BAB I PENDAHULUAN. program pendidikan sekolah menengah atas atau SMA yang berada pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. program pendidikan sekolah menengah atas atau SMA yang berada pada"

Transkripsi

1

2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program Paket C merupakan salah satu layanan program pendidikan kesetaraan pada jalur pendidikan nonformal. Kedudukan Program Paket C dalam Sistem Pendidikan Nasional disetarakan dengan program pendidikan sekolah menengah atas atau SMA yang berada pada jalur pendidikan formal. Salah satu penyetaraan Program Paket C dengan SMA dibuktikan dengan kualifikasi pendidikan dan sertifikasi lulusan yang berkedudukuan setara dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012). Sehingga ijazah Program Paket C dapat dipergunakan oleh lulusan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi. Kesetaraan Program Paket C tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat sasaran untuk memenuhi hak mereka mendapat pendidikan dasar dan menengah. Oleh sebab itu upaya peningkatan mutu layanan program Paket C perlu dilakukan dengan mengembangkan komponen pembelajaran yang digunakan untuk memberikan kompetensi kepada masyarakat penerima layanan. Kesetaraan bagi Program Paket C sangat berarti karena mendudukan level kualifikasi pendidikan sama dengan SMA. Walau demikian Program Paket C tetap memainkan peran dan fungsi sesuai dengan ciri sebagai layanan pendidikan nonformal. Bahwa ciri yang dimiliki Program Paket C yaitu memiliki fungsi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan akademik dan keterampilan fungsional, serta 1

3 sikap dan kepribadian profesional (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010). Fungsi tersebut menggariskan jika penyelenggaraan Program Paket C hendaknya memuat program pendidikan yang terintegrasi antara pengetahuan / akademik dan skill / keterampilan fungsional. Kenyataan dari penyelenggaraan Program Paket C pada satuan pendidikan nonformal kebanyakan hanya memprioritaskan program pembelajaran akademik berupa mata pelajaran yang termasuk mata ujian nasional. Program keterampilan fungsional sering hanya menjadi penunjang, bahkan kadang kala tidak terprogram dalam pembelajaran. Sehingga ciri pembelajaran Program Paket C belum terwujud secara maksimal. Guna menampakkan ciri pembelajaran Program Paket C yang mengintegrasikan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional, maka penyelenggaraan pembelajaran perlu didukung dengan komponen bahan ajar yang relevan. Penomena dalam penyelenggaraan Program Paket C secara umum yaitu masyarakat penerima layanan cenderung dari kelompok masyarakat yang terdesak untuk memperoleh peluang bekerja. Misalnya mengikuti Program Paket C karena akan memasuki dunia kerja pada sektor formal. Selain itu penerima layanan Program Paket C mempersiapkan daya saing untuk membuka pekerjaan pada sektor informal. Kondisi tersebut semakin menuntut pembelajaran Program Paket C dapat membantu peserta didik mencapai penguasaan pengetahuan akademik dan skill. Pengembangan bahan ajar menjadi upaya yang penting untuk mediasi peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. 2

4 Bahan ajar dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting karena dapat membantu pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Tanpa bahan ajar maka pendidik akan mengalami kesulitan untuk fasilitasi pembelajaran secara efektif dan tidak mampu mencapai hasil pembelajaran secara makasimal. Demikian pula tanpa bahan ajar maka peserta didik mengalami kesulitan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal apalagi jika proses pembelajaran berjalan dengan cepat. Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan Program Paket C terhadap peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Peserta didik berurusan dengan informasi yang konsisten. Sehingga peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar. Sebaliknya peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang. Karena itu, optimalisasi pelayanan belajar Program paket C terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar. Menanggapi pentingnya peran bahan ajar dalam proses pembelajaran Program Paket C, maka upaya penyediaannya sangat diperlukan guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran Program Paket C. Standar nasional pendidikan menetapkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya... (PP No.19 tahun 2005). 3

5 Bahan ajar akan bermakna bagi pendidik dan peserta didik jika bahan ajar dirancang sesuai dengan standar kompetensi dan kebutuhan belajar peserta didik. Bahan ajar yang dibuat tanpa memperhatikan hal tersebut maka akan menjadi sekedar koleksi bahan ajar saja. Keterbatasan sumber daya tenaga dan sarana yang dihadapi dalam penyelenggaraan Program Paket C menyebabkan penyediaan bahan ajar cenderung berupa buku pelajaran yang sama digunakan oleh sekolah formal. Kesamaan antara Program Paket C dan pendidikan SMA memang ada, yakni menggunakan standar kompetensi lulusan dan standar isi yang sama, namun perbedaaan kondisi sasaran dan sumber daya yang dimiliki perlu menjadi perhatian dalam penyusunan bahan ajar bagi peserta didik Program Paket C. Sejauh ini masih sangat kurang bahan ajar pendidikan kesetaraan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar penerima layanan. Sebagaimana diketahui sasaran program pendidikan kesetaraan terdiri dari kelompok masyarakat yang mengalami putus pendidikan dasar dan atau menengah melalui jalur sekolah. Akibat putus sekolah tersebut menyebabkan sasaran pendidikan kesetaraan mengalami kondisi kurang berminat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sudut pandang terhadap permasalahan putus sekolah banyak yang melihat penyebab umumnya adalah masalah ekonomi. Kata lain permasalahan putus sekolah seiring dengan permasalah kemiskinan. Sedangkan permasalahan kemiskinan seiring dengan masalah lemahnya daya saing masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Oleh sebab itu penyusunan bahan ajar pendidikan kesetaraan harus mampu membantu sasaran memperoleh 4

