BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sudomo Sonny Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelas Ibu Balita Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA (Kemenkes RI, 2009b). Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak diposisikan hanya menerima informasi karena pasif cenderung tidak efektif dalam perubahan perilaku. Oleh sebab itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas ia dapat menjadi sumber belajar (Kemenkes RI, 2009a). Tujuan secara umum pelaksanaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Selain tujuan umum adapula tujuan khusus dilaksanakannya kelas ibu balita yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara Eksklusif. 2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi pada bayi. 6
2 2 3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam memperian MP-ASI dan Gizi seimbang kepada balita. 4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau petumbuhan dan pelaksanaan stimulasi perkembangan balita. 5. Meningkatkan pengetahuan ibu cara perawatan gigi balita dan mencuci tangan yang benar. 6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan perawatan Balita. Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokkan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun. Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang, sedangkan yang menjadi fasilitator dan narasumber dari kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita atau melalui on the job training. Dalam pelaksanaan kelas ibu balita fasilitator bisa meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya dibidang gizi, gigi, PAUD (Pendidik Anak Usia Dini), penyakit menular, dan sebagainya. Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo. Jika peralatan membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat belajar mempunyai aliran listrik. Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Metode yang digunakan adalah metode belajar orang dewasa
3 3 yang menekankan pada partisipasi warga belajar dan penggunaan pengalaman sebagai sumber belajar. Untuk sesi yang membutuhkan praktek, fasilitator menyiapkan materi kebutuhan praktek. Waktu yang ideal untuk setiap sesi adalah 45 sampai 60 menit. 2.2 MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI merupakan makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi/anak (Kemenkes RI, 2015). Makanan pelengkap tidak menggantikan ASI, tetapi memberikan nutrient tambahan. ASI harus menjadi makanan pertama yang diberikan kepada bayi dan makanan padat baru diberikan setelah selesai memberikan ASI sebelum makanan lain (Coutsoudis&Bentley, 2009). Menurut Kemenkes RI (2009b) agar pertumbuhan bayi sesuai dengan umur. WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal yang penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera setelah lahir, kedua memberikan ASI saja (ASI Ekslusif) sejak lahir bayi sampai 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan sampai 24 bulan, keempat meneruskan memberikan ASI sampai usia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh didaerah setempat (indigenous food). Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan setengah atau lebih kebutuhan gizi bayi, dan bayi usia bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya sehingga MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berumur 6 bulan. MP-ASI harus
4 4 mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dipenuhi oleh ASI saja. Pada usia 6-24 bulan, kebutuhan berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada tahap ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI,2015). Waktu pemberian MP-ASI kepada bayi adalah setelah bayi berumur 6 bulan, karena setelah umur 6 bulan pencernaan bayi belum kuat untuk mencerna makanan selain ASI. Kalau dipaksakan memberikan makanan tambahan akan menggangu pencernaan. Usia bayi 0-6 bulan pencernaan bayi cocok untuk mengkonsumsi ASI saja. Untuk itu perlu diberikan asupan gizi seimbang kepada ibu agar air susu keluar dengan lancar. (Kemenkes RI, 2009) MP-ASI mulai diberikan saat bayi mulai berumur 6 bulan. Tanda tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI yaitu jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak, bayi mulai meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut, jika diberikan makanan lumat bayi tidak mengeluarkan makanan dengan lidahnya. (Kemenkes RI, 2015). Menurut King and Burgess (2015) tanda bahwa bayi sudah siap untuk mendapat MP-ASI yaitu : 1. Bayi sudah bisa duduk dan mengambil makanan yang sedang dimakan oleh ibunya. 2. Suka memasukkan benda kedalam mulut kemudian memakannya 3. Interes terhadap makanan baru dan mau mencoba makanan yang baru 4. Sudah mampu untuk menelan makanan padat.
