BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Langkah pengumpulan dan pengolahan data telah selesai dilakukan dan telah disajikan dalam bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), maka proses selanjutnya adalah proses analisa dan pembahasan. Data yang sudah diolah akan dianalisa dan untuk setiap kriteria atau variabel-variabel yang dinilai mampunyai pengaruh paling dominan. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan suatu gambaran dan pandangan serta penjelasan yang tepat mengenai situasi dan kondisi yang dialami oleh perusahaan selama periode pengukuran. Dengan demikian akan memudahkan untuk melakukan pengendalian untuk mencapai tingkat produktivitas yang diharapkan Analisa Kriteria Produktivitas. Proses pembahasan ini dimulai dari hasil pengukuran masing-masing kriteria produktivitas yang diperoleh dari tabel matriks OMAX setiap bulannya. Hasil pengukuran masing-masing kriteria kemudian dibandingkan dengan nlai standar dari kriteria tersebut untuk mengetahui apakah kriteria tersebut mengalami kenaikan atau penurunan. Nilai standar adalah perkalian 85

2 86 antara nilai skor 3 (tiga) dengan bobot masing-masing kriteria atau rasio produktivitas. Pembahasan ini digunakan sebelum dibahas mengenai hasil pengukuran produktivitas totalnya. Dengan demikian pembahasan dari masing-masing kriteria ini hendaknya memberikan gambaran kepada manajemen mengenai performa masing-masing kriteria yang diukur yang nantinya dapat dijadikan dasar guna menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan Analisa Produktivitas Rasio 1 (Total Produksi / Jumlah Karyawan). Pada kriteria produktivitas ini, semakin besar nilai rasio produktivitas maka dikatakan semakin baik. Semakin tinggi nilai rasio dapat dikatakan bahwa penggunaan tenaga kerja lebih efisien. Pada kriteria ini, nilai rasio yang paling tinggi adalah terjadi pada bulan Mei Pada bulan ini, nilai yang diperoleh adalah 100 yang merupakan hasil kali dari skor 10 dengan bobot rasio yakni 10. Hal ini disebabkan karena pada bulan Mei 2011 tersebut jumlah total produksi mencapai jumlah paling tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain sedangkan jumlah karyawan tetap jika dibandingkan dengan bulanbulan sebelumnya. Sedangkan nilai rasio yang paling rendah terjadi pada bulan Februari 2011 dengan nilai 0 yang diperoleh dari hasil kali dari skor 0 dengan bobot 10. Hal ini disebabkan oleh jumlah total produksi yang lebih rendah

3 87 karena jumlah akumulasi produk pada bulan Februari hanya 28 hari produksi. Berikut adalah tabel pencapaian Rasio 1 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.1 Indikator Pencapaian Rasio 1 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 January February March April May June July August September October November December

4 88 Gambar 5.1 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 2 (Total Produksi / Waktu Tenaga Kerja) Rasio 2 merupakan kriteria produktivitas dari perbandingan antara Total Produksi dengan Jumlah Waktu Tenaga Kerja dalam waktu 1 (satu) bulan. Pada Raio 2 ini, semakin tinggi nilai rasionya maka produktivitas semakin baik. Semakin tinggi nilai rasio dapat dikatana bahwa penggunaan waktu tenaga kerja semakin efisien. Pada kriteria produktivitas ini, pencapaian nilai yang paling tinggi terjadi pada bulan Maret Pada kedua bulan tersebut nilai yang diperoleh adalah 110 yang merupakan hasil kali dari skor 10 dengan bobot 11. Hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut tingkat produksi yang

5 89 dicapai cukup tinggi dengan pemakaian waktu tenaga kerja yang cenderung rendah. Sedangkan pencapaian nilai yang paling rendah terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 0 yang merupakan hasil kali dari skor 0 dengan bobot 11. Rendahnya nilai rasio pada bulan April disebabkan karena pemakaian waktu tenaga kerja karyawan yang tinggi. 2011: Berikut tabel dari pencapaian nilai pada Rasio 2 sepanjang tahun Tabel 5.2 Indikator Pencapaian Rasio 2 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

6 90 Gambar 5.2 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 3 (Total Produksi / Jumlah Konsumsi Energi Listrik) Rasio 3 adalah kriteria produktivitas yang merupakan perbandingan antara Total Produksi dengan Jumlah Energi Listrik yang digunakan dalan kurun waktu 1 bulan. Semakin tinggi nilai rasionya semakin tinggi nilai produktivitasnya, karena jumlah produk yang dihasilkan untuk tiap Megawatt Hour Listrik semakin tinggi. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 3 terjadi pada bulan September 2011 dengan nilai 150 yang diperoleh dari perkalian antara skor 10 dengan bobot 15. Hal ini disebabkan oleh konsumsi listrik yang cenderung rendah sedangkan pihak perusahaan dapat mempertahankan jumlah produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

