan nilai linearitas isoterm adsorpsi Freundlich meningkat dari 0,817 menjadi 0,978. Kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia setelah diaktivasi meningkat dari 1,56 mg/g menjadi 2,21 mg/g. Meningkatnya kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji setelah diaktivasi diakibatkan oleh berkurangnya zat-zat yang dapat mengganggu seperti lilin, lemak dan pengotor lain yang dapat menghalangi kontak antara gugus aktif pada selulosa, hemiselulosa serta lignin dengan ion Cr 3+. Di samping itu adanya pengotor lain yang ada pada pori-pori serbuk gergaji kayu albizia menyebabkan adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia berlangsung tidak maksimal.

44 28 Data ph larutan yang diukur pada saat sebelum dan sesudah adsorpsi berlangsung, baik pada adsorpsi yang menggunakan serbuk gergaji kayu yang diaktivasi maupun yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) seperti terlihat pada Lampiran 8, menunjukkan bahwa ph larutan secara umum mengalami peningkatan setelah proses adsorpsi berlangsung. Keadaan ini menunjukkan bahwa larutan CrCl 3 setelah mengalami adsorpsi lebih bersifat basa dibandingkan dengan sebelum adsorpsi berlangsung. Hal ini terjadi karena ion Cr 3+ yang menurut prinsip HSAB dari Pearson bersifat asam keras telah diadsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia, sehingga sifat asam pada larutan yang telah teradsorpsi tersebut menjadi berkurang. Dari peningkatan harga ph larutan yang telah diadsorpsi juga mengindikasikan kemungkinan pada proses adsorpsi tidak terjadi reaksi penukar kation antara kation H + pada selulosa dan hemiselulosa yang terdapat pada serbuk gergaji kayu albizia oleh ion Cr 3+ pada larutan CrCl 3. Adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia terjadi melalui ikatan koordinasi antara kation Cr 3+ yang bertindak sebagai ion pusat dan selulosa serta hemiselulosa bertindak sebagai ligan.

45 29 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Waktu optimum yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan campuran etanoltoluena adalah 60 jam. 2. Karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu yang telah diaktivasi mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun isoterm adsorpsi Freundlich. Namun demikian, karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi hanya mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir tetapi tidak mengikuti pola isoterm adsorpsi Freundlich. 3. Kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi dengan campuran pelarut etanol-toluena meningkat dari 1,56 mg/g menjadi 2,21 mg/g Saran Penelitian ini diharapkan dapat digunakan di industri-industri yang menggunakan zat-zat yang mengandung krom, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah krom. Namun demikian masih perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap usaha meningkatkan kapasitas adsorpsi maksimum dari serbuk gergaji kayu, sehingga memperkaya informasi dalam pemanfaatan potensi serbuk gergaji kayu dalam pemanfaatannya sebagai adsorben dalam menanggulangi pencemaran lingkungan akibat limbah cair.

46 30 DAFTAR PUSTAKA Achmad H Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung, PT Citra Aditya Bakti. Al-Hamdan AZ and Reddy Krishna R Geochemical Reconnaissance of Heavy Metals in Kaolin after Electrokinetic Remediation. Journal of Environmental Science and Health. Part A, 41:17 33 Alumaa P, Stainnes E, Kirso U, Petersell V Heavy Metal Sorption By Different Estonian Soil Types At Low Equilibrium Solution Concentrations. Proc. Estonian Acad. Sci. Chem., 50,(2): Amri A, Supranto M, Fahrurozi Kesetimbangan Adsorpsi Optional Campuran Biner Cd(II) dan Cr(III) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2- merkaptobenzotiazol. Jurnal Natur Indonesia 6(2): Ansari R Application of Polyaniline and its Composites for Adsorption/Recovery of Chromium (VI) from Aqueous Solutions. Acta Chim. Slov. 53: Atkins PW, Shriver DF, and Langford C Inorganic Chemistry. Oxford Uniersity Press. Atkins PW Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprojo Irma I, penerjemah; Indarto Purnomo Wahyu, editor. Jakarta Erlanga. Terjemahan dari: Pysical Chemistry. ATSDR Toxicological Profile for Chromium. Hair Analysis Panel Discussion. Lexington: Juni The Agency for Toxic Subtances and Disease Registry. [30 Des 2002] Azhar SS, Ghaniey Liew A, Suhardy D, Hafiz KF, Irfan Hatim MD Dye Removal from Aqueous Solution by using Adsorption on Treated Sugarcane Bagasse. American Journal of Applied Sciences 2 (11): Baig MA, Mehmood B, and Martin A Removal Of Chromium From Industrial Effluents By Sand Filtration. Elektronic Journal Of Environmental, Agricultural And Food Chemistry, 2 (3): Baroto dan Siradz SA Tarap Pencemaran Dan Kandungan Kromium (Cr) Pada Air Dan Tanah Di Daerah Aliran Sungai Code Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. (2) p:

47 31 Bert AE and Chen KT., 1982, Origin and Nature of Selected Inorganic Constituens in Natural Waters, In Water Analysis Inorganic Species (Minar R A and Krith LH., ed,), Vol. 1, Academic Press, New York. Bhattacharya P, Mukherjee AB, Jacks G, Nordqvist S Metal contamination at a wood preservation site: characterisation and experimental studies on remediation. The Science of the Total Environment 290: Bl!anqueza P, Casasa N, Fontc X, Gabarrella X, Sarr aa M, Caminalb G, Vicenta T Mechanism of textile metal dye biotransformation by Trametes versicolor. Water Research 38: Castellan GW Physical Chemistry. Third Edition. New York: General Graphic Servies Covelo EF at al Heavy metal adsorption and desorption by a Eutric Regosol and a Distric Regosol. Geophysical Research Abstracts, Vol. 8, Fengel D dan Wegener G Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Ed ke-1. Harjono Sastroamidjoyo penerjemah: Soenardi Prawirohatmodjo, penyunting. Gajah mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, reactions. Gupta S dan Babu B Adsorption of Cr(VI) by Low-Cost Adsorbent Prepared Neem Leaves. Di dalam: Babu BV and Ramakrisnha V, editor. Environmental Engineering. Proceeding of National Conference on Environmental Conservation (NCEC-2006). 1-3 sep hlm Igwe JC and Abia AA A Bioseparation Process For Removing Heavy Metals From Waste Water Using Biosorbents. African Journal of Biotechnology Vol. 5 (12), pp Kadirvelu K, Thamaraiselvi K, Narmasivayam C Removal Of Heavy Metals From Industrial Wastewaters By Adsorption Onto Activated Carbon Prepared From An Agricultural Solid Waste. Bioresource Technology 76: Kaim W and Schwederski B Bioinorganic Chemistry: Inorganic Elements in the Chemistry of Life. John Wiley & Sons. Khasani SI Lembar Data Keselamatan Bahan. Vol. IV. Bandung: Pusat Penelitian Kimia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Khopkar SM Konsep Dasar Kimia Analitik. A. Saptorahardjo, Penerjemah. Jakarta UI Press

48 32 Krim L, Sahmoune N, and Goma B Kinetics of Chromium Sorption on Biomass Fungi from Aqueous Solution. American Journal of Environmental Sciences 2 (1): Mahvi AH, Nabizadeh R, Gholami F, and Khairi A Adsorption Of Chromium From Wastewater By Platanus Orientalis Leaves. Iran. J. Environ. Health. Sci. Eng., Vol. 4, No. 3, pp Mamaril JC, Paner ET, Alpante BM Biosorpsi and Desorption of Chromium (III) by Free and Immobilized Rhizobium (BJ Vr 12) cell Biomess. Biodegradation 8: Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor-Indonesia. Masduqi A Penurunan Senyawa Fosfat Dalam Air Limbah Buatan Dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Tanah Haloisit. Majalah IPTEK - Vol. 15, No. 1: hal McKay G, Porter JF and Prasad GR Removal of dye colours from aqeouse solution by adsorption on low-cost materials. Water air and soil pollution. 114 hal Mulyatna L, Hary P, dan Umi KN Pemilihan Persamaan Adsorpsi Kulit Kacang Tanah Terhadap Zat Warna Remazol Golden Yellow 6. INFOMATEK Vol. 5. Nomor 3. hal Nur Hadi et al Simultanius Adsoption of a Mixture of Paraquat and Dye by NaY Zeolite Covered with Alkylsilane. Journal of Hazardous Materials B117: Oscik J & Cooper IL Adsorption. Ellis Horwood Publisher, Ltd. Chichester. Pearson RG Hard and soft acids and bases. J.Am.Soc. 85: Redhana IW Penentuan Isoterm Adsorpsi Amonia dalam Larutan Air oleh Karbon Aktif pada Suhu Kamar. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan) Program Pra-S 2 Kimia Pascasarjana. ITB. Rehman H, Shakirullah M, Ahmad I, Shah S, and Hameedullah Sorption Studies of Nickel Ions onto Sawdust of Dalbergia sissoo. Journal of the Chinese Chemical Society 53, Rios JP, Bess-Oberto L, Tiemann KJ, and Gardea-Torresdey Investigation of Metal Ion Binding by Agricultural by Products. Proceedings of the 1999 Conference on Hazardous Waste Research

