PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh :"

Transkripsi

1 PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO Oleh : Febryana T. Rahayu, Prof.Dr.Enos Taruh, M.Pd*,Nova E.Ntobuo, S.Pd,M.Pd** Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Alamat : Jalam Jendral Sudirman No.6 Kota Gorontalo, KP feni.rahayu@ymail.com ABSTRAK Febryana Trifeny Rahayu Persepsi Guru Geografi Terhadap Penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Prof. Dr.Enos Taruh, M.Pd dan Pembimbing II Nova Ntobuo, S.Pd, M.Pd. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni bagaimanakah persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Se Kota Gorontalo. Selanjutnya, yang menjadi tujuan penelitian ini yakni, untuk mengetahui persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan pembahasan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrument pengamatan yakni teknik angket dan dokumentasi dalam mengumpulkan data. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa : persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo termasuk dalam persepsi positif ( sangat baik ). Hal ini terlihat pada persentase masing masing indikator sebagai berikut : i) Persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo pada indikator pandangan sebesar 89,25%. ii) Persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada indikator perasaan sebesar 87,60%. iii) Persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada kategori perasaan yakni 85,74%. Kata Kunci: Persepsi Guru, Penerapan Pendidikan Karakter.

2 PENDAHULUAN Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia yang bersumber dari agama. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilainilai karakter dasar tersebut. Beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaan-nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerja sama, percaya diri kreatif, kerja keras, pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai serta cinta persatuan. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilainilai karakter yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter, yaitu mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengkaji untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang penelitian sehingga mengangkat formulasi judul sebagai berikut Persepsi Guru Geografi Terhadap Penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Pendidikan karakter perlu diterapkan sejak usia dini agar membentuk karakter anak yang baik. 2. Kemampuan Guru terhadap penerapan pendidikan karakter, sebagai pedoman bagi siswa untuk terbiasa menerapkan perilaku yang memiliki nilai- nilai pendidikan karakter disekolah. 3. Siswa masih kurang menunjukkan perilaku yang tercantum dalam nilai nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kelas. Adapun Rumusan Masalah adalah sebagai berikut : Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Persepsi Guru Geografi Terhadap Penerapan Pendidikan Karakter di SMA Se Kota Gorontalo?. Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3 Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. Adapun manfaat yang diharapkan setelah dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi pengembangan konsep-konsep dalam penelitian selanjutnya, terutama bagi yang mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter. b. Sebagai bahan pertimbangan ilmiah terutama dalam mengkaji persepsi guru terhadap penerapan pendidikan karakter di sekolah-sekolah. c. Untuk meningkatkan penerapan pendidikan karakter disekolah khususnya dalam membentuk karakter siswa d. Dapat menambah wawasan pengetahuan para guru dan warga sekolah tentang pentingnya pendidikan karakter bagi siswa. 2) Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Dapat meningkatkan karakter siswa umumnya dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dan dapat lebih meningkatkan penerapan pendidikan karakter, khususnya dalam lingkungan sekolah dan kelas. b. Bagi penulis Sebagai latihan untuk membentuk sikap ilmiah dalam mengkaji masalah-masalah dalam pendidikan karakter. c. Bermanfaat bagi guru dalam upaya peningkatan pendidikan karakter siswa di sekolah. d. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan khususnya terhadap penerapan pendidikan karakter disekolah sehingga menimbulkan persepsi yang baik. KAJIAN TEORI Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Menurut Ishak (dalam Arifin, 2005: 6) mengemukakan bahwa

4 persepsi dapat diartikan juga sebagai tanggapan, pandangan, perasaan seseorang terhadap sesuatu perkara mengikut pengetahuan yang ada pada orang itu. Menurut Depdiknas (2001:259), persepsi adalah tanggapan atau temuan gambaran langsung dari suatu atau temuan gambaran langsung dari suatu serapan seseora ng dalam mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam pengertian ini jelas, bahwa persepsi adalah kesan gambaran atau tanggapan yang dimiliki seseorang setelah orang tersebut menyerap untuk mengetahui beberapa hal (obyek), melalui panca indera. Pendapat di atas tersebut sejalan dengan kamus besar bahasa indonesia (Balai Pustaka, 2002) yang mendefinisikan bahwa Persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Menurut Leavit (dalam Faradina Triska, 2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi memiliki pengertian dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi diartikan sebagai penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas persepsi diartikan sebagai pandangan, bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sedangkan perasaan menurut Ahmadi dan Widodo (dalam Arifin, 2005: 7) didefinisikan sebagai Fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang, sedih, kuat dan lemah, lama dan sebentar, sebagai pernyataan jiwa Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka persepsi dapat diartikan bahwa, persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, dan pendapat, melalui indera penglihat, pendengar, perasa dan peraba sehingga membentuk tanggapan, pandangan atau perasaan yang ditimbulkan oleh indera individu tersebut yang merasakan sesuatu berdasarkan informasi yang di dapatkan dari lingkungannya. Menurut Lickona (dalam Wibowo, 2012: 32) ia berpendapat bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Menurut Suyanto (dalam Wibowo, 2012: 33) dirinya mengatakan bahwa karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Hal ini sejalan dengan Kemendiknas

5 (dalam Wibowo, 2012: 35) yang menjelaskan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pemerintah Indonesia telah merumuskan kebijakan dalam rangka pembangunan karakter bangsa. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun ditegaskan bahwa karakter merupakan hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa. Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik; 2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif; 3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih; dan 4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Menurut Kemendiknas (2010), nilai-nilai luhur sebagai pondasi karakter bangsa yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia ini, adalah sebagai berikut : 1. Religius, yaitu sikap dan perilaku dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

6 4. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan 5. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta tanah air, yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat / komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya, 16. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alamyang sudah terjadi. 17. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

7 18. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Demi tercapainya pendidikan karakter yang berhasil di sekolah, tidaklah logis jika tuntutan itu hanya dialamatkan pada peserta didik. Tanggung jawab yang seharusnya lebih besar lagi justru terletak di pundak kita, para guru, karena bagaimana pun setiap peserta didik atau siswa yang kita bina akan melihat contoh nyata pelaksanaan karakter yang kita ajarkan tidak lain dari perilaku maupun perkataan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, guru harus menjadi teladan atau pelaku pertama dari karakter yang diajarkan kepada setiap anak didiknya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Se Kota Gorontalo dengan lokasi penelitian yakni 1) SMA Negeri 1 Gorontalo, 2) SMA Negeri 2 Gorontalo, 3) SMA Negeri 3 Gorontalo, dan 4) SMA Negeri 4 Gorontalo. Penentuan lokasi di atas didasarkan bahwa sekolah tersebut telah menerapkan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas, Pabundu (2005: 24). Oleh karena itu, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru geografi sejumlah 9 (sembilan) orang yang berada di SMA Negeri Se Kota Gorontalo. Yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari jumlah populasi (sampel total). Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang terbatas yaitu berjumlah 9 responden yang semuanya adalah guru geografi yang terdapat di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo. Variabel dalam penelitian ini yaitu, persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Se-Kota Gorontalo. Menurut Ishak (dalam Arifin, 2005: 6) mengemukakan bahwa persepsi dapat diartikan juga sebagai tanggapan, pandangan, perasaan seseorang terhadap sesuatu perkara mengikut pengetahuan yang ada pada seseorang itu. Sehingga variabel dalam penelitian ini memiliki indikator persepsi yang disesuaikan dengan pendapat di atas yaitu sebagai berikut. 1. Pandangan adalah pendapat guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo.

8 2. Tanggapan merujuk pada hasil pengamatan tentang penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. 3. Perasaan sebagai peristiwa yang dihayati dengan suka atau tidak sukanya guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan seperangkat status variabel persepsi guru terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu : Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrument berupa angket yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. Yang informasinya dikumpulkan dari guru geografi yang terdapat di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo. Angket yang digunakan merupakan jenis angket tertutup yang terdiri dari 36 item. Teknik dokumentasi yang digunakan untuk mengambil data persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo berupa silabus dan RPP berkarakter mata pelajaran geografi. Terkait dengan penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo Menurut Arikunto (2005: 167) mengatakan bahwa Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang diukur. Tingkat kevalitan suatu angket akan dicapai apabila terdapat kesesuaian antara isi angket dengan indkator-indikator yang telah ditetapkan pada kisi-kisi angket. Reliabilitas suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur apa saja yang akan diukur dan sejauh mana alat pengukuran tersebut dapat membandingkan antara kisikisi angket yang mengandung indikator pencapaian yang digunakan sehingga dapat dipercaya penggunaannya dan reabilitas yang berhubungan dengan kesalahan angket Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, dianalisis menggunakan teknik analisis data statistika deskriptif. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dalam teknik ini adalah proses tabulasi (proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel). Selanjutnya menghitung frekuensi dan persentase total guru geografi berdasarkan persepsi yang diberikan baik dalam setiap item angket maupun dalam setiap indikator persepsi.

9 HASIL PENELITIAN Untuk mendapatkan data tentang persepsi guru terhadap pendidikan karakter di SMA khususnya pada indikator pandangan, maka pernyataan pada angket penelitian ini dibagi menjadi dua yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berdasarkan kedua pernyataan pada angket penelitian ini, maka data hasil penelitian pada indikator pandangan ini dapat digambarkan yakni untuk masing-masing responden total skor maksimal adalah 60. Pada responden 1 jumlah skor yang diperoleh yakni 53 dengan persentase capaian 88,33%, responden 2 diperoleh skor yakni 53 dengan persentase capaian 88,33%, responden 3 diperoleh skor yakni 59 dengan persentase capaian 98,33%, responden 4 diperoleh skor yakni 58 dengan persentase capaian 96,66%, responden 5 diperoleh skor yakni 55 dengan persentase capaian 91,67%, responden 6 diperoleh skor yakni 53 dengan persentase capaian 88,33%, responden 7 diperoleh skor yakni 47 dengan persentase capaian 78,33%, responden 8 diperoleh skor yakni 59 dengan persentase capaian 98,33%, dan responden 9 diperoleh skor yakni 45 dengan persentase capaian 75,00%. Jadi secara umum skor total yang diperoleh dari 9 responden yakni 482, dengan skor maksimal secara keseluruhan yakni 540, sehingga persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo pada indikator pandangan ini yakni 89,25%. Tanggapan merupakan salah satu indikator dari persepsi guru terhadap pendidikan karakter di SMA. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data tentang tanggapan guru terhadap pendidikan karakter di SMA Se- Kota Gorontalo, maka indikator pernyataan yang digunakan pada angket penelitian ini dibagi menjadi dua yakni, pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berdasarkan kedua pernyataan pada angket penelitian ini, maka data hasil penelitian pada indikator ini dapat digambarkan yakni untuk masing-masing responden total skor maksimal adalah 60. Pada responden 1 jumlah skor yang diperoleh yakni 52 dengan persentase capaian 86,66%, responden 2 diperoleh skor yakni 52 dengan persentase capaian 86,66%, responden 3 diperoleh skor yakni 56 dengan persentase capaian 93,33%, responden 4 diperoleh skor yakni 56 dengan persentase capaian 93,33%, responden 5 diperoleh skor yakni 58 dengan persentase capaian 96,67%, responden 6 diperoleh skor yakni 50 dengan persentase capaian 83,33%, responden 7 diperoleh skor yakni 46 dengan persentase capaian 76,66%, responden 8 diperoleh skor yakni 58 dengan persentase

