BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Permasalahan Jaringan CORS IPGSN dan BPN
|
|
- Hartanti Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Permasalahan CORS IPGSN dan BPN Dalam perjalanan pembangunan, pengoperasian dan perawatan jaringan CORS di Indonesia agar tetap terjaga baik, teradapat beberapa masalah dan keterbatasan yang dihadapi. Permasalahan dan keterbatasan ini harus diatasi dengan baik agar dapat tercipta sebuah jaringan CORS yang dapat berfungsi optimal. Kualitas jaringan CORS sangat bergantung pada komunikasi data yang baik dan stabil antara CORS dan pusat pengolahan data CORS tersebut. Sebagai contoh jaringan CORS IPGSN yang saat ini dikelola oleh BIG, -nya tersebar diseluruh wilayah Indonesia sementara pusat pengolahan datanya berada di kantor BIG di Cibinong, Jawa Barat. Hal ini mengakibatkan data-data koordinat yang tidak dapat diolah secara berkala, sehingga data-data tersebut hanya dapat dengan melakukan pengolahan secara manual. Pengolahan manual ini tentu saja akan memakan banyak waktu dan tenaga, karena dengan 117 yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, tentu akan sangat banyak data yang masuk ke server data CORS IPGSN tiap waktunya. Oleh karena itu, tidak adanya suatu perangkat lunak yang dapat melakukan manajerial data merupakan permasalahan yang sangat krusial dan permasalahan ini tidak dapat segera terselesaikan karena BIG tidak memiliki anggaran yang cukup besar melakukan pengadaan perangkat lunak ini. Harusnya pada awal pembangunan jaringan IPGSN, BIG lebih berkonsentrasi pada berjalannya sistem CORS IPGSN secara umum dan tidak hanya fokus memperbanyak - CORS IPGSN. Jumlah yang banyak memang penting, akan tetapi lebih baik jika BIG membangun terlebih dahulu sistem jaringan IPGSN yang baik baru kemudian memperluas jaringan IPGSN itu sendiri. Saat ini jaringan CORS IPGSN hanya dapat memiliki perangkat lunak melakukan pengaturan dan pengolahan data 20 pada saat bersamaan. 75
2 Sebagai salah satu pemecahan permasalahan sistem komunikasi data jaringan CORS, maka dengan mempertimbangkan luasnya wilayah Indonesia dan juga Indonesia sebagai negara kepulauan, maka penggunaan komunikasi menggunakan internet dan komunikasi berbasis satelit seperti sistem komunikasi VSAT dan BGAN menjadi alternatif pilihan yang baik. Walaupun begitu, jenis komunikasi tersebut membutuhkan biaya yang besar dan juga jaringan internet di Indonesia yang tidak selalu memberikan koneksi yang baik dan stabil, terutama wilayah diluar Pulau Jawa. Selain permasalahan yang berkaitan dengan sistem komunikasi data pada jaringan CORS IPGSN, jaringan CORS BPN yang menggunakan listrik, padamnya aliran listrik juga menyebabkan CORS yang tidak dapat berfungsi karena UPS (Uninterruptible Power Suply) yang pada CORS BPN hanya dapat bertahan selama 2 jam. Selain itu, terkadang permasalahan berasal dari alat itu sendiri, dimana komponen-komponen hardware pada alat harus dilakukan pengecekan secara berkala dan dilakukan pergantian jika terjadi kerusakan. Untuk dapat membentuk jaringan CORS yang baik, dapat beroperasi penuh, dan juga tahan dalam segala keadaan maka semua CORS, terutama yang berada didaerah terpencil membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang baik dan berkesinambungan. Maka dari itu, tiap membutuhkan sumber power supply, hardware dan software, dan sumber daya manusia melakukan pengecekan dan perawatan dari komponen komponen yang ada di tiap CORS dan kontrol pada akan semakin sulit jika letak CORS berada di luar Pulau Jawa. Pada saat ini, dari 117 CORS IPGSN, sekitar 26 tidak berfungsi atau mati sementara dari 93 CORS BPN, sekitar 20 tidak berfungsi atau mati. Hal ini tentu menjadi catatan BIG dan BPN, dimana - tersebut harus segera diperhatikan atau jika jumlah uang ratusan juta yang dikeluarkan membangun satu tersebut akan terbuang percuma. Berkaitan dengan putusnya data yang masuk ke pusat data, maka perhitungan dari koordinat koordinat CORS IPGSN maupun BPN akan mengalami kesulitan karena data time series yang masuk akan banyak terputus. Hal ini akan 76
