Keterkaitan Kebiasaan dan Kepercayaan Mengunyah Sirih Pinang dengan Kesehatan Gigi. Amalisa Iptika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keterkaitan Kebiasaan dan Kepercayaan Mengunyah Sirih Pinang dengan Kesehatan Gigi. Amalisa Iptika"

Transkripsi

1 Keterkaitan Kebiasaan dan Kepercayaan Mengunyah Sirih Pinang dengan Kesehatan Gigi Amalisa Iptika Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga ABSTRAK Kebiasaan mengunyah sirih sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak abad ke-6 Masehi dan dilakukan secara turun-temurun, salah satunya di daerah Kelurahan Sentul, Blitar, Jawa Timur. Masyarakat pengunyah sirih mempercayai bahwa sirih pinang memberikan manfaat kenikmatan seperti orang merokok, dapat menghilangkan bau nafas, dan mempercayai bahwa aktifitas ini dapat memperkuat gigi. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sentul dan menggunakan metode kualitatif. Metode wawancara dan observasi digunakan untuk pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan 12 informan. Informan yang dipilih adalah informan yang masih mengunyah sirih pinang ketika wawancara dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Sentul yang memiliki kebiasaan mengunyah sirih pinang, kondisi giginya tidaklah bagus. Secara keseluruhan informan mengalami kerusakan pada gigi seperti adanya karies gigi, gigi yang tidak utuh lagi, gigi yang berwarna hitam dan gigi yang tanggal. Penemuan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat Sentul kurang dalam merawat kesehatan gigi dan memicu adanya kerusakan pada gigi. Jadi merawat gigi adalah penting jika pengunyah ingin mengunyah sirih pinang tanpa mengganggu kesehatan gigi. Kata kunci: mengunyah sirih pinang, kebiasaan, kepercayaan, karies gigi ABSTRACT The habit of chewing betel has been known by the people of Indonesia since the 6th century and carried from generation to generation, one of them in the Village of Sentul, Blitar, East Java. The chewers believed that betel nut provides benefits that can give pleasure like smoking, can eliminate bad breath, and believe that this activity can strengthen teeth. The study was conducted in Sentul village and using qualitative method. Interview and observation methods was used to collection the data. The study was used 12 informants who still chewing betel nut until now when the interview was conducted. The results showed that people in Sentul who have the habit betel nut chewing, teeth condition was not good. Overall, informants had known crack at the tooth such as dental caries, teeth are no longer intact, black teeth, and tooth loss. The discovery in the field indicated that the people of Sentul were not aware in dental health that could damage their teeth. So caring their teeth was important if the chewers wanted to chewing betel nut without disturbing the dental health. Keywords: chewing betel nut, habits, beliefs, dental caries 64

