STUDI TENTANG PROSEDUR PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA
|
|
- Inge Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ejournal lmu Administrasi, 2013, 1 (4): ISSN , ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2013 STUDI TENTANG PROSEDUR PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA Agustinus 1 Abstrak Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Pertanahan Kota Samarinda. Dan mengetahui Faktor pendukung dan Faktor penghambat dalam memberikan Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Pertanahan Kota Samarinda. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis data kualitatif, sumber data diperoleh dari data primer yaitu melakukan wawancara dengan key informan dan informan, dan data skunder yang berasal dari arsip dan dokumen - dokumen Kantor Pertanahan Kota Samarinda. fokus penelitian dalam Skripsi ini mengenai Prosedur Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Samarinda, Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur yang berjalan di Kantor Pertanahan Kota Samarinda sudah sesuai dengan prosedur. Terdapat faktor penghambat berupa kesulitan pemohon melengkapi berkas serta mengumpulkan pihak terkait, lama penyelesaian tidak sesuai SOP, dan kurangnya jumlah pelaksana. Terdapat faktor pendukung berupa SDM Kantor Pertanahan yang berkualitas, keseriusan pemohon, dan kerjasama yang baik dengan pihak lain yang terkait. Kata Kunci: Prosedur, Pendaftaran, Hak Milik, faktor Penghambat dan Pendukung Pendahuluan Berdasarkan data BPS, tahun 2011 jumlah penduduk Kota Samarinda terjadi peningkatan sebesar jiwa dari tahun 2010 menjadi jiwa dengan kepadatan berkisar jiwa/km persegi. Terhitung dalam kurun waktu Tahun pertumbuhan penduduk Kota Samarinda sebesar 3,43 persen. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya daya tarik lokal provinsi Kalimantan timur (Kaltim) yang memiliki sumber daya alam yang 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. hdendrie@yahoo.com
2 Studi Tentang Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah (Agustinuns) berlimpah, sehingga mendorong penduduk luar daerah untuk migrasi ke Kaltim dimana sebagaian besar memilih untuk berdomisili di ibukota Provinsi yaitu Samarinda. Pertumbuhan penduduk menjadi prioritas pemerintah saat ini terkait dengan adanya hubungan yang linier antara pertumbuhan penduduk dengan jumlah penggunaan tanah. maka kondisi ini menandakan bahwa jumlah penggunaan tanah memiliki kedudukan sebagai asset, maka dapat dikatakan pertumbuhan jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah penggunaan tanah di Kota Samarinda. Sejalan meningkatnya kebutuhan akan tanah tersebut, sebagai konsekuensi logisnya maka telah meningkat pula berbagai masalah pertanahan yang dalam beberapa tahun terakhir ini muncul kepermukaan dan menjadi pusat perhatian masyarakat luas. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan masyarakat berupa pengaduan dan pernyataan tidak puas kepada Kantor Pertanahan Di Kota Samarinda. Kerangka Dasar Teori Pelayanan Gronroos (2001 : 27) mendefinisikan sebagai aktivitas yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi anatar konsumen dan karyawan atau hal-hal yang disediakan organisasi pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang dilayani. Pengertian Pelayanan Publik Menurut Aswin, (2000 : 33), Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warganegara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pelayanan publik merupakan kewajiban dan tugas yang harus diselenggarakan oleh pemerintah. Melayani kebutuhan publik yang lebih baik (good governance) dan demokrasi. Aswin, (2000 : 35) mengatakan bahwa azas penyelenggaraan pelayanan publik, meliputi Kepastian hukum, Keterbukaan, Partisipatif, Akuntabilitas, Kepentingan umum, Profesionalisme, kesamaan hak, Keseimbangan hak dan kewajiban. Tujuan Pelayanan Publik Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan 1647
3 ejournal Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 1, 2013: penerimaan pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan Tujuan dari pelayanan publik seperti yang diungkapkan oleh Aswin, (2000 : 36), bahwa tujuan dari pelayanan publik adalah : a. Mewujudakan kepastian tentang hak, tanggung jawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik. b. Mewujudkan system penyelenggaraan pelayanan publik yang baik sesuai dengan azas-azas umum penyelenggaraan pemerintah yang baik. c. Mewujudkan partisipasi dan ketaatan masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Karakteristik Pelayanan Publik Kotler (2002 : 83) dalam (DR, Paimin Naptupulu M.Si) menyebutkan sejumlah karakteristik pelayanan sebagai berikut: 1. Intangibility (tidak berwujud) tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum ada transaksi. 2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), dijual lalu diproduksi dan konsumsi secara bersamaan karean tidak dapat dipisahkan. 3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi, jasa beragam selalu mengalami perubahan, tidak selalu sama kualitasnya bergantung kepada siapa yang menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. 4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama), jasa tidak dapat disimpan dan permintaannya berfluktuasi. Prinsip Pelayanan Publik Adapun prinsip pelayanan public menurut Aswin (2000 : 45) adalah : a. Kesederhanaan, b. Kejelasan, c. Kepastian waktu, d Akurasi, e. Keamanan, f. Tanggung Jawab, g. Kelengkapan Sarana dan Prasarana, h. Kemudahan Akses, i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, j. Kenyamanan. Standar Pelayanan Publik Standar pelayanan publik merupakan proses pemenuhan target agar terciptanya atau tercapainya tujuan dan maksud organisasi pelayanan publik sebagai abdi masyarakat, hingga pencapaian yang dimaksud adanya keikhlasan, kepuasan, dan adanya kesan uang berdampak positif diantara pemberi dan penerima. Prosedur Pendaftaran Tanah Pendaftaran ialah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 Ayat (2) yaitu berupa pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah. Sementara pendaftaran hak merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari pendaftaran 1648
4 Studi Tentang Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah (Agustinuns) hak-hak atas tanah, atas peralihan hak-hak tersebut, serta pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Pengajuan Permohonan Permohonan yang diajukan ditujukan kepada Menteri Agraria melalui Kepala Kantor Pertanahan yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999, permohonan yang diajukan harus dilampirkan bersamaan dengan data-data kelengkapan yaitu, formulir permohonan, identitas pemohon, dan alas hak atas tanah. Bidang Fisik Kegiatan di bidang fisik bertujuan untuk memperoleh data mengenai letaknya dan batas-batas luasnya, bangunan-bangunan, dan/atau tanamantanaman penting yang ada di atasnya. Setelah dipastikan letak tanah yang akan dikumpulkan data fisiknya maka kegiatan dimulai dengan penetapan batasbatasnya serta pemberian tanda-tanda batas di setiap sudutnya. Kemudian diikuti dengan kegiatan pengukuran dan pembuatan petanya. Penetapan batas dilakukan Panitia Pendaftaran Tanah (PPT), berdasarkan penunjukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, yang disetujui oleh para pemegang hak atas tanah yang berbatasan. Kegiatan teknis kadasteral ini menghasilkan peta pendaftaran yang melukiskan semua tanah yang ada di wilayah pendaftaran yang sudah diukur. Untuk tiap bidang tanah yang haknya didaftar dibuatkan surat ukur (Hermit, 2004). Bidang Yuridis Kegiatan bidang yuridis bertujuan memperoleh data mengenai haknya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidak adanya hak pihak lain yang membebaninya. Pengumpulan data tersebut menggunakan alat pembuktian berupa dokumen dan lain-lainnya (Sutedi, 2006). Pemeriksaan Berkas Proses lanjutan yang dilakukan oleh kepala kantor pertanahan adalah pemeriksaan terhadap permohonan tanah tersebut. Jika terdapat kekurangan, misalnya surat ukurnya belum ada, akan diadakan pengukuran terlebih dahulu. Setelah hal ini dilakukan, langkah selanjutnya adalah memeriksa apakah permohonan tersebut memiliki surat daftar, data yuridis, dan data fisik secara lengkap atau belum. Hal ini dicatat ke dalam risalah pemeriksaan tanah. Jika didapatkan ketidaklengkapan dalam persyaratan permohonan tersebut, kepala kantor pertanahan akan meminta kepada pemohon untuk melengkapinya agar dapat diproses lebih lanjut. Setelah permohonan dinyatakan lengkap, selanjutnya berkas permohonan dilimpahkan ke kantor wilayah pertanahan 1649
5 ejournal Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 1, 2013: yang akan memeriksa kelengkapan berkas permohonan tersebut. Seandainya terdapat kekurangan, kepala kantor pertanahan akan diminta untuk melengkapinya untuk selanjutnya diberikan keputusan mengenai diterima atau ditolaknya permohonan tersebut. Dalam hal keputusan penolakan permohonan, kepala wilayah pertanahan akan memberikan alasan. Langkah selanjutnya adalah mengirimkan berkas permohonan yang telah disetujui ke menteri pertanahan (Sembiring, 2010). Penerbitan Dokumen dan Tanda Bukti Hak Dengan diterimanya permohonan hak milik atas tanah, maka Menteri Pertanahan akan menerbitkan keputusan pemberian hak milik atas tanah yang dimohonkan. Dengan demikian, secara resmi, pemohon memiliki hak atas tanah yang dimohonkan tersebut dan secara yuridis meniadakan hak bagi pihak lainnya untuk mengklaim bahwa tanah tersebut adalah miliknya (Sembiring, 2010). Hak Milik Atas Tanah Dalam rancangan UUPA TAHUN 1960, Panitia Negara Agraria yang dibentuk dengan keputusan Presiden tanggal 6 Mei 1958 nomor 97/1958 diputuskan khususnya mengenai hak milik ini diatur dalam pasal 12 sebagai berikut : Hak Milik adalah hak atas tanah yang terkuat dan terpenuh yang memberi wewenang kepada yang mempunyainya untuk dalam batas-batas yang didasarkan atas ketentuan undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya serta hukum yang tidak tertulis mempergunakan tanah itu menurut kehendaknya serta memungut hasilnya, asal saja tidak melanggar hak-hak orang lain. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. (Maman, 2002). Dalam penelitian kualitatif, dilakukan penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2002 : 3) yang menyatakan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. 1650
6 Studi Tentang Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah (Agustinuns) Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Daerah Penelitian Keadaan Geografis Kota Samarinda Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah km 2 dan terletak antara Bujur Timur dan Bujur Timur serta di antara Lintang Selatan dan Lintang Selatan (BPS Kota Samarinda, 2012). Pola penggunaan tanah di Kota Samarinda mengikuti pola penyebaran penduduk yang ada. Pada tahun 2009, penggunaan tanah di Kota Samarinda yang paling luas adalah lahan bukan sawah sebesar Ha atau 54,79% dari luas Kota Samarinda, diikuti rumah bangunan dan halaman sekitar sebesar Ha atau 31,89% (BAPPEDA Kota Samarinda, 2013). Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006, maka dapat dinyatakan bahwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh seorang Kepala. Badan ini mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. Hasil Penelitian dan Pembahasan Prosedur Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda 1. Pengajuan Permohonan Terdapat tiga persyaratan umum untuk mengajukan permohonan hak milik atas tanah yaitu; tanah yang dimohon tidak memiliki sengketa, tanah tersebut tidak akan menjadi tumpang tindih atau memiliki sertifikat ganda, dan harus sesuai dengan tata ruang wilayah Kota Samarinda. Terdapat hal yang perlu menjadi catatan bagi pemohon dalam mendaftarkan tanahnya yang berkaitan dalam kelengkapan berkas. Perlu diperhatikan bahwa seluruh dokumen yang berupa fotokopi harus dilegalisir dengan menunjukkan suratsurat asli pada petugas loket Kantor Pertanahan Kota Samarinda (BPN Kota Samarinda, 2013). 2. Bidang Fisik Prosedur selanjutnya yaitu pengukuran dan pemeriksaan tanah yang harus dihadiri oleh pemohon. Dalam proses pengukuran tanah, dicatat keterangan mengenai informasi pemohon, letak tanah, dan batas-batas tanah. Informasi tersebut selanjutnya dicatat dalam berita acara pengukuran. Proses ini disebut dengan prosedur pendaftaran hak milik atas tanah pada prosedur bidang fisik. Proses pemeriksaan tanah, disebut dengan bidang yuridis, diperiksa hak- 1651
7 ejournal Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 1, 2013: hak yang melekat pada tanah tersebut. Selain itu, diperiksa riwayat jual beli atau hibah tanah tersebut, pewarisan tanah, riwayat pembebasan tanah untuk kepentingan umum, riwayat sengketa, dan penyitaan. Hal-hal ini juga dicantumkan dalam berita acara yang melengkapi prosedur pemeriksaan tanah (BPN Kota Samarinda, 2013). 3. Bidang Yuridis Sesuai dengan ketetapan dalam Pasal 24 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997, dalam prosedur pendaftaran hak milik atas tanah terdapat tahapan bidang yuridis. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan hak. Mengenai kepemilikan tanah ada tiga kemungkinan alat pembuktian yaitu: bukti tertulisnya lengkap tidak memerlukan tambahan alat bukti lain; bukti tertulis sebagian tidak ada lagi diperkuat dengan keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan; bukti tertulisanya semuanya tidak ada lagi diganti keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan. Tetapi semuanya akan diteliti lagi melalui pengumuman untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan (Parlindungan, 2004). 4. Pemeriksaan Berkas Langkah berikutnya adalah proses di tingkat kota, tingkat provinsi, hingga proses di tingkat pusat. Masing-masing proses di setiap tingkat ini akan berujung pada penerbitan surat dari masing-masing tingkatan. Mengenai waktu penyelesaian sesuai SOP, tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 Ha dan tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2000 meter persegi membutuhkan waktu proses selama tiga puluh delapan hari. Tanah pertanian dengan luas lebih dari 2 Ha dan tanah non pertanian yang luasnya antara meter persegi membutuhkan waktu proses selama lima puluh tujuh hari. Tanah non pertanian dengan luas lebih dari 5000 meter persegi membutuhkan waktu proses selama sembilan puluh tujuh hari (BPN RI, 2012). 5. Penerbitan Sertifikat Sertifikat sebagai tanda bukti hak diterbitkan untuk pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftarkan dalam buku tanah. Sertifikat hanya boleh diberikan kepada pihak yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya (Parlindungan, 2004). Berdasarkan pembahasan prosedur pendaftaran hak milik atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda, maka dapat disimpulkan bahwa dalam prakteknya di lapangan, proses yang berjalan telah sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan ketentuan BPN bahwa 1652
8 Studi Tentang Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah (Agustinuns) proses pendaftaran hak milik atas tanah di Kantor Pertanahan dijalankan dengan menerapkan prosedur yang tercantum pada Standar Operasional Pelaksanaan yang telah ditetapkan di pusat oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN Kota Samarinda, 2013). Faktor Penghambat 1. Faktor Penghambat Eksternal a. Kelengkapan Berkas Salah satu hal yang menjadi faktor penghambat eksternal dalam proses pendaftaran hak milik atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda ialah faktor kelengkapan berkas. Proses awal melakukan pendaftaran tanah yaitu mengajukan permohonan yang dilengkapi dengan syarat-syarat kelengkapan berkas yang sudah diatur (Parlindungan, 2004). b. Menghadirkan Pihak Terkait Pendaftaran hak milik atas tanah melibatkan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pihak-pihak yang terlibat dalam pendaftaran tanah ini perlu didatangkan atau dihadirkan dalam pemeriksaan tanah. Tidak hanya itu, pihak terkait juga akan diperlukan keterangannya misalnya sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah yang bersangkutan (Kalo, 2006 : 11). Pihak pemohon yang dimintai tanggapannya melalui wawancara mengemukakan kesulitannya dalam mengumpulkan pihak terkait. Kesulitan yang dimaksud di sini yaitu misalnya kesulitan mengkomunikasikan pihak tetangga yang belum tentu bisa hadir dalam pemeriksaan tanah. Padahal kehadiran pihak tersebut merupakan hal yang penting terkait dengan keperluan persetujuan perbatasan tanah yang dimaksud. 2. Faktor Penghambat Internal a. Lama Penyelesaian Mengenai lamanya penyelesaian proses, hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Kepala Sub Seksi Penetapan Hak Tanah Kantor Pertanahan Kota Samarinda bahwa hambatan pertama yang disampaikan yaitu mengenai jangka waktu proses penyelesaian pendaftaran hak milik atas tanah hingga terbitnya sertifikat. Pernyataan mengenai lama penyelesaian proses pendaftaran hak milik atas tanah ini juga didukung oleh pernyataan staf Urusan Umum Kantor Pertanahan Kota Samarinda. Waktu penyelesaian prosedur telah ditetapkan dalam peraturan. Namun bisa saja pada kenyataannya di lapangan akan muncul kemungkinankemungkinan yang menghambat berjalannya proses ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. (Parlindungan, 2004). 1653
9 ejournal Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 1, 2013: b. Kurangnya Tenaga Pelaksana Kurangnya jumlah tenaga pelaksana ini juga merupakan masalah tersendiri yang timbul dari pihak internal Kantor pertanahan. Tenaga pelaksana yang dimaksud di sini yaitu tenaga ahli yang bekerja di lapangan. Selanjutnya petugas yang dimaksud ini bertugas dalam proses pengukuran dan pemetaan tanah yang didaftarkan di lapangan. Pelaksanaan pelayanan pendaftaran hak milik atas tanah bukan merupakan pekerjaan yang ringan. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang berat dan banyak membutuhkan tenaga ahli di bidangnya. Kurangnya tenaga ahli dalam penyelesaian prosedur ini akan menghambat kelancaran proses pendaftaran hak milik atas tanah (Parlindungan, 2004). Faktor Pendukung 1. Kualitas Petugas Kantor Pertanahan Hal yang disampaikan Kepala Sub Seksi Penetapan Hak Tanah Kantor Pertanahan Kota Samarinda mengenai kualitas pegawai pada bagian hasil penelitian sesuai dengan pengamatan peneliti pada saat penelitian dilakukan. Dengan menumpuknya berkas permohonan tentu saja sangat dibutuhkan kualitas dalam menanganinya. Diperlukan sikap profesional serta keterampilan petugas pada setiap tahapan proses pendaftaran hak milik atas tanah ini khususnya. Kemampuan aparat yang sudah baik merupakan salah satu faktor pendukung berjalannya proses pendaftaran hak milik atas tanah pada kantor pertanahan (Saleh, 2002). 2. Keseriusan Pemohon Keseriusan pemohon dalam mendaftarkan tanahnya juga merupakan faktor yang sangat mendukung terselenggaranya kegiatan perndaftaran hak milik atas tanah secara lancar. Mengenai faktor ini, ketiga pihak narasumber yang diwawancarai memberikan pernyataan yang sama dalam wawancaranya menyampaikan sikap setuju mengenai sikap serius pemohon yang diwujudkan dalam tindakan yang kooperatif dalam mendaftarkan tanahnya. Perlu adanya koordinasi yang baik antara pihak Kantor Pertanahan dan pihak pemohon dalam rangka berjalannya prosedur pendaftaran tanah sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, sikap peduli masyarakat sebagai pihak yang mendaftarkan tanahnya akan sangat membantu (Saleh, 2002). 3. Kerjasama dengan Pihak Kelurahan dan Kecamatan Narasumber sepakat mengenai adanya keterlibatan pihak Kelurahan serta Kecamatan dalam proses pendaftaran hak milik atas tanah ini. Keterlibatan pihak-pihak tersebut menuntut adanya kerjasama agar proses dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. Maka, kerjasama yang baik 1654
10 Studi Tentang Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah (Agustinuns) dengan pihak Kelurahan dan Kecamatan setempat wilayah tanah yang didaftarkan tersebut berada merupakan faktor pendukung terselenggaranya pendaftaran hak milik atas tanah. Prosedur pendaftaran hak milik atas tanah tidak hanya melibatkan pihak pemohon dan BPN. Pihak lain yang juga ikut terlibat yaitu aparat daerah seperti yang disampaikan oleh Ketua Sub Seksi Penetapan Hak Kantor Pertanahan Kota Samarinda yang menyatakan bahwa dalam proses pendaftaran hak milik atas tanah terdapat beberapa pihak yang terlibat seperti lurah, camat, dan ketua RT. Contohnya, pada surat pernyataan riwayat penguasaanfisik bidang tanah, surat tersebut memerlukan tanda tangan ketua RT, Kelurahan, dan Kecamatan sebagai pihak yang mengetahui. Begitu juga pada berita acara pemeriksaan lapang, lurah wilayah yang bersangkutan turut disebut untuk bertugas ke lapangan (Sembiring, 2010). Penutup Prosedur pendaftaran hak milik atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda telah memiliki standar operasional prosedur yang jelas dan lengkap. Prosedur tersebut meliputi beberapa tahap yaitu Pengajuan permohonan, pengisian formulir blangko oleh pihak pemohon dan pemeriksaan dokumen oleh kantor pertanahan. Bidang fisik, berupa pengukuran dan pemeriksaan tanah oleh pihak kantor pertanahan yang dihadiri oleh pihak pemohon beserta pihak-pihak terkait. Bidang yuridis, yang merupakan proses penetapan hak atas tanah yang dimaksud pemohon. Pelaksanaan proses pemeriksaan berkas, di tingkat kota, Kantor Wilayah di tingkat provinsi, dan proses pusat di BPN RI hingga terbitnya surat keputusan di masing-masing tingkatan. dan Pembukuan hak dan penerbitan sertifikat sebagai dokumen tanda bukti hak yang telah berjalan dengan baik dan jelas sesuai standar prosedur yang telah di tetapkan. Faktor penghambat dalam proses pendaftaran hak milik atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda meliputi faktor yang berasal dari luar(eksternal) dan dari dalam(internal) instansi Hambatan eksternal atau hambatan yang dihadapi oleh masyarakat meliputi Kesulitan melengkapi berkas terutama surat-surat bukti perolehan tanah sebagai persyaratan pengajuan permohonan dan Kesulitan mengumpulkan pihak terkait yang perlu didatangkan pada proses pengukuran dan pemeriksaan tanah. Hambatan internal atau hambatan yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan meliputi Lama penyelesaian tidak sesuai dengan SOP, yaitu memakan waktu lebih panjang dari standar yang telah ditentukan dan Kurangnya jumlah tenaga pelaksana dalam proses pengukuran. Faktor pendukung dalam proses pendaftaran hak milik atas tanah pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda meliputi beberapa hal yaitu Adanya SDM yang berkualitas di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Samarinda yang membantu terselenggaranya proses pendaftaran hak milik atas tanah, 1655
11 ejournal Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 1, 2013: Keseriusan pemohon dalam mendaftarkan tanahnya yang ditunjukkan dengan sikap kooperatif dalam pengurusan berkas, dan Kerjasama yang baik dengan pihak Kelurahan dan Kecamatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Pertanahan Kota Samarinda maka dapat disimpulkan beberapa saran untuk menjadi masukan, di antaranya yaitu prosedur yang berjalan di Kantor Pertanahan Kota samarinda telah berjalan dengan baik sehingga perlu di tingkatkan dengan menjalankan Prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku pada Standar Oprasional Prosedur, Perlu ditingkatkan kesadaran warga yang mengajukan pendaftaran hak milik atas tanah bahwa keseriusan dan sikap pro aktif sangat dibutuhkan dalam proses tersebut. Efektifitas dan efisiensi kerja perlu ditingkatkan terutama pada proses lapangan, mengingat mundurnya waktu penyelesaian diakibatkan oleh lamanya waktu pengukuran dan pemeriksaan tanah, dan Perlu dilakukan sosialisasi mengenai cara mendapatkan kelengkapan berkas yang dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran hak milik atas tanah mengingat masalah yang sering terjadi adalah berkas permohonan yang tidak lengkap. Daftar Pustaka Aswin,(2000).Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah Dalam Kebijakan dan Pelayanan publik, Editor Didi Marzuki, Pengantar, Taufik Efendi, MBA. BAPPEDA Kota Samarinda. (2013). BAPPEDA Kota Samarinda. Retrieved July 25, 2013, from Data Umum Kota Samarinda: BPN. (2010). Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan Permohonan Hak Milik. Jakarta: BPN RI. BPN. (2013). Pengenaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak. Jakarta: BPN RI. BPN Kota Samarinda. (2013). Permohonan Hak Milik Atas Tanah. Samarinda: BPN Kota Samarinda. BPN RI. (2012). Retrieved November 10, 2012, from PENDAFTARAN-TANAH-PERTAMA-KALI/PEMBERIAN- HAK/HAK-MILIK/HAK-MILIK-PERORANGAN.aspx BPS Kota Samarinda. (2012). Samarinda Dalam Angka Samarinda: BPS Kota Samarinda. Hermit. (2004). Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara, dan Tanah PEMDA. Jakarta: Mandar Maju. Miles, M., & Huberman, M., (2007). Analisis dan Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press. 1656
12 Studi Tentang Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah (Agustinuns) Moleong, L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Parlindungan, A. P. (2004). Pendaftaran Tanah di Indonesia. Bandung: Mandar Maju. Saleh, W. (2002). Hak Anda Atas Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sembiring, J. J. (2010). Panduan Mengurus Sertifikat Tanah. Jakarta: Transmedia Pustaka. Sutedi, A. (2006). Pengakuan Hak Milik Atas Tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria. Jakarta: Cipta Jaya. Sutedi, A. (2007). Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar Grafika. 1657
PROSEDUR PELAYANAN ADMINISTRASI DALAM PEMBUATAN SERTIPIKAT TANAH PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL DI KOTA SAMARINDA
ejournal llmu Administrasi Negara, 2014, 3 (2) : 542-555 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2014 PROSEDUR PELAYANAN ADMINISTRASI DALAM PEMBUATAN SERTIPIKAT TANAH PADA BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PELAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
ejournal Administrasi Negara, 2013, 1 (2): 338-350 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2013 STUDI TENTANG PELAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPELAKSANAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI BIDANG NON PERIJINAN DI KANTOR KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG
ejournal Administrasi Negara, Volume 5, Nomor 3, 2017: 6477-6487 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright2017 PELAKSANAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI BIDANG NON PERIJINAN
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
- 1 - MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 34 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciJurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 113 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU Oleh Suhariyono 1 ABSTRAK: Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Legalisasi
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMBUKA TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMBUKA TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa kegiatan membuka dan/atau memanfaatkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, tanah merupakan salah satu faktor terpenting dan harta yang paling berharga yang banyak diminati oleh setiap warga, khususnya warga
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA KECAMATAN SE KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK
Lebih terperinciKINERJA APARATUR PEMERINTAH KECAMATAN DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN MELAK KABUPATEN KUTAI BARAT
ejournal llmu Administrasi Negara, 4 (2) 2014 : 1172-1181 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2014 KINERJA APARATUR PEMERINTAH KECAMATAN DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN MELAK KABUPATEN
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih
Lebih terperinciTAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG
NOMOR 7 TAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 12 TAHUN 2013 SERI E TENTANG MEKANISME PENANGANAN PENGADUAN LAYANAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU I. UMUM Perizinan terpadu pada dasarnya merupakan suatu model Sistem Pelayanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kependudukan Banyak hal yang terkait bilamana kita akan membahas topik kependudukan terlebih pada wilayah administrasi kependudukan dengan berbagai hal yang melekat di dalamnya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.370, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Keterbukaan Informasi Publik. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/KA/VII/2010 TENTANG