7 91 Sedangkan nilai terrendah untuk rasio 3 ini adalah terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan skor 0 yang diperoleh dari perkalian antara skor 0 dengan bobot 15. Rasio yang rendah pada bulan Agustus 2011 ini disebabkan oleh output produksi yang rendah yang disebabkan oleh halhal yang bersifat force majour. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 3 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.3 Indikator Pencapaian Rasio 3 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

8 92 Gambar 5.3 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 4 (Total Produksi / Konsumsi LNG) Rasio 4 adalah kriteria produktivitas yang merupakan perbandingan antara Total Produksi dengan jumlah konsumsi LNG (Liquid Natural Gas) per bulan. Semakin tinggi nilai rasionya maka tingkat produktivitasnya semakin baik. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 4 terjadi pada bulan Februari 2011 dengan nilai 150 yang merupakan hasil kali skor 10 dengan bobot 15. Tingginya rasio 4 pada bulan terjadi karena rendahnya konsumsi LNG pada bulan tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya nilai kalori dari LNG yang disalurkan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN), sehinggal volume penggunaan dapat dikurangi.

9 93 Sedangkan pencapaian terrendah terjadi pada bulan Agustus 2011 denga skor 0 yang diperoleh dari hasil kali skor 0 dengan bobot 15. Hal ini disebabkan oleh karena pada bulan Agustus 2011 supply LNG dari PGN sering mengalami hambatan seperti turunnya tekanan gas yang diakibatkan kebocoran pipa dibeberapa lokasi, selain itu juga terdapat penurunan kalori dari gasnya. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 4 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.4 Indikator Pencapaian Rasio 4 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

10 94 Gambar 5.4 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 5 Rasio 5 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara Total Produksi dengan Rencana Produksi dalam satu bulan. Semakin tinggi nilai dari kriteria ini maka tingkat produktivitasnya semakin tinggi. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 5 terjadi pada bulan Juni 2011 dengan nilai 130 yang diperoleh dari skor 10 dan bobot 13. Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh karyawan di Seksi Produksi. Hal ini menurut pihak manajemen berkaitan erat dengan naiknya moral karyawan setelah pencairan bonus pada tanggal 05 Juni 2011 sehingga meningkatkan semangat kerja seluruh karyawan di PT, PNR. Sedangkan pencapaian paling buruk terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan nilai 0 yang merupakan hasil kali dari skor 0 dengan bobot rasio

11 Rendahnya jumlah produksi pada bulan Agustus 2011 disebabkan oleh turunnya pasokan LNG sehingga perusahaan menurunkan kecepatan produksi untuk mengamankan kualitas. Penurunan pasokan LNG mulai terjadi dari pertengahan Juli 2011 sehingga ikut mempengaruhi produksi bulan Juli Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 5 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.5 Indikator Pencapaian Rasio 5 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

12 96 Gambar 5.5 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 6 (Produk Bagus / Produk Cacat) Rasio 6 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara produk bagus (Finish Goods) dengan Produk cacat (Reject). Semakin tinggi nilai rasio, maka dapat dikatakan bahwa produktivitasnya semakin baik. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 6 terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 140 yang merupakan hasil kali skor 10 dengan bobot rasio 14. Pada bulan April 2011 tersebut perusahaan mencapai tingkat keefektifitasan tertinggi dengan turunnya angka produk defect walaupun jumlah Finish Goods-nya tidak mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

13 97 Sedangkan pencapaian terrendah untuk Rasio 6 terjadi pada bulan Nopember 2011 dengan nilai 0 (nol). Pada bulan ini terjadi beberapa trouble (masalah) yang menyebabkan naiknya jumlah produk reject. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 6 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.6 Indikator Pencapaian Rasio 6 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

14 98 Gambar 5.6 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 7 (Waktu Kerja Normal / Jam Lembur) Rasio 7 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara Waktu Kerja Normal dengan Waktu Kerja Lembur karyawan. Semakin tinggi jumlah jam lembur menunjukkan inefisiensi dalam penggunaan sumber daya terutama sumber daya manusia. Semakin tinggi jumlah jam lembur makan akan menurunkan nilai dari Rasio 7. Sehingga semakin tinggi nilai Rasio 7 semakin baik. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 7 terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 120 Pencapaian tertinggi untuk Rasio 7 terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 120 yang merupakan hasil kali dari skor 10 dengan bobot

15 99 rasio 12. Hal ini dapat terjadi karena pada bulan tersebut, proses produksi relatif tidak bermasalah sehingga aktifitas-aktifitas tambahan sedikit berkurang yang mengakibatkan turunnya jumlah jam lembur. Sedangkan pencapaian terrendah terjadi pada bulan September Pada bulan ini terjadi banyak aktifitas tambahan yang diakibatkan beberapa masalah yang terjadi di lini produksi sehingga mengakibatkan naiknya jumlah jam lembur karyawan. Tabel 5.7 Indikator Pencapaian Rasio 7 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

16 100 Gambar 5.7 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Produktivitas Rasio 8 (Hari Kerja Normal / Absensi) Rasio Rasio 8 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara Jumlah Hari Kerja Normal dengan jumlah absensi yang terjadi dalam kurun waktu 1 (satu) bulan. Semakin tinggi jumlah absensi karyawan maka akan menurunkan nilai dari rasio yang berarti menurunkan nilai produktivitas. Pencapaian tertinggi Rasio 8 terjadi pada bulan Januari 2011 dengan nilai 100 yang diperoleh dari skor 10 dengan bobot rasio 10. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat absensi pada bulan tersebut yaitu hanya 6 (enam) hari saja.

