2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tamb
|
|
- Hengki Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.484, 2015 KEMENTAN. Karantina. Hewan. Tumbuhan. Hama Penyakit Hewan. Organisme Pengganggu Tanaman. Tindakan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA PENYAKIT HEWAN KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA Menimbang : a. DI TEMPAT PEMERIKSAAN KARANTINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa pelaksanaan tindakan karantina di tempat pemasukan memerlukan instalasi karantina atau tempat pemeriksaan; b. bahwa dalam rangka penyesuaian tindakan karantina di tempat pemasukan dengan tatalaksana kepelabuhanan, pelaksanaan tindakan karantina dilakukan di Tempat Pemeriksaan Karantina; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur Tindakan Karantina Hewan dan Tumbuhan Terhadap Pemasukan Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina di Tempat Pemeriksaan Karantina, dengan Peraturan Menteri Pertanian;
2 2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara 4661); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4849); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4196); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5070); 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 273); 8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun ; 9. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 339);
3 3 2015, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 8); 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/ OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian; 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan /OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/ OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 7), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/ OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (Berita Negara Tahun 2014 Nomor 428); 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/ OT.140/3/2014 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran (Berita Negara Tahun 2014 Nomor 351); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA PENYAKIT HEWAN KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA DI TEMPAT PEMERIKSAAN KARANTINA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Tindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah Hama dan Penyakit Hewan Karantina dan/atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
4 2015, No Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang selanjutnya disebut sebagai Media Pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit hewan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina. 3. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan media pembawa dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 4. Tempat Pemeriksaan Karantina yang selanjutnya disingkat TPK adalah tempat untuk pelaksanaan tindakan karantina hewan dan tumbuhan yang berada di dalam atau di luar Tempat Penimbunan Sementara. 5. Tempat Pemasukan adalah pelabuhan laut pelabuhan sungai pelabuhan penyeberangan bandar udara kantor pos pos perbatasan dengan negara lain dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan media pembawa hama dan penyakit hewan atau organisme pengganggu tumbuhan. 6. Petugas Karantina Hewan dan Petugas Karantina Tumbuhan selanjutnya disebut Petugas Karantina adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan Undang-Undang. 7. Penanggung Jawab Alat Angkut adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas kedatangan alat angkut. 8. Alat Angkut adalah alat angkutan dan sarana yang dipergunakan untuk mengangkut yang langsung berhubungan dengan media pembawa. 9. Pemilik Media Pembawa yang selanjutnya disebut Pemilik/Kuasanya adalah orang atau badan hukum yang memiliki media pembawa dan atau yang bertanggung jawab atas pemasukan. 10. Indonesia National Single Window yang selanjutnya disebut INSW adalah sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal, pemrosesan data informasi secara tunggal dan sinkron, dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang. 11. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
5 5 2015, No.484 Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan tindakan karantina di TPK. (2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan kepastian pelayanan tindakan karantina di TPK. Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi Persyaratan TPK dan Tindakan Karantina di pelabuhan utama. BAB II PERSYARATAN TPK Pasal 4 (1) TPK di dalam Tempat Penimbunan Sementara yang mempunyai fasilitas dermaga paling kurang harus memiliki: a. area penumpukan peti kemas media pembawa; b. plugging (untuk peti kemas berpendingin); c. ruang administrasi dan kelengkapannya; d. fasilitas sistem teknologi informasi; dan e. fasilitas pemeriksaan fisik media pembawa. (2) TPK di dalam Tempat Penimbunan Sementara yang tidak mempunyai fasilitas dermaga selain harus memiliki sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memiliki: a. ruang laboratorium; b. longroom dan coolroom; c. area perlakuan; dan d. area penahanan. (3) TPK sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepelabuhanan. BAB III TINDAKAN KARANTINA Bagian Kesatu Umum Pasal 5 (1) Media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan tindakan karantina oleh Petugas Karantina di tempat pemasukan.