49 33 Rivera-Utrilla J, S!anchez-Polo M Adsorption of Cr(III) on ozonised activated carbon.importance of Cp cation interactions. Water Research 37, Rohaeti E Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Logam Berat Krom Limbah Cair Penyamakan Kulit (Studi Kasus Di Kabupaten Bogor). Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sajidu SMI, Henry EMT, Persson I, Masamba WRL, and Kayambazinthu D ph Dependence of Sorption of Cd 2+, Zn 2+, Cu 2+ and Cr 3+ on Crude Water and Sodium Chloride Exstracts of Moringa stenopetala and Moringa oleifera. African journal of Biotechnology Vol.5 (23), pp Senin HB, Subhi O, Rosliza R, Kancono N, Azhar MS, Hasiah S, and Wan Nik WB Role of Sawdust In The Removal of Iron From Aqueous Solution. AJSTD Vol. 23 Issue 3 pp Setiawan HA, Wiloso, EI, Soleha V, Barliati IF, Anggraeni Peningkatan kemampuan Daya serap Sorben Serbuk Gergaji Kayu Albizia dengan Pengsulfonasi dan Pengujiannya dengan Zat Warna Tekstil Kationik, Alcheny Vol.3, Hal Suhendrayatna Bioremoval logam berat dengan menggunakan microorganisme: suatu kajian kepustakaan. Disampaikan pada seminar on-air Bioteknologi untuk Indonesia Abad Februari Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technology Sutrisno T, Eni Suciastuti Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Terada K, Matsumoto K & Kimura H Sorption Of Copper(II) By Some Complexing Agents Loaded On Varioussupport. Anal. Chim. Acta 153: Tutem E, Sozgen K, Babacan E Individual And Simultaneous Determinaton Of Cr 6+ And Mo 6+ In Binery Mixture By Spectrophotometry And First-Derivative Spectrophotometry. Analytical Science. 17: Venkateswarlu P, Venkata Ratman M, Subba Rao D, and Vankateswara Raos M Removal of chromium from an aqueous solution using Azadirachta indica (neem) leaf powder as an adsorbent. International Journal of Physical Sciences Vol. 2 (8), pp Welz B Atomic Absorption Spectrometry. Second Edition.

50 Yantri Ni Ketut Pemanfaatan Jerami Padi (Oryza Sativa) Sebagai Bahan Penyerap Ion Cu 2+, Cd 2+ Dan Pb 2+ Pada Limbah Pencelupan Perusahaan Garmen. Skripsi. PSP Kimia Jurusan MIPA. STKIP Negeri Singaraja. 34

51 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair sebagai hasil samping dari aktivitas industri sering menimbulkan permasalahan bagi lingkungan (Krim et al. 2006). Limbah cair tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun yang keberadaannya dalam perairan dapat menghalangi sinar matahari menembus lingkungan akuatik, sehingga mengganggu proses-proses biologi yang terjadi di dalamnya, di samping itu juga mengganggu estetika badan perairan akibat munculnya bau busuk. Pencemaran air oleh logam-logam berat dapat berasal dari proses-proses industri seperti industri metalurgi, industri penyamakan kulit, industri pembuatan fungisida, industri cat dan zat warna tekstil (Redhana 1994). Zat pencemar berupa logam-logam berat merupakan masalah yang lebih serius dibandingkan dengan polutan organik karena ion-ion logam berat merupakan racun bagi organisme serta sangat sulit diuraikan secara biologi maupun kimia. Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr 3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal (Kaim and Schwederski 1994). Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah (Khasani 2001). Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahanbahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat (Sutrisno 2002). Di samping itu, pengurangan zat pencemar secara kimia juga sering dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat menjerap zat-zat pencemar seperti karbon aktif, biomassa sel, dan lempung. Lempung dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap senyawa fosfat dari air limbah (Masduqi 2004). Sementara itu, Amri et al. (2004) melaporkan bahwa zeolit alam

52 2 terimpregnasi 2-merkaptobenzotiazol dapat digunakan untuk menjerap ion Cd (II) dan Cr (III). Beberapa bahan lain yang telah digunakan sebagai penjerap adalah karbon aktif, lempung, dan batu cadas. Namun, bahan-bahan tersebut relatif sulit diperoleh dan karbon aktif mempunyai harga yang cukup mahal. Oleh karena itu, penelusuran terhadap material baru yang lebih murah, mudah didapat serta mempunyai daya adsorpsi besar sangat perlu diupayakan. Bahan-bahan alam organik yang mempunyai gugus hidroksil (-OH) dapat dipakai untuk mengadsorpsi ion-ion logam berat (Yantri 1998). Kulit kacang tanah yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi zat warna Remazol Golden Yellow 6 yang merupakan zat warna reaktif kelas azo dan termasuk golongan vinilsulfon (Mulyatna et al. 2003). Gupta dan Bahu (2006) juga melaporkan daun mimba dapat digunakan sebagai penjerap krom dengan kapasitas serapan maksimum 10 mg/g. Serbuk gergaji kayu mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Terdapatnya selulosa dan hemiselulosa menjadikan serbuk gergaji kayu berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penjerap. Serbuk gergaji kayu sebagai hasil samping dari industri gergaji kayu sampai saat ini hanya sebagian kecil saja dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti digunakan dalam pembuatan batu-bata, industri keramik, campuran dalam pembuatan pupuk organik, sedangkan selebihnya terbuang secara percuma. Pemanfaatan serbuk gergaji kayu sebagai bahan material penjerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena bahan bakunya mudah didapat mengingat negara Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan yang sangat luas. Rehmen et al. (2006) melaporkan bahwa, serbuk gergaji kayu dapat digunakan sebagai adsorben untuk menjerap ion nikel. Sementara itu, McKay at al (1999) melaporkan serbuk gergaji kayu mempunyai kemampuan untuk menjerap zat warna safranin sebesar 1119 ppm. Namun dalam penelitian tersebut tidak disebutkan jenis kayu yang dipakai sebagai penjerap zat warna safranin. Setiawan at al (2004) juga melaporkan kemampuan mengadsorpsi zat warna kationik oleh serbuk gergaji kayu albizia dapat ditingkatkan dengan memodifikasi gugus aktif permukaan menggunakan gugus sulfonat. Dari hasil penelitian tersebut, serbuk gergaji albizia yang tersulfonasi kapasitas jerapannya mengalami

53 3 peningkatan dua kali lebih besar dibandingkan dengan kapasitas jerapan serbuk gergaji kayu albizia alami. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mempelajari daya adsorpsi serbuk gergaji kayu terhadap ion logam krom (Cr 3+ ) melalui studi laboratorium. Serbuk gergaji kayu yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu albizia ukuran 40 mesh yang sebelumnya diberikan perlakuan berbeda yaitu tanpa diaktivasi dan diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Daya adsorpsi maksimum terhadap ion logam Cr 3+ dari serbuk gergaji kayu albizia tersebut dibandingkan secara deskriptif. Aktivasi dilakukan dengan cara ekstraksi Soxlet menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) untuk menghilangkan zat ekstraktif seperti lemak dan lilin yang dapat menghalangi kontak antara adsorbat (ion logam) dengan permukaan penjerap (adsorben). Adsorpsi molekul atau ion pada permukaan padatan umumnya hanya terbatas pada satu lapisan (monolayer). Dengan demikian adsorpsi tersebut biasanya mengikuti persamaan isoterm adsorpsi Langmuir atau Freundlich. Dengan menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir atau Freundlich, dapat ditentukan karakteristik jerapan dan daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia. Hasil penelitian ini diharapkan menjadikan sebagai salah satu informasi untuk memperkaya sumber-sumber bahan penjerap dalam usaha menanggulangi limbah-limbah cair yang mengandung logam-logam berat Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dicarikan pemecahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berapakah waktu optimal yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia jika tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1)? 2. Bagaimana karakteristrik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia? 3. Berapakah daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia jika tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1)?

54 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menelusuri sumber-sumber material yang murah, mudah didapat serta berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penjerap limbah cair yang mengandung logam berat. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui waktu optimal yang diperlukan pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) 2. Untuk mengetahui karakteristrik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia 3. Untuk mengetahui daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan etanol-toluena (1:1) 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya memberikan informasi tentang daya adsorpsi Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia. Selanjutnya, penelitian ini pula diharapkan dapat memperkaya sumber-sumber bahan penjerap yang dapat dipakai untuk menangani limbah cair yang mengandung logam-logam berat yang sering menjadi permasalahan bagi lingkungan.