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI DESA LIMBU SEDULUN KABUPATEN TANA TIDUNG
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2015, 3 (1): 458-467 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI DESA LIMBU SEDULUN
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK
Bagian Organisasi - 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK
Lebih terperinci2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2015 KEMEN. ATR. Tata Cara Hak Komunal Tanah. Hukum Adat. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUpik Hamidah. Abstrak
Pembaharuan Standar Prosedure Operasi Pengaturan (SOP) Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah Wasiat Berdasarkan Alat Bukti Peralihan Hak Upik Hamidah Dosen Bagian Hukum Administrasi
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 3/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus
Lebih terperinci2017, No dalam huruf b, perlu dibuat dalam bentuk Standar Pelayanan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru
No.431, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. SP Kementerian ATR/BPN. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA. BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Surveyor. Berlisensi. Pengukuran. Pemetaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
No.1013, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Surveyor. Berlisensi. Pengukuran. Pemetaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan
Lebih terperinciPUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2016, 4 (4): 1-7 ISSN 2477-2458, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2016 KEMEN-ATR/BPN. KEK. Pengaturan ATR/Pertanahan. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ketetapan MPR-RI
Lebih terperinciBUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI
BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembara
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Informasi Publik. Layanan. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI PROPINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 64 Tahun 2017 Seri E Nomor 52 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 64 Tahun 2017 Seri E Nomor 52 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP Diundangkan dalam Berita Daerah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN SURAT ALAS HAK ATAS TANAH NEGARA DAN PEMBUATAN SURAT PEMINDAHAN PENGUASAAN ATAS TANAH NEGARA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung
Lebih terperinci2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN IZIN LOKASI
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing
Lebih terperinciUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah Serangkaian tindakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PERTAHANAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya pengendalian agar penggunaan tanah dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2011 KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 02 /M/PER/V/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan kehidupannya pada manfaat tanah dan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa pengalihan hak atas tanah dan investasi di
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG SURVEYOR KADASTER
Lebih terperinciBUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
No.1275, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. PRONA. Percepatan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PENGKAJIAN DAN PENANGANAN KASUS PERTANAHAN
Draft 16 Agustus 2010 Jam 08.10 WIB PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PENGKAJIAN DAN PENANGANAN KASUS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.292, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan. Kewenangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) UNDANG UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspek sosial, politik serta aspek pertahanan dan keamanan. Kenyataan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan dewasa ini, arti dan fungsi tanah bagi negara Indonesia tidak hanya menyangkut kepentingan ekonomi semata, tetapi juga mencakup aspek sosial,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena manusia dan tanah memiliki hubungan yang sangat erat, terlebih lagi bagi masyarakat
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya masih bercorak agraria, maka bumi, air dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 1 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas perlindungan
Lebih terperinci