6 pengetahuan akademik dan pengetahuan vokasi agar memberikan bekal bagi peserta didik meraih peluang meningkatkan taraf hidupnya. Namun banyak fakta jika penyelenggaraan pendidikan kesetaraan belum memiliki bahan ajar yang terintegrasi antara pengetahuan akademik dan pengetahuan vokasi. B. TUJUAN 1. Tujuan umum pengembangan program Bahan Ajar TAS Pintar Paket C untuk memformulasi bahan ajar paket C setara SMA yang terpadu antara pengetahuan akademik dan skill guna mendukung pencapaian tujuan pembelajaran paket C secara efektif dan efesien serta penguatan kecakapan vokasi peserta didik. 2. Tujuan khusus pengembangan program Bahan Ajar TAS Pintar Paket C untuk a. Menyusun bahan ajar paket C yang berisi pengetahuan dan keterampilan bidang vokasi elekronik. b. Membuat bahan ajar paket C yang terpadu akademik dan skill dalam bentuk cetak dan noncetak. c. Memberikan rambu-rambu penerapan program bahan ajar TAS Pintar Paket C C. MANFAAT Pengembangan program bahan ajar TAS Pintar Paket C diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Instansi pendidikan bidang pendidikan non formal. 5

7 - Masukan untuk menyusun kebijakan terkait penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan kesetaraan Paket C. - Mendukung upaya pembinaan terhadap penyelenggaraan pendidikan kesetaraan Paket C 2. Penyelenggara program Paket C Setara SMA. - Mendukung peningkatan mutu layanan pendidikan kesetaraan Paket C. - Masukan untuk menyusun program pendidikan kesetaraan Paket C yang relevan dengan potensi lokal. 3. Pendidik program Paket C Setara SMA. - Memberikan acuan untuk menyusun rencana program pembelajaran pendidikan kesetaraan Paket C. - Mendukung pelaksanaan pembelajaran secara efektif dan efisien. 4. Masyarakat penerima layanan program Paket C Setara SMA. - Membantu pencapaian hasil belajar secara efektif dan efisien. - Mendorong keaktifan untuk belajar secara mandiri. - Memberikan ide untuk meningkatkan kemampuan profesional. D. PENGGUNA Program bahan ajar TAS Pintar Paket C akan digunakan dalam penyelenggaraan pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C sehingga penggunanya terdiri dari : 1. Satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program layana pendidikan kesetaraan paket C meliputi : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, Rumah pintar, 6

8 Yayasan penyelenggara pendidikan nonformal, dan satuan pendidikan nonformal yang sejenis lainnya. 2. Pendidik atau tutor kesetaraan paket C yang mengampuh mata pelajaran keterampilan bidang vokasi elektronik dan atau mata pelejaran yang relevan. 3. Peserta didik dan atau masyarakat yang mau meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya khususnya vokasi elektronik. 7

9 BAB II LANDASAN HUKUM DAN KONSEPTUAL A. LANDASAN HUKUM Pendidikan kesetaraan termasuk satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 26 ayat 3 menyebutkan : pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan kesetaraan menjalankan fungsi pendidikan nonformal yaitu untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat sasaran. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 2 menyebutkan : mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Program Paket C setara SMA salah satu layanan pendidikan kesetaraan yang memberikan pendidikan setara SMA bagi masyarakat melalui jalur nonformal. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 pada Pasal 114 ayat 1 menyebutkan : Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakupi program Paket A, Paket B, dan Paket C.... 8

10 Layanan Program Paket C Setara SMA memberikan bekal antara lain kemampuan pengetahuan/akademik dan keterampilan/skill. Kedua kemampuan tersebut sebagai unsur penting untuk membuka peluang peningkatan taraf hidup. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 pada pasal 114 ayat 9 bahwa : Program Paket C sebagaimana dimaksud pada ayat (7) membekali peserta didik dengan kemampuan akademik dan keterampilan fungsional, serta sikap dan kepribadian profesional. Program paket C setara SMA dipatok untuk memiliki bahan ajar yang membantu peserta didik menguasai pengetahuan/akademik dan keterampilan/skill. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 42 menyebutkan : Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Program belajar paket C sebagai bagian dari program pendidikan nonformal berbasis pada pengembangan kecakapan hidup. Hal tersebut ditekankan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 pasal 77B ayat 8 bahwa : Struktur Kurikulum nonformal satuan pendidikan dan program pendidikan berisi program pengembangan kecakapan hidup. B. LANDASAN KONSEPTUAL (PENGERTIAN DAN PRINSIP) 1. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Paket C Vokasi Berdasarkan landasan hukum yang telah diuraikan dibagian atas menyebutkan program pendidikan pendidikan paket C mengacu 9