2 PENDAHULUAN Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas, rahang bawah, lidah serta saluran-saluran penghasil air ludah. Manusia dewasa memiliki 32 gigi. Fungsi dari setiap gigi bermacam-macam dalam mengunyah makanan (Rahmadhan, 2010:101). Perubahan-perubahan yang terjadi pada gigi dan jaringan sekitar gigi dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, salah satunya adalah faktor kebersihan mulut. Kebersihan mulut memegang peranan penting dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan periodentum (Herijulianti, 2002). Diperkirakan lebih dari 600 juta orang mengunyah sirih pinang di berbagai wilayah di dunia (Gupta, 2004:31). Di Indonesia, kebiasaan mengunyah sirih pinang merupakan bagian dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat dan sudah dikenal sejak abad ke-6 masehi serta kebiasaan tersebut dilakukan hampir diseluruh wilayah di Indonesia seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua (nn, 2009). Masyarakat Blitar di Kelurahan Sentul yang merupakan etnis Jawa juga mengenal adanya tradisi mengungunyah sirih pinang. Kebiasaan tersebut dilakukan secara turun temurun, namun sekarang ini kebisaaan mengunyah sirih pinang hanya dapat dijumpai pada wanita yang sudah tua usianya. Menginang merupakan tradisi masyarakat dengan komposisi dasar yakni daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Komposisi tersebut dibungkus dalam daun sirih yang kemudian dikunyah. Masyarakat pengunyah memiliki alasan tersendiri mengapa mereka mengunyah sirih pinang. Menurut informan yang diwawancarai di Kelurahan Sentul, mengunyah sirih telah memberikan manfaat yakni dapat memberikan kenikmatan seperti orang merokok, sebagai aktifitas di waktu senggang, dapat menghilangkan bau nafas, mengunyah sirih pinang dilakukan turun-temurun dan karena adanya kepercayaan bahwa aktifitas ini dapat memperkuat gigi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Inggris pada imigran dari Asia Selatan yang mengunyah sirih pinang, didapati bahwa mereka mengunyah sirih pinang karena memberikan rasa yang menyegarkan, sebagai makanan ringan, membantu menghilangkan stress dan dipercaya dapat memperkuat gigi dan gusi (Flora et al., 2012: 170). Sejumlah penyakit dihubungkan dengan kebiasaan makan, gaya hidup dan faktor lingkungan. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyebutkan bahwa mengunyah pinang berdampak pada kesehatan dan berpotensi menyebabkan kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Girish Parmar, et.al mengindikasikan bahwa tingginya pengunyah sirih pinang yang menderita perdarahan gusi, bau nafas, kesulitan dalam membuka mulut dan menelan makanan yang padat, rasa terbakar pada jaringan lunak dan luka bernanah pada rongga mulut (Parmar et al., 2008:57). Penelitian yang dilakukan oleh Jul Asdar pada masyarakat suku Karo di desa Biru- Biru Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa status kesehatan periodontal pada masyarakat pengunyah sirih pinang yang termasuk dalam tingkat parah sebanyak 74 orang (80,2%) dan sangat parah sebanyak 18 orang (19,6%). Tingkat keparahan status periodontal dipengaruhi oleh adanya kepercayaan dalam masyarakat yang mengakui bahwa mengunyah sirih pinang adalah budaya yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari dan tidak mengakui mengunyah sirih pinang merugikan kesehatan (Samura, 2009). Mengunyah sirih pinang memiliki pengaruh terhadap tidak dirawatnya karies gigi dan memiliki pengaruh yang buruk terhadap periodontitis, mendorong peningkatan periodontitis dan kehilangan gigi. Alasan yang mungkin bahwa sirih pinang merusak jaringan periodontal dapat dijelaskan seperti pengaruh cholinergic pada sirih pinang bersama dengan kalsium garam dalam air liur yang dapat menyebabkan keropos pada gigi. Pengunyah sirih pinang yang berpengalaman memiliki kerusakan lebih tinggi pada periodontitis daripada bukan pengunyah (Chatrchaiwiwatana, 2006:8). Survei yang dilakukan di Papua Nugini dan Jawa Timur juga menunjukkan bahwa karies gigi frekuensinya tidak banyak mencolok di antara 65

