Peningkatan Sikap Sosial Siswa Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Guided Discovery
|
|
- Suryadi Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM -63 Peningkatan Sikap Sosial Siswa Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Guided Discovery Dewi Mardhiyana Prodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membantu siswa agar tertata nalarnya, terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan matematika dan penalarannya dalam kehidupan. Tujuan utama pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep, sehingga konsep matematika tidak boleh diberikan dalam bentuk jadi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika akan bermakna jika orientasi pembelajaran adalah pada siswa, bukan pada guru. Pembelajaran penemuan (guided discovery) merupakan komponen penting dari pendekatan konstruktivisme modern yang memiliki peran penting dalam pembelajaran. Pada aktivitas guideddiscovery, siswa didorong untuk belajar secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sementara guru mendorong siswa memperoleh pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan sendiri prinsip-prinsip. Melalui guideddiscovery, siswa dapat menemukan informasi, baik secara individu maupun dengan kelompok. Informasi yang didapatkan oleh siswa akan lebih bermakna dan akan tersimpan lebih lama dalam ingatan mereka, karena siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Pada pembelajaran penemuan, siswa juga didorong untuk mengembangkan keterampilan sosial yang positif. Pembelajaran penemuan mengharuskan siswa belajar bekerja sama. Mereka harus mengembangkan keterampilan dalam perencanaan, mengikuti prosedur yang sesuai, dan bekerja bersama menuju keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mereka. Dengan demikian, pembelajaran penemuan menitikberatkan pada aktivitas mental dan intelektual siswa dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi, sehingga siswa dapat menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan dan kehidupan mereka di masyarakat. Oleh karena itu, penerapan guided discovery dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan alternatif solusi untuk meningkatkan sikap sosial siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Kata kunci:guided discovery, sikap sosial, pembelajaran matematika I. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk hidup lebih baik pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif. Matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. NCTM (Webb, 1993: 1) menyatakan bahwa matematika merupakan bidang pengetahuan yang berubah dengan cepat, sehingga secara terus menerus diterapkan di berbagai lapangan pekerjaan dan studi. Oleh karenanya, kegunaan matematika bukan hanya sebatas memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif saja. Romberg & Kaput (2009: 5) menyatakan bahwa matematika sekolah merupakan suatu kegiatan manusia yang mencerminkan hasil karya matematikawan yakni mencari tahu mengapa dan bagaimana suatu teknik atau trik tertentu dapat bekerja, menemukan teknik baru, membenarkan pernyataan, dan lain 433
2 ISBN sebagainya. Matematika sekolah juga harus mencerminkan bagaimana pengguna matematika menyelidiki situasi bermasalah, menentukan variabel, memutuskan cara untuk mengukur dan menghubungkan variabelvariabel, melakukan perhitungan, membuat prediksi, dan memverifikasi kemanjuran dari prediksi tersebut. Lebih lanjut, Soedjadi (2000: 180) menyatakan bahwa matematika sekolah perlu difungsikan sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan, keterampilan serta membentuk kepribadian siswa. Matematika diberikan kepada siswa untuk membantu siswa agar tertata nalarnya, terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan matematika dan penalarannya dalam kehidupan. Materi matematika sekolah juga disusun secara berjenjang dari yang paling sederhana kepada yang lebih kompleks. Pada tahap awal, siswa diberikan konsep-konsep yang sederhana, kemudian beranjak pada konsep-konsep yang lebih kompleks. Konsep-konsep yang sederhana diperlukan bahkan menjadi prasyarat untuk memahami konsep-konsep yang lebih kompleks. Dengan kata lain, suatu konsep matematika hanya akan dipahami dengan baik bila konsep-konsep yang menjadi prasyaratnya sudah dipenuhi. Lambdin (1993: 9) menjelaskan bahwa tujuan utama pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep. Akibatnya konsep matematika tidak boleh diberikan dalam bentuk jadi (a ready made product) (Freudenthal, 1973: 119). Dapat dimaknai bahwa konsep-konsep yang ada dalam matematika tidak boleh diberikan langsung oleh guru kepada siswa sebab di dalamnya mengandung proses abstraksi dan generalisasi yang membutuhkan gerakan-gerakan mental, dimana siswa harus dilibatkan dalam proses penemuan kembali konsep tersebut. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Kennedy, Tipps & Johnson (2008: 55), yang menyatakan matematika yang bermakna adalah matematika yang terbentuk dari siswa bukan diberikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika akan bermakna jika orientasi pembelajaran adalah pada siswa, bukan pada guru. Pembelajaran matematika tidak terbatas pada penerimaan prosedur algoritma formal dari ahli kepada individu melalui sekolah. Pembelajaran matematika terjadi selama adanya partisipasi antara siswa dan orang dewasa yang berusaha untuk mencapai tujuannya. Schoenfeld (NCTM, 2000: 20) menambahkan bahwa mempelajari sesuatu melalui pemahaman akan menjadikan tahapan belajar selanjutnya menjadi lebih mudah. Matematika menjadi berguna dan dirasa mudah untuk diingat dan diterapkan ketika siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Diungkapkan pula bahwa dengan belajar matematika melalui pemahaman, memungkinkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan baru di masa mendatang (NCTM, 2000: 21). Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah seharusnya bersifat student-centered yang memusatkan pada aktivitas siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang bersifat student-centered adalah penemuan terbimbing (guided discovery). Guideddiscovery merupakan proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual siswa dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi, sehingga siswa menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan dan kehidupan mereka di masyarakat. Pendekatan guideddiscoverymengharuskan siswa yang menemukan sendiri informasi. Informasi yang didapatkan oleh siswa akan lebih bermakna dan akan tersimpan lebih lama dalam ingatan mereka, karena dengan menggunakan pendekatanguideddiscovery ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pembelajaran guided discovery, siswa didorong untuk mengembangkan keterampilan sosial yang positif. Kegiatan penemuan mengharuskan siswa untuk belajar bekerja sama. Mereka harus mengembangkan keterampilan dalam perencanaan, mengikuti prosedur yang sesuai, dan bekerja bersama menuju keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mereka. Hal ini tentunya mengarahkan siswa untuk mengembangkan sikap sosial yang dimilikinya.makalah ini menawarkan pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery) sebagai salah satu alternatif solusi yang diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan sikap sosial siswa. II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hakekat Guided Discovery Pembelajaran penemuan (guideddiscovery) adalah komponen penting dari pendekatan konstruktivisme modern yang memiliki sejarah panjang dalam inovasi pendidikan. Menurut Bergstrom & O Brien (Slavin, 2006: 245), pada pembelajaran discovery siswa didorong untuk belajar secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa memperoleh pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan sendiri prinsip-prinsip. Elliot, Kratochwill, Cook, et al. (2000: 337) mengemukakan bahwa pembelajaran guideddiscovery menyebabkan siswa tidak hanya mengatur materi 434
3 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 untuk menentukan keteraturan dan hubungan tetapi juga untuk menghindari kegiatan yang pasif yang membutakan mereka terhadap penggunaan informasi yang dipelajari. Menurut Schunk (2012: 280), pembelajaran penemuan sangat penting karena dalam pembelajaran penemuan siswa membangun dan menguji hipotesis, tidak hanya membaca atau mendengarkan presentasi guru. Lebih lanjut, Lefrancois (2000: 209) menyatakan bahwa pembelajaran penemuan adalah pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan materi pelajaran secara langsung, melainkan diminta untuk menemukan sendiri hubungan yang ada antara informasi-informasi yang diberikan. Moore (2009: 182) menambahkan bahwa pembelajaran guideddiscovery juga mendorong pengembangan keterampilan sosial yang positif. Penemuan mengharuskan siswa belajar bekerja sama. Mereka harus mengembangkan keterampilan dalam perencanaan, mengikuti prosedur yang sesuai, dan bekerja bersama menuju keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mereka. Menurut Depdiknas (2009: 47-48), empat elemen penting yang terkandung dalam pembelajaran guided discovery, yaitu: (1) belum tahu tetapi ingin mengetahui; (2) pertanyaan yang membimbing proses pencarian untuk mengetahui sesuatu itu; (3) kebenaran yang diungkap merupakan sesuatu yang orisinil atau alami yang dimiliki oleh siswa itu sendiri; dan (4) keyakinan bahwa proses berpikir yang dilakukan siswa sehingga mereka memiliki pengetahuan tentang sesuatu akan memiliki dampak positif bagi kehidupan mereka kelak. Dalam pembelajaran guided discovery, siswa dihadapkan pada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar menggunakan kemampuan mereka. Dalam pembelajaran guided discovery, siswa dapat secara individu atau berkelompok untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.sund (dalam Suryosubroto, 1997: 193) berpendapat bahwa penemuan (discovery)adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran guided discovery adalah suatu pembelajaran yang melibatkan suatu interaksi antara siswa dan guru dimana siswa dihadapkan pada situasi bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan dengan cara terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) untuk menemukan sendiri suatu konsep dengan arahan dan bimbingan guru. B. Langkah-langkah Guided Discovery Menurut Schunk (2012: 276), pembelajaran guided discovery diawali dengan guru menyajikan pertanyaan, masalah, atau situasi yang dibuat sebagai teka-teki yang mampu mendorong siswa untuk menyelesaikannya dengan membuat perkiraan-perkiraan ketika mereka tidak yakin atau ragu-ragu. Sementara Westwood (2008: 29) mengemukakan pembelajaran dengan guided discoverydengan karakteristik sebagai berikut: 1) mengidentifikasi topik atau masalah; 2) guru bersama siswa membangun ide dengan kegiatan penemuan dari suatu topik; 3) siswa bekerja secara individu atau dalam kelompok kecil untuk mengumpulkan dan menafsirkan data; 4) siswa menyampaikan kesimpulan dan didiskusikan dengan kelompok lain;serta 5) guru memberikan koreksi jika terdapat kesalahan dalam kesimpulan siswa dan juga menguatkan kesimpulan yang diperoleh siswa. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran dengan penemuan terbimbing menurut Markaban (2008: 17-18) adalah sebagai berikut. 1) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. 2) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. 3) Siswa menyusun konjektur (hipotesis) dari hasil analisis yang dilakukannya. 4) Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran dugaan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. 5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. 6) Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. Sedangkan menurut Moore (2009: 180), langkah-langkah pendekatan penemuan terbimbing terdiri dari mengidentifikasi masalah, mengembangkan jawaban yang mungkin, mengumpulkan data, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta menguji kesimpulan.eggen dan Kauchak (2012: 189) menambahkan kegiatan-kegiatan dalam penemuan terbimbing terdiri dari beberapa fase, yaitu: 1) Fase 1 pendahuluan, 435
4 ISBN yaitu guru berusaha menarik perhatian siswa dan menetapkan fokus pelajaran; 2) Fase 2 fase terbuka, yaitu guru memberi siswa contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh; 3) Fase 3 fase konvergen, yaitu guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi; dan 4) Fase 4 penutup dan penerapan, yaitu guru membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru. Berdasarkan dari berbagai pendapat di atas, langkah-langkah pembelajaran guided discovery terdiri dari: (1) merumuskan masalah; (2) mengajukan hipotesis; (3) mengumpulkan data; (4) menganalisis data; (5) membuat kesimpulan; dan (6) menguji kesimpulan pada konteks baru. C. Hakekat Sikap Sosial Zan & Martino (2007: 158) menyatakan sikap sebagai perasaan positif atau negatif terhadap suatu persoalan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Nitko & Brookhart (2011: 433), yang menyatakan bahwa sikap merupakan sifat-sifat dari seseorang yang menggambarkan perasaan positif dan negatif terhadap suatu objek, situasi, institusi, orang, atau pendapat.allport (Gable, 1986: 4) juga menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan mental dan syaraf yang diorganisasikan berdasarkan pengalaman atau sesuatu yang berpengaruh terhadap respon seseorang terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Lebih lanjut, Mohammed & Waheed (2011: 278) mengungkapkan bahwa sikap dapat berkembang dan berubah dengan waktu. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu kognitif (kepercayaan, pikiran, dan sifat), afektif (perasaan dan emosi), dan perilaku (kejadian sebelumnya dan pengalaman). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu respon dari seseorang yang menggambarkan perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu yang dihadapinya. Menurut Azwar (2013: 30), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Sikap sosial merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang dan diwujudkan dalam perilaku. Menurut Yahaya, Sidek & Boon (2006: 72), definisi sikap sosial yaitu suatu penilaian umum terhadap hubungan dengan orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Sikap sosial merupakan keyakinan setiap individu tentang hubungan antar individu atau kelompok yang dinilai baik atau buruk, dapat diterima atau tidak dapat diterima, dan mendapat persetujuan atau tidak mendapat persetujuan. Ahmadi (2007: 152) menyebutkan sikap sosial sebagai kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial tidak dinyatakan oleh seseorang tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Sementara Insko & Scoper (Wicker, 1969: 42) menjelaskan sikap sosial sebagai suatu penilaian. Sikap sosial berupa perasaan-perasaan pro atau kontra, menyenangkan atau tidak menyenangkan, menghargai atau tidak menghargai terhadap objek sikap yang berupa individu atau kelompok. Komponen perasaan, pikiran, dan kemauan tidak dapat dipisahkan. Sikap sosial dapat diukur atau diungkap dengan pengukuran verbal maupun dengan pertanyaan-pertanyaan berupa skala sikap sosial. Penilaian sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.adapun perilaku sosial yang dapat diwujudkan dalam pembelajaran, meliputi bekerja sama, tanggung jawab, toleransi, dan peduli lingkungan. D. Guided Discovery dalam Peningkatan Sikap Sosial Siswa Matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan seharihari. Pembelajaran matematika merupakan kegiatan eksplorasi mental dalam pikiran siswa. Proses rekonstruksi dan aplikasi konsep-konsep pengetahuan yang sebelumnya dipelajari siswa dimaksimalkan dalam upaya memperoleh konsep pengetahuan yang baru. Pembelajaran matematika akan lebih bermakna jika siswa menemukan sendiri konsep yang dimilikinya. Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan lebih mengedepankan aktivitas siswa daripada aktivitas guru, dengan membantu siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah perlu dirancang sedemikian hingga dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Penelitian 436
5 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 pendidikan memberikan sekumpulan bukti bahwa siswa dapat belajar matematika dengan baik, apabila mereka mengkonstruksi pemahaman matematika mereka sendiri (Turmudi, 2008: 50). Pembelajaran penemuan (guided discovery) merupakan komponen penting dari pendekatan konstruktivisme modern yang memiliki peran penting dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran guided discovery menetapkan tanggung jawab belajar pada diri siswa sendiri. Guru tidak berperan secara langsung, tetapi menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa. Melalui pembelajaran guided discovery, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Siswa juga dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) sangat dianjurkan. Guru berperan sebagai fasilitator, yang membantu siswa agar menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru dapat mengembangkan keterampilan sosial yang positif, yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan temannya. Kegiatan penemuan mendorong siswa untuk bekerja sama, bertanggung jawab, toleran, dan peduli terhadap temannya.mereka harus mengembangkan keterampilan dalam perencanaan, mengikuti prosedur yang sesuai, dan bekerja bersama menuju keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mereka. III. SIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran guided discovery merupakan pembelajaran yang melibatkan suatu interaksi antara siswa dan guru dimana siswa dihadapkan pada situasi bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan dengan cara terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) untuk menemukan sendiri suatu konsep dengan arahan dan bimbingan guru. Dalam pembelajaran guided discovery, siswa membangun dan menguji hipotesis, tidak hanya membaca atau mendengarkan presentasi guru. Kegiatan penemuan dalam guided discovery merupakan proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip, baik secara individu maupun berkelompok. Melalui kegiatan penemuan, siswa didorong untuk mengembangkan keterampilan sosial yang positif. Penemuan mengharuskan siswa belajar bekerja sama, bertanggung jawab, toleran, dan peduli terhadap temannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dituntut untuk mengembangkan sikap sosial melalui kegiatan penemuan dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan sangat penting karena siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya sendiri. Melalui kegiatan penemuan, siswa juga dapat mengembangkan sikap sosial melalui interaksi dengan temannya. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik disarankan untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatanguided discovery karena dapat meningkatkan sikap sosial siswa dalam pembelajaran matematika. DAFTAR PUSTAKA [1] Webb, N. L., Assessment for the mathematics classroom, dalam Webb, N.L. & Coxford, A.F., Assessment in the mathematics classroom, Reston, Virginia: NCTM, 1993, pp.1-6. [2] Romberg, T. A., & Kaput J. J., Mathematics worth teaching, mathematics worth understanding, dalam Fennema, E. & Romberg, T. A., Mathematics classroom that promote understanding, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2009, p.5. [3] Soedjadi, R., Kiat pendidikan matematika di Indonesia, Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000, p.180. [4] Lambdin, D. V., The NCTM s 1989 evaluation standars: Recycled ideas whose time has come, dalam Webb, N. L & Coxford, A. F., Assessment in the mathematics classroom, Virginia: National Council of Teachers of Mathematics, Inc., 1993, p.9. [5] Freudenthal, H., Mathematics as an educational task, Dordrecht: D. Reidel, 1973, p.119. [6] Kennedy, L. M., Tipps, S. & Johnson, A., Guiding children s learning of mathematics, 11th ed.,. New York: Thomson Wadsworth, 2008, p.55. [7] NCTM, Principles and standars for school mathematics, USA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc., 2000, pp [8] Slavin, R. E., Educational psychology: theory and practice, 8th ed., Boston: Allyn and Bacon, Pearson Education, Inc., 2006, p.245. [9] Elliot, S.N., Kratochwill, R.T., Cook, L.J., et al., Educational psychology: effective teaching, effective learning,new York: The Mc Graw Hill Companies, Inc., 2000, p.337. [10] Schunk, D. H., Learning theories: An educational perspective,6th ed., Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, 2012, pp [11] Lefrancois, G. R., Psychology for teaching, Belmont: Wadsworth, 2000, p.209. [12] Moore, K. D., Effective instructional strategies: from theory to practice, Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc., 2009, pp
6 ISBN [13] Depdiknas, Pembelajaran yang mengembangkan critical thinking, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2009, pp [14] Suryosubroto, B., Proses belajar mengajar di sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 1997, p.193. [15] Westwood, P., What teachers need to know, Victoria, Australia: ACER (Australian Council for Educational Research) Press, 2008, p.29. [16] Markaban, Paket fasilitasi pemberdayaan KKG/MGMP matematika: Model penemuan terbimbing pada pembelajaran matematika SMK;, Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK), 2008, pp [17] Eggen, P. & Kauchak, D., Educational physicologi windows and classrooms, New Jersey: Pearson Merrill, 2012, p.189. [18] Zan, R. & Martino, P. D., Attitude toward mathematics: overcoming the positive/negative dichotomy, The Montana Mathematics Enthusiast Monograph 3, 2007, pp [19] Nitko, A. J. & Brookhart, S. M., Educational assesment of students, 10th ed., Boston, MA: Pearson Education, Inc., 2011, p.433. [20] Gable, R. K., Instrument development in the affective domain, Boston: Springer Science+Business Media, 1986, p.4. [21] Mohammed L. & Waheed H., Secondary students attitude towards mathematics in a selected school of Maldives, International Journal of Humanities and Social Science,Vol. 1, No. 15, 2011, pp [22] Azwar, S., Sikap manusia: teori dan pengukurannya, Edisi Kedua, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, p.30. [23] Yahaya, A., Sidek, J., & Boon, Y., Psikologi sosial alam remaja, Selangor: Zafar Sdn., 2006, p.72 [24] Ahmadi, A., Psikologi sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, p.152. [25] Wicker, A. W., Attitudes versus action: the relationship of verbal and overt behavioral responses to attitude objects, Milwaukee: University of Wisconsin, 1969, p.42. [26] Turmudi, Landasan Filsafat Dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif Dan Investigatif), Jakarta : Leuser Cita Pustaka, 2008, p
Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Guided Discovery pada Materi Barisan dan Deret untuk Siswa SMK Kelas X
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Guided Discovery pada Materi Barisan dan Deret untuk Siswa SMK Kelas X Dyah Purboningsih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara, atau perbuatan memahami.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman memiliki kata dasar paham, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2008) paham berarti mengerti dengan benar, tahu benar, sehingga pemahaman
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Perkuliahan
No. Dokumen Revisi : 00 Tgl. berlaku Hal 1 dari 5 Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Nama Mata Kuliah : Asesmen Pembelajaran Matematika Kode Mata Kuliah : PMA 8207 SKS : 2 Dosen : Dr. Jailani Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO Uki Suhendar Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo uki.suhendar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga menyatakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Yeni Yuniarti*) Abstrak Pembelajaran matematika yang berpusat pada guru, kurang memberikan kesempatan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi didominasi guru ke situasi melibatkan siswa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin cepat dewasa ini, menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan
Lebih terperinciP. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Matematika diberikan kepada
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI SMA MAZRAATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODEL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya
Lebih terperinci, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan potensi individu yang dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi
Lebih terperinciMeningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah
Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 2, No. 2, 2016, Hal. 97 102 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Mikrayanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wonomulyo, dapat ditarik kesimpulan: 1. Karakteristik perangkat pembelajaran: - Karakteristik RPP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai
Lebih terperinciMENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam
MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam penafsiran instrumen dapat disimpulkan. Menurut Popham (1995:187)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciPenerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA Yerizon FMIPA UNP Padang yerizon@yahoo.com PM - 28 Abstrak. Disposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, dan mengembangkan daya pikir
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun bangsa. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut Puspendik (2012: 2), kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha untuk
Lebih terperinciII. SILABUS MATA KULIAH (SMK)
II. SILABUS MATA KULIAH (SMK) Mata Kuliah / Kode : Pengembangan Model Pembelajaran IPA / KPA 2308 Semester/ SKS : II/ 2 Program Studi : Magister Pendidikan IPA Fakultas : FKIP 1. Capaian Pembelajaran MK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang bersifat formal. Pelaksanaan pendidikan formal pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciP - 55 MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING
P - 55 MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING Mukti Sintawati 1, Ginanjar Abdurrahman 2 1 mukti_sinta@yahoo.com, 2 gigin_mipa06@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan pola pikir siswa. Salah satu pembelajaran yang mampu membentuk kepribadian dan pola pikir siswa
Lebih terperinciSILABUS. : Penilaian &Evaluasi Pembelajaran Sains/
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA Alamat: Karangmalang, Yogyakarta Kode Pos 55281 Telp: (0274) 586168, Pswt. 229 & 285; (0274) 550835, 520326 Faxs:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih
Lebih terperinciEFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E
EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN STRATEGI MOTIVASI ARCS PADA MATERI TRANSPORTASI DITINJAU DARI KETUNTASAN BELAJAR SISWA, AKTIVITAS BELAJAR SISWA, RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang penting, banyak aktivitas yang dilakukan manusia berhubungan dengan matematika, sebagaimana pendapat Niss (dalam Risna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery Menurut Shadiq (2009) pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF RECIPROCAL TEACHING (RT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MAHASISWA IKIP BUDI UTOMO MALANG
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF RECIPROCAL TEACHING (RT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF MAHASISWA IKIP BUDI UTOMO MALANG Dwi Candra Setiawan 1* Pendidikan Biologi, Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya penting untuk mencerdaskan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya itu adalah dengan adanya pendidikan formal maupun informal yang di
Lebih terperinciPENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Kasmiati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 YOGYAKARTA
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 YOGYAKARTA Khairuddin Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT
DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,
Lebih terperinciMatematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Nafisah Hanim Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang
Lebih terperinciEfektivitas Pendekatan Pemecahan Masalah Ditinjau Darisikap Positif Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Efektivitas Pendekatan Pemecahan Masalah Ditinjau Darisikap Positif Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Flora Grace Putrianti 1, Trisniawati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu membangun kehidupan masyarakat
Lebih terperinciMengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Diselenggarakan oleh FMIPA UNY Yogyakarta
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
II. KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004: 7) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciPengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika vol. 2 no. 1, pp. 29 34, Maret 2016 Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memilih prosedur atau operasi tertentu, (7) mengaplikasikan konsep atau. algoritma dalam pemecahan masalah (Jihad, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar matematika merupakan proses membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirearkis dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.
Lebih terperinciLala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK
Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 1 No. 2, Hal, 31, Maret 2017 ISSN 2541-0660 2017 HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATA PELAJARAN
Lebih terperinciPEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET
PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Perbedaan yang
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN)
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN) A. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat serta derasnya informasi di era globalisasi ini, merupakan tantangan bagi kita semua. Oleh karena
Lebih terperinciModel Pembelajaran Kooperatif Teknik Kartu Arisan Pada Materi Barisan dan Deret Aritmetika
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kartu Arisan Pada Materi Barisan dan Deret Aritmetika Firda Hariyanti 1, Arisal 2 Mahasiswa S-2 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
Lebih terperinciDEVELOPING MATHEMATICAL LEARNING BASED ON DISCOVERY LEARNING MODEL
Yulius, Irwan, & Yerizon p-issn: 2086-4280; e-issn: 2527-8827 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DENGAN MASALAH OPEN ENDED UNTUK PESERTA DIDIK SMA KELAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika, telah banyak upaya dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang berkaitan dengan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas
Lebih terperinciProsiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:
KEYAKINAN GURU MATEMATIKA TENTANG PENDEKATAN SAINTIFIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI SMK N 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Ahmad Abdul Mutholib 1, Imam Sujadi 2, Sri
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Lebih terperinci