17 101 Sedangkan pencapaian terrendah terjadi pada bulan Nopember 2011 dengan nilai. Pada bulan Nopember ini jumlah absensi mencapai titik tertinggi dalam kurun waktu tahun 2011 yaitu mencapai 29 hari. Tabel 5.8 Indikator Pencapaian Rasio 8 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

18 102 Gambar 5.8 Indikator Pencapaian Rasio Analisa Indeks Produktivitas. Setelah dilakukan analisa terhadap kriteria produktivitas, maka selanjutnya dilakukan analisa produktivitas secara keseluruhan. Pada analisa ini akan ditentukan seberapa besar tingkat perubahan indikator performa tiap bulan terhadap nilai indicator bulan sebelumnya. Jika terjadi perubahan menunjukkan nilai positif, maka dapat dikatakan telah terjadi kenaikan performa. Begitu juga sebaliknya, apabila perubahan menunjukkan nilai negative, maka dapat dikatakan terlah terjadi penurunan performa. Berikut adalah tabel Indeks Performa Indikator pada pengukuran bulan Januari sampai dengan Desember 2011:

19 103 Tabel 5.9 Indikator Pencapaian per bulan Bulan Indikator Pencapaian INDEX Saat Ini Sebelum (%) Jan Feb ,77 Mar ,28 Apr ,42 Mei ,81 Jun ,98 Jul ,45 Agust ,00 Sep ,39 Okt ,52 Nop ,71 Des ,11 Rata-rata 366,25 379,18 52,43 Tertingi 564,00 564,00 767,39 Terrendah 46,00 46,00-75,00.

20 104 Gambar 5.9 Index Performa Indikator Analisa Indeks Produktivitas Bulan Januari 2011 Pada bulan Januari 2011 ini, nilai Indikator Performa mencapai 564. Nilai ini adalah nilai tertinggi dari pencapaian Indikator Performa selama tahun Tingginya nilai Indikator Performa ini terjadi karena pada bulan ini hampir semua Kriteria Produktivitas atau Rasio masuk pada kriteria sedang dan baik. Dari ke-delapan kriteria produktivitas yang diukur, hanya terdapat 2 (dua) kriteria yang buruk, yaitu Rasio 2 (Total Produksi per Waktu Tenaga Kerja) dengan nilai 2 dan masuk kategori buruk dan Rasio 7 (Waktu Kerja Normal per Waktu Kerja Lembur) dengan nilai 1 dan masuk kategori buruk).

21 Analisa Indeks Produktivitas Bulan Februari 2011 Pada bulan Februari 2011 Indikator Performa mencapai 351, turun 213 poin jika dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya. Hal ini menyebabkan indeks berada di bawah angka 0 (nol) yaitu -37.8%. Hal ini mengindikasikan bahwa performa bulan Februari 2011 turun sebesar 37.8% dari bulan Januari Jika ditelisik lebih lanjut, penurunan performa ini terjadi karena dari 8 (delapan) Kriteria Produktivitas, terdapat 3 (tiga) yang masuk kategori sangat buruk, yaitu Rasio 1, Rasio 6 dan Rasio 7. Sedangkan rasio yang masuk kategori sangat baik hanya Rasio 4 dengan nilai 150. Buruknya nilai Rasio 1 disebabkan oleh turunnya jumlah total produksi bulan Februari karena jumlah harinya yang hanya 28 hari. Rasio 6 masuk kategori sangat buruk disebabkan oleh tingginya jumlah produk Reject yang muncul karena beberapa masalah yang terjadi pada lini produksi Analisa Indeks Produktivitas Bulan Maret 2011 Pada bulan Maret 2011, terjadi kenaikan Indikator Performa yang cukup signifikan mencapai 53.3% dari bulan sebelumnya. Pada bulan ini Indikator Performanya adalah 538 poin yang artinya terjadi kenaikan indeks sebesar 53.3% jika dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan Indeks ini disebabkan oleh meningkatnya performa beberapa kriteria produktivitas. Pada bulan ini tidak ada satupun kriteria yang masuk kategori sangat buruk dan hanya terdapat satu kriteria yang masuk