3 para pengunyah sirih pinang. Jarak yang renggang diantara gigi menyebabkan celah di mana sisa makanan dapat menyangkut dan menarik datangnya bakteri perusak gigi, sehingga gigi dapat keropos bahkan tanggal. Kapur yang ketika dikunyah dapat menyebabkan menghitamkan dentin gigi (Rooney, 1995). Banyak penelitian dilakukan yang menyatakan secara medis bahwa mengunyah sirih berhubungan dengan penyakit periodontal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti ditinjau dari pengetahuan masyarakat yang mengunyah sirih mengenai keterkaiatan antara kebiasaan dan kepercayaan mengunyah sirih pinang dengan kesehatan gigi masyarakat pengunyah sirih pinang. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap masyarakat pengunyah sirih pinang di Kelurahan Sentul. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi mengenai mengunyah sirih pinang dan observasi dilakukan untuh mengetahui kebiasaan yang dilakukan oleh pengunyah sirih pinang. Informan yang digunakan adalah 12 informan. Peneliti memilih informan yakni yang masih melakukan tradisi menguyah sirih pinang hingga sekarang ini ketika peneliti mewawancarai. Peneliti tidak membatasi jumlah informan apabila data yang diperlukan sudah mencukupi maka peneliti menghentikan mencari data. Pemilihan informan peneliti tidak memilih-milih, informan yang dijumpai itulah yang dijadikan informan. Kemudian selesai mewawancara, peneliti memilih informan yang memberikan kontribusi banyak terhadap penelitian dipilih untuk dijadikan informan sedangkan informan yang tidak memiliki kontribusi banyak akan dieliminasi sebagai informan. Hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkrif. Langkah terakhir adalah analisis, digunakan untuk mengetahui keterkaitan kebiasaan dan kepercayaan pengunyah sirih pinang dengan kesehatan gigi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat pengunyah sirih pinang memiliki kebiasaan dan kepercayaan terhadap mengunyah sirih pinang. Masyarakat memiliki kebiasaan mengunyah sirih pinang berawal dari ajaran orang tua dan lingkungan yang kemudian ditirunya. Mengunyah sirih pinang dilakukan tanpa mengenal waktu. Mengunyah sirih pinang telah dilakukan sejak usia anak-anak sampai usia dewasa sekarang ini. Diketahui bahwa mengunyah sirih pinang memberikan dampak yakni memberikan rasa kegelisahan apabila tidak mengkonsumsinya, merasakan adanya stres kalau tidak mengunyah sirih pinang, dan seperti orang melamun yang tidak memiliki pandangan karena mata terasa gelap. Keadaan akan seperti semula apabila telah mengunyah sirih pinang. Kondisi seperti itu yang kemudian menimbulkan rasa kecanduan bagi pengunyah. Dampak dari kecanduan tersebut membuat para pengunyah selalu melakukan aktivitas mengunyah sirih pinang setiap harinya mulai dari awal mengunyah sirih pinang pertama kali sampai sekarang ini dan selalu membawanya ketika berpergian. Tembakau yang digunakan dalam mengunyah sirih pinang mengandung zat-zat yang beracun seperti tar, nikotin, dan CO yang menimbulkan adiktif atau kecanduan pada orang yang mengkonsumsinya sehingga akan memberikan rasa kenikmatan dan berkurang rasa kecemasan dan hal tersebut yang menyebabkan mengunyah sirih dengan 66

