LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 36 TAHUN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 36 TAHUN 2008"

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 36 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 98 ayat (1) dan Pasal 99 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai tentang Lembaga Kemasyarakatan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 515 Tambahan Lambaran Negara Republik Indonesia Nomor 4346); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 1

2 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI dan BUPATI SERDANG BEDAGAI Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Serdang Bedagai 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bupati adalah Bupati Serdang Bedagai 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 7. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 8. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten / Kota dalam wilayah kerja kecamatan. 10. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah Lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 11. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Desa. 12. Pemerintahan Desa adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 13. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dan Lurah dalam memberdayakan masyarakat. 14. Partisipasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan. 15. Pembangunan adalah upaya untuk melakukan proses perubahan sosial ke arah yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di segala bidang baik di Desa maupun Kelurahan. 16. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa. 2

3 BAB II Tata Cara Pembentukan Pasal 2 (1) Di Desa dan di Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan. (2) Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) dibentuk atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa/Kelurahan melalui musyawarah dan mufakat. (3) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Kelurahan dengan mempedomani Peraturan Daerah. (4) Peraturan Desa atau Keputusan Kepala Kelurahan sebagaimana ayat (3) dilaporkan Kepada Bupati melalui Camat Tugas Lembaga Kemasyarakatan Pasal 3 (1) Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat Desa. (2) Tugas Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud padapasal 2 ayat (1) meliputi: a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat; dan d. menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. (3) Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan sabagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Bagian Ketiga Fungsi Lembaga Kemasyarakatan Pasal 4 (1) Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) mempunyai fungsi: a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh negara kesatuan republik indonesia; c. meningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. menyusun rencana, pelaksana, pengendali, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e. menumbuhkembangkan dan menggerakan prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat; f. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dan g. pemberdayaan hak politik masyarakat. 3

4 (2) Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) mempunyai fungsi: a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; b. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh negara kesatuan republik indonesia; c. meningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. menyusun rencana, pelaksana, dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e. menumbuhkembangkan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; f. menggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumberdaya serta keserasian lingkungan hidup; g. mengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja; h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan j. mendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah desa / kelurahan dan masyarakat. Bagian Keempat Tujuan Lembaga Kemasyarakatan Pasal 5 (1) Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui: a. meningkatkan pelayanan masyarakat; b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. mengembangkan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat; dan e. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. (2) Lembaga Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 dibantu Kader Pemberdayaan Masyarakat. BAB III JENIS KELEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN Pasal 6 (1) Jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan antara lain terdiri dari: a. lembaga ketahanan masyarakat Desa atau Kelurahan; b. tim penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa/Kelurahan; c. karang taruna; d. lembaga adat; dan e. lembaga kemasyarakatan lainnya. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunana organisasi, hubungan kerja dan syarat-syarat kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan akan diatur dengan Peraturan Bupati. 4

5 BAB IV PENGERTIAN, TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LKMD/K) Pengertian Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa / Kelurahan (LKMD/K) Pasal 7 Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa / kelurahan selanjutnya disingkat LKMD/K adalah Lembaga Masyarakat di Desa atau Kelurahan yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dan merupakan wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang memadukan pelaksanaan berbagai kegiatan Pemerintah dan prakarsa serta swadaya gotong royong masyarakat dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan ketahanan Nasional, yang meliputi aspekaspek idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan pertahanan keamanan. Tugas Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan Pasal 8 Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LKMD/LKMK) atau sebutan nama lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Bagian Ketiga Fungsi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan (LKMD/K) Pasal 9 Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LKMD/LKMK) atau sebutan nama lain dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 mempunyai fungsi: a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh negara kesatuan republik indonesia; c. meningkatkan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. menyusun rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-fasil pembangunan secara partisipatif; e. menumbuh kembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; dan f. menggali, mendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup. BAB V KEPENGURUSAN DAN SYARAT-SYARAT PENGURUS LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN Kepengurusan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan Pasal 10 (1) Ketua sebagai pimpinan dan penanggungjawab organisasi ; (2) Sekretaris sebagaimana pembantu pimpinan dan penyelenggaraan administrasi; 5

6 (3) Bendahara sebagaimana pembantu pimpinan dalam penyelanggaraan administrasi keuangan; (4) Ketua seksi sebagai pembantu pimpinan dan pelaksana; a. seksi keamanan, ketentraman dan ketertiban; b. seksi pendidikan dan penghayatan dan pengamalan pancasila; c. seksi penerangan; d. seksi perekonomian; e. seksi pembangunan dan prasarana lingkungan hidup; f. seksi agama; g. seksi pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (pkk); h. seksi kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana; i. seksi pemuda, olah raga dan kesenian; j. seksi kesejahteraan sosial. Bagian kedua Syarat-Syarat Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan Pasal 11 Pengurus dan anggota Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan terdiri dari pemukapemuka masyarakat atau tokoh masyarakat antara lain : Pemuka Agama, Pemuka Adat, Pendidik/ cendikiawan, Pemuda dan Wanita ataupun lembaga masyarakat di Desa/kelurahan setempat dengan syarat-syarat sebagai berikut : (1) Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa ; (2) Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945; (3) Berkelakuan Baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian terhadap masyarakat; (4) Sebagai penduduk Desa/kelurahan dan bertempat tinggal menetap; (5) Mempunyai kemauan, pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja dan membangun; (6) Sehat Rokhani dan jasmani. BAB VI TATA CARA PEMBENTUKAN PENGURUS LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LKMD/K) Pasal 12 (1) Pengajuan calon Pengurus diajukan dalam rapat khusus Desa/kelurahan, sebagaimana hasil musyawarah masing-masing Dusun/Lingkungan; (2) Pemilihan Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dipimpin langsung oleh Kepala Desa/Lurah; (3) Nama-Nama calon terpilih selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa/Lurah. 6

7 BAB VII MASA BHAKTI DAN PEMBERHENTIAN PENGURUS LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LKMD/K) Masa Bhakti Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan Pasal 13 (1) Masa Bhakti LKMD/LPM disamakan dengan masa bhakti Kepala Desa (2) Masa Bhakti Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ditetapkan 5 (Lima tahun) dan dapat dipilih kembali setelah habis masa bhaktinya Pemberhentian Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan (LKMD/K) Pasal 14 Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan berhenti/ diberhentikan karena : (1) Meninggal Dunia; (2) Pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk Desa/Kelurahan lain; (3) Berakhir masa bhaktinya; (4) Tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai pengurus; (5) Terkena peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku; B A B VIII PEMBENTUKAN DAN SYARAT-SYARAT KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (K P M ) Pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat (K P M) Pasal 15 (1) Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dibentuk di Desa dan Kelurahan berdasarkan Keputusan Kepala Desa/Kelurahan; (2) Pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui proses pemilihan calon-calon KPM (3) Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) berjumlah antara 5 (Lima ) sampai 10 ( Orang ) Kader yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Syarat-Syarat Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Pasal 16 Syarat-syarat calon Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah : a. warga desa/kelurahan laki-laki dan perempuan yang bertempat tinggal secara tetap di desa/kelurahan yang bersangkutan; b. bertaqwa kepada tuhan yang maha esa; c. berkelakuan baik dan menjadi tauladan dilingkungannya, dikenal dan diterima masyarakat; d. sehat jasmani dan rokhani; 7

8 e. mempunyai komitmen untuk bekerja purna waktu dalam membangun desa/keluraha; f. pengurus lembaga kemasyarakatan, pemuka masyarakat, pemuka agama, pemuka adat, guru, tokoh pemuda ; g. pendidikan serendah-rendahnya slta atau sederajat dan umur serendah-rendahnya 20 tahun; BAB IX KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN PERAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPM) Kedudukan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Pasal 17 Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) berkedudukan di Desa dan Kelurahan. Bagian kedua Tugas Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Pasal 18 Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa atau Lurah dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan dalam Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif meliputi : a. menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan diwilayahnya; b. membantu masyarakat dalam mengartikulasikan kebutuhannya dan membantu mengindentifikasi masalahnya; c. membantu masyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah yang dihadapi secara efektif; d. mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan untuk benar-benar mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat; dan e. melakukan pekerjaan purna waktu untuk menghadiri pertemuan/musyawarah, membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses terhadap berbagai pelayanan. Bagian ketiga Fungsi Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) mempunyai fungsi : a. mengindentifikasi masalah, kebutuhan dan sumber daya pembangunan yang dilakukan secara partisipatif; b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat bersama lembaga kemasyarakatan kepada pemerintah desa atau kelurahan; c. menyusun rencana pembangunan dan fasilitasi musyawarah perencanaan pembangunan secara partisipatif; d. memberikan motivasi, menggerakkan dan pembimbingan masyarakat dalam pembardayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif; e. mendampingi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif; f. menumbuhkembangkan prakarsa, swadaya dan gotong royong masyarakat dalam 8

9 pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif; g. mendampingi masyarakat dalam pemantauan dan proses kesepakatan penyempunaan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan; h. mendampingi masyarakat dalam pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan; i. menumbuhkembangkan dinamika lembaga kemasyarakatan dan kelompok-kelompok masyarakat yang bergerak dibidang ekonomi, sosial budaya, politik, dan pelestarian lingkungan hidup dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat ; j. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kader tekhnis dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif; dan k. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh negara kesatuan republik indonesia. Bagian Keempat Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Pasal 20 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kader Pemberdayaan Masyarakat mempunyai Peran sebagai : a. mempercepat perubahan (enabler) yaitu membentu masyarakat untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah, mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah yang dihadapi secara lebih efektif dan mengembangkan hubungan diantara pemeran / stakeholder pembangunan dengan baik ; b. perantara (mediator) yaitu melakukan mediasi individu atau kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pelayanan masyarakat, atau kelompok masyarakat dengan stakeholder lainnya, dan individu atau kelompok masyarakat apabila terjadi konflik dalam masyarakat ; c. pendidik ( educator) yaitu secara aktif memberikan berbagai masukan yang positif dan langsung sebagai bagian dari pengalaman-pengalamannya. memberikan informasi melalui kegiatan belajar mengajar untuk mendidik dan membiasakan warga yang didampingi berfikir lebih matang secara komprehensif. d. perencana ( planer) yaitu mengumpulkan data mengenai masalah yang terdapat dalam masyarakat dan menganalisa serta menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah dan mengembangkan program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif; e. advokasi ( advocation) yaitu memberikan advokasi dan /atau mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun pelayanan dan mendorong para pembuat keputusan kepala desa/lurah. f. aktivis ( activist) yaitu melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar dengan tujuan pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan. g. pelaksana teknis ( technical roles) yaitu mengorganisir warga masyarakat, tetapi juga melaksanakan tugas-tugas teknis seperti mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa, mengoprasikan komputer, menulis, prsentasi dan mengatur serta mengendalikan uang. BAB X LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN KPM Pasal 21 Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dalam melaksanakan tugas, fungsi dan peran, melakukan 10 (Sepuluh) langkah kegiatan sebagai berikut : a. menyiapkan diri kader pemberdayaan masyarakat (kpm) dan lkmd/k; 9

10 b. pendataan umum dan prioritas lokasi garapan; c. penyiapan masyarakat; d. pendataan bersama masyarakat; e. penyusunan rencana pembangunan bersama masyarakat; f. penyusunan prioritas usulan rencana pembangunan tingkat desa/kelurahan; g. pengorganisasian dan pengerahan swadaya gotong royong; h. pelaksanaan dan pembinaan kegiatan pembangunan; i. penilaian dan pelaporan keberhasilan pembangunan; dan j. tindak lanjut hasil pembangunan. BAB XI LEMBAGA ADAT Pasal 22 (1) Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Adat; (2) Kelembagaan adat pada Pasal 6 huruf c ditetapkan dalam Peraturan Desa dan keputusan Kepala Kelurahan ; (3) Peraturan Desa atau Keputusan Kepala Kelurahan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaporkan kepada Bupati Melalui Camat. BAB XII TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA ADAT Tugas Lembaga Adat Pasal 23 Lembaga Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) mempunyai tugas untuk membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat serta hubungan antar tokoh adat dengan Pemerintah Desa dan Lurah. Fungsi Lembaga Adat Pasal 24 Lembaga Adat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mempunyai fungsi: a. menampung dan menyalurkan pendapat atau aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa dan lurah serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat; b. pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya masyarakat serta memberdayakan masyarakat dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan desa dan kelurahan, pelaksanaan pembenagunan dan pembinaan kemasyarakatan; dan c. menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyetif antara kepala adat / pemangku adat / ketua adat atau pemuka adat dengan aparat Pemerintah Desa dan Lurah. 10

11 BAB XIII PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) Pasal 25 (1) Di Desa dan Kelurahan dibentuk Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. (2) Tim Penggerak PKK Desa atau Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa atau Lurah dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. BAB XIV TUGAS DAN FUNGSI PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) Tugas Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pasal 26 Tugas Tim Penggerak PKK Desa atau Kelurahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (2) meliputi: a. menyusun rencana kerja pkk desa atau kelurahan, sesuai dengan hasil rakerda kabupaten serdang bedagai; b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati; c. menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok pkk dusun / lingkungan, rw, rt dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati; d. menggali, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan; e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera; f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja; g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di desa / kelurahan; h. membuat laporan hasil kegiatan kepada tim penggerak pkk kecamatan dengan tembusan kepada ketua dewan penyantun tim penggerak pkk setempat; i. melaksanakan tertib administrasi; dan j. mengadakan konsultasi dengan ketua dewan penyantun tim penggerak pkk setempat. Bagian kedua Fungsi Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pasal 27 Tim Penggerak PKK Desa atau Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 mempunyai fungsi: (1) Penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; dan (2) Fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan PKK. 11

12 BAB XV SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) Pasal 28 (1) Susunan Pengurus Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/ Kelurahan. a. ketua dan wakil ketua b. sekretaris c. bendahara d. kelompok kerja (2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf d meliputi : a. kelompok kerja i meliputi bidang : 1. penghayatan dan pengamalan pancasila. 2. gotong royong. b. kelompok kerja ii meliputi bidang : 1. pendidikan dan keterampilan. 2. pengembangan dan kehidupan berkoperasi. c. kelompok kerja iii meliputi bidang : 1. sandang. 2. pangan. 3. perumahan dan tata laksana rumah tangga. d. kelompok kerja iv meliputi bidang: 1. kesehatan. 2. kelestarian lingkungan hidup. 3. perencanaan sehat. BAB XVI DEWAN PENYANTUN, KETUA TIM PENGGERAK PKK DAN ANGGOTA TIM PENGGERAK PKK Pasal 29 (1) Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK adalah Kepala Desa / Kelurahan; (2) Ketua Tim Penggerak PKK di Desa/ Kelurahan adalah Istri Kepala Desa/ Kepala Kelurahan atau seseorang yang dipilih dari dan oleh anggota Tim Penggerak PKK ; (3) Anggota Tim Penggerak PKK terdiri dari laki - laki atau perempuan bersifat perorangan, sukarela, tidak mewakili organisasi, partai Politik, golongan dan lembaga / instansi yang diusulkan oleh Tim Penggerak PKK dan ditetapkan oleh Kepala Desa / Kelurahan selaku Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK ; (4) Ketua Tim Penggerak PKK Desa / Kelurahan dimaksud Pasal 15 Ayat ( 2 ) Ketua Tim Penggerak PKK di Ketua oleh Tokoh Wanita atau yang mempunyai kemauan,kemampuan, dan pengetahuan ; 12

13 BAB XVII PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PENGURUS TIM PENGGERAK PKK Pengangkatan, Pelantikan dan Masa Bhakti Pengurus Tim Penggerak PKK Pasal 30 (1) Ketua Tim Penggerak PKK Desa / Kelurahan ditetapkan dan dilantik oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan dan dikukuhkan oleh Kepala Desa / Kelurahan selaku Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK Desa/ Kelurahan ; (2) Anggota Tim Penggerak PKK Desa / Kelurahan ditetapkan dan dilantik oleh Kepala Desa / Kelurahan atas usulan Ketua Tim Penggerak PKK Desa/ Kelurahan; (3) Masa Bhakti anggota Tim Penggerak PKK Desa / Kelurahan adalah ( 5 ) Tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali Pemberhentian Ketua Dan Anggota Tim Penggerak PKK Pasal 31 (1) Ketua Tim Penggerak PKK Desa/ Kelurahan berhenti karena : a. berakhirnya masa bhakti; b. berhalangan tetap ; c. meninggal dunia; (2) Anggota Tim Penggerak PKK berhenti Karena : a. permintaan pengunduran diri ; b. berakhir masa bhakti ; c. sebab lain yang ditetapkan oleh ketua umum/ ketua tim penggerak pkk ; d. meninggal dunia ; B A B XVIII RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) SERTA TUGAS DAN FUNGSINYA Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) Pasal 32 Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) adalah Lembaga Masyarakat di Desa / Kelurahan yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Tugas Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 33 Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Lurah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. 13

14 Bagian ketiga Fungsi Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 34 Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 mempunyai fungsi : (1) pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; (2) pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antara warga; (3) pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan (4) penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya. BAB XIX PERSYARATAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) Pasal 35 (1) Setiap Rukun Tetangga (RT)dibentuk dengan syarat maksimal 30 (Tiga puluh ) Kepala keluarga (KK) untuk Desa dan 50 ( Lima puluh ) Kepala Keluarga (KK) untuk Kelurahan ; (2) Setiap Rukun Warga (RW) dibentuk dengan syarat minimal 3 ( Tiga ) Rukun Tetangga(RT) untuk Desa dan 5 ( Lima ) Rukun Tetangga (RT) untuk kelurahan; (3) Pembentukan Rukun Tetangga (RT) dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Kepala Dusun / Kepala Lingkungan dengan Kepala Keluarga setempat; (4) Pembentukan Rukun Warga (RW) dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Kepala Desa / Lurah dengan Pengurus Rukun Tetangga. (5) Hasil Musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (Tiga) dan ayat 4(empat) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/ Lurah ; (6) Keputusan Kepala Desa/ Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat 5 (Lima) baru berlaku setelah mendapat pengesahan dari Camat atas nama Bupati. BAB XX KEANGGOTAAN, TUGAS POKOK, HAK DAN KEWAJIBAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) Keanggotaan Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 36 (1) Anggota Rukun Tetangga adalah Penduduk setempat yang terdaftar pada Kartu Keluarga yang diwakili oleh Kepala Keluarga ; (2) Anggota Rukun Warga adalah Rukun Tetangga yang diwakili oleh Pengurus Rukun Tetangga. Tugas Pokok Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 37 Tugas Pokok / Kewajiban Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) adalah : a. terwujudnya kehidupan masyarakat berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945; b. menggerakkan gotong royong, swadaya dan partisipasi masyarakat ; 14

15 c. membantu terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam rangka menunjang stabilitas nasional ; d. ikut serta menciptakan ketentraman dan ketetiban ; e. memfasilitasi hubungan antara masyarakat dan pemerintah ; f. memfasilitasi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat ; g. melaporkan tugas dan tanggungjawab kepada kepala desa atau lurah melalui kepala dusun / kepala lingkungan. Bagian Ketiga Hak Dan Kewajiban Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 38 Semua warga mempunyai hak untuk : a. memilih dan dipilih sebagai ketua rukun tetangga (rt) ataupun rukun warga; b. mengajukan pendapat ataupun usul dalam musyawarah rukun tetangga (rt) ataupun rukun warga (rw). BAB XXI SUSUNAN, KEPENGURUSAN DAN MASA BHAKTI RUKUN TETANGGA(RT) DAN RUKUN WARGA (RW) Bagian Kepertama Susunan Kepengurusan Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 39 (1) Susunan Kepengurusan Rukun Tetangga dan Rukun Warga disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat Desa / Kelurahan ; (2) Susunan Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) terdiri dari: a. penasehat; b. ketua; c. sekretaris; d. anggota. (3) Penasehat dalam Kepengurusan Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagaimana dimaksud dengan Ayat (2) langsung dijabat oleh Kepala Dusun/Lingkungan ; (4) Pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sebagaimana dimaksud dengan ayat (2) dipilih dari, dan oleh anggota dalam musyawarah; (5) Pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihunjuk oleh Ketua terpilih melalui musyawarah dan mufakat dengan pengurus lainnya. Masa Bhakti Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 40 Masa Bhakti Pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali masa bhakti berikutnya. 15

16 BAB XXII MEKANISME PEMILIHAN, PEMBERHENTIAN, PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN BERAKHIRNYA MASA BHAKTI PENGURUS RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) Mekanisme Pemilihan Pengurus Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 41 (1) Pemilihan Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga dilakukan melalui mekanisme musyawarah dan mufakat dengan para anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat; (2) Pemilihan Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh suatu panitia terdiri dari : a. kepala dusun/kepala lingkungan; b. pemuka masyarakat sebagai sekretaris dan ; c. beberapa anggota yang ditentukan oleh Ketua bila dipandang Perlu. (3) Pemilihan Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh panitia yang terdiri dari : a. kepala desa/lurah sebagai ketua; b. pemuka masyarakat sebagai sekretaris; c. beberapa anggota yang ditentukan oleh Ketua bila dipandang perlu. (4) Hasil Pemilihan Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diajukan oleh Kepala Desa/ Lurah Kepada Camat atas nama Bupati untuk mendapat pengesahan. Pemberhentian dan pengantian antar waktu pengurus rukun tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 42 Anggota pengurus Rukun Tetangga dan rukun warga dapat diganti atau berhenti sebelum habis masa bhaktinya dala hal : a. meninggal dunia b. atas permintaan sendiri; c. melakukan tindakan yang menghilangkan kepercayaan penduduk desa atau kelurahan terhadap kepemimpinan sebagai pengurus rukun tetangga dan rukun warga; d. tidak lagi memenuhi salah satu persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 17; e. pindah tempat tinggal dari lingkungan rukun tetangga dan rukun tetangga yang bersangkutan; f. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang undangan yan berlaku atau bertentangan dengan norma norma yang hidup dan berkembang di masyarakat; g. pengurus rukun tetangga tidak boleh merangkap sebagai pengurus rukun warga Bagian Ketiga Berakhirnya Masa Bhakti Rukun Tetangga (RT) Dan Rukun Warga (RW) Pasal 43 (1.) Setiap berakhirnya masa bhakti Pengurus Rukun Tetangga atau pemberhentian/penggantian sebelum habis masa bhaktinya, Kepala Dusun/Kepala Lingkungan berkewajiban memberitahukan kepada anggota tentang pemberhentian/penggantian pengurus dan melaporkannya kepada Kepala Desa/Lurah; (2.) Setiap berakhirnya masa bhakti Pengurus Rukun warga atau pemberhentian/penggantian pegurus sebelum habis masa baktinya, Kepala Desa/ Lurah berkewajiban memberitahukan 16

17 kepada anggota tentang pemberhentian /Pengantian Pengurus dan melaporkan kepada Camat. BAB XXIII MUSYAWARAH ANGGOTA RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) Pasal 44 (1.) Musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga merupakan wadah permusyawaratan dan pemukatan anggota dalam Lingkungan rukun Tetangga dan Rukun Warga; (2.) Musywarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk : a. memilih Pengurus b. menentukan dan merumuskan Program kerja; c. menerima dan mengesahkan pertangunjawaban Pengurus. (3.) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menentukan dan merumuskan program diadakan minimal 2 (dua) kali dalam (1) satu tahun; (4.) Musyawarah sebagamana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah dan dapat menetapkan sesuatu Keputusan apabila dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota; (5.) Apabila tidak tercapai jumlah anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selama 2 (dua) kali berturut turut,maka musyawarah berikutnya dianggap syah dann dapat menetapkan suatu keputusan setelah mendengar pertimbangan Camat; (6.) Keputusan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan berdasarkan Musyawarah dan mufakat. B A B XXIV DUSUN DAN LINGKUNGAN Pembentukan Dusun Dan Lingkungan Pasal 45 (1) Setiap Desa dibentuk Dusun dibentuk dengan syarat maksimal 100 KK (kepala Keluarga) untuk Desa dan Lingkungan 200 KK s/d 300 KK untuk Kelurahan; (2) Setiap Dusun dibentuk dengan syarat minimal 4 ( Empat) Rukun Warga (RW) untuk Desa dan Minimal 4 (Empat ) Rukun Warga untuk Kelurahan. (3) Pembebtukan Dusun di musyawarahkan dan dimufakatkan Oleh Kepala Desa dan Ketua RT dan RW setempat; (4) Pembentukan Lingkungan dimusyawarahkan dan dimufakatkan oleh Lurah dan Ketua Rukun Warga; (5) Hasil musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah; (6) Keputusan Kepala Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku setelah mendapat pengesahan dari camat atas nama Bupati Tugas Dan Fungsi Dusun Dan Lingkungan Pasal 46 (1) Dusun Lingkungan sebagai dimaksud dalam pasal 6 huruf f mempunyai tugas membantu 17

18 Pemerintah Desa dan Kelurahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintah. (2) Dusun dan Lingkungan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dalam pasal 44 mempunyai fungsi: a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antara warga; c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya. Bagian Ketiga Hak Dan Kewajiban Dusun Dan LingkungaN Pasal 47 Semua warga mempunyai hak untuk : a. memilih dan dipilih sebagai Kepala Dusun ataupun Kepala lingkungan.; b. mengajukan pendapat ataupun usul dalam Musyawarah Dusun ataupun Lingkungan. Bagian Keempat Kepengurusan Dusun Dan Lingkungan Pasal 48 Kepengurusan Dusun dan Lingkungan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat Desa / Kelurahan ; Bagian Kelima Pemberhentian Dan Pengantian Antar Waktu Dusun Dan Lingkungan Pasal 49 Kepala Dusun / Lingkungan dapat diganti atau berhenti sebelum habis masa bhaktinya dalam hal : a. meninggal dunia b. atas permintaan sendiri; c. melakukan tindakan yang menghilangkan kepercayaan penduduk desa atau kelurahan terhadap kepemimpinan sebagai kepala dusn atau lingkungan; d. tidak lagi memenuhi salah satu tugas kepala dusun/lingkungan; e. pindah tempat tinggal dari lingkungan desa/kelurahan; f. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang undangan yan berlaku atau bertentangan dengan norma norma yang hidup dan berkembang di masyarakat; g. kepala dusun/lingkungan merangkap sebagai pengurus salah satu partai. Bagian Keenam Berakhirnya Masa Bhakti Dusun Dan Lingkungan Pasal 50 (1) Setiap berakhirnya masa bhakti Kepala Dusun / Lingkungan atau pemberhentian / penggantian sebelum habis masa bhaktinya kepala Dusun / Kepala Lingkungan berkewajiban memberitahukan kepada Kepala Desa/Lurah; 18

19 (2) Setiap berakhirnya masa bhakti Kepala Dusun / Lingkungan atau pemberhentian / penggantian sebelum habis masa baktinya, Kepal Desa / Lurah berkewajiban memberitahukan kepada RT dan RW tentang pemberhentian /Pengantian Pengurus dan melaporkan kepad Camat. BAB XXV KARANG TARUNA Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Karang Taruna Pasal 51 (1) Karang Taruna berkedudukan di Desa / Kelurahan di dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia; (2) Tugas pokok Karang Taruna secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya; (3) Karang Taruna melakukan fungsi : a. penyelenggara usaha kesejahteraan sosial; b. penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat; c. penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan; d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya; e. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggungjawab sosial generasi muda; f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia; g. pemupukan kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggungjawab sosial yang bersifat rekreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya; h. penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi soaial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial; i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya; j. penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual Azaz Dan Tujuan Karang Taruna Pasal 52 (1) Karang Taruna berazaskan Pancasila; (2) Tujuan Karang Taruna adalah : a. terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran bertanggungjawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial; b. terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang terampil dan berkepribadian serta berpengetahuan; 19

20 c. tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna; d. termotifasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; e. terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat; f. terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di Desa / Kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya; g. terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di Desa / Kelurahan yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Bagian Ketiga Keanggotaan Karang Taruna Pasal 53 (1) Keanggotaan Karang Taruna menganut sistem stetsel pasif yang berarti seluruh generasi muda dalam lingkungan Desa / Kelurahan yang berusia 13 tahun sampai dengan 35 tahun, selanjutnya disebut warga Karang Taruna; (2) Setiap generasi muda dalam kedudukannya sebagai warga Karang Taruna mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan asal keturunan, golongan, adat budaya, jenis kelamin, kedudukan sosial, pendirian politik dan agama. Bagian Keempat Kepengurusan Karang Taruna Pasal 54 (1) Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan mufakat oleh warga Karang Taruna yang bersangkutan dan memenuhi syarat-syarat untuk diangkat sebagai pengurus Karang Taruna yaitu : a. bertaqwa kepada tuhan yang maha esa; b. setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila dan undang-undang dasar 1945; c. dapat membaca dan menulis; d. memiliki pengalaman serta aktif dalam kegiatan karang taruna; e. memiliki pengetahuan dan keterampilan berorganisasi, kemauan dan kemampuan pengabdian di bidang kesejahteraan sosial; f. sebagai warga penduduk setempat dan bertempat tinggal tetap; g. berusia 17 tahun sampai 35 tahun. (2) Kepengurusan Karang Taruna Desa / Kelurahan yang terpilih dan disahkan dalam temu karya di wilayahnya adalah sebagai pelaksana organisasi dalam wilayah yang bersangkutan dan dikukuhkan oleh Kepala Desa / Lurah; (3) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sekurang-kurangnya terdiri atas : a. ketua dan wakil ketua; b. sekretaris; c. bendahara; d. seksi. (4) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d dapat terdiri dari : a. seksi organisasi; 20

21 b. seksi pendidikan dan latihan; c. seksi pelayanan kesejahteraan sosial; d. seksi pengabdian masyarakat; e. seksi usaha; f. seksi kerohanian / pembinaan mental; g. seksi kesenian; h. seksi olah raga. Bagian Kelima Mekanisme Kerja Karang Taruna Pasal 55 (1) Pengurus Karang Taruna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggungjawab kepada Kepala Desa / Kelurahan; (2) Pengurus Karang Taruna Desa / Kelurahan melaksanakan fungsi-fungsi operasional di bidang kesejahteraan sosial sebagai tugas pokok Karang Taruna dan fungsi serta program kerja lainnya yang dilaksanakan bersama Pemerintah Desa / Kelurahan dan komponen terkait sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (3) Mekanisme hubungan komunikasi, informasi dan kerjasama antara Karang Taruna dengan wadah pengurus di lingkungan Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Nasional adalah bersifat koordinatif, konsultatif dan kolaborasi secara fungsional serta bukan opersional; (4) Untuk mendayagunakan pranata jaringan komunikasi, informasi dan kerjasama antara Karang Taruna yang lebih berdayaguna dan berhasil guna, maka diadakan forum pertemuan Karang Taruna yang diatur sebagai berikut: a. temu karya; b. rapat kerja; c. rapat pimpinan; d. rapat pengurus pleno; e. rapat konsultasi; f. rapat pengurus harian. (5) Mekanisme forum pertemuan tersebut diatur lebih lanjut dalam pedoman pelaksanaan Karang Taruna; (6) Forum-forum pertemuan Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah peserta / pengurus dari lingkup yang bersangkutan; (7) Pengambilan Keputusan dalam setiap forum pertemuan Karang Taruna wajib dilakukan secara musyawarah dan mufakat, apabila hal itu tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Bagian Keenam Masa Bhakti Karang Taruna Pasal 56 Masa Bhakti Pengurus Karang Taruna di Desa / Kelurahan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali. 21

22 Bagian Ketujuh Pengukuhan Dan Pelantikan Pengurus Karang Taruna Pasal 57 (1) Pengukuhan Pengurus Karang Taruna Desa / Kelurahan dilakukan oleh Kepala Desa / Kelurahan dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa / Kelurahan; (2) Pelantikan Pengurus Karang Taruna Desa / Kelurahan dilaksanakan oleh Kepala Desa / Kelurahan. (3) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh merangkap jabatan pada Lembaga Kemasyarakatan lainnya dan bukan merupakan anggota salah satu partai politik. (4) Masa Bhakti pengurus Lembaga Kemasyarakatan di desa selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. (5) Masa bhakti pengurus Lembaga Kemasyarakatan di kelurahan selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. BAB XXVI LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA Lembaga Kemasyarakatan Di Desa / Kelurahan Pasal 58 (1) Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h yang diakui oleh masyarakat ditetapkan dalam Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah kabupaten Serdang Bedagai; (2) Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h yang diakui oleh masyarakat ditetapkan Keputusan Kepala Lurah. Hubungan Kerja Kelembagaan Pasal 59 (1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Desa bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pihak ketiga di desa bersifat kemitraan. Pasal 60 (1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan kelurahan bersifat konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di kelurahan bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan pihak ketiga di kelurahan bersifat kemitraan. 22

23 Bagian Ketiga. Sumber Dana Pasal 61 (1) Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan Desa dapat bersumber dari: a. swadaya masyarakat; b. anggaran pendapatan dan belanja desa; c. anggaran pendapatan dan belanja daerah dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara; d. bantuan pemerintah, pemerintah propinsi Sumatera Utara dan pemerintah kabupaten; dan e. bantuan lain yang syah dan tidak mengikat. (2) Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan kelurahan dapat bersumber dari: a. swadaya masyarakat; b. bantuan dari anggaran Pemerintah Kelurahan; c. bantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi Sumatera Utara dan pemerintah kabupaten; dan d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat Bagian Keempat Pembinaan Pasal 62 Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan wajib membina Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan. Pasal 63 (1) Pembinaan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud Pasal 61 diatas meliputi: a. memberikan pedoman dan standar pelaksanaan lembaga kemasyarakatan; b. memberikan pedoman dan/atau melaksanakan pendidikan dan pelatihan; c. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi terhadap lembaga kemasyarakatan; dan e. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan. (2) Pembinaan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 diatas meliputi: a. memfasilitasi pelaksanaan tugas fungsi dan kewajiban Lembaga Kemasyarakatan; b. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. memfasilitasi kerjasama antara Lembaga Kemasyarakatan dan kerja sama Lembaga Kemasyarakatan dengan pihak ketiga; Pasal 64 Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) meliputi: a. memfasilitasi penyusunan peraturan desa yang berkaitan dengan lembaga kemasyarakatan; b. memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; c. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan paetisipatif: d. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat; e. memfasilitasi kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga; 23

24 f. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan; dan memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan BAB XXVII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 65 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan Peraturan Bupati. BAB XXVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 66 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Ditetapkan di Sei rampah pada tanggal 31 Desember 2008 BUPATI SERDANG BEDAGAI, dto T. ERRY NURADI Diundangkan di Sei Rampah pada tanggal 31 Desember 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, dto DJAILI AZWAR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2008 NOMOR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 9 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2009 Seri D Nomor 4 Tahun2009 Menimbang : a PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 89 Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : Mengingat : a. b. 1. 2. 3. 4. 5. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Edit dewan 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : Mengingat a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA SAWAHLUNTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 12, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BU BUPATI MAROSAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL 1 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 34 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa lembaga kemasyarakatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa lembaga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci