BAB I PENDAHULUAN. Prioritas kebijakan pembangunan pendidikan ( education development policy ) di
|
|
- Ade Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prioritas kebijakan pembangunan pendidikan ( education development policy ) di Indonesia bergeser dari kebijakan pemerataan ( even distribution policy ) ke kebijakan mutu ( quality policy ). Realisasi kebijakan pemerataan pendidikan, selama rezim orde baru, diarahkan kepada pemberantasan buta huruf dan pembangunan sarana-prasarana sekolah melalui Instruksi Presiden (INPRES). Untuk penambahan fasilitas pendidikan Darmaningtyas (1999:23) memaparkan data, bahwa : Dalam kurun waktu 25 tahun ( ) dibangun gedung SD, gedung SLTP, gedung SMTA dan 40 PTN. Sedangkan kini kebijakan mutu diisyaratkan adanya berbagai gerakan-gerakan mutu, diantaranya pembentukan Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) melalui PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Kemudian pada tingkat satuan sekolah, khususnya SMK, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menetapkan, melalui Keputusan Nomor : 4294/ C5.3/Kep/KU/2009, sebanyak 182 SMK di seluruh Indonesia menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Menteri Pendidikan Nasional pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2009, mengemukakan : Dalam peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif telah dilakukan terhadap semua satuan pendidikan, dengan hasil sebagai berikut pada akhir Sekolah dengan acuan mutu standar pelayanan minimal (SPM), tingkat SD sebanyak (24%), SMP (84,19%), SMA (28,63%), dan SMK (53,19%). Sekolah dengan acuan rintisan sekolah standar nasional (RSSN), dan SMK (30,92%). Sekolah dengan acuan mutu standar nasional (SSN), dan SMK 800 (11,56%). Sekolah dengan acuan mutu rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), SMK 300 (4,33%). 1
2 Landasan formal penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) juga dapat ditemui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Renstra Depdiknas Tahun Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ayat (3) Pasal 50 menyatakan bahwa, pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Demikian pula Ayat (1) Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa : pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi suatu satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan berkelas nasional dan internasional sekaligus. Kualifikasi lulusan yang bertaraf nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU No. 20/2003, dijabarkan dalam PP 19/2005 dan secara rinci dalam Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Sebagaimana Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional , bahwa : penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI) didasari oleh tiga alasan yaitu (1) kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di era global, (2) adanya dasar hukum yang kuat, dan (3) landasan filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Terkait dengan hal tersebut, dalam laporan Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia (1997:6) mengemukakan bahwa : Meningkatnya persaingan global maupun regional yang akan dihadapi Indonesia, membutuhkan tingkat pelatihan keterampilan kejuruan yang memadai dengan materi tentang metode terbaik (best practice) dan berkualitas. Pada akhirnya pelatihan dapat diintegrasikan ke dalam prakarsa untuk meningkatkan mutu proses.mendapatkan sertifikat ISO, sebagai bagian dari pemasaran internasionalnya memerlukan pelatihanpelatihan yang mengintegrasikan perbaikan cara kerja dan kendali mutu. 2
3 Lembaga sekolah melakukan standarisasi manajemen mutu, untuk kemudian mendapatkan pengakuan sertifikat ISO 9001 : 2000 dalam kerangka kebijakan SBI. Dengan memiliki sertifikat itu diharapkan konsumen, lembaga pemakai lulusan dan masyarakat, percaya bahwa sekolah meletakkan kepuasan konsumen sebagai sasaran utamanya. Namun demikian, bagaimanakah proses pendidikan yang bermutu dalam kontek penyelenggaraan SBI dan implementasi ISO itu? Inilah suatu pertanyaan yang singkat dan nampak sederhana, tetapi diperlukan jawaban yang luas dan rumit ( complex ), karena banyak aspek yang terkait, dan banyak variable yang harus diteliti dan