11 struktur program pendidikan nonformal yaitu pengembangan kecakapan hidup. Karena itu untuk mencapai kecakapan hidup yang dapat mendukung terbuka peluang pekerjaan bagi peserta didik pendidikan kesetaraan paket C maka program pendidikan dengan pedekatan vokasi sebagai strategi yang penting. Direktorat Pendidikan Masyarakat selaku pemangku kebijakan pendidikan keseteraan ditingkat pusat melahirkan suatu konsep pendidikan kesetaraan paket C vokasi. Konsep tersebut didorong dari munculnya kebijakan pengelompokkan program pendidikan kesetaraan yang terdiri pendidikan kesetaraan reguler dan pendidikan kesetaraan orang dewasa. Kondisi masyarakat sasaran pendidikan kesetaraan menjadi alasan utama kebijakan tersebut, dimana sebagian masyarakat sasaran telah berusia diatas usia pendidikan sekolah. Kebutuhan belajar sasaran pendidikan kesetaraan orang dewasa lebih pada kebutuhan terhadap peningkatan kecakapan profesional. Sehingga program pendidikan kesetaraan paket C vokasi dirancang untuk melayani masyarakat berusia diatas usia sekolah agar dapat memperoleh peluang bekerja untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Berdasarkan pada kebutuhan masyarakat sasaran diatas maka dikembangkan paket C vokasi yang dapat diartikan sebagai program pendidikan tingkat menengah atas melalui jalur nonformal yang memberikan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan kemampuan profesional peserta didik. 10

12 2. Pengertian, Jenis, dan Peran Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Program pendidikan kesetaraan Paket C Vokasi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki komponen bahan ajar dalam penyelenggaraan. Sistem pendidikan nasional menetapkan bahan ajar termasuk dalam bagian dari standar sarana dan prasarana. Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 42 menyebutkan: Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Posisi bahan ajar dalam standar sarana tersebut berada pada unsur media, buku dan sumber belajar. Sehingga jelas sangat penting bahan ajar terhadap penyelenggaraan pendidikan kesetaraan Paket C Vokasi. Defenisi bahan ajar dikemukakan oleh Pannen (2001) bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran ( pembelajaran,2015/4/27). Zulkarnaini mengartikan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi (wakil) dari penjelasan pendidik. Keterangan-keterangan guru, uraianuraian yang harus disampaikan pendidik, dan informasi yang harus 11

13 disajikan pendidik dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa (digilib.unimed.ac.id/unimed- Master, 2015/4/27 ). Menurut kedua defenisi bahan ajar tersebut dapat dikatakan bahwa bahan ajar terdiri empat hal penting yaitu memiliki materi pembelajaran, disusun secara sistematis, memilki intruksional pembelajaran, dan digunakan dalam pembelajaran. b. Jenis Bahan Ajar Dilihat dari jenis bahan ajar Belawati (2003) membagi tiga kelompok besar bahan ajar yaitu bahan ajar cetak, noncetak, dan bahan ajar display (digilib.unimed.ac.id/ UNIMED-Master, 2015/4/27). bahan ajar jenis cetak memiliki ciri menggunakan bahan kertas yang berisi materi pelajaran. Kelompok pertama jenis bahan ajar cetak sudah sangat dikenal dalam berbagai penyelenggaraan pendidikan. Bahkan sampai saat ini bahan ajar berbentuk cetak masih sering digunakan karena lebih mudah dan murah dibanding dengan teknologi komputer. Belawati (2003) memberikan kategori dan karakteristik bahan ajar cetak yaitu : Jenis Bahan Ajar Cetak Modul Karakteristik Terdiri dari bermacam-macam bahan tertulis yang digunakan untuk belajar mandiri. 12

14 Handout Merupakan bermacam-macam bahan cetak yang dapat memberikan informasi kepada peserta didik. Handout ini terdiri dari catatan (baik lengkap maupun kerangkanya saja), tabel, diagram, peta, dan materi-materi tambahan lain. Lembar kerja peserta didik Termasuk di dalamnya lembar kasus, daftar bacaan, lembar praktikum, lembar pengarahan tentang proyek dan seminar, lembar kerja, dll. Sumber : (digilib.unimed.ac.id/ UNIMED-Master, 2015/4/27) Kelompok kedua jenis bahan ajar noncetak yang berwujud perangkat lunak (software) sudah menggunakan teknologi elektronik seperti OHT, audio, video, slide dan komputer. Belawati (2003) memberikan kategori serta kelebihan dan kekurangan jenis bahan ajar cetak yaitu : Jenis Bahan Ajar Non Cetak OHT (Overhead Transparancies) Kelebihan - Penggunaan proyektor yang dapat dioperasikan dapat di kontrol langsung oleh Kekurangan - Membutuhkan alat yang khusus untuk mengoperasikannya. - Proyektornya terlalu pengajar. - Hanya membutuhkan sedkit persiapan. besar dibandingkan jika 13

15 - Persiapan mudah dan murah. - Khususnya dengan lainya proyektor bermanfaat untuk rombongan belajarbesar Audio - Mudah dipersiapkan dengan menggunkan tape biasa. - Dapat diaplikasikan dihampir semua mata pelajaran alat yang - Ada kecendrungan penggunaannya berlebihan - Aliran informasi yang disampaikan sangat fixed. digunakan kompak, mudah dibawa, dan mudah dioperasikan. - Fleksibel dan mudah diadaptasi, baik secara sendiri atau terkait dengan bahanbahan lainnya. - Mudah diperbanyak dan murah. Video - Bermanfaat untuk menggambarkan - Ongkos produksinya mahal. 14