55 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Kimia Kayu Kayu sebagian besar tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, H dan O. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO 2 dan dari tanah berupa H 2 O. Namun, dalam kayu juga terdapat unsur-unsur lain seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Unsur-unsur tersebut tergabung dalam sejumlah senyawa organik, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian (Fengel dan Wegener 1995) yaitu: 1. Komponen lapisan luar yang terdiri atas fraksi-fraksi yang dihasilkan oleh kayu selama pertumbuhannya. Komponen ini sering disebut dengan zat ekstraktif. Zat ekstraktif ini adalah senyawaan lemak, lilin, resin dan lain-lain. 2. Komponen lapisan dalam terbagi menjadi dua fraksi yaitu fraksi karbohidrat yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, fraksi non karbohidrat yang terdiri dari lignin. Selulosa dan Hemiselulosa Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel bersama lignin berperan dalam mengokohkan struktur tumbuhan. Selulosa pada kayu umumnya berkisar 40-50%, sedangkan pada kapas hampir mencapai 98%. Selulosa terdiri atas rantai panjang unit-unit glukosa yang terikat dengan ikatan 1-4β-glukosida. CH 2 O H OH CH 2 O H H OH H O O H OH H H H H OH H O O. - H H O O H H OH CH 2 O H OH n Selulosa Hemiselulosa adalah polimer polisakarida heterogen tersusun dari unit D- glukosa, D-manosa, L-arabiosa dan D-xilosa. Hemiselulosa pada kayu berkisar antara 20-30%. Dilihat dari strukturnya, selulosa dan hemiselulosa mempunyai

56 6 potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai penjerap karena gugus OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat. Adanya gugus OH, pada selulosa dan hemiselulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben tersebut. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa lebih kuat menjerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme jerapan yang terjadi antara gugus -OH yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif (kation) merupakan mekanisme pertukaran ion sebagai berikut (Yantri 1998). Y OH + M + YO M + H + YO Y OH + M 2+ M + 2 H + YO M + dan M 2+ adalah ion logam, -OH adalah gugus hidroksil dan Y adalah matriks tempat gugus -OH terikat. Interaksi antara gugus -OH dengan ion logam juga memungkinkan melalui mekanisme pembentukan kompleks koordinasi karena atom oksigen (O) pada gugus -OH mempunyai pasangan elektron bebas, sedangkan ion logam mempunyai orbital d kosong. Pasangan elektron bebas tersebut akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh ion logam, sehingga terbentuk suatu senyawa atau ion kompleks. Menurut Terada et al. (1983) ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif pada zat organik dengan molekul dapat dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-basa Lewis yang menghasilkan kompleks pada permukaan padatan. Pada sistem adsorpsi larutan ion logam, interaksi tersebut dalam bentuk umum ditulis: [GH] + M z+ [GM (z-1) ] + + H + 2[GH] + M z+ [G 2 M (z-2) ] + + 2H + dengan GH adalah gugus fungsional yang terdapat pada zat organik, dan M adalah ion bervalensi z.

57 Adsorpsi Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air limbah adalah adsorpsi (Rios et al dan Saiful et al. 2005). Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika (fisisorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der Waals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kj/mol (Castellan 1982). Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der Waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins 1999) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah.

58 8 Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al. 1990). Pearson (1963) mengklasifikasikan asam-basa Lewis menurut sifat keras dan lemahnya. Menurut Pearson, situs aktif pada permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lemahnya berdasarkan pada polarisabilitas unsur. Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB). Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan berukuran kecil merupakan basa keras, sedangkan ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah. Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil namun bermuatan positip besar, elektron terluarnya tidak mudah dipengaruhi oleh ion dari luar, ini dikelompokkan ke dalam asam keras, sedangkan ion-ion logam yang berukuran besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam lemah. Pengelompokan asam-basa menurut prinsip HSAB Pearson dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut prinsip HSAB, asam keras akan berinteraksi dengan basa keras untuk membentuk kompleks, begitu juga asam lemah dengan basa lemah. Interaksi asam keras dengan basa keras merupakan interaksi ionik, sedangkan interaksi asam lemah dengan basa lemah, interaksinya lebih bersifat kovalen. Ion krom (Cr 3+ ) merupakan kation yang bersifat asam keras, sehingga akan berinteraksi secara kuat dengan anion-anion yang bersifat basa keras seperti dengan OH -. Selulosa mempunyai banyak gugus -OH, dengan demikian selulosa akan mengikat ion krom secara kuat. Ikatan antara ion Cr 3+ dengan -OH pada selulosa melalui pembentukan ikatan koordinasi, di mana pasangan elektron bebas dari O pada -OH akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh Cr 3+, sehingga terbentuk kompleks terkoordinasi.

59 9 Tabel 1 Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip HSAB dari Pearson. Asam Basa Keras Madya Lemah Keras Madya Lemah H +, Li +, Na +, K +, Mg 2+, Ca 2+, Al 3+, Cr 3+, Co 3+, Fe 3+, CH 3 Sn 3+, Si 4+, Ti 4+, RCO +, CO 2, NC +, HX (molekul dengan ikatan hidrogen) Fe 2+, Co 2+, Ni 2+, Pb 2+, Zn 2+, Cu 2+, Sn 2+, B(CH 3 ) 3, SO 2, NO +, R 3 C +, C 6 H 5 + Cu +,Ag +, Au +, Ti +, Cd 2+, Hg+, CH 3 Hg +, Co(CN) 5 2 -, I +, Br +, HO +, (atom logam) CH 2 H 2 O,OH -, F -, CH 3 CO 2 -, PO 4 3-, Cl -, ClO 4 -, ROH, RO -, SO 4 -, NO 3 -, NH 3, RNH 2, N 2 H 4 C 6 H 5 NH 2, NO 2 -, SO 3 2-, Br -, C 5 H 5 N, N 3-, N 2 R 2 S, RSH, RS -, I -, SCN -, R 3 P, R 3 As, (RO) 3 P, CN -, RCN, CO, C 2 H 4, S 2 O 2-3, C 6 H 6, H -, R - Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorpsi dari suatu adsorben. Adsorben dengan porositas yang besar mempunyai kemampuan menjerap yang lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben yang memilki porositas kecil. Untuk meningkatkan porositas dapat dilakukan dengan mengaktivasi secara fisika seperti mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori adsorben, atau mengaktivasi secara kimia. Salah satu cara mengaktivasi adsorben secara kimia adalah aktivasi - selulosa melalui penggantian gugus aktif -OH pada selulosa dengan gugus HSO 3 melalui proses sulfonasi. Selulosa yang teraktivasi dengan cara sulfonasi memberikan daya adsorpsi yang meningkat dua kali lipat dibandingkan daya adsorpsi selulosa yang tidak diaktivasi (Setiawan et al. 2004) Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cendung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan berkesetimbangan tidak teramati perubahan secara makroskopis. Waktu

60 10 tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (Castellans 1982) Persamaan Isoterm Adsorpsi Langmuir Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (a) adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer), (b) panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan (c) semua situs dan permukaannya bersifat homogen (Oscik J 1994). Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut. C 1 1 = + C... (1) x / m ( x / m) k ( x / m mak ) mak C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m) mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1. x/m Gambar 1 Kurva isoterm adsorpsi Langmuir C

61 Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut. Log (x/m) = log k + 1/n log c.....(2), sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2. Log x/m Log C Gambar 2 Kurva isoterm adsorpsi Freundlich 2.3. Logam Krom dan Keberadaannya Logam krom merupakan logam golongan transisi, diketemukan di alam sebagai bijih terutama kromit (Fe(CrO 2 ) 2 ). Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI). Krom bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis krom selalu berbentuk valensi tiga, karena krom valensi enam merupakan salah satu material organik pengoksidasi yang tinggi (Suhendrayatna 2001). Krom valensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan valensi enam. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas krom relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia dibawah 100 μg, kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan dari air dan udara dalam tingkat yang rendah. Dalam perairan, krom berada pada bilangan oksidasi +2, +3, dan +6, dan hanya +6 merupakan tingkat oksidasi yang paling dominan. Ion kromos (Cr 2+ ) merupakan krom tingkat oksidasi +2, bersifat tidak stabil, dan jumlahnya relatif

62 12 sedikit. Cr 2+ dengan cepat teroksidasi ke tingkat oksidasi +3 yang lebih stabil dalam lingkungan aerobik. Di samping itu, sebagai Cr(OH) 2, Cr 2+ akan mengendap dalam air pada ph mendekati 6. Dengan demikian krom tingkat oksidasi +3 dan +6 lebih banyak berperan dalam lingkungan perairan (Bert,1982). Senyawa Cr(III) dan Cr(VI) sering dipakai untuk bahan pelapis logam lain agar lebih tahan korosi dan kelihatan lebih baik. Selain itu senyawa Cr(III) dan Cr(VI) juga dipakai sebagai bahan pembuatan cat, pewarna tekstil dan lain-lain. Dalam zat warna tekstil jenis Grey Lanaset G mengandung krom (III) sebesar 2,5 % sebagai senyawa kompleks organologam (Blanques et al. 2004). Krom (VI) lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan Cr(III). Namun, setelah di dalam tubuh Cr(VI) segera mengalami reduksi menjadi Cr(III) (ATSDR, 2000). Keterdapatan Cr(III) dalam tubuh dapat menyebabkan kanker paru-paru. Proses penjerapan krom oleh tubuh dan dampaknya bagi kesehatan disajikan pada Gambar 3 (Kaim and Schwederski 1994). ruang membran ruang membran inti sel extra seluler sel intra seluler inti kompleks kompleks kompleks kompleks Cr(III) DNA Cr(III) Cr(III) Cr(III) atau protein Reduksi reduksi reduksi perbaikan replikasi = CrO 4 = CrO 4 = CrO 4 DNA kesalahan Mutasi DNA Gambar 3 Diagram masuknya krom dalam tubuh kanker Senyawa krom dalam bentuk Cr 2 (SO 4 ) 3 banyak digunakan dalam aplikasi komersial termasuk penyamakan kulit, pengawetan kayu, dan produksi pigmen. Hampir 90% industri penyamakan kulit menggunakan krom trivalen dalam proses penyamakan karena efektif, murah, dan tersedia di pasaran. Menurut Tutem et al. (2001), selama proses produksi, krom dalam jumlah besar dibuang ke atmosfir, tanah, dan air. Oleh karena itu, limbah penyamakan kulit diolah untuk

