Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 . LTR ELKNG ab I PENHULUN Pecahan merupakan bagian maemaika yang era kaiannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bula, pecahan juga mulai diajarkan di Sekolah asar namun mulai diajarkannya di kelas III semeser sesuai sandar isi pada KTSP. Pecahan ermasuk bagian dari maemaika yang diajarkan di jenjang sekolah dasar dan masih banyak yang menjadi permasalahan dalam pembelajarannya. Melalui ulisan ini dicoba unuk memberikan gambaran konsep enang beberapa kaidah dalam pecahan. Konsep yang dimaksud dianaranya mengapa pada penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berbeda penyebu unuk dapa melakukan operasinya harus disamakan dahulu penyebu-penyebunya, mengapa pada perkalian dua pecahan hasilnya sama dengan pecahan yang pembilangnya sama dengan hasil kali pembilang pada pecahan-pecahan asal dan penyebunya juga sama dengan pecahan yang penyebunya sama dengan hasil kali penyebu pada pecahan-pecahan asal. Masalah lainnya adalah mengapa hasil bagi dua pecahan hasilnya sama dengan perkalian anara pecahan perama dengan pecahan kedua yang penyebunya dibalik. Sebagai bahasa ulis konsep-kosep yang dikemukakan diusahakan dimulai dari ahapan semi kongkri (econic) dan diakhiri dengan ahapan absrak. Harapannya dengan kedua ahapan iu eman-eman guru sudah akan mampu unuk menerimanya dengan baik demikian pula dalam menyampaikan pembelajarannya kepada para muridnya. Pembelajaran konsep-konsep pecahan didesaian sesuai dengan ahapan pembelajaran runer yakni dengan anpa memandang usia pembelajaran maemaika akan sukses dierima pesera didik jika dimulai dari ahapan kongkri (enacive), kemudian ahapan semi kongkri (econic), dan erakhir ahapan absrak (symbolic). Menuru runer jika pembelajaran yang diberikan kepada pesera didik dilakukan melalui keiga ahapan iu secara uru, maka mereka (pesera didik) akan mampu mengembangkan pengeahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka erima dari gurunya. Menuru runer (Jerome runer, 1915 ) seorang psikolog berkebangsaan merika dengan anpa memandang usia/kelompok usia pembelajaran maemaika akan sukses dierima pesera didik jika dimulai dari ahapan kongkri (enacive), kemudian ahapan semi kongkri (econic), dan erakhir ahapan absrak (symbolic). Menuru runer jika pembelajaran yang diberikan kepada pesera didik dilakukan melalui keiga ahapan iu secara uru, maka mereka (pesera didik) akan mampu mengembangkan pengeahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka erima dari gurunya.. TUJUN Mengenalkan kaidah/konsep-konsep pengukuran keliling dan luas agar para pesera lebih mampu dan lebih kompeen dalam membelajarkan pecahan kepada para siswanya.. RUNG LINGKUP Keliling dan luas persegi, persegi panjang, segiiga, jajargenjang, belahkeupa, dan layang-layang. Volum balok, kubus, prisma, dan limas. 1

2 ab II PENGUKURN KELILING N LUS. Konsep Keliling Jika kia susuri bangun dimulai dari iik sudu menuju, dilanjukan ke, erus ke, dan kembali lagi ke iik. da berapa sauan panjang/jarak yang kia lalui? Jawabnya adalah engan cara membilang sauan panjang/jarak iu sau demi sau mulai dari iik menuju, dilanjukan ke, erus ke, dan kembali ke seperi yang diperagakan di samping, maka keliling bangun = 10 sauan. 3 3 ara lain dalam menenukan keliling adalah dengan penalaran bahwa: Keliling = = = 10 sauan. p p Jika bangun mempunyai ukuran panjang p dan lebar bagaimana kelilingnya? Jawabnya enu Keliling = = p + p + = (p + ). Jadi Keliling = (p + ) Secara maemaika didefinisikan bahwa Keliling suau bangun adalah banyaknya sauan panjang yang digunakan unuk mengelilingi bangun iu secara penuh mulai dari suau iik pada epian bangun iu hingga kembali ke iik iu.

3 . Konsep Luas Jika sau peak yang digambarkan adalah sau sauan luas, berapa luas bangun? = 1 sauan luas Jawabnya adalah engan cara membilang sauan luas bangun iu sau demi sau seperi yang digambarkan pada peragaan, maka luas bangun = 6 sauan. ara lain unuk membayangkan perhiungan luas bangun adalah dengan penalaran sebagai beriku Luas gabungan = + + = 3 3 Luas = 6 peak = 3 engan meliha pola yang diunjukkan, diperoleh kesimpulan umum bahwa Jika ukuran panjang dan lebar persegi panjang beruruuru adalah p dan, maka Luas persegi panjang adalah L = p p Jika ukuran alas dan inggi persegi panjang beruruuru adalah a dan, maka Luas persegi panjang adalah L = a a 3

4 engan berbekal rumus luas persegi panjang ersebu di aas, kia dapa menurunkan rumusrumus luas bagun-bangun daar lainnya. Kronologi penurunan rumus-rumus yang dimaksud adalah seperi beriku. Luas persegi panjang Luas persegi L siku-siku L lancip L jajar genjang L umpul L rapesium. Penurunan Rumus Luas aranya: No Gambar semula Teknik mengguning/ 1. memoong Rangkaian bangun yang dikehendaki L = 1 a a a. E E L = 1 a a a = 3. E E L = a a a 4. a a E 1 1 = a E 1 L jajar genjang = 1 a, maka L semula = 1 a 4

5 5. b a b a a b L jajar genjang = (a+b) 1, maka L rap. semula = (a + b) 1. PENGUKURN NILI (PI) alam maemaika didefinisikan/disepakai bahwa = Keliling lingkaran. diameer esarnya nilai idak pernah dapa dinyaakan secara epa baik dalam benuk pecahan biasa maupun pecahan desimal. Unuk menenukan besarnya nilai dengan cara mengukur dan menghiung perbandingan dapa disiapkan meeran kain, penggaris dan benda-benda di sekiar yang memua benuk lingkaran. eriku adalah LKS penurunan nilai dalam benuk abel (dapa diulis di papan ulis). No. Obyek Keliling (dalam cm) angkir Gelas Kaleng bekas sarden ekas bungkus bedak bayi Kaleng susu ukuran kecil Kaleng susu ukuran besar Kaleng iskui 31,4 iameer (dalam cm) 10 Keliling diameer 3,14 Keerangan alam menghiung nilai keliling dibagi diameer unuk masing-masing obyek eksperimen (cangkir, gelas, ds) boleh mennggunakan kalkulaor, sebab ujuan pembelajarannya adalah mengenal besarnya nilai bukan mengenal pembagian dalam benuk panjang. Hasil yang paling epa adalah = 3,14 aau = 7. 5

6 E. KELILING N LUS LINGKRN (1) ari definisi = Keliling lingkaran, akan kia peroleh diameer Keliling Lingkaran = diameer = r = r sehingga K = r () Luas Lingkaran (1) () (3) Perama lingkaran kia bagi ke dalam 4 bagian yang sama/seukuran. Salah sau bagiannya kia bagi lagi menjadi bagian yang sama. Seelah dirangkai ernyaa benuk rangkaiannya masih belum mirip sama sekali dengan bangun persegi panjang. Namun seelah cara yang sama dilakukan dengan membagi lingkaran iu ke dalam 8 bagian dan kemudian ke dalam 16 bagian yang sama/seukuran maka semakin ampak bahwa semakin banyak pembagiannya, benuk rangkaiannya semakin mendekai benuk persegi panjang. Oleh karena iu maka luas lingkaran di sebelah kiri akan semakin mendekai luas persegipanjang di sebelah kanannya. Perhaikan. r 1 keliling = 1 d ; d = r 1 = r r engan pembagian yang semakin banyak maka panjang rangkaiannya semakin mendekai 1 1 seengah keliling lingkaran (diulis p keliling ). Karena p keliling, maka p r. Sehingga unuk pembagian ak erhingga akan diperoleh panjang p = r. engan demikian maka luas lingkaran menjadi L = p = r r = r aau 6

7 L lingkaran = r, dengan = 7 unuk jari-jari r kelipaan 7, aau = 3,14 unuk jari-jari r yang bukan kelipaan 7. aaan 1. Isilah luas lingkaran, dalam kehidupan sehari-hari maksud sebenarnya adalah luas daerah lingkaran, sebab kalau lingkaran sendiri hanya berupa garis (dalam hal ini garis lengkung). Kalau garis maka luasnya = 0, padahal yang dimaksud bukan garisnya melainkan daerahnya.. alam kehidupan sehari- yang digunakan adalah 7 jika ukuran jari-jari lingkarannya berupa bilangan kelipaan 7. Jika bukan kelipaan 7 digunakan nilai = 3,14. engan diemukannya luas lingkaran dan auran perhiungannya seperi di aas, perhiungan areal rerumpuan yang dapa dimakan oleh kambing yang diceriakan di awal permasalahan yang dianyakan adalah seperi beriku. 7

8 III PENGUKURN VOLUM (SER INUKTIF). PENGERTIN ERPIKIR INUKTIF erpikir indukif dalam maemaika diarikan sebagai berpikir dari unsur-unsur aau polapola menuju ke suau generalisasi (kesimpulan yang bersifa umum). Kebenaran suau pernyaaan maemaika secara indukif diurunkan berdasarkan hasil eksperimen dan pengamaan pola seelah diadakan absraksi dan idealisasi (Wiraso, 198). bsraksi adalah anggapan di alam pikiran bahwa obyeknya ada, sedangkan idealisasi adalah anggapan bahwa obyeknya ideal (sempurna dalam segala hal).. VOLUM NGUN RUNG 1. Konsep/definisi Isi (volum) suau bejana (bangun ruang berongga) ialah banyaknya akaran yang dapa digunakan unuk memenuhi bejana iu. Perlu dikeahui bahwa yang dimaksud dengan bejana ialah bangun ruang berongga dengan ruangan dalam rongganya dapa diisi dengan za cair, beras, pasir dan sebagainya. Karena bejana merupakan bangun ruang yang memiliki keerauran maka benuk bejana dapa berupa: - oples - ermos - angki - bak mandi - andon air - kolam renang, dan sebagainya Sedangkan sauan volum/sauan penakarnya berupa bejana lain yang biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil. Sauan penakar dapa berupa: - cangkir - gelas - abung akaran bensin 1 lieran, 1 lieran, lieran dan seerusnya - kubus-kubus sauan, dan lain-lain. onoh 1 pabila sebuah oples a) dapa dipenuhi dengan air sebanyak 15 cangkir kurang sediki maka dikaakan (seelah dibulakan) bahwa: Volum oples = 15 cangkir b) dapa dipenuhi dengan air sebanyak 8 gelas lebih sediki maka dikaakan (seelah dibulakan) bahwa: Volum oples = 8 gelas 8

9 onoh 1 ini memberikan penanaman konsep kepada anak akan ari volum sebagai banyaknya sauan penakar yang dapa digunakan unuk mengisi bejana iu hingga penuh. onoh () () () Gb. 1 Gambar () : Keadaan balok ransparan kosong Gambar () : Keadaan balok ransparan seelah diisi/diakar dengan kubuskubus sauan (sauan akaran berupa kubus) Gambar () : Sauan akaran (berupa kubus) yang digunakan. engan mengisikan kubus-kubus sauan ke dalam balok ransparan pada gambar () sau demi sau (diperagakan di hadapan siswa) hingga penuh (gambar ) dan melakukan penghiungan sau, dua, iga, dan seerusnya, ernyaa hiungan erakhirnya 4. Ini berari isi balok (gambar ) adalah 4 sauan kubus. Guru dapa memperegas dengan menulis di papan ulis bahwa: 1 cm 1 cm 1 cm Gb. a panjang = 1 cm lebar = 1 cm 1 sauan kubus = 1 cm kubik = 1 cm 3 inggi = 1 cm 1 dm Gb. b 1 dm 1 dm p = 1 dm = 1 dm 1 sauan kubus = 1 dm kubik = 1 dm 3 = 1 dm Unuk selanjunya disepakai bahwa: esaran: 1 (sau) lier ialah sauan ukuran volum yang seara dengan kubus sauan berukuran panjang, lebar, dan inggi masing-masing 1 (sau) desimeer. Sejalan dengan kedua conoh sauan kubus di aas siswa kemudian diajak menyimpulkan bahwa sau meer kubik adalah sauan volum berbenuk kubus dengan ukuran: 9

10 1 m Gb. 3 1 m 1 m panjang = 1 meer lebar = 1 meer inggi = 1 meer Sebagai pengeahuan enang sauan volum ak baku kepada siswa dapa diberikan conoh anara lain sebagai beriku: a) Sauan volum ak baku: Misal cangkir, gelas, mangkuk, ember dan lain-lain, yaiu sauan ala akar yang belum dikeahui ukurannya berdasarkan sauan ukuran baku. b) Sauan volum baku: dalah ala penakar yang sudah dikeahui ukuran volumnya misalkan: - akaran bensin (benuk abung) sau lieran, dua lieran, empa lieran dan ada lagi 5 1 lieran, 4 1 lieran, 1 lieran dan lain-lain. - Gelas-gelas ukur yang di dalamnya erdapa skala-skala keinggian yang menyaakan volum. - Meeran (angka bergerak) pada pompa bensin dan sejenisnya, Meeran ukur volum seperi ini hanya berlaku unuk za cair (air, minyak, alkohol, iner dsb.) karena gerakan angkanya berdasarkan aas kecepaan (debi) dari za cair yang dialirkan. Keerangan: ebi za cair ialah volum za cair yang dapa dialirkan melalui selang (pipa) per sauan waku (deik, per meni, per jam dan sebagainya).. PENURUNN RUMUS-RUMUS VOLUME NGUN RUNG LINNY 1. Volume alok/ Prisma Tegak Segi Empa Unuk memberikan penalaran dalam memperoleh rumus-rumus volum secara indukif digunakan ala peraga kubus-kubus sauan. Harapannya dengan melakukan prakek langsung aas arahan guru siswa akhirnya dapa menyimpulkan sendiri bahwa volum balok yang ukuran panjang rusuk alasnya p, lebar rusuk alasnya, dan inggi rusuk egaknya adalah V = p. Jika siswa dapa menyimpulkan sendiri seperi iu maka kompeensi yang diharapkan dapa ercapai. Langkah-langkah yang dapa dilakukan guru dengan menggunakan peraga (kubus-kubus sauan) iu kepada siswa SMP anara lain adalah seperi beriku. Langkah 1 engan sejumlah kubus sauan yang ersedia (misal sebanyak 50 kubus sauan), siswa/ kelompok siswa (sebanyak 3 orang) dimina membenuk sebuah balok menggunakan 8 kubus sauan. Seelah erbenuk misalnya seperi gambar 4a. 10

11 Gb. 4a Tanyakan kepada siswa/kelompok siswa ersebu, apakah balok yang mungkin hanya iu saja? Jawaban yang diharapkan adalah idak. Kalau idak kemungkinan lainnya benuknya seperi apa? Kemungkinan yang lain benuknya seperi pada gambar 4b beriku ini. Langkah Gb. 4b Siswa dimina membenuk balok seperi gambar 4a sebanyak 3 buah Gb. 5a Guru mengaakan bahwa keiga balok iu (gambar 5a) masing-masing disebu balok sau lapis. Langkah 3 Siswa dimina membenuk balok baru yang erdiri dari lapis. Jawaban yang diharapkan adalah seperi gambar 5b beriku. Kepada siswa/kelompok siswa ersebu kemudian dianyakan berapa volume balok yang sekarang ini? (Gb. 5a). Jawaban yang diharapkan adalah 16 ( penalarannya dari lapis perama 8 diambah lapis kedua 8) Langkah 4 Gb. 5b Siswa dimina menambah lapisannya menjadi 3 lapis. Jawaban yang diharapkan adalah seperi gambar 5c beriku. Gb. 5c 11

12 Kepada siswa/kelompok siswa ersebu kemudian dianyakan sekarang berapa volume balok yang erbaru ini? Jawaban yang diharapkan adalah 4 ( penalarannya dari lapis perama 8 diambah lapis kedua 8 dan lapis keiga 8 aau yang lapis sebelumnya 16 diambah lapis yang keiga 8 ) Langkah 5 Tanyakan kepada mereka (siswa/kelompok siswa) jika banyaknya lapis ada 10 berapa volumenya, bagaimana jika banyaknya lapis ada 100? jika kia menganggap pembenukan lapisannya ak pernah runuh. Jawaban yang diharapkan adalah 1 lapis volumenya 8 sauan 10 lapis volumenya 80 sauan, dan 100 lapis volumenya 800 sauan. Langkah 6 Tanyakan kepada siswa berapa volume balok unuk masing-masing gambar beriku p (a) (b) (c) Gb. 6 Jawaban yang diharapkan (a) Volumenya V = 3 5 = 30 (b) Volumenya V = = 750 (c) Volumenya V = p. Terakhir guru memberikan penguaan bahwa volume balok yang ukuran rusuk-rusuk alasnya p dan sedangkan ingginya adalah V = p. (1) Selanjunya karena p adalah luas alas balok/prisma egak, maka rumus (1) di aas sama dengan bila diulis dalam benuk V = dengan = p. () 1

13 = luas alas balok dan = inggi balok ara lain yang dapa dilakukan guru dalam mengkonsruksi penemuan rumus volume balok di aas juga dapa dilakukan dengan memberikan lembar kerja seperi beriku. LKS(Lembar Kerja Siswa) Isikan jawabanmu pada iik-iik yang disediakan beriku ini. No Gambar alok anyak lapis Volume (Isi balok) Ukuran panjang (p), lebar( ), dan inggi () p p Perhaikan isian pada kolom volume V dan kolom hasil kali p. pakah selalu sama nilainya? Jawaban yang diharapkan adalah ya. Kalau ya apa kesimpulan yang dapa kalian (siswa) kemukakan? Jawaban yang diharapkan adalah V = p. Sehingga secara umum dapa disimpulkan bahwa volume balok adalah V = p. (1) 13

14 p = panjang rusuk alas balok = lebar rusuk alas balok, dan = inggi balok Selanjunya karena p adalah luas alas balok/prisma egak, maka rumus (1) di aas sama dengan bila diulis dalam benuk V = dengan = p. () = luas alas balok dan = inggi balok Seelah penurunan rumus volume balok ini penurunan rumus-rumus volume bangun ruang lainnya dapa diurunkan secara mudah dan kronologis baik secara indukif maupun dedukif. Penurunan rumus volume yang dimaksud adalah volume unuk Kubus Tabung Prisma egak segiiga siku-siku ola, dan Prisma egak segiiga sembarang Limas segi banyak (segi-n) Prisma egak segibanyak (segi-n) Skema penurunan rumus bangun-bangun ruang berikunya dapa kia liha pada bagan beriku. Penurunan Rumus-rumus Volum alok Kubus Prisma egak segiiga siku-siku Prisma egak segiiga sembarang Prisma egak segi - n Tabung Kerucu ola Limas segi - n 14

15 . Volum Kubus a a Gb. 7 a Kubus merupakan keadaan khusus dari balok, yakni balok yang ukuran rusuk-rusuknya sama panjang. Jika ukuran panjang dari rusuk-rusuknya adalah a, maka panjang rusuk alas, lebar rusuk alas, dan inggi rusuk egak dari balok ersebu menjadi p = a, = a, dan = a, sehingga volumenya menjadi V = p = a a a = a 3. Jadi khusus unuk kubus volumenya adalah V = a 3 a = panjang rusuk kubus 3. Volum Prisma Tegak Segiiga Siku-siku Gb. 8a Gb. 8b Prisma egak segiiga siku-siku diperoleh dari membelah balok menjadi bagian yang sama melalui salah sau bidang diagonal ruangnya (liha gambar 8 di aas). Oleh sebab iu maka V prisma egak segiiga siku-siku = 1 dari volume balok = 1 p = ( 1 p ) Jadi = V prisma egak segiiga siku-siku = = luas alas, alasnya berbenuk segiiga siku-siku = inggi prisma. 15

16 4. Volum Prisma Tegak Segiiga Sembarang 1 Gb. 9a Prisma egak segiiga sembarang diperoleh dari merangkai prisma egak segiiga siku-siku P 1 1. Q 1 F 1 dan prisma egak segiiga siku-siku P.Q EF. Hasilnya akan berupa prisma egak segiiga sembarang.ef. Jika 1 dan beruru-uru adalah luas alas prisma egak segiiga siku-siku perama dan kedua, sedang inggi kedua prisma sama, maka volume dari prisma egak segiiga sembarang yang dibenuknya yaiu prisma.ef adalah Gb. 9b Gb. 9c V = V 1 + V = 1 + = ( 1 + ) =. Jadi V prisma egak segiiga sembarang = = luas alas, alasnya berbenuk segiiga siku-siku = inggi prisma. 5. Volum Prisma Tegak Segi n Prisma egak segienam dapa disusun (dirangkai) dari 6 prisma egak segiiga sembarang (liha gambar 10). Jika 1,, 3,, n beruru-uru menyaakanluas alas dari masing-masing prisma egak segiiga yang dimaksud, sedangkan inggi masing-masing prisma iu sama yakni, maka volume prisma egak segienam ersebu adalah: Gb V = = ( ) =. 16

17 engan penalaran yang sama akan diperoleh : V = n = ( n ) =. Jadi V prisma egak segi n = ; = luas alas prisma = inggi prisma 6. Volum Tabung Tabung dapa dipandang sebagai prisma egak segi - n berauran dengan n ak erhingga. Oleh sebab iu maka Gb. 10 r V abung = V prisma egak segi - n = = r. Jadi V abung = r ; = 3,14 7 r = jari-jari abung = inggi abung 7. Volum Kerucu Unuk mencari rumus volume kerucu secara indukif dilakukan melalui peragaan dengan menakar menggunakan ala akar berupa kerucu dan abung pasangannya. Yang dimaksud dengan abung pasangannya adalah abung yang luas alasnya sama dengan luas alas kerucu dan ingginya juga sama dengan inggi kerucu. ahan yang dapa digunakan dalam melakukan penakaran dapa berupa beras, jagung, aau oek (sejenis gandum yang digunakan sebagai bahan makanan burung perkuu). r r Gb

18 arihasil prakek menakar ernyaa isi abung sama dengan 3(iga) akar menggunakan akaran kerucu. Iu berari volume abung sama dengan 3(iga) kali volume kerucu. Sehingga V abung = 3 V kerucu, aau V kerucu = 3 1 Vabung Jadi V kerucu = 3 1 r, aau = 3 1 r. = 3 1 r ; r = panjang jari-jari = inggi kerucu 8. Volum dan Luas Permukaan ola Penurunan rumus volume dan luas permukaan bola secara indukif dilakukan melalui peragaan dengan cara menakar menggunakan ala akar seengah bola unuk diakarkan ke abung pasangannya. Yang dimaksud dengan abung pasangannya adalah abung yang epa melingkupi bola secara uuh, yakni abung yang epa menyinggung bola di bagian aas, bagian bawah, dan bagian samping (liha gambar 1). r r Gb. 1 V abung = 3 V seengah bola, aau 1 V seengah bola = Vabung 3 1 = r 3 1 = r (r) 3 = r 3 3 = r 3. 3 Karena 18

19 V 1 bola = 3 r 3, maka bila kedua ruas kia kalikan dua akan diperoleh 4 V bola = r 3 ; = 3, r = panjang jari-jari bola Terakhir penurunan luas permukaan bola secara indukif dapa dilakukan dengan (dua) cara yaiu (1) prakek kerja menggunakan sebuah jeruk, dan () prakek melilii bola menggunakan sumbu kompor hingga epa melingkupi seluruh permu-kaan bola dilanjukan dengan melilikan sumbu kompor yang epa melingkupi permukaan bola adi unuk dililikan ke abung pasangannya. ara 1 Prakek kerja menggunakan sebuah jeruk. Siswa dimina prakek menggunakan benda dalam kehidupan sehari-hari yang mirip benuknya dengan bola. enda yang dimaksud adalah jeruk. Siswa dimina kerja kelompok dengan jeruk yang disediakan unuk masing-masing kelompok. ara kerja o alam kelompok siswa dimina menggambar di keras polos gambar proyeksi permukaan jeruk ke selembar keras yang dileakkan di aas meja (liha gambar 13) o Siswa dimina menggambar lagi lingkaran sebesar proyeksi permukaan jeruk adi sebanyak empa buah o Siswa dimina mengupas kuli jeruk iu mengunakan kuku Gb. 13 o Siswa dimina mengisi lingkaran-lingkaran di aas dengan poongan-poongan kecil hasil kupasan kuli jeruk hingga epa seluruh permukaan kuli jeruk iu erkupas. Tanyakan apa yang erjadi dengan hasil prakek ersebu. 19

20 o jaib, ernyaa hasil prakek menunjukkan kalau kuli jeruk iu epa memenuhi keempa lingkaran yang seukuran dengan lingkaran proyeksi jeruk iu ke alas. Sehingga disimpulkan bahwa Luas permukaan bola = 4 luas lingkaran, aau L permukaan bola = 4 r, r = jari-jari bola ara Prakek mengunakan sumbu kompor Gb. 14 Prinsip dalam prakek ini adalah sumbu kompor dililikan ke sepanjang permukaan bola. Ujung awal kia andai demikian pula ujung akhir saa sumbu kompor epa melili sepanjang permukaan bola. Sumbu kompor yang dililikan ke sepanjang permukaan bola adi kemudian kia lepas unuk selanjunya kia lilikan sepanjang permukaan selimu abung (liha gambar 14). Hasil prakek menunjukkan bahwa panjang ali yang dililikan sama. Hal iu berari bahwa luas permukaan bola sama dengan luas selimu abung, aau 9. Volume limas (Piramida) L permukaan bola = L selimu abung = panjang lingkaran alas abung dikalikan inggi abung = r r = 4 r. Unuk menenukan rumus volume limas secara indukif dilakukan melalui peragaan menakar menggunakan sebuah limas (sembarang limas) dan sebuah prisma pasangannya. Gb. 15 0

21 Yang dimaksud dengan prisma pasangannya adalah prisma yang alasnya kongruen dengan alas limas dan ingginya sama dengan inggi limas. ari hasil prakek ernyaa isi prisma sama dengan 3(iga) akar limas, sehingga: V prisma = 3 V limas aau V limas = 3 1 Vprisma = 3 1. Jadi V limas = 3 1 ; = luas alas limas = inggi limas 1

