Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :
|
|
- Doddy Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS NALUMSARI (STUDI KASUS DI DESA TUNGGUL PANDEAN, DESA BLIMBINGREJO DAN DESA PRINGTULIS) Ummi Haniek 1., Devi Rosita 2 Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah akbid.alhikmah@gmail.com Abstract ISPA merupakan penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak yang diakibatkan oleh infeksi saluran respiratorik, insidens ISPA di negara berkembang 15%-20% pertahun pada golongan usia balita dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya ISPA pada balita di Puskesmas Nalumsari (Studi kasus di Desa Tunggul Pandean, Desa Blimbingrejo dan Desa Pringtulis) berdasarkan faktor umur, jenis kelamin, status gizi dan lingkungan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survei. Populasi dan sampel dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita yang mengalami ISPA sebanyak 35 responden dengan teknik total sampling. Jenis data primer hasil dari kuesioner langsung kepada ibu yang memiliki balita yang mengalami ISPA kemudian diolah secara editing, coding, tabulating data, entry dan dianalisa secara univariat dengan distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil balita yang mengalami ISPA mayoritas berumur dan rata-rata umur balita yang mengalami ISPA yaitu 30, mayoritas berjenis kelamin perempuan, mayoritas memiliki status gizi baik, semua responden memiliki rumah denga jenis lantai keramik, mayoritas orang tua balita yang mengalami ISPA mempunyai kebiasaan merokok dan mayoritas responden menggunakan bahan bakar jenis gas untuk memasak. Disimpulkan bahwa penyebab terjadinya ISPA pada balita meliputi faktor umur, jenis kelamin, status gizi, dan lingkungan. Diharapkan pada ibu-ibu yang memiliki anak berumur yang berjenis kelamin perempuan agar lebih aktif untuk memeriksakan kesehatannya. Kata Kunci : ISPA, Umur Balita, Jenis Kelamin, Status Gizi, Lingkungan PENDAHULUAN HIKMAH 48
2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) (Kementrian Kesehatan RI, 2011;h.1). World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun. Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Jurnal Kebidanan, 2012). Pengendalian ISPA telah dikembangkan sejak tahun 1984 namun hingga saat ini penyakit ISPA masih merupakan masalah kesehatan karena pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama balita di dunia dan nomor dua di Indonesia tetapi masih sedikit perhatian terhadap upaya pengendalian di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2011;h. 31). ISPA merupakan penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak yang diakibatkan oleh infeksi saluran respiratorik, yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan respiratorik mereka, karena penyakit-penyakit saluran pernapasan pada bayi dan anak-anak mempunyai kemungkinan menyebabkan kecacatan pada masa dewasa (Hartono, dkk, 2012). Kesehatan respiratorika ini akan menuntun mereka pada perkembangan yang optimal bersama-sama dengan sistem imun bayi dan anak-anak. "Rentannya anak adalah karena kekebalan tubuhnya belum begitu sempurna layaknya orang dewasa, terlebih lagi pada anak yang memiliki riwayat ISPA pada keluarganya (Hartono, dkk, 2012). Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 terakhir. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga HIKMAH 49
3 merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%) (Riskesdas, 2013;h.65). Pada konferensi internasional salah satu contohnya Negara Canberra, Australia yang merupakan negara yang maju sampai sekarang tetap ada, buktinya 4 juta balita meninggal dunia tiap tahun akibat ISPA dan biasanya dipicu oleh virus. Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu antara lain: umur, jenis kelamin, keadaan gizi, kekebalan, lingkungan, imunisasi yang tidak lengkap dan pemberian ASI ekslusif yang tidak sesuai. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA adalah faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri dari ventilasi, kepadatan hunian, jenis lantai, luas jendela, letak dapur, penggunanaan jenis bahan bakar dan kepemilikan lubang asap. Sedangkan faktor intrinsik terdiri dari umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A pada saat nifas/balita dan pemberian ASI Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Hartono, dkk, 2012). Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 24,74% lebih sedikit dibanding tahun 2011 (25,5%). Jumlah kasus yang ditemukan sebanyak kasus, angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%) (Data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, 2012;h. 18). Menurut hasil survei morbiditas yang dilaksanakan oleh subdit ISPA dan Balitbangkes menunjukkan angka kesakitan 5,12%, namun karena jumlah sampel dinilai tidak representatif maka subdit ISPA tetap menggunakan angka WHO yaitu 10% dari jumlah balita. Angka WHO ini mendekati angka SDKI 2007 yaitu 11,2%. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Rudan, et al (2004) di negara berkembang termasuk Indonesia insidens pneumonia sekitar 36% dari jumlah balita. Faktor risiko yang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi kurang, ASI ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campak rendah dan BBLR (Kementrian Kesehatan RI, 2011;h. 5). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2013 menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA diperkirakan berjumlah balita yang terdiri dari balita laki-laki yang mengalami ISPA berjumlah sedangkan balita perempuan yang mengalami ISPA berjumlah (Dinas Kesehatan Kabupaten, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2009 menunjukkan bahwa Puskesmas Nalumsari merupakan Puskesmas peringkat ketiga terbanyak terdapat penyakit pneumonia dimana peringkat pertama di Puskesmas Tahunan dan peringkat kedua di Puskesmas Batealit (Dinas Kesehatan Kabupaten, 2009). Menurut Ditjen PPM dan PL Depkes RI, faktor berisiko untuk berjangkitnya atau mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu; gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, termasuk asap rokok, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat HIKMAH 50
4 sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan kesehatan rendah (Mubarok, 2009). Menurut pendapat Suyami (2004), kemungkinan hal ini terjadi karena anak usia lebih 2 tahun sampai 5 tahun sudah banyak terpapar oleh lingkungan luar dan kontak dengan penderita ISPA lainnya, sehingga memudahkan anak untuk menderita ISPA. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan Suwanjutha (1994) bahwa usia lebih 2 tahun sampai 5 tahun mempunyai risiko menderita ISPA lebih besar di banding anak usia 2 sampai kurang 1 tahun. Penelitian Sulistyoningsih (2010) menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA. Hal ini sejalan dengan Depkes RI, tahun 2005 yang menyatakan bahwa salah satu faktor risiko yang meningkatkan insiden ISPA adalah jenis kelamin laki-laki (Sulistyoningsih, 2010;h. 157). Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi, demikian juga sebaliknya. Balita merupakan kelompok rentan terhadap berbagai masalah kesehatan sehingga apabila kekurangan gizi maka akan sangat mudah terserang infeksi salah satunya pneumonia. (Kementrian Kesehatan RI, 2011;h. 7). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairil (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita. Gizi sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan aktifitas tubuh. Tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan mudah terkena penyakit infeksi. Dan juga ada hubungan antara keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA pada balita (Khairil, 2013;h ). Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita ISPA, kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma (Depkes, 2008). Penelitian yang menghubungkan antara jumlah perokok dan rokok yang dihisap pada keluarga penderita ISPA menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah perokok dan rokok yang dihisap keluarga, maka akan semakin memperparah episode ISPA yang diderita oleh penderita (Lubis, 2009). Bukti paparan asap merokok meningkatkan beratnya gejala pernafasan asma meningkat akhir-akhir ini. Bahwa paparan asap rokok meningkatkan gejala wheezing (tersengal-sengal) batuk, dahak serta sesak nafas, dikatakan bahwa gejalagejala tersebut lebih berat pada anak dengan ibu perokok daripada anak dengan bapak perokok (Marssy, 2007). Hasil penelitian dari Yuwono (2008) menunjukkan bahwa risiko balita terkena pneumonia akan meningkat jika tinggal di rumah yang menggunakan bahan bakar kayu. Penggunaan jenis bahan bakar dari kayu akan mengeluarkan asap. Asap ini dapat menjadi media bagi bakteri dan virus jika terhirup penghuni rumah (Yuwono, 2008;h ). HIKMAH 51
5 Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 14 September 2014 di Puskesmas Nalumsari terdapat balita yang mengalami ISPA pada tahun Terdapat lingkungan rumah yang bersebelahan dengan lahan yang membuat bata dan ada pula orang tua yang bermata pencaharian pembuat bata serta ada kebiasaan merokok orang tua di lingkungan rumah. Dalam memasak juga kebanyakkan menggunakan gas dari pada kayu bakar. Sedangkan pada tahun 2014 di Puskesmas Mayong II terdapat balita yang mengalami ISPA. Tabel 1. Data kasus ISPA pada Juli 2014 di Puskesmas Nalumsari No. Faktor Penyebab ISPA 1. Umur Jumlah a orang b orang c orang 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki 135 orang b. Perempuan 99 orang 3. Lingkungan (alamat rumah) a. Desa yang paling banyak terdapat kasus ISPA pada balita b. Desa yang paling sedikit terdapat kasus ISPA pada balita Desa Tunggul Pandean (26 kasus) Desa Blimbingrejo (24 kasus) Desa Pringtulis (24 kasus) Desa Ngetuk (1 kasus) Desa Sengonbugel (1 kasus) Desa Tritis (1 kasus) Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa umur yang paling banyak mengalami ISPA diatas 1 tahun sebanyak 86 orang dan jenis kelamin laki-laki yang terbanyak mengalami ISPA sebanyak 135. Serta desa yang paling banyak terdapat kasus ISPA pada balita yaitu desa Tunggul Pandean (26 kasus), desa Blimbingrejo (24 kasus), dan desa Pringtulis (24 kasus). Sedangkan desa yang paling sedikit terdapat kasus ISPA yaitu desa Ngetuk (1 kasus), desa Sengonbugel (1 kasus), dan desa Tritis (1 kasus). Tabel 2 Data kasus ISPA yang didapatkan dari studi pendahuluan pada tanggal 14 September 2014 di Puskesmas Nalumsari N Nama Umur Berat Jenis Alamat o 1. An. D An. N An. D An. Y An. F An. K An. M An. R An. S An. M 57 Badan Kelamin 10 kg Perempuan Desa Tunggul Pandean 1/3 10 kg Perempuan Desa Tunggul Pandean 1/3 11 kg Perempuan Desa Tunggul Pandean 1/3 8,7 kg Perempuan Desa Tunggul Pandean 2/3 8,8 kg Laki-laki Desa Tunggul Pandean 2/3 14 kg Laki-laki Desa Tunggul Pandean 3/3 15,4 kg Laki-laki Desa Tunggul Pandean 3/3 14,5 kg Laki-laki Desa Tunggul Pandean 4/3 9,8 kg Perempuan Desa Tunggul Pandean 6/3 15 kg Laki-laki Desa Tunggul Pandean 7/3 HIKMAH 52
6 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa umur yang paling banyak mengalami ISPA diatas 1 tahun. Balita yang mengalami ISPA memiliki status gizi yang baik ada 9 balita sedangkan yang 1 balita memiliki ststus gizi kurang. Jenis kelamin balita yang mengalami ISPA ada 5 yang berjenis kelamin laki-laki dan 5 yang berjenis kelamin perempuan. Kebanyakkan balita tersebut bertempat tinggal di daerah pembakaran bata. Dari uraian dan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik mengangkat judul Faktor Penyebab terjadinya ISPA pada Balita di Puskesmas Nalumsari (Studi Kasus di Desa Tunggul Pandean, Desa Blimbingrejo dan Desa Pringtulis). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN 1. Umur Balita Tabel 1 Faktor Penyebab Terjadinya ISPA pada Balita berdasarkan umur balita di Puskesmas Nalumsari. Umur Balita Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin Balita Tabel 2 Faktor Penyebab Terjadinya ISPA pada Balita jenis kelamin balita di Puskesmas Nalumsari. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki Perempuan Status Gizi Balita Tabel 3 Faktor Penyebab Terjadinya ISPA pada Balita berdasarkan status gizi balita di Puskesmas Nalumsari. Status Gizi Frekuensi Persentase (%) Gizi lebih - - Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk 4 11,4 4. Lingkungan Rumah 1) Jenis Lantai Rumah Tabel 4.1 Faktor Penyebab Terjadinya ISPA pada Balita berdasarkan jenis lantai rumah di Puskesmas Nalumsari. Jenis Lantai Frekuensi Persentase (%) Rumah Lantai tanah - - Lantai plester atau ubin atau keramik HIKMAH 53
7 2) Kebiasaan Merokok Tabel 4.2 Faktor Penyebab Terjadinya ISPA pada Balita berdasarkan kebiasaan merokok di Puskesmas Nalumsari. Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase (%) Merokok Tidak merokok ) Jenis Bahan Bakar Untuk Memasak Tabel 4.3 Faktor Penyebab Terjadinya ISPA pada Balita berdasarkan jenis bahan bakar untuk memasak di Puskesmas Nalumsari. Jenis Bahan Frekuensi Persentase Bakar Untuk (%) Memasak Kayu bakar Gas Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Puskesmas Nalumsari (Studi Kasus Di Desa Tunggul Pandean, Desa Blimbingrejo Dan Desa Pringtulis) yang dilakukan Februari 2015 dengan cara membagikan kujesioner langsung kepada responden sejumlah 35 responden dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. BAHASAN 1. Umur Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas didapatkan hasil bahwa balita yang mengalami ISPA kebanyakan berumur yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) dan rata-rata berumur 30. Hal ini dikarenakan kebanyakkan balita bermain dengan temannya di luar rumah, suka bermain tanah, ditempat yang berdebu serta suka bermain disekitar lingkungan tempat yang digunakan dalam pembuatan genteng, bata dan mebel. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas didapatkan hasil bahwa balita yang mengalami ISPA kebanyakan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 orang (51,4%). Hal ini dikarenakan sebagian balita perempuan sering bermain boneka dengan saudaranya menggunakan potongan kain yang kecil-kecil bekas untuk membuat pakaian. Selain itu, ada juga yang bermain masakmasakan dengan bahan dasarnya daun-daunan dan tanah liat. 3. Status Gizi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas didapatkan hasil bahwa balita yang mengalami ISPA kebanyakan yang mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 28 orang (80,0%). Hal ini dikarenakan banyak baita yang sulit untuk makan. Disamping ingin bermain terus dan malas untuk HIKMAH 54
8 makan terutama makan sayuran. Kebanyakkan balita lebih suka makan makanan ringan seperti taro dan makan permen serta minum minuman yang dingin. 4. Lingkungan a. Jenis Lantai Rumah Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas didapatkan hasil bahwa semua responden memiliki rumah dengan jenis lantai keramik yaitu sebanyak 35 orang (100,0%). Hal ini dikarenakan kebanyakkan kondisi lantai rumah responden kotor karena mereka menjadikan rumah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat usaha seperti menjahit, warung makan dan membuat krupuk. Kebanyakkan responden jarang membersihkan lantai rumah karena sudah lelah dan sibuk dengan usahanya. b. Kebiasaan Merokok Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas didapatkan hasil bahwa balita yang mengalami ISPA kebanyakan orang tuanya mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 21 orang (60,0%). Hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua memiliki balita mempunyai kebiasaan mengonsumsi rokok setiap hari di dalam rumah. c. Jenis Bahan Bakar Untuk Memasak Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas didapatkan hasil bahwa KESIMPULAN balita yang mengalami ISPA kebanyakan yang bertempat tinggal dirumah yang sebagian besar dalam memasak menggunakan jenis bahan bakar gas yaitu sebanyak 27 orang (77,1%). Namun, penggunaan bahan bakar jenis gas diselingi dengan penggunaan kayu bakar. Contohnya dalam memasak nasi, lauk, sayur menggunakan gas sedangkan saat memasak air menggunakan kayu bakar. 1. Balita yang mengalami ISPA mayoritas berumur yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) dan rata-rata umur balita yang mengalami ISPA yaitu Balita yang mengalami ISPA mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 orang (51,4%). 3. Balita yang mengalami ISPA mayoritas memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 28 orang (80,0%) dan minoritas memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak 3 orang (8,6%). 4. Semua responden memiliki rumah dengan jenis lantai keramik yaitu sebanyak 35 orang (100%), mayoritas orang tua balita yang mengalami ISPA mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 21 orang (60,0%), mayoritas responden menggunakan bahan bakar jenis gas untuk memasak yaitu sebanyak 27 orang (77,1%). HIKMAH 55
9 SARAN Bagi Instansi Puskesmas bagi instansi yang terkait perlu melakukan sosialisasi tentang faktor penyebab ISPA dan masalah PHBS keluarga seperti kebersihan rumah, kebiasaan merokok dan penggunaan kayu bakar dalam memasak pada ibu yang memiliki balita melalui penyuluhan, pendidikan kesehatan disetiap posyandu maupun langsung ke masyarakat, sehingga dapat menambah pengetahuan khususnya ibu-ibu yang memiliki balita tentang tentang faktor penyebab dari ISPA dan masalah PHBS keluarga. Memberikan pelatihan tentang cara mengetahui status gizi balita kepada kader kesehatan. Bagi Responden diharapkan pada ibu-ibu yang memiliki anak berumur yang berjenis kelamin perempuan agar lebih aktif untuk memeriksakan kesehatannya. diharapkan pada ibu jika memasak lebih baik tidak usah menggunakan kayu bakar atau jika menggunakan kayu bakar jauhkan dari jangkauan anak. diharapkan pada ibu untuk memantau anaknya jika bermain di luar rumah dan anak disuruh menggunakan masker agar terhindar dari debu. Bagi Peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pemberian ASI eksklusif, imunisasi anak dengan kejadian ISPA. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Pujiati. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Bayi. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang; 2011 Adnani, Hariza. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika; h. 92, 106 Anies. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; h. 2 Anjarwati, dkk. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC; h. 33 Anonymous. Kenali Penyakit ISPA [Diakses tanggal 27 Pebruari 2015]. Didapatkan dari: Ansori, Rohmat. Hubungan Pola Konsumsi Bahan Pangan Prebiotik Dan Pelayanan Dasar Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Berat Badan Rendah Umur 2-5 Tahun. Bangkalan: Universitas Airlangga. Skripsi Arini. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta: FlashBooks; h. 43 Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC; 2004.h. 100 Asmidayanti, Susi. Hubungan Status Gizi Dengan Morbiditas Ispa Anak Usia Balita Di Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci. Padang: Universitas Negeri Padang; 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; h. 65 Daulay, Ridwan. Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Medan: FK-USU Dikutip dari Jurnal Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Terhadap Kasus Penyakit Ispa Pada Balita 0- HIKMAH 56
10 5 Tahun Di Puskesmas Barugaia Kabupaten Kepulauan Selayar. Akbid Mutiara Jaya Persada Depkes RI. Perokok Pasif Mempunyai Resiko yang Lebih Besar. [15 September 2009]; Dikutip dari jurnal Kusumawati, Ita Hubungan antara Status Merokok Anggota Keluarga dengan Lama Pengobatan ISPA Balita di Kecamatan Jenawi. UNS.. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan, Depkes RI; Dikutip dari jurnal Catiyas, Embriyowati. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. FKM UI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun Semarang; h. 18 HIKMAH 57
BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada
Lebih terperinci7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciPENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Arina Futtuwah An-nisa *, Elvine Ivana Kabuhung 1, Bagus Rahmat Santoso 2 1 Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
Lebih terperinciJurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012
HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju.insidens menurut
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak pada usia 6 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan peradangan atau infeksi pada bronkiolus dan alveolus di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan Ball,2003). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang menanda tangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 4.9 menujukan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak Balita, antara lain disebabkan karena faktor Balita yang tinggal di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia masih merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia, berdasarkan perkiraan WHO setiap tahun pneumonia membunuh balita sebanyak 1 juta sebelum ulang tahun
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Defi Ratnasari Ari Murdiati*) Frida Cahyaningrum*) *)Akademi kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciEko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK
Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas baik seperti yang diharapkan, dan dapat memberikan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan penyakit pada manusia, salah satunya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara hubungan tiga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciPromotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK
FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL 1) Made Ulandari 1) Bagian Epidemiologi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Latar Belakang : Infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah observasional analitik menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara sekelompok orang terdiagnosis
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1
KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN Suyami, Sunyoto 1 Latar belakang : ISPA merupakan salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan balita
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, status gizi masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia.United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab kematian utama pada balita di dunia termasuk Indonesia.United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan bahwa pada
Lebih terperinciHUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO
HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO Safrizal.SA Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar E-mail: friza.maulanaboet@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ISPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap tahunnya. Pneumonia disebabkan oleh peradangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita (Kartasasmita, 2010). Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus
Lebih terperinciKata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Cheryn D. Panduu *, Jootje. M. L. Umboh *, Ricky.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap orangtua yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun dengan riwayat ISPA di Kelurahan Kopeng Kecamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar
Lebih terperinciSalah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi di perkirakan terjadi lebih 2 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, yang menyerang satu bagian/ lebih saluran pernafasan, mulai dari hidung sampai alveoli.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit, namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan prioritas utama manusia dalam menjalani kehidupan. Setiap orang berharap mempunyai tubuh yang sehat dan kuat serta memiliki kekebalan tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: WAHYU PURNOMO J 220 050 027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit. jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan (Ontoseno, 2005). Prevalensi
Lebih terperinciPERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014
PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Eti Rohayati ABSTRAK Angka kejadian pneumonia yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium Development Goals (MDGs) yang sering disebut Tujuan Pembangunan Milenium berkomitmen mewujudkan tujuan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita,
Lebih terperinciSUMMARY ABSTRAK BAB 1
SUMMARY ABSTRAK Sri Rahmawati, 2013. Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Dengan Penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa. Jurusan Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena
Lebih terperinciErnawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN FAKTOR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA WAY HUWI PUSKESMAS KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012 Ernawati 1 dan Achmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur, yaitu infeksi dan saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita 2.1.1 Definisi Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah lima tahun (Muaris
Lebih terperinci