4 tembakau sulit untuk berhenti (Fernando, 2011:14). Kecanduan menjadi suatu alasan bagi pengunyah untuk selalu mengunyah sirih pinang sampai sekarang ini. Selain karena kecanduan, alasan lain seorang pengunyah memutuskan untuk terus mengunyah sirih pinang adalah mereka memiliki pengalaman terhadap sakit gigi yang mereka alami sehingga untuk menjaga agar sakit gigi tidak kambuh lagi maka mengunyah sirih pinang digunakan sebagai pencegahannya. Mengunyah sirih pinang sebagai suatu kebiasaan dalam masyarakat Sentul juga dipengaruhi oleh kepercayaan mereka terhadap aktifitas mengunyah sirih pinang. Ditemukan bahwa masyarakat memiliki kepercayaan bahwa mengunyah sirih pinang dapat dapat memperkuat gigi, menghilangkan bau mulut, dan dapat menyembuhkan sakit gigi serta dapat menyehatkan tubuh. Kepercayaan tersebut muncul pada pengunyah sirih pinang melalui sosialisasi yang diajarkan oleh orang tua pengunyah sirih pinang. Sosialisasi tersebut sudah dilakukan turun-temurun sehingga melekat pada masyarakat pengunyah dan menjadi sebuah kepercayaan yang diyakininya hingga sekarang ini. Kepercayaan tersebut juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan di Inggris pada imigran dari Asia Selatan yang mengunyah sirih pinang, bahwa mereka mengunyah sirih pinang karena memberikan rasa yang menyegarkan, sebagai makanan ringan, membantu menghilangkan stress dan dipercaya dapat memperkuat gigi dan gusi (Flora et al., 2012: 170). Selain itu bukti kepercayaan masyarakat terhadap mengunyah sirih pinang juga ditemukan pada suku Chamorro dan Yapese yang percaya bahwa mengunyah sirih pinang memberikan lapisan pada gigi yang dapat mencegah gigi berlubang (Paulino et al., 2011:19-29). Penemuan di lapangan mengenai kepercayaan mengunyah sirih pinang dapat menguatkan gigi tidaklah terbukti. Diketahui bahwa rata-rata gigi mereka tidaklah kuat, dapat dilihat kondisi gigi yang sudah tidak utuh lagi, terdapatnya karies gigi, dan gigi yang tanggal serta warna gigi yang berubah jadi hitam. Pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi masih kurang. Dari pengakuan sejumlah 11 atau sebagian besar informan mengatakan bahwa mereka tidak pernah sakit gigi padahal jika dilihat dari kondisi giginya ada tanda-tanda kerusakan seperti gigi yang tidak utuh, ada yang tanggal dan terdapat karies gigi. Ini membuktikan bahwa rasa sakit yang secara klinis tidak dirasakan sebagai rasa sakit oleh informan, sedangkan 1 informan yang mengalami rasa sakit pada gigi dan ketika dilihat kondisi gigi yang terdapat karies dan gigi yang tanggal. Jadi dari 12 informan hanya 1 informan yang memiliki rasa sakit sama dengan konsep rasa sakit secara klinis. Kebersihan gigi merupakan hal penting yang harus dilakukan supaya kesehatan gigi tetap terjaga. Di lapangan diketahui bahwa masyarakat kurang dalam membersihkan gigi seperti menggosok gigi. Mereka hanya menggosok gigi sehari dua kali ketika mandi. Menggosok gigi sudah tidak menjadi kebiasaan yang penting. Kebiasaan menggosok gigi sudah diganti dengan kebiasaan mengunyah sirih pinang. Mengunyah sirih pinang merupakan kebiasaan mengunyah beberapa bahan seperti daun sirih, gambir, kapur, dan pinang. Proses mengunyah sirih pinang diakhiri dengan menyusur yakni menggosokkan segumpalan tembakau pada gigi untuk meratakan hasil mengunyah sirih pinang. Kebiasaan menyusur inilah yang diyakini sebagai pengganti menggosok gigi karena fungsi menyusur yang sebagai membersihan gigi dan mengunyah sirih pinang dapat memperkuat gigi. Maka dari itu fungsi gosok gigi telah digantikan oleh kebiasaan menyusur. Mereka sudah lama mengunyah sirih pinang, sejak usia kecil hingga usia sekarang ini yang bisa dikatakan usia lanjut. Pengunyah sirih pinang yang tidak membersihkan gigi, dalam periode jangka panjang gigi mereka akan berubah warna menjadi hitam (Rooney, 1995). Warna gigi yang menghitam bisa menutupi adanya karies gigi sehingga tidak tahu kalau ada karies gigi. Karies gigi bisa semakin parah dengan adanya pengaruh dari mengunyah sirih pinang yang memberikan tidak sakit sehingga akan memperburuk kondisi gigi yang dapat menyebabkan gigi tanggal. 67