6 2015, No (2) Tindakan karantina terhadap media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sebelum pemeriksaan kepabeanan. (3) Jika di tempat pemasukan telah ditetapkan TPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 pelaksanaan tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di TPK. Pasal 6 (1) Media pembawa yang tidak dilakukan tindakan karantina di TPK berupa: a. kemasan kayu sebagai pembungkus produk bukan hasil pertanian; b. media pembawa kategori risiko tinggi; atau c. media pembawa dalam bentuk curah di palka kapal (in bulk) atau yang diangkut tidak menggunakan peti kemas. (2) Ketentuan media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Kedua Keterangan Muatan Alat Angkut Pasal 7 (1) Untuk mitigasi risiko Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan/atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) terhadap pemasukan media pembawa dan percepatan tindakan karantina di TPK, diperlukan keterangan muatan alat angkut. (2) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaporkan oleh penanggung jawab alat angkut kepada Petugas Karantina di tempat pemasukan paling lambat 2 (dua) hari sebelum kedatangan alat angkut. Pasal 8 (1) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan dengan menyampaikan keterangan muatan alat angkut secara elektronik pada aplikasi keterangan muatan alat angkut karantina (Quarantine Manifest Information) melalui portal INSW. (2) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi paling kurang: a. nama alat angkut; b. kode Harmonized System (kode HS); c. jenis dan jumlah media pembawa;
7 7 2015, No.484 d. negara asal; dan e. nomor peti kemas. (3) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat sesuai Format-1. Bagian Ketiga Analisis Keterangan Muatan Alat Angkut Pasal 9 (1) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) oleh Petugas Karantina dilakukan analisis risiko untuk menentukan golongan dan kategori media pembawa. (2) Hasil analisis risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai Format-2 dan disampaikan kepada Kepala UPT Karantina Pertanian di tempat pemasukan. (3) Golongan dan kategori media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. dilarang pemasukannya; atau b. kategori risiko rendah, sedang, dan tinggi. Pasal 10 (1) Berdasarkan hasil analisis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), tergolong kategori media pembawa yang dilarang pemasukannya, Petugas Karantina melakukan tindakan penolakan. (2) Tindakan Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada: a. pemilik/kuasanya; b. penanggung jawab alat angkut; dan c. instansi terkait dengan diunggah dalam aplikasi keterangan muatan alat angkut karantina (Quarantine Manifest Information) melalui portal INSW. (3) Dalam hal media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan tindakan penolakan: a. berada di atas alat angkut, dilarang diturunkan dari alat angkut; atau b. telah diturunkan dari alat angkut, segera dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia. (4) Tata cara penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan tumbuhan.
8 2015, No Bagian Keempat Pelaporan dan Penyerahan Pasal 11 (1) Pemilik atau kuasanya wajib melaporkan dan menyerahkan media pembawa kepada Petugas Karantina di tempat pemasukan. (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 2 (dua) hari sebelum kedatangan media pembawa di tempat pemasukan, dengan mengajukan permohonan secara elektronik melalui Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) online. (3) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat media pembawa tiba di tempat pemasukan dengan membuat pernyataan penyerahan media pembawa sesuai Format-3. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan dokumen persyaratan dan keterangan muatan alat angkut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 (1) Petugas Karantina melakukan pemeriksaan kelengkapan, keabsahan, dan kebenaran terhadap dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4). (2) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan dokumen persyaratan lengkap, sah, dan benar, Petugas Karantina melakukan tindakan karantina di TPK. (3) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan dokumen persyaratan tidak lengkap, tidak sah, dan/atau tidak benar, Petugas Karantina melakukan tindakan penahanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan. (4) Apabila setelah jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilik atau kuasanya tidak memenuhi persyaratan, media pembawa dilakukan penolakan. Bagian Kelima Pelaksanaan Tindakan Karantina di TPK Pasal 13 (1) Pengelola TPK yang memiliki fasilitas dermaga harus menempatkan peti kemas yang berisi media pembawa di area penumpukan peti kemas media pembawa.
9 9 2015, No.484 (2) Penempatan peti kemas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mempercepat pelaksanaan Tindakan Karantina. Pasal 14 (1) Tindakan karantina di TPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) berupa: a. Pemeriksaan; b. Perlakuan; c. Penolakan; d. Penahanan; dan/atau e. Pembebasan. (2) Dalam hal peti kemas media pembawa belum berada di TPK, Pengelola TPK segera menempatkan peti kemas di TPK. (3) Penempatan peti kemas oleh pengelola TPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pemindahan Media Pembawa (SPPMP) dari Kepala UPT Karantina Pertanian di tempat pemasukan sesuai Format-4. (4) SPPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi tata cara pemindahan yang diterbitkan berdasarkan manajemen risiko HPHK/OPTK. (5) SPPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditembuskan kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai, Pengelola Terminal Bongkar, dan Pengelola TPK melalui sistem elektronik. (6) Tata cara pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan menggunakan metode pengambilan. (7) Metode pengambilan peti kemas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (8) Format-1 sampai dengan Format-4 tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 15 (1) Pengelola TPK memberitahukan kesiapan peti kemas kepada Petugas Karantina dan Pemilik atau Kuasanya secara online untuk dilakukan tindakan karantina. (2) Kesiapan peti kemas yang sudah diberitahukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 1 (satu) jam terhitung sejak diberitahukan, Petugas Karantina melakukan tindakan karantina.
10 2015, No (3) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemilik atau Kuasanya tidak berada di TPK, Petugas Karantina dapat melakukan tindakan karantina dengan disaksikan oleh pengelola TPK. Pasal 16 (1) Tindakan karantina berupa pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat huruf a dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara dokumen persyaratan dengan fisik media pembawa. (2) Jika hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. tidak sesuai, dilakukan penolakan; atau b. sesuai, dilakukan pemeriksaan kesehatan. (3) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan pada seluruh media pembawa. (4) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan. Pasal 17 (1) Media pembawa yang telah dilakukan tindakan karantina dan memenuhi persyaratan serta bebas HPHK/OPTK dilakukan tindakan pembebasan. (2) Tindakan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan penerbitan sertifikat pelepasan. (3) Sertifikat pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diunggah melalui portal INSW. Bagian Keenam Jangka Waktu Layanan Pasal 18 (1) Jangka waktu layanan (Service Level Arrangement) dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3), sebagai berikut: a. untuk risiko rendah, paling lama 1 x 24 jam; atau b. untuk risiko sedang, paling lama 3 x 24 jam. (2) Jangka waktu layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak petugas karantina melakukan pemeriksaan Media Pembawa di TPK.
11 , No.484 BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, AMRAN SULAIMAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 April 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY
12 2015, No
13 , No.484
14 2015, No
15 , No.484
16 2015, No
17 , No.484
18 2015, No
19 , No.484
20 2015, No
21 , No.484
22 2015, No
23 , No.484
24 2015, No
25 , No.484
26 2015, No
27 , No.484
28 2015, No
29 , No.484
30 2015, No
31 , No.484
32 2015, No
33 , No.484
34 2015, No
35 , No.484
36 2015, No
37 , No.484
38 2015, No
39 , No.484
40 2015, No
41 , No.484
42 2015, No
43 , No.484
44 2015, No
45 , No.484
46 2015, No
47 , No.484
48 2015, No
49 , No.484
50 2015, No
51 , No.484
52 2015, No
53 , No.484
54 2015, No
55 , No.484
56 2015, No
57 , No.484
58 2015, No
59 , No.484
60 2015, No
61 , No.484
62 2015, No
63 , No.484
64 2015, No
65 , No.484
66 2015, No
67 , No.484
68 2015, No
69 , No.484
70 2015, No
71 , No.484
72 2015, No
73 , No.484
74 2015, No
75 , No.484
76 2015, No
77 , No.484
78 2015, No
79 , No.484
80 2015, No
81 , No.484
82 2015, No
83 , No.484
84 2015, No
85 , No.484
86 2015, No
87 , No.484
88 2015, No
89 , No.484
90 2015, No
91 , No.484
92 2015, No
93 , No.484
94 2015, No
95 , No.484
96 2015, No
97 , No.484
98 2015, No
99 , No.484
100 2015, No
101 , No.484
102 2015, No
103 , No.484
104 2015, No
105 , No.484
106 2015, No
107 , No.484
108 2015, No
109 , No.484
110 2015, No
111 , No.484
112 2015, No
113 , No.484
114 2015, No
115 , No.484
116 2015, No
117 , No.484
118 2015, No
119 , No.484
120 2015, No
121 , No.484
122 2015, No
123 , No.484
124 2015, No
125 , No.484
126 2015, No
127 , No.484
128 2015, No
129 , No.484
130 2015, No
131 , No.484
132 2015, No
133 , No.484
134 2015, No
135 , No.484
136 2015, No
137 , No.484
138 2015, No
139 , No.484
140 2015, No
141 , No.484
142 2015, No
143 , No.484
144 2015, No
145 , No.484
146 2015, No
147 , No.484
148 2015, No
149 , No.484
150 2015, No
151 , No.484
152 2015, No
153 , No.484
154 2015, No
155 , No.484
156 2015, No
157 , No.484
158 2015, No
159 , No.484
160 2015, No LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015 METODE PENGAMBILAN SAMPEL MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPTK) Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kategorisasi tingkat risiko media pembawa. Kategorisasi tingkat risiko media pembawa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan tumbuhan. 1. Risiko Rendah (Low Risk/Non Benih/ Golongan C dan D) 1.1. Metode Penentuan kontainer yang disampling; 1.2. Penetapan jumlah kontainer yang disampling berdasarkan manifest 1.3. Kontainer yang disampling ditentukan dengan random sampling sejumlah yang telah ditetapkan sebagaimana pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah kontainer yang disampling untuk media pembawa berisiko rendah. Total Jumlah Kontainer 10 kontainer Jumlah kontainer yang disampling 2 kontainer kontainer 1 dari setiap 5 kontainer (minimal 3 kontainer) *) 26 kontainer 1 setiap 8 kontainer (minimal 6 kontainer) *) *) pembulatan ke atas terhadap jumlah kontainer yang disampling Contoh : Data yang ada pada manipest sejumlah 10 kontainer, selanjutnya 2 kontainer ditetapkan sebagai contoh, maka kontainer yang akan disampling secara random dengan mengacak dan mengambil 2 nomor seri kontainer. Nomor seri kontainer yang teracak dan telah terpilih, dikirim ke lokasi TPFT untuk pemeriksaan detail dan pengambilan sampel media pembawa. Sedangkan kontaier yang tidak diantarkan ke TPFT, dibuka secara umum, bahwa isi kontainer sama dengan isi kontainer yang di bawah.