22 106 kategori buruk, sedangkan kriteria lainnya masuk kategori sedang hingga sangat baik. Kriteria yang masuk kategori buruk pada bulan ini adalah Rasio 8 dengan skor 1 dan nilai Analisa Indeks Produktivitas Bulan April 2011 Pada bulan April 2011 masih terjadi kenaikan Indeks walaupun kecil sebesar 2% dari bulan sebelumnya dengan Indikator Performa 551 atau naik 13 poin. Pada bulan ini terdapat enam dari delapam kriteria produktivitas yang bernilai sedang hingga sangat baik. Sedangkan dua kriteria masuk kedalam kategori buruk dan sangat buruk. Rasio 2 mendapat nilai buruk karena tingginya jumlah waktu tenaga kerja yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah jam kerja lembur (overtime) pada lini produksi Analisa Indeks Produktivitas Bulan Mei 2011 Pada bulan Mei 2011terjadi penurunan indeks sebesar 3.8 % dari bulan sebelumnya. Dengan indikator performa sebesar 530 poin, turun 21 poin dari bulan April Pada bulan Mei ini hanya ada 3 kriteri produktivitas yang masuk kategori buruk dan yang lainnya masuk kategori sedang hingga sangat baik. Ketiga rasio tersebut adalah Rasio 2 denga skor 2, rasio 6 dengan skor 1 dan rasio 8 dengan skor 2.

23 Analisa Indeks Produktivitas Bulan Juni 2011 Penurunan indeks terjadi lagi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar 27% dari bulan sebelumnya. Pada bulan ini Indikator Performanya adalah 387 poin atau turun 143 poin dari bulan Mei Dari delapan kriteria, terdapat lima kriteria yang nilainya turun. Sedangkan kriteria yang naik hanya satu yaitu rasio 5. Penurunan paling banyak terjasi pada rasio 1 sebesar 90 poin dan rasio 4 sebesarr 45 poin. Penurunan jumlah produksi pada bulan Juni menjadi penyebab yang paling signifikan atas penurunan performa ini Analisa Indeks Produktivitas Bulan Juli 2011 Pada bulan Juli 2011 ini indeks kembali turun sebesar 52.5% dari bulan sebelumnya. Dengan Indikator Performa hanya mencapai 184 poin atau turun sebesar 203 poin dari bulan Juni 2011 yang mencapai 387 poin. Pad bulan ini terdapat 1 kriteria yang masuk dalam kategori sangat buruk, 5 kriteria masuk kategori buruk, 1 kriteria masuk kategori sedang dan hanya 1 kriteria yang masuk kategori baik. Penurunan performa terjadi hampir disemua rasio yang ada. Hanya terdapat 2 kriteria yang naik skornya yaitu rasio 6 dan rasio 7. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak dapat mendorong kenaikan Indikator Performa bulan ini karena penurunan skor pada kriteria yang lain lebih besar.

24 Analisa Indeks Produktivitas Bulan Agustus 2011 Pada bulan Agustus 2011 ini nilai Indikator Performa mencapai titik terrendah sepanjang tahun Dengan penurunan indeks sebesar 75% dari bulan sebelumnya sehingga Indikator Performa pada bulan Agustus ini hanya mencapai 46 poin. Penurunan terjadi di semua kriteria produktivitas. Bahkan terdapat 5 kriteria produktivitas yang mendapatkan skor 0 (nol) dan masuk kategori sangat buruk sedangkan 3 sisanya masuk kategori buruk Analisa Indeks Produktivitas Bulan September 2011 Pada bulan September 2011 terjadi kenaikan indeks tertinggi sepanjang tahun 2011 yaitu sebesar 767.4%. Indikator Performa pada bulan ini mencapai 399 poin atau naik 353 poin dari bulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada Rasio 3 dan Rasio 5. Akan tetapi kenaikan ini belum cukup untuk menyamai nilai Indikator Performa awal tahun yang mencapai 564 poin Analisa Indeks Produktivitas Bulan Oktober 2011 Pada bulan ini, indeks kembali turun walaupun tidak terlalu signifikan. Penurunan terjadi sebesar 7.5% dari bulan sebelumnya sehingga Indikator Performa turun 30 poin dari 399 menjadi 369 poin. Penurunan terjadi pada Rasio 2, Rasio 3, Rasio 4 dan Rasio 5. Sedangkan kenaikan terjadi pada Rasio Rasio 1 dan Rasio 8. Turunnya indeks ini