16 gerakan, keterkaitan, - Tidak kompatibel dan memberikan untuk beragam dampak terhadap format video. topik yang dibahas. - Dapat diputar ulang. - Dapat dimasukan teknik film lain, seperti animasi. - Dapat dikombinasikan antara gambar diam dengan gerakan. Slide - Berwarna dan - Membutuhkan alat subjeknya asli. khusus untuk - Mudah direvisi dan diperbaharui. mengoperasikannya. - Sekuen dapat - Dapat dikombinasikan terganggu jika dengan audio. - Dapat dimanfaatkan dioperasikan secara individual. untuk kelompok atau individu. Computer - Interaktif dengan - Memerlukan Based peserta didik. computer dan Material pengetahuan programmer. 15

17 - Dapat diadaptasi - Membutuhkan sesuai kebutuhan hardware khusus peserta didik. untuk proses - Dapat mengontrol hardware media lain. pengembangan dan penggunaannya. - Hanya efektif bila digunakan untuk penggunaan eseorang beberapa atau orang dalam kurun waktu tertentu. Sumber : (digilib.unimed.ac.id/ UNIMED-Master, 2015/4/27) Kelompok ketiga jenis bahan ajar display yang digunakan oleh pendidik pada saat menyampaikan informasi kepada peserta didik di depan kelas. Jenis bahan ajar display diantaranya adalah flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto, dan realita. c. Peran Bahan Ajar Bahan ajar dengan berbagai jenisnya memberikan peran yang sangat penting dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan Paket C Vokasi yaitu untuk membantu pelaksanaan pembelajaran mencapai hasil yang efektif dan efisien. Terkait dengan peran bahan ajar, Belawati (2003) mengemukakan secara rinci peran bahan ajar bagi pendidik dan peserta didik sebagai berikut : 16

18 No Peranan Bagi Pendidik Peranan Bagi Peserta didik 1 Menghemat waktu Peserta didik dapat belajar tanpa pendidik dalam mengajar. harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain. 2 Mengubah peranan pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang Peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki. fasilitator. 3 Meningkatkan proses Peserta didik dapat belajar sesuai pembelajaran menjadi dengan kecepatan sendiri. lebih efektif dan interaktif. 4 Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. 5 Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar madiri. Sumber : (digilib.unimed.ac.id/ UNIMED-Master, 2015/4/27) 17

19 BAB III KARAKTERISTIK PROGRAM A. KONSEP BAHAN AJAR TAS PINTAR PAKET C VOKASI 1. Pengertian Bahan Ajar TAS Pintar Bahan Ajar TAS Pintar Paket C Vokasi merupakan salah satu judul pengembangan program pendidikan kesetaraan pada Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (BP- PAUDNI) Regional III. Kekhasan judul terletak pada penggunaan kata TAS Pintar yang memiliki arti yang spesifik dalam pengembangan bahan ajar kesetaraan paket C setara SMA. Karena itu pada bagian ini akan mengurai pengertian kata TAS Pintar secara lengkap. Dua sisi yang menjadi batasan pengertian yaitu TAS Pintar dari pengertian bahasa dan TAS Pintar dari pengertian akronim. Kedua sisi pengertian TAS Pintar tersebut menjadi bagian penting yang melekat pada bahan ajar paket C setara SMA yang akan dikembangkan. a. TAS Pintar berdasarkan pengertian bahasa. TAS Pintar terdiri dari dua kata yaitu TAS dan pintar. Kedua kata tersebut sering digunakan khususnya dalam lingkungan pendidikan misalnya kalimat Ani membawa TAS ke sekolah atau Ani siswa yang pintar. Kata TAS menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) yaitu kemasan atau wadah berbentuk persegi dan sebagainya, biasanya bertali, dipakai untuk menaruh, menyimpan, atau membawa sesuatu. Arti itu dapat membatasi ciri TAS secara umum yaitu : 1) wadah berbentuk persegi dan sebagainya, 2) memiliki tali untuk pegangan atau penyangkut, dan 3) memiliki fungsi untuk 18

20 menyimpan dan membawa beberapa barang. Ketiga ciri umum TAS tersebut terdapat pada berbagai TAS yang digunakan orang seperti TAS ransel, TAS pinggang, TAS laptop, dan sebagainya. Karena itu bila menyebutkan kata TAS, maka pemahaman akan tertuju pada ketiga ciri TAS. Arti kata pintar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) yaitu pandai atau cakap. Misalnya kalimat Andi pintar memperbaiki setrika listrik yang berati bahwa Andi pandai dan cakap untuk memperbaiki setrika listrik. Kepintaran Andi tersebut dikarenakan memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang strika listrik. Karena itu menyebutkan kata pintar maka pemahaman kita akan tertuju pada kemampuan pengetahuan dan keterampilan terhadap bidang tertentu. Pengertian kata TAS dan pintar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan acuan untuk menguraikan pengertian TAS pintar dalam pengembangan bahan ajar paket C vokasi. Bahwa TAS Pintar adalah wadah berupa ransel yang membawa bahan ajar untuk membantu peserta didik paket C menguasai pengetahuan dan keterampilan terhadap bidang vokasi tertentu. b. Pengertian TAS Pintar Berdasarkan Akronim Selain arti bahasa TAS Pintar paket C yang telah diuraikan, maka akronim TAS pintar juga menjadi kekhasan bahan ajar yang dikembangkan. Akronim terurai dari abjad dan suku kata yang terdapat dari kata TAS pintar yaitu TAS dan PINTAR. T = T-erpadu 19

21 A = A-kademik S = S-kill PIN = PendIdikaN TAR= KeseTARaan Akronim TAS pintar bila diurai maka akan menjadi kalimat Terpadu- Akademik-Skill-Pendidikan-Kesetaraan. Makna TAS pintar menurut akronim tersebut yaitu keterpaduan materi pengetahuan/akademik dengan keterampilan/skill pada bahan ajar pendidikan kesetaraan paket C vokasi. c. Ciri Bahan Ajar TAS PINTAR Paket C Berdasarkan pada pengertian TAS pintar dari sisi bahasa maupun akronim maka Pengembangan Bahan Ajar TAS Pintar Paket C Vokasi menetapkan ciri khusus bahan ajar TAS Pintar yaitu : 1) Menggunakan wadah berupa TAS Ransel 2) Memuat bahan ajar berupa modul, LKM, dan bahan ajar multi media. 3) Materi bahan ajar berisi akademik dan skill bidang vokasional (keterampilan spesifik) d. Pengertian Pendididikan Kesetaraan Paket C Vokasi Pendidikan kesetaraan paket C merupakan layanan program pendidikan menengah atas melalui jalur nonformal yang setara SMA pada jalur formal. Setara memiliki pengertian bahwa paket C memberikan pembelajaran yang sama mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan pendidikan menengah atas yang ditetapkan pemerintah serta sertifikasi lulusan paket disetarakan 20

22 dengan setifikasi lulusan SMA. Namun pendidikan kesetaraan paket C vokasi melekatkan kata vokasi yang memberikan adanya ciri khusus program paket C. Kata vokasi memiliki arti bidang kejuruan/keterampilan yang spesifik. Karena itu mengartikan pendidikan kesetaraan paket C vokasi yaitu layanan pendidikan menengah atas jalur nonformal yang memuat program bidang kejuruan atau keterampilan tertentu. Berdasarkan struktur program pembelajaran maka bidang vokasi menjadi program peminatan. 2. Pengembangan Program Bahan Ajar TAS PINTAR Paket C Vokasi Pengembangan program Bahan Ajar TAS Pintar Paket C Vokasi dapat diartikan sebagai upaya formulasi program bahan ajar TAS Pintar melalui prosedur pengembangan secara ilmiah untuk menemukan bahan ajar pendidikan kekasaraan paket C vokasi yang inovatif dan efektif. Defenisi pengembangan program tersebut masih mengadopsi pengertian pengembangan model karena belum ada rumusan yang menjdai landasan teoritik pengembangan program. Berdasarkan pada kebijakan Direktorat Jenderal PAUDNI yang memunculkan adanya istilah pengembangan program. Namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengembangan program cenderung upaya pengembangan dari komponen model pendidikan nonformal dan informal yang telah dikembangkan oleh Pusat Pengembangan PAUDNI. Oleh karena itu cakupan pengembangan program lebih fokus pada satu komponen seperti komponen bahan ajar dalam pengembangan model program paket C vokasi. 21

23 DISEMINASI DELIVERY DISAIN DEVELOPMEN T PROGRAM BAHAN AJAR TAS PINTAR PAKET C Guna memperoleh gambaran lebih rinci mengenai pengembangan program bahan ajar TAS Pintar paket C maka dapat dilihat bagan alur dan deskripsinya sebagai berikut. a. Bagan Alur Pengembangan Program Bahan Ajar TAS PINTAR Paket C Vokasi PAMONG BELAJAR GURU, TUTOR, INSTRUKTUR Pengembangan Bahan Ajar Terpadu Akademik + Skill/Keterampilan (Hand out, LKM, CD, dll) Prinsip Relevan Prinsip Konsisten n TAS PINTAR Prinsip Kecukupan PAKET C VOKASI MODEL TAS PINTAR TUTORIAL & MANDIRI b. Deskripsi Alur Pengembangan Program Bahan Ajar TAS Pintar Paket C Vokasi 1) Draft bahan ajar TAS PINTAR paket C vokasi disusun oleh Pamong Belajar dengan menjalin kerjasama dengan guru, tutor, 22

24 dan instruktur dalam rangka penyusunan bahan ajar cetak dan atau non cetak. 2) Pengembangan bahan ajar TAS PINTAR dilakukan pamong belajar bekerja sama guru, tutor, dan instruktur dengan menyususn bahan ajar cetak dan noncetak yang dibutuhkan seperti : hand out, lembar kerja mandiri, soft copy/cd pembelajaran, dan sebagainya. Penyusunan bahan ajar TAS PINTAR dikembangkan dengan prinsip relevan, konsisten, dan berkecukupan. 3) Penerapan bahan ajar TAS PINTAR dilakukan pada penyelenggaraan pendidikan kesetaraan paket C vokasi yang melaksanakan program umum akademik dan program keterampilan khusus. ImplemenTASi bahan ajar TAS PINTAR melalui pembelajaran tutorial dan pembelajaran mandiri. 4) Pembakuan bahan ajar TAS PINTAR dilakukan setelah melalui ujicoba dan revisi hingga diperoleh produk pengembangan. Pembakuan melibatkan unsur Direktorat, Akademisi, dan Praktisi yang terkait dengan pendidikan kesetaraan paket C vokasi. B. PRINSIP BAHAN AJAR TAS PINTAR PAKET C VOKASI Pengembangan bahan ajar TAS Pintar menggunakan tiga prinsip pengembangan yaitu relevansi, konsistensi, dan berkecukupan. Pencapaian ketiga prinsip tersebut sangat penting karena bahan ajar harus mampu membantu peserta didik menguasai sikap, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. 23

25 1. Prinsip Relevansi Relevansi diartikan berkaitan atau berhubungan mengandung arti bahwa bahan ajar yang dikembangkan memiliki keterkaitan dengan standar kompetensi lulusan. Maksudnya jika SKL meminta kemampuan pengetahuan faktual maka bahan ajar menyajikan fakta. Demikian pula jika yang diminta kemampuan keterampilan praktis maka bahan ajar menyajikan jenis keterampilan dan teknik melakukan keterampilan. Penerapan prinsip revelevansi pada Pengembangan Bahan Ajar TAS Pintar Paket C Vokasi akan mengacu pada Permendiknas Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Relevansi fokus isi bahan ajar TAS Pintar dengan SKL akan berfokus pada dimensi pengetahuan dan keterampilan. 2. Prinsip Konsistensi Konsistensi diartikan ketetapan atau ketaatan terhadap kompetensi yang distandarkan. Maksudnya jika yang diminta kemampuan siswa untuk menguasai teknik memperbaiki peralatan elektronik rumah tangga terdiri setrika linstrik dan kipas angin, maka isi bahan ajar hanya memuat keterampilan memperbaiki setrika listrik dan kipas angin tanpa menambah perlatan lainnya. Artinya yang diminta itulah yang diberikan. 3. Prinsip Berkecukupan Berkecukupan diartikan isi bahan ajar memadai untuk mencapai kompetensi yang distandarkan khususnya yang terurai dalam SKL yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 54 Tahun Maksudnya materi sebaiknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai 24

26 pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan terkait service elektronik rumah tangga. C. KOMPONEN BAHAN AJAR TAS PINTAS PAKET C VOKASI 1. Komponen Isi Bahan ajar TAS PINTAR Paket C Vokasi sebagaimana telah diuraikan akan berwujud suatu TAS yang memuat bahan ajar cetak maupun noncetak dengan materi pembelajaran yang terpadu antara akademik dan skill. Bahan ajar baik yang cetak maupun noncetak menjadi bagian penting karena menentukan penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan SKL Paket C setara SMA. Guna membantu peserta didik paket C memperoleh pengetahuan dan keterampilan maka struktur isi bahan ajar TAS PINTAR disusun secara utuh. Adapun struktur isi bahan ajar TAS PINTAR Paket C sebagai berikut : UNSUR Judul/identiTAS ISI Menguraikan judul dan identitas bahan ajar TAS Pintar yang memberikan informasi antara lain : Program pendidikan, topik bahan ajar, kelas, penyusun, tahun pelajaran dan lain sebagainya. Petunjuk belajar Menguraikan tujuan belajar yang akan dicapai dengan menggunakan bahan ajar TAS Pintar. Rumusan tujuan terukur serta menjadi patokan terhadap pencapaian hasil pembelajaran. 25

27 Kompetensi Inti Menguraikan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan dicapai sesuai dengan SKL khususnya dimensi pengetahuan dan keterampilan. Materi Pembelajaran Menguraikan materi pembelajaran yang menyangkut dimensi pengetahuan/akademik dan dimensi keterampilan/skill. Dimensi akademik terdiri dari mata pelajaran akademik khusus terkait mata pelajaran yang masuk UAN. Dimensi keterampilan terdiri dari mata pelajaran keterampilan fungsional khusus bidang service elektronik rumah tangga. Informasi Pendukung Menguraikan informasi yang mendukung peningkatan kemampuan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan/akademik dan keterampilan/skill. Paparan Isi Materi Menguraikan isi materi pelajaran baik dimensi akademik maupun keterampilan secara menyeluruh dan terpadu. Isi materi memuat informasi pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang telah dikembangkan. 26

28 Fokus pengembangan isi bahan ajar TAS Pintar Paket C mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 54 Tahun 2013 pada dimensi pengetahuan dan keterampilan yaitu : a. Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan kognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak penomena dan kejadian. b. Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. Latihan Menguraikan contoh latihan untuk penguatan kemampuan akademik dan skill yang dicapai pada proses pembelajaran. Tugas/Langkah Kerja Menguraikan beberapa tugas-tugas yang diarahkan pada penugasan secara individu 27

29 maupun berkelompok untuk penguatan kemampuan akademik dan skill Penilaian Menguraikan soal-soal yang terkait materi pembelajaran akademik dan skill untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik paket C. 2. Komponen Proses Proses Pengembangan bahan ajar TAS PINTAR paket C vokasi memiliki kriteria minimal sebagai berikut : LANGKAH KEGIATAN Identifikasi kebutuhan Melakukan pengumpulan data belajar terkait program vokasi dilapangan untuk menemukan jenis keterampilan yang memiliki potensi mendukung untuk memperoleh pekerajaan sektor formal dan informal. Kegiatan identifikasi kebutuhan belajar melibatkan unsur pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan kesetaraan paket C. Kajian SNP terkait Program Paket C setara SMU Menelaah landasan yuridis tentang standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses pendidikan kesetaraan paket C vokasi. 28

30 Kegiatan penelaahan melalui diskusi berfokus yang melibatkan unsur pendidik, tenaga kependidikan, dan pihak yang terkait pendidikan kesetaraan paket C vokasi Merencanakan struktur Menyusun rencana penyusunan bahan materi bahan ajar paket C vokasi ajar pendidikan kesetaraan paket C vokasi yang menguraikan struktur isi dan bentuk bahan ajar. Menyusun isi bahan ajar bahan ajar paket C vokasi Menyusun naskah bahan ajar yang berisi materi pembelajaran akademik dan skill serta membuat bentuk bahan ajar baik berupa bahan ajar cetak maupun non cetak. Validasi bahan ajar Melakukan revisi naskah bahan ajar dengan melibatkan pendidik, tenaga kependidikan, dan pihak terkait dengan pendidikan kesetaraan paket C vokasi. Pengesahan bahan ajar yang melibatkan unsur pejabat yang berwenang untuk memberikan validasi terhadap naskah bahan ajar 29

31 3. Komponen Pendidik Pendidik yang akan fasilitasi pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar TAS Pintar paket C vokasi memiliki kriteria minimal beriktu : a. Tingkat pendidikan minimal diploma bidang kependidikan. b. Memiliki kemampuan andragogik c. Memiliki komitmen kuat untuk fasilitasi pembelajaran paket C 4. Komponen Sarana Sarana yang digunakan pada bahan ajar TAS Pintar Paket C Vokasi memiliki kriteria minimal beikut : a. Memiliki TAS berupa ransel untuk memuat bahan ajar yang akan digunakan pada pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C vokasi. b. Memiliki bahan ajar berupa bahan ajar cetak dan noncetak yang memuat materi akademik dan skill. c. Memiliki perangkat belajar mandiri berupa modul dan lembar kerja. 5. Komponen Pengelolaan Pengelolaan bahan ajar TAS Pintar Paket C Vokasi memiliki kriteria minimal sebagai berikut : a. Memiliki daftar bahan ajar dalam paket TAS Pintar Paket C Vokasi. b. Memiliki daftar pengelola bahan ajar TAS Pintar Paket C minimal koordinator, sekretraris, dan anggota. c. Memiliki laporan pemakaian bahan ajar TAS Pintar Paket C Vokasi. 30

32 6. Komponen Biaya Biaya pengembangan bahan ajar TAS Pintar Paket C Vokasi memiliki kriteria minimal memiliki rincian biaya bahan ajar TAS Pintar Paket C Vokasi terdiri biaya bahan, penyusunan, dan pencetakan. 31

33 BAB IV INDIKATOR KEBERHASILAN DAN PENGENDALIAN MUTU PROGRAM A. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM BAHAN AJAR TAS PINTAR Keberhasilan program bahan ajar TAS Pintar paket C tercapai setelah penerapannya pada penyelenggaraan pembelajaran pendidikan paket C. Indikator keberhasilan program bahan ajar TAS pintar tidak jauh berbeda dengan hasil-hasil pembelajaran yang harus tercapai dalam kegiatan belajar hanya bahan ajar lebih pada indikator yang bersifat hard ware. Adapun indikator keberhasilan program bahan ajar TAS Pintar Paket C yaitu : 1. Adanya bahan ajar yang berisi pengetahuan dan keterampilan vokasi elektronik sehingga mendukung peningkatan kecakapan vokasi peserta yang fungsional. 2. Bertambah keberagaman bahan ajar paket C untuk memberikan pilihan atau menu pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik atau sasaran. B. PENGENDALIAN MUTU PROGRAM BAHAN AJAR TAS PINTAR Penerapan bahan ajar TAS Pintar memerlukan langkah pengendalia mutu yang akan menjamin bahan ajar dapat memberikan manfaat terhadap pembelajaran pendidikan paket C. Bentuk pengendalian mutu program bahan TAS Pintar Paket C yaitu : 32

34 1. Pembinaan terhadap pendidik atau tutor pendidikan kesetaraan paket C guna memiliki kemampuan untuk menerapkan program bahan ajar dalam proses pembelajaran. Kemampuan yang diperlukan untuk menerapkan bahan ajar TAS Pintar paket C antara lain kemampuan menyusun bahan ajar yang menggali potensi lokal kedalam isi bahan ajar ajar serta kemampuan mengoperasikan perangkat sistem audio visual secara manual maupun melalui penggunaan komputer. Pembina dalam upaya peningkatan kemampuan tutor paket C dari unsur penilik, pamong belajar, dan pejabat terkait. 2. Evaluasi program bahan ajar TAS pintar untuk mengukur fungsi bahan ajar terhadap pencapaian hasil belajar serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Pendidik, penilik, dan pamong belajar menjadi unsur yang bertugas untuk melakukan evaluasi program bahan ajar TAS Pintar paket C. 33

35 BAB V PENUTUP Pengembangan program Bahan Ajar Tas Pintar Paket C Vokasi pada pokoknya mengembangkan bentuk bahan ajar yang memadukan materi pengetahuan dan keterampilan yang berimbang. Asumsi yang melatar belakangi pengembangan karena sasaran pendidikan kesetaraan paket C cenderung masyarakat yang terdesak oleh keinginan untuk beranjak dari ketertinggalan dibidang pendidikan dan ekonomi. Karena itu keinginan mengikuti program kesetaraan lebih banyak dimotivasi untuk memperoleh daya saing memperoleh pekerjaan yang layak. Pendidikan kesetaraan paket C perlu mengembangkan bahan ajar yang mampu membantu peserta didik kesetaraan untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang fungsional. Bahan Ajar Tas Pintar paket C Vokasi dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan peserta didik pendidikan kesetaraan paket C. Sehingga muatan materi bahan ajar fokus pada pengembangan kemampuan yang berimbang antara akademik dan skill. Salah satu jenis keterampilan yang dikembangkan dalam ujicoba yaitu keterampilan service barang elektronik rumah tangga seperti setrika, kipas angin, blider dan televisi. Selain dari materi yang terpadu akademik dan skill, bahan ajar Tas Pintar juga dikembangkan dalam bentuk bahan ajar ajar yang cetak dan non cetak dengan prinsip relevansi, konsistensi, dan berkecukupan serta menarik. Karena itu bahan ajar akan di buat berupa modul, dan bahan ajar multi media 34

36 yang dikemas dalam sebuah tas pembelajaran berlabel Tas Pintar Paket C Vokasi. 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 27 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN ANIMASI JENJANG II, III dan IV berbasis

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN ANIMASI JENJANG II, III dan IV berbasis KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN ANIMASI JENJANG II, III dan IV berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.19, 2010. PENDIDIKAN. Kedinasan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bukan hanya kegiatan guru dalam menyampaikan materi dan tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, siswa dan sumber

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 27 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena menyangkut banyak aspek yang ada didalamnya. Kemajuan itu terjadi pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri untuk mengembangkan kecakapan pribadi mahasiswa dipaparkan sebagai berikut. 1. Model

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 2 Ruang Lingkup Bahan AJar Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember Coba Jelaskan A. Pengertian Bahan Ajar B. Karakteristik Bahan Ajar C. Tujuan dan

Lebih terperinci

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kecakapan dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ATAU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DALAM IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

KONSEP KURIKULUM 2013

KONSEP KURIKULUM 2013 Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan menyebutkan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU HO - 7 A. Tujuan Penyusunan Instrumen Tes Uji Kompetensi Guru Penyusunan instrumen tes Uji Kompetensi Guru bertujuan untuk menghasilkan seperangkat alat ukur

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI

PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI PEDOMAN DIKLAT TUTOR INTI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH ISSN : 2089-6549 MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH Oleh: Rudi Susilana Abstrak Kebijakan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih dibawah standarisasi yang ditentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa mengakses informasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap positifnya. Akibatnya,

Lebih terperinci

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Standar Kompetensi PENGELOLA PAUD DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 A. LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada bab VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan, pasal 13 ayat ( 1 ) dinyatakan bahwa proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Siswa membutuhkan akses terhadap guru profesional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan bahan ajar inovatif berbasis multimedia perlu mendapat perhatian dalam memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pendidikan dan mendukung pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal PENYUSUNAN BAHAN AJAR Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal IDENTITAS Nama : U. Hendra Irawan Tempat Tgl Lahir : Bandung, 02 Juli 1969 Alamat : Komplek Puri Budi

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 2 BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 2 BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah. setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah. setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan Drs., M.Pd. KURTEK FIP - UPI Fungsi: Drs., M.Pd. KURTEK FIP - UPI Fungsi & Tujuan SNP Dasar perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu Tujuan:

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 3 BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 3 BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 3 BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.

Lebih terperinci

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Pembelajaran Berbasis TIK Disampaikan oleh: Awan Sundiawan pada BIMTEK Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Ribuan aplikasi baru akan muncul secara online Sumber: http://socialbakers.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, melalui pengembangan potensi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Konsep

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam membangun kecerdasan dan kepribadian anak atau peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus

Lebih terperinci

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M. Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan Kegiatan Belajar 1 IKA KURNIAWATI, M.Pd Modul Pelatihan 7 PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KB 1 KONSEP,

Lebih terperinci

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010)

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN 2011 Aturan yang digunakan Sisdiknas No. 20/2003 SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan dunia, pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai tantangan. Dunia pendidikan

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG Jurnal Elementary ISSN 2614-5596 FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal. 11-15 ANALISIS PENCAPAIAN 8 KOMPONEN STANDAR AKREDITASI SD/MI DI KOTA MATARAM Haifaturrahmah Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi kepekaan rasa, peningkatan apresiasi, dan pengembangan kreativitas. Struktur kurikulum pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 3 BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 3 BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BORDIR JENJANG 3 BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi Prinsip Pengembangan Aris Fajar Pambudi Prinsip-prinsip Pengembangan Soetopo dan Soemanto (1993: 48-50) pengembangan kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip relevansi, efektivitas, efisiensi, kontinuitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai bahan ajar. Dalam Prastowo (2015: 17), bahan ajar merupakan segala bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan standar isi 2. Mahasiswa dapat menyusun RPP untuk pembelajaran teori Jasa Boga dan Patiseri 3. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.877, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pendidikan Nonformal. Satuan. Pendirian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN

REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN 241 Lampiran 7 REKAPITULASI DAN KETEGORISASI FIELDNOTE DATA PENELITIAN No. Seri Fieldnote Pokok Masalah Responden P R : 05 (Gabungan) : Proses Penyusunan Kurikulum Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013 Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SEKOLAH JENJANG SMP Langkah Kegiatan Pengantar (15 ) Curah Pendapat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci