BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Pada kontemporer ini, anak muda cenderung menjadi geek (orang yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Pada kontemporer ini, anak muda cenderung menjadi geek (orang yang"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Pada kontemporer ini, anak muda cenderung menjadi geek (orang yang selalu mencoba mencari tahu dan menguasai ilmu pengetahuan baru) yang cenderung pada penguasaan dibidang teknologi informasi (TI). Perkembangan teknologi ini mendorong anak muda sekarang dengan bebas memperoleh informasi dari mana saja. Hal ini menyebabkan remaja berpikir lebih terbuka dan meninggalkan hal-hal yang dianggap ketinggalan zaman (kuno). Contoh nyata terlihat dari cara mereka berbusana yang cenderung ingin memperlihatkan identitas kemoderenan mereka dan mencari perhatian dengan memakai busana yang sedang tren atau penggunaan fesyen dengan permainan warna-warna yang menarik. Dikalangan anak muda batik menjadi pilihan yang kesekian karena mereka lebih memilih pakaian yang lebih modern dan yang sedang tren. Mereka menganggap batik untuk kalangan orang tua dan digunakan untuk acara-acara resmi/formal. Salah satu sebab munculnya sikap tersebut karena motif dan warna batik (yang ada) dianggap terlalu tua, tidak mewakili semangat muda yang playfull, dan dianggap tidak mencerminkan semangat zaman sekarang yakni era teknologi digital. Permasalahan-permasalahan di atas menjadi landasan awal proyek perancangan ini. Permasalahan tersebut menjadi catatan yang akan menjadi pertimbangan dalam pengembangan commit to desain user yang lebih ke kekinian. 10

2 digilib.uns.ac.id 11 B. Strategi Pemecahan Masalah Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah adalah dengan melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan proses pengembangan desain batik kontemporer. Pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara dengan pakar, studi visual, dan studi proses produksi yang berhubungan dengan perancangan batik kontemporer circuit board dan fesyen anak muda yang menjadi sasaran perancangan. Studi pustaka berfungsi sebagai penguat data perancangan. Studi pustaka berdasarkan data tertulis proses batik terkini yang mengalami perkembangan dan inovasi dalam proses pembuatannya yaitu sablon malam dingin dan malam warna. Selain itu, studi pustaka juga untuk melandasi pengembangan desain khususnya visual desain batik kontemporer sebagi tema perancangan ini. Untuk lebih memperkuat data maka proses ini tidak hanya berdasarkan teks tertulis, namun juga melalui proses wawancara dengan pengrajin yang menekuni penyablonan malam dingin. Wawancara membahas teknik produksi yaitu penyablonan, pemalaman yang dipakai dalam pembuatan produk dan prospek produk dengan cara sablon malam dipasaran. Studi proses produksi yaitu studi yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan kegagalan saat melakukan proses penciptaan karya. Studi ini meliputi eksplorasi teknik produksi yang akan mempengaruhi eksekusi teknik pengerjaan yang sesuai dengan konsep. Studi proses juga akan diperkuat dengan uji coba dan pengamatan terhadap kebutuhan konsumen yakni anak muda

3 digilib.uns.ac.id 12 mengenai produk fashion yang dibutuhkan. Proses uji coba dari proses pembuatan batik kontemporer circuit board dengan melakukan uji coba pemalaman dengan sablon malam dingin, uji coba pewarnaan dan uji coba visual. Begitu juga studi visual dilakukan dengan mengkaji beberapa media visual lewat pustaka, pencarian data di dunia maya, dan observasi batik kontemporer yang ada di pasaran. C. Pengumpulan Data 1. Studi Visual Untuk mencari gambaran awal mengenai produk perancangan, penulis melakukan pengumpulan data visual berupa bentuk circuit board baik bentuk asli maupun yang sudah dimodifikasi (seperti wallpaper). Pengambilan bentuk visual circuit board yang kompleks/rumit sangat kontras dengan penggunaan teknik batik yang sulit diaplikasi motif yang kecil dan kompleks. Karakter visual circuit board memang tersusun atas elemen desain yang sederhana yaitu garis dan titik tetapi secara keseluruhan membentuk sebuah visual geometri yang unik dan menarik. a. Karakter visual Circuit Board Karakter visual geometri sangat kuat terlihat dari tiap elemen circuit board yang merupakan dasar komponen aktif elektronika (komponen yang tidak dapat bekerja tanpa adanya sumber tegangan yang terdiri atas dioda dan transistor). Hal ini selaras dengan simbol-simbol pada elektronika yang memang mempunyai simbol geometri seperti garis, titik dan bidang. Karakter visual circuit board sebelum diproses menjadi sebuah komponen elektronik commit tersusun to user atas garis dan titik yang berulang