63 13 memperoleh krom, sehingga krom dapat digunakan kembali pada proses penyamakan kulit Spektrofotometer Serapan Atom Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran dengan SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dalam keadaan tereksitasi. Pembentukan atomatom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala. Cuplikan sampel yang mengandung logam M sebagai ion M + dalam bentuk larutan garam M + dan A - akan melalui serangkaian proses dalam nyala, sebelum akhirnya menjadi atom logam dalam keadaan dasar M 0 seperti terlihat pada Gambar 4. Atom-atom dalam keadaan dasar (M o ) akan menyerap energi sumber energi berupa lampu katode berongga, yang mana jumlah energi yang diserap adalah sebanding dengan populasi atau konsentrasi atom-atom dalam sampel (Welz 1985). M + + A - (larutan) M + + A - (aerosol) MA (padat) MA (cair) MA (gas) M o + A o (gas) M o (gas) Gambar 4 Proses atomisasi Penentuan konsentrasi unsur logam dalam sampel dapat dilakukan dengan bantuan kurva kalibrasi yang merupakan aluran antara absorbansi terhadap

64 14 konsentrasi larutan standar. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa jumlah energi yang diserap (absorbansi) adalah sebanding dengan konsentrasi ( C ) (Khopkar 2003). Abs C Gambar 5 Kurva kalibrasi

65 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif mengenai daya adsorpsi dari serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Serbuk gergaji kayu albizia diambil dari industri penggergajian kayu yang berlokasi di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Secara garis besarnya tahapan penelitian ini dapat disajikan dalam rancangan penelitian pada Gambar 6. Serbuk gergaji kayu albizia ukuran 40 mesh dicuci dengan aquades dikeringkan dalam oven pada 50 o C 2 jam (bobot tetap) diekstraksi dengan etanol-toluena (1:1) selama 3 jam (± 20 sirkulasi) dikeringkan dalam oven pada 50 o C 2 jam (bobot tetap) Blangko. Adsorben (serbuk gergaji kayu) dalam 50 ml Aquades Penentuan waktu kontak. adsorben (serbuk gergaji) dalam 50 ml larutan Cr 3+ dengan konsentrasi (60 ppm) dalam selang waktu 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam Penentuan daya jerap maksimum adsorben (serbuk gergaji) dalam 50 ml larutan Cr 3+ dengan konsentrasi bervariasi ( ppm) selama waktu kontak maksimum residu disaring filtrat Konsentrasi Cr(III) sebelum penjerapan Konsentrasi Cr(III) diukur menggunakan SSA Hitung Cr(III) terjerap Gambar 6 Rancangan Penelitian

66 Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kayu albizia yang diambil dari industri gergajian kayu di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Sedangkan obyeknya adalah (1) waktu optimal yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1), (2) karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia, dan (3) daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, dari bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Mei Tahapan-tahapan penelitian ini adalah meliputi dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian Tahap Persiapan Penyediaan Alat dan Bahan Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah SSA model AA-6300 merek Shimadzu, oven, seperangkat alat Soxlet, dan neraca, serta beberapa peralatan tambahannya seperti batang pengaduk, gelas piala, labu ukur, pengocok (shaker), dan ayakan ukuran 40 mesh, sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain : CrCl 3.6H 2 O, toluena, etanol, kertas saring, aquades dan serbuk gergaji kayu albizia Pencucian Serbuk Gergaji Kayu Albizia Serbuk gergaji kayu albizia ditimbang 50 gram ukuran 40 mesh, dimasukkan dalam gelas piala ukuran satu liter, kemudian tambahkan aquades sebanyak 500 ml. Campuran tersebut diaduk menggunakan pengocok (shaker) selama 3 jam, aquades yang dipakai untuk mencuci diganti setiap satu jam

67 17 pengadukan. Campuran didekantasi, dan selanjutnya serbuk gergaji dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C selama kurang lebih 2 jam (sampai bobot tetap) Aktivasi Serbuk Gergaji Kayu Albizia Serbuk gergaji kayu albizia yang sudah dicuci dan dikeringkan, ditimbang sebanyak 25 gram. Serbuk gergaji tersebut selanjutnya diekstraksi dengan cara Soxlet menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Ekstraksi dihentikan apabila warna pelarut pada sirkulasi tertentu tidak berubah lagi (diperlukan waktu 3 jam atau 20 kali sirkulasi). Serbuk gergaji yang telah diekstraksi dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 50 o C selama 2 jam (sampai bobot tetap) Tahap Pelaksanaan Penelitian Penentuan Waktu Kontak Maksimum Ke dalam 6 buah labu Erlenmeyer ukuran 100 ml dimasukkan masingmasing 1 gram serbuk gergaji kayu albizia kering yang telah dicuci, selanjutnya ke dalam gelas piala tersebut dimasukkan 50 ml larutan krom klorida heksahidrat (CrCl 3.6H 2 O), dengan konsentrasi 60 ppm dan dikocok dengan menggunakan pengocok masing-masing selama 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam. Kemudian disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar kromnya (Cr 3+ ) dengan SSA. Dengan cara yang sama dilakukan juga untuk serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) Penentuan Adsorpsi maksimum Ke dalam 6 buah labu Erlenmeyer ukuran 100 ml, dimasukkan masingmasing sebanyak 1 gram serbuk gergaji kayu albizia kering yang telah dicuci. Selanjutnya, ke dalam gelas piala tersebut dimasukkan secara berturut-turut 50 ml larutan krom klorida heksahidrat (CrCl 3. 6H 2 O) dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 ppm. Campuran tersebut dikocok selama waktu kontak maksimum, kemudian disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar kromnya (Cr 3+ ) dengan SSA. Kadar krom (III) pada larutan krom sebelum adsorpsi juga diukur. Selain itu dilakukan pengukuran ph pada sampel sebelum

68 18 dan sesudah adsorpsi berlangsung. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1) Analisis Data Penentuan waktu kontak maksimum yang diperoleh dalam penelitian ini ditentukan dengan grafik hubungan antara lama waktu kontak dengan konsentrasi ion Cr 3+ yang dijerap oleh adsorben. Data kuantitatif tentang daya jerap ion Cr 3+ per gram serbuk gergaji kayu albizia (x/m) yang tidak diaktivasi dan diaktivasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan ditentukan dengan persamaan : x m = ( ) C o - C 10 st 6 50 gram/gram adsorben...(3) x/m adalah banyaknya ion Cr 3+ (gram) yang dijerap per gram adsorben, C o adalah konsentrasi ion Cr 3+ mula-mula, C st adalah konsentrasi ion Cr 3+ setimbang (tidak dijerap). Untuk mengetahui karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia melalui uji isoterm adsorpsi Langmuir digunakan persamaan C x / m 1 1 = + C dan isoterm adsorpsi Freundlich digunakan (x / m) k (x / m) mak mak persamaan log(x/m) = log k + 1/n log C, sedangkan daya adsorpsi maksimum dari adsorben ditentukan dengan membuat kurva berdasarkan karakteristik adsorpsi yang diperoleh.

69 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) pada berbagai waktu kontak disajikan pada Tabel 2, sedangkan data secara lengkap disajikan pada Lampiran 5. Tabel 2 Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi pada berbagai waktu kontak Waktu kontak (Jam) Konsentrasi Cr 3+ Sebelum Adsorpsi Berlangsung (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Setimbang (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Yang teradsorpsi (ppm) 12 59, , , , , , , , , , , , , , , , , ,3354 Dari Tabel 2 di atas dapat dibuat kurva hubungan antara konsentrasi ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) terhadap waktu kontak seperti disajikan pada Gambar 7. Konsentrasi Cr 3+ Yang Teradsorpsi (ppm) 40 39, , , , , waktu kontak (Jam) Gambar 7 Kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi terhadap berbagai waktu kontak.

70 20 Untuk data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) pada berbagai waktu kontak disajikan pada Tabel 3, sedangkan data secara lengkap disajikan pada Lampiran 5. Tabel 3 Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada berbagai waktu kontak Waktu kontak (Jam) Konsentrasi Cr 3+ sebelum Adsorpsi Berlangsung (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Setimbang (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Yang teradsorpsi (ppm) 12 59, , , , , , , , , , , , , , , , , ,8226 Dari Tabel 3 di atas dapat dibuat kurva hubungan antara konsentrasi ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) terhadap waktu kontak seperti disajikan pada Gambar 8. Konsentrasi Cr 3+ Yang Teradsorpsi (ppm) 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Waktu Kontak (Jam) Gambar 8 Kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi terhadap berbagai waktu kontak.

71 21 Dari Gambar 7 dan 8 terlihat bahwa adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia berlangsung cepat pada awal reaksi yaitu pada waktu kontak 12 jam sebesar 35,2997 ppm (59,77%) dan berlangsung lebih lambat untuk waktu kontak berikutnya, yaitu hanya bertambah 0,6% yaitu menjadi 35,6539 ppm (60,37%) untuk waktu kontak 12 jam kemudian. Penambahan waktu kontak setiap 12 berikutnya penjerapan menjadi berturut-turut sebesar; 36,4387 ppm (61,70%); 38,8284 ppm (65,74%); 39,4492 ppm (66,79%) dan 39,3354 ppm (66,60%) pada waktu kontak 24, 36, 48, 60 dan 72 jam, untuk serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi. Untuk serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi, adsorpsi ion Cr 3+ berturut-turut pada waktu kontak 12, 24, 36, 48, 60 dan 72 jam adalah 31,004 ppm (52,50%); 33,872 ppm (57,35%); 34, 7214 ppm (58,79%); 36,1778 ppm (61,27%); 37,2126 ppm (63,01%) dan 36,8226 ppm (62,35%). Hal ini terjadi karena adsorpsi antara ion Cr 3+ dan serbuk gergaji kayu albizia merupakan peristiwa kesetimbangan. Pada awal reaksi saat serbuk gergaji kayu albizia masih kosong adsorpsi yang terjadi akan cepat dan banyak karena masih kosongnya permukaan serbuk gergaji kayu albizia yang bisa digunakan untuk menjerap ion Cr 3+ dan masih banyaknya ion Cr 3+ dalam larutan. Setelah itu akan terjadi penataan ulang. Menurut teori asam-basa keras-lemah dari person, ion Cr 3+ termasuk asam keras sehingga akan cenderung berinteraksi dengan gugus aktif yang bersifat basa keras seperti gugus hidroksil (-OH) membentuk interaksi ion-polar. Pada awal reaksi akan terjadi adsorpsi secara fisik dan kemudian diikuti oleh adsorpsi secara kimia. Karena ion Cr 3+ bersifat asam keras maka ion Cr 3+ akan berinteraksi dengan ion hidroksil (-OH) terlebih dahulu. Setelah itu baru berinteraksi dengan gugus fungsi yang lain, sehingga pada keadaan ini reaksi berjalan lambat. Dari Gambar 7 dan 8 juga terlihat bahwa waktu optimal yang diperlukan oleh serbuk gergaji kayu albizia untuk menjerap ion Cr 3+ adalah 60 jam. Secara umum terlihat bahwa ion Cr 3+ teradsorpsi lebih banyak pada serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi yaitu sebesar 39, 4492 ppm atau 66,79% dibandingkan dengan oleh serbuk gergaji kayu yang tidak teraktivasi dengan campuran etanoltoluena (1:1) yaitu sebesar 37,2126 ppm atau 63,01%. Hal ini terjadi karena pada serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-

72 22 toluena (1:1) masih banyak terdapat senyawa-senyawa seperti lapisan lilin dan lemak. Sedangkan pada serbuk gergaji kayu yang telah diaktivasi senyawasenyawa tersebut sudah berkurang, sehingga kontak antara adsorben dengan ion Cr 3+ dapat berlangsung lebih efektif. Hilangnya minyak dan lilin menyebabkan interaksi gugus fungsi hidroksil dan karbonil dengan ion Cr 3+ menjadi semakin efektif Karakteristik Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Untuk mengetahui karaktristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia dilakukan dengan mengamati jerapannya terhadap ion Cr 3+ pada konsentrasi yang bervariasi dan pada suhu isoterm sekitar 30 o C. Dari hasil penjerapan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan isoterm adsorpsi Freundlich untuk mengetahui karakteristik jerapan dan juga daya adsorpsi maksimum Uji Linearitas Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia sebelum Diaktivasi Data adsorpsi Ion Cr 3+ oleh serbuk kayu albizia yang belum diaktivasi disajikan pada Tabel 4 dan data lengkap disajikan pada Lampiran 6. Tabel 4 Data adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada berbagai konsentrasi [Cr 3+ ] mulamula (ppm) [Cr 3+ ] teradsor psi (ppm) Cr 3+ teradsor psi (g) (x) [Cr 3+ ] setimbang (ppm) (c) x/m Log x/m Log [Cr 3+ ] stimbang c/(x/m) 23, ,5296 1,0765 2,3207 1,0765 0,0320 0,3656 2, , ,6759 1, ,2394 1,1838 0,0733 1, , , ,208 1, ,8512 1,3104 0,1174 1, , , ,3209 1, ,8997 1,6160 0,2085 1, , , ,7686 1, ,995 1,6384 0,2144 1, , ,508 28,7706 1, ,7374 1,4385 0,1579 1, ,6862

73 23 Dari Tabel 4 dapat dilakukan uji pola isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich seperti terlihat pada Gambar 9 dan y = 0,6398x + 1,5685 R 2 = 0,9831 c(x/m) c (konsentrasi Cr 3+ Setimbang) Gambar 9 Kurva linearitas Langmuir: hubungan antara konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap c/(x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi. Berdasarkan kurva linearitas Langmuir seperti pada Gambar 9, adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia memenuhi isoterm adsorpsi Langmuir, oleh karena itu maka, adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia terjadi pada lapisan monolayer. Hal ini ditujukkan oleh harga R 2 pada isoterm adsorpsi Langmuir sebesar 0,9831. Namun, pola jerapan yang terjadi pada serbuk gergaji yang belum diaktivasi nampaknya belum memenuhi isoterm adsorpsi Freundlich dengan nilai R 2 sebesar 0,7557, seperti terlihat pada Gambar 10. Hal ini disebabkan karena interaksi antara ion Cr 3+ dengan serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi tersebut masih didominasi oleh salah satu interaksi yaitu fisik atau interaksi kimia saja. Hal yang sama diperoleh dari penelitian Setiawan (2004) bahwa pola adsorpsi zat warna kationik (methylene blue) oleh serbuk gergaji kayu yang belum diaktivasi (termodifikasi) mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir (R 2 = 0,904) namun pola adsorpsi tersebut tidak memenuhi pola isoterm adsorpsi Freundlich (R 2 = 0,817).

74 24 0,25 0,2 y = 0,1086x - 0,0198 R 2 = 0,7557 Log (x/m) 0,15 0,1 0, ,5 1 1,5 2 2,5 Log [Cr 3+ ] setimbang Gambar 10 Kurva linearitas Freundlich: hubungan antara log [Cr(III)] setimbang terhadap log (x/m) pada adsorpsi ion cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak teraktivasi. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir, selanjutnya dapat dipakai untuk menentukan harga kapasitas adsorpsi maksimum (x/m) mak yaitu berdasarkan nilai dari slope (kemiringan garis) pada persamaan Y = 0,6398X + 1,5685, yaitu 1/(x/m) mak. Dengan mensubstitusi 1/(x/m) mak = 0,6398 maka diperoleh nilai (x/m) mak = 1,56 mg/g. Harga adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi diperoleh sebesar 1,56 mg/g Uji Linearitas Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion Cr 3+ oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Setelah Diaktivasi Aktivasi serbuk gergaji kayu albizia bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi ion Cr 3+. Aktivasi serbuk gergaji kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggantikan sisi-sisi aktif yang terdapat pada selulosa ataupun hemiselulosa dengan gugus yang lebih aktif (kuat) seperti melalui reaksi sulfonasi dan dengan menghilangkan bahan yang mengahalangi kontak adsoben dengan adsorbat. Pada penelitian ini, aktivasi dengan

75 25 menghilangkan materi seperti lemak, lilin atau pengotor lain yang mengahalangi kontak gugus aktif dengan ion Cr 3+ dengan cara mengekstraksi menggunakan campuran pelarut etanol-toluena pada perbandingan volume 1:1. Data adsorpsi Ion Cr 3+ oleh serbuk kayu albizia sesudah diaktivasi menggunakan campuran pelarut etanol-toluena tersebut disajikan pada Tabel 5 dan data lengkap disajikan pada Lampiran 7. Tabel 5 Data adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena(1:1) [Cr 3+ ] mula-mula (ppm) [Cr 3+ ] teradsorp si (ppm) Cr 3+ teradsorpsi (g) (x) [Cr 3+ ] setimbang (ppm) (c) x/m Log x/m Log [Cr 3+ ] setimbang c/(x/m) 23, ,1437 1,1072 1,7066 1,1072 0,0442 0,2321 1, , ,0919 1,4546 8,8234 1,4546 0,1627 0,9456 6, , ,0882 1, ,9710 1,9544 0,2910 1, , , ,4837 1, ,7369 1,9742 0,2954 1, , , ,478 2, ,2856 2,1739 0,3372 1, , ,508 42,4958 2, ,0122 2,1248 0,3273 1, ,3033 Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ion Cr 3+ pada larutan, semakin besar pula ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia. Untuk menentukan pola isoterm adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah teradsorpsi apakah memenuhi pola isoterm adsorpsi Langmuir atau tidak, maka dilakukan uji linieritas dengan membuat kurva hubungan antara konsentrasi Cr 3+ dengan c/(x/m) seperti terlihat pada Gambar 11, sedangkan untuk menentukan pola isoterm adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi apakah memenuhi pola isoterm adsorpsi Freundlich atau tidak, dilakukan uji linieritas Freundlich dengan membuat kurva hubungan antara log konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap log (x/m) seperti terlihat pada Gambar 12.

76 y = 0,4527x + 1,3633 R 2 = 0, c/(x/m) Konsentrasi Cr 3+ setimbang 80 Gambar 11 Kurva linearitas Langmuir: hubungan antara konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap c/(x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi. Berdasarkan Gambar 11 dan 12 nampak bahwa adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia setelah diaktivasi mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun Freundlich dengan nilai R 2 secara berturut-turut sebesar 0,9976 dan 0,9418. Hal ini menunjukkan bahwa adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut etanol-toluena tetap merupakan adsorpsi monolayer. Harga R 2 dari isoterm adsorpsi Freundlich sebesar 0,9418 menunjukkan adsorpsi ion Cr 3+ berlangsung baik secara fisik yaitu melalui pori-pori maupun secara kimia melalui interaksi gugus karbonil (CO) dan hidroksidanya (OH). Gugus-gugus ini dapat mengikat ion Cr 3+ melalui ikatan ionion atau ion-polar (Mamaril, et al., 1997). Hal ini sesuai dengan Suhendrayatna (2001) yang menyatakan bahwa polisakarida memegang peranan yang sangat penting dalam proses biosorpsi ion logam berat, karena terjadinya ikatan kovalen termasuk juga dengan gugus karbonil.

77 27 0,4 0,35 0,3 y = 0,1801x + 0,011 R 2 = 0,9418 Log (x/m) 0,25 0,2 0,15 0,1 0, ,5 1 1,5 Log konsentrasi Cr 3+ setimbang 2 Gambar 11 Kurva linearitas Freundlich: hubungan antara log konsentrasi Cr 3+ setimbang terhadap log (x/m) pada adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi. Serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena dengan perbandingan volume 1:1 menyebabkan harga linearitas isoterm adsorpsi Freundlich meningkat dari 0,7557 menjadi 0,9418. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2004) juga menujukkan bahwa adsorpsi zat warna kationik (methylene blue) dengan serbuk gergaji kayu yang diaktivasi dengan sulfonasi menyebabkan nilai linearitas isoterm adsorpsi Freundlich meningkat dari 0,817 menjadi 0,978. Kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia setelah diaktivasi meningkat dari 1,56 mg/g menjadi 2,21 mg/g. Meningkatnya kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji setelah diaktivasi diakibatkan oleh berkurangnya zat-zat yang dapat mengganggu seperti lilin, lemak dan pengotor lain yang dapat menghalangi kontak antara gugus aktif pada selulosa, hemiselulosa serta lignin dengan ion Cr 3+. Di samping itu adanya pengotor lain yang ada pada pori-pori serbuk gergaji kayu albizia menyebabkan adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia berlangsung tidak maksimal.

78 28 Data ph larutan yang diukur pada saat sebelum dan sesudah adsorpsi berlangsung, baik pada adsorpsi yang menggunakan serbuk gergaji kayu yang diaktivasi maupun yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1) seperti terlihat pada Lampiran 8, menunjukkan bahwa ph larutan secara umum mengalami peningkatan setelah proses adsorpsi berlangsung. Keadaan ini menunjukkan bahwa larutan CrCl 3 setelah mengalami adsorpsi lebih bersifat basa dibandingkan dengan sebelum adsorpsi berlangsung. Hal ini terjadi karena ion Cr 3+ yang menurut prinsip HSAB dari Pearson bersifat asam keras telah diadsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia, sehingga sifat asam pada larutan yang telah teradsorpsi tersebut menjadi berkurang. Dari peningkatan harga ph larutan yang telah diadsorpsi juga mengindikasikan kemungkinan pada proses adsorpsi tidak terjadi reaksi penukar kation antara kation H + pada selulosa dan hemiselulosa yang terdapat pada serbuk gergaji kayu albizia oleh ion Cr 3+ pada larutan CrCl 3. Adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia terjadi melalui ikatan koordinasi antara kation Cr 3+ yang bertindak sebagai ion pusat dan selulosa serta hemiselulosa bertindak sebagai ligan.

79 29 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Waktu optimum yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan campuran etanoltoluena adalah 60 jam. 2. Karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu yang telah diaktivasi mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun isoterm adsorpsi Freundlich. Namun demikian, karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang belum diaktivasi hanya mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir tetapi tidak mengikuti pola isoterm adsorpsi Freundlich. 3. Kapasitas adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi dengan campuran pelarut etanol-toluena meningkat dari 1,56 mg/g menjadi 2,21 mg/g Saran Penelitian ini diharapkan dapat digunakan di industri-industri yang menggunakan zat-zat yang mengandung krom, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah krom. Namun demikian masih perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap usaha meningkatkan kapasitas adsorpsi maksimum dari serbuk gergaji kayu, sehingga memperkaya informasi dalam pemanfaatan potensi serbuk gergaji kayu dalam pemanfaatannya sebagai adsorben dalam menanggulangi pencemaran lingkungan akibat limbah cair.

80 30 DAFTAR PUSTAKA Achmad H Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung, PT Citra Aditya Bakti. Al-Hamdan AZ and Reddy Krishna R Geochemical Reconnaissance of Heavy Metals in Kaolin after Electrokinetic Remediation. Journal of Environmental Science and Health. Part A, 41:17 33 Alumaa P, Stainnes E, Kirso U, Petersell V Heavy Metal Sorption By Different Estonian Soil Types At Low Equilibrium Solution Concentrations. Proc. Estonian Acad. Sci. Chem., 50,(2): Amri A, Supranto M, Fahrurozi Kesetimbangan Adsorpsi Optional Campuran Biner Cd(II) dan Cr(III) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2- merkaptobenzotiazol. Jurnal Natur Indonesia 6(2): Ansari R Application of Polyaniline and its Composites for Adsorption/Recovery of Chromium (VI) from Aqueous Solutions. Acta Chim. Slov. 53: Atkins PW, Shriver DF, and Langford C Inorganic Chemistry. Oxford Uniersity Press. Atkins PW Kimia Fisika. Ed ke-2 Kartahadiprojo Irma I, penerjemah; Indarto Purnomo Wahyu, editor. Jakarta Erlanga. Terjemahan dari: Pysical Chemistry. ATSDR Toxicological Profile for Chromium. Hair Analysis Panel Discussion. Lexington: Juni The Agency for Toxic Subtances and Disease Registry. [30 Des 2002] Azhar SS, Ghaniey Liew A, Suhardy D, Hafiz KF, Irfan Hatim MD Dye Removal from Aqueous Solution by using Adsorption on Treated Sugarcane Bagasse. American Journal of Applied Sciences 2 (11): Baig MA, Mehmood B, and Martin A Removal Of Chromium From Industrial Effluents By Sand Filtration. Elektronic Journal Of Environmental, Agricultural And Food Chemistry, 2 (3): Baroto dan Siradz SA Tarap Pencemaran Dan Kandungan Kromium (Cr) Pada Air Dan Tanah Di Daerah Aliran Sungai Code Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. (2) p:

81 31 Bert AE and Chen KT., 1982, Origin and Nature of Selected Inorganic Constituens in Natural Waters, In Water Analysis Inorganic Species (Minar R A and Krith LH., ed,), Vol. 1, Academic Press, New York. Bhattacharya P, Mukherjee AB, Jacks G, Nordqvist S Metal contamination at a wood preservation site: characterisation and experimental studies on remediation. The Science of the Total Environment 290: Bl!anqueza P, Casasa N, Fontc X, Gabarrella X, Sarr aa M, Caminalb G, Vicenta T Mechanism of textile metal dye biotransformation by Trametes versicolor. Water Research 38: Castellan GW Physical Chemistry. Third Edition. New York: General Graphic Servies Covelo EF at al Heavy metal adsorption and desorption by a Eutric Regosol and a Distric Regosol. Geophysical Research Abstracts, Vol. 8, Fengel D dan Wegener G Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Ed ke-1. Harjono Sastroamidjoyo penerjemah: Soenardi Prawirohatmodjo, penyunting. Gajah mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, reactions. Gupta S dan Babu B Adsorption of Cr(VI) by Low-Cost Adsorbent Prepared Neem Leaves. Di dalam: Babu BV and Ramakrisnha V, editor. Environmental Engineering. Proceeding of National Conference on Environmental Conservation (NCEC-2006). 1-3 sep hlm Igwe JC and Abia AA A Bioseparation Process For Removing Heavy Metals From Waste Water Using Biosorbents. African Journal of Biotechnology Vol. 5 (12), pp Kadirvelu K, Thamaraiselvi K, Narmasivayam C Removal Of Heavy Metals From Industrial Wastewaters By Adsorption Onto Activated Carbon Prepared From An Agricultural Solid Waste. Bioresource Technology 76: Kaim W and Schwederski B Bioinorganic Chemistry: Inorganic Elements in the Chemistry of Life. John Wiley & Sons. Khasani SI Lembar Data Keselamatan Bahan. Vol. IV. Bandung: Pusat Penelitian Kimia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Khopkar SM Konsep Dasar Kimia Analitik. A. Saptorahardjo, Penerjemah. Jakarta UI Press