dikaji. Edward Sallis (2008:51) mengemukakan bahwa: beberapa kebingungan terhadap pemaknaan mutu biasa muncul karena mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep yang secara bersama-sama absolut dan relatif. Zuhrawaty (2009:1) mengemukakan, bahwa : Berbagai upaya dilakukan oleh organisasi atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan, antara lain, penerapan Sistem Manajemen Mutu yang efektif serta perbaikan yang terus menerus. Program implementasi Sistem Manajemen Mutu dalam kerangka kebijakan SBI tersebut pada dasarnya guna menjawab upaya pencapaian mutu pendidikan yang dimaksud. Namun demikian, menurut pengamatan empiris penulis, dalam implementasi persyaratan-persyaratan yang termaktub pada sistem manajemen mutu, umumnya manajemen lembaga pendidikan (sekolah) dalam hal memahami persyaratan mutu tersebut lebih mengutamakan memahami maksud persyaratan mutu daripada apa yang disyaratkan untuk mutu. Apa yang disyaratkan mutu lebih urgen dalam proses mutu karena dari persepsi inilah muncul indikator-indikator mutu. Dengan demikian, jika pencapaian mutu kurang maka langkah yang jelas dan cepat dilakukan perbaikan. Sedangkan pemahaman tentang maksud persyaratan mutu, manajemen pendidikan hanya baru mendeskripsikan dokumen-dokumen mutu dari penjabaran klausal- 3
4 klausal. Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa kebijakan pemerintah tentang implementasi ISO 9001 : 2000 akan segera diganti dengan ISO 9001 : Sejalan dengan hal tersebut di atas, Edward Sallis memandang pentingnya evaluasi dalam implementasi sistem manajemen mutu pada suatu organisasi. Sallis (2008:236) mengemukakan, bahwa : Sistem mutu selalu membutuhkan rangkaian umpan balik evaluasi adalah elemen kunci dalam perencanaan strategis. Berdasarkan pandangan ini, implementasi sistem manajemen apapun yang terkait dengan pengelolaan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus dikaji (review) untuk mengetahui efektivitasnya. Tanpa pengkajian dan penelitian, sulit diketahui apakah sistem manajemen mutu itu berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Untuk itulah penulis menilai urgen dan strategis meneliti tentang implementasi Sistem Manajemen Mutu. Secara eksplisit judul penelitian ini adalah Evaluasi Terhadap Implementasi Sistem Manajemen Mutu ( Suatu Penelitian Evaluatif Berdasarkan Stake s Countenance Model pada SMK Negeri 1 Kota Cirebon). B. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian Implementasi sistem manajemen mutu yang dijelaskan dalam ISO 9001 : 2000 dan ISO 9001 : 2008 menuntut kecermatan kita, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, audit dan reviu maupun perbaikan. ISO 9001:2000 berisi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh lembaga atau sekolah, namun ia tidak menjelaskan metode untuk menerapkan sistemnya. Oleh karena itu penerapan persyaratan ISO 9001:2000 untuk klausa tertentu pada suatu lembaga dengan lembaga lain yang menerapkan ISO yang sama akan memiliki metode yang berbeda, tetapi kedua lembaga itu memenuhi persyaratan dan dapat disertifikasi. Hal tersebut tentu saja dari kedua lembaga itu akan memiliki kualitas sistem manajemen mutu yang berbeda. 4
5 Kualitas melalui ISO 9001:2000 pada suatu lembaga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : (1) Alasan lembaga menerapkan ISO 9001, apakah karena tuntutan customer, karena keinginan internal, atau hanya mengikuti kecenderungan (trend); dan (2) Pemahaman tentang filosofi dari setiap persyaratan ISO 9001:2000. Lembaga yang sudah menerapkan ISO 9001:2000 masih menunjukkan kinerja secara internal maupun eksternal kurang baik, seperti : kebiasaan terlambat, lulusan kurang berkualitas, dan respon organisasi lambat. Penyebabnya bukan teretak pada persyaratan ISO 9001:2000, tetapi cara menerapkan persyaratan tersebut. Penerapan clause tidak optimal karena terfokus pada pemenuhan persyaratan legal. Rancangan sistem manajemen mutu yang dibuat menjadi birokratis, sistem lembaga semakin terasa birokratis dan memperlambat atau mempersulit pelaksanaan aktivitas itu sendiri, bahkan bisa jadi implementasi ISO adalah beban tambahan yang belum tahu apa manfaat nyatanya. Sejalan dengan uraian tersebut