4 digilib.uns.ac.id 13 dengan bentuk yang berbeda (besar kecil) maupun sama tapi tidak saling menindih dan disusun berdekatan yang terlihat desain dua dimensi yang kompleks/ rumit. Setelah diproses bentuk circuit board berkurang garis, titik pada circuit board berkurang karena ada penambahan berbagai macam komponen seperti chip, resistor,kapasitor yang terlihat tiga dimensi. Circuit Board awal Circuit Board yang sudah diproses Gambar 1. Visual Circuit Board Sumber : Modul Elektronika, Moch. Choirul Anam, 2008 Circuit Board awal Circuit Board yang telah diproses Gambar 2. Visual Circuit Board II Sumber : Modul Elektronika, Moch. Choirul Anam, 2008

5 digilib.uns.ac.id 14 b. Produk Fashion Circuit Board Gambar 3. Produk Fashion Circuit Boar Sumber : Circuit board sering digunakan dalam berbagai produk fesyen dan aksesorinya, karena menampilkan kesan future, sci-fi dan terkini, dengan melihat dunia fesyen yang selalu kreatif dan berubah tidak dipungkiri bahwa motif teknologi ini digemari oleh banyak orang (geek- orang yang selalu mencoba mencari tahu dan menguasai ilmu pengetahuan) seiring dengan majunya zaman modern.

6 digilib.uns.ac.id 15 c. Busana Karya Desainer Internasional Gambar 4. Produk Fesyen Circuit Board Rancangan Karl Lagerfeld Sumber : Rancangan Desainer Karl Lagerfeld untuk koleksi rumah mode asal Italia Fendy pada Fashion Show Spring/Summer 2014 di Milan terinspirasi oleh webteknologi yang menurutnya merupakan sebuah dunia yang terus berubah, dengan memakai warna-warna mencolok (pastel, neon) dan garis-garis berwarna yang terlihat seperti Circuit Board.

7 digilib.uns.ac.id 16 Gambar 5. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Alexander Mcqueen Sumber : Rancangan karya Desainer eksentrik Alexander Mcqueen untuk koleksi rumah mode asal Prancis Givenchy dengan tema Milenium-Robotlike. menampilkan busana dengan motif circuit board. Gambar 6. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Jaen Paul Gauliter Sumber: commit to user

8 digilib.uns.ac.id 17 Desainer eksentrik lainnya yaitu Jaen Paul Gaultier asal Prancis juga membuat rancangan yang terinspirasi dari teknologi- circuit board dalam rancangannya untuk Kylie Minogue yang dipamerkan dalam tur dunia The Jean Paul Gaultier Exhibition. Untuk busana pria Jean Paul Gaultier juga memakai motif circuit board untuk busana kasual sweater. Gambar 7. Produk Fesyen Circuit Board Rancangan Christian Louboutin Sumber : Christian Laouboutin desainer sepatu premium asal Prancis yang terkenal dengan desainnya yang mewah dan bling-bling, tidak ketinggalan untuk membuat sepatu dan tas dengan inspirasi circuit board yang terkesan futuristik.

9 digilib.uns.ac.id 18 Gambar 8. Produk Fashion Circuit Board Rancangan Diana Eng Sumber :www. fairytalefashion.org Diana Eng adalah perancang busana yang mengkhususkan diri dalam teknologi, matematika dan science. Proyeknya yang berjudul Fairytale Style, Diana Eng memakai dasar teknik mesin sebagai karakter gayanya. Diana Eng melakukan penelitian dan pengembangan untuk koleksi Fairytale Style yang dibagikan di FairytaleFashion.org sebagai sarana pendidikan tentang sains, matematika, dan teknologi dengan media fesyen. Ada beberapa busana yang dibuat dengan motif circuit board yang dimodifikasi menjadi busana pesta wanita berjudul Twinkle Skirt, Twinkle Dress and Twinkle Cardigan. 2. Studi Proses Produksi Proses pemecahan masalah pada teknik yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan pengamatan dan eksplorasi teknik produksi yang

10 digilib.uns.ac.id 19 memungkinkan untuk pembuatan produk perancangan. Studi proses produksi merupakan sebuah gambaran hasil pengamatan terhadap teknik proses tekstil yang dapat dijadikan sebuah alternatif dalam pembuatan produk. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka ditemukan teknik yang dapat digunakan untuk realisasi pembuatan produk busana modern dengan menggunakan tema teknologi circuit board. Batik pada dasarnya memiliki dua macam jenis teknik yang berbeda, yaitu batik tulis dan cap. Kedua teknik tersebut telah diterima oleh masyarakat luas dari dulu hingga sekarang. Kedua teknik tersebut dilihat dari cara produksi dan kecepatan waktunya dianggap masih tradisional. Seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin maju pula maka muncullah cara-cara baru dalam pengembangan teknik batik. Dalam perkembangan dunia tekstil yaitu batik muncul metode sablon malam. Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada print malam, materi yang di printkan pada kain adalah malam dingin dan bukan pasta seperti batik print konvensional. Setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan batik pada umumnya. Dalam perkembangan pasar, produsen-produsen batik dituntut untuk selalu mengeluarkan inovasi-inovasi baru. Agar harga dapat lebih terjangkau dari berbagai kalangan dan menghilangkan kejenuhan konsumen yang penuh dengan keinginan, maka dikembangkanlah batik dengan teknologi baru yaitu sablon malam. Teknik sablon bukanlah hal yang baru dipasaran, dan teknik ini

11 digilib.uns.ac.id 20 sekarang dikembangkan dan diaplikasikan ke batik sehingga muncul teknik sablon dengan menggunakan malam dingin, bahkan muncul pemalaman dengan malam dingin warna yaitu malam dingin putih biasa yang dicampur dengan pewarna khusus batik malam sehingga dapat memberikan efek warna tertentu tanpa melakukan penutupan pada kain. Perkembangan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan batik tanpa meninggalkan prinsip batik itu sendiri yaitu perintangan warna (wax resist dying). Dengan teknik ini, sablon malam dapat menambah pilihan konsumen dipasaran. Sablon malam dapat memangkas waktu yang dibutuhkan untuk proses pemalaman menjadi lebih singkat dibandingkan dengan pemalaman memakai canting. Disamping itu, teknik sablon malam juga dapat menghasilkan beragam visual yang tidak dapat dijangkau dengan teknik tulis (canting) dan cap. Motif hasil dari sablon malam bisa mencapai tingkat detail yang tinggi, relatif lebih rapi, dan dapat memperpendek waktu produksi batik tanpa menghilangkan karakter utama batik. Gambar 9. Sablom Malam Dingin Sumber : Audy Aninditha Handayani. 2014

12 digilib.uns.ac.id Wawancara Proses pengumpulan data lainnya dilakukan melalui wawancara dengan Utsman Amiruddin Sulaiman selaku penerus pemilik usaha Batik Kencana Unggul, Jl. Bima ds. Jetis Rt. 002/002 Gentan Baki Sukoharjo yang memproduksi sablon malam untuk pasar wisata dengan produksi masal. Dari informasi yang diperoleh sablon malam merupakan kreasi baru pengembangan batik. Sablon malam ini bisa dikatakan sebagai batik karena pada dasarnya teknik ini tetap menggunkan malam sebagai perintangnya. Tetapi malam yang digunakan beda dengan pembuatan batik pada umumnya, karena sablon malam ini menggunakan malam dingin sebagai perintangnya. Cara menghasilkan malam dingin ini dengan cara melelehkan malam padat kemudian dicampur dengan binder dan bensin. Sablon malam ini dikembangkan karena hasilnya nanti dapat bernilai jual yang lebih terjangkau dari berbagai kalangan dan produknya juga dapat memenuhi selera konsumen dengan waktu produksi yang sesingkat mungkin. Hal serupa juga diutarakan oleh Bapak Sutari, perajin batik asal Pekalongan yang menetap di Metrodanan, Semanggi, Solo. Bapak Sutari mengembangkan proses sablon malam dingin mulai dari pemalaman dingin biasa yang bewarna putih dengan campuran utama bensin, sampai mengembangkan malam dingin warna yang berasal dari malam dingin putih yang dicampur dengan pewarna khusus malam dingin yang hanya diketahui oleh Bapak Sutari sendiri. Pemalaman warna menghasilkan warna saat proses penyablonan malam, jika sebelumnya desain batik kotemporer banyak yang

13 digilib.uns.ac.id 22 tidak menggunakan garis putih dari bagian desain seperti kebayakan batik tradisional atau harus melakukan pencelupan warna pertama selanjutnya dilakukan pemalaman, dari proses pemalam warna ini kain tidak perlu dicelup warna pertama melainkan langsung dilakukan pemalaman sesuai warna pertama, dan selanjutnya dilakukan proses pencoletan warna berikutnya, sehingga lebih menghemat waktu dan tenaga dalam proses produksi. Untuk screen sablon kain menggunakan ukuran selebar kain dengan panjang 2,7 meter dan tidak dapat dilakukan pengulangan. Hasilnya kain dapat termalam dengan rapi dan detail juga terlihat sama dikedua belah sisi (nembus). 4. Perkiraan Kebutuhan Batik modern khususnya untuk anak muda dapat menjadi sasaran yang menguntungkan, melihat bahwa geliat kehidupan anak muda sekarang yang sangat dinamis dan tidak dapat lepas dari gaya hidup modern, namun dari kemodernenan inilah, remaja berasumsi bahwa batik identik dengan ketradisionalan atau kuno dari motif dan warna yang cenderung untuk orang tua, tidak sejalan dengan gaya hidup mereka. Namun dengan mengambil gaya hidup mereka yang modern dan terkini inilah peluang untuk menciptakan motif batik modern remaja dengan tema circuit board dapat dikembangkan menjadi alternatif desain batik kontemporer yang sesuai dengan mereka, karena baju batik menjadi salah satu fesyen wajib yang tidak dapat dipisahkan dalam masyarakat Indonesia. Kelompok geek atau orang yang selalu up-todate akan teknologi informasi juga menjadi sasaran konsumen batik kontemporer circuit board ini. Mereka melihat circuit board merupakan salah satu desain

14 digilib.uns.ac.id 23 yang identik dan mewakili dunia digital dan teknologi modern, futuristik yang mewakili kehidupan mereka. D. Uji Coba Sebelum dapat memutuskan penggunaan teknik yang tepat dalam proses produksi dilakukan uji coba terlebih dahulu, karena fungsi uji coba adalah untuk menemukan teknik seperti apa yang tepat untuk digunakan dalam proses produksi. Selain itu juga dapat meminimalisir kegagalan dalam proses produksi. Berikut ini adalah beberapa macam uji coba yang sudah dilakukan. Antara lain uji coba pemalaman menggunakan malam dingin, uji coba pewarnaan dan uji coba visual circuit board yang akan dibuat untuk motif desain tekstil. a. Uji Coba Malam Dingin Alat / Bahan Cara Hasil Keterangan Katun Kain putih yang sudah Dari hasil uji coba Primisima dibentangkan, disablon penyablonan malam Malam Dingin Biasa/ Putih Katun menggunakan malam dingin biasa/ putih Kain putih yang sudah dingin putih lebih kaku dikain dan tidak mudah meleleh seperti malam pada umunya Dari hasil uji coba Primisima dibentangkan disablon penyablonan malam Malam Dingin menggunakan malam dingin warna lebih lentur Warna dingin warna kuning dikain dibanding malam dingin putih dan sama

15 digilib.uns.ac.id 24 Katun Kain putih yang sudah dengan malam putih tidak mudah meleleh. Muncul warna pada malam yang disablon tapi bukan warna asli (kuning) yakni orange tua Hasil uji coba Primisima dibentangkan disablon penyablonan malam Malam Dingin menggunakan malam dingin warna lebih lentur Warna dingin warna merah tidak kaku dibanding malam dingin putih. Muncul warna pada malam yang disablon tapi bukan warna asli (merah) yakni coklat kemerahan Tabel 1. Uji Coba Pemalaman Hasil uji coba pemalaman malam menggunakan malam dingin putih atau biasa dapat dilakukan untuk desain batik yang memiliki garis putih seperti pada umumnya batik konvensional, sifatnya lebih kaku dan tidak mudah meleleh, untuk hasil pemalaman malam dingin warna dapat langsung memberikan warna pada kain yang akan dibatik, pemalamam warna menjadi alternatif proses produksi pada perancangan yang memang tidak ada garis putih dalam desainnya,

16 digilib.uns.ac.id 25 pengaplikasian malam dingin warna dapat membuat proses pengerjaan menjadi lebih cepat. b. Uji Coba Pewarnaan Alat / Bahan Cara Hasil Keterangan Katun Primisima Kain putih terlebih Bagian background Malam Dingin dahulu dicelup warna diwarna biru tua putih biru muda setelah itu dengan warna bidang dilakukan penyablonan dan antar garis warna malam dingin setelah itu ungu tua dicelup warna biru tua lalu dicolet warna ungu tua karena lebih tua warna ungu menutup warna biru tua Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin dibentangkan, disablon diwarna hitam warna kuning menggunakan malam dingin warna kuning lalu dicolet warna ungu dan hitam dengan warna bidang dan antar garis warna ungu, setelah dilorod muncul warna pada bagian garis dan titik berwarna kuning.

17 digilib.uns.ac.id 26 Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin disablon menggunakan diwarna merah Warna pink malam dingin warna pink dicolet warna merah dan biru dengan warna bidang dan antar garis warna biru tua, setelah dilorod muncul warna pada bagian garis dan titik berwarna pink. Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin disablon menggunakan diwarna hitam Warna hijau malam dingin warna dengan warna bidang muda hijau muda dicolet warna dan antar garis warna merah dan hitam merah, dilorod setelah muncul warna pada bagian garis dan titik berwarna hijau muda.

18 digilib.uns.ac.id 27 Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin disablon menggunakan diwarna orange tua Warna orange malam dingin warna orange dicolet warna hijau dan orange tua dengan warna bidang dan antar garis warna hijau, setelah dilorod muncul warna pada bagian garis dan titik berwarna orange. Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin disablon menggunakan diwarna hitam Warna ungu malam dingin warna ungu dicolet warna ungu tua dan hitam dengan warna bidang dan antar garis warna ungu tua, setelah dilorod muncul warna pada bagian garis dan titik berwarna ungu. Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin disablon menggunakan diwarna hitam Warna hijau tua malam dingin warna hijau tua dicolet warna merah tua dan hitam dengan warna bidang dan antar garis warna merah tua, setelah dilorod muncul

19 digilib.uns.ac.id 28 warna pada bagian garis dan titik berwarna hijau tua. Katun Primisima Kain putih yang sudah Bagian background Malam Dingin disablon menggunakan diwarna merah Warna kuning malam dingin warna kuning dicolet warna biru tua dan merah dengan warna bidang dan antar garis warna biru tua, setelah dilorod muncul warna pada bagian garis dan titik Tabel 2. Uji Coba Pewarnaan Tabel 2. Uji Coba Pewarnaan berwarna kuning. Hasil uji coba proses pewarnaan menggunakan teknik colet seluruhnya karena melihat warna desain sebagian besar menyeluruh kesemua permukaan kain. Sablon malam warna, mampu merintangi warna saat pencoletan antara background dan motif yang dicolet tapi tetap menghasilkan warna. Proses fiksasi menggunakan Natrium Silikat (Water Glass) yang juga mengunci warna sablon malam dingin warna. c. Uji Coba Visual Visual Asli Circuit Board Visual Modifikasi untuk Motif Batik Keterangan

20 digilib.uns.ac.id 29 Dalam elektronika komponen bagian Integrated Circuit (IC) adalah bagian yang 1 sering dijumpai karena merupakan rangkaian suatu elektronik yang dikemas menjadi 2 satu kemasan yang kecil. IC yang berbentuk persegi dengan tepi garisgaris kecil dimodifikasi menjadi kotak dengan garis yang ditambah titik ditepinya (1), atau ditambah dalam bidang (2)

21 digilib.uns.ac.id 30 Komponen elektronika identik dengan garis dan antar garis ini sangat 3 penting menghubungkan karena satu komponen dengan yang lain. garis circuit board 4 berupa garis dengan titik dimodifikasi pada tata letak garis yang dibuat beraturan (4), acak (3 5 dan 5), dan pada bagian titik dibuat berlubang (4), penuh (3) atau kombinasi keduanya (5) Bagian desain awal pada papan circuit board yang berupa titik dimodifikasi 6 menjadi bentuk bidang kotak yang tepinya dikelilingi dengan titik (6) maupun kumpulan 7 titik yang dibuat garis(7)

22 digilib.uns.ac.id 31 Bentuk IC bermacammacam salah satunya berbentuk persegi kecil yang ditata berjajar yang 8 dihubungkan garissaja. oleh Untuk modifikasi IC kecil dibentuk sejajar antara 9 satu dengan yang lain dengan garis hubung pada bagian atas (8) dan pada bagian samping (9) Desain awal circuit board untuk penempatan IC dan transistor yang biasanya berupa bidang dan 10 dimodifikasi menjadi bentuk bidang-bidang yang lain seperti persegi, belah ketupat (10). 11 maupun persegi segi 8 (11) Tabel 3. Uji Coba Visual

23 digilib.uns.ac.id 32 Hasil yang diperoleh berdasarkan uji coba visual, visual circuit board asli dapat diaplikasikan menjadi circuit board untuk desain batik dengan proses digital. Dengan unsur utama berupa garis dan titik, visual circuit board dapat diolah ke bentuk-bentuk yang kompleks dan detail namun tetap berbeda beda karakter motifnya, agar tidak blobor saat pewarnaan desain visual antar garis ditutup dengan titik. E. Gagasan Awal Perancangan Berdasarkan analisis dari permasalahan yang timbul dan setelah melakukan pengamatan, serta pengumpulan data yang didukung dengan proses uji coba. Permasalahan mulai terjawab dengan adanya kebutuhan, pentingnya melestarikan budaya asli Indonesia yaitu batik, yang pada masa modern sekarang mulai luntur karena globalisasi dan teknologi yang semakin maju, sehingga perlu adanya kreatifitas dalam menciptakan motif yang dapat memberikan sentuhan nilai modern agar dapt menjadi pilihan busana anak muda yang merupakan penerus budaya Indonesia. Sehingga kreasi yang dibuat dapat berperan penting untuk menjaga kelestarian budaya batik tanpa melupakan pakem-pakem yang ada dalam batik itu sendiri (membuatan motif dengan perintangan malam pada selembar kain). Perancangan akan menciptakan visualisasi desain motif batik dengan nuansa berbeda, lebih modern dengan mengangkat tema teknologi yang diwakili dunia zaman sekarang yaitu dunia digital dengan bentuk visual circuit board. Hasil dari uji coba yang telah dilakukan mendukung untuk mencari cara pembuatan yang tepat dalam proses commit produksi, to user yang memungkinkan untuk dibuat

24 digilib.uns.ac.id 33 busana batik modern yang sesuai dengan tema yang diambil. Material yang digunakan dalam perancangan ini adalah kain katun primisima karena diarahkan pada busana remaja kasual. Penentuan jenis material yang digunakan pada akhirnya menentukan teknik produksi, beberapa jenis teknik tekstil yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan setelah melakukan uji coba yaitu dapat menggunakan teknik batik yang lebih modern yaitu sablon malam dingin, mempertimbangkan efisiensi waktu dan visual desain circuit board itu sendiri untuk terealisasikannya produk perancanngan ini. Teknik proses produksi tersebut dipilih berdasarkan kesesuaian terhadap sasaran konsumen dan material yang digunakan. Berdasarkan kumpulan data yang telah ditulis, penulis akan membuat produk perancangan busana batik modern dengan melihat karakter visual dari circuit board itu sendiri yang berupa titik dan garis, dibuat dengan visual yang dimodifikasi agar sesuai menjadi motif tekstil, namun tetap terlihat sesuai visual asli circuit board yang sangat kompleks. Sehingga dapat mejadi busana anak muda modern dengan arah tema teknologi yang sesuai dengan zaman mereka sekarang. Perancangan ini dapat memberikan alternatif desain batik modern yang ada menjadi lebih beragam dan dapat mencapai sasaran tujuan busana kelompok anak muda dan geek yang up to date, dan wujud cinta dan rasa menghargai akan budaya asli Indonesia dalam dunia kekriyaan yaitu seni batik.

25 digilib.uns.ac.id 34

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Pada fokus permasalahan, yakni bagaimana mengembangkan batik kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki memunculkan

Lebih terperinci

JURUSAN KRIYA TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

JURUSAN KRIYA TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 CIRCUIT BOARD SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF BATIK KONTEMPORER PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

JURUSAN KRIYA SENI/TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN KRIYA SENI/TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA digilib.uns.ac.id DESAIN MOTIF BATIK KONTEMPORER DENGAN SUMBER IDE ROBOT PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/Tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Diantara berbagai jenis kain tradisional Indonesia lainnya yang dibuat dengan proses celup rintang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ready-to-wear di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat, banyak para desainer dan brand lokal bermunculan dengan karakteristik yang berbeda-beda dan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. dinamika selera modern dan teknologi (Asti dkk., 2011: 9). Perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. dinamika selera modern dan teknologi (Asti dkk., 2011: 9). Perkembangan dan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Kemajuan teknologi dan perkembangan aspirasi konsumen sekarang telah membuka berbagai peluang baru dalam dunia pembuatan produk tekstil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan pemenuh kebutuhan primer manusia akan sandang, terkhusus untuk tujuan utama busana sebagai pelindung tubuh terhadap cuaca. Selain kebutuhan untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Dunia fesyen merupakan salah satu gaya hidup manusia dan tidak dipungkiri menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Pertumbuhan masyarakat modern bersamaan

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain motif batik pada busana muslimah memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap era dalam perkembangan mode, ada tren dan tema yang mendasari perubahannya, mulai dari warna hingga siluet dan potongan busana. Tren untuk tahun 2015 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Melihat dunia fashion yang dinamis, selalu berkembang dan memiliki perubahan seiring berjalannya waktu dan kebutuhan yang meningkat. Desain-desain ready to wear yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik bergaya doodle.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam keunikan dan ciri khas pada setiap daerahnya yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Keunikan tersebut tertuang dalam berbagai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Budaya adalah sebuah warisan sosial, sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat tertentu di masa lampau dan terus dipertahankan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majunya teknologi dan informasi membuat masyarakat Indonesia lebih terbuka pada pengetahuan global. Tidak bisa dipungkiri lagi tren mode di Indonesia banyak dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini, kerap kali terjadi kebiasaan dan perubahan budaya yang membentuk pribadi itu sendiri, sehingga mempengaruhi keadaan sekitar, karena isu global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang menjadi pelindung bagi tubuh, menyamarkan kekurangan tubuh, memberikan rasa percaya diri, menutupi aurat dan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki adalah pakaian adat. Pakaian

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN E. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN E. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN E. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Fashion sebagai sarana komunikasi, memiliki fungsi penyampaian pesan yang bersifat non-verbal. Fashion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh orang tua terhadap anak ternyata berbeda-beda sesuai latar belakang wilayah, status sosial, etnis dan agama. Menurut Singgih D. Gunarso (200:55), pola asuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah tekstil. Manusia melalui tekstil dapat membuat pakaian untuk melindungi tubuh atau sebagai pemuas hasrat manusia untuk menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan primer manusia yang memiliki banyak fungsi dan tujuan yang paling utama yaitu sebagai pelindung tubuh. Perkembangan zaman menuntun kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya yaitu seni dekoratif

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman motif dari batik dapat menjadikan batik menjadi sebuah komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai tradisional di

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu dianalisa, yaitu : Dalam merancang batik, perlu pemahaman tentang metode perancangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumen akan busana ready to wear saat ini menjadi kebutuhan primer. Tidak hanya ready-to-wear, kebutuhan cocktail dress juga saat ini meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaha Muhammad Hadid merupakan arsitek wanita yang bertempat tinggal di London. Ia adalah arsitek terkenal yang telah mencapai puncak karier karena menciptakan banyak

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban ABSTRAK Ma Fuane menjadi judul dari koleksi tugas akhir ini. Kata Ma Fuane berasal dari bahasa Mesir yang berarti tanah (land). Ma Fuane menjadi warna dasar dari tampilan koleksi busana, sebagaimana tanah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL 4.1 Tema Karya Tema dari karya tugas akhir ini adalah Geometrical Forest, sesuai dengan image board yang digunakan sebagai sumber inspirasi selain ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi produksi dan pengelolaan pada industri tekstil serta pengolahan kain dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Batik merupakan upaya pembuatan ragam hias pada kain dengan lilin (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna, melalui proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi para desainer untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam. menciptakan desain busana wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi para desainer untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam. menciptakan desain busana wanita. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman wanita semakin memiliki peran dalam dunia kerja, oleh karena itu wanita memerlukan busana untuk berbagai kesempatan sesuai aktifitasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana

BAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Ini artinya busana merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pemanfaatan Menurut Badudu dalam Wiyarsih (2015:13) pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah satu kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan tradisi yang memiliki latar belakang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bidang dan bentuk kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis mengambil rancangan desain tema Demotic dari buku fashion trendforecasting 2014 Tradition Revolution dengan subtema totem. Mengangkat bahwa kehidupan suku Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan manusia pada busana semakin meningkat sesuai dengan perkembangan zaman, tren, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Tekstil sebagai material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion sangat berkembang di era modern ini, tidak terkecuali di Indonesia. Perkembangan fashion ini berdampak positif, karena hal tersebut memudahkan serta memperbanyak

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

2015 APLIKASI KARAKTER MONSTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CROCHET PADA PRODUK TAS REMAJA PUTRI

2015 APLIKASI KARAKTER MONSTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CROCHET PADA PRODUK TAS REMAJA PUTRI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Rajut sering diidentikkan dengan kegiatan nenek-nenek yang duduk di kursi goyang, karena merajut merupakan kegiatan yang bisa menjadi hobi atau kegemaran

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan. Diusulkan oleh : Shinta Mega Pertiwi ( F / Angkatan 2015 )

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan. Diusulkan oleh : Shinta Mega Pertiwi ( F / Angkatan 2015 ) PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Perintisan Usaha Pembuatan Baju Unik Berbahan Kain Jarik dan Kain Lurik Bekas BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan Diusulkan oleh : Shinta Mega Pertiwi ( F0215100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beragam keunikan tradisi dan budaya sehingga menghasilkan beragam komoditi hasil dari tradisi tersebut contohnya, dalam produk garmen atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

MOTIF MICROCONTROLLER PADA BUSANA HUMANE DALAM GAYA KONTEMPORER FUTURISTIS PENCIPTAAN. Vincentia Tunjung Sari NIM

MOTIF MICROCONTROLLER PADA BUSANA HUMANE DALAM GAYA KONTEMPORER FUTURISTIS PENCIPTAAN. Vincentia Tunjung Sari NIM MOTIF MICROCONTROLLER PADA BUSANA HUMANE DALAM GAYA KONTEMPORER FUTURISTIS PENCIPTAAN Vincentia Tunjung Sari NIM 1300026025 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D-3 BATIK DAN FASHION JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Modernitas berbagai segi kehidupan menuntut manusia lebih aktif serta produktif. Manusia sebagai subjek utama yang mengambil peran utama dari berbagai perubahan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1949 Grup Lego memproduksi bata kemudian menamainya "Automatic Binding Bricks" (bata yang melekat secara otomatis). Bata Lego, yang kemudian diproduksi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Jaman dahulu pertama-tama busana hanya digunakan untuk menutupi dan melindungi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan sebuah karya seni yang berasal dari budaya Indonesia dengan corak yang beragam dengan mengadaptasi berbagai bentuk dari eksplorasi alam maupun kebudayaan

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Karya sejenis 1.1. Sepatu Boots Pengguna sepatu boots sekarang dapat memilih jenis apa yang akan mereka kenakan, apakah sepatu boot kulit, sepatu boot kanvas,

Lebih terperinci

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Mesir Kuno merupakan salah satu kebudayaan tertua dan paling maju di dunia. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil yang merupakan urat nadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Meningkatnya kebutuhan pokok manusia akan pakaian, sangat berpengaruh pada perkembangan industri tekstil. Tidak sedikit dri industry berskala basar maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edelweis mempunyai nama Latin yaitu Leontopodium alpinum tumbuh di pegunungan tinggi Himalaya dan Siberia. Dalam bahasa Jerman, edel berarti mulia dan weis berarti

Lebih terperinci