82 32 Krim L, Sahmoune N, and Goma B Kinetics of Chromium Sorption on Biomass Fungi from Aqueous Solution. American Journal of Environmental Sciences 2 (1): Mahvi AH, Nabizadeh R, Gholami F, and Khairi A Adsorption Of Chromium From Wastewater By Platanus Orientalis Leaves. Iran. J. Environ. Health. Sci. Eng., Vol. 4, No. 3, pp Mamaril JC, Paner ET, Alpante BM Biosorpsi and Desorption of Chromium (III) by Free and Immobilized Rhizobium (BJ Vr 12) cell Biomess. Biodegradation 8: Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor-Indonesia. Masduqi A Penurunan Senyawa Fosfat Dalam Air Limbah Buatan Dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Tanah Haloisit. Majalah IPTEK - Vol. 15, No. 1: hal McKay G, Porter JF and Prasad GR Removal of dye colours from aqeouse solution by adsorption on low-cost materials. Water air and soil pollution. 114 hal Mulyatna L, Hary P, dan Umi KN Pemilihan Persamaan Adsorpsi Kulit Kacang Tanah Terhadap Zat Warna Remazol Golden Yellow 6. INFOMATEK Vol. 5. Nomor 3. hal Nur Hadi et al Simultanius Adsoption of a Mixture of Paraquat and Dye by NaY Zeolite Covered with Alkylsilane. Journal of Hazardous Materials B117: Oscik J & Cooper IL Adsorption. Ellis Horwood Publisher, Ltd. Chichester. Pearson RG Hard and soft acids and bases. J.Am.Soc. 85: Redhana IW Penentuan Isoterm Adsorpsi Amonia dalam Larutan Air oleh Karbon Aktif pada Suhu Kamar. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan) Program Pra-S 2 Kimia Pascasarjana. ITB. Rehman H, Shakirullah M, Ahmad I, Shah S, and Hameedullah Sorption Studies of Nickel Ions onto Sawdust of Dalbergia sissoo. Journal of the Chinese Chemical Society 53, Rios JP, Bess-Oberto L, Tiemann KJ, and Gardea-Torresdey Investigation of Metal Ion Binding by Agricultural by Products. Proceedings of the 1999 Conference on Hazardous Waste Research

83 33 Rivera-Utrilla J, S!anchez-Polo M Adsorption of Cr(III) on ozonised activated carbon.importance of Cp cation interactions. Water Research 37, Rohaeti E Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Logam Berat Krom Limbah Cair Penyamakan Kulit (Studi Kasus Di Kabupaten Bogor). Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sajidu SMI, Henry EMT, Persson I, Masamba WRL, and Kayambazinthu D ph Dependence of Sorption of Cd 2+, Zn 2+, Cu 2+ and Cr 3+ on Crude Water and Sodium Chloride Exstracts of Moringa stenopetala and Moringa oleifera. African journal of Biotechnology Vol.5 (23), pp Senin HB, Subhi O, Rosliza R, Kancono N, Azhar MS, Hasiah S, and Wan Nik WB Role of Sawdust In The Removal of Iron From Aqueous Solution. AJSTD Vol. 23 Issue 3 pp Setiawan HA, Wiloso, EI, Soleha V, Barliati IF, Anggraeni Peningkatan kemampuan Daya serap Sorben Serbuk Gergaji Kayu Albizia dengan Pengsulfonasi dan Pengujiannya dengan Zat Warna Tekstil Kationik, Alcheny Vol.3, Hal Suhendrayatna Bioremoval logam berat dengan menggunakan microorganisme: suatu kajian kepustakaan. Disampaikan pada seminar on-air Bioteknologi untuk Indonesia Abad Februari Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technology Sutrisno T, Eni Suciastuti Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Terada K, Matsumoto K & Kimura H Sorption Of Copper(II) By Some Complexing Agents Loaded On Varioussupport. Anal. Chim. Acta 153: Tutem E, Sozgen K, Babacan E Individual And Simultaneous Determinaton Of Cr 6+ And Mo 6+ In Binery Mixture By Spectrophotometry And First-Derivative Spectrophotometry. Analytical Science. 17: Venkateswarlu P, Venkata Ratman M, Subba Rao D, and Vankateswara Raos M Removal of chromium from an aqueous solution using Azadirachta indica (neem) leaf powder as an adsorbent. International Journal of Physical Sciences Vol. 2 (8), pp Welz B Atomic Absorption Spectrometry. Second Edition.

84 Yantri Ni Ketut Pemanfaatan Jerami Padi (Oryza Sativa) Sebagai Bahan Penyerap Ion Cu 2+, Cd 2+ Dan Pb 2+ Pada Limbah Pencelupan Perusahaan Garmen. Skripsi. PSP Kimia Jurusan MIPA. STKIP Negeri Singaraja. 34

85 35 Lampiran 1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan Cr Perhitungan dan pembuatan larutan Cr ppm Diketahui : konsentrasi larutan 1000 ppm Volume Larutan 1 Liter (Ar Cr = 52; Cl = 35,5 ; H = 1; O = 16; jadi Mr CrCl 3.6H 2 O =266,5) Ditanya : massa CrCl 3.6H 2 O yang ditimbang =...gram Jawab : ppm = 1/10 6 mg/mg = 1 mg/kg Untuk pelarut air (ρ = 1 kg/l) maka 1 mg/l Jadi Cr 3+ dalam larutan (x) dapat dicari dengan membandingkan Massa Cr : massa CrCl 3.6H 2 O 52 : 266,5 X gram : 5,14 gram Jumlah Cr 3+ dalam larutan = (52 x 5,14)/ 266,5 = 1 gram = 1000 mg CrCl 3.6H 2 O ditimbang sebanyak 5,14 gram kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tanda batas batas dan dikocok kemudian disimpan dalam botol. Sehingga dalam 1 liter larutan konsentrasi ion Cr 3+ = 1000 ppm. 2. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 125 ml dengan pipet volumetri berukuran 125 ml, kemudian larutan tersebut dikurangi 5 ml dengan cara memipet dengan pipet Volumetri berukuran 5 ml sehingga larutan sekarang bervolume 120 ml, kemudian larutan tersebut dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter.

86 36 3. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 10 ml dengan pipet volumetri berukuran 100 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter. 4. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 100 ml dengan pipet volumetri berukuran 100 ml, kemudian kemudian larutan tersebut dikurangi 20 ml dengan pipet volumetri 20 ml sehingga volume larutan menjadi 80 ml, kemudian larutan tersebut dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter. 5. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 60 ml dengan pipet volumetri berukuran 60 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter. 6. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 50 ml dengan pipet volumetri berukuran 50 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter. 7. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 250 ml dengan pipet volumetri berukuran 250 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 500 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 500 ml. 8. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 30 ml dengan pipet volumetri berukuran 25 ml dan 5 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter.

87 37 9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter. 10. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 10 ml dengan pipet volumetri berukuran 10 ml, kemudian dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml sampai tepat tanda batas dan dikocok sehingga larutan Cr ppm sebanyak 1 Liter.

88 38 Lampiran 2 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cr 3+.

89 Lampiran 3 Kurva Kondisi Spektrofotometer Serapan Atom (AAS SHIMADZU AA-6300) 39

90 40 Lampiran 4 Data Hasil Pengukuran SSA Terhadap Konsentrasi Awal Larutan Ion Cr 3+ Sebelum Adsorpsi Berlangsung. Tabel Data Konsentrasi Awal Ion Cr 3+ Sebelum Adsorpsi Berlangsung Nomor Konsentrasi ion Cr 3+ (ppm) Konsentrasi ion Cr 3+ yang terukur oleh SSA (ppm) , , , , , ,508

91 41 Lampiran 5 Data Hasil Pengukuran SSA Terhadap Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Pada Konsentrasi Awal 60 ppm Pada Selang Waktu Kontak Yang Berbeda. Tabel Data adsorpsi ion cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu yang diaktivasi pada konsentrasi awal 60 ppm pada selang waktu kontak yang berbeda. Waktu kontak dalam Jam Konsentrasi sisa setelah adsorpsi (ppm) Waktu (jam) ulangan 1 24, , ,1804 Rata-rata 23, , , ,5232 Rata-rata 23, , , ,9003 Rata-rata 22, , , ,4541 Rata-rata 20, , , ,6448 Rata-rata 19, , , ,8386 Rata-rata 19,7238

92 42 Lampiran 5 (lanjutan) Tabel Data adsorpsi ion cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu yang tidak diaktivasi pada konsentrasi awal 60 ppm pada selang waktu kontak yang berbeda. Waktu kontak dalam Jam Konsentrasi sisa setelah adsorpsi (ppm) Waktu (jam) ulangan 1 28, , ,0552 Rata-rata 28, , , ,0167 Rata-rata 25, , , ,2182 Rata-rata 24, , , ,9741 Rata-rata 22, , , ,8366 Rata-rata 21, , , ,4659 Rata-rata 22,2366