3 menyebabkan perhitungan koordinat - CORS tersebut menjadi terhambat. Disamping itu, perhitungan pada sistem referensi koordinat ITRF 2008 belum secara resmi disahkan, dimana hal ini dapat menimbulkan kebingungan mengenai sistem referensi koordinat yang, jika data koordinat tersebut akan oleh user. 4.2 Analisis Perbandingan CORS IPGSN dengan CORS di Beberapa Negara Lainnya di Dunia. CORS IPGSN merupakan jaringan yang secara resmi dimiliki Indonesia dan saat ini dikelola oleh BIG. ini memiliki 117, dimana kebanyakan dari - tersebut berada di Pulau Jawa. CORS IPGSN sendiri jika dibandingkan dengan beberapa jaringan CORS yang ada di dunia maka masih terdapat banyak kekurangan pada berbagai macam aspek-aspek teknis maupun non-teknis. Pada aspek infrastruktur jaringan, secara umum jaringan CORS IPGSN tidak memiliki standar khusus dalam pembangunan dan penempatan - nya. - IPGSN tersebut secara umum hanya mengikuti kaidah pembangunan IGS, walaupun begitu terkadang ditemukan - yang tidak aktif. Jika dilakukan perbandingan dengan jaringan lain, maka seharusnya dilakukan suatu metode penempatan tertentu agar tersebut dapat berfungsi optimal. Persebaran - IPGSN sendiri saat ini memiliki jarak antar sekitar 150 km wilayah diluar Pulau Jawa dan 50 km - di Pulau Jawa. BIG sebagai badan yang memiliki otoritas jaringan CORS IPGSN, harus melakukan banyak perbaikan pada berbagai macam aspek-aspek di jaringan CORS IPGSN. Jika dibandingkan dengan beberapa jaringan lainnya yang tersebar didunia yaitu IGS, EPN, SWEPOS, TUSAGA-Aktif, GEONET, CORSnet-NSW dan MyRTKnet, maka jaringan IPGSN benar-benar membutuhkan perhatian yang lebih agar dapat berfungsi optimal. Perbandingan antara jaringan-jaringan CORS tersebut dapat terlihat pada Tabel 4.1, -jaringan non-profit berskala global seperti IGS dan EPN, dengan melakukan pembangunan sistem yang baik, 77
4 dapat memaksimalkan fungsinya karena memiliki sistem yang baik dan juga dengan mendapatkan bantuan pendanaan dari tiap-tiap anggotannya. Jika melihat pada jaringan pada skala yang lebih kecil, seperti SWEPOS, TUSAGA-Aktif, GEONET, dan CORSnet-NSW, maka jaringan-jaringan tersebut bisa menjadi contoh pada pengembangan jaringan CORS IPGSN, dimana jaringan tersebut dapat membiayai kebutuhannya sendiri dengan menjual layanan penentuan posisi yang ditawarkan dengan kemasan yang baik. BIG sebagai badan yang memiliki otoritas tertinggi seharusnya dapat mengetahui bahwa jaringan CORS memiliki potensi yang sangat besar, yang mana jaringan tersebut bahkan dapat menghasilkan keuntungan jika memiliki sistem yang baik menjalankannya. Sebagai contoh lain, Malaysia membangun jaringan CORS bernama MyRTKnet secara bertahap dengan membangun sebuah sistem yang baik terlebih dahulu agar dapat berfungsi optimal, kemudian memperluas cakupan jaringan tersebut sehingga saat ini dapat beroperasi dengan optimal meskipun belum mencakup seluruh wilayah Malaysia. 78
5 CORS IGS (International GNSS Service) EPN (EUREF Permanent Network) Tahun Berdiri Sistem Referensi Koordinat 1994 ITRF 2008 Pengelola IAG (International Association of Geodesy) 1995 ETRS 89 EUREF Sumber Pendanaan Berasal dari anggota - anggotanya secara sukarela Berasal dari anggota - anggotanya secara sukarela Skala Global benua Eropa Jumlah dan Densitas 368 tersebar diseluruh dunia. 243, beberapa merupakan bagian dari IGS. Jarak antar sangat bervariasi dari 50 km sampai lebih dari 500 km Tipe Memiliki standar tipe sendiri yang sebagai acuan Mengacu pada standar milik IGS dan EPN membagi menjadi tipe A dan B berdasarkan epok pengamatan Positioning Real time tidak semua melayani positionin g real time Sekitar 50% dari keseluruha n EPN melayani aplikasi real time Postprocessing RINEX dan dapat langsung didownload RINEX dan dapat langsung didownload Aplikasi Penggunaan meningkatkan dan menjaga kerangka dasar ITRF, pemantauan deformasi bumi dan ketinggian muka air laut, melakukan pengamatan troposfer dan ionosfer global meningkatkan dan menjaga kerangka dasar ITRF dan ETRF, pemantauan deformasi bumi dan ketinggian muka air laut, melakukan pengamatan cuaca Jasa Tidak dikenakan biaya Tidak dikenakan biaya Tabel 4.1Perbandingan CORS di Indonesia dengan beberapa CORS di negara lain di dunia 79