22 IV PENUTUP. KESIMPULN rimeika sosial di S berdasarkan sandar isi KTSP 006 mulai diajarkan di kelas III semeser 1. Tepanya pada kompeensi dasar (K) 1.5 yakni Memecahkan masalah perhiungan ermasuk yang berkaian dengan uang. Menginga lingkup bilangan yang dikenalkan maksimal maka maa uang yang dikenalkan maksimal juga sampai dengan Rp10.000,00. Karena maa uang yang ada dalam kehidupan minimal Rp100,00 semenara aa cara penulisan maa uang adalah: menggunakan lambang Rp, angkanya anpa spasi, dan diakhiri dengan angka nol di belakang koma, maka dalam penulisan lambang nilai rupiahnya kia harus mengikui auran ersebu. Pengalaman selama ini kalau yang dibicarakan mengenai uang, anak cukup mengeri namun akan lebih bagus lagi kalau kia ajarkan sesuai dengan psikologi pembelajaran dari runer. Menuru runer ahapan pembelajaran maemaika yang seharusnya adalah: (1) enacive (kongkri) yakni mengunakan obyek sesungguhnya, () econic (semi kongkri) yakni obyek sesungguhnya digani gambar, dan diakhiri dengan (3) symbolic (absrak) yakni yang hanya berupa lambang seperi huruf-huruf saja, angka-angka saja, dan andaanda seperi, :, +,, >, <, dan =. Jika anak mengalami ahapan pembelajaran seperi iu maka runer menjamin bahwa anak akan mampu mengembangkan pengeahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka erima dari gurunya. Sajian maeri ikla ini diusahakan unuk dapa sesuai dengan ahapan pembelajaran runer ersebu. Tujuannya unuk menunjukkan kepada peaar alangkah nyamannya pembelajaran maemaika jika ahapan pembelajarannya sesuai dengan psikologi runer. Maeri yang dibahas melipui: (1) maa uang dan penggunaannya di kelas III, () unung, rugi, bunga di kelas IV, (3) perbandingan maa uang di kelas V, dan (4) unung dalam persen, bruo, ara, dan neo di kelas V dan VI. Peaar kiranya dapa merasakan sajian pembelajaran yang mengikui pendapa runer ersebu.. SRN agi para alumni dikla yang berkomimen unuk merealisasikan komimennya pada anak didik agar mereka menjadi senang dengan pelajaran maemaika diberikan saran-saran sebagai beriku. 1. Laporkan kepada aasan langsung enang pengalaman apa saja yang menarik selama menerima sajian akademik dalam kegiaan pelaihan. Pikirkan perangka kerja apa saja yang mendesak unuk dibua 3. ipakan segera perangka ersebu dengan nia baik, ulus, dan iklas demi anak bangsa di masa depan 4. iskusikan rencana indak lanju nda pasca pelaihan kepada kepala sekolah dan kepada pengawas 5. ersemboyanlah pa yang erbaik yang saya miliki dan dapa saya perbua unuk kemajuan bangsa ini sebagai andil dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tuhan maha mengeahui dan pasi akan memberikan ganjaran yang pau disyukuri berupa sesuau yang ak erduga di masa depan. min.

23 FTR PUSTK iggs, Edih. (1985). Macmillian Junior Mahemaics. London: Macmillian Educaion Ld. ier, GG. s. (1981). Mc Graw-Hill Mahemaics. New York: Mc Graw-Hill ook ompany. lemens, Sanley R. s. (1984). Geomery. US: ddison-wesley Publishing ompany, inc. epdiknas. (003). Kurikulum 004 (Sandar Kompeensi Maa Pelajaran Maemaika SMP dan MTs). Jakara: eparemen Pendidikan Nasional (006). Kurikulum Tingka Sauan Pendidikan (Sandar Kompeensi Maa Pelajaran Maemaika S dan MI). Jakara: eparemen Pendidikan Nasional. Raharjo, Marsudi. (000). Pengukuran ( Konsep-konsep an eberapa Penurunan Rumus). Pake Pembinaan Penaaran. Yogyakara: PPPG Maemaika 3

II. Penggunaan Alat Peraga. segitiga, kemudian guru bertanya Berapakah alasnya? (7) Berapakah tingginya? (2), Bagaimanakah cara mendapatkannya?

II. Penggunaan Alat Peraga. segitiga, kemudian guru bertanya Berapakah alasnya? (7) Berapakah tingginya? (2), Bagaimanakah cara mendapatkannya? rumus luas layang-layang dengan pendekaan luas segiiga 1. Memahami konsep luas segiiga 2. Memahami layang-layang dan unsur-unsurnya (pengerian layanglayang dan diagonal-diagonalnya) Langkah 1 Gb. 11.2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA... 41

DAFTAR ISI. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA... 41 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Laar Belakang Penulisan... 1 B. Tujuan Penulisan Modul... C. Sasaran... D. Ruang Lingkup Penulisan... BAB II PEMBELAJARAN PENGUKURAN DI SD... 3 A.

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR DI SD

BAB II PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR DI SD i DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i DAFTAR ISI.... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Laar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Peunjuk Penggunaan Modul... 2 BAB II PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR DI SD

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Sumber: Piston

Sumber:  Piston Sumber: www.aerofligh.com Pison Mungkin anpa sadar kia selalu deka dengan ilmu geomeri. Tahukah kalian, dimana leak kedekaan iu? Salah sau kedekaan ini adalah penggunaan geomeri unuk merancang mesin kendaraan.

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Bahan Bacaan 3.3 Volume Bangun Ruang

Bahan Bacaan 3.3 Volume Bangun Ruang Bahan Bacaan 3.3 Volume Bangun Ruang Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan pengukuran, khususnya pengukuran tentang volume. Contoh: berapa gelas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENGUKURAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUM BANGUN RUANG DI SD

PEMBELAJARAN PENGUKURAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUM BANGUN RUANG DI SD PEMBELAJARAN PENGUKURAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUM BANGUN RUANG DI SD Penulis: Pujiai Sigi TG Penilai: Ahmad Thalib Mulyai HP Edior: Jakim Wiyoo Lay ou: Eko Wasiso Adi Deparemen Pendidikan Nasional Direkora

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

Bangun Datar. A. Segitiga Definisi Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga sudut dan tiga sisi.

Bangun Datar. A. Segitiga Definisi Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga sudut dan tiga sisi. angun aar. Segiiga efinisi Segiiga adalah bangun daar yang mempunyai iga sudu dan iga sisi. 1) erdasarkan Sudunya a) Segiiga Lancip Segiiga lancip adalah segiiga yang besar keiga sudunya < 90 0. b) Segiiga

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun Ruang Sisi Datar angun Ruang Sisi aar. iagona 1) iagona idang iagona bidang kubus adaah,,,,,,,,,,, dan onoh: Jika dikeahui = cm dan = cm, maka hiungah panjang! ikeahui: = cm = cm ianya:? Jawab: = + = + = = = = cm Jadi,

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT Dua benda bermassa m dan m 2 dihubungkan dengan baang kecil yang massanya diabaikan (gambar 2). Gaya F diberikan deka dengan m. Ternyaa sisem berpuar erhadap suau iik

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jl. Jen Gao Subroo Kav. Jakara Selaan KOMPETISI MATEMATIKA KE MGMP MATEMATIKA DKI JAKARTA TEST PENYISIHAN KELAS : XII (DUA BELAS) HARI/TGL : MINGGU, NOVEMBER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita MODUL 2 MODUL 2 Gerak Berbagai Benda di Sekiar Kia i Kaa Penganar Dafar Isi Pendidikan kesearaan sebagai pendidikan alernaif memberikan layanan kepada mayaraka yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN Pecahan merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bulat, pecahan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Jawaban Soal Latihan

Jawaban Soal Latihan an Soal Laihan 1. Terangkanlah ari grafik-grafik di bawah ini. dan ulis persamaan geraknya. an: a. Merupakan grafik kecepaan erhadap waku, kecepaan eap. Persamaan v()=v b. Merupakan grafik jarak erhadap

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI

BAB 4 PENGANALISAAN RANGKAIAN DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA ATAU LEBIH TINGGI BAB 4 PENANAISAAN RANKAIAN DENAN PERSAMAAN DIFERENSIA ORDE DUA ATAU EBIH TINI 4. Pendahuluan Persamaan-persamaan ferensial yang pergunakan pada penganalisaan yang lalu hanya erbaas pada persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. diterima peserta didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive), kemudian tahapan

Bab I PENDAHULUAN. diterima peserta didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive), kemudian tahapan . LTR LKNG ab I PNHULUN Geometri merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bulat, pecahan juga mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Pengukuran di SD

Ruang Lingkup Pengukuran di SD PENGUKURAN DI SD Ruang Lingkup Pengukuran di SD Pengukuran tentang: 1. panjang dan keliling 2. luas 3. luas bangun gabungan 4. volum 5. volum bangun gabungan 6. sudut 7. suhu 8. waktu, jarak dan kecepatan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL. : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda. : 2 jam pelajaran

KISI-KISI SOAL. : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda. : 2 jam pelajaran KISI-KISI SOAL Sauan Pendidikan Kelas Maa Pelajaran Maeri Waku : Sekolah Menengah Perama (SMP) : VIII C : IPA : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda : 2 jam pelajaran No Kompeensi Dasar Indikaor Soal Nomor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA Jl. Magelang, Karangwaru Lor, Kota Yogyakarta

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA Jl. Magelang, Karangwaru Lor, Kota Yogyakarta PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI YOGYAKARTA Jl. Magelang, Karangwaru Lor, Koa Yogyakara 1 1 886 ULANGAN UMUM AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 009 / 010 Maa Pelajaran : MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

Indikator Ketercapaian Kompetensi Merumuskan. Alokas i Waktu 8x45. Tingkat Ranah. Tingkat Ranah. Materi Pembelajaran

Indikator Ketercapaian Kompetensi Merumuskan. Alokas i Waktu 8x45. Tingkat Ranah. Tingkat Ranah. Materi Pembelajaran SILABUS Nama Sekolah : SMA N 78 JAKARTA Maa Pelajaran : MATEMATIKA LANJUTAN Beban Belajar : 2 sks STANDAR KOMPETENSI: 1. Menyusun lingkaran dan garis singgungnya. Dasar 1.1 Menyusun lingkaran yang memenuhi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal ahan jar Saika ulai, ST, T Peremuan IX, X Srukur Poral 1 Pendahuluan Pada srukur poral, ang erdiri dari balok dan iang ang dibebani muaan di aasna akan imbul lenuran pada balok saja, dan akan meneruskan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci