SIMPULAN DAN SARAN Formatted: Simpulan Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMPULAN DAN SARAN Formatted: Simpulan Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted: Formatted:"

Transkripsi

1 132 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Ekstrak teh hijau optimum yang digunakan dalam pembuatan beras Memberamo pratanak fungsional adalah 7%, sedangkan untuk beras Memberamo instan fungsional adalah 4%. Konsentrasi ekstrak teh hijau dapat menurunkan daya cerna pati in vitro, sehingga menurunkan respon glikemiknya. 2. Aktivitas hipoglikemik dipengaruhi oleh karakteristik bahan secara simultan. Varietas beras yang memiliki aktivitas hipoglikemik dari yang tertinggi hingga terendah dibagi atas lima kategori, yaitu :1) Cisokan, 2) Batang Piaman, 3) Memberamo, Cenana Bali, Lusi, Bengawan Solo, 4) Pandan Wangi, Taj Mahal, Celebes; Rojo Lele, dan 5) Ciherang. Varietas Memberamo terpilih sebagai bahan baku beras fungsional karena memiliki aktivitas hipoglikemik yang relatif tinggi, namun tekstur nasinya pulen dan mempunyai citarasa enak karena tergolong beras beramilosa rendah (19.30%) Daya cerna pati in vitro berpengaruh terhadap aktivitas hipoglikemik beras fungsional. Daya cerna pati in vitro rendah akan meningkatkan aktivitas hipoglikemik beras fungsional. 3. Beras Memberamo instan fungsional (BMIF) secara nyata (P<0.05) dapat menghambat laju kerusakan sel-β pulau Langerhans pada tikus DM, meskipun belum dapat menyamai kontrol negatif (tikus sehat). Beras Memberamo pratanak fungsional (BMPF) telah menunjukkan penghambatan penurunan jumlah pulau Langerhans, tetapi belum menunjukkan perbedaan nyata (P>0.05) dalam menghambat laju kerusakan sel-β pulau Langerhans pada tikus DM. 4. Daya cerna pati in vitro dan ekstrak teh hijau dengan kadar 7 % dalam pembuatan beras pratanak fungsional dan 4 % dalam pembuatan beras instan fungsional berpengaruh nyata (P<0.05) dalam menurunkan indeks glikemik (IG) beras. IG beras Memberamo adalah 67, beras Memberamo fungsional IG = 60, beras Memberamo pratanak fungsional IG = 56, dan Memberamo instan fungsional IG = 49. Formatted: Bullets and Numbering Deleted: Kadar amilosa, serat pangan, dan pati resisten yang tinggi mempunyai kecenderungan menurunkan respon glikemik. Sebaliknya, daya cerna pati yang rendah cenderung menurunkan respon glikemik. Deleted: adalah beras Deleted: (kadar amilosa 19.29%) yang mempunyai aktivitas hipoglikemik tertinggi ke- 3 setelah Cisokan dan Batang Piaman, sehingga dipilih untuk penelitian beras fungsional antidiabetes melitus. Sifat hipoglikemik Memberamo didukung oleh kandungan pati resisten tertinggi (2.68%) dan serat pangan total yang juga tinggi (6.92%). <#>Ekstrak teh hijau optimum yang digunakan dalam pembuatan... [107]

2 133 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian tingkat molekuler ikatan pati (amilosa/amilopektin) dengan komponen polifenol untuk mengetahui mekanisme penurunan daya cerna pati in vitro. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh konsumsi beras fungsionalekstrak teh terhadap penderita diabetes melitus selama tiga sampai enam bulan dan kondisi terkendali, dengan menu makan terkontrol sesuai dengan kebutuhan gizi masing-masing diabetesi. 3. Faktor-faktor potensial yang menyebabkan kerusakan pulau Langerhans dan sel-β pankreas perlu dipelajari lebih lanjut. Demikian pula dengan peluang perbaikan atau penghambatan tingkat kerusakannya lebih lanjut dengan perlakuan beras fungsional. 4. Perlu dilakukan penelitian pengaruh polifenol terhadap protein dan mineral di dalam beras fungsional. 5. Perlu dilakukan penelitian tentang jenis dan cara pengemasan, serta daya simpan beras fungsional yang menggunakan ekstrak teh hijau. 6. Beras Taj Mahal yang merupakan beras impor dari India, mempunyai IG sedang dan tidak berbeda nyata dengan varietas Memberamo. Berdasarkan aktivitas hipoglikemik yang dilakukan dalam penelitian ini, terbuka peluang mendapatkan beras lokal dengan IG rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian dan penyusunan pangkalan data IG dari beras varietas unggul nasional yang telah dilepas Departemen Pertanian. Berkaitan dengan peluang penggunaan beras lokal bagi diabetesi maka perlu dilakukan evaluasi ulang apakah masih diperlukan impor beras Taj Mahal sebagai beras khusus tersebut 7. Beras, dan juga bahan pangan lain yang mempunyai sifat fisiologis membantu mencegah terjadinya penyakit tertentu, berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Dalam aplikasi dan komersialisasi produk-produk seperti beras fungsional ini diperlukan regulasi yang jelas dan menyeluruh, sehingga dapat sebagai acuan bagi produsen, konsumen maupun stake holder. Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,66 cm, Tabs: 0,66 cm, List tab + Not at 1,27 cm Formatted: Bullets and Numbering Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,66 cm, Tabs: 0,66 cm, List tab + Not at 1,27 cm Formatted: Bullets and Numbering Deleted:

