BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk
|
|
- Sucianty Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah (kabupaten) berhak mengelola daerah masing-masing dengan menyesuaikan karakterisktik daerahnya sendiri dengan harapan bahwa pembangunan daerah akan terjadi secara kompetitif yang akan berdampak pada adanya semangat daerah lain untuk melakukan pembangunan yang lebih baik dari sebelumnya. Sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 1 ayat 5 disebutkan bahwa definisi otonomi daerah adalah sebagai berikut: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 6 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasbatas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. ( UU Nomor 34 Tahun 2004 Tentang pemerintah Daerah) 1
2 2 Demi mendorong kemajuan otonomi daerah agar terselenggara dengan baik maka pada taraf nasional selain Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang kemudian diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dan Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 telah menunjukan bukti adanya keseriusan pemerintah dalam meningkatkan otonomi daerah dengan tujuan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah mampu melahirkan pelayanan publik dan kinerja pemerintah daerah menjadi semakin lebih baik lagi. Menindaklanjuti beberapa peraturan di atas maka Pemerintah Kabupaten Bantul dalam meningkatkan disiplin, kinerja dan hasil kerja Lurah Desa dan Pamong Desa se-kabupaten Bantul serta mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat Bantul, maka Pemerintah Kabupaten Bantul perlu memberikan tambahan kesejahteraan pada setiap bulannya bagi Lurah Desa dan Pamong Desa se-kabupaten Bantul. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, Pemerintah Kabupaten Bantul perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberian Tambahan Kesejahteraan Bagi Lurah Desa dan Pamong Desa se- Kabupaten Bantul Tahun Anggaran Dengan dasar tersebut, pemerintah Kabupaten Bantul telah mengeluarkan Peraturan Bupati Bantul No 03 Tahun
3 Tentang Pemberian Tambahan Kesejahteraan Bagi Lurah dan Pamong Desa Se-Kabupaten Bantul Tahun Anggraan Dengan dikeluarkan Peraturan Bupati Nomor 03 Tahun 2012 tersebut seluruh Lurah dan Pamong desa Se-kabupaten Bantul diharapkan mampu memberikan perubahan kearah yang lebih baik lagi diantaranya adalah untuk meningkatkan disiplin, kinerja dan hasil kerja Lurah Desa dan Pamong Desa se-kabupaten Bantul serta mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam Peraturan Bupati Nomor 03 Tahun 2012 disebutkan adanya penambahan dana kepada lurah dan pamong yang tercantum dalam pasal 3 sebagaimana di sebutkan sebagai berikut: Dalam Peraturan Bupati No 03 Tahun 2012 Pasal 3 Besarnya tambahan kesejahteraan bagi Lurah Desa dan Pamong Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) sebagai berikut : a. Desa Rendah : 1) Lurah Desa sebesar Rp ,00 / bulan 2) Carik Desa Non PNS sebesar Rp ,00 / bulan 3) Kepala Bagian sebesar Rp ,00 / bulan 4) Dukuh sebesar Rp ,00 / bulan 5) Kaur TU BPD sebesar Rp ,00 / bulan 6) Staf Desa sebesar Rp ,00 / bulan b. Desa Sedang: 1) Lurah Desa sebesar Rp ,00 / bulan 2) Carik Desa non PNS sebesar Rp ,00 / bulan
4 4 3) Kepala Bagian sebesar Rp ,00 / bulan 4) Dukuh sebesar Rp ,00 / bulan 5) Kaur TU BPD sebesar Rp ,00 / bulan 6) Staf Desa sebesar Rp ,00 / bulan c. Desa Tinggi : 1) Lurah Desa sebesar Rp ,00 / bulan 2) Carik Desa non PNS sebesar Rp ,00 / bulan 3) Kepala Bagian sebesar Rp ,00 / bulan 4) Dukuh sebesar Rp ,00 / bulan 5) Kaur TU BPD sebesar Rp ,00 / bulan 6) Staf Desa sebesar Rp ,00 / bulan Pasal 3 Besarnya tambahan kesejahteraan bagi Carik Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sebesar Rp ,00 (enam ratus tigapuluh ribu rupiah) setiap bulan. Pasal 4 Berdasarkan ketentuan pelaksanaan hari kerja yang berlaku di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul, dilakukan pemotongan tambahan kesejahteraan Lurah Desa dan Pamong Desa apabila : 1. tidak masuk kerja tanpa keterangan yang sah dipotong 2% (dua persen) per hari; dan 2. ijin tidak masuk kerja lebih dari 2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan dipotong 2 % (dua persen) per hari sesuai dengan jumlah kelebihan hari