93 43 Lampiran 6 Perhitungan Konsentrasi Ion Cr 3+ yang Teradsorpsi oleh Serbuk Gergaji kayu Albizia dengan konsentrasi awal 60 ppm pada Berbagai Waktu Kontak. 1. Perhitungan ion Cr 3+ yang teradsorpsi pada konsentrasi awal 59, 0592 ppm Diketahui : [Cr 3+ ] mula-mula = 59,0592 ppm [Cr 3+ ] Setimbang = 23,7595 Ditanya : [Cr 3+ ] teradsorpsi =...ppm Jawab : [Cr 3+ ] teradsorpsi = [Cr 3+ ] mula-mula -[Cr 3+ ] setimbang = 59,0592 ppm 23,7595 ppm = 35,2997 ppm 2. Dengan menggunakan rumus yang sama, konsentrasi ion Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia pada masing-masing waktu kontak disajikan pada tabel dibawah. Tabel Data konsentrasi cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi pada berbagai waktu kontak Waktu kontak (Jam) Konsentrasi Cr 3+ sebelum Adsorpsi Berlangsung (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Setimbang Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu Albizia Yang Diaktivasi (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Yang teradsorpsi Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu Albizia Yang Diaktivasi (ppm) 12 59, , , , , , , , , , , , , , , , , ,3354

94 44 Lampiran 6 (lanjutan) Tabel Data konsentrasi cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada berbagai waktu kontak Waktu kontak (Jam) Konsentrasi Cr 3+ sebelum Adsorpsi Berlangsung (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Setimbang Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu Albizia Yang tidak Diaktivasi (ppm) Konsentrasi [Cr 3+ ] Yang teradsorpsi Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu Albizia Yang tidak Diaktivasi (ppm) 12 59, , , , , , , , , , , , , , , , , ,8226

95 45 Lampiran 7 Data Hasil Pengukuran SSA Terhadap Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu dengan Berbagai Konsentrasi Pada Waktu Kontak 60 Jam Tabel Konsentrasi ion Cr 3+ sesudah diadsorpi oleh 1 gram serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi pada masing-masing konsentrasi Konsentrasi Awal Sebelum Konsentrasi sisa setelah adsorpsi (ppm) Adsorpsi (ppm) ulangan 1 2, , ,3148 Rata-rata 2, , , ,7569 Rata-rata 14, , , ,1602 Rata-rata 32, , , ,0413 Rata-rata 42, , , ,0050 Rata-rata 75, , , ,8820 Rata-rata 88,7374

96 46 Lampiran 7 (lanjutan) Tabel Konsentrasi ion Cr 3+ sesudah diadsorpi oleh 1 gram serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi pada masing-masing konsentrasi Konsentrasi Awal Sebelum Konsentrasi Sisa Setelah Adsorpsi (ppm) Adsorpsi (ppm) ulangan , ,7734 Rata-rata 1, , , ,6400 Rata-rata 8, , , ,6873 Rata-rata 24, , , ,5131 Rata-rata 35, , , ,6775 Rata-rata 65, , , ,5115 Rata-rata 75,6122

97 47 Lampiran 8 Data Hasil Pengukuran ph Larutan Sebelum dan Sesudah Diadsorpsi oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Menggunakan ph Meter. Tabel ph larutan CrCl 3 sebelum dan sesudah adsorpsi menggunakan serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi Konsentrasi Awal Ion Cr 3+ (ppm) ph Sebelum Adsorpsi ph Setelah Adsorpsi (waktu kontak 60 Jam) 20 3,70 5, ,59 4, ,56 4, ,46 3, ,40 3, ,32 3,95 Tabel ph larutan CrCl 3 sebelum dan sesudah adsorpsi menggunakan serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi Konsentrasi Awal Ion Cr 3+ (ppm) ph Sebelum Adsorpsi ph Setelah Adsorpsi (waktu kontak 60 Jam) 20 3,70 5, ,59 4, ,56 4, ,46 3, ,40 3, ,32 3,66

98 48 Lampiran 9 Foto serbuk gergaji kayu albizia Lampiran 10 Foto Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia

99 49 Lampiran 11 Foto Seperangkat Alat AAS Lampiran 12 Foto Seperangkat Alat ph meter

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat I NYOMAN SUKARTA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Kimia Kayu Kayu sebagian besar tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, dan O. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO 2 dan dari tanah berupa 2 O. Namun,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Kimia Kayu Kayu sebagian besar tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, dan O. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO 2 dan dari tanah berupa 2 O. Namun,

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang industri saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI Cu 2+ OLEH KULIT KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) DARI LIMBAH PEMBUATAN TEMPE

PENURUNAN KONSENTRASI Cu 2+ OLEH KULIT KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) DARI LIMBAH PEMBUATAN TEMPE PENURUNAN KONSENTRASI Cu 2+ OLEH KULIT KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) DARI LIMBAH PEMBUATAN TEMPE I Nyoman Sukarta Jurusan Analis Kimia, FMIPA Univeritas Pendidikan Ganesha Email: inyomansukarta@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan 35 Lampiran 1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan Cr 3+ 1. Perhitungan dan pembuatan larutan Cr 3+ 1000 ppm Diketahui : konsentrasi larutan 1000 ppm Volume Larutan 1 Liter (Ar Cr = 52; Cl = 35,5 ; H = 1;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya peningkatan jumlah limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka berkembang pula dengan pesat bidang industri yang berdampak positif guna untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Kandungan CO 2 Sebelum dan Sesudah Pemurnian Perbedaan Kandungan CO 2 melalui Indikator Warna Pengambilan contoh biogas yang dianalisis secara kuantitatif sehingga didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten) Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari senyawa krom nitrat (Cr(NO 3 ) 3. 9H 2 O) yang dilarutkan dalam aquades. Pada proses pengontakan

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 EKSTRAKSI LOGAM KROMIUM (Cr) DAN TEMBAGA (Cu) PADA BATUAN ULTRABASA DARI DESA PUNCAK MONAPA KECAMATAN LASUSUA KOLAKA UTARA MENGGUNAKAN LIGAN POLIEUGENOL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Logam berat merupakan salah satu pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, sebab toksisitasnya dapat mengancam kehidupan mahluk hidup. Salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat ABSTRAK Kulit kacang tanah digunakan sebagai adsorben untuk menyerap ion fosfat dalam larutan. Sebelum digunakan sebagai adsorben, kulit kacang tanah dicuci, dikeringkan, dihaluskan menggunakan blender

Lebih terperinci

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal 66 Adsorption Capacity of Activated Carbon from Cassava Peel Toward Lead Ion Diana Eka Pratiwi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya

Lebih terperinci

ADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI

ADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI ADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI Oleh : I Made Dupi Andika 1108105003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tomat merupakan buah dengan panen yang melimpah, murah, tetapi mudah busuk dan menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Pemerintah daerah telah membuat kebijakan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kebanyakan industriindustri

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 i ANALISIS KADAR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DENGAN EKSTRAKSI PELARUT ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) MENGGUNAKAN ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) DI SUNGAI DONAN (CILACAP) PADA JARAK 2 KM SESUDAH PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL [Activation Study of Tamarind Seeds Activated Carbon (Tamarindus indica

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan kecenderungan yang mengarah pada green science, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan yang membantu pelestarian

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Rivaldo Herianto*, M. Arsyik Kurniawan S a Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Perolehan Organicremoval Hasil pembuatan organicremoval dari kulit singkong dan kulit kacang tanah dari 100 gram kulit mentah diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) 1. Preparasi Adsorben Raw Sludge Powder (RSP) Mempersiapkan lumpur PDAM Membilas lumpur menggunakan air bersih

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLUTAN LOGAM BERAT Pencemaran lingkungan dengan zat beracun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan industri [8]. Aktivitas berbagai

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

MODIFIKASI TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) SARI SULISTYAWATI

MODIFIKASI TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) SARI SULISTYAWATI MODIFIKASI TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) SARI SULISTYAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK SARI SULISTYAWATI.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Ion Cr(VI) terhadap Daya Adsorpsi Karbon Aktif Tongkol Jagung (Zea mays)

Pengaruh Konsentrasi Ion Cr(VI) terhadap Daya Adsorpsi Karbon Aktif Tongkol Jagung (Zea mays) 14 Pengaruh Konsentrasi Ion Cr(VI) terhadap Daya Adsorpsi Karbon Aktif Tongkol Jagung (Zea mays) The Influence Of Cr(VI) Ion Concentration To Adsorp tion Capacity Of Activated Carbon Stem Of Ear Of Corn

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5 Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup, semuanya bergantung pada air untuk atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari, oleh karena itu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II) J. Sains Dasar 2014 3 (2) 169-173 Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II) [Cellulose production from modified cassava

Lebih terperinci

PENJERAPAN ION TIMBAL OLEH TANAH GAMBUT SECARA DINAMIS

PENJERAPAN ION TIMBAL OLEH TANAH GAMBUT SECARA DINAMIS PENJERAPAN ION TIMBAL OLEH TANAH GAMBUT SECARA DINAMIS Silvia Reni Yenti, Zultiniar Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Riau, Pekanbaru Abstraks Kemajuan industri merupakan suatu masalah

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer) ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer) ADSORPTION OF Pb 2+ BY SIWALAN FIBER (Borassus flabellifer) ACTIVATED CARBON Esty Rahmawati * dan Leny Yuanita Jurusan Kimia FMIPA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi kinetika adsorpsi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia industri selain kondisi kesetimbangan (isoterm adsorpsi) dari proses adsorpsi. Kinetika

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa 36 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 10 No.2, 2016, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci