Konsep Pembelajaran Orang Dewasa. Oleh : Najamuddin,S.Ag,M.Ag
|
|
- Handoko Kartawijaya
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konsep Pembelajaran Orang Dewasa Oleh : Najamuddin,S.Ag,M.Ag Abstraksi Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana implementasi pembelajaran orang dewasa mulai dari pemahaman terhadap orang dewasa sebagai peserta didik samapai pada bagaimana idealnya instruktur. Hal ini penting karena seorang fasilitator terlebih dahulu harus mengetahui dan mengenal peserta didik. seseorang tidak terkecuali orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya. Keinginan dasar tersebut, antara lain (1) keamanan : secara ekonomis, sosial, psikologis, dan spritual; (2) respons: keakraban, kesukaan berkumpul dan bergaul, atau merasa memiliki; (3) pengalaman baru: petualangan, minat, ide, cara, dan teman baru; (4) pengakuan: status, prestise, dan menjadi terkenal. Selain itu faktor fisik seperti suasana belajar, ruangan, penerangan, dan faktor psikologi seperti sikap pembimbing, dorongan atau dukungan teman,kebutuhan, dan lain-lain juga dapat mempengaruhi orang belajar. Key Words; pembelajaran, orang dewasa A. Pendahuluan Orang dewasa sebagai peserta didik sangat berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja. Proses pembelajaran Orang dewasa adalah unik karena pembelajaran akan berlangsung jika dia terlibat langsung, idenya dihargai, dan materi ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya serta sesuatu yang baru bagi dirinya. Karena keunikannya maka para instruktur/pelatih harus mempunyai wawasan yang cukup tentang konsep pembelajaran orang dewasa. Jika tidak akan dikhawatirakan pembelajaran berlangsung tidak baik bahkan gagal. Atas dasar itulah tulisan ini dimuat dengan harapan memberikan konstribusi terhadap pembelajaran orang dewasa.
2 B. Pembahasan 1. Pendidikan Orang Dewasa Konsep pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secaa sistematis sejak tahun Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya( Pannen dalam Supriantono, 2008) Menurut UNESCO dalam Supriantono mendefinisikan pendidikan orang dewasa berikut ini : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi di atas mengindikasikan bahwa pendidikan orang dewasa harus terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan EKOSOSBUD. 2. Memahami Peseta Didik (Orang Dewasa) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.
3 Dalam konteks pembelajaran, orang dewasa adalah subjek bukan sebagai objek. Konsekuensi logisnya sang pelatih harus berusaha secara maksimal bagaimana membelajarkan peserta didik. 3. Menimbulkan Motivasi Belajar Menurut Flores (1983), seseorang akan termotivasi untuk belajar apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya. Keinginan dasar tersebut, antara lain (1) keamanan : secara ekonomis, sosial, psikologis, dan spritual; (2) kasih sayang atau respons: keakraban, kesukaan berkumpul dan bergaul, atau merasa memiliki; (3) pengalaman baru: petualangan, minat, ide, cara, dan teman baru; (4) pengakuan: status, prestise, dan menjadi terkenal. Sementara menurut Mardikanto faktor fisik seperti suasana belajar, ruangan, penerangan, dan faktor psikologi seperti sikap pembimbing, dorongan atau dukungan teman,kebutuhan, dan lain-lain juga dapat mempengaruhi orang belajar. Dalam konteks pembelajaran orang dewasa apa yang dilakukan lembagalembaga diklat dapat memenuhi keinginan dasar para peserta didik sebagaimana di atas. Mulai dari keamanan secara ekonomis, sosial, psikologis dan spritual sampai pada pengakuan status, prestise atau ingin populer, tanpa terkecuali baik faktor fisik yakni sarana prasarana dan lain-lain maupun faktor psikologi serta proses pembelajaran yang sangat menyenangkan di dalam ruangan pembelajaran. 4. Tahap Proses Belajar Pembelajaran berlangsung tahap demi tahap. Berikut ini adalah tahapan proses pembelajaran (1). Motivasi (2). Perhatian pada pelajaran (3). Menerima dan mengingat (4). Reproduksi (5). Generalisasi
4 (6). Melaksanakan tugas belajar dan umpan balik Dalam aplikasi pembelajaran di kelas tahapan di atas dapat diklasifikasi menjadi tiga tahapan yaitu; pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap inti langkah-langkah yang efektif untuk diterapkan adalah ;explorasi, elaborasi, dan konfirmasi 5. Ciri Ciri Belajar Orang Dewasa Ada beberapa ciri belajar orang dewasa yang harus diketahui berikut ini: (1)Memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan, dan nilai-nilai, (2) memungkinkan terjadi komunikasi timbal balik, (3) suasana belajar yang diharapkan adalah suasana yang menyenagkan dan menantang (4) mengutamakan peran peserta didik, (5) orang dewsa akan belajar jika pendapatnya dihormati, (6) belajar orang dewasa bersifat unik, perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik, (8) orang dewasa umumnya mempunyai pendapat yang berbeda, (9) orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam, (10) kemungkinan terjadinya berbagai cara belajar, (11) orang dewasa belajar ingin mengetaui kelebihan dan kekurangannya, (12) orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata, dan (13) motivasi belasal dari diri sendiri. 6. Suasana Belajar Yang Kondusif Pembelajaran harus berjalan kondusif. Indikator kondusifitas pembelajaran paling tidak dilihat dari beberapa hal berikuti ini: (1)Kumpulan manusia aktif (2) suasana saling menghormati (3) suasana saling menghargai (4) suasana saling percaya (5) suasana penemuan diri (6) Suasana tidak mnegancam (7) Suasana keterbukaan (8) suasana mengakui kekhasan pribadi (9) suasana membolehkan perbedaan. Untuk mewujudkan suasana pembelajaran di atas berikut ini beberapa sikap yang harus ditampilkan pendidik (instruktur, pelatih); (1)Empati (2) bersikap
5 wajar (3) respek (4) komitmen terhadap kehadiran( menghadirkan pisik dan psikis secara utuh di dalam kelas pembelajaran) (5) mengakui kehadiran orang lain ( tidak arogan, tidak merasa selalu paling benar, memberi peluang kepada peserta didik untuk unjuk kemampuannya), (6) membuka diri (7) tidak menggurui (8) Tidak menjadi ahli segala (semua pertanyaan dijawab sekalipun tidak berkaitan dengan materi (9) tidak memotong pembicaraan, (10) tidak diskriminatif terhadap peserta didik. Singkatnya democratic teaching yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik harus teraplikasi dalam proses pembelajaran. 7. Tips dan Teknik pembelajaran orang dewasa Menggunakan instruksi berbasis masalah. Studi kasus, simulasi dan pemecahan masalah mengajukan perintah yang relevan dengan situasi. Perintah sebaiknya berhubungan dengan tugas-tugas yang bukan bersifat isi atau konten. Instruktur perlu mengenyampingkan egonya dan tak perlu khawatir terhadap ide-ide yang baru dan menantang Ciptakan lingkungan yang nyaman dan istirahat yang cukup Instruktur seharusnya menggunakan pertanyaan terbuka untuk membawa mereka ke pengalaman belajar. 8. Empat kunci pembelajaran orang dewasa a. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam proses b. Mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman terdahulu c. Meyakini bahwa semua informasi relevan d. Meyakini bahwa semua informasi siap digunakan pembelajar 9. Gaya Mengajar
6 Seorang pendidik harus memperhatikan kedua teori mengajar pada kolom berikut ini ; Teori X Rata-rata manusia segan bekerja dan sedapat-dapatnya menghindari pekerjaannya. Teori Y Pengeluaran tenaga fisik maupun mental merupakan hal biasa dalam pekerjaan, sebagaiman juga halnya dalam permainan dan krida. Karena keseganan itu, kebanyakan orang harus dipaksa, diawqsi, diarahkan, dan diancam dengan hukuman agar mereka mengeluarkan tenaga secukupnya untuk dapat memperoleh hasil kerja yang dikehendaki oleh organisasi yang bersangkutan. Rata-rata manusia lebih suka diarahkan, tidak senang diberi tanggungjawab, tidak mempunyai ambisi yang tinggi, dan yang paling dikehendaki adalah keamanan. Bukan hanya pengawasan dan ancaman yang merupakan cara untuk memperoleh hasil kerja yang dikehendaki oleh suatu organisasi. Keterlibatan dengan tuuan pekerjaan turut menambahkan rasa puas dengan prestasi kerja. Dalam kondisi yang baik manusia bukan hanya belajar menerima tanggung jawab dengan baik. Tetapi juga mencari tanggungjawab. Dalam masyarakat tidak jarang ada kesanggupan untuk menggunakan imajinasi, serta kecerdasan dan kreatifitas yang cukup tinggi untuk memecahkan suatu masalah. Dalam kondisi-kondisi kehidupan industri modern potensi ecerdasan rata-rata manusia baru sebagian saja digunakan. Teori X bersifat tradisional dan otokratis, sedangkan teori Y bersifat progresif dan partisipatif. Paradigma pembelajaran hari ini sudah berubah dari peserta didik sebagai objek menjadi subjek. Oleh karena itu pendidik harus progresif dan peserta didik harus berpartisipasi aktif. 10. Hukum Asumsi Berwujud
7 Kalau kita sudah membantu suatu asumsi tentang murid kita, sering terjadi mereka cendrung berkelakuan sesauai dengan asumsi kita. Dengan kata lain mereka akan mewujudkan asumsi kita mengenai mereka. Siswa yang diperlakukan sebagai pengacau, menjadi perusuh; siswa yang kita anggap tidak bertanggungjawab, memang berkelakuan tidak bertanggungjawab; siswa yang kita ramalkan akan gagal, berkelakuan seperti orang yang gagal. Tentu saja gejala asumsi berwujud berlangsung juga ke arah positif. Siswa yang dianggap cakap, dewasa, bertangggungjawab dan berhasil. Sering bekerja demikian sehingga mewujudkan ramalan kita. Dalam konteks pemebelajaran orang dewasa, sebagai pelatih harus memangun asumsi positif terhadap peserta diklat; pertukaran pendapat dengan peserta bertujuan untuk memperkaya wawasan bukan dalam rangka mencoba apalagi saling menyudutkan, peserta kelihatan santai karena mereka butuh suasana yang menyenagkan bukan karena mereka mau main-main atau tidak serius, jika sebagian mereka kelihatan super aktif karena pembelajaran orang dewasa memang mengutamakan peran peserta didik danmereka akan belajar jika pendapatnya dihormati, belajar orang dewasa bersifat unik, pelatih harus positive thinking, jika umumnya mereka mempunyai pendapat yang berbeda harus dimaknai sebuah kekayaan dalam proses pembelajaran, orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam, konsekuensinya memungkinkan terjadinya berbagai cara belajar, Dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar kita sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam buku Rosenthal dan Jacobson (1968), yang berjudul Pygmalyon in the Classroom. Dalam memilih strategi, pelatih harus berpedoman pada tiga kriteria: a. Sifat dari tujuan belajar yang harus dicapai b. Kebutuhan untuk memperkaya pengalamn belajar, seperti meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. c. Kemampuan peserta yang tercakup dalam tugas.
8 11. Syarat-Syarat Pendidik (Pelatih,instruktur) a. Taching Skill b. Communication Skills c. Personality Authority, Instruktur harus memiliki kewibawaan dimata peserta, agar dia berwibawa maka dia harus erprilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui. d. Social Skill e. Technical Competent f. Stabilitas Emosi C. Kesimpulan Agar pembelajaran pada orang dewasa berhasil, sang pendidik (pelatih,instruktur) paling tidak harus mengetahui hal-hal berikut ini secara baik: bagaimana menimbulkan motivasi belajar, tahap proses belajar, ciri-ciri belajar orang dewasa, suasan belajar yang kondusif, tips dan teknik pembelajaran orang dewasa, kunci pembelajaran orang dewasa, dan gaya mengajar. D. Rekomendasi Tulisan ini direkomendasikan kepada para peseta diklat, penyelenggara dan widyaiswara.
9 DAFTAR PUSTAKA Hamzah B. Uno, Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), 2009 Ivor K. Davies, the Management of Learning terj. Sudarsono Sudirdjo Cs, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers)1991 Malayu S.P.Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), 2002 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), 2008 Tukiran Taniredja, et all, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Bandung:Alfabeta), 2011
10 Hukum Belajar Morgan dalam Suprijanto mengemukakan bahwa ada beberapa unsur dalam hukum belajar berikut ini; (1) Keinginan belajar, (2) pengertian terhadap tugas, (3) hukum latihan, (4) hukum akibat, (5) hukum asosiasi, (6) rasa tertarik, keuletan, dan intensitas, (7) kesiapan hati, (8) pengetahuan akan keberhasilan dan kegagalan. Green, J. (1998). Androgogy: Teaching adults. In B. Hoffman (Ed.), Encyclopedia of Educational Technology. Retrieved August 6, 2008, from
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh umat manusia. Pendidikan tidak terbatas hanya untuk mereka yang berada pada tingkatan pedagogy saja tetapi juga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada manusia yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah adalah wadah pendidikan formal mempunyai tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMK Kristen (BM) merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan swasta bidang keahlian bisnis dan manajemen yang berada di kota Salatiga. Awalnya SMK Kristen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil
Lebih terperinciKETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR RINI SOLIHAT Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Pendahuluan Profesional : Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah
Lebih terperinciDwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN
TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 2, Juni 2017 Halaman: 76-84
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang
Lebih terperinciPENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran mengandung serangkaian perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini sedang berkembang pesat membuat persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media pengetahuan dapat di peroleh dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, dikarenakan pendidikan adalah salah satu pondasi dasar, yang bertujuan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan wadah bagi manusia untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas diri. Suatu bangsa dapat maju apabila masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi
Lebih terperinciPEMBELAJARAN ORANG DEWASA
KOPWIL 6 PEMBELAJARAN ORANG DEWASA PEKERTI DOSEN UNIMUS SEMARANG, 30 JAN 2017 CAPAIAN PEMBELAJARAN SETELAH MENYELESAIKAN PELATIHAN INI, DOSEN AKAN DAPAT MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG OPTIMAL DAN MENYENANGKAN
Lebih terperinciPERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN
PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,
Lebih terperinciBAGAIMANA MENGUKUR AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN?
BAGAIMANA MENGUKUR AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN? Oleh: Dr. Supinah (Widyaiswara PPPPTK Matematika) A. PENDAHULUAN Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Lebih terperinciPembelajaran Menggunakan Pendekatan PAIKEM
Pembelajaran Menggunakan Pendekatan PAIKEM Oleh : Wirasa Guru SMPN 2 Pleret Bantul Pendahuluan Di dalam Buku 2 Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegitan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu. pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan informal secara umum bisa
Lebih terperinciPENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)
PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) Oleh: Muhamad Fatih Rusydi Syadzili I Pendidikan esensinya bukan sebagai sarana transfer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu tuntutan bagi setiap warga negara, baik yang tua maupun yang masih muda. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat membekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
Lebih terperinciMETODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )
METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar
Lebih terperinciBAB 1 PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK
BAB 1 PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK A. Pengertian Pendekatan Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinci: Arining Tyas Dwi Marbawani : Penilaian kompetensi ranah afektif dikaitkandengan partisipasi belajar biologi dan kompetensi ranah psikomotor siswa
Nama Judul : Arining Tyas Dwi Marbawani : Penilaian kompetensi ranah afektif dikaitkandengan partisipasi belajar biologi dan kompetensi ranah psikomotor siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Quantum Teaching 1. Defenisi Quantum Teaching Menurut Mark Reardon (dalam Ari Nilandri 2001), Quantum Teaching merupakan orkestrasi bermacam macam interaksi yang ada di sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan yang ditetapkan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan merupakan suatu proses pembinaan, pengayoman, pengajaran dan pembentukan karakter manusia baik secara fisik dan mental untuk mencapai
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif
PEMBAHASAN 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun pembelajaran kreatif dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.
Lebih terperinciUPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd
UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia sejak masih kecil hingga sepanjang hidupnya. Proses mencari tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan sebagai pendengar saja, ketika guru menerangkan mereka justru
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukkan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan
Lebih terperinciKONSEP PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
KONSEP PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA Nyatur Guru SDN Sidomulyo I Kedungadem Email : nyatur_sidomulyo1@gmail.com Abstrak : Bentuk pembelajaran di
Lebih terperinciBelajar Dan Pembelajaran Metode Based Learning
Author : Edy Santoso Publish : 25-09-2011 09:46:35 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya, yang menjadikan siswa menuju keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan masih terkendala oleh tiga masalah penting. Pertama, ketidakmerataan kesempatan pendidikan. Pendidikan belum sepenuhnya dapat dirasakan
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena segala pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan faktor yang diperoleh dari dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk dapat mensejahterakan kehidupannya. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh kelebihan yang tentunya
Lebih terperinciPendekatan Problem Based Learning untuk Pembelajaran Optimal
Pendekatan Problem Based Learning untuk Pembelajaran Optimal Oleh : Aini Mahabbati *) Pendahuluan Proses pembelajaran selalu berorientasi untuk menjawab pertanyaan mengenai efektivitas pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa. Tugas dan
Lebih terperinciguna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.
8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran dan mengajar tidak lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,
1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek yang berorientasi pada aktivitas siswa. Seperti yang dikemukakan pada Bab IV pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
164 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini disajikan sejumlah simpulan dan rekomendasi terkait hasil penelitian tentang analisis implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PAKEM DI MIS MAURA EL-MUMTAZTANAH SERIBU BINJAI SELATAN Athiiyah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapan Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin, 2006,
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciPENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI
PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI Danu Hoedaya Ilustrator: Didin Budiman Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan merupakan hal mendasar yang dibutuhkan manusia selama hidup. Selama hidup manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia ( id-ego super ego)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang berlangsung seumur hidup, yang menyebabkan perubahan tingkah laku dalam dirinya yang menyangkut perubahan pengetahuan
Lebih terperinci