5 5 Memang harapan dan kenyataan tidak lah akan selalu sejalan. Tujuan atau harapan tentu akan berakhir baik bila pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan juga berjalan baik. Walaupun ketidaktercapaian harapan itu juga nampak masih terlihat dalam pelaksanaan otonomi daerah yang ada di Indonesia. Masih banyak permasalahan yang mengiringi berjalannya otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan-permasalahan itu tentu harus dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi daerah dapat tercapai. Beberapa masalah yang menjadi anggapan umum bahwa kinerja birokrasi desa yang masih memiliki beberapa kekurangan dalam melakukan penyelengaraan pelayanan publik diantarnya adalah: Pemerintah Desa sebagai tingkat paling rendah dalam struktur pemerintahan, seharusnya dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Selain itu, para aparatur desa seharusnya dapat menampilkan kinerja yang baik. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan telah jauh dari yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat antara lain adalah: Pertama, banyaknya keluhan dari masyarakat seperti menyangkut prosedur dan mekanisme kerja pelayanan publik yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, dan terbatasnya fasilitas, sarana, dan prasarana sehingga tidak menjamin kepastian hukum, waktu dan biaya. Kedua, Ketidakpastian hukum waktu dan biaya tersebut sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab budaya masyarakat yang berkembang saat ini cenderung memilih menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara pelayanan untuk mendapatkan kepastian dan kualitas pelayanan. Ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik ini
6 6 merupakan penyebab dari adanya diskriminasi pelayanan dan ketidakpastian. Keempat, kondisi SDM aparatur pemerintahan desa yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah, kedisiplinan dan kinerja aparatur desa yang belum maksimal, dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur pemerintah desa yang rendah. Untuk memahami beberapa masalah yang sering menjadi keluhan publik terkait pelayanan birokrasi pemerintahan oleh aparat, diantaranya dapat disebutkan ( Lijan Poltak Sinambela. 2011:36) diantaranya adalah: 1. Memperlambat proses penyelesaian perizinan. 2. Mencari berbagai dalih, seperti kekuranglengkapan dokumen pendukung, keterlambatan pengajuan permohonan, dan dalih lain yang sejenis. 3. Alasan kesibukan melaksanakan tugas lain 4. Sulit dihubungi. 5. Senantiasa memperlambat dengan menggunakan kata-kata sedang di proses. Menurut Harian Kedaulatan Rakyat dalam jurnal Pelayanan Publik yang Berbelit; Warisan Penjajah Agar Kita Tak Bisa Maju yang terbit 31 Januari 2008 menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak berjalannya pelayanan publik dengan baik yaitu : pertama, masalah struktural birokrasi yang menyangkut penganggaran untuk pelayanan publik. Kedua, yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik adalah adanya kendala kultural di dalam birokrasi. Selain itu ada pula faktor dari perilaku aparat yang tidak
7 7 mencerminkan perilaku melayani, dan sebaliknya cenderung menunjukkan perilaku ingin dilayani. Fenomena tersebut tidak membuat masyarakat untuk memberikan penilaian terhadap kinerja pelayanan birokrasi desa dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah: faktor budaya politik yang ada di dalam masyarakat belum menunjukan adanya budaya politik partisipan sehingga melakukan penilaian dan evaluasi kinerja terhadap kinerja suatu birokrasi belum menunjukan adanya suatu hal yang dianggap penting. Selanjutnya Agus Dwiyanto (2012:47) menyatakan bahwa penilaian kinerja birokrasi publik masih amat jarang dilakukan. Berbeda dengan organisasi bisnis yang kinerjanya dengan mudah bisa dilihat dari profitibilitas, yang di antaranya tercermin dari indeks harga saham di bursa, birokrasi publik tidak memiliki tolok ukur yang jelas dan tidak mudah diperoleh informasinya oleh publik. Memang beberapa informasi seperti ketidakpuasan masyarakat mengenai pelayanan birokrasi seperti yang dimuat di berbagai media masa menjadi indikator dari rendahnya kinerja birokrasi publik. Namun, sejauh ini informasi yang akurat dan bisa dengan mudah diperoleh oleh publik mengenai kinerja birokrasi publik belum tersedia di dalam masyarakat. Selain itu dalam peraturan Bupati Bantul Nomor 03 tahun 2012 tersebut, hanya mengatur pemberian tambahan kesejahteraan bagi lurah desa dan pamong desa se- Kabupaten Bantul saja, peraturan tersebut tidak disertai dengan aturan-aturan yang telah mengatur berkenaan dengan ukuran-ukuran peningkatan disiplin, kinerja, dan hasil kerja lurah desa dan pamong desa sehingga lurah desa dan
8 8 pamong desa dapat dipastikan belum ada usaha dalam meningkatkan kinerja, disiplin kerja, dan hasil kerja untuk menuju perubahan yang lebih baik dalam pelayananan publik. Kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi tata pemerintahan. Pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang besar kepada kabupaten dan kota untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika lokal. Pemerintah kabupaten dan kota memiliki kewenangan untuk merumuskan kebijakan dan program yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, salah satu indikator penting keberhasilan otonomi daerah adalah implikasinya terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Tentu terlalu dini untuk menilai keberhasilan otonomi daerah dari implikasinya terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik, mengingat survei ini dilakukan hanya setahun setelah otonomi daerah dilaksanakan. Namun, setidak-tidaknya dari potret kinerja pelayanan publik ini berbagai aspek dari observasi terhadap kinerja implementasi otonomi daerah dapat dilakukan. ( Agus Dwiyanto Dkk. 2003: 81) Berdasar Peraturan tersebut diharapkan Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012 dapat meningkatkan kinerja Birokrasi Pemerintah Desa Se- Kecamatan Pandak. Namun masih banyaknya keluhan masyarakat yang belum sesuai dengan harapan tersebut di atas, maka perlu diteliti tentang bagaimana problematika implementasi Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012,
9 9 mengapa penambahan kesejahteraan bagi birokrasi Pemerintah Desa belum membawa pada peningkatan Kinerja? Peneliti akan melakukan penelitian tentang hal tersebut di Kecamatan Pandak, Bantul. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diperoleh beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kinerja birokrasi desa yang masih memiliki beberapa kekurangan dalam melakukan penyelengaraan pelayanan publik. 2. Banyaknya keluhan dari masyarakat seperti menyangkut prosedur dan mekanisme kerja pelayanan publik yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, dan terbatasnya fasilitas, sarana, dan prasarana sehingga tidak menjamin kepastian hukum, waktu dan biaya. 3. Rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik ini merupakan penyebab dari adanya diskriminasi pelayanan dan ketidakpastian. 4. Kondisi SDM aparatur pemerintahan desa yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah, kedisiplinan dan kinerja aparatur desa yang belum maksimal, dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur pemerintah desa yang rendah. 5. Budaya politik yang ada di dalam masyarakat belum menunjukan adanya budaya politik partisipan sehingga melakukan penilaian dan
10 10 evaluasi kinerja terhadap kinerja suatu birokrasi belum menunjukan adanya suatu hal yang dianggap penting. 6. Penilaian kinerja birokrasi publik masih amat jarang dilakukan. 7. Birokrasi publik tidak memiliki tolok ukur yang jelas dan tidak mudah diperoleh informasinya oleh publik. 8. Informasi yang akurat dan bisa dengan mudah diperoleh oleh publik mengenai kinerja birokrasi publik belum tersedia di dalam masyarakat. 9. Kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi tata pemerintahan belum bisa dilakukan secara optimal. 10. Dalam peraturan Bupati Nomor 03 tahun 2012 tersebut, belum diaturnya solusi atas rendahnya kualitas pelayanan publik di tingkat desa, sehingga dapat dipastikan belum adanya usaha peningkatan kualitas pelayanan publik di tingkat desa. C. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan penelitian maka berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan dari beberapa uraian di atas, maka perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan untuk menfokuskan penelitian agar diperoleh suatu kesimpulan yang relevan dengan pokok bahasan yang dikaji. Adapun pokok bahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sejauh mana implementasi Peraturan Bupati Bantul
11 11 Nomor 03 Tahun 2012 dalam meningkatkan kinerja Pemerintah Desa se- Kecamatan Pandak. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai beikut: 1. Apakah Peraturan Bupati Nomor 03 Tahun 2012 sudah di implementasikan dengan baik di Kecamatan Pandak? 2. Apakah pemberian dana kesejahteraan dalam peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012 sudah dapat meningkatkan Kinerja, Hasil Keja dan Kedisiplinan Pemerintah Desa di Kecamatan Pandak? 3. Apa saja hambatan yang di hadapi dalam implementasi Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012? 4. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan tersebut? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas. maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah Peraturan Bupati Nomor 03 Tahun 2012 sudah di implementasikan dengan baik di Kecamatan Pandak. 2. Untuk Apakah pemberian dana kesejahteraan dalam peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012 sudah dapat meningkatkan Kinerja, Hasil Keja dan Kedisiplinan Pemerintah Desa di Kecamatan Pandak.
12 12 3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi dalam implementasi Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi hambatan tersebut. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Pendidikan kewarganegaraan dalam bidang politik mengenai otonomi daerah dan politik lokal. Selain itu dapat dijadikan literatur bagi peneliti yang relevan di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Untuk menambah koleksi pustaka bahan bacaan bagi mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Khususnya dan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya. b. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul Untuk mengetahui apakah dengan adanya pemberian tambahan kesejahteraan bagi lurah desa dan pamong desa dapat meningkatkan kinerja, disilpin dan hasil kerja aparatur pemerintah desa khusus di wilayah kecamatan Pandak. c. Bagi masyarakat
13 13 Untuk memberikan wacana mengenai tingkat kinerja, displin dan hasil kerja pemerintah desa. d. Bagi peneliti Sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana, serta menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan. G. Batasan Istilah Agar tidak terjadi pengertian yang berbeda-beda serta pemahaman dari pembaca, maka peneliti memberikan gambaran jelas tentang maksud dari judul penelitian. Untuk itu perlu diberi batasan istilah sebagai berikut: 1. Implementasi Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. 2. Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012 Peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2012 adalah produk hukum yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul tentang pemberian dana tambahan kesejahteraan bagi kepala desa dan pamong desa. 3. Kedisiplinan Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus
14 14 Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa kedisiplinan adalah: a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib. c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu. Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. 4. Kinerja Kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan dalam periode tertentu. (Sulistiyani.2003: 223) 5. Hasil kerja Hasil kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.( Lijan Poltak Sinambela. 2011:137)
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN KESEJAHTERAAN BAGI LURAH DESA DAN PAMONG DESA SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN KESEJAHTERAAN BAGI LURAH DESA DAN PAMONG DESA SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DESA PANGGUNGHARJO NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH DESA PANGGUNGHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 08 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Implementasi peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2013 sudah dapat
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi peraturan Bupati Bantul Nomor 03 Tahun 2013 sudah dapat dikatakan baik. Hal itu dapat diketahui dari beberapa keterangan Kepala Desa dan Sekretaris Desa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan perubahan sering ditujukan kepada aparatur pemerintah menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Satu hal yang hingga saat ini seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu upaya mewujudkan Good Governance adalah memberikan pelayanan publik yang berkualitas, terukur serta serta senantiasa memperhatikan tuntutan dan dinamika
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi daerah adalah hak, wewenang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perbedaan tersebut berkaitan dengan luas wilayah yang terbatas, kompleksitas. jumlah penduduk dengan mobilitas yang tinggi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta mempunyai ciri tersendiri yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
1 2015 No.02,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, organisasi, pemerintah, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA POLA KARIR SEKRETARIS DESA BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA POLA KARIR SEKRETARIS DESA BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dengan adanya pengangkatan Sekretaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Apalagi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 7 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kualitas dan kuantitas pelayanan merupakan bagian yang menentukan dari keberhasilan perekonomian dan kesejahteraan bangsa pada umumnya. Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG
1 2016 No.42,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA. Susunan Organisasi. Tata Kerja. Pemerintah Desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2010 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2010 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PAMONG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN APARATUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN BONTOA KECAMATAN BINAMU, KELURAHAN BONTORANNU KECAMATAN BANGKALA DAN KELURAHAN BULUJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya guna menciptakan keteraturan dan kesinambungan dalam sistem tata pemerintahan.
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat
Lebih terperinciKebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum
emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ketetapan MPR-RI
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 A. LATAR BELAKANG Meningkatnya tuntutan masyarakat atas kualitas
Lebih terperinciLa m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG
La m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PANGGUNGHARJO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik yang menjadi fokus studi disiplin ilmu Administrasi Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam suatu pemerintahan diperlukan adanya suatu pengawasan dan pembinaaan terhadap pelayanan publik agar dapat tercipta suatu pelayanan publik yang dapat memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciLURAH DESA BANGUNJIWO
LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2001 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2001 T E N T A N G
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2001 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGHASILAN LURAH, PAMONG DESA, SEKRETARIS BADAN PERWAKILAN DESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi banyak perubahan besar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Perubahan tersebut sangat dirasakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 19 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKata Kunci : Efektivitas, Pelayanan Publik. A. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Masalah :
Efektivitas Pelayanan Publik di Kecamatan Singkil Kota Manado (Studi tentang Pelayanan Pembuatan Akte Jual Beli dan Legalisir Surat surat Keterangan di Kecamatan Singkil Kota Manado) Oleh Ivana Sandra
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK A. Pelayanan Publik Istilah Pelayanan berasal dari kata layani yang artinya menolong menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciLURAH DESA BANGUNJIWO
LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGHASILAN TETAP KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA, DAN TUNJANGAN APARAT PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara
Lebih terperinciUndang-Undang SALINAN
- 1 - SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA PABUARAN KECAMATAN BOJONGGEDE MENJADI KELURAHAN PABUARAN KECAMATAN BOJONGGEDE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penggunaan asas ini memberikan kewenangan kepada
Lebih terperinciBADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA
BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA Menimbang : a. Bahwa untuk mewujudkan efisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum tingkat pelayanan publik di Indonesia saat ini masih rendah. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan
Lebih terperinciKebutuhan Pelayanan Publik
BAB I Pendahuluan Bagian pendahuluan merupakan uraian yang mengantarkan pembaca untuk memahami apa yang dibicarakan dalam buku ini. Uraian terbagi dalam tiga subbab, yakni kebutuhan perbaikan pelayanan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang di dapatkan setelah melaksanakan pekerjaan. Pada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
Salinan NO : 22/LD/2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dewasa ini Lembaga Pemerintah di Indonesia memang lebih terkesan sebagai lembaga politik dari pada lembaga ekonomi. Akan tetapi sebagaimana bentuk-bentuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan salah satu penggerak utama atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu penggerak utama atas kelancaran jalannya kegiatan sejumlah organisasi, bahkan maju mundurnya organisasi ditentukan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL No.08,2014 Bagian Pemerintahan Desa Setda Kab.Bantul, Kedudukan,Keuangan,Penyelenggara,Pemerintahan,Desa PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL. sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang berarti
22 BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian.
Lebih terperinciBUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DAN BADAN
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA
` BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa pendapatan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012
PERATURAN MENTERI NOMOR 38 TAHUN 212 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan aparatur negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan panjang untuk mendirikan negara kesatuan. Wilayahnya mencakup dari Sabang sampai Merauke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah yang sedang berlangsung saat ini merupakan suatu hal yang baru bagi setiap daerah di Indonesia, oleh karena otonomi yang dicanangkan melalui
Lebih terperinciBAB IV ARAH KEBIJAKAN STRATEGIS. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut. kemana organisasi Kecamatan ini akan dibawa dan diarahkan
BAB IV ARAH KEBIJAKAN STRATEGIS 4.1. VISI DAN MISI 4.1.1. PERNYATAAN VISI Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana organisasi Kecamatan ini akan dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis karena di dalamnya berlangsung interaksi yang cukup intensif antara warga negara dengan pemerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara harus memiliki Good Governance (Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik). Untuk mencapai Good Governance tersebut harus dimulai dari terwujudnya
Lebih terperinciPERATURAN DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2015 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL KECAMATAN KASIHAN DESA BANGUNJIWO Alamat : Bangunjiwo, No. Telepon : 413340 Kode Pos : 55184 Website:www.desabangunjiwo.com, e-mail: desa.bangunjiwo@bantulkab.go.id PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN
1 PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DISTRIK KABUPATEN WAROPEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci- 1 - MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG METODE PENENTUAN JENIS HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 42 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta mempunyai ciri tersendiri yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MAJALENGKA
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KINERJA DAN DISIPLIN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Demikian salah satu kesimpulan Bank Dunia yang dilaporkan dalam World Development Report 2004 dan hasil
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
420 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan berikut : Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai 1. a. Wewenang Pemerintah Daerah dalam pengaturan pengelolaan pajak daerah sangat di pengaruhi
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi politik yang bergulir sejak Tahun 1998 merupakan upaya untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pemerintahan yang berkeadilan,
Lebih terperinciBUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Aparat Dalam Pelayanan Publik 1. Kinerja Kinerja adalah aspek pendukung dalam melihat hasil kerja suatu organisasi. Melalui kinerja dapat terlihat apakah suatu tujuan organisasi
Lebih terperinci