6 CORS Tahun Berdiri Sistem Referensi Koordinat SWEPOS 1994 SWEREF 99 TUSAGA-Aktif 2006 ITRF 2008 Pengelola Survey Pertanahan Swedia Direktorat Jendral Administrasi Tanah dan Kadaster Turki Sumber Pendanaan Pemerintah Negara Swedia Turkish Scientifik and Technical Research Agency(TUBI TAK) Skala Negara Swedia Negara Turki Jumlah dan Densitas 249,diantara nya 5 IGS dan 7 EPN. Jarak antar kurang dari 35 km. 147 dengan jarak antar antara km Tipe Terbagi menjadi tipe A dan B berdasark an lokasi monumen tasi Terbagi menjadi 3 jenis berdasark an lokasi monumen tasi Positioning Real time seluruh pada jaringan dapat layanan real time positioning diseluruh wilayah negara Swedia seluruh pada jaringan dapat layanan real time positioning diseluruh wilayah negara Turki Post-processing RINEX dan dapat langsung didownload setelah user melakukan registrasi berbayar RINEX dan dapat langsung didownload setelah user melakukan registrasi berbayar Tabel 4.1 Perbandingan CORS di Indonesia dengan beberapa CORS di negara lain di dunia Aplikasi Penggunaan Sebagai jaring kontrol geodetik nasional di Swedia, melakukan pendefinisian dan pemeliharan datum SWEREF99, penentuan posisi menggunakan NRTK dan DGPS Menentukan kecepatan dari titik kontrol geodetik nasional, pemantauan lempeng tektonik Anatolia Utara dan Selatan, penetuan posisi real time menggunakan NRTK dan DGPS Jasa layanan komersil yang sudah berjalan penuh komersil yang sudah berjalan penuh 80
7 CORS Tahun Berdiri Sistem Referensi Koordinat GEONET 1993 ITRF 2008 Postprocessing CORSnet- NSW 2009 GDA94 Pengelola GSI (Geographical Survey Institute) LPI (Land and Property Information) Sumber Pendanaan Pemerintah Jepang LPI (Land and Property Information) Skala Negara Jepang Wilayah New South Wales, Australia Jumlah dan Densitas 1200 dengan jarak antar sekitar 20 km 100 dengan jarak antar 50 km. Tipe Tidak ada pengklasifik asian secara khusus Pembangun an mengikuti suatu panduan yang diperbarui tiap tahun. Positioning Real time seluruh pada jaringan dapat layanan real time positioning di seluruh wilayah jepang seluruh pada jaringan dapat layanan real time positioning di seluruh wilayah NSW. RINEX dan dapat langsung. RINEX dan dapat langsung Aplikasi Penggunaan Aplikasi utama pemantauan deformasi di wilayah jepang. Selain itu sebagai jaring kontrol geodetik dan aplikasi penentuan posisi lainnya seperti surveydan pemetaan. Digunakan aplikasi GNSS seperti seperti pembangunan infrastruktur negara, manajemen aset, manajemen sumber daya alam, sistem transportasi, sektor pertanian dan kegiatan penelitian. Jasa tidak dikenakan biaya aplikasi pemantaua n deformasi. Sementara survey dan pemetaan ada biaya tersendiri. komersil yang sudah berjalan penuh Tabel 4.1 Perbandingan CORS di Indonesia dengan beberapa CORS di negara lain di dunia 81
8 CORS Tahun Berdiri MyRTKnet 2003 IPGSN milik BIG (Indonesia Permanent GPS Static Network) 1996 BPN 2009 Sistem Referensi Koordinat ITRF 200 Epok 200 DGN 95 Epok 2012 DGN 95 Epok 2012 Pengelola Survey dan Pemetaan Malaysia (JUPEM) Informasi Geospasial (BIG) Pertanahan Nasional (BPN) Sumber Pendanaan Pemerintah Malaysia Pemerintah Indonesia Pemerintah Indonesia Skala Negara Malaysia Negara Indonesia Indonesia ( Sebagian besar di Pulau Jawa) Jumlah dan Densitas 78 dengan jarak antar km. 117 termasuk 18 GITEWS dengan jarak antar km wilayah Pulau Jawa 93, dengan 72 di Pulau Jawa dengan jarak antar 30-50km di Pulau Jawa Tipe Tidak ada pengklasif ikasian secara khusus Terbagi menjadi 3 jenis berdasark an lokasi Terbagi menjadi A dan B berdasark an lokasi penempet an. Positioning Real time seluruh pada jaringan dapat layanan real time positioning tetapi layanan tidak mencakup seluruh wilayah Malaysia hanya memiliki lisensi melakukan layanan real time di 4 pada saaat yang bersamaan Seluruh diproyeksikan dapat dalam aplikasi real time meskipun masih tidak seluruhnya berjalan dengan baik. Postprocessing RINEX setelah user melakukan registrasi berbayar RINEX tetapi karena permasalahan infrastruktur tidak semua menyediakan data koordinat tersebut Data RINEX tersedia tetapi tidak seluruh dan layanan masyarakat luas sedang dikembangkan. Tabel 4.1 Perbandingan CORS di Indonesia dengan beberapa CORS di negara lain di dunia Aplikasi Penggunaan survey topografi,pem etaan dan kegiatan navigasi, titik kontrol fotogrametri, survei konstruksi Jaring kontrol geodetik nasional, studi karakteristi bencana alam dan pemantauan deformasi, pemodelan ionosfer dan troposfer di wilayah Indonesia, sebagai bagian dari InaTEWS Jaring kontrol kadaster nasional, pengukuran persil tanah, rekonstruksi persil tanah. Jasa komersil yang sedang dalam tahap pengemba ngan Belum ada manajeme n layanan yang jelas karena kendala teknis dan non-teknis. Hanya kepentinga n BPN dan layanan masyarakat masih buruk 82
9 4.3 Analisis CORS IPGSN dan BPN di Pulau Jawa CORS IPGSN dan BPN lebih banyak tersebar di Pulau Jawa, sehingga perbandingan kualitas antara dua jaringan tersebut dilakukan wilayah Pulau Jawa. Pembangunan - CORS IPGSN dan BPN yang terpusat di Pulau Jawa karena pertimbangan sistem komunikasi yang baik tentu membutuhkan ketersediaan layanan melakukan komunikasi data tersebut dan juga biaya operasional melakukan pemeliharaan pada tiap-tiap tersebut akan lebih murah di Pulau Jawa. Serta Pulau Jawa sebagai kawasan perkembangan ekonomi yang sangat pesat dan juga tempat tinggal kurang lebih 60 juta penduduk Indonesia merupakan pertimbangan lainnya. Jarak antar CORS IPGSN wilayah Pulau Jawa berjumlah sekitar 80 dengan jarak antar km. Sementara jaringan CORS BPN sampai pada bulan April 2012, terdiri dari 70 CORS yang berada di Pulau Jawa. Lokasi - CORS BPN mengutamakan pendekatan pertumbuhan ekonomi sehingga CORS BPN diprioritaskan dibangun di daerah sentra ekonomi pada tiap daerah di tiap propinsi yang umumnya ada di jalur pesisir pantai ataupun di ibukota propinsi [Adiyanto, 2012].. Selain itu, dengan fungsi dari jaringan CORS milik BPN yang kepentingan administrasi tanah dengan menggunakan metode RTK, - CORS tersebut harus memiliki komunikasi data yang stabil supaya tidak terjadi gangguan dari rover ke referensi sehingga saat ini persebaran jaringan CORS BPN masih difokuskan di wilayah Pulau Jawa. Perbedaan utama dalam pengelolaan dan penggunaan jaringan CORS IPGSN dan jaringan CORS BPN adalah sumber daya manusia yang tersedia dan sumber dana yang ada menjalankan kegiatan operasional jaringan CORS tersebut. BIG dengan jaringan CORS IPGSN milik mereka, menggunakan jaringan tersebut kegiatan-kegiatan penelitian, yang mana di Indonesia kegiatan penelitianpenelitian ilmiah cukup sulit mendapatkan bantuan finansial dari pemerintah. Sementara jaringan CORS BPN dengan aplikasi utamanya kepentingan administrasi pertanahan yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas di Indonesia dan juga BPN sendiri memiliki sumber dana yang 83
