BAB I PENDAHULUAN. kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE)
|
|
- Sucianty Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) merupakan pedoman utama kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE) gizi lebih terarah dan lebih efektif untuk mencapai sasaran masyarakat atau keluarga sadar gizi. PUGS dicanangkan pada tahun 1995 dan pengembangan dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang sudah dikenalkan sejak tahun 1960-an (Soekirman, 2006). Selanjutnya, adanya konggres gizi internasional di Roma dikembangkan 13 pesan PUGS pada tahun Hasil uji 13 PUGS menunjukkan bahwa 13 pesan tersebut terlalu banyak dan diusulkan untuk menjadi 10 pesan (Affiansyah, 2003). Kemudian bersama dengan beberapa pakar gizi dan pangan di Indonesia melakukan serial lokakarya dan mengembangkan PGS 2014 yang diperkenalkan pada publik di awal tahun 2014 (Kemenkes, 2014). Kongres tersebut membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas SDM yang baik dengan merekomendasikan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Gizi seimbang adalah susunan makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan (BB) ideal (Depkes, 2003). Kendala yang terjadi dalam penerbitan PUGS ini adalah masih kurangnya sosialisasi yang ada di masyarakat, sehingga masyarakat hingga petugas kesehatan sebagian besar tidak dapat menghafal dan memahami
2 2 dari 13 pesan PUGS tersebut, berbeda dengan pedoman yang pernah dikeluarkan sejak 1960-an yaitu 4 sehat 5 sempurna. Pedoman ini sampai saat ini masih diingat di masyarakat dari semua kalangan umur karena kata kata yang mudah dipahami dan kalimat yang pendek. Oleh karena itu, masih banyak masyarakat mengira bahwa Pedoman Gizi saat ini masih 4 sehat 5 sempurna. Fakta di lapangan mengatakan bahwa pedoman ini pernah diganti dengan 13 pesan umum gizi seimbang hingga saat ini diterbitkannya 10 pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada tahun 2014, akan tetapi masyarakat luas masih banyak yang belum mengetahui dengan terbitnya Pedoman Gizi Seimbang terbaru. Indonesia pada awalnya membuat pedoman makanan tersebut untuk mengatasi permasalahan gizi ganda. Masalah gizi ganda (double burden disease) mengacu pada keadaan gizi lebih dan gizi kurang yang terjadi secara bersamaan dalam suatu populasi. Sebagian besar negara berkembang akan terpengaruh oleh double burden disease dengan meningkatnya prevalensi kegemukan yang lebih cepat dibandingkan dengan penurunan prevalensi gizi kurang (World Bank, 2012). Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%) sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (> 18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 (15,5%). Pada dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku masyarakat berkaitan dengan gizi yang tidak seimbang yang secara tidak langsung akan mempengaruhi masalah kesehatan mereka. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
3 3 tindakan pemerintah untuk memperbaiki perilaku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar (Depkes 1996). Permasalahan kesehatan tidak hanya masalah gizi ganda (double burden disease), tetapi begitu juga dengan gaya hidup. Depkes (2002) menjelaskan bahwa gaya hidup sehat mencangkup antara lain perilaku tidak merokok, mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, dan aktivitas fisik yang teratur. Riskesdas (2013) juga menyatakan bahwa proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%), kemudian kategori perilaku aktivitas fisik terdapat kecenderungan semakin bertambahnya umur semakin menurunnya aktivitas fisik dan menunjukkan proporsi perilaku sedentari (santai) enam jam lebih banyak pada perempuan, sedangkan untuk konsumsi sayur dan buah menemukan bahwa tidak ada perbedaan hasil Riskesdas 2007 dengan 2013, yaitu masih kurangnya konsumsi sayur dan buah. Provinsi DI Yogyakarta merupakan termasuk lima provinsi dengan proporsi penduduk 10 tahun dengan makanan tertentu, yaitu konsumsi makanan/minuman manis yaitu 69,2% dan perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan yaitu 50,7%. Data tersebut memperkuat bahwa perlunya pengamatan terhadap gaya hidup mahasiswa, hal ini digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat seberapa jauh PGS diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hidayat (1997 dalam Indrawagita, 2009) mengatakan bahwa mahasiswa merupakan usia muda dewasa yang mempunyai faktor gizi yang berperan dalam meningkatnya ketahanan fisik dan produktivitas kerja, unsur gizi merupakan faktor kualitas sumber daya manusia pokok, gizi tidak hanya
4 4 sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas kecerdasaan intelektual bagi manusia. Masa dewasa muda dimulai sekitar usia 18 sampai 22 tahun dan berakhir pada usia 35 tahun sampai 40 tahun (Lemme, 1995). Pemenuhan gizi seimbang bukanlah hal yang mudah bagi mahasiswa, karena kesibukan dengan berbagai tugas dan kegiatan. Padahal kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan membuat orang lebih perhatian dan kemampuan untuk belajar lebih mudah (Gillepsie, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus memperhatikan pola makan dari aspek jenis makanan yang di konsumsi (Hardinsyah & Briawan, 2005). Pesan PGS 2014 termasuk salah satu peran aktif untuk mengatasi masalah gizi, sehingga diperlukan pengujian terhadap pesan PGS Penelitian ini diujikan kepada mahasiswa yang masih menjalankan pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain itu, peneliti juga mengamati keterbacaan pesan atau pemahaman pesan serta kemampuan persuasi pesan PGS Penelitian ini juga ingin melihat perbandingan dari kedua kelompok kluster yang diharapkan untuk kluster kesehatan lebih memahami dan mengerti pesan PGS 2014, sehingga diperlukan pengujian pesan PGS 2014 ini kepada mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Peneliti mengamati keterbacaan pesan atau pemahaman pesan dan kemampuan persuasi pesan PGS 2014 agar dapat melihat kekuatan dari pesan PGS dalam mempengaruhi sikap seseorang. Sikap pada dasarnya melalui pengamatan yang kemudian diidentifikasi, sehingga dapat diinternalisasikan pada diri seseorang. Perubahan sikap akan tergantung
5 5 pada sejauh mana komunikasi atau informasi pesan tersebut diperhatikan, dipahami dan diterima oleh individu (Liliweri, 2007). Upaya promosi kesehatan harus memperhitungkan karakteristik pesan yang disampaikan kepada subjek. Pesan yang disampaikan harus memperhitungkan gaya, isi, maupun teknik penyampaian (Gold et al., 2010). Selain itu, teori Persuasive Communication dari McGuire (dalam Simon-Morton et al., 1995) menjelaskan bahwa perubahan sikap itu dipengaruhi oleh komunikasi persuasif yang dapat melayani berbagai tujuan serta menciptakan kesadaran dalam proses pembentukan sikap. Keberhasilan komunikasi persuasif tidak hanya dipahami oleh target populasi, tetapi juga di yakini dan sebagai motivasi. Pedoman Gizi Seimbang adalah bagian dari acuan masyarakat terhadap gizi, sehingga hal ini merupakan suatu upaya dalam peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan harapan untuk mengubah perilaku gizi tidak seimbang di masyarakat. Sehingga, perlunya uji efektifitas Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 kepada masyarakat melalui mahasiswa S1 Universitas Gadjah Mada. Dalam penelitian ini, asumsi penelitian sesuai dengan pendapat Khomsan (2000), yang menyatakan bahwa memiliki pengetahuan gizi yang baik tidak berarti bahwa seseorang akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Teori ini memperkuat pendapat peneliti bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi mungkin saja mempunyai pola makan yang tidak sesuai dengan PGS, jika pengetahuan tersebut tidak dilandasi dengan sikap ataupun keinginan dan motivasi yang kuat memenuhi kebutuhan gizi.
6 6 Pengetahuan-pengetahuan tersebut selanjutnya akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini penting diujikan untuk melihat hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana persepsi mahasiswa terhadap pesan PGS B. Rumusan Masalah Dari uraian tersebut di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara mahasiswa kluster kesehatan dan non kesehatan dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta b. Mengetahui hubungan antara mahasiswa kluster kesehatan dan non kesehatan dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi
7 7 seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta c. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta d. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta e. Mengetahui hubungan antara uang saku mahasiswa dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta f. Mengetahui hubungan antara uang saku mahasiswa dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta g. Mengetahui hubungan antara gaya hidup mahasiswa dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta h. Mengetahui hubungan antara gaya hidup mahasiswa dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta i. Mengetahui hubungan pengetahuan Pedoman Gizi Seimbang dengan keterbacaan pesan pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
8 8 j. Mengetahui hubungan pengetahuan Pedoman Gizi Seimbang dengan kemampuan persuasi pesan pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai besarnya pemahaman tentang 10 pesan gizi seimbang (PGS) pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Bagi mahasiswa Memberikan dampak dan pengaruh kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa mempunyai pemahaman tentang 10 Pesan Gizi Seimbang (PGS), dan Tumpeng Gizi Seimbang, agar dapat mengaplikasi pesan ini di kehidupannya dengan mengonsumsi gizi seimbang. 3. Bagi Institusi Memberikan informasi kaitannya dengan keterbacaan dan daya persuasi 10 pesan seimbang (PGS), sehingga dapat mempertimbangkan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang lebih baik. E. Keaslian Penelitian Penelitian lainnya yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini antara lain adalah: 1. Afriansyah dkk, (2003) melakukan penelitian berjudul Pengembangan Pesan-Pesan Gizi Seimbang dalam PUGS yang Lebih Praktis Digunakan Petugas Gizi Lapangan. Penelitian tersebut bertujuan memodifikasi pesan pesan dasar gizi seimbang dalam PUGS menjadi pesan pesan
9 9 dasar gizi yang lebih tepat dan praktis digunakan petugas gizi puskesmas sebagai pedoman edukasi atau penyuluhan gizi masyarakat. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut, yakni capacity building (proses kegiatan pendampingan) yang melibatkan petugas gizi puskesmas agar timbul proses belajar untuk mengembangkan pesan pesan gizi seimbang tersebut lebih tepat dan praktis. Analisis data presepsi partisipan terhadap pesan pesan gizi dianalisis secara deskriptif. Petugas gizi sebagai partisipan ini ada delapan orang profesional gizi yang mewakili lembaga pendidikan, penelitian, program gizi yang dikumpulkan dalam satu forum curah pendapat untuk menggali persepsi dan pemahaman serta memperoleh kesepakatan tentang pesan pesan dasar gizi seimbang dalam PUGS. Lokasi penelitian tersebut berada di Medan karena kota ini memiliki pravelensi gizi lebih yang tinggi di samping memiliki pravelensi gizi kurang, khususnya anemia bumil dan kurang energi protein (KEP) yang juga tinggi. Penelitian tersebut dengan penelitian ini dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah meneliti PUGS dan melihat pemahaman dari pesan PUGS tersebut hanya saja pada penelitian tersebut menguji 13 PUGS sedangkan peneliti menguji pesan PGS yang terbaru. Perbedaannya adalah penelitian tersebut menggunakan focus group discussion (FGD), yaitu curah pendapat, sedangkan pada penelitian ini tidak menerapkan FGD, yaitu cross sectional study, sasaran pada penelitian tersebut adalah petugas puskesmas, sedangkan pada penelitian ini sasarannya adalah dewasa muda (mahasiswa), kemudian
10 10 tidak hanya menguji pemahaman saja tetapi juga menguji kemampuan persuasi pesan pada PGS yang terbaru. 2. Afianti (2008) melakukan penelitian berjudul Perilaku Gizi Mahasiswa Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan pesan PUGS. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana mahasiswa bidang gizi telah menerapkan pesan pesan PUGS dalam kehidupannya seharihari serta penelitian ini terfokus pada pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa bidang gizi tentang pesan pesan PUGS. Disain penelitian tersebut adalah cross sectional study. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis yang ingin diteliti adalah PUGS hanya saja pada penelitian ini menguji 13 PUGS dan penelitian yang akan diteliti PGS 2014, dan subjek yang diteliti mahasiswa, metode sama yaitu cross sectional study, sedangkan perbedaanya adalah subjek yang diteliti tidak hanya mahasiswa gizi tetapi mahasiswa selain gizi, yaitu meneliti dari kluster selain gizi, dan penelitian ini cenderung melihat perilaku gizi, sedangkan penelitian ini adalah menguji keterbacaan pesan atau pemahaman pesan mahasiswa serta daya persuasi dari pesan PGS 2014.
BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat tahun 2013 menyebutkan, pada saat ini Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu, kekurangan gizi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan individu baik pria atau wanita yang berada pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa remaja akan mempengaruhi status
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit degeneratif di Indonesia seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan stroke menunjukkan peningkatan insiden (Riskesdas, 2013). Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di mana ketika masalah gizi kurang masih belum dapat teratasi, masalah gizi lebih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di kota besar membawa perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa pula pada perubahan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan mempunyai makna mengonsumsi empat kelompok makanan setiap hari dapat memenuhi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu Indonesia telah memiliki Slogan Gizi yang disebut 4 Sehat 5 Sempurna. Susunan empat kata ini telah teruji selama puluhan tahun mudah diungkap, mudah dipahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi kurang dan gizi lebih. Tahun 2013, masalah gizi ganda Indonesia pada dewasa diatas 18 tahun 13,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada
Lebih terperinciGAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU
Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi balita yang dihadapi Indonesia saat ini merupakan masalah gizi ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada balita
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. produktif, gizi dan kesehatan mempunyai andil yang sangat besar. UU Kesehatan No. 36
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar pembangunan bangsa sehingga dalam membentuk manusia yang sehat, cerdas dan produktif, gizi dan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi pada balita dan anak terutama pada anak pra sekolah di Indonesia merupakan masalah ganda, yaitu masih ditemukannya masalah gizi kurang dan gizi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjaga dari penyakit kronik, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah nutrisi utama pada remaja adalah malnutrisi. Masalah nutrisi berkaitan dengan perilaku makan dan gaya hidup yang salah (IDAI, 2013). Hal tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak usia sekolah dasar merupakan masa pertumbuhan yang baik sebagai awal perkembangan prestasi dan aset bangsa yang sangat berharga untuk pembangunan bangsa di masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Konsumsi makanan jajanan anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, perkembangan dunia semakin cepat dan pesat. Tidak terkecuali masalah gizi yang terjadi di masyarakat. Masalah gizi bukan lagi terpaku pada gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus dibeberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara tersebut. Peningkatan pendapatan dan perubahan gaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak dengan status gizi lebih merupakan salah satu tantangan paling serius dalam bidang kesehatan masyarakat di abad 21. Hal ini merupakan masalah global yang prevalensinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi pola makan. Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda, dimana masalah penyakit menular dan gizi kurang yang belum teratasi, kini bertambah dengan adanya peningkatan penyakit
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ( Dedeh,2010). Masa remaja. buruk serta kurangnya pengetahuan gizi ( Benun dan Ani,2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tidak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan tubuh, sedangkan kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek) yang kini berlangsung amat cepat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi, dan karies gigi. Kekurangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang meliputi seluruh aspek kehidupan dari berbangsa dan bernegara. Manusia sebagai modal dari pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa pertumbuhan, baik secara fisik, yang ditandai dengan berkembangnya jaringan jaringan dan organ tubuh yang membuatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masalah gizi di Indonesia saat ini semakin kompleks. Masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia adalah masalah gizi ganda yaitu keadaan balita yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi kurang yang ada di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Saat ini Indonesia telah dihadapkan dengan masalah gizi baru yaitu masalah gizi lebih.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan yang ada disekitarnya, khususnya pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi ganda merupakan keadaan suatu populasi yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi ganda merupakan keadaan suatu populasi yang memiliki masalah gizi kurang (undernutrition) dan masalah gizi lebih (overnutrition) pada saat yang bersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki prinsip agar mahasiswa memiliki peran dan perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Gadjah Mada sebagai universitas terkemuka di Indonesia memiliki prinsip agar mahasiswa memiliki peran dan perilaku hidup sehat dalam masyarakat. Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi yang terjadi di negara-negara maju dan berkembang tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih yang manifestasinya berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa kanak-kanak atau yang dikenal sebagai masa prasekolah yaitu anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara
Lebih terperinci