3 Page 70: [1] Deleted SriWidowati 2/3/2007 2:33:00 PM Kandungan pati dari keseluruhan beras yang diuji berkisar antara (Batang Piaman) sampai 80.9 % (Memberamo dan Celebes), sedangkan protein bervariasi antara 6.1 (Batang Piaman dan Bengawan Solo) sampai 7.39 % (Cenana) dan lemak 0.31 (Rojo Lele) hingga 0.88 % (Taj Mahal). Kandungan pati merupakan faktor utama yang mempengaruhi respon glikemik (Willet et al. 2002). Namun, protein dan lemak juga memberikan kontribusi dalam aktivitas hipoglikemik (Eckel 2003). Keberadaan protein dan lemak dalam bahan pangan cenderung menurunkan respon glikemik (Foster-Powell et al. 2002). Komponen tersebut memperlambat laju pengosongan lambung, sehingga laju pencernaan di dalam usus kecil juga cenderung melambat. Berdasarkan kenyataan ini, makanan serupa yang memiliki kandungan lemak lebih tinggi akan menghasilkan respon glikemik yang lebih rendah. Dengan kata lain, makanan tersebut bersifat lebih hipoglikemik. Page 70: [2] Formatted SriWidowati 2/3/2007 2:47:00 PM, Finnish Page 70: [3] Formatted SriWidowati 2/3/2007 2:49:00 PM, Finnish Page 70: [4] Formatted SriWidowati 2/3/2007 2:49:00 PM, Finnish Page 70: [5] Deleted SriWidowati 2/3/2007 2:33:00 PM Amilosa dan Gula Total Kandungan amilosa dan gula total dari berbagai varietas beras disajikan pada Tabel 6. Amilosa merupakan atribut yang penting dalam mutu tanak dan rasa dari beras. Oleh karena itu, ketika melepas suatu varietas baru, amilosa merupakan salah satu komponen yang harus dianalisis. Page 70: [6] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Font: Not Italic, Finnish Page 74: [7] Deleted SriWidowati 2/4/2007 7:05:00 AM Tabel 6. Kadar amilosa dan gula total pada berbagai varietas beras giling (derajat sosoh = 90 %) No Varietas Amilosa (%) Gula total (%) 1. Bt. Piaman a 0.34 e

4 2. Cisokan b 0.39 cde 3. Taj Mahal *) b 0.39 cde 4. PandanWangi bc 0.42 cde 5. Rojo Lele cd 0.51 cd 6. Cenana Bali de 0.70 ab 7. Ciherang de 0.43 cde 8. Celebes e 0.27 e 9. Memberamo f 0.55 bc 10. Bengawan Solo g 0.43 cde 11. Lusi **) 7.30 h 0.82 a Page 74: [8] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [9] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [10] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [11] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [12] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [13] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [14] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [15] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [16] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [17] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [18] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [19] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [20] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [21] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM

5 Page 74: [22] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [23] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Page 74: [24] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM, Line spacing: single Page 74: [25] Deleted SriWidowati 2/3/2007 9:55:00 AM Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (DMRT); *) Beras impor sebagai pembanding **) Beras ketan. Beras merupakan komoditas yang kadar gula totalnya relative rendah (kurang dari 1%). Kadar gula total dari sampel uji berkisar antara 0.27 (Celebes) sampai 0.82 % (Lusi) (Tabel 6). Nampaknya kadar gula total tidak terkait erat dengan aktivitas glikemik. Hal ini dapat dipahami, karena prosentase kadar gula total pada beras sangat kecil (kurang dari 1%). Varietas yang mempunyai aktivitas hipoglikemik terbaik, yaitu Cisokan dan Batang Piaman, memiliki kadar gula yang relatif rendah. Namun, varietas Ciherang yang kadar gulanya relative rendah (0.43%), tetapi bersifat hiperglikemik. Page 74: [26] Formatted SriWidowati 2/4/2007 9:41:00 AM Line spacing: single Page 76: [27] Deleted SriWidowati 2/4/ :32:00 AM Diantara berbagai varietas beras Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini, varietas Cisokan memiliki daya cerna pati yang paling rendah (52.21%). Menurut Willet et al. (2002), karbohidrat yang diserap secara lambat akan menghasilkan puncak kadar gula darah yang rendah pula dan berpotensi yang baik dalam mengendalikan respon glikemik. Hal ini menunjukkan bahwa Cisokan memperkuat pendapat tersebut. Sedangkan bahan pangan yang mudah terhidrolisis selama proses pencernaan akan segera meningkatkan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah secara cepat akan mendorong pankreas untuk memproduksi dan mensekresikan indulin. Konsekwensinya, kadar gula darah yang tinggi akan meningkatkan respon insulin (Ostman et al. 2001). Data yang tertera pada Tabel 7 nampaknya tidak konsisten, varietas Ciherang menunjukkan puncak kadar gula darah yang tinggi (Gambar 12), namun varietas tersebut memiliki daya cerna pati yang sedang (medium). Sedangkan varietas Batang Piaman memiliki daya cerna pati paling tinggi diantara sepuluh varietas Indonseia yang diuji, tetapi mempunuai sifat hipoglikemik terbaik kedua setelah Cisokan. Secara umum, daya cerna pati semakin rendah, cenderung menurunkan respon glikemik. Salah Page 76: [28] Deleted SriWidowati 2/4/ :32:00 AM