25 109 disebabkan oleh naiknya konsumsi Listrik, LNG dan naiknya jumlah jam lembur karyawan Analisa Indeks Produktivitas Bulan Nopember 2011 Indeks kembali turun pada bula Nopember 2011 ini sebesar 31.7% yang menyebabkan Indikator Performa turun sebesar 117 poin dari 369 ke 252. Pada bulan ini terdapat 2 kriteria produktivitas yang naik skornya, akan tetapi kenaikan tersebut tidak dapat menolong indeks untuk bertahan karena terjadi penurunan yang lebih besar pada kriteria produktivitas yang lain. Kriteria prodiktivitas yang mengalami kenaikan adalah Rasio 3 sebesar 60 poin dan Rasio4 sebesar 30 poin. Sedangkan penurunan terjadi pada Rasio 1, Rasio 2, Rasio 5 dan Rasio Analisa Indeks Produktivitas Bulan Desember 2011 Pada bulan terakhir di tahun 2011 ini nilai Indikator Performa mecapai 224 poin. Yang artinya kembali turun sebesar 28 poin dari bulan sebelumnya. Hal ini yang membuat nilai indeks juga kembali turun sebesar 11.1%. Hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan ini terjadi penurunan performa. Pada bulan ini hanya terdapat 3 kriteria produktivitas yang mengalami penurunan skor. Akan tetapi penurunannya lumayan signifikan sehingga mempengaruhi indeks secara keseluruhan dalam waktu 1 bulan. Penurunan terjadi pada Rasio 3, Rasio 4 dan Rasio 5. Pada bulan ini bahkan terjadi kenaikan pada Rasio 1, Rasio Rasio 2 dan Rasio 8,

26 110 akan tetapi tidak terlalu signifikan sehingga tidak dapat menolong untuk mempertahankan indeks Langkah-langkah Usaha Peningkatan Produktivitas. Setelah dilakukan analisa pembahasan dan interpretasi dari produktivitas yang dihasilkan, makan dilakukan analisa untuk mencari penyebab atau akar masalah dan kemudian dicari langkah-langkah untuk melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas. Langkah-langkah yang diambil hendaknya dapat dilakukan secara terus-menerus atau Continuous Improvement agar tingkat produktivitas dapat terus ditingkatkan terus-menerus. Langkah awal dari usaha perbaikan yang dilakukan adalah mencari penyebab utama atau factor yang paling berpengaruh dalam naik atau turunnya tingkat prodiktivitas di tahun Dari 8 kriteria produktivitas yang dihitung, akan diambil 3 kriteria yang mempunyai pengaruh terbesar dalam perhitungan tingkat produktivitas. Tabel 5.10 Tabel Penurunan Nilai Kriteria Produktivitas Jan/2011 Feb/2011 Mar/2011 Apr/2011 Mei/2011 Jun/2011 Jul/2011 Agust/2011 Sep/2011 Okt/2011 Nop/2011 Des/2011 Total Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio

27 111 Dari tabel diatas, maka dengan menggunakan diagram pareto dapat diketahui Rasio-rasio yang paling besar mengalami penurunan selama tahun Tabel 5.11 Tabel Akumulasi Penurunan Nilai Kriteria Produktivitas Rasio Total Penurunan Prosentase Akumulasi Rasio ,6% 17,6% Rasio ,4% 34,0% Rasio ,6% 48,6% Rasio ,3% 61,9% Rasio ,9% 74,7% Rasio ,0% 83,7% Rasio ,6% 92,3% Rasio ,7% 100,0% Gambar 5.10 Pareto Diagram

28 112 Dari gambar 5.10 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Rasio 3, Rasio 1 dan Rasio 4 adalah kriteria produktivitas yang paling besar penurunannya. Berdasarkan analisa tersebut, maka langkah-langkah perbaikan produktivitas akan fokus kepada ketiga kriteria tersebut. Tabel 5.12 Daftar Kriteria Poduktifitas Prioritas No. Kriteria Produktivitas Prosentase (%) 1. Rasio 3 (Total Produksi / Jumlah Konsumsi Listrik (MWh) 17,6% 2. Rasio 1 (Total Produksi / Jumlah Karyawan) 16,4% 3. Rasio 4 (Total Produksi / Jumlah Konsumsi LNG (KNm 3 ) 14,6% Dari ketiga Kriteria Produktivitas di atas, jika kita perhatikan semuanya ada kaitannya dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam sebulan. Dengan berdasarkan data di atas dan atas pertimbangan dari Manajemen PT. PNR, penulis akan fokus untuk mencari akar masalah yang berkaitan dengan turunnya jumlah produksi yang mempunyai kontribusi terbesar dalam turunnya tingkat produktivitas. Salah satu metode yang efektif untuk mencari akar masalah yaitu dengan Fish Bond Diagram atau biasa disebut Diagram Tulang Ikan.