5 SIMPULAN Kebiasaan mengunyah sirih pinan tidak lepas dari kepercayaan masyarakat yang mempercayai bahwa mengunyah sirih pinang dapat memberikan kenikmatan seperti orang merokok, sebagai aktifitas di waktu senggang, dapat menghilangkan bau nafas, mengunyah sirih pinang karena turun temurun dan ada yang percaya dapat memperkuat gigi, namun kenyataannya justru sebaliknya kesehatan gigi menjadi terganggu akibatnya gigi tidak utuh bahkan ada yang tidak beraturan, gigi yang tanggal, karies gigi dan warna gigi yang berubah menjadi hitam. Pengetahuan masyarakat yang minim terhadap kesehatan gigi kemungkinan menjadi penyebab kerusakan pada gigi. Tidak dipungkiri juga bahwa mengunyah sirih pinang juga berpengaruh buruk terhadap karies gigi karena rasa sakitnya tidak terasa. Jadi supaya kebiasaan mengunyah sirih pinang tetap bisa dilakukan tanpa mengganggu kesehatan gigi maka penguyah sirih pinang harus selalu merawat kesehatan gigi dengan menjaga kebersihannya. DAFTAR PUSTAKA Chatrchaiwiwatana, S, (2006). Dental Caries and Periodontitis Associated with Betel Quit Chewing: Analysis of Two Data Sets. Journal Medical Association Thailand, 89(7):4-11. Fernando, E, (2011). Analisis Kandungan Nikotin Pada Tembakau (Nicotiana tabacum) Yang Digunakan sebagai Tembakau Kunyah dan Karakteristik Masyarakat Penggunanya Di Desa Rumah Gerat Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Flora, Meerjady S, Christopher Tylor, Mahmudur Rahman, (2012). Betel Quid Chewing and Its Risk Factors in Bangladeshi Adults. WHO South East- Asia Journal of Public Health, 2012:1(2): Gupta PC, Ray CS, (2004). Epidemiology of betel quid usage. Ann Acad Med Singapore, 33(4): Herijulianti, E., Indriani, S.T., & Artini, S, (2002). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. n.n. (2009). Makan Sirih Pinang, Budaya di Kalimantan, (Online), ( diakses pada tanggal 14 Juli 2012). Parmar. G, Sangwan. P, Vashi. P, Kulkarni, K. S, (2008). Effect of chewing a mixture of areca nut and tobacco on periodontal tissues and oral hygiene status. Journal of Oral Science, 50(1): Paulino. Y, Novotny. R, Miller. M.J, Murphy. S.P, (2011). Areca (Betel) nut chewing practices in Micronesian populations. Hawaii Journal of Public Health, 3(1): Rahmadhan, A. G, (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune. Rooney, F.D, (1995). Betel chewing in South East Asia. Peper was prepared for the centre National de la Recherce Scientifigue. Lyon, France. 68

6 Samura, J. A. P, (2009). Pengaruh Budaya makan Sirih terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di Desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. 69

Gambaran status karies gigi pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado

Gambaran status karies gigi pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Gambaran status karies gigi pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado 1 Sarlota Uamang 2 Michael A. Leman

Lebih terperinci

Hubungan Status Kesehatan Periodontal dengan Kebiasaan Menyirih pada Mahasiswa Etnis Papua di Manado

Hubungan Status Kesehatan Periodontal dengan Kebiasaan Menyirih pada Mahasiswa Etnis Papua di Manado Hubungan Status Kesehatan Periodontal dengan Kebiasaan Menyirih pada Mahasiswa Etnis Papua di Manado 1 Welmince Oktofina Fatlolona, 2 Karel Pandelaki, 3 Christy Mintjelungan 1 Mahasiswa Program Studi Kedokteran

Lebih terperinci

Kata kunci: budaya menginang, karies gigi, Talaga Paca.

Kata kunci: budaya menginang, karies gigi, Talaga Paca. ABSTRAK PENGARUH BUDAYA MENGINANG TERHADAP KARIES GIGI PADA MASYARAKAT TALAGA PACA, KECAMATAN TOBELO SELATAN, HALMAHERA UTARA Adrian Waery, 2012. Pembimbing I : July Ivone dr., MKK., M.Pd., Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH MENGINANG TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN JARINGAN PERIODONTAL PADA LANSIA DI DESA TUGU KECAMATAN JUMANTONO KAB. KARANGANYAR TAHUN 2016

PENGARUH MENGINANG TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN JARINGAN PERIODONTAL PADA LANSIA DI DESA TUGU KECAMATAN JUMANTONO KAB. KARANGANYAR TAHUN 2016 PENGARUH MENGINANG TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN JARINGAN PERIODONTAL PADA LANSIA DI DESA TUGU KECAMATAN JUMANTONO KAB. KARANGANYAR TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dan kanker merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok dan dapat berujung pada kematian. Sebanyak satu miliar perokok

Lebih terperinci

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 5, No. 2, Ed. September 2017, Hal. 149-156 GAMBARAN MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DI MIN 9 KECAMATAN ULEE KARENG KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya juga sangat bervariasi.

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Pembimbing I. ana, drg. Sp.PM, PhD. Siti Aliyah Pra(\Ql'l-&:"-rtf(

PERSETUJUAN. Pembimbing I. ana, drg. Sp.PM, PhD. Siti Aliyah Pra(\Ql'l-&:-rtf( PERSETUJUAN Laporan penelitian ini disetujui : Pembimbing I Gus Pe ana, drg. Sp.PM, PhD Siti Aliyah Pra(\Ql'l-&:"-rtf( Sayuti Hasibuan : Lesi-iesi mukosa mulut yang dihubungkan dengan kebiasaan menyirih

Lebih terperinci

PRAKTEK MERAWAT GIGI PADA ANAK

PRAKTEK MERAWAT GIGI PADA ANAK Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 130-135 PRAKTEK MERAWAT GIGI PADA ANAK Sri Mulyati dan Nindy Amita Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keanekaragaman floristik di kawasan timur Indonesia beserta keanekaragaman budayanya cukup menarik, namun belum banyak yang diungkapkan termasuk di kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker mulut, istilah untuk tumor ganas yang terjadi dalam rongga mulut, termasuk kanker bibir, gingiva, lidah, langit langit rongga mulut, rahang, dasar mulut, orofaringeal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

THE CONCEPTION OF PLAQUE SCORE ON 7TH GRADE STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 1 GODEAN SLEMAN

THE CONCEPTION OF PLAQUE SCORE ON 7TH GRADE STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 1 GODEAN SLEMAN THE CONCEPTION OF PLAQUE SCORE ON 7TH GRADE STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 1 GODEAN SLEMAN Dwi Wulandari, Suharjono, Siti Hidayati Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Kyai Mojo No.

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI Gambaran Perilaku Menyikat Gigi dengan Kejadian Gigi Berlubang pada Anak Usia Sekolah Jurnal di SD STIKES YBPK Vol. 10, No.1, Juli 2017 GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017 177 HUBUNGAN KONSUMSI KALSIUM DAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI DESA CURUNGREJO KECAMATAN KEPANJEN Titin Sutriyani D4 Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail: titinsutriyani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan salah satu pintu masuk bagi organisme (bakteri, jamur, virus) ke dalam tubuh. Sebagian besar penyakit mulut yang sering terjadi diawali

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU ORAL HYGIENE, SOSIAL EKONOMI, BUDAYA MEROKOK, AKSES PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT

HUBUNGAN PERILAKU ORAL HYGIENE, SOSIAL EKONOMI, BUDAYA MEROKOK, AKSES PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT HUBUNGAN PERILAKU ORAL HYGIENE, SOSIAL EKONOMI, BUDAYA MEROKOK, AKSES PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT Niniek L Pratiw i1, Hari Basuki2, dan Agus Soeprapto1 ABSTRACT Background: In Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan hal yang biasa di jumpai saat ini sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan hal yang biasa di jumpai saat ini sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan hal yang biasa di jumpai saat ini sehingga menjadi kebiasaan umum dan hampir kita jumpai disemua kalangan masyarakat. Kebiasaan ini telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN 1 Maureen M. Mawuntu 2 Damajanty H. C. Pangemanan 3 Christy Mintjelungan 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 1 Joandri P. Dandel, 2 Ni Wayan Mariati 2 Jimmy Maryono 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL THE DESCRIPTION OF KNOWLEDGE ABOUT THE DANGERS OF SMOKING FOR ORAL HEALTH AMONG THE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau yang populer diistilahkan dengan narkoba di kalangan sekelompok masyarakat kita menunjukkan gejala

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG Effi Sihaloho,2014. Pembimbing I: Riani Setiadhi, drg., Sp. PM Pembimbing II:

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 DENPASAR SELATAN

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 DENPASAR SELATAN UNIVERSITAS UDAYANA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 DENPASAR SELATAN ROSALIANI YUNITA JERTI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA SUKU PAPUA PENGUNYAH PINANG DI MANADO

PREVALENSI DAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA SUKU PAPUA PENGUNYAH PINANG DI MANADO PREVALENSI DAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA SUKU PAPUA PENGUNYAH PINANG DI MANADO Krista V. Siagian Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: veroagian@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT

ABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT ABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT Jane Nathania Sanjaya,2014. Pembimbing I: Johan Lucianus, dr., M.Si. Pembimbing II: Winny Suwindere,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhitungkan masa gestasinya (WHO,

BAB 1 PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhitungkan masa gestasinya (WHO, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhitungkan masa gestasinya (WHO, 2004). BBLR merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial, baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun pada orang-orang yang berpendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dry mouth merupakan keadaan rongga mulut yang kering, berhubungan dengan adanya penurunan aliran saliva. 1 Umumnya terjadi saat cemas, bernafas melalui mulut, dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Oral Health (WHO) pada tahun 2003 menyatakan Global Goals for Oral Health 2020 yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak

ABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak ABSTRAK Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Akumulasi plak yang tidak ditangani akan menyebabkan karies, gingivitis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan. ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. Adanya gangguan kesehatan pada gigi dan mulut menyebabkan penurunan fungsi kesehatan individu. Gangguan kesehatan gigi

Lebih terperinci

Kata kunci: gigi tiruan, tingkat perilaku, lansia.

Kata kunci: gigi tiruan, tingkat perilaku, lansia. ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN TINGKAT PERILAKU PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI TIRUAN LEPASAN AKRILIK PADA LANSIA DI DESA PENATAHAN KABUPATEN TABANAN BALI Kehilangan gigi saat memasuki fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi masih menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi pada masyarakat Indonesia, tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga terjadi pada anak-anak.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut yang menjadi fokus penelitian utama di bidang kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut tersebar luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit

Lebih terperinci

MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Saluna Deynilisa

MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Saluna Deynilisa MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS Saluna Deynilisa Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang ABSTRAK Saat ini penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO 1 Yohanes I Gede K.K. 2 Karel Pandelaki 3 Ni Wayan Mariati 3 1 Kandidat skripsi Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik 1. Denture Stomatitis

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( ) GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (624-632) PERBEDAAN PENGARUH PEDIDIKAN KESEHATAN GIGI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI PADA ANAK DI SD NEGERI 2 SAMBI KECAMATAN SAMBI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO 1 Daul R Tuhuteru 2 B. S Lampus 2 Vonny N.S Wowor 1 Kandidat Skripsi Program Studi Kedoteran Gigi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan kesehatan. Tembakau dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru, penyakit obstruksi paru kronis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat

Lebih terperinci

Maria Victa Agusta R.*, Ade Ismail AK**, Muhammad Dian Firdausy*** ABSTRAK

Maria Victa Agusta R.*, Ade Ismail AK**, Muhammad Dian Firdausy*** ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN KONDISI ORAL HYGIENE (Studi pada Anak Tunarungu Usia 7-12 tahun di SLB Kota Semarang) Maria Victa Agusta R.*, Ade Ismail AK**, Muhammad Dian Firdausy*** ABSTRAK