5 5 5. Sudah memiliki satu atau dua gigi serta suka menghisap makanan yang keras. 6. Masih terlihat lampar seteleh di beri ASI yang cukup (hal ini berbeda dengan bayi yang berumur dibawah 4 bulan yang sering menangis seperti minta ASI hal itu karena masih dipengaruhi oleh repleks isap), Menurut Kemenkes RI (2015), bayi yang diberikan MP-ASI terlalu cepat dan lambat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini awal/dini pada usia kurang dari 6 bulan akan mengakibatakan : 1. Menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi kebutuhan zat gizinya. 2. Makanan mengandung zat gizi rendah bila berbentuk cair, seperti sup dan bubur encer. 3. Meningkatkan resiko kesakitan : kurangnya faktor perlindungan, MP-ASI tidak sebersih ASI, tidak mudah dicerna seperti ASI, meningkatkan resiko alergi, 4. Meningkatkan resiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI berkurang. Memberian ASI yang terlambat pada usia lebih dari 6 bulan akan mengakibatkan: kebutuhan gizi anak yang tidak dapat terpenuhi, pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat, resiko kekurangan gizi seperti anemia karena kekurangan zat besi. Makanan pendamping ASI terdiri dari dua jenis, pertama MP-ASI yang siap saji atau produksi pabrik dan yang kedua MP-ASI yang dibuat sendiri. MP-ASI yang dibuat pabrik harganya lebih mahal, karena biaya kemasan cukup mahal, sedangkan MP-ASI yang dibuat sendiri akan lebih murah bila sebagian bahannya ditanam sendiri di pekarangan atau kebun (Kemenkes RI, 2009). MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi makro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi gagal tumbuh, perlu ditambahkan zat mikro. Berdasarkan komposisi bahan makanan
6 6 MP-ASI dikelompokkan menjadi dua yaitu : MP-ASI lengkap yang terdiri dari bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah, MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani atau nabati dengan sayur dan buah. MP-ASI yang baik apabila ; 1. Padat energi, protein dan zat mikro (antara lain Fe, Zinc, Kalsium, Vit.A, Vit.C, dan folat) yang tidak dapat dipenuhi dengan ASI saja untuk mulai 6 bulan. 2. Tidak berbumbu tajam. 3. Tidak menggunaka gula, garam tambahan penyedap rasa, pewarna dan pengawet. 4. Mudah ditelan dan disukai anak. 5. Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga terjangkau. Pola pemberian ASI dan MP-ASI yaitu bayi umur 0-6 bulan diberikan ASI saja, umur 6-9 bulan diberikan makanan lumat, umur 9-12 bulan diberikan makanan lembik, dan bayi umur bulan diberikan makanan keluarga (Kemenkes RI, 2015). Menurut Coutsoudis and Bentley (2009) makanan padat harus dikenalkan dengan berlahan-lahan untuk memastikan tidak adanya reaksi yang merugikan dari memakan makanan tersebut yaitu : 1. Jumlah yang diberikan pada awalnya harus sedikit dan kemudian secara berangsur-angsur jumlahnya ditingkatkan yaitu : pada awalnya diberikan 1-2 sendok teh setiap kali makan dan kemudian jumlah makanan padat ini ditingkatkan hingga sekitar 1 mangkok kecil perhari ketika bayi mencapai usia 8 bulan, pada usia 6-8 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat dua atau tiga kali sehari, pada usia 9-11 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat tiga atau empat kali sehari, pada usia bulan, anak harus mendapatkan makanan padat empat atau lima kali sehari.
7 7 2. Tekstur makanan harus ditingkatkan melalui penyesuain jenis makanan dengan kebutuhan dan kemampuan bayi : pada mulanya makanan harus dilumatkan menjadi bubur saring yang halus, dan sebaiknya bubur tersebut diencerkan dengan ASI hasil pemerahan, pada usia antara 7-9 bulan, makanan masih harus dilumatkan, tetapi dengan penambahan tekstur yang lebih padat secara bertahap, makanan camilan yang dapat dipegang oleh anak, harus sudah mulai diberikan pada usia sekitar 8 bulan, sesudah usia 10 bulan, makanan dapat dipotong kecilkecil tetapi tidak usah dilumatkan, menjelang usia 12 bulan, anak harus sudah dapat memakan makanan keluarga. 3. Jenis makanan padat nutrient yang harus disediakan yaitu : sayur dan buah khsusnya yang kaya akan vitamin A, harus diberikan setiap hari, protein hewani harus di konsumsi sesering mungkin, kecuali jika tidak dapat diterima (misalnya pada keluarga vegetarian), jika daging, unggus tidak tersedia, makanan sumber protein yang harganya lebih murah seperti telur dan kacang-kacangan harus diberikan, makanan yang kaya akan vitamin C harus dikombinasikan dengan kacang-kacangan untuk memperbaiki absorpsi zat besi nonheme, pati dapat dilunakkan dengan ASI hasil perlahan untuk meningkatkan densitas energy. Cara yang baik untuk menyiapkan makanan tambahan yang dibuat dirumah yaitu makanan tersebut memerlukan : kaya akan energy dan nutrisi, bersih dan aman, lembut dan mudah untuk dimakan, keluarga mudah memprolehnya, mudah untuk disiapkan. Makan yang kaya akan energy dan nutrisi sering harganya mahal dan susah untuk keluarga mendapatkannya. Menyiapkan makanan yang lembut dan mudah untuk bayi membutuhkan peralatan yang khusus. Anak yang beresiko kekurangan gizi adalah keluarga miskin, dimana mereka tidak bisa membeli makanan yang mahal. Keluarga ini susah untuk membeli berbagai jenis makanan dan peralatan yang khusus.
8 8 Mereka mungkin sangat sibuk dan memiliki sedikit waktu menyiapkan beberapa makanan khusus setiap hari. Coba untuk menemukan bagaimana keluarga mudah untuk menyiapkan makanan pendamping yang berasal dari bahan pangan lokal dengan harga yang murah (King and Burgess, 2015). 2.3 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sehingga pengetahuan atau koknitif merupakan dominan yang penting untuk membentuk tindakan sesorang (overt behavior). Selain itu pengetahuan seseorang memiliki tingkatan yang berbeda-beda dan secara umum dapat dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmojo, 2010) : 1. Tahu (Know) yaitu mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjelaskan dengan benar mengenai objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan suatu materi secara tepat. 3. Aplikasi (Aplication) hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sesungguhnya (real). 4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyebarluaskan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, namun masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lainnya. 5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
9 9 Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati pada tahun 2010 tentang hubungan antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status Gizi bayi usia 6-12 bulan mendapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi bayi denga p=0,00, terdapat hubungan yang positif antara praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi balita dengan p=0,00, terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi pada hasil uji f dengan nilai p=0,000. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2012) mendapatkan hasil dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap Ibu Balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi health education melalui media visual menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi p=0,00 untuk pengetahuan dan p=0,00 untuk sikap dengan derajat kemaknaan yang digunakan adalah α 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh health education melalui media visual terhadap pengetahuan dan sikap Ibu Balita di Posyandu Mawar II Kelurahan Bulak Kenjeran Surabaya. Dengan melihat hasil dari penelitian tersebut maka penting bagi Ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang gizi balita agar berkurangnya angka kejadian gizi buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, dkk (2011) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang status gizi balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Makasar mendapatkan hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji t. dengan tingkat kemaknaan signifikan α<0.05 dengan p<α maka hipotesis diterima. Dari hasil penelitian didapatkan p=0,00 sehingga ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan pengetahuan ibu tentang status gizi balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas sehingga memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan ibu Makasar.
10 10 Menurut Notoatmojo (2003) jarak waktu yang ideal untuk melakukan tes yang pertama dengan tes yang kedua adalah 15 hari sampai 20 hari karena jika waktu terlalu pendek kemungkinan responden masih ingat dengan pertanyaan dan jika terlalu jauh memungkinkan perubahan variabel yang diukur dari responden. 2.4 Sikap Sikap adalah reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang saling berkaitan (setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmojo, 2010). Fungsi sikap belum menggambarkan suatu perbuatan (reaksi terbuka) atau tindakan akan tetapi merupakan predisposisi perilaku yang menunjukkan reaksi tertutup. Sikap berbeda dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Karena seringkali seseorang cenderung menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diprolehnya tambahan informasi mengenai objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial (Sarwono, 2007). Penelitian yang dilakukan Padang (2007) yang bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mepengaruhi ibu memberikan MP-ASI pada usia 6-24 bulan di Kecamatan Padan Tapanuli hasil penelitian menunjukkan variabel predisposisi yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberian MP-ASI adalah sikap (p=0,48), variabel pendukung yang memiliki pengaruh adalah keterpaparan media (p=0,038), variabel pendorong yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP-ASI adalah dukungan keluarga (p=0,019) dan kebiasaan memberikan MP-ASI di masyarakat kurang dari 6 bulan (p=0,036).