161 , No Target Pemeriksaan Serangga, gulma, moluska (snail dan slug) Pemeriksaan keberadaan serangga dilakukan di tempat-tempat yang memungkinkan adanya infestasi OPTK sasaran, misalnya pada tersembunyi atau pada lipatan pembungkus Contoh jenis Media Pembawa yang termasuk kategori rendah Jenis media pembawa karantina hewan dan karantina tumbuhan diatur dengan peraturan tersendiri Metode pengambilan sampel dari setiap kontainer sebagai berikut: Sampel dari setiap kontainer diambil dengan metode sampel bertarget (targeted sampling atau selected sampling) atau purposive sampling Metode selected/targeted sampling ini dilakukan berdasarkan ekobiologi OPT/OPTK. Misalnya, pengambilan contoh produk tumbuhan untuk pemeriksaan kesehatan media pembawa OPT/OPTK dengan sasaran OPT/OPTK kelompok cendawan dan bakteri sebaiknya dilakukan pada tempat-tempat yang lembab, seperti di dekat pintu kontainer yang kemungkinan kurang tertutup rapat sehingga sering mengalami kebocoran air. Sementara itu, untuk sasaran OPT/OPTK kelompok serangga, pengambilan contoh sebaiknya dilakukan pada lipatan-lipatan karung, atau di bagian pojok palka/kontainer Jumlah sampel yang diambil untuk pengujian laboratorium dan arsip sampel, dengan batasan tertentu. Contoh untuk biji-bijian ukuran sedang (seperti Kopi, Jagung) tidak lebih dari 5 kg, untuk ukuran kecil seperti ketumbah, lada maka jumlah sampel tidak lebih dari 2 Kg dari total seluruh sampel yang dikumpulkan. Selebihnya sampel dikembalikan kepada pemilik. 2. Risiko Sedang (Medium Risk/Golongan B) Untuk pengambilan sampling kontainer terhadap media pembawa dari golongan risiko sedang dengan jumlah sebagaimana pada Tabel 2.
162 2015, No Tabel 2.Jumlah kontainer yang disampling terhadaap media pembawa berisiko sedang Total jumlah kontainer 10 kontainer Jumlah kontainer yang disampling 2 kontainer kontainer 1 dari setiap 5 kontainer (minimal 3 kontainer yang disampling) *) 26 kontainer 1 setiap 8 kontainer (minimal 6 kontainer yang disampling) *) *) pembulatan ke atas terhadap jumlah kontainer yang disampling Contoh : Data yang ada pada manifest sejumlah 10 kontainer, selanjutnya 2 kontainer ditetapkan sebagai contoh, maka kontainer yang akan disampling secara random dengan mengacak dan mengambil 2 nomor seri kontainer. Nomor seri kontainer yang teracak dan telah terpilih, dikirim ke lokasi TPFT untuk pemeriksaan detail dan pengambilan sampel media pembawa. Sedangkan kontaier yang tidak diantarkan ke TPFT, dibuka secara umum, bahwa isi kontainer sama dengan isi kontainer yang di bawah Target pemeriksaan: Target pemeriksaan terhadap media pembawa dari kontainer yang dilakukan sampling adalah: Cendawan, Nematoda dan Tungau. Sebagaimana diketahui untuk target pemeriksaan ini selain mengarah terhadap adanya gejala pada media pembawa, juga tetap dilakukan sampling terhadap media pembawa yang tidak tampak gejala visual Metode pengambilan sampel dari setiap container Sampel dari setiap kontainer diambil dengan metode sampel bertarget (targeted sampling atau selected sampling) atau purposive sampling Metode selected/targeted sampling ini dilakukan berdasarkan ekobiologi OPT/OPTK. Pengambilan contoh produk tumbuhan untuk pemeriksaan kesehatan media pembawa OPT/OPTK dengan sasaran OPT/OPTK kelompok cendawan, nemaatoda dan tungau sebaiknya dilakukan pada tempat-tempat yang lembab, seperti di dekat pintu kontainer yang kemungkinan kurang tertutup rapat sehingga sering mengalami kebocoran air Selain dari pada itu fokus pemeriksaan pada gejala yang tampak secara visual untuk dilakukan sampling. Untuk media pembawa
163 , No.484 yang tidak memperlihatkan gejala maka dialkukan sampling dari setiap kontainer yang telah ditetapkan, demgan mengeluarkan media pembawa untuk dilakukan sampling secara acak (random). Jumlah sampel uji untuk keperluan laboratorium dan arsip sampel dengan jumlah tertentu sebagaimana diuraikan pada risiko rendah, selebihnya sampel dikembalikan kepada pemilik. 3. Risiko Tinggi (High Risk/Golongan A) Untuk pengambilan sampling kontainer terhadap media pembawa dari golongan risiko tinggi umumnya benih atau bitbit tanaman dengan jumlah sebagaimana pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah kontainer yang disampling pada media pembawa (benih) berisiko tinggi. Total jumlah container 5 kontainer Jumlah kontainer yang disampling Sampel diambil dari setiap container 6-30 kontainer 1 dari setiap 3 kontainer tetapi tidak kurang dari 5 sampel 31kontainer 1 setiap 5 kontainer tetapi tidak kurang dari 10 sampel Contoh: Jika jumlah kontainer yang masuk sebanyak 7 kontainer, maka jumlah kontainer yang dijadikan sampel sebanyak 6. Jika jumlah kontainer yang masuk sebanyak 20 kontainer, maka jumlah kontainer yang diambil sebanyak 7 kontainer Target pemeriksaan Bakteri, virus, phytoplasma, mikoplasma, viroid 3.1. Pengambilan sampel dari setiap kontainer Sampel primer diambil secara acak dari setiap kontainer yang dipilih sebagai sampling Seluruh sampel primer yang diambil dari setiap kontainer dicampur hingga homogen menjadi sampel campuran Sampel campuran dibagi menjadi dua, yaitu sampel arsip dan sampel kiriman Sampel kiriman dibagi menjadi sampel kerja sesuai dengan jumlah target yang akan diuji.
164 2015, No Jumlah (berat) sampel yang akan serahkan ke Laboratorium disesuaikan kepada ukuran benih. Tata alur pengambilan sampel 4. Pengambilan Sampel Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) Pengambilan sampel PSAT dilakukan sebagai berikut: Jumlah kontainer yang disampling Jumlah kontainer per lot 1-10 kontainer Maksimal kontainer 5 kontainer kontainer 7 kontainer kontainer 10 kontainer Jumlah kontainer yang diambil >100 kontainer Akar pangkat dua dari keseluruhan contoh *) khusus untuk pengujian mikrobiologi, jumlah contoh yang diambil digunakan sebagai sampel kerja tanpa dicampur/tidak dikomposit Target pemeriksaan Cemaran residu pestisida, logam berat, mikotoksin, mikrobiologi, formalin.
165 , No Metode Penentuan kontainer yang disampling Penetapan jumlah kontainer yang disampling merujuk pada permohonan yang ada pada manifest Kontainer yang disampling ditentukan dengan random sampling sejumlah yang telah ditetapkan, dengan cara melakukan acak nomor seri kontainer yang akan dijadikan sampling container Kontainer yang dikirimkan ke TPFT hanya nomor-nomor seri kontainer terpilih dari random sampling Pengambilan sampel media pembawa/produk PSAT mengikuti kaedah teknik sampling Kontainer yang tidak terpilih untuk dikirimkan ke TPFT perlu dibuka untuk memastikan bahwa isi kontainer sesuai dengan dokumen bila diperlukan, pekerjaan ini dapat dilakukan di tempat penimbunan kontainer. Hal ini dilakukan dalam rangka tidak terjadi penumpukan antrian kontainer di TPFT. Pengambilan sampel dari setiap container Sampel primer diambil secara acak dari setiap kontainer yang dipilih sebagai sampling Seluruh sampel primer yang diambil dari setiap kontainer dicampur hingga homogen menjadi sampel campuran Sampel campuran dibagi menjadi sampel sekunder Sampel sekunder dibagi menjadi sampel kerja, sampel arsip, dan sampel untuk pemilik. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, AMRAN SULAIMAN
166 2015, No LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015 METODE PENGAMBILAN SAMPEL MEDIA PEMBAWA HAMA PENYAKIT HEWAN KARANTINA (HPHK) Berdasarkan pelaporan pemasukan Media Pembawa HPHK atau Produk Hewan yang dilakukan melalui penyerahan Dokumen Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) dan ditindak lanjuti dengan Penyerahan Media Pembawa (MP) Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) kepada petugas karantina untuk dilakukan Tindakan Karantina Hewan, maka terhadap MP HPHK atau produk hewan tersebut dilakukan pemeriksaan: 1) kesesuaian antara kondisi pengangkutan dan Kemasan terhadap dokumen permohonan dan dokumen persyaratan; 2) Kesesuaian fisik MP terhadap persyaratan Teknis Kesehatan. 1. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara dokumen pengangkutan dan Kemasan terhadap dokumen Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK), antara lain yaitu: 1.1. Pemeriksaan terhadap identitas kontainer (keutuhan segel, nomor identitas kontainer dll), dilakukan untuk semua kontainer dalam kesatuan pengiriman (Consignment); 1.2. Pemeriksaan terhadap kondisi alat pendingin apabila pengangkutan MP/Produk tersebut dipersyaratkan; 1.3. Kesesuaian MP secara Umum (Bentuk kemasan dan identitas), termasuk pemeriksaan apakah pengiriman merupakan pengangkutan dalam container dengan isi yang homogeny atau campuran. 2. PEMERIKSAAN DOKUMEN, KESESUAIAN FISIK DAN DOKUMEN, DAN PEMERIKSAAN FISIK MEDIA PEMBAWA Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran, keabsahan dokumen, kesesuaian antara kondisi fisik MP terhadap dokumen permohonan dan persyaratan serta kesesuaian MP terhadap persyaratan teknis. Dari jumlah kontainer yang dilakukan pemeriksaan pendahuluan, dilakukan pemilihan secara acak (sesuai tabel 1) terhadap beberapa container untuk dilanjutkan pemeriksaan dokumen, kesesuaian fisik dan dokumen persyaratan Penentuan kontainer yang akan diambil untuk pemeriksaan. Jumlah kontainer yang diambil untuk pemeriksaan tersebut sebagaimana tabel 1:
167 , No.484 Total Kontainer Risiko Rendah Risiko Sedang Terhadap kontainer terpilih (random sampling), dilakukan pemeriksaan kemasan MP/produk terkecil. Apabila kontainer pengiriman tidak homogeny maka seluruh kontainer dalam satu pengiriman tersebut diperiksa secara detail Pemeriksaan dilakukan diruangan berpendingin apabila produk dipersyaratkan pengangkutannya dengan pendingin; 2.4. Tata Cara Pemeriksaan Dokumen Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa kelengkapan dokumen. b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara mencermati tanda-tanda khusus yang menandakan keaslian dokumen c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan pejabat yang berwenang. Dokumen karantina dianggap sah apabila: 1) diterbitkan oleh pejabat berwenang; 2) menggunakan kop surat resmi (khusus untuk sertifikat sanitasi dan sertifikat halal bagi media pembawa yang dipersyaratkan); 3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan; 4) dibubuhi stempel; 5) diberi nomor; dan 6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen Tata Cara Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen Pemeriksaan fisik kemasan, dilakukan dengan cara: a. memeriksa keutuhan kemasan, ada tidaknya kebocoran, atau kerusakan dengan melihat tanda-tanda seperti: robek, basah, berlubang dan sebagainya.
168 2015, No b. Pemeriksaan kesesuaian informasi pada label dan dokumen, antara lain: 1) Negara tujuan Indonesia; 2) Tempat produksi (est no) 3) Tanggal pemotongan dan/atau tanggal produksi; 4) Jenis, jumlah, berat dan spesifikasi media pembawa; 5) Nama umum; 6) Nama dagang; 7) Rincian kemasan; 8) Tanggal pengemasan; 9) Nama produsen; 10) Tanda kehalalan bagi yang dipersyaratkan; 11) Tanda khusus(shipping mark); 12) Bahasa yang digunakan pada kemasan/label yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris Pemeriksaan fisik media pembawa: a. dilakukan pemeriksaan secara organoleptik terhadap isi kemasan terkecil untuk mengetahui kesesuaiannya terhadap persyaratan teknis; b. pemeriksaan suhu (untuk media pembawa yang dipersyaratkan); dan c. pemeriksaan terhadap cemaran fisik/benda asing. 3. Pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium 3.1. Ketentuan: a. pengambilan sampel laboratorium dilakukan apabila dalam kondisi tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan Fisik MP/Produk sebagaimana point nomor 2 ditemukan perubahan sifat, rusak, busuk, dan sebagainya sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dan atau sesuai ketentuan persyaratan harus dilakukan uji Laboratorium terlebih dahulu sebelum pembebasan. b. dilakukan secara periodik untuk monitoring status keamanan pangan Penentuan besaran sampel Besaran sampel adalah sesuai tabel 2. dan diambil secara acak sederhana: Jumlah Kontainer untuk kesesuaian fisik dan dokumen Jumlah sampel yang diambil untuk uji laboratorium (kemasan ataupun curah) Volume gr gr
169 , No gr gr MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. AMRAN SULAIMAN
170 2015, No LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015 No. Format Tentang 1. Format-1 Keterangan Muatan Alat Angkut 2. Format-2 Hasil Analisis Keterangan Muatan Alat Angkut 3. Format-3 Pernyataan Penyerahan Media Pembawa Ke Petugas Karantina Untuk Dilakukan Tindakan Karantina Di TPK 4. Format-4 Surat Perintah Pemindahan Media Pembawa (SPPMP) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, AMRAN SULAIMAN
171 , No.484 KETERANGAN MUATAN ALAT ANGKUT Format-1 1. Alat Angkut Kapal Laut Nama Media Pembawa : Jumlah/volume Media Pembawa : Jumlah dan Nomor Kontainer : Ukuran dan Tipe Kontainer : Tanggal dan Jam Kedatangan : Nama alat angkut : Nomor Voyage dan tanggal : Pelabuhan keberangkatan : Tanggal keberangkatan : Negara asal : Pelabuhan Kedatangan : Tanggal Kedatangan : Negara Tujuan : Nama dan alamat pengirim (shipper) Nama dan alamat penerima (consignee) Nam dan alamat pemilik barang (notify address) : : :
172 2015, No KEPALA/KOP SURAT UPT KARANTINA PERTANIAN HASIL ANALISIS KETERANGAN MUATAN ALAT ANGKUT Format-2 Kepada Yth. Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian.. di- TEMPAT. Bersama ini kami sampaikan rekomendasi hasil analisis muatan alat angkut sebagai berikut : I. KETERANGAN MEDIA PEMBAWA HPHK/OPTK 1. Nama MP HPHK/MP OPTK : 2. Negara asal : 3. Negara Transit 4. Tanggal Kedatangan : 5. Jumlah/Volume : 6. Nomor container : II. HASIL ANALISIS 1. Media Pembawa HPHK/OPTK* : Dilarang kewajiban tambahan Tidak dilarang 2. Manajemen Risiko MP : Risiko Rendah (Low Risk) Risiko Sedang (Medium Risk) Risiko Tinggi (High Risk). 3. Metode Deteksi HPHK/OPTK* : Maksimum 1 (satu) hari Maksimum 3 (empat) hari Maksimum 21 (dua puluh
173 , No.484 III. REKOMENDASI satu) hari : Tempat Pemeriksaan (TPK/IKH/IKT)* Tingkat Risiko MP HPHK atau MP OPTK.. Petugas Analis, Salinan disampaikan Kepada : 1. Ka. Bid KH/KT/Ka. Sie KH/KT/Ka. Subsie Yanops; 2. Arsip. * Coret yang tidak perlu Isi salah satu Nama Terang NIP.
174 2015, No Format-3 PERNYATAAN PENYERAHAN MEDIA PEMBAWA KE PETUGAS KARANTINA UNTUK DILAKUKAN TINDAKAN KARANTINA DI TPK Kepada Yth. Petugas Karantina.. di- TEMPAT. Bersama ini kami sampaikan media pembawa karantina untuk dilakukan tindakan karantina sebagai berikut : 1. Nama MP HPHK/MP OPTK : 2. Negara asal : 3. Negara transit : 4. Tanggal Kedatangan : 5. Jumlah/Volume : 6. Jumlah kontainer : 7. Nomor container :..,.. Pemilik/Kuasa Media Pembawa, Tanda tangan disertai materai Nama Terang Salinan disampaikan Kepada : Kepala UPT
175 , No.484 SURAT PERINTAH PEMINDAHAN MEDIA PEMBAWA (SPPMP). Format-4 Kepada: Pemilik/Kuasa Pemilik di- TEMPAT. Sesuai surat permohonan pemeriksaan karantina dari... No...tanggal... dan guna pelaksanaan tindakan karantina diperintahkan untuk melakukan penarikan peti kemas dari Terminal Bongkar ke TPK... dengan data sbb: 1. Jumlah Peti Kemas : 2. Nomor dan Kode Petikemas a b dst : 3. Nama Alat Angkut/Voyage : 4. Agen Pelayaran/Maskapai : 5. Tanggal Tiba : 6. Lokasi Terminal Bongkar : 7. Pemilik : Catatan : Petikemas yang dimaksud sudah ditarik ke TPK...., tgl... Petugas Karantina, Pengelola TPK, (.) Tembusan: 1. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai; 2. Pengelola Terminal Bongkar; 3. Pengelola TPK. (.)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PERMENTAN/KR.020/3/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 12/PERMENTAN/OT.140/3/2015 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN DAN
Lebih terperinci2017, No Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina di Tempat Pemeriksaan Karantina; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.421, 2017 KEMTAN. Tindakan Karantina Hewan dan Tumbuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PERMENTAN/KR.020/3/2017 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciTINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK
SOSIALISASI OPTIMALISASI TINDAKAN KARANTINA SEBELUM RESPON KEPABEANAN DI TEMPAT PEMASUKAN TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN Tanjung Priok, 23 Februari
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/PERMENTAN/KR.100/3/2017 TENTANG TATA CARA TINDAKAN KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA DI PUSAT LOGISTIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN KONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.469, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Karantina Hewan. Sarang Walet. Tindakan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/OT.140/3/2013
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG
MENTERI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET KE DAN DARI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinci2 Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1166, 2014 KEMENTAN. Karantina Hewan. Pemasukan. Pengeluaran. Benih Hewan. Tindakan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104/Permentan/OT.140/8/2014
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 56/Permentan/OT.140/9/2010 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG TlNDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G TINDAKAN KARANTINA UNTUK PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DARI LUAR NEGERI DAN DARI SUATU AREA KE AREA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN HASIL TUMBUHAN HIDUP BERUPA SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.
No.36, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.755, 2017 KEMTAN. Dokumen Karantina Hewan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 7, 2012 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/Permentan/OT.140/12/2011 TENTANG TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA PENYAKIT HEWAN KARANTINA
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
No.148, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinci- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG
- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG TINDAKAN KARANTINA UNTUK PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DARI LUAR NEGERI DAN DARI SUATU
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH SEGAR DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.2030, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Karatina Hewan. Instalasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/KR.100/12/2015 TENTANG INSTALASI KARANTINA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN SAPI INDUKAN, SAPI BAKALAN, DAN SAPI SIAP POTONG KE DALAM WILAYAH NEGARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka importasi
Lebih terperinciINSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2008 TENTANG INSTALASI DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah
Lebih terperinci2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 ayat (2) Peraturan Pem
No.428, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Pemasukan Pengeluaran. Media Pembawa. Hewan. Tumbuhan. Karantina. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/Permentan/OT.140/3/2014
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1218, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Karantina Hewan. Sapi. Indukan. Bakalan. Siap Potong. Tindakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciNOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/5/2006 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/5/2006 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 297/PER-BKIPM/2014 TENTANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN JALAN MEDAN MERDEKA TIMUR NO.16, JAKARTA 10110, KOTAK POS 4130 JKP 10041 TELP. : (021) 3519070 (HUNTING),
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2007 TENTANG KETENTUAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP SEBAGAI BARANG BAWAAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 411/Kpts/TP.120/6/1995 TENTANG PEMASUKAN AGENS HAYATI KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 411/Kpts/TP.120/6/1995 TENTANG PEMASUKAN AGENS HAYATI KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian hama
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2008 TENTANG JENIS, TATA CARA PENERBITAN, DAN FORMAT DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN KEMASAN KAYU KE DALAM
Lebih terperinci2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur
No.788, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Sayuran Umbi Lapis Segar. Pemasukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMENTAN/KR.040/6/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER. 05/MEN/2005 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN UNTUK PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang
Lebih terperinci2017, No b. bahwa dengan mempertimbangkan resiko masuk dan tersebarnya media pembawa penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1370, 2017 KEMTAN. Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Tempat Pemasukan dan Pengeluaran. PERATURAN MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/ /9/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/2013.410/9/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 85/Permentan/PD.410/8/2013 TENTANG PEMASUKAN SAPI
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.1722, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pelayanan Perizinan Pertanian secara Elektronik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/TI.120/11/2017 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2017 KEMTAN. Karantina Tumbuhan. Pengeluaran Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PERMENTAN/KR.020/1/2017
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 07 /BC/2007 TENTANG PEMERIKSAAN FISIK BARANG IMPOR DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Rekomendasi. Impor. Produk. Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/OT.140/1/2012 TENTANG REKOMENDASI
Lebih terperinci*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing
No.318, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Ternak Ruminansia Besar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Pemasukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PERMENTAN/PK.440/2/2017
Lebih terperinciNOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1894, 2015 KEMENKEU. Impor. Barang. Larangan. Pembatasan. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224/PMK.04/2015 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1071, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Impor. Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.540, 2017 KEMENHUB. Pelabuhan Utama Belawan. Pelabuhan Utama Tanjung Priok. Pelabuhan Utama Tanjung Perak. dan Pelabuhan Utama Makassar. Pemindahan Barang yang Melewati
Lebih terperinciMutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
PERATURAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 8/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENGENDALIAN MUTU MUTIARA YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA HEWAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK KE DALAM DAN KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1305, 2015 KEMENDAG. Industri Kehutanan. Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66/M-DAG/PER/8/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.842, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Keamanan Pangan. Pengawasan Pemasukan. Pangan Segar. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1323, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Online. Perizinan. Pertanian. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/Permentan/HK.300/11/2013 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200
No.1119, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Jasa Tindakan Karantina Hewan dan Tumbuhan. PNBP. Tarif. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PERMENTAN/KU.030/8/2017 TENTANG TARIF
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tamb
No.39, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pengeluaran Ruminansia Ternak Kecil dan Babi. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PERMENTAN/PK.230/1/2018 TENTANG PENGELUARAN RUMINANSIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2011 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1542, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pencantuman Label. Barang. Bahasa Indonesia. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/M-DAG/PER/11/2013
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-26/BC/2007 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENGENDALIAN MUTU MUTIARA YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1161, 2014 KEMEN KP. Karantina. Ikan. Instalasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMEN-KP/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 46/PERMEN-KP/2014 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTALASI KARANTINA TUMBUHAN MILIK PERORANGAN ATAU BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.384, 2014 KELAUTAN. KAPAL Wisata. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg
No.501, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Jagung. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/3/20166/M-DAG/PER/2/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/PD.410/1/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/PD.410/1/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 139/Permentan/PD.410/12/2014 TENTANG PEMASUKAN KARKAS, DAGING, DAN/ATAU
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan
No.1429, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Belawan. Tanjung Priuk. Tanjung Perak. Makassar. Long Stay. Pemindahan Barang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1201, 2014 KEMENDAG. Perdagangan. SNI Wajib. Pengawasan. Standarisasi Jasa. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/8/2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 13/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 13/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERSYARATAN DAN PENETAPAN PIHAK LAIN DALAM MEMBANTU PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T
No.1070, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Kelapa Sawit. Crude Palm Oil. Produk Turunannya. Ekspor. Verifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2015
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.39, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Alat Ukur. Perlengkapan. Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG ALAT-ALAT UKUR,
Lebih terperinci