10 capaian 96,67%, dan responden 9 diperoleh skor yakni 45 dengan persentase capaian 75,00%. Jadi secara umum skor total yang diperoleh dari 9 responden pada indikator tanggapan ini yakni 465, dengan skor maksimal secara keseluruhan yakni 540, sehingga persentase capaian persepsi guru geografi terhadap Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada indikator tanggapan ini yakni 87,60%. Perasaan yang dialami oleh guru terhadap penerapan pendidikan karakter merupakan bagian dari persepsi guru geografi terhadap penerapan pendidikan karakter itu sendiri. Untuk mendapatkan data tentang persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada indikator perasaan, maka pernyataan pada angket penelitian ini dibagi menjadi dua yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berdasarkan kedua pernyataan pada angket penelitian ini, maka data hasil penelitian pada indikator perasaan ini dapat digambarkan yakni untuk masing-masing responden total skor maksimal adalah 60. Pada responden 1 jumlah skor yang diperoleh yakni 51 dengan persentase capaian 85,00%, responden 2 diperoleh skor yakni 50 dengan persentase capaian 83,33%, responden 3 diperoleh skor yakni 58 dengan persentase capaian 96,66%, responden 4 diperoleh skor yakni 54 dengan persentase capaian 90,00%, responden 5 diperoleh skor yakni 57 dengan persentase capaian 95,00%, responden 6 diperoleh skor yakni 49 dengan persentase capaian 81,66%, responden 7 diperoleh skor yakni 44 dengan persentase capaian 73,33%, responden 8 diperoleh skor yakni 57 dengan persentase capaian 95,00%, dan responden 9 diperoleh skor yakni 43 dengan persentase capaian 71,66%. Jadi secara umum skor total yang diperoleh dari 9 responden pada indikator tanggapan ini yakni 463, dengan skor maksimal secara keseluruhan yakni 540, sehingga persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada indikator perasaan yakni 85,74%. Berdasarkan data hasil penelitian (Lihat 4.3 Hasil Analisis Data) maka dapat diperoleh gambaran kesimpulan melalui tabel berikut :

11 Tabel 9. Data Analisis Persentase Total Persepsi Guru Geografi Terhadap Penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se-Kota Gorontalo Skor Per Indikator Responden Pandangan Tanggapan Perasaan Jumlah Skor Max Jumlah Skor Max % Capaian 89,25 87,60 85,74 87,53 100% Pada tabel di atas menunjukan bahwa jumlah skor maksimal masing-masing indikator persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo yakni 540. Pada indikator pandangan jumlah skor yang diperoleh dari 9 responden yakni 481 dengan persentase capaian yakni 89,74%, untuk indikator tanggapan jumlah skor yang diperoleh dari 9 responden yakni 465 dengan persentase capaian yakni 86,11%, dan untuk indikator perasaan jumlah skor yang diperoleh dari 9 responden yakni 464 dengan persentase capaian yakni 85,92%. Jadi jumlah skor yang diperoleh secara keseluruhan untuk persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo yakni dengan skor masksimal 1.620, sehingga persentase capaian adalah 87,53%. Berdasarkan gambaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo termasuk dalam kategori sangat baik. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka peneliti dapat menarik simpulan bahwa. Persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo termasuk dalam kategori persepsi positif ( sangat baik ). Hal ini terlihat pada persentase masing masing indikator sebagai berikut :

12 Persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo pada indikator pandangan sebesar 89,25%. Persentase capaian persepsi guru geografi terhadap tanggapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada indikator tanggapan sebesar 87,60%. Persentase capaian persepsi guru geografi terhadap penerapan Pendidikan Karakter di SMA Negeri Se- Kota Gorontalo khususnya pada indikator perasaan sebesar 85,74%. Adapun yang menjadi saran bagi pembaca dalam penelitian ini yakni sebagai berikut. 1. Perlu adanya peningkatan penerapan pendidikan karakter di SMA sehingga mampu membentuk karakter yang baik bagi seluruh siswa. 2. Dari pihak kepala sekolah SMA Se-Kota Gorontalo hendaknya memberikan sosialisasi ataupun seminar seminar kepada guru dan siswa mengenai pentingnya penerapan pendidikan karakter bagi siswa baik dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas maupun di lingkungan sekolah agar kedepannya anak didik kita menjadi lebih baik dan berguna bagi bangsa. 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya. Daftar Pustaka Anonim Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Arikunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, Edisi Revisi. Aqib, Zainal Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung : Yrama Widya. Arifin, Novita Persepsi Guru Terhadap Masalah-masalah Yang Dihadapi Dalam Proses Pembelajaran Fisika. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Basir, Abdul Penerapan Pendidikan Karakter Disekolah. Jawa Tengah : PGRI Kabupaten Brebes. Pabundu, Tika Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara. Riduwan Dasar dasar Statistika. Bandung : Alfabeta. Rakhmat, Jalaludin Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

13 Slameto Belajar dan Faktor Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Walgito, Bimo Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Wibowo, Agus Pendidikan Karakter. Jakarta : Pustaka Pelajar

14

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTE& Oleh: NUR ROHMAH MUKTIANI, MPd. NIP. 19731006 20011 2 001 Disampaikan dalamsrawung Ilmiah jurusan POR FIK UNY 16 Februari2012 ! GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam pelaksanaannya proses pembelajaran didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal

Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal PERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM MENYIAPKAN TENAGA KEPENDIDIKAN YANG PROFESIONAL DAN BERKARAKTER Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA Listyaningsih Emai: listyaningsih@unesa.ac.id Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Dalam rangka membangun karakter setiap

Lebih terperinci

Tema Lomba: Menyiapkan Generasi Satu Abad Indonesia Merdeka

Tema Lomba: Menyiapkan Generasi Satu Abad Indonesia Merdeka LOGO Tema Lomba: Menyiapkan Generasi Satu Abad Indonesia Merdeka Penilaian Lomba Slogan Skala Nilai 5-10 1. Jika ditemukan ada slogan yang sama, panitia akan memilih slogan pengirim pertama 2. Menandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SDN 2 Pasirtamiang. Hal ini disebabkan, visi sekolah yang menjunjung pendidikan

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 13Fakultas EMAIL FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN Program Studi PRODI MANAJEMEN Pendidikan Kewarganegaraan Kebijakan dan Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa HARTRI PUTRANTO,SE.MM HP : 08161193748

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO

DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO 1. Sukmawati Saleh Mahasiswa Program Studi Fisika 2. Dr. Nawir Sune, M.Si Dosen Universitas Negeri Gorontalo 3. Nova

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

bukan sekedar baju seragam di hari Sabtu! Dodi Nandika

bukan sekedar baju seragam di hari Sabtu! Dodi Nandika Catatan Tentang KEPRAMUKAAN bukan sekedar baju seragam di hari Sabtu! Dodi Nandika Semarang, 26 Maret 2011 1 GERAKAN PRAMUKA MEMILIKI SEJARAH YANG AMAT PANJANG DI TANAH AIR SUDAH MENGAKAR DAN MEMASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tes merupakan sebuah instrumen yang berfungsi sebagai media evaluasi. Tes biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa selama periode tertentu. Tes di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak tahun 1920-an Ki Hajar Dewantara telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah memanusiakan manusia dalam artian menjadikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA Heri Supranoto Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Heri_supranoto@yahoo.com Abstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI. Oleh:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI. Oleh: 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI (Suatu uji coba di SMP N 5 Gorontalo kelas VII C ) Oleh: Helmi suleman. 1 Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd. 2 Nova Elisya Ntobuo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

Oleh: LITA AYU SOFIANA A IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN GOTONG ROYONG (Studi Kasus Pembangunan Jalan di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

P IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

P IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK P - 105 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Endang Listyani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY listy_matuny@yahoo.co.id Abstrak Komitmen nasional tentang

Lebih terperinci

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME I N D O N E S I A Andri Hernandi Ketua Presidium Pusat Periode

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBANGUN PERILAKU PESERTA DIDIK Oleh: NI NYOMAN PADMADEWI Guru Besar Universitas Pendidikan Ganesha Email:padmadewi@pedulisesamaphilanthropicwork.org Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan bangsa didasarkan pada karakter yang harus dimiliki oleh generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki kebiasaan-kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN

NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS VII MTs MUHAMMADIYAH TRUCUK KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Studi Kasus di MTs Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan BAB II LANDASAN TEORI A. Apresiasi Novel 1. Pengertian Apresiasi Novel Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau menghargai (Aminuddin, 1995: 34). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO Siti Maisyaroh, Mujiyem Sapti, Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D (materi pengenalan etika pada mahasiswa baru FISIP 2013)

Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D (materi pengenalan etika pada mahasiswa baru FISIP 2013) Etika pergaulan & Akademis di Kampus Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D (materi pengenalan etika pada mahasiswa baru FISIP 2013) Bagaimana pendapat Anda? 1. Si A ingin menggunakan lift. Ketika lift terbuka,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA Ramtia Darma Putri tyadhuarrma27@gmail.com Universitas PGRI Palembang Erfan Ramadhani erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) Standar Kompetensi Lulusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali)

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter akhir-akhir ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA NILAI INDIKATOR 7 9 10-12 Religius: Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dianutnya, Toleran terhadap pelaksanaan ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. Jurusan Matematika FMIPA UNM Makassar Email : abdul.rahman@unm.ac.id Abstrak: Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR (Studi Kasus Semua Guru Selain Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Colomadu, Kecamatan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL Oleh: MARET ADI PURWANTO 08503244036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Abdul Muiz, M.Pd math.muiz@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK

Abdul Muiz, M.Pd math.muiz@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF Abdul Muiz, M.Pd math.muiz@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK Identitas suatu bangsa dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini ikut menuntut kemajuan dalam segala sektor. Hal ini terlihat dengan adanya persaingan

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI.

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI. 1 2 PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI. Dra. Siti Fatimah, M.Si. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya ABSTRAK Pendidikan budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam Bab

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012) IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA Ayu Khairunnisa, Fakhruddin, Mitri Irianti adzkia.annisa@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Depdiknas, 2010). Adapun berkarakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS V PADA PEMBELAJARAN PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEKARBELA.

ANALISIS KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS V PADA PEMBELAJARAN PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEKARBELA. ANALISIS KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS V PADA PEMBELAJARAN PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEKARBELA Arif Yanuar Musrifin 1 ; Andi Anshari Bausad 2 1,2 Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR SERIBU PENA BAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII KARANGAN PUDJI ISDRIANI TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

DR. CEPI SAFRUDDIN ABDUL JABAR. Disajikan pada Bimbingan Teknis Karakter Bangsa bagi Kepala Sekolah SMK, 27 Maret Hotel Basro - Padang

DR. CEPI SAFRUDDIN ABDUL JABAR. Disajikan pada Bimbingan Teknis Karakter Bangsa bagi Kepala Sekolah SMK, 27 Maret Hotel Basro - Padang DR. CEPI SAFRUDDIN ABDUL JABAR Disajikan pada Bimbingan Teknis Karakter Bangsa bagi Kepala Sekolah SMK, 27 Maret 2012. Hotel Basro - Padang Quinn (Greer, 2001: 210) Upaya untuk mengintegrasikan tujuan,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH

STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH DR. CEPI SAFRUDDIN ABDUL JABAR Disajikan pada Bimbingan Teknis Karakter Bangsa bagi Kepala Sekolah SMK, 28 Maret 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis deskripsi kualitatif dengan tujuan pengkajian dan pendeskripsian permasalahan yang diteliti. Metode ini digunakan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan aspek penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan aspek penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan aspek penting bagi setiap lembaga pendidikan sekolah, yang mempuyai tujuan membentuk bangsa yang teguh, kompetitif, berahlak mulia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Riau E-mail: ahmadeddison@gmail.com

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Moral dalam Sastra Moral dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Mores yang berasal dari suku kata Mos. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak

Lebih terperinci

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN 3.1 Desain/Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu, dengan menggunakan

Lebih terperinci