11 11 Hasil penelitian Emilia (2008) tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap peningkatan pengetahun dan sikap ibu hamil di Mukim Lau-re Kecamatan Simeule Tengah Kabupaten Simeule tahun 2008 menyatakan sebelum penyuluhan 88,5% ibu hamil memiliki pengetahuan sedang tentang ASI eksklusif dan 11, 5% berada di katagori baik, setelah penyuluhan pengetahuna ibu hamil menjadi baik 100%. Sikap ibu hamil sebelum penyuluhan adalah berada pada katagori sedang sebanyak 76,9%, 15,4% berada pada katogori baik dan 7,7% katagori kurang setelah mendapatkan penyuluhan sikap sampel menjadi 92,3% berada pada baik dan 7,7% berada katagori sedang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif. 2.5 Perilaku Perilaku kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan adanya kaitan antara sehat atau sakit. Perilaku kesehatan menurutut Skiner adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan (Notoatmojo, 2007). Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI mendapatkan hasil tergolong dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 responden (92%). Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu tentang MP-ASI diperoleh nilai Rho 0,486 dan nilai signifikansi p=0,000 yang berarti nilainya p<0,05 dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat Hubungan yang signifikan antara
12 12 tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang MP-ASI Pada Balita Usia 6-24 Bulan di dusun Tlangu Desa Bulan Kec.Wonosari Klaten. Penelitian Candra dan Suharto (2011) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan di Puskesmas Mayaran Semarang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi terhadap pemberian makanan pendamping ASI diperoleh dari nilai r hitung = 0,578, hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI diperoleh r hitung = 0, 612, hubungan antara pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap perilaku pemberian MP-ASI diperoleh r hitung=0,071, sehingga diperoleh simpulan sikap ibu terhadap gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI, pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap MP-ASI secara bersama sama mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita umur 6-24 bulan. Penelitian Kartikawati,dkk (2014) tentang pengaruh kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita di wilayah kerja Puskesmas Sukarasa kota Bandung menunjukkan hasil adanya peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi 9,8%, dan kontrol menurun 6,1%.). Perbedaan peningkatan keterampilan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol bermakna (p= 0,001) dengan peningkatan 13,4% pada kelompok intervensi dan 2,5% pada kelompok kontrol. Sikap pada kedua kelompok meningkat tapi peningkatan lebih tinggi pada kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 12,2%, tetapi perbedaan peningkatan ini tidak bermakna (p=0,446). Terdapat pengaruh pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita(p=0,001). Simpulan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol sedangkan pada sikap kelompok kontrol lebih tinggi
13 13 peningkatannya, pelaksanaan kelas ibu balita terbukti berpengaruh meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita. Hasil peneitian Taufiqurrahman dan Masthalina (2010) mengenai pengaruh kelas gizi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan, pola asuh ibu dan berat badan balita di dalam penanganan masalah gizi kurang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan pengetahuan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan sikap responden. Tidak ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan tindakan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap pola asuh responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap peningkatan berat badan responden.
14 14
PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi
Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI 1. Perilaku Ibu a. Pengertian Respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
Lebih terperinciOleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali
Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinci: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik tangguh, mental
Lebih terperinciMakanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita KAPAN SAATNYA BALITA MULAI MEMERLUKAN MAKANAN NON ASI? Masa ketergantungan bayi terhadap ASI dimulai sejak bayi lahir sampai usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi antara usia 6 24 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu Sejak lahir makanan pokok bayi adalah Air Susu Ibu. Air Susu Ibu merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi usia 6-12 bulan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24 bulan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.
digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Gizi pada masa anak sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya bahkan sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang akan dicapai, meningkatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) 2.1.1 Pengertian MP-ASI MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI,
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA
94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara langsung disebabkan oleh asupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciIngatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya makanan pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciPENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL
71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya immunoglobulin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI ASI adalah karunia Tuhan yang sangat berharga karena didalam ASI mengandung berbagai zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas dan menyeluruh. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Gizi Istilah penyuluhan sering kali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara umum penyuluhan lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Batita atau Toddler a. Konsep Batita atau Tooddler Toodler atau batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), dimana pada periode ini anak berusaha
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan
96 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia adalah 35/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun menjadi 16/1000 kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Status gizi yang baik pada masa bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI secara eksklusif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah
Lebih terperinciBagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan
Berikan Makan Lebih Banyak Selagi Bayi Tumbuh HalHal Yang Perlu Diingat Mulai beri makan di usia Usia antara 6 bulan sampai 2 tahun, seorang anak perlu terus disusui. Bila Anda tidak menyusui, beri makan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan
112 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Posyandu
Lebih terperinciII. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup
7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat proiritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dalam pemeliharaan status kesehatan holistik manusia telah dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Dalam setiap tahapan dari siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran makanan sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pada saat anak sedang melalui tahap pertumbuhan, anak membutuhkan gizi yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bayi memerlukan zat gizi untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sejak masa janin berusia 4 bulan, lahir sampai berumur satu tahun (periode
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizi.mp-asi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi gigi susu pada anak mulai berlangsung pada usia enam bulan. Umumnya, erupsi gigi susu diawali oleh gigi susu insisivus sentral mandibula. 1, 2 Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang
Lebih terperinciKehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi mulai usia 4-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi lain yang tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan
Lebih terperinci1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Pemberian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyapihan 1. Pengertian Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan pada balita usia 6-24 untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MP ASI 2.1.1 Definisi MP-ASI MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah makanan atau minuman yang diberikan pada balita usia 6-24 untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada 2013 menunjukan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar mampu bersaing dengan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi dan ditentukan dari tingkat kesehatan masyarakatnya di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut ditentukan oleh
Lebih terperinci12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG
12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi utama yang ada di Indonesia dewasa ini adalah Kurang Energi Protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB)dan Gangguan Akibat Kekurangan
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah
Lebih terperinciKeluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan ASI di antaranya adalah dapat meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, mengurangi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masalah gizi di Indonesia saat ini semakin kompleks. Masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia adalah masalah gizi ganda yaitu keadaan balita yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Noveri Aisyaroh 1), Is Susiloningtyas 2), Mubarok 3) Universitas Islam Sultan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi mulai usia 4-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi
Lebih terperinciLEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan
LEMBAR PERTANYAAN PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden :
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan pendamping air susu ibu (MP -ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24 bulan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5% harus melipatgandakan jumlah kesehatan, tempat tidur rumah sakit, sekolah dan lain-lain agar tetap sejajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang
Lebih terperinciGIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes
GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman 2004). Seperti halnya ketika bayi didalam
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN PADA SALAH SATU DESA DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR Damayanti*, Siti Fatonah* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama
Lebih terperinciABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati
Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Pada Bayi Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Kusmiyati, 1, Syuul Adam 2, Sandra Pakaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memiliki tujuan utama meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya manusia dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting untuk dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang dalam masa tumbuh sehingga segala kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang
Lebih terperinciTENTANG KATEGORI PANGAN
LAMPIRAN XIII PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KATEGORI PANGAN 13.0 Produk Pangan Untuk Keperluan Gizi Khusus 4 Pangan untuk keperluan gizi khusus
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital
KATA PENGANTAR Pada tahun anggaran 2016 PP-PAUD dan DIKMAS Jawa Barat melaksanakan Pengembangan Kemitraan Keluarga dengan Sekolah Dasar yang diujicobakan di dua lokasi labsite bagi para orangtua dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI (Air Susu Ibu) 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai kira kira bayi berumur 6 bulan, dan ASI mempunyai banyak manfaatnya. Karena itu penting
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan Pengetahuan adalah, kata dasarnya tahu, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
Lebih terperinci