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS

ABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS ABSTRAK PERBEDAAN INDEKS ORAL HYGIENE PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DENGAN DAN TANPA PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH WILAYAH PUSKESMAS BABAKANSARI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 Astriliana, 2011. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

PENGARUH PROMOSI MENYIKAT GIGI TERHADAP SKOR PLAK DI SEKOLAH DASAR KANDANGAN II, SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

PENGARUH PROMOSI MENYIKAT GIGI TERHADAP SKOR PLAK DI SEKOLAH DASAR KANDANGAN II, SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA PENGARUH PROMOSI MENYIKAT GIGI TERHADAP SKOR PLAK DI SEKOLAH DASAR KANDANGAN II, SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA 1 Almujadi, Sutrisno 1, Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Kyai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang paling sering di jumpai di kalangan masyarakat. Kebiasaan merokok masyarakat dapat dijumpai di berbagai tempat seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial

Lebih terperinci

Kata kunci : Plak gigi, pasta gigi, pasta gigi herbal, metode O Leary

Kata kunci : Plak gigi, pasta gigi, pasta gigi herbal, metode O Leary ABSTRAK Plak gigi merupakan kumpulan lebih dari 500 jenis mikroba yang melekat ataupun berkembang secara bebas pada jaringan lunak dan keras di permukaan rongga mulut seperti epithelium gingival maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum. Walaupun demikian, banyak juga orang yang tidak tahu bahwa rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI Vol. 7, No.2, Desember 2014 KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI CONDITION OF MOUTH HEALTH AND HYGIENE PATIENT IN INPATIENT INSTALLATION KEDIRI BAPTIS HOSPITAL

Lebih terperinci

Rata-rata nilai plak indeks (%)

Rata-rata nilai plak indeks (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang gambaran kesehatan jaringan periodontal (plak indeks) pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat menurut jenis kelamin di RSGM UMY pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu ketangkasan, kecepatan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga

Lebih terperinci

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA 04111004066 Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kecemasan dental, tanaman bunga berwarna biru muda, pencabutan gigi

ABSTRAK. Kata kunci : kecemasan dental, tanaman bunga berwarna biru muda, pencabutan gigi ABSTRAK Kecemasan dental terdapat pada 1 dari 7 populasi dan membutuhkan perawatan yang hati-hati serta penanganan yang lebih oleh dokter gigi. Pencabutan gigi merupakan pencetus utama kecemasan dental.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes, 2006). Kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tembakau diperkirakan sudah digunakan sejak 100 tahun sebelum masehi oleh suku Aborigin di Amerika (Geiss 2007). Kemudian ketika, Columbus mendarat di benua Amerika,

Lebih terperinci

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Jangan mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang Masih ingat pelawak Leysus? Ya, ia meninggal Selasa (3/1/06) lalu

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN 1 Gisela Harlindong 2 Ni Wayan Mariati 2 Bernat Hutagalung 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS DAN KONSUMSI GIZI SEBAGAI COMSUMTIVE BEHAVIOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT

HUBUNGAN STATUS DAN KONSUMSI GIZI SEBAGAI COMSUMTIVE BEHAVIOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT HUBUNGAN STATUS DAN KONSUMSI GIZI SEBAGAI COMSUMTIVE BEHAVIOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP BESARAN INDEKS DMFT Niniek Lely Pratiwi1, Hari Basuki2, Agus Soeprapto1 ABSTRACT Background: Based on house hold survei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut yang baik merupakan komponen integral dari kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa

Lebih terperinci

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122

Lebih terperinci

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR Ayub Irmadani Anwar Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit karies gigi serta penyakit gigi dan mulut masih banyak diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut Data Kementerian Kesehatan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lidah merupakan organ penting pada rongga mulut yang bersifat kompleks. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai macam bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan estetik (Fernatubun dkk., 2015).

Lebih terperinci