di atas, masalah implementasi di Sekolah yang timbul dapat diidentifikasi : Bagaimanakah proses persiapan pelaksanaan ISO 9001:2000 di sekolah? Bagaimanakah persyaratan dokumentasi dirumuskan oleh sekolah? Bagaimana klausul persaratan ISO 9001:2000 dapat dipahami dan dipenuhi oleh organisasi sekolah? Bagaimanakah tanggung jawab Top Manajemen, Manajemen Sumber Daya, dan realisasi produk terkait dengan jasa pendidikan? Efektifkah metode yang diterapkan dalam sistem manajemen mutu tersebut? Dengan demikian, masalah umumnya adalah apakah konsep ISO 9001:2000 sebagai proses standarisasi mutu pelayanan pendidikan di sekolah dilaksanakan secara baik? Demikian luasnya masalah yang terkait dengan program implementasi ISO tersebut, baik dari sasaran, obyek maupun ruang lingkupnya. Oleh karena itu, penelitian ini 5
6 memfokuskan pada masalah penelitian : Bagaimanakah keterlaksanaan implementasi sistem manajemen mutu di SMK Negeri 1 Kota Cirebon yang sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh klausal-klausal ISO 9001:2000 atau ISO 9001:2008? Selanjutnya, ketika penulis telah menetapkan fokus masalah penelitian sebagaimana tersebut di atas, maka pertanyaan yang muncul adalah bagimana model penelitian yang digunakan. Dalam kaitan pertanyaan tersebut, penulis menggunakan Stake s Countenance Model. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan fokus penelitian maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan. Fungsi pertanyaan penelitian adalah untuk menjelaskan apa yang akan diupayakan dengan penelitian itu ( Alwasilah, 2000 : 131). Rumusan pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keterlaksanaan implementasi sistem manajemen mutu di SMKN 1 Kota Cirebon (aspek observations) terhadap rumusan mutu (aspek intents) yang telah ditetapkan oleh Manajemen ISO 9001:2000, baik pada tahap evaluasi Antecedents, Transactions maupun Outcomes? 2. Bagaimanakah kesesuaian antara rumusan mutu (aspek intents) yang telah ditetapkan oleh Manajemen ISO 9001 :2000 terhadap apa yang disyaratkan oleh klausal-klausal pada ISO tersebut? 3. Bagaimanakah kesesuaian antara aspek intents, aspek observations dan aspek standards dalam program implementasi sistem manajemen mutu di SMKN 1 Kota Cirebon? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah mendeskripsikan tentang keterlaksanaan implementtasi sistem manajemen mutu di SMK Negeri 1 Kota Cirebon. 6
7 Sedangkan tujuan penelitian secara khusus : 1. Mengetahui keterlaksanaan implementasi sistem manajemen mutu di SMKN 1 Kota Cirebon (aspek observations) terhadap rumusan mutu (aspek intents) yang telah ditetapkan oleh Manajemen ISO 9001:2000, baik pada tahap evaluasi Antecedents, Transactions maupun Outcomes. 2. Mengetahui kesesuaian antara rumusan mutu (aspek intents) yang telah ditetapkan oleh Manajemen ISO 9001 :2000 terhadap apa yang disyaratkan oleh klausal-klausal pada ISO tersebut. 3. Mengetahui kesesuaian antara aspek intents, aspek observations dan aspek standards dalam program implementasi sistem manajemen mutu di SMKN 1 Kota Cirebon. E. Indikator Keberhasilan Program Berdasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian, beberapa indikator keberhasilan implementasi sistem manajemen mutu adalah sebagai berikut : 1. Implementasi persyaratan sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam sistem manajemen mutu. 2. Orientasi proses mutu beracuan pada kriteria kepuasan pelanggan (customer). 3. Mampu membuat sistem kerja dalam organisasi sekolah menjadi standar kerja yang terdokumentasi. 4. Meningkatkan semangat kerja guru dan karyawan sekolah karena ada kejelasan kerja sehingga tercapai efesiensi. 5. Dipahaminya berbagai kebijakan dan prosedur operasi yang berlaku di seluruh organisasi sekolah. 6. Meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan pekerjaan. 7
8 7. Termonitornya kualitas pelayanan organisasi terhadap mitra kerja. 8. Menggunakan metode-metode yang efektif dalam rangka memenuhi persyaratanpersyaratan yang termaktub pada sistem manajemen mutu. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidikan kejuruan umumnya, khususnya pada SMKN 1 Kota Cirebon, baik secara teoritis maupun praktis : 1. Secara teoritis, diharapkan berguna sebagai bahan untuk memperjelas konsepsi implementasi ISO 9001:2000 dan ISO 9001 : 2008 di SMK Negeri 1 Kota Cirebon. Kemudian, dapat memberikan kontribusi yang Insya Allah berarti bagi pengembangan hasanah ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan. 2. Secara praktis, dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan informasi kepada pihak: a) Pengambil keputusan terkait dengan penyususnan program pendidikan kejuruan, yaitu; 1) Kepala SMKN 1 Cirebon sebagai penyelenggara program pendidikan di Sekolah. 2) Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon. 3) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Kepala Sub Dinas Pendidikan Kejuruan. 4) Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. 5) Siswa sebagai peserta didik di SMKN 1 Cirebon. 8
9 G. Anggapan Dasar Anggapan dasar atau asumsi merupakan titik pangkal penelitian. Riduwan (2008 : 30) mengemukakan bahwa ; Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran peneliti sendiri. Adapun materinya, asumsi tersebut harus sudah merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya dirumuskan sebagai landasan hipotesis. Bertitik tolak dari masalah penelitian, Arikunto (2002:58) menjelaskan, bahwa ; yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka asumsi merupakan konsep yang beracuan dari masalah penelitian yang selanjutnya berguna sebagai landasan yang kokoh untuk merumuskan hipotesis penelitian. Anggapan dasar atau asumsi penelitian ini dirumuskan sebaga berikut : 1) Sebab-sebab kurang terlaksananya implementasi suatu program, khususnya implementasi sistem manajemen mutu, dapat dianalisis dengan mencermati kesenjangan (gaps) antara rumusan kebijakan mutu yang telah ditetapkan dengan realisasi, apa yang sebenarnya terjadi, baik pada tahap sebelum program dilaksanakan (aspek antecedents), tahap pelaksanaan program (aspek transactions) maupun tahap setelah pelaksanaan program (aspek outcomes). Selanjutnya, rumusan kebijakan mutu tersebut juga harus ditinjau kesenjangannya dengan rumusan standards, dalam hal ini adalah dokumen ISO 9001:2000 atau ISO 9001: ) Menentukan tingkat keterlaksanaan dari program implementasi akan lebih baik jika peneliti menggunakan model evaluasi program menggunakan Stake s Countenance Model. tertentu, dalam kaitan ini penulis 9
10 H. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah sembilangan jawaban tentatif atau sementara terhadap pertanyaan penelitian itu (Alwasilah, 2000 :132). Berdasarkan kajian teoritis, pertanyaan penelitian, nilai signifikansi (α) = 0,05, dan kriteria minimal ketercapaian program implementasi sistem manajemen mutu di SMK Negeri 1 Cirebon sebesar 75 % dari nilai ideal aspek intents atau aspek standards, maka penulis menetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Terdapat ketidaksesuaian yang signifikan antara aspek observations dengan aspek intents pada tahap Antecedents dalam program implementasi sistem manajemen mutu di SMK Negeri 1 Cirebon. Hipotesis statistik Ho : ρ a = ρ o dan Ha : ρ a < ρ o 2. Terdapat ketidaksesuaian yang signifikan antara aspek observations dengan aspek intents pada tahap Transactions dalam program implementasi sistem manajemen mutu di SMK Negeri 1 Cirebon. Hipotesis statistik Ho : ρ t = ρ o dan Ha : ρ t < ρ o 3. Terdapat ketidaksesuaian yang signifikan antara aspek observations dengan aspek intents pada tahap Outcomes dalam program implementasi sistem manajemen mutu di SMK Negeri 1 Cirebon. Hipotesis statistik Ho : ρ oc = ρ o dan Ha : ρ oc < ρ o I. Metode Penelitian Terkait dengan metode penelitian pendidikan, Sugiyono (2008 : 6) mengemukakan, bahwa: Metode Penelitian Pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. 10
11 Metode penelitian juga dipengaruhi oleh paradigma model dan pendekatan penelitian yang dipilih. Selain berperan sebagai rujukan dan sudut pandang, paradigma juga pembatas ruang dan gerak peneliti (Alwasilah, 2008 : 78). Dalam penelitian ini, paradigma penelitian adalah metode penelitian evaluasi. Riduwan (2004:53) mengemukakan, bahwa : Penelitian evaluasi dapat dinyatakan juga sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu membandingkan suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standar program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti menjelaskan fenomena. Metode penelitian evaluasi termasuk penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2008:26) bahwa Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi,... Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stake s Countenance Model. Stake s Countenance model dipilih karena : 1) Adanya kegiatan dasar evaluasi yang jelas, sederhana dan menyeluruh, yang dimulai dari persiapan atau perencanaan, pelaksanaan, hasil hingga penetapan kebijakan perbaikkan program berikutnya. 2) Sesuai untuk mengevaluasi implementasi program. 3) Penilaian dapat dibuat oleh peneliti atau evaluator. Evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi (Tayibnapis, 2000:22). J. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Kota Cirebon. Hal tersebut, karena SMK Negeri 1 Kota Cirebon telah menyiapkan dan melaksanakan program sistem manajemen mutu dan pada tahun 2008 lembaga ini memperoleh Setifikat ISO 9001 : 2000 dari TUV Jakarta. 11
12 2. Populasi dan Sampel Penelitian Terkait dengan tujuan penelitian, populasi penelitian ini adalah guru dan siswa di SMK Negeri 1 Kota Cirebon. Guru sebagai subyek penelitian dimaksudkan untuk memperoleh data penelitian tentang keterlaksanaan program implementasi sistem manajemen mutu pada tiap tahapan evaluasi menurut Stake s Countenance model. Siswa sebagai subyek penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang outcomes dari pelaksanaan sistem manajemen mutu tersebut. Selanjutnya, berdasarkan kodisi populasi penelitian, teknik pengambilan sampel penelitian yaitu proportional stratified random sampling. 12
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di suatu negara, maka tentu saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan. suatu organisasi. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu
1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan suatu organisasi. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling keterkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian ( skill and knowledge ) yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan, Ilmu
Lebih terperinciTESIS. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan. Gelar Magister Manajemen Pendidikan
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN(SMK) NEGERI 6 SURAKARTA (Studi Kasus di SMK Negeri 6 Surakarta Yang Telah Bersertifikat ISO 9001-2000) TESIS Diajukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Melihat latar belakang, tujuan, manfaat, metodologi, dukungan teori dan analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa kesimpulan,
Lebih terperinciPEACE International School. -Sekolah Bertaraf Internasional- BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi
I. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di
Lebih terperinciPROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembelajaran Di SMK Negeri 13 dan SMK Negeri 8 Bandung. Dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini berjudul Studi Komparatif Mutu Layanan Pembelajaran Di SMK Negeri 13 dan SMK Negeri 8 Bandung. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan antara mutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan global memberikan pengaruh besar terhadap sekolah kejuruan dalam mempersiapkan persaingan tenaga kerja. Persaingan tenaga kerja yang sangat ketat,
Lebih terperinciLANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional
LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang
Lebih terperinciDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa, jika mutu pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu yang menjadi indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era persaingan global menuntut pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era persaingan global menuntut pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan yang mampu membawa perubahan dalam berbagai dimensi
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 TERHADAP KINERJA GURU DI SMK NEGERI 1 SEDAYU BANTUL JURNAL SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 TERHADAP KINERJA GURU DI SMK NEGERI 1 SEDAYU BANTUL JURNAL SKRIPSI Oleh : Eko Supriyadi Sumarjo H PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberlangsungan suatu satuan pendidikan tidak dapat lepas dari kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Mutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan dunia industri akan tenaga terampil berkualitas mendorong suatu lembaga pendidikan tidak terkecuali Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai saka utama negara dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah Indonesia guna meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciKEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN
KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN I. Arah Kebijakan 1. Menyediakan pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas yang dapat diakses oleh seluruh anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebabnya adalah karena dari tahun ke tahun lulusan sekolah, khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isue tentang mutu sangat deras berkembang di lingkungan pendidikan pada penghujung abad ke-21 terutama di Indonesia sebagai negara berkembang. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, termasuk satuan pendidikan menengah kejuruan yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, sangat memperhatikan dan terus mengupayakan peningkatan kualitas SDM, yang salah satunya dilakukan melalui jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (sekarang Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan) mulai tahun 2003 mengembangkan program peningkatan mutu pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Dosen pasal 34 ayat 1 mengamanatkan bahwa, pemerintah daerah wajib
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 34 ayat 1 mengamanatkan bahwa, pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyediaan tenaga yang bermutu adalah produk dari proses pendidikan di suatu lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk menghasilkan tenaga terdidik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
Lebih terperinciBab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis
Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Seringkali
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah
76 BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN Manajemen strategik pada prinsipnya adalah suatu proses, di mana informasi masa lalu, masa sekarang dan juga masa mendatang dari suatu kegiatan dan lingkungan mengalir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan
Lebih terperinciOptimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri
Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur untuk mengetahui dan mendapatkan data dengan tujuan tertentu yang menggunakan teori dan konsep yang bersifat empiris, rasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan
Lebih terperinciSeminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia
STRATEGI MEMPERSIAPKAN GURU SMK RSBI Oleh : Astuti Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Kompetensi yang harus dimiliki guru SMK RSBI yaitu kemampuan dalam menguasai kurikulum, membuat/menulis buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami lebih jauh mengenai pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dipandang
Lebih terperinciBAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR
BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 41 LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dalam pengelolaan organisasi sekolah agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, dunia pendidikan dituntut jaminan akan kualitas layanan dan kemampuan dalam pengelolaan organisasi sekolah agar dapat menimbulkan kepercayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan tenaga - tenaga terampil dan cerdas di dalam berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga - tenaga terampil dan cerdas di dalam berbagai bidang sudah merupakan tuntutan dunia global yang tidak dapat di tunda. Di masa persaingan globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah
Lebih terperinciKEPUASAN SISWA TEKNIK PEMESINAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEAHLIAN DI SMK NASIONAL BERBAH SLEMAN. Oleh: Jeffri Setiawan *) dan Edy Purnomo, M.
KEPUASAN SISWA TEKNIK PEMESINAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEAHLIAN DI SMK NASIONAL BERBAH SLEMAN Oleh: Jeffri Setiawan *) dan Edy Purnomo, M. Pd **) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagaimana disebutkan dalam Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berstandar Nasional Dan Internasional Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Era globalisasi ditandai dengan kuatnya persaingan di bidang teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan penguasaan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum pendidikan merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan demi perbaikan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa. Kurikulum dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudjahardjo, 2008: 56). Dalam arti sederhana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Namun dalam kenyataanya, untuk menghasilkan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dari masa ke masa. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum 1947 yang disebut Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum 1952 yang disebut sebagai Rencana Pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah adalah bagian dari kegiatan manajemen pendidikan yang sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENERIMAAN SISWA BARU BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 Studi Situs SMK 1 Blora Tahun 2010 TESIS
PENGELOLAAN PENERIMAAN SISWA BARU BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2008 Studi Situs SMK 1 Blora Tahun 2010 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Megister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda dunia membawa berbagai konsekuensi logis bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi yang melanda dunia membawa berbagai konsekuensi logis bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Aspek politik, sosial, budaya dan ekonomi menjadi
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG
Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia menuju ke kehidupan yang lebih baik. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan sumberdaya manusia dipersiapkan untuk memiliki kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. Oleh Nuryadin Bambang Sutjiroso
EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM, PROSES PEMBELAJARAN, SARANA DAN PRASARANA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIOAL (RSBI) BIDANG KEAHLIAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON DI SMK N 2 KEBUMEN JURNAL SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. menengah.
KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai metode penelitian,
III. METODE PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai metode penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel penelitian. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DENGAN AKREDITASI SEKOLAH
ANALISIS PERBANDINGAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DENGAN AKREDITASI SEKOLAH AINUN FARIDA LPMP Sulawesi Selatan ainun_farida@yahoo.com Hal. 1 ABSTRAK Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk melindungi
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERGURUAN TINGGI DENGAN PROGRAM STUDI BERAKREDITASI A DAN BERAKREDITASI B
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERGURUAN TINGGI DENGAN PROGRAM STUDI BERAKREDITASI A DAN BERAKREDITASI B (Kasus Pada FKIP Jurusan PKN dan Fakultas Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang.
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan mendasar bagi setiap orang tak terkecuali masyarakat Indonesia, karena pendidikan membantu orang memiliki kerangka berpikir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, Human Development Index (HDI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan sebuah tolak ukur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan jaman yang semakin maju dibidang ilmu maupun teknologi akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciKEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA
KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA Prof. Suyanto, Ph.D Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan Pembangunan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu merupakan kebutuhan utama setiap orang, setiap institusi bahkan setiap negara sehingga muncul slogan Quality is everybody business, dimana usaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di Indonesia, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sangatlah penting bagi semua orang. Bekal pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu akan bermanfaat dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan khususnya di Indonesia, selalu mengalami penyempurnaan yang pada dasarnya menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju globalisasi yang berkembang semakin cepat ini menuntut kebutuhan manusia menjadi semakin beragam dan kompleks sifatnya. Berbagai hal sebisa mungkin tersaji dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan yang ada di indonesia merupakan suplemen yang utama dalam perubahan dunia yang penuh dengan perkembangan teknologi. Maka dalam hal ini menurut Nelson
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, sudah banyak perusahaan atau lembaga-lembaga
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling ketergantungan antara semua sub-sistem
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan yang cepat pada setiap organisasi seperti halnya dalam penguasaan teknologi baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di perusahaan tempat penulis bekerja yaitu di Lembaga Pendidikan Primagama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratis serta bertanggung jawab. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di segala bidang. Hal ini juga berdampak pada kondisi lingkungan bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang terus berkembang dengan pesat telah menyebabkan perubahan di segala bidang. Hal ini juga berdampak pada kondisi lingkungan bisnis
Lebih terperinci