6 Tabel 7. Daya cerna pati dan serat pangan pada beras giling (derajat sosoh = 90 %) No Varietas Daya cerna pati (%) Serat pangan larut (%) Serat pangan tidak larut (%) 1. Batang Piaman b 1.96 bc 3.63 cd 2. Cisokan e 1.80 bcd 4.44 abc 3. Taj Mahal *) a 1.79 bcd 4.53 ab 4. PandanWangi e 0.82 d 1.91 f 5. Rojo Lele cd 2.40 b 3.77 bcd 6. Cenana Bali b 1.21 d 3.01 de 7. Ciherang cd 1.55 bcd 2.97 de 8. Celebes b 1.48 bcd 3.71 bcd 9. Memberamo b 3.95 a 2.97 de 10. Bengawan Solo cd 0.91 d 4.62 a 11. Lusi **) c 3.90 a 2.61 ef Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (DMRT); *) Beras impor sebagai pembanding **) Beras ketan. Page 81: [29] Deleted SriWidowati 2/4/2007 8:58:00 AM Pati Resisten Konsep lama di dalam ilmu gizi meyakini bahwa pati merupakan karbohidrat komplek dan sumber energi utama dari bahan pangan nabati, dapat dicerna secara sempurna di dalam usus halus manusia. Anggapan ini didasarkan pada pengetahuan bahwa air liur dan pankreas menghasilkan enzim amilase yang dapat menghidrolisis pati. Namun, teori tersebut saat ini dikoreksi setelah banyak hasil penelitian, baik in vitro maupun in vivo yang menemukan bahwa tidak semua pati dapat dicerna secara sempurna. Hal ini ditandai dengan adanya sisa pati di dalam usus besar. Fraksi pati yang tidak tercerna ini disebut pati resisten (Resistant Starch, RS) (Asp 1992). Dari sudut pandang fisiologis, pati resisten didefinisikan sebagai jumlah pati dan hasil dari pencernaan pati yang tidak dapat diserap di dalam usus halus individu sehat. Pencernaan dan penyerapan karbohidrat yang lamban akan menghasilkan menurunkan respon metabolik postprandial. Oleh karena itu, karbohidrat yang dicerna secara lambat, bahkan tidak dapat dicerna seperti

7 pati resisten akan menurunkan respon glikemik. Dengan kata lain diet yang mengandung pati resisten cenderung bersifat hipoglikemik. Gambar 12 menunjukkan kandungan pati resisten dari sepuluh varietas beras Indonesia dan beras Taj Mahal sebagai pembanding. Kandungan pati resisten tertinggi terdapat pada beras Taj Mahal (2.78 %), kemudian Memberamo (2.68 %), Cisokan (2.02 %) dan Cenana-Bali (2.01 %). Kandungan pati resisten terendah terdapat pada varietas Celebes (1.57%). Secara keseluruhan data yang diperoleh dari tahap penelitian ini memberikan ilustrasi bahwa respon glikemik merupakan sifat yang sangat unik. Hal serupa juga disebutkan oleh Rimbawan dan Siagian (2004) dalam penentuan IG pangan. Respon glikemik suatu bahan pangan tidak dapat diprediksi hanya dari komposisi kimia bahan saja. Masingmasing komponen memberi kontribusi baik meningkatkan ataupun menurunkan respon glikemik, dan secara sinergis juga dipengaruhi oleh sifat fisikokimia lain, faktor genetik dan cara pengolahan serta respon faali individu. 3,00 2,50 2,78 2,68 RS (%) 2,00 1,50 1,70 2,02 1,74 1,62 2,01 1,78 1,57 1,80 1,87 1,00 0,50 0,00 Bt piaman Cisokan Taj Mahal Pd.Wangi Rojo lele C.Bali Ciherang Celebes Memberamo Bgw Solo Lusi Gambar 12. Profil pati resisten (RS) pada berbagai varietas beras giling Hasil penelitian menunjukkan varietas yang memberikan aktivitas hipoglikemik terbaik, berturut-turut adalah : Cisokan, Batang Piaman dan Memberamo. Sedangkan Ciherang

8 merupakan varietas yang bersifat hiperglikemik dibandingkan dengan varietas lain yang diuji dalam penelitian ini. Aktivitas hipoglikemik tertinggi dari Cisokan ini didukung oleh berbagai komponen, yaitu tingginya kadar amilosa (27.6 %), lemak (0.79 %), serat pangan total (6.24%) dan pati resisten (2.02%) serta daya cerna pati yang paling rendah (52.21%). Meskipun varietas Cisokan menunjukkan aktivitas hipoglikemik tertinggi, namun tekstur nasinya keras dan rasa kurang enak (Balitpa 2004b). Oleh karena itu varietas ini tidak dipilih untuk tahap penelitian selanjutnya. Varietas yang digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah Memberamo. Dasar pertimbangan pemilihan varietas Memberamo karena kadar amilosanya rendah (19.29%), sehingga tekstur nasi pulen dan rasa enak (Balitpa 2004b), namun varietas ini menunjukkan sifat hipoglikemik yang relatif tinggi. Sifat hipoglikemik dari varietas Memberamo tersebut terutama didukung oleh kandungan serat pangan total tertinggi (6.92%) dan pati resisten (2.68%) yang juga tinggi. Page 86: [30] Deleted SriWidowati 2/5/ :04:00 PM Dari sembilan kombinasi yang didapat, kemudian diseleksi lagi menjadi 3 kondisi optimal. Dari sembilan perlakuan tersebut, dapat dilihat bahwa pada semua suhu ekstraksi ternyata perbandingan teh dan air 10:100 (b/v) yang menghasilkan rendemen terbesar pada tiap suhu. Maka tiga sampel tersebut dianalisis dengan uji sidik ragam untuk melihat sampel yang terbaik rendemennya. Ternyata setelah diuji statistik dari ketiga sampel tersebut pada suhu 85 0 C rendemennya tidak berbeda nyata, baik dengan suhu 95 0 C maupun suhu 75 0 C. Parameter lain yang digunakan untuk menyeleksi adalah analisis antioksidan menggunakan DPPH. Page 86: [31] Formatted SriWidowati 2/6/2007 1:43:00 AM Line spacing: single Page 86: [32] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Font: Italic, Page 86: [33] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Font: Italic, Page 86: [34] Formatted SriWidowati 2/6/2007 1:44:00 AM Line spacing: single Page 86: [35] Formatted SriWidowati 2/6/2007 1:44:00 AM, Line spacing: single Page 86: [36] Deleted SriWidowati 2/6/2007 1:44:00 AM Tingginya aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh banyaknya DPPH yang direduksi, terlihat dari semakin pudarnya warna ungu. Pada ketiga sampel terpilih, aktivitas antioksidan sampel dengan perlakuan ekstraksi suhu 95 0 C, waktu 8 menit dan

9 perbandingan 10:100 (b/v) menunjukkan nilai TEAC sebesar 9.42 TEAC. Angka ini menunjukkan sampel dengan konsentrasi 0.1g/ml memiliki aktivitas antioksidan yang sama dengan Trolox 9.42 mm. Untuk sampel dengan perlakuan ekstraksi suhu 85 0 C, waktu 8 menit dan perbandingan 10:100 (b/v) menunjukkan nilai TEAC sebesar 9.48 TEAC. Sedangkan aktitivitas antioksidan sampel dengan perlakuan ekstraksi suhu 75 0 C, waktu 15 menit dan perbandingan 10:100 (b/v) menunjukkan nilai TEAC sebesar 9.43 TEAC. Berdasarkan hasil uji sidik ragam, suhu ekstraksi tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan dari ketiga sampel tersebut. Page 86: [37] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [38] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [39] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt, Line spacing: single Page 86: [40] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [41] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt, Line spacing: single Page 86: [42] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [43] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [44] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt, Line spacing: single Page 86: [45] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [46] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 86: [47] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt, Line spacing: single Page 86: [48] Formatted SriWidowati 2/6/2007 5:22:00 PM Space Before: 1 pt, After: 1 pt Page 87: [49] Deleted SriWidowati 2/6/2007 5:24:00 PM Tabel 8. Pengaruh kondisi ekstraksi terhadap rendemen dan aktivitas antioksidan Suhu Waktu Perbandingan Rendemen TEAC ( 0 C) optimum (menit) optimum (b/v) (%) : b 9.42 a : ab 9.48 a

10 : a 9.43 a pada rendemen dan konsumsi energi ekstraksi. Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi, rendemen yang dihasilkan cenderung meningkat. Hal ini diduga karena pengaruh suhu ekstraksi yang semakin tinggi mempercepat laju difusi komponen bioaktif dari teh hijau ke dalam pelarut. Selain itu, laju reaksi pelarutan dari komponen bioaktif teh berjalan semakin cepat, sehingga memudahkan komponen tersebut larut ke dalam air. Page 88: [50] Deleted SriWidowati 2/6/ :49:00 AM Tabel 9. Jumlah energi yang terpakai untuk ekstraksi menggunakan retort. Suhu ( 0 C) Waktu (menit) Waktu memanaskan air 5 L (menit) Daya pemanas retort (KW) Energi (KWh) Page 90: [51] Formatted SriWidowati 4/9/2007 6:04:00 AM Indent: First line: 1 cm Page 90: [52] Formatted SriWidowati 4/9/2007 5:59:00 AM Indonesian Page 90: [53] Formatted SriWidowati 4/9/2007 5:59:00 AM Indonesian Page 90: [54] Formatted SriWidowati 4/9/2007 6:04:00 AM Page 90: [55] Formatted SriWidowati 4/9/2007 5:59:00 AM Indonesian Page 90: [56] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM Pada proses perendaman Page 90: [57] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM Page 90: [58] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM Page 90: [59] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM di dalam air dengan perbandingan Page 90: [60] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM Page 90: [61] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM

11 Page 90: [62] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM 1 : 2, setelah 4 jam kadar air gabah mencapai 30 % Page 90: [63] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM dilakukan proses perendaman tidak ada Page 90: [64] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM Page 90: [65] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM air yang tersisa dan gabah Page 90: [66] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM Page 90: [67] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM tersisa lagi. Sedangkan pada perendaman dengan perbandingan air : gabah = 1 : 3, setelah 4 jam kadar air gabah mencapai 30 % dan air rendaman masih tersisa sedikit. Page 90: [68] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM Berdasarkan hasil tersebut, maka jumlah air perendaman yang dipilih dengan perbandingan gabah : air adalah 1 : 3, karena seluruh gabah dapat terendam hingga waktu yang ditentukan. Page 90: [69] Formatted Wido aja 2/5/2007 3:27:00 PM Page 90: [70] Deleted SriWidowati 4/9/2007 5:56:00 AM air rendaman masih tersisa sedikit dan gabah masih terendam air. Page 90: [71] Deleted Wido aja 2/5/2007 4:04:00 PM ). Hasil mutu tanak pada pemasakan beras pratanak dapat dilihat pada Tabel 11. Page 90: [72] Formatted Wido aja 2/5/2007 2:54:00 PM Page 90: [73] Formatted Wido aja 2/5/2007 2:54:00 PM Page 90: [74] Deleted Wido aja 2/5/2007 4:05:00 PM mutu tanak pada pemasakan beras pratanak Page 90: [75] Formatted Wido aja 2/5/2007 2:54:00 PM Page 90: [76] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Italian (Italy) Page 90: [77] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM English (U.S.) Page 90: [78] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM

12 Italian (Italy) Page 91: [79] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Italian (Italy) Page 91: [79] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Italian (Italy) Page 91: [80] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:07:00 AM ini Page 91: [80] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:07:00 AM yang Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:07:00 AM Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:07:00 AM Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:09:00 AM Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:10:00 AM untuk mencegah butir beras retak lebih banyak Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:10:00 AM Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:10:00 AM Page 91: [81] Deleted SriWidowati 2/6/2007 2:11:00 AM Page 91: [82] Deleted SriWidowati 4/9/2007 6:19:00 AM Tabel 12. Kadar air gabah pada berbagai waktu pengeringan tahap I suhu 100 o C No Waktu pengeringan (menit) Kadar air (%)

13 Page 91: [84] Formatted SriWidowati 4/9/2007 6:17:00 AM, Italian (Italy) Page 91: [84] Formatted SriWidowati 4/9/2007 6:17:00 AM Italian (Italy) Page 91: [84] Formatted SriWidowati 4/9/2007 6:17:00 AM, Italian (Italy) Page 91: [84] Formatted SriWidowati 4/9/2007 6:17:00 AM, Italian (Italy) Page 91: [85] Formatted SriWidowati 2/6/2007 2:12:00 AM Page 91: [85] Formatted SriWidowati 2/6/2007 2:12:00 AM Page 103: [86] Deleted SriWidowati 2/6/2007 9:00:00 PM 2 Page 103: [86] Deleted SriWidowati 2/6/2007 9:00:00 PM. Page 103: [86] Deleted SriWidowati 4/9/2007 8:43:00 AM 9 Page 103: [87] Deleted SriWidowati 2/6/2007 9:00:00 PM 2

14 Page 103: [87] Deleted SriWidowati 4/9/2007 8:43:00 AM 9 Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [88] Formatted SriWidowati 2/7/2007 2:42:00 PM Page 103: [89] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:38:00 PM Italian (Italy) Page 103: [89] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:38:00 PM Italian (Italy) Page 103: [90] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:38:00 PM Page 103: [90] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:38:00 PM Page 103: [90] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:39:00 PM Page 103: [91] Deleted SriWidowati 2/6/2007 9:02:00 PM Ket.: Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % (DMRT); Page 103: [91] Deleted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [91] Deleted SriWidowati 2/6/2007 9:02:00 PM Page 103: [92] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [92] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [92] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [92] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM

15 Page 103: [92] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [93] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [93] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [94] Formatted SriWidowati 2/7/2007 5:40:00 PM Page 103: [94] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Page 103: [94] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Page 103: [95] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Page 103: [95] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Page 103: [96] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Page 103: [96] Formatted SriWidowati 2/7/ :27:00 PM Page 103: [97] Deleted SriWidowati 2/6/2007 9:22:00 PM Kadar Abu Hasil uji duncan pada kadar abu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan (Tabel 18). Konsentrasi ekstrak teh hijau 2 dan 4% tidak berpengaruh terhadap kadar abu beras instan fungsional. Tingginya kadar abu dari beras instan ini dapat disebabkan oleh kandungan mineral yang terdapat pada ekstrak teh, sehingga kadar abu beras instan fungsional ( % bk) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar mineral dari beras giling ( % bk). Page 105: [98] Deleted SriWidowati 2/7/2007 1:34:00 AM Namun hasil analisis sidik ragam menunjukkan daya cerna pati antar perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 22). Tabel 22. Serat pangan, daya cerna pati, fenol bebas dan pati resisten pada beras instan fungsional (% bk) No. Perlakuan Serat larut Serat tdk larut Daya cerna pati Total fenol Pati resisten 1 A1B c 3.95 a a 0.55 a 2.4 b

16 2 A1B b 3.44 a a 1.68 c 2.6 c 3 A2B a 3.72 a a 1.17 b 2.1 a 4 A2B d 2.36 a a 1.68 c 2.9 d Page 106: [99] Deleted SriWidowati 2/7/2007 6:48:00 PM Warna merupakan salah satu penentu kualitas beras instan, karena berkaitan langsung dengan penampilan disukai atau tidaknya oleh konsumen. Pada uji organoleptik warna beras instan fungsional adalah warna kecoklatan akibat adanya pigmen coklat dari ekstrak teh hijau. Penilaian panelis terhadap warna beras instan yang lebih disukai (4.58) adalah beras dengan perlakuan perendaman dengan ekstrak teh 2% dan pemasakan dengan ekstrak 4%). Sedangkan penilaian panelis terhadap warna nasi instan fungsional yang lebih disukai (4.44) adalah nasi dari beras instan dengan perlakuan perendaman dengan ekstrak teh 4% dan pemasakan dengan ekstrak 2%) dengan deskripsi hedonik netral. Tabel 23. Hasil rata-rata uji organoleptik beras instan fungsional Perlaku Rating beras instan Hedonik nasi instan No. an Tekstur Warna Rasa Tekstur Warna 1 A1B bc 3.00 b 3.46 c 3.15 a 3.65 a 2 A1B c 4.58 d 3.02 b 3.62 b 3.72 a 3 A2B b 4.06 c 3.18 b 4.02 b 4.44 a 4 A2B a 2.40 a 2.48 a 3.42 b 4.3 a Page 106: [100] Formatted SriWidowati 2/7/2007 6:52:00 PM, Indonesian Page 106: [101] Formatted SriWidowati 2/7/2007 6:52:00 PM, Indonesian Page 106: [102] Formatted SriWidowati 2/7/2007 8:24:00 PM Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm, Line spacing: single Page 106: [103] Formatted SriWidowati 2/7/2007 8:24:00 PM Line spacing: single Page 112: [104] Deleted SriWidowati 2/7/ :51:00 AM Serat pangan larut dalam beras Taj Mahal yaitu 1.79%.Penentuan konsentrasi penggunaan ekstrak polifenol teh hijau

17 Larutan ekstrak daun teh kering memiliki kepekatan awal 5 o Brix (=4%). Penggunaan konsentrasi ekstrak teh hijau dalam pembuatan beras pratanak fungsional dilakukan dengan berbagai taraf yaitu 2, 4, 7, dan 20%. Hasil analisis kadar fenol bebas dari berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 16. Hasil analisis fenol bebas ternyata tidak mampu menghasilkan kadar fenol bebas gabah hingga 1%, meskipun digunakan konsentrasi ekstrak hingga 20%. Tabel 16. Kadar fenol bebas pada gabah yang diproses pratanak dengan berbagai konsentrasi ekstrak teh No Konsentrasi (%) Kadar fenol bebas (%) Page 118: [105] Deleted SriWidowati 2/8/2007 2:46:00 AM Page 124: [106] Deleted SriWidowati 2/8/2007 4:08:00 AM Pewarnaan Imunohistokimia Sekitar 60-70% dari keseluruhan sel di dalam PL adalah sel β, yang berperan menghasilkan dan mensekresikan insulin. Sel β pankreas merupakan sel yang paling sensitif dengan keberadaan glukosa di dalam darah (Gepts 1981). Penderita diabetes akan mengalami perubahan morpologi pada sel β, baik dalam ukuran maupun jumlahnya (Guz et al. 2001; Butler et al. 2001). Oleh karena itu, jumlah sel-β di dalam PL merupakan parameter yang penting dalam menentukan tingkat kerusakan. Vernon et al. (2004) menyebutkan bahwa diabetes adalah ibu dari segala penyakit. DM yang tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan timbulnya penyakit lain atau komplikasi. Penyakit DM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan agar kerusakan sel-β tidak meningkat dengan cepat. Gambar 20 menunjukkan bahwa ekstrak teh pada beras fungsional dapat menghambat laju penurunan jumlah sel-β. Dapat dibandingkan dengan KP yaitu tikus DM yang tidak diberi ransum beras fungsional jymlah sel-β sangat sedikit. Gambar 21 menunjukkan

18 perbedaan yang nyata, terlihat dari besarnya PL dan banyaknya sel-β. Perusakan sel-β terjadi secara acak, hal ini ditunjukkan oleh warna coklat pada PL, yang merupakan sel-β. Ekstrak teh hijau yang diaplikasikan ke dalam beras terbukti dapat menghambat laju kerusakan pankreas, khususnya sel-β. Julmah sel Beta ,33 c 7,47 27,13 a b 20,33 ab 18,2 ab 7,73 KN KP BIF BPF BF BTM Kelompok perlakuan a Gambar 20. Jumlah sel-β rata-rata dari 15 pulau Lan Page 132: [107] Deleted SriWidowati 4/9/2007 9:41:00 AM (kadar amilosa 19.29%) yang mempunyai aktivitas hipoglikemik tertinggi ke-3 setelah Cisokan dan Batang Piaman, sehingga dipilih untuk penelitian beras fungsional antidiabetes melitus. Sifat hipoglikemik Memberamo didukung oleh kandungan pati resisten tertinggi (2.68%) dan serat pangan total yang juga tinggi (6.92%). Ekstrak teh hijau optimum yang digunakan dalam pembuatan beras Memberamo pratanak fungsional adalah 7%, sedangkan untuk beras Memberamo instan fungsional adalah 4%. Konsentrasi ekstrak teh hijau dapat menurunkan daya cerna pati in vitro, sehingga menurunkan respon glikemiknya. Konsumsi beras fungsional selama 36 hari mampu menghambat laju kenaikkan kadar gula darah pada tikus DM. Hal tersebut terutama terlihat jelas pada beras Memberamo instan fungsional (BMIF). Beras fungsional dengan ekstrak teh hijau berpotensi dalam mengendalikan kadar gula darah.

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang

I. PENDAHULUAN. hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kualitas hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang memadukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita diabetes mellitus diseluruh dunia telah mencapai angka 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah 7 juta setiap tahunnya. Diabetes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama perubahan pola makan serta berkurangnya kegiatan jasmani menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan sejak tahun 1990, diabetes melitus termasuk 29 penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat gannguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok alternatif selain beras. Mie merupakan produk pangan yang telah menjadi kebiasaan konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan sekitar 3,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup masyarakat modern cenderung memilih sesuatu yang bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih suka mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL DAN IDENTIFIKASI NILAI INDEKS GLIKEMIK SERTA SIFAT HIPOGLIKEMIK BERAS ANALOG BERBASIS PATI SAGU (Metroxylon spp.) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris) DISERTASI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan dunia termasuk Indonesia. Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi ganda yaitu gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Kusharto dan Muljono (2010) dalam Maulana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis O.Kuntze) DALAM PENGEMBANGAN BERAS FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA DIABETES MELITUS SRI WIDOWATI

PEMANFAATAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis O.Kuntze) DALAM PENGEMBANGAN BERAS FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA DIABETES MELITUS SRI WIDOWATI PEMANFAATAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis O.Kuntze) DALAM PENGEMBANGAN BERAS FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA DIABETES MELITUS SRI WIDOWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kurva standar glukosa untuk pengujian total gula, gula reduksi dan kadar pati

Lampiran 1. Kurva standar glukosa untuk pengujian total gula, gula reduksi dan kadar pati 82 Lampiran 1. Kurva standar glukosa untuk pengujian total gula, gula reduksi dan kadar pati 0.035 Konsentrasi glukosa (mg/ml) 0.030 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 ŷ = 0,0655x + 0,0038 r = 0,9992

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan yang semakin meningkat dan menyempitnya lahan pertanian mengakibatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber utama karbohidrat, diantaranya adalah serealia (contoh gandum, jagung,

PENDAHULUAN. Sumber utama karbohidrat, diantaranya adalah serealia (contoh gandum, jagung, 18 PENDAHULUAN Latar Belakang Karbohidrat merupakan senyawa organik yang jumlahnya paling banyak dan bervariasi dibandingkan dengan senyawa organik lainnya yang terdapat di alam. Sumber utama karbohidrat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi di suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di Indonesia meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat sebagai salah satu kebutuhan hidup mereka. Seiring dengan. juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat sebagai salah satu kebutuhan hidup mereka. Seiring dengan. juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup sehat telah menjadi ukuran standar kualitas hidup masyarakat. Pola hidup sehat bukan sekedar menyeimbangkan antara kesehatan dan olahraga. Saat ini, Masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Label dan Iklan. Pangan Olahan. Pengawasan Klaim. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu

Lebih terperinci

Karakteristik Beras Instan Fungsional Dan Peranannya Dalam Menghambat Kerusakan Pankreas

Karakteristik Beras Instan Fungsional Dan Peranannya Dalam Menghambat Kerusakan Pankreas Karakteristik Beras Instan Fungsional Dan Peranannya Dalam Menghambat Kerusakan Pankreas Oleh : S. Widowati RINGKASAN Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM) terbesar

Lebih terperinci

Karakteristik Beras Instan Fungsional

Karakteristik Beras Instan Fungsional IKEL Karakteristik Beras Instan Fungsional dan Peranannya dalam Menghambat Kerusakan Pankreas Oleh: S. Widowati RINGKASAN Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM)terbesar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Tepung Ganyong Tahapan pembuatan tepung ganyong meliputi pemilihan bahan, pengupasan bahan, pembersihan dan pencucian ganyong, serta proses pengeringan dengan drum dryer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI OLEH DIKA YULANDA BP. 07117007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlah penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Menurut data yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan tepung, sebagian besar menggunakan tepung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Tepung Gaplek Menurut Soetanto (2008), umbi ketela atau singkong umumnya dapat dipanen saat tanaman berumur 6-12 bulan setelah tanam. Pada penelitian ini bahan dasar tepung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan kadar gula darah anda sekarang. Apa yang anda ketahui dengan gula darah? Didefinisikan dengan banyaknya kandungan gula atau glukosa dalam darah anda.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik Indeks Glikemik pertama dikembangkan tahun 1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi pada Universitas Toronto, Kanada, untuk membantu menentukan pangan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pati merupakan polimer glukosa yang banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang disebut granula. Granula

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI 1 Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

Uji DMRT efek utama pengaruh perbandingan pati pisang HMT, pati kentang HMT dan pati kentang alami terhadap kadar air bihun instan

Uji DMRT efek utama pengaruh perbandingan pati pisang HMT, pati kentang HMT dan pati kentang alami terhadap kadar air bihun instan Lampiran 1. Daftar sidik ragam kadar air, uji DMRT efek utama pengaruh perbandingan pati pisang HMT, pati kentang HMT dan pati kentang alami terhadap kadar air bihun instan, uji DMRT efek utama pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang terus meningkat. Namun demikian peningkatan ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga terjadi masalah

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Rata-rata kadar air kukis sagu MOCAL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap kadar air kukis (%) SMO (Tepung sagu 100%, MOCAL 0%) 0,331"

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ton, beras ketan diimpor dari Thailand dan Vietnam, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ton, beras ketan diimpor dari Thailand dan Vietnam, sedangkan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris. Baik dari sisi ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian memiliki peranan yang relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai tanaman pekarangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan bukanlah sekedar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama adalah manfaat makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah aspek informasi. Kemudahan dalam mengakses informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau proses produksi baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan sebagainya. Limbah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu dapat diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak dari masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada beras, mereka meyakini bahwa belum makan jika belum mengonsumsi nasi. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE : Left: 4 cm, Right: 3 cm, Width: 21 cm, Height: 29,7 cm, Different first page Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2005 sampai dengan September 2006. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging TDTLA Pedaging HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam yang dilakukan sebanyak satu kali proses pembuatan pada waktu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi makanan yang kurang sehat seperti makanan cepat saji, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan hanya

Lebih terperinci

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP : Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik Oleh : Arif Hartoyo HP : 08128814781 Pengetahuan tentang Indek Glikemik sekarang telah berkembang dan dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Awalnya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4 Gambar 2. Biskuit B1 dengan penambahan brokoli dan jambu biji fresh, dan konsentrasi tepung bekatul 3,5%; B2 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa lansia atau lanjut usia di Indonesia adalah sebuah periode

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa lansia atau lanjut usia di Indonesia adalah sebuah periode BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Undang-Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan bahwa lansia atau lanjut usia di Indonesia adalah sebuah periode di mana seseorang telah mencapai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah berkembang dengan cepat. Pangan fungsional yang merupakan konvergensi antara industri, farmasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan pengembangan produk olahan dengan penyajian yang cepat dan mudah diperoleh, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman berkafein yang diolah dengan cara menyeduh bagian pucuk atau tangkai daun yang telah dikeringkan. Beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan tepung beras ketan hitam secara langsung pada flake dapat menimbulkan rasa berpati (starchy). Hal tersebut menyebabkan perlunya perlakuan pendahuluan, yaitu pregelatinisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam mengajarkan kita untuk merenungkan ciptaan Allah yang ada di bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa bertambah. Salah satu tanda

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar

Lebih terperinci