29 113

30 114 Analisa menggunakan Diagram Tulang Ikan dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan menemukan penyebab dari masalah yang timbul yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Pada penelitian ini dan juga dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, factor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah turunnya jumlah produksi adalah sebagai berikut: 1. Faktor Manusia. Masalah yang timbul pada faktor manusia yang teridentifikasi adalah perilaku kurang disiplin dari para pekerja, terutama pada level operator. Salah satu contoh perilaku kurang disiplin adalah mengabaikan jadwal patrol lapangan yang seharusnya dilakukan 1 (satu) kali tiap shift yaitu pada jam 07:00 ~ 08:00 untuk shift pagi, 15:00 ~ 16:00 untuk shift siang dan 23:00 ~ 24:00 untuk shift malam. Pada kenyataannya, patrol seringkali dilakukan di luar jadwal yang ditentukan. Alasannya patrol dilakukan bersamaan dengan jadwal pengambilan sample proses agar menghemat waktu dan tenaga. Hal ini jelas merupakan perilaku yang kurang disiplin mengingat jadwal patrol dan jadwal pengambilan sample tidak bersamaan. Akibatnya jika ada masalah yang terjadi pada salah satu instrument yang terletak di lapangan, maka akan terlambat terdeteksi sehingga tidak bisa melakukan counter measure dengan cepat. Perilaku seperti ini terjadi karena disebabkan oleh rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Para atasan cepat merasa puas hanya dengan melihat dan membaca laporan patrol yang dibuat oleh para operator

31 115 lapangan. Alasan lain mengapa perilaku kurang disiplin ini terjadi yaitu tidak ada semacam Reward and Punishment terhadap Karyawan, sehingga menyebabkan para karnyawan kurang motivasi dalam melakukan tugasnya. 2. Faktor Material Material merupakan salah satu factor penting dalam kegiatan industry untuk menciptakan nilai tambah bagi produknya. Berbicara material, tentu saja bukan hanya berbicara mengenai bahan baku utama yang dipakai di dalam industrinya tetapi juga utilitas atau bahan pendukung yang digunakan untuk memperlancar jalannya operasi pabrik. Di PT. PNR sebagian besar prosesnya adalah proses pemanasan untuk merubah sifat fisika maupun sifat kimia dari bahan baku utamanya. Pemananasan dilakukan dengan menggunakan Heating Medium (HM) berupa minyak khusus dengan titik didih tinggi. HM sendiri dipanaskan dalam suatu bangunan yang disebut Furnace dengan membakar aliran LNG yang disuplai oleh PT. PGN. Di PT. PGN sendiri seringkali terjadi ketidak-konsistenan yang mengakibatkan suplai LNG untuk para pelanggannya terganggu bahkan seringkali terhenti. Di PT. PNR hal ini merupakan sebuah kondisi yang tidak diinginkan, karena turunnya suplai LNG berarti proses pemanasan HM akan terganggu yang mengakibatkan suhu HM tidak dapat mencapai titik yang diinginkan. Turunnya suhu HM jelas mempengaruhi mutu dari material yang terdapat di dalam reactor proses. Satu-satunya cara untuk mempertahankan agar

32 116 mutunya tetap terjaga adalah dengan mengurangi load atau kecepatan produksi hingga titik aman yang dapat dicapai oleh kondisi tersebut. Jika langkah ini terlambat dilakukan, maka akan terjadi produk reject yang tidak memiliki nilai tambah. 3. Faktor Metode Permasalahan pada faktor Material di atas diperparah dengan be;lum tersedianya SOP yang benar untuk mengantisipasi turunnya suplai LNG. Sehingga apabila terjadi penurunan suplai secara tiba-tiba, operator di lapangan hingga Foreman (kepala shift) tidak memiliki panduan yang jelas mengenai bagaimana cara mengantisipasinya. Terlebih lagi, kejadian serupa seringkali terjadi bukan hanya siang hari pada jam kantor, tapi juga terjadi pada malam hari, dimana operator yang bertugas berjumlah pas-pasan sehingga akan kesulitan untuk menghadapi kondisi tersebut. Untuk itu perlu dibuatkan panduan baku tentang bagaimana cara mengatasi masalah turunnya supplai LNG dalam bentuk prosedur ataupun SOP Saran Perbaikan Untuk melakukan perbaikan guna meningkatkan produktivitas terkait masalah di atas, maka perlu disusun langkah-langkah yang sistematis agar tujuan dari perbaikan dapat tercapai. Pada tahap ini, atas masukan dari manajemen PT. PNR penulis menggunakan langkah yang disebut dengan 5W + 1H yaitu:

33 Why : Mengapa dilakukan perbaikan, 2. What : Hal apa yang perlu diperbaiki, 3. Where : Dimana yang perlu perbaikan, 4. When : Kapan waktu yang tepat untuk perbaikan, 5. Who : Siapa yang melakukan perbaikan, dan 6. How : Bagaimana cara melakukan perbaikan. Langkah-langkah 5W + 1H dilakukan terhadap masih-masing faktor yang telah disebutkan di atas secara rinci. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

34 118

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX 215 PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX R.Bagus Yosan (1), Muhammad Kholil (2), Purwanto (3) 1,2,3 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta Jl. Meruya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab EMPAT, selanjutnya hasilnya akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk setiap kriteria

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA 4.1 GambaranUmumPerusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. XYZ adalah suatu perusahaan manufactur pembuatan resin paper dan textile. Berdasarkan filosofi manajemen kepuasan pelangan,

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER II-2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS Juni 2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I. Total Simpanan...

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data 20 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2011 di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI), Muara Angke, Jakarta.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 Nop-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data keuangan dan Permintaan (Data Skunder)

Lampiran 1 : Data keuangan dan Permintaan (Data Skunder) Lampiran 1 : Data keuangan dan Permintaan (Data Skunder) Aktiva Tetap Jumlah Bangunan Kantor (Berupa Ruko). 1... Luas Bangunan 112 m 2 Lt 7 m 2 Tempat Pelatihan (2 x 3 M) 6 m 2. 1.5.. Pralatan Alat Tulis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 I. TOTAL SIMPANAN NASABAH PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 Total pada bulan April 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14,48 Triliun dibandingkan dengan total pada bulan Maret 2012 sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER I-2017 Group Penanganan Premi Penjaminan Daftar Isi Daftar Isi... 1 Daftar Tabel dan Gambar...2 Keterangan... 3 I. Jumlah BPR dan BPRS... 4 II. Total

Lebih terperinci

JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC

JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC Dibentuk : 22 Juli 2013 Divisi : Pengawasan Pemb. & Perawatan Judul GKM

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI Bakhtiar, Diana, Fariz Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh bakti66@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Metode Pengumpulan Data Pengukuran Produktivitas Dengan Metode Marvin E Mundel Berikut ini akan disajikan data yang diperlukan dalam pengolahan data dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN 2010-2012 ABSTRAK Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI GENERATOR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis perkembangan Tingkat Kepatuhan Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak Badan dilihat dari penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Surat Ketetapan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/11/81/Th. VII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 29,30 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini penulis mengumpulkan dan mengolah data untuk mengukur nilai produktivitas dari aktivitas pemeliharaan gedung di PT. XYZ. Dimana data data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, serta harga yang tepat untuk memuluskan pelaksanaan organisasi. Berbagai bisnis perlu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri sangat ketat, khususnya dalam industri sepatu, hanya perusahaan yang memiliki sistem distribusi dan produksi yang baik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala 84 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Tempat Penelitian dilakukan di PT. Torabika Eka Semesta Jalan Raya Serang KM 12.5 Cikupa Tangerang di Divisi Instant

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, % 36 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pembagian Keuntungan Bagi Hasil deposito Syariah (Mudharabah) Pada Bank BTN Unit Usaha Syariah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh nasabah dari deposito bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perusahaan industri yang berorientasi pada barang dagang adalah salah satu perusahaan yang berkembang di Indonesia. Setiap perusahaan tentunya akan berusaha

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENDAHULUAN Sirajuddin, Putiri Bhuana Katili, Koko Cahyana Jaya Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.48/08/35/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI Selama bulan Juni jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

Media Infokom, CV Neraca per 31/12/00

Media Infokom, CV Neraca per 31/12/00 Neraca per 31/12/ Harta Harta Lancar Kas Rp 91.647, Piutang Dagang Rp, Dikurangi: Cadangan untuk Hutang Macet Inventaris Dagang 1. Biaya Dibayar di Muka - Asuransi 6 Nota Bayar Jumlah Harta Lancar Rp 93.247,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013 5 Jan Jul 2 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.49/8/35/Th. XI, 1 Agustus 213 PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 213 Selama bulan Juni 213 jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK hotel berbintang di

Lebih terperinci

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014 Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014 - Industri I 3 non go public - Rumah Tangga R 2 (3.500 VA sd 5.500 VA) - Pemerintah P 2 (di atas 200 kva) - Rumah Tangga R 1 (2.200 VA) - Penerangan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.62/10/35/Th. X, 1 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS Selama bulan Agustus jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk menentukan bentuk persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka hasilnya dapat dilhat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan perbaikan kinerja yang dilakukan secara kontinu agar dapat terus bertahan dan memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan industri manufaktur. Tingkat efektifitas dan efisiensi berproduksi dituntut memiliki nilai yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Analyze Pada tahap analyze ini dilakukan analisa faktor faktor penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram, diagram pareto dan yang terakhir teknik 5 why analysis.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil dan Bahasan 4.1.1 Penentuan Suku Cadang Prioritas Untuk menentukan suku cadang prioritas pada penulisan tugas akhir ini diperlukan data aktual permintaan filter fleetguard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran 75 BAB V ANALISA HASIL Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab 4 (empat), selanjutnya hasilnya akan dianalisa untuk mengetahui interprestasi untuk setiap kriteria yang dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA. Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk

BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA. Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk ketorolac 30 mg disini akan menganalisa kondisi yang ada di lapangan dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan 1 BAB 5 ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017

Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017 Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus No. 65/10/35/Th. XV, 2 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus Jumlah Wisman di Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada sektor - sektor perekonomian yang strategis, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada sektor - sektor perekonomian yang strategis, salah satunya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang cukup memberikan kebebasan kepemilikan asing, hal ini menyebabkan dominasi pihak asing saat ini semakin menyebar pada sektor

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada pembahasan ini akan diuraikan hubungan antara faktor-faktor input dengan hasil pengukuran produktivitas yang telah dilakukan. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memudahkan

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL Anwar 1, Syarifuddin 2, Sri Deza Kurnia Devi 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kondisi yang Ada Dari Target yang telah ditetapkan, untuk mencapai hal tersebut dilakukan analisa terhadap kondisi-kondisi yang ada (genba lapangan) di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.57/09/35/Th. X, 3 September PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI Selama bulan Juli jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Sementara 2010 dan Angka Ramalan I Tahun 2011) No. 13/03/14/Th. XII, 1 Maret 2011 A. PADI. Angka Sementara (ASEM) produksi padi tahun 2010 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN Februari 2015 SURVEI PENJUALAN ECERAN Survei Penjualan Eceran mengindikasikan bahwa secara tahunan penjualan eceran pada Februari 2015 mengalami akselerasi. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di CV. Panyileukan)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di CV. Panyileukan) Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.0 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 205 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU No. 50/11/14/Th.XIV, 1 November 2013 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Ramalan II Tahun 2013) A. PADI. Angka Ramalan (ARAM) II produksi padi tahun 2013 diperkirakan sebesar 440.131

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berkompetisi antar perusahaan industri kini semakin tinggi, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki kinerja sistem industri yang

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI

PENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI Tugas Makroekonomi I Nama : Kurniasih NIM : 7111414028 Ekonomi Pembangunan B 2014 PENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI Sebelum kita membahas mengenai pengaruh jumlah uang yang beredar terhadap

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Penelitian ini disajikan dalam langkah-langkah seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai sebagai sumber daya manusia dalam organisasi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai sebagai sumber daya manusia dalam organisasi memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pegawai sebagai sumber daya manusia dalam organisasi memiliki peran penting sebagai roda penggerak. Oleh karena itu dibutuhkan pegawai yang memiliki motivasi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU No. 27/07/14/Th. XI, 1 Juli 2010 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Tetap 2009 dan Angka Ramalan II Tahun 2010) A. PADI. Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2009 adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2011 No.8/02/63/Th.XVI, 1 Februari 2012 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2011 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Kalimantan Selatan pada bulan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Sementara 2009 dan Angka Ramalan I Tahun 2010) No. 11/03/14/Th. XI, 1 Maret 2010 A. PADI. Angka Sementara (ASEM) produksi padi tahun 2009 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis lembaga keuangan perbankkan yang diperbolehkan untuk menjalankan fungsi dan usaha sebagai lembaga

Lebih terperinci

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) *

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) * Reka Integra ISSN 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2013 Analisis Peningkatan tivitas Di Lantai si dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Lebih terperinci

Analisis Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Di PT YPMI

Analisis Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Di PT YPMI Analisis Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Di PT YPMI Kisworo 1, Putiri Bhuana Katili 2, Sirajuddin 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU No. 43/11/14/Th. XI, 1 November 2010 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU (Angka Ramalan III Tahun 2010) A. PADI. Produksi padi tahun 2010 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung adalah salah satu Badan Usaha Milik Nergara (BUMN) yang bergerak di bidang pos yang memberikan pelayanan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditempatkannya sumber daya manusia pada urutan pertama unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditempatkannya sumber daya manusia pada urutan pertama unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Pendapat ini diperkuat dengan ditempatkannya

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. memiliki pegawai cukup banyak sehingga data-data pegawai tersebut harus

BAB l PENDAHULUAN. memiliki pegawai cukup banyak sehingga data-data pegawai tersebut harus 1 BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan Daerah Air Minum adalah perusahaan (badan usaha) milik daerah yang bergerak dalam bidang pengelolaan air minum dan pengelolaan sarana air kotor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat, secara tidak langsung, menuntut para pelaku usaha untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional. 1. Departemen Operasi. 2. Departemen Permeliharaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional. 1. Departemen Operasi. 2. Departemen Permeliharaan 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional PT. PLN (Persero) Pembangkitan PLTGU Cilegon merupakan perusahaan jasa yang dalam menghasilkan listrik melibatkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki.

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber daya yang sangat perlu

Lebih terperinci

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia,

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia, Rata-rata Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia, 2012-2016 / Bulan Giling Kualitas (Rp/Kg) Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%) Panen Giling Panen Giling Panen HPP 1)

Lebih terperinci

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina. Update 200910 BoM/POAMA NCEP/NOAA La Nina moderate (-1.8) La Nina Kuat (-2.25) La Nina moderate (-1.7) La Nina moderate (-1. 4) Jamstec 2.5 2 1.5 (Prediksi BMKG (Indonesia La Nina Moderate (-1.85) La Nina

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN Agustus? Trend penjualan riil masih menunjukan peningkatan walaupun melambat, pada bulan Agustus mengalami penurunan dan pada bulan September diperkirakan meningkat?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci