Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Debu Debu (partikel) dalam udara dapat bersumber peristiwa alamiah ataupun kegiatan manusia dalam mengembangkan teknologi, terutama di bidang industri. Partikel yang mencemari udara terdiri atas berbagai macam tergantung pada jenis dan kegiatan industri serta teknologi yang ada. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia sehingga dapat sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis (Olishifski dan McElroy, 1971). Menurut Yunus (1997), dalam dosis besar semua debu bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi tubuh walaupun ringan. Reaksi itu berupa produksi lendir secara berlebihan dan bila terus berlangsung dapat terjadi hiperplasi kelenjar mukus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan terbentuknya jaringan ikat retikulin. Penyakit paru ini disebut pneumoconiosis nonkolagen. Sedangkan debu fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk jaringan parut (fibrosis). Penyakit ini disebut pneumoconiosis kolagen. Termasuk jenis ini adalah debu silika bebas (SiO 2 ), batubara, dan asbes. Debu yang masuk ke dalam saluran napas, menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi jika kadar debu melebihi nilai ambang batas (Pudjiastuti, 2002) Penyakit Akibat Debu Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru-paru. Debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis bersama silika bebas merangsang terbentuknya 5

2 makrofag baru, sehingga makrofag tersebut memfagositosis silika bebas kemudian terjadi autolisis kembali. Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan interstisial (Yunus, 1997). Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Pneumoconiosis terdiri atas beberapa jenis, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa contoh pneumoconiosis antara lain: a. Silicosis Silicosis disebabkan oleh debu silika bebas, berupa SiO 2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO 2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama-sama dengan partikel lainnya, seperti oksida besi dan karbon dalam bentuk abu. Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak sehingga gejala penyakit silicosis akan segera tampak. Silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk tidak berdahak. Pada silicosis tingkat sedang, perubahan struktur paru-paru mudah sekali terlihat dengan pemeriksaan foto toraks. Silicosis tingkat berat ditandai dengan sesak nafas kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung. Dari semua pneumoconiosis, silicosis merupakan penyakit yang terparah. Hal ini disebabkan silicosis bersifat progresif, artinya jika pajanan dihentikan maka pneumoconiosis tetap akan berlanjut (Yunus, 1997). 6

3 b. Asbestosis Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium Silikat. Asbes dapat menyebabkan tumor pada pleura yang disebut mesotelioma. Mesotelioma bersifat ganas, tidak dapat disembuhkan dan biasanya terjadi setelah pemaparan selama tahun (Medicastore, 2004). Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. c. Bissynosis Bissynosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas. Dalam konsentrasi kecil bissynosis adalah reversibel. d. Anthracosis Anthracosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu karbon (anthracit). Anthracit bersifat inert dengan kata lain hampir tidak bereaksi dengan paru-paru (Antaruddin, 2003). Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pemasok batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat listrik tenaga uap berbahan bakar batubara Silika Silika adalah salah satu komponen alamiah penyusun batuan di bumi serta merupakan komponen utama pasir dan granit. Silika merupakan senyawa kimia silikon dioksida (SiO 2 ) yang dapat ditemukan dalam bentuk kristalin atau nonkristalin (amorph). Kristalin silika terdiri atas banyak bentuk, namun bentuk yang utama adalah quartz, cristobalite, dan tridymite sedangkan struktur amorph 7

4 ditemukan dalam bentuk opal, flint, kaca silica, diatomaceous earth dan vitreous silica (NIOSH, 2002). Quartz dapat ditemukan dalam 2 sub-polymorph yaitu α-quartz dan β-quartz atau low quartz dan high quartz. Berdasarkan kedua bentuk tersebut α-quartz yang paling sering ditemukan, sedangkan β-quartz hanya ditemukan stabil pada temperatur 570 o C. Jika terjadi pendinginan β-quartz akan berubah menjadi α - quartz. Pajanan quartz yang paling ekstrim dalam bentuk debu respirabel dihasilkan dari proses penghalusan, sandblasting, dan proses pencampuran. Aktivitas seperti penempaan, pemotongan, pencampuran, pengeboran logam dan batuan selalu dihubungkan dengan paparan terhadap debu silika. Kandungan quartz sangat bervariasi tergantung dari tipe batuan, sebagai contoh granite dapat mengandung 10-40% quartz dan sand stones dapat kurang lebih 70% quartz. Cristobalite dan tridymite ditemukan dalam batuan dan tanah yang dihasilkan dari proses alam dan industri yang melakukan pemanasan terhadap silika amorph dengan temperatur lebih dari 1000 o C (NIOSH, 2002). Kristalin silika dapat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi dan dapat menyebabkan fibrosis paru-paru. Sampel udara dikumpulkan melalui alat yang disebut personal sampling pump yang dipasang di zona pernapasan untuk memastikan bahwa pajanan terhadap silika masih di bawah nilai ambang batas (NAB). NAB silika sangat tergantung dari jumlah persentase silika bebas di udara. NAB debu respirabel yang mengandung silika dinyatakan dalam millions of particles per cubic foot of air atau dikenal dengan mppcf. Standar ini diterapkan dalam industri konstruksi dengan metode sampling impinger sebagai alat sampling. NAB dinyatakan dalam Persamaan 2.1 (Soemirat, 2006): C (mppcf) = % Silika bebas dalam debu (2.1) Bagaimanapun penerapan impinger sebagai alat sampling dengan cara menghitung partikel debu cukup rumit, sehingga pada umumnya berbagai industri 8

5 lebih memilih metode sampling gravimetrik (Graham, 2007). Metode sampling secara gravimetrik dapat digunakan untuk berbagai industri termasuk industri konstruksi. Berbagai penelitian telah dilakukan dan hasilnya menyatakan bahwa rumus penghitungan NAB untuk kedua metode ini sebanding (Sheehy, 2006). NAB atau PEL (Permissible Exposure Limit) silika untuk berbagai industri diukur dalam satuan miligram per meter kubik (mg/m 3 ) dinyatakan dengan Persamaan 2.2 (NIOSH, 2002). Respirable PEL (mg/m 3 ) = % SiO 2 (2.2) Analisis Debu Silika Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menganalisis suatu sampel yang mengandung silika. Namun demikian, yang paling banyak digunakan adalah metode X-ray Diffraction Spectrometry (XRD), Infrared Spectrometry (IR), dan Colorimetric Spectrofotometry. XRD dan IR merupakan teknik yang paling sering digunakan mengalisis silika, namun akurasi teknik ini rendah, terutama jika jumlah sampel yang sedikit (NIOSH, 2002) X-ray Diffraction Spectrometry (XRD) Sekitar 95% semua material padat didapatkan dalam struktur kristalin. Ketika X- ray mengenai substansi kristalin, maka setiap kristalin tersebut akan memiliki pola difraksi. Pada tahun 1919 A. W. Hull membuat paper berjudul " A New Method of Chemical Analysis". Pada makalah ini dia menuliskan bahwa "...setiap substansi kristalin akan membentuk pola; substansi yang sama selalu memberikan pola difraksi yang sama; dan di dalam campuran dari banyak substansi, setiap substansi akan menghasilkan pola yang berbeda dengan substansi lainnya" (Scintag, 1999). Ketika X-ray mengenai sebuah atom, elektron yang ada di sekitar atom mulai bergetar sesuai dengan frekuensi sinar yang datang. Dalam hampir semua arah akan didapatkan pencampuran tidak teratur yang merupakan gelombang campuran keluar fase dan tidak ada energi resultan yang meninggalkan sampel padat. Atom 9

6 yang ada di dalam kristal diubah menjadi pola yang teratur, dan dalam beberapa arah akan didapatkan pencampuran yang teratur. Gelombang tersebut akan berada dalam fasenya sehingga dapat diartikan X-ray akan meninggalkan sampel ke arah yang berbeda. Setelah itu sinar yang terdifraksi dapat dideskripsikan sebagai sinar yang merupakan campuran dari sejumlah besar sinar yang terpisah dan saling menguatkan satu sama lain (Scintag, 1999). Pola difraksi X-ray dari suatu substansi memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat diartikan sebagai "sidik jari" dari substansi tersebut. XRD biasa digunakan untuk memisahkan struktur single crystal dan polycrystalline dalam suatu sampel padat sehingga dapat digunakan untuk mengkarakterisasi campuran material padat, contohnya quartz (SiO 2 ) dan asbes (Scintag, 1999). XRD adalah suatu metode untuk mengetahui kandungan kristalin silika. XRD mampu membedakan 3 bentuk utama senyawa kristalin silika (quartz, cristobalite, dan tridymite) dan secara simultan dapat menganalisis struktur polymorph dalam suatu sampel (NIOSH, 2002) Infrared Spectrometry (IR) Teknik lain yang digunakan dalam menganalisis kristalin silika adalah IRspectrometry (NIOSH, 2002). Walaupun metode ini tidak mampu untuk membedakan macam-macam bentuk dari kristalin silika (Sheehy, 2006). Teknik ini lebih murah dan cukup baik dalam mengukur kristalin silika. Teknik ini lebih murah dibandingkan XRD dan cukup baik dalam mengukur quartz dalam suatu sampel. Sampel yang mengandung silikat (seperti kaolinite) dan silika amorph dapat menyebabkan gangguan dalam analisis Colorimetric Spectrofotometry Teknik ini digunakan sebagai alternatif untuk mengetahui kandungan silika dalam suatu sampel. Teknik ini merupakan teknik yang paling murah dibandingkan dengan XRD dan IR. Metode colorimetric spectrofotometry tidak dapat 10

7 membedakan antara silika dan silikat, hal ini dikarenakan pengukuran hanya berdasarkan kandungan silikon (NIOSH, 2002). 2.2 Sistem Pernapasan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta mengh embuskan udara yang banyak mengandung CO 2 sebagai sisa oksidasi ke luar tubuh. Secara garis besar sistem pernapasan terdiri dari paru-paru dan susunan saluran yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, faring, laring, trakea dan bronkus (Gambar 2.1). Gambar 2.1 Sistem Pernapasan Manusia Alat Pernapasan Macam-macam alat pernapasan antara lain (BSW, 2000) : a. Hidung Hidung merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh septum nasal. Di dalamnya terdapat rambut-rambut untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis 11

8 inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk menghangatkan udara. b. Faring Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Faring terletak di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. c. Laring Laring merupakan saluran yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. d. Trakea Trakea merupakan saluran lanjutan dari laring yang dibentuk oleh cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. e. Bronkus Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus sedangkan pada ujung bronkus terdapat gelembung paru yang disebut alveoli. 12

9 f. Paru-paru Paru-paru merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembunggelembung alveoli. Pada tempat ini terjadi pertukaran gas antara O 2 dan CO Volume Paru-Paru Pertukaran gas akan berbeda pada keadaan atau kondisi kerja fisik yang berbeda, maka pengembangan volume alveoli berbeda dikenal berbagai volume paru-paru. Pengetahuan tentang berbagai volume paru-paru digunakan untuk evaluasi fungsi paru-paru pada berbagai kondisi kesehatan (Setiadji et al., 1981). Volume paruparu dibagi menjadi beberapa macam antara lain (Gambar 2.2): Tidal Volume (TV) adalah volume udara yang masuk dan keluar selama pernapasan normal. Volume tidal volume kurang lebih 500 ml. Expiratory Reserve Volume (ERV) adalah volume cadangan udara yang dikeluarkan setelah tidal volume. Volume ERV kurang lebih 1000 ml. Inspiratory Reserve Volume (IRV) adalah volume udara yang dapat diinspirasi secara penuh setelah tidal volume. Volume IRV kurang lebih 3000 ml. Residual Volume (RV) adalah volume udara yang tersisa di paru-paru setelah ekspirasi maksimal. Udara di dalam paru-paru jumlahnya tidak pernah kosong. Volume RV kurang lebih 1500 ml. Vital Capacity (VC) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan oleh seseorang setelah menghirup udara secara maksimal. Volumenya sekitar 4500 ml atau sama dengan penjumlahan antara ERV + TV + IRV. Total Lung Capacity (TLC) adalah volume total udara yang dapat tertahan di paru-paru. Nilainya kurang lebih 6000 ml atau setara dengan penjumlahan RV + VC. 13

10 Gambar 2.2 Volume Udara Paru-paru (Ruppel, 2008) Uji Fungsi Paru-Paru Uji fungsi paru-paru atau dikenal sebagai pulmonary function tests (PFTs) digunakan untuk mengevaluasi kinerja paru-paru. Uji ini digunakan untuk mengetahui volume udara yang dapat tertahan di paru-paru, kecepatan udara pada saat respirasi, serta mengukur kinerja paru-paru dalam menyerap O 2 dan mengeluarkan CO 2 dalam darah. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kelainan paru-paru, mengukur tingkat keparahan penyakit paru-paru serta mengukur efektifitas perawatan terhadap paru-paru yang rusak (Spirexpert, 2007). Spirometri adalah salah satu teknik uji paru-paru. Teknik ini dapat mengukur kecepatan dan volume udara pada saat respirasi dengan cara bernapas melalui corong (mouthpiece) yang dihubungkan dengan alat yang disebut spirometer. Spirometer adalah suatu alat untuk mengukur volume udara yang masuk dan keluar paru-paru sehingga dapat digunakan untuk menilai fungsi paru-paru. Informasi yang diperoleh dari spirometer dapat berupa grafik yang disebut spirogram. Beberapa nilai fungsi paru-paru yang dapat diukur dengan spirometer dapat dilihat pada Tabel

11 Tabel 2.1 Nilai Fungsi Paru-Paru yang dapat Diukur dengan Spirometer (Dirgawati, 2007) Singkatan Nama Deskripsi FVC FEV 1.0 FEV 1.0 / FVC PEF FEF 25-75% atau 25-50% FIF 25-75% atau 25-50% FET TV Forced Vital Capacity Forced Expiratory Volume in 1 Second FEV1% Peak Expiratory Flow Forced Expiratory Flow 25-75% atau 25-50% Forced Inspiratory Flow 25%-75% atau 25%-50% Forced Expiratory Time Tidal Volume FVC adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan setelah inspirasi penuh, dinyatakan dalam liter. FEV 1.0 adalah jumlah udara yang dihembuskan selama 1 detik pertama, dinyatakan dalam liter. FEV 1.0 merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan fungsi paru-paru. FEV 1.0 / FVC merupakan perbandingan antara FEV 1.0 dengan FVC. Pada orang dewasa sehat nilai ini berkisar antara 75-80%. PEF merupakan kecepatan aliran udara paru-paru pada saat mulai ekspirasi, dinyatakan dalam liter per detik. FEF 25-75% atau 25-50% merupakan nilai rata-rata kecepatan aliran udara yang keluar dari paru-paru selama pertengahan ekspirasi (kadang-kadang disebut sebagai MMEF, atau maximal mid-expiratory flow). FIF 25-75% atau 25-50% memiliki arti sama dengan FEF 25-75% atau 25-50% namun pengukuran dilakukan selama inspirasi. FET mengukur lamanya ekspirasi dalam satuan detik. TV menyatakan volume udara yang diinspirasi dan diekspirasikan pada saat respirasi secara normal. 15

12 Tabel 2.1 (lanjutan) Singkatan Nama Deskripsi Maximum MVV merupakan jumlah udara maksimal MVV Voluntary yang dapat diinspirasi dan di ekspirasi Ventilation dalam 1 menit, dinyatakan dalam liter / menit Metode Pemilihan Uji Fungsi Paru-Paru Terdapat kriteria untuk memilih jenis tes untuk uji faal paru-paru, yaitu sebagai berikut (Pringadi, 1992): a. Acceptability Jenis tes sebaiknya mudah diterima, aman, dan tidak memerlukan penjelasan yang rumit kepada subjek yang diteliti. b. Objectivity Sedapat mungkin jenis tes tidak dipengaruhi oleh usaha subjek. c. Discrimination Memiliki kepekaan yang tinggi serta mudah membedakan antara subjek normal dan bukan normal. d. Repeatability Hasil tes sebaiknya memperlihatkan variasi yang kecil antara beberapa kali pengukuran pada subjek yang sama. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa FEV 1.0 merupakan volume yang dihembuskan selama 1 detik pertama (Gambar 2.3). Gambar 2.3 Volume yang Dihembuskan Selama 1 Detik Pertama (Spirexpert, 2007) 16

13 Dalam penelitian ini digunakan FEV 1.0 sebagai parameter fungsi paru-paru karena parameter ini tidak terpengaruh oleh usaha seseorang dan relatif tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat pengukuran (Tabel 2.2). Selain itu FEV 1.0 merupakan pemeriksaan yang sederhana, akurat, dan paling sering dilakukan (Yunus, 1993). Tabel 2.2. Uji Fungsi Paru-Paru dan Kriteria yang Dipenuhinya (Pringadi, 1992) UJI FUNGSI Kriteria PARU-PARU a b c d Komentar Maximum Secara praktis diganti Voluntary Volume dengan FEV 1.0 Forced Expiratory Volume One Second (FEV 1.0 ) Forced Vital Capacity FEV% atau (FEV 1.0 /FVC) x100% Forced Expiratory Flow (FEF) Peak Expiratory Flow (PEV) Tidak tergantung usaha seseorang, sangat baik untuk pemeriksaan rutin. Pengukuran lebih mendekati atau sama dengan volume paruparu vital daripada kapasitas ventilasi. Digunakan untuk membedakan jenis penyakit paru-paru (restriktif atau obstruktif), daripada digunakan untuk mengukur kapasitas ventilasi. Baik untuk penyakit obstruktif bagian atas Penilaian : (-) : Buruk Kriteria : a. Acceptability (+) : Sedang b. Objectivity (++) : Baik c. Discrimination d. Repeatability Pengukuran FEV 1.0 dengan Spirometer Hasil spirometri dinyatakan sebagai volume udara (FEV 1.0 ) pada suhu dan tekanan udara di ruang pemeriksaan atau pada keadaan Ambient Temperature, Pressure, Saturated (ATPS). Nilai tersebut perlu dikonversi ke Body Temperature, 17

14 Pressured, Saturated (BTPS) karena ingin diketahui volume udara pada temperatur (T) dan tekanan udara (P) dalam tubuh. Hubungan antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Spirexpert, 2007): V = nrt / P (2.3) dimana: n = Jumlah molekul R = Konstanta gas ideal T = Suhu ( o Kelvin) P = Tekanan (mmhg) V = Volume (liter) Udara ekspirasi terdiri atas gas CO 2 dan uap air. Campuran uap air dan gas pada keadaan jenuh akan bervariasi sesuai dengan temperatur dan tekanan (Spirexpert, 2007), maka pada spirometri, volume gas yang didapat adalah volume pada T dan P ruangan, perlu dicatat juga temperatur tubuh, dan tekanan barometrik pada saat pengukuran. Hal ini sesuai dengan persamaan yang digunakan untuk mengkonversi nilai ATPS ke dalam BTPS (Dirgawati, 2007), yaitu: P 1 V 1 P 2 V 2 = T 1 T 2 (2.4) dimana, (1) = Kondisi ATPS P 1 = Tekanan barometrik - Tekanan uap air pada temperatur ambien (mmhg) (Tekanan barometrik) - (Tekanan uap air pada Tabel 2.3) V 1 = Volume gas yang tercatat pada spirometer (L) T 1 = Temperatur ruangan saat pengukuran ( o K) (2) = Kondisi BTPS P 2 = Tekanan barometrik - Tekanan uap air pada temperatur tubuh (mmhg) (Tekanan barometrik) - (Tekanan uap air pada Tabel 2.3) V 2 = Volume gas pada kondisi BTPS (L) T 2 = Temperatur tubuh ( o K) 18

15 Tabel 2.3 Tekanan Uap Air pada Berbagai Temperatur (Lawrence, 1987) Temperatur ( o C) Tekanan Uap Air (mmhg) Temperatur ( o C) Tekanan Uap Air (mmhg) 20 17, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,82 Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran spirometer, antara lain (Pringadi, 1992): 1. Usia Setelah seseorang berusia lebih dari 12 tahun, terjadi peningkatan pada pengukuran spirometer yang berkorelasi dengan usia dan tinggi, hingga usia 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria. Setelah seseorang melebihi usia tersebut maka akan terjadi penurunan hasil pengukuran spirometer seiring dengan pertambahan usia. 2. Tinggi Badan Semakin tinggi tubuh seseorang maka nilai hasil pengukuran spirometer akan semakin tinggi. 3. Berat badan Hasil spirometer menunjukkan korelasi positif dengan berat badan. 4. Posisi tubuh Posisi tubuh pada saat melakukan spirometri akan mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran yang dilakukan dengan posisi berdiri akan berbeda dengan posisi duduk atau terlentang. 19

16 5. Kekuatan Otot Kekuatan otot merupakan faktor penting setelah tinggi badan, baik pada laki-laki maupun wanita. 6. Ras Orang berkulit hitam dari Afrika memiliki volume paru-paru yang lebih rendah dibandingkan orang berkulit putih dari Eropa. Orang India, Pakistan, Asia, Kepulauan Pasifik dan Indian dari Amerika Utara pada umumnya berada di antara orang kulit hitam dan kulit putih. 7. Jenis kelamin. Wanita memiliki nilai spirometri yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Pada wanita FEV 1.0 dan FVC menurun lebih awal (20 tahun) dibandingkan dengan pria yang mulai menurun pada usia 25 tahun. Perbedaan ini ada hubungannya dengan perbedaan keadaan fisiologis dan anatomis. 8. Tempat Ketinggian tempat pada saat pengukuran dapat mempengaruhi hasil pengukuran dengan spirometer. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tekanan udara antara dataran tinggi dengan dataran rendah. 9. Merokok Kebiasaan merokok akan menurunkan FEV 1.0 seseorang (Antaruddin, 2003). 2.3 Mekanisme Masuknya Debu ke dalam Paru-Paru Debu yang terdapat di dalam lingkungan kerja terbagi dua yaitu deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, sedangkan yang berukuran antara 3-5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan 20

17 tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli karena mudah keluar masuk alveoli mengikuti gerak Brown (Yunus, 1997). Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1000 partikel per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru-paru (Yunus, 1997). Deposisi partikulat di dalam sistem pernapasan dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Deposisi Partikel Debu dalam Berbagai Ukuran pada Sistem Pernapasan (American Lung Association, 2007) Menurut (Dirgawati, 2007), terdapat 3 faktor yang mempengaruhi masuknya debu ke dalam paru-paru, yaitu: 1. Pengaruh Inersia Debu Sendiri Inersia dari debu akan menimbulkan kelembaban bagi debu itu sendiri, di mana sewaktu bergerak akan melalui belokan-belokan dan akan terdorong oleh aliran udara masuk (impinged) ke dalam paru-paru. 2. Pengaruh Sedimentasi Pengaruh sedimentasi terutama terjadi pada bronkus dan bronkiolus, karena di tempat tersebut kecepatan udara sangat berkurang, kira-kira 21

18 hanya 1 cm/detik sehingga gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel debu dan mengendapkannya. 3. Gerak Brown Gerak Brown berpengaruh pada debu yang berukuran kurang dari 1 mikron. Partikel tersebut sampai di permukaan alveoli melalui gerakan udara. 2.4 Analisis Risiko Kesehatan Analisis risiko adalah suatu metode untuk menilai dan melakukan prediksi apa yang akan terjadi akibat adanya pajanan atau pencemaran, terhadap zat berbahaya di masa yang akan datang. Metode ini digunakan untuk menilai faktor bahaya yang paling berpengaruh buruk terhadap kesehatan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terhadap menurunnya tingkat kesehatan seseorang akibat faktor bahaya tersebut. Analisis risiko kesehatan terdiri atas beberapa tahap, yaitu: Identifikasi Bahaya, Evaluasi Pajanan, Evaluasi Dosis-Respon dan Karakterisasi Risiko (Gambar 2.5): Identifikasi Bahaya Evaluasi Pajanan Evaluasi Dosis-Respon Karakterisasi Risiko Kebijakan Perbaikan Gambar 2.5 Tahapan dalam Analisis Risiko Kesehatan (Soemirat, 2000) Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah proses untuk memperoleh data mengenai masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat adanya suatu bahan dengan cara mempelajari efeknya terhadap manusia ataupun hewan percobaan. Salah satu langkah penting 22

19 dalam identifikasi bahaya adalah memilih metode yang tepat sehingga mendapatkan data akurat mengenai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (CEPA, 2001). Data penelitian terhadap manusia merupakan data yang sangat baik dalam mengevaluasi risiko kesehatan manusia yang dikaitkan dengan pajanan terhadap suatu zat. Salah satu kelemahan dalam melakukan penelitian di tempat kerja adalah pengukuran hanya dilakukan terhadap pekerja dewasa sehingga populasi sensitif seperti anak-anak dan manula tidak terukur. Analisis risiko kesehatan terhadap pekerja dewasa seringkali mendapatkan hambatan berupa ketidakpastian data seperti jumlah dan durasi pajanan, pola hidup meliputi kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol. Untuk menghindari ketidakpastian tersebut, maka sebelum mengidentifikasi bahaya, dilakukan pemilihan terhadap responden yang memiliki karakteristik yang serupa Evaluasi Pajanan Evaluasi pajanan adalah proses untuk memperoleh frekuensi, durasi dan pola pajanan suatu zat terhadap manusia. Dalam menganalisis risiko kesehatan, diperlukan asumsi untuk memperkirakan pajanan suatu bahan kimia terhadap tubuh. Contohnya dalam menganalisa efek polusi udara terhadap kesehatan, diperlukan asumsi berapa lama seseorang menghabiskan waktu di luar ruangan sehingga mereka terpajan polutan atau berapa lama mereka menghabiskan waktu di tempat dengan kadar polutan yang tinggi Evaluasi Dosis-Respon Evaluasi dosis-respon dilakukan untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh selama identifikasi bahaya sehingga dapat diperkirakan jumlah zat yang masuk ke dalam tubuh dan mempengaruhi kesehatan seseorang. Evaluasi dosis-respon dilakukan untuk melihat hubungan yang konsisten antara jumlah zat yang masuk (dosis) dengan respon berupa efek kesehatan (Soemirat, 2000). 23

20 2.4.4 Karakterisasi Risiko Karakterisasi risiko dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari ketiga langkah sebelumnya yaitu identifikasi bahaya, penilaian pajanan, dan penilaian dosis-respon sehingga dapat diperkirakan efek suatu zat terhadap kondisi kesehatan. Dalam mengkarakterisasi risiko, diperlukan analisis dengan cara mengembangkan informasi yang didapat selama pajanan dan penilaian dosisrespon sehingga diperoleh hasil risiko kesehatan yang diharapkan terjadi pada populasi terpajan (CEPA, 2001) Risiko Relatif (RR) Risiko relatif atau RR menghitung risiko menderita sakit (tidak normal) bagi mereka yang terpajan agen dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpajan. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan insidensi antara kelompok terpajan dengan kelompok tidak terpajan. RR dinyatakan dengan menggunakan Persamaan 2.5 (Soemirat, 2005): RR = a/(a+c) b/(b+d) dimana, a = jumlah orang terpajan dan menderita sakit (tidak normal) b = jumlah orang tidak terpajan dan menderita sakit (tidak normal) c = jumlah orang terpajan dan tidak menderita sakit (normal) d = jumlah orang tidak terpajan dan tidak menderita sakit (normal) (2.5) 24

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan konstruksi dan manufaktur, yaitu:

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan konstruksi dan manufaktur, yaitu: BAB III HASIL Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan konstruksi dan manufaktur, yaitu: a. Penyakit Silikosis Penyakit Silikosis disebabkan oleh

Lebih terperinci

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter Uji Fungsi Paru-paru (lung function test) Peak flow meter Spirometer 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Spirometri 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Peak flow meter PEF = Peak Expiratory

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Apersepsi Kegiatan Siswa menarik napas kemudian menghembuskan napas Pertanyaan Melalui kegiatan bernapas yang telah kamu lakukan, dapatkah kamu memprediksikan organ apa

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan Bab V Hasil dan Pembahasan Studi lapangan mengenai analisis risiko kesehatan terhadap pajanan debu telah dilakukan mulai Januari sampai dengan Februari 2008 di PT. X. Penelitian ini dilakukan di PT. X,

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

Bab IV Metodologi Penelitian

Bab IV Metodologi Penelitian Bab IV Metodologi Penelitian 4.1 Alur Penelitian Secara umum alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1: PENDAHULUAN Survei Tempat Penelitian Proses Kerja Jumlah Pekerja Kondisi Ruang Kerja PENGUMPULAN

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

OVERVIEW SIFAT FISIK DAN KIMIA DEBU PENCEMARAN UDARA AKIBAT DEBU INDUSTRI

OVERVIEW SIFAT FISIK DAN KIMIA DEBU PENCEMARAN UDARA AKIBAT DEBU INDUSTRI OVERVIEW Meningkatnya kebutuhan di zaman sekarang akibat aktivitas, produktivitas, dan mobilitas manusia menjadikan kegiatan industrialisasi juga berkembang dengan pesat. Kemajuan dalam bidang industri

Lebih terperinci

Task Reading: ASBES TOSIS

Task Reading: ASBES TOSIS Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. Industri menimbulkan polusi udara baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja sehingga

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ISPA Gejala batuk, pilek dan panas adalah tanda-tanda pertama dari suatu penyakit yang digolongkan dalam golongan penyakit "infeksi saluran pernafasan akut", disingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2 Sistem Respirasi Manusia Sistem Respirasi Manusia Isilah bernapas, seringkali diarikan dengan respirasi, walaupun secara hariah sebenarnya kedua isilah tersebut berbeda. Pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem pernapasan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kependidikan, yang pada dasarnya belajar merupakan proses menuju perubahan yang lebih baik.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paparan Asap Pembakaran Lilin Batik 2.1.1. Lilin Batik Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan dilelehkan menggunakan kompor berbahan bakar kayu,

Lebih terperinci

Sistem Pernapasan - 2

Sistem Pernapasan - 2 Anatomi sistem pernapasan Proses inspirasi dan ekspirasi Definisi pernapasan Eksternal Internal Mekanik pernapasan Inspirasi dan ekspirasi Peran otot pernapasan Transport gas pernapasan Ventilasi, difusi,

Lebih terperinci

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp4nafas Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Polusi Udara 1. Definisi Polusi Udara Udara merupakan salah satu komponen terpenting dalam tubuh manusia untuk menjalankan kehidupanya. Udara berfungsi sebagai bahan pernapasan

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP LINGKUNGAN. Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di

DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP LINGKUNGAN. Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP LINGKUNGAN Dampak Positif dan Negatif Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Cikawungading khususnya di daerah sekitar penambangan bijih besi banyak

Lebih terperinci

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran

Lebih terperinci

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru Volume dinamik paru dan kerja pernapasan Keterangan mengenai status ventilasi tidak hanya membutuhkan volume statis paru, namun juga pengukuran kecepatan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, Seluruh Negara dituntut untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Energi ini dihasilkan oleh dipatahkannya molekul glukosa dalam semua sel hidup tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan sektor industri di Indonesia semakin meningkat dan berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini sejalan dengan peningkatan antara

Lebih terperinci

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Bab 4 Sumber: www.brighamandwomans.org Sistem Pernapasan pada Manusia Hasil yang harus kamu capai: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 1. Bagian paru-paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida adalah... Alveolus

Lebih terperinci

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara keluar-masuk paru-paru), respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan ruang paru-paru yang terisi udara), transport gas respirasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan teknologi berbagai bidang tersebut

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan Bab 4 Sistem Pernapasan Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan Hidung merupakan salah satu alat pernapasan. Melalui hidung, udara dapat keluar atau masuk ke dalam tubuh.

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan alat ventilasi dalam sistem respirasi bagi tubuh, fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perokok Pasif Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebabkan kehidupan

Lebih terperinci

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi ALAT PERNAFASAN PADA MANUSIA Oleh : Maulana Hudan Daromi, S.Pd Reaksi kimia pernafasan O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi Energi berfungsi untuk memberikan kekuatan manusia dalam beraktifitas Alat

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Laporan Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Oleh SAUSAN NAZHIRA 1206103010064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU SKRIPSI INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh: ARI WIBAWA J 110 040 014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia masih hidup sampai saat ini karena setiap saat selalu bernafas menghirup udara. Secara garis besar, sistem pernafasan terdiri dari paru-paru dan susunan saluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelainan Paru akibat Paparan Uap/Gas BBM Secara fisiologis sebelum masuk ke paru udara inspirasi sudah dibersihkan dari partikel debu dan asap yang memiliki diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.

Lebih terperinci

Indikasi Pemeriksaan

Indikasi Pemeriksaan Definisi Suatu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan alat spirometer yang bertujuan untuk mengukur ventilasi yaitu mengukur volume statik dan volume dinamik paru. Indikasi Pemeriksaan Menilai status

Lebih terperinci

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND SPIROMETRI Deddy Herman Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND RESPIRASI Ventilasi Difusi Perfusi VENTILASI Peristiwa masuk dan keluar udara ke dalam paru : Inspirasi Ekspirasi Inspirasi :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era industrialisasi di Indonesia kini telah memasuki masa dimana upaya swasembada bahan pokok sangat diupayakan agar tidak melulu mengimpor dari luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Fisioterapi Disusun Oleh: LISTYA TRIANDARI J 100050010 DIPLOMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP ABSTRAK Pasar Johar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMAN 1 SUMBER Mata Pelajaran : BIOLOGI Kelas / Semester : XI/2 Topik : SISTEM RESPIRASI Sub Topik : SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA Pertemuan Ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena pada dasarnya saluran pernafasan merupakan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN. Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES

DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN. Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES Jenis batubara BATUBARA? C (%) H (%) O (%) N (%) C/O Wood 50,0 6,0 43,0 1,0 1,2 Peat 59,0 6,0 33,0 2,0 1,8

Lebih terperinci

BAB II. LANASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB II. LANASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka BAB II. LANASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Debu a. Definisi Debu Debu adalah partikel benda padat yang terapung di udara, biasanya, debu dihasilkan oleh proses mekanik seperti penggosokan, pengeboran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya Bab V SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Peta Konsep Sistem Pernapasan artinya Proses perolehan

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA SISTEM PERNAPASAN MANUSIA Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Umum Di Susun oleh : Rukayah NPM : 3061424062 Dosen Pengasuh : Taufik Rahman, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tes fungsi paru dilakukan untuk menilai kondisi paru seseorang. Tes fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tes fungsi paru dilakukan untuk menilai kondisi paru seseorang. Tes fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tes fungsi paru dilakukan untuk menilai kondisi paru seseorang. Tes fungsi paru dengan tujuan keperluan praktis dan uji skrining cukup digunakan uji ventilasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah kendaraan di kota besar menyebabkan polusi udara yang meningkat akibat pengeluaran emisi gas kendaraan. Banyak faktor seperti tuntutan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.

Lebih terperinci

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST No Tujuan Pembelajaran 1 1. Menjelaskan pengertian sistem. 2. Menuliskan organ-organ 3. Menjelaskan fungsi organorgan yang terlibat dalam sistem Ranah Kognitif Deskripsi

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir dunia penerbangan di dunia dan di Indonesia tumbuh sangat pesat. Jumlah pesawat meningkat cepat seiring makin banyaknya masyarakat menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan organisme yang mempunyai beberapa sistem sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan salah satu organ penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dengan total medali 476 terdiri dari 182 emas, 151 perak dan 143

BAB I PENDAHULUAN. umum dengan total medali 476 terdiri dari 182 emas, 151 perak dan 143 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan prestasi olahraga di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemunduran yang sangat signifikan. Hampir dalam berbagai event yang diikuti, negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah satu mineral dengan jumlah terbanyak di bumi. Sebagian besar silika terdapat dalam bentuk kristalin,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di kelompok pengrajin batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 57 Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok Gisella Maria

Lebih terperinci

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Kegiatan menginhalasi dan mengekshalasi udara dengan tujuan mempertukarkan oksigen dengan CO2 = bernafas/ventilasi Proses metabolisme selular dimana O2 dihirup, bahan2 dioksidasi,

Lebih terperinci