10 cukup menjalankan operasional jaringan CORS BPN maka kebutuhankebutuhan teknis seperti pengadaan perangkat lunak kepentingan jaringan CORS BPN dapat teratasi. Selain itu, dengan BPN menempatkan - CORS pada kantor pertanahan, hal ini menjadikan kebutuhan sumber daya manusia melakukan kegiatan operasional jaringan CORS teratasi secara tidak langsung. BIG dan BPN terus melakukan koordinasi perihal sinkronisasi jaringan CORS IPGSN dan BPN. Walaupun begitu, kondisi saat ini dari - CORS IPGSN dan BPN yang berada di Pulau Jawa, dapat berada pada jarak yang berdekatan, yaitu dibawah 10 km sehingga nantinya jaringan CORS tersebut akan terlalu rapat di Pulau Jawa. Persebaran - CORS IPGSN dan BPN di Pulau Jawa ditunjukan pada Gambar CORS IPGSN yang saling tumpah tindih dengan CORS BPN terutama yang berada di Pulau Jawa, diakibatkan pada awal pembangunan jaringan CORS, BPN tidak melakukan koordinasi dengan BIG yang telah lebih dahulu membangun jaringan CORS. Walaupun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab jaringan CORS BPN, Bapak Farid Adiyanto, - CORS milik BPN tersebut tidak akan direlokasi karena dapat berfungsi sebagai cadangan jika terjadi permasalahan pada salah satu CORS. Sementara menurut penanggung jawab CORS IPGSN, Bapak Joni Efendi, seharusnya - yang tumpang tindih tersebut dapat direlokasi ke lokasi lain di Indonesia yang belum terdapat CORS. Perbedaan kebijakan tersebut tentu akan menghambat proses sinkronisasi jaringan CORS IPGSN dan BPN. Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan dari masing-masing badan tersebut beserta berbagai macam permasalah teknis jaringan CORS IPGSN dan BPN, menjadi suatu permasalahan yang perlu dicari jalan keluarnya agar dapat tercipta jaringan CORS yang terintegrasi, efisien, dan dapat berfungsi optimal. Permasalahan - CORS yang saling tumpang tindih tersebut dapat diatasi dengan melakukan pemindahan - CORS yang berdekatan ke lokasi baru terutama di luar Pulau Jawa, yang di lokasi tersebut belum terdapat - CORS. Hal ini bisa menjadi solusi yang baik asalkan dapat 84
11 dikoordinasikan dengan baik antara BIG dan BPN. Jika sinkronisasi jaringan CORS ini dapat terlaksana, pengembangan jaringan CORS di Indonesia nantinya dapat lebih cepat dan juga pemanfaatan dari jaringan tersebut akan lebih optimal. Selain itu dengan sinkronisasi kedua jaringan tersebut, nantinya permasalahan keuangan pada sistem CORS IPGSN secara tidak langsung akan lebih teratasi dan juga jaringan IPGSN yang sebelumnya belum dapat dimanfaatkan dengan optimal, akan secara bertahap berkembang menjadi sistem yang lebih baik. 85
12 Gambar 4.1 Peta Persebaran jaringan CORS IPGSN dan BPN di Pulau Jawa 86
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penetuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan suatu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan rute transportasi melintasi sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api dan lainlain.jembatan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat
Lebih terperinciOn The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)
On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 MODUL
Lebih terperinciPENENTUAN POSISI DENGAN GPS
PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Disampaikan Dalam Acara Workshop Geospasial Untuk Guru Oleh Ir.Endang,M.Pd, Widyaiswara BIG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911
Lebih terperinciSTUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS
STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo 3505.100.023 GEOMATIC ENGINEERING ITS CORS (Continuously Operating Reference System) CORS (Continuously
Lebih terperinciSistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan
BAB IV ANALISIS Meskipun belum dimanfaatkan di Indonesia, tetapi di masa mendatang kerangka CORS dapat menjadi suatu teknologi baru yang secara konsep mampu memenuhi kriteria teknologi yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia
BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia Tanah merupakan bagian dari alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia. Hampir seluruh kegiatan manusia dilakukan di atas bidang tanah.
Lebih terperinciBAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH
BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH Keberadaan sistem GPS CORS memberikan banyak manfaat dalam rangka pengukuran bidang tanah terkait dengan pengadaan titik-titik dasar
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan metode terestris dan ekstra-terestris. Penentuan posisi dengan metode terestris dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesar Cimandiri (gambar 1.1) merupakan sesar aktif yang berada di wilayah selatan Jawa Barat, tepatnya berada di Sukabumi selatan. Sesar Cimandiri memanjang dari Pelabuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titik kontrol pada proses pembuatan peta selalu dibutuhkan sebagai acuan referensi, tujuannya agar seluruh objek yang dipetakan tersebut dapat direpresentasikan sesuai
Lebih terperinciMODUL 3 GEODESI SATELIT
MODUL 3 GEODESI SATELIT A. Deskripsi Singkat Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS
PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS (Sigit Irfantono*, L. M. Sabri, ST., MT.**, M. Awaluddin, ST., MT.***) *Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas Diponegoro. **Dosen Pembimbing I Teknik Geodesi Universitas
Lebih terperinciPPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic)
Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic) Syarat Kondisi Keuntungan / Kekurangan PPK Tidak diperlukan Koneksi Data Base secara realtime Diperlukan 1
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI 2.1 Sistem Satelit Navigasi Global
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Sistem Satelit Navigasi Global GNSS (Global Satellite Navigation System) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mencakup seluruh sistem satelit navigasi global yang sudah beroperasi
Lebih terperinciGEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)
Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;
Lebih terperinciGEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)
Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA
BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA 1.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 1.1.1 Lokasi Dalam program latihan akademik (PLA) penelitian dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten subang, yang beralamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. tatanan tektonik yang kompleks. Pada bagian barat Indonesia terdapat subduksi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar yakni lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik yang menjadikan Indonesia memiliki tatanan tektonik
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA IV.1 SOFTWARE BERNESE 5.0 Pengolahan data GPS High Rate dilakukan dengan menggunakan software ilmiah Bernese 5.0. Software Bernese dikembangkan oleh Astronomical Institute University
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau yang lebih dikenal dengan DKI Jakarta atau Jakarta Raya adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta yang terletak di bagian barat laut
Lebih terperinciBAB II SISTEM SATELIT NAVIGASI GPS
BAB II SISTEM SATELIT NAVIGASI GPS Satelit navigasi merupakan sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Satelit dapat memberikan posisi suatu objek di muka bumi dengan akurat dan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang :
Lebih terperinciAKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara
Akurasi Pengukuran Gps Metode RTK-NTRIP...(Safi i dan Aditya) AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara (Accuracy of GPS Measurement Using RTK-NTRIP
Lebih terperinciAnalisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661
A369 Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech I Gede Brawiswa Putra, Mokhamad Nur Cahyadi Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciKERANGKA DASAR KADASTRAL NASIONAL (KDKN)
KERANGKA DASAR KADASTRAL NASIONAL (KDKN) Ir Tris Wandoko Kasubdit Pelaksanaan Pengukuran Dasar ( Plt. Kasubdit Pengelolaan Data Dasar) KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BPN DIREKTORAT PENGUKURAN DAN
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION
SIDANG TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION Yoga Prahara Putra yoga.prahara09@mhs.geodesy.its.ac.id JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1585, 2015 KEMEN-ESDM. Izin Usaha Pertambangan. Mineral. Batubara. Wilayah. Pemasangan Tanda Batas. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Berdasarkan Identifikasi dan Kebutuhan Pengguna Informasi Pasut
BAB 4 ANALISIS Pada bab ini akan dilakukan evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu analisis berdasarkan identifikasi dan kebutuhan pengguna, analisis terhadap basis data serta analisis
Lebih terperinciPERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi menggunakan wahana satelit. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,
Lebih terperinciPengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP
ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP Khomsin 1, G Masthry Candhra Separsa 1 Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Verifikasi TDT Orde 2 BPN dengan Stasiun CORS BPN-RI Kabupaten Grobogan Rizna Trinayana, Bambang Darmo Yuwono, L. M. Sabri *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof
Lebih terperinciAtika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,
ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENENTUAN POSISI DENGAN GPS RTK-NTRIP DENGAN BASE GPS CORS BIG DARI BERBAGAI MACAM MOBILE PROVIDER DIDASARKAN PADA PERGESERAN LINEAR (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari,
Lebih terperinciAnalisa Perubahan Kecepatan Pergeseran Titik Akibat Gempa Menggunakan Data SuGar (Sumatran GPS Array)
Analisa Perubahan Kecepatan Pergeseran Titik Akibat Gempa Menggunakan Data SuGar (n GPS Array) Bima Pramudya Khawiendratama 1), Ira Mutiara Anjasmara 2), dan Meiriska Yusfania 3) Jurusan Teknik Geomatika,
Lebih terperinciJARINGAN CORS DI INDONESIA DAN DI BEBERAPA NEGARA LAINNYA DI DUNIA
BAB 3 JARINGAN CORS DI INDONESIA DAN DI BEBERAPA NEGARA LAINNYA DI DUNIA 3.1 Aplikasi GPS di Indonesia Penggunaan GPS di Indonesia dimulai pada tahun 1989, dimana pada saat itu GPS digunakan untuk kepentingan
Lebih terperinciRENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) KERANGKA DASAR PEMETAAN
RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) KERANGKA DASAR PEMETAAN oleh: TANJUNG NUGROHO PROGRAM STUDI DIPLOMA I PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL 2016 RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER
Lebih terperinciURGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)
URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif
Lebih terperinciBAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS
BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS 2.1 Definisi Gempa Bumi Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran pada kerak bumi yang terjadi akibat pelepasan energi secara tiba-tiba. Gempa bumi, dalam hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini terdiri dari dua sub bab yaitu latar belakang serta tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab tersebut. I.1. Latar Belakang Dinamika
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2016
ANALISIS PENGUKURAN BIDANG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GNSS METODE RTK-NTRIP PADA STASIUN CORS UNDIP, STASIUN CORS BPN KABUPATEN SEMARANG, DAN STASIUN CORS BIG KOTA SEMARANG Rizki Widya Rasyid, Bambang Sudarsono,
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan
BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 3.1 Data yang Digunakan Data GPS yang digunakan dalam kajian kemampuan kinerja perangkat lunak pengolah data GPS ini (LGO 8.1), yaitu merupakan data GPS yang memiliki panjang
Lebih terperinciURUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM
URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM PASANG UNIT PADA TITIK SURVEI DAN COLOKKAN POWER BANK SETTING KONEKSI BLUETOOTH dan KAMERA HP SETTING PILIHAN MODE SURVEI SINGLE MULAI SURVEI Pengaturan dasar KONEKSI
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, baik pulau besar maupun kecil, yang mengandung informasi-informasi geospasial untuk digali dan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
Analisis Ketelitian Pengukuran Baseline Panjang GNSS Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Gamit 10.4 dan Topcon Tools V.7 Maulana Eras Rahadi 1) Moehammad Awaluddin, ST., MT 2) L. M Sabri, ST., MT 3) 1)
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP
ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Metode Real Time Point Precise Positioning (RT-PPP) merupakan teknologi
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip April 2016
ANALISIS PENGOLAHAN DATA GPS MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK RTKLIB Desvandri Gunawan, Bambang Darmo Yuwono, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH
Lebih terperinciBAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA
BAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengamatan Data Salah satu cara dalam memahami gempa bumi Pangandaran 2006 adalah dengan mempelajari deformasi yang mengiringi terjadinya gempa bumi
Lebih terperinci7. SIMPULAN DAN SARAN
7. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Metode analisis kebijakan pemanfaatan ruang pesisir dan laut dengan SPLL, yang dikembangkan dalam penelitian ini telah menjawab hipotesis, bahwa penerapan konsep marine
Lebih terperinciBEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin
BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA Hasanuddin Z. Abidin Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 e-mail : hzabidin@gd.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jembatan merupakan suatu bangunan pendukung sarana lalu lintas yang terletak di atas permukaan air atau di atas permukaan tanah. Jalan dan bangunan pelengkap termasuk
Lebih terperinciGEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)
GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi Location Based Service (LBS) saat ini mulai berkembang semakin beragam. Dimulai dari pengintegrasian Personal Computer (PC) dan Global Positioning
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bab 1 pendahuluan
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satelit-satelit GPS beredar mengelilingi bumi jauh di atas permukaan bumi yaitu pada ketinggian sekitar 20.200 km dimana satelit tersebut berputar mengelilingi bumi
Lebih terperinciGEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)
GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:
Lebih terperinciFauzan Murdapa. Abstrak
ANALISIS TRANSFORMASI KOORDINAT LOKAL KE KOORDINAT NASIONAL TM-3 O PETA PENDAFTARAN TANAH (Studi kasus : Proyek Ajudikasi Swadaya Tanah Eks.HPK di Prop.Lampung) Fauzan Murdapa Abstrak Sesuai dengan Surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tentu belum mengenal betul tentang lokasi Rumah Sakit dan Puskesmas yang ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai daerah yang berada diujung Provinsi Sumatra Barat, Kabupaten Pesisir Selatan menjadi salah satu tempat transmigrasi yang berasal dari pulau jawa, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas gunung api dapat dipelajari dengan pengamatan deformasi. Pemantauan deformasi gunung api dapat digolongkan menjadi tiga kategori berbeda dari aktifitas gunung
Lebih terperinciGPS vs Terestris (1)
untuk KADASTER Dr. Hasanuddin Z. Abidin Kelompok Keilmuan Geodesi Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 E-mail : hzabidin@gd.itb.ac.id vs Terestris (1) Pada survai dengan tidak diperlukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciKL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN
Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 1 PENDAHULUAN Bab PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 1
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP
PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan
Lebih terperinciGLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc
GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc www.pelagis.net 1 Materi Apa itu GPS? Prinsip dasar Penentuan Posisi dengan GPS Penggunaan GPS Sistem GPS Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Sumber Kesalahan
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BAKOSURTANAL 1 PROGRAM SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL Meningkatnya Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Mendukung Pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinci3.1.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kabupaten Subang
BAB III DESKRIPSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUBANG DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 3.1.1 Lokasi Kantor Pertanahan Kabupaten subang beralamat di jalan Mayjen Sutoyo
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si
ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si PENGERTIAN ILMU UKUR WILAYAH (IUW) : Bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012
EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012 JUDUL PENELITI UTAMA ANGGOTA LOKUS KEGIATAN BIDANG FOKUS JENIS INSENTIF PRODUK TARGET INSTANSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPenentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
G199 Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Rainhard S Simatupang 1), Khomsin 2) Jurusan
Lebih terperinciKata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider
Analisa Perbandingan Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS RTK-NTRIP dengan Base GPS CORS Badan Informasi Geospasial (BIG) dari Berbagai Macam Mobile Provider (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari 1) dan
Lebih terperinciPETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM
PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciStudi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill Firman Amanullah dan Khomsin Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Patut dicatat bahwa beberapa faktor yang juga berlaku untuk aplikasi-aplikasi GPS yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ada beberapa hal yang membuat GPS menarik digunakan untuk penentuan posisi. Patut dicatat bahwa beberapa faktor yang juga berlaku untuk aplikasi-aplikasi
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Verifikasi Koordinat Titik Dasar Teknik Orde 3 dengan Pengukuran GNSS Real Time Kinematic Menggunakan Stasiun CORS Geodesi UNDIP di Kota Semarang Arinda Yusi Madena, L. M Sabri, Bambang Darmo Yuwono *)
Lebih terperinciPercepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000
Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000 Untuk mengurangi potensi konflik karena pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan, pemerintah saat ini tengah merancang aturan untuk Percepatan Pelaksanaan
Lebih terperinciStandard Operating Procedures
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL PUS AT STAND ARISASI DAN KELEMBAGAAN INFORMASI GEOSPASIAL Standard Operating Procedures Pembangunan Sirnpul Jaringan Informasi
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciPeran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS Priyadi Kardono Kepala Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam
Lebih terperinciMETODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS
METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS METODE ABSOLUT Metode Point Positioning Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 Pronsip penentuan posisi adalah reseksi dengan jarak ke beberapa satelit secara simultan
Lebih terperinciANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL
ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi dengan magnitude besar yang berpusat di lepas pantai barat propinsi Nangroe Aceh Darussalam kemudian disusul dengan bencana tsunami dahsyat, telah menyadarkan
Lebih terperinciPerlunya peta dasar guna pendaftaran tanah
Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah DISAMPAIKAN OLEH: SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENPASAR, BALI - APRIL
Lebih terperinci