Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol Daun Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber terhadap Modulasi Sel T CD4+ dan CD8+ pada Mencit Bunting BALB/c

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol Daun Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber terhadap Modulasi Sel T CD4+ dan CD8+ pada Mencit Bunting BALB/c"

Transkripsi

1 Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol Daun Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber terhadap Modulasi Sel T CD4+ dan CD8+ pada Mencit Bunting BALB/c Roffico 1), Muhammad Sasmito Djati 2) 1),2) Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang 1) fallenroffico@yahoo.co.id dan 2) msdjati@ub.ac.id ABSTRAK Tanaman yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai obat dalam pengobatan tradisional adalah Kedondong Laut (Polyscias obtusa) dan Tapak Liman (Elephantopus scaber. L). Tanaman ini mengandung senyawa aktif yang dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek dari ekstrak ethanol daun Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber. L terhadap ekspresi sel T CD4+ dan CD8+ pada mencit bunting BALB/c. Hasil menunjukkan bahwa jumlah relatif sel T CD4+ dan CD8+ tidak berbeda nyata (p> 0,05) dapat diketahui dari peningkatan dan penurunan yang terjadi pada setiap perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti, rata-rata jumlah relatif sel T tidak berbeda secara nyata untuk perlakuan yang diberikan pada mencit bunting BALB/c. Berdasarkan hasil output Tukey Test dan subset yang terbentuk terlihat bahwa jumlah relatif sel T tidak berbeda nyata untuk perlakuan yang diberikan pada mencit bunting BALB/c. Hasil juga menunjukkan jumlah relatif sel T memang berbeda secara nyata (p< 0,05) untuk waktu pembedahan. Namun, setelah dilakukan Tukey Test subset yang terbentuk menunjukkan bahwa jumlah relatif sel T tidak berbeda nyata (p> 0,05) terhadap waktu pembedahan. Kenaikan dan penurunan jumlah sel T CD4+ dan CD8+, kemungkinan karena aktivitas biologis senyawa yang terkandung dalam P. obtusa yaitu panaxidol dan stiqmasterol dalam E. scaber yang dapat bertindak sebagai imunosupresan dan imunomodulasi. Dosis optimum ekstrak ethanol daun P. obtusa dan E. scaber dalam peningkatan sel limfosit belum dapat ditentukan. Kata kunci: Elephantopus scaber, limfosit, Polyscias obtusa ABSTRACT Plants that have the potential to be used as a drug in traditional medicine are Kedondong Laut (Polyscias obtusa) and Tapak Liman (Elephantopus scaber. L), these plants contain active compounds that can affect the body's defense mechanisms. This study aims to determine how the effects of the ethanol extract of the Polyscias obtusa and Elephantopus scaber L. leaves on the expression of CD4+ and CD8+ T cells in pregnant mice strain BALB/c. The results showed that the relative amount of CD4+ and CD8+ T cells were not significantly different (p> 0.05) can be determined from the increase and decrease in each treatment compared with the control. This means that, on average the relative number of T cells was not significantly different for the treatment accorded to pregnant mice BALB/c. Based on the results of the Tukey test output and the subset that forms seen that the relative number of T cells was not significantly different for the treatment to be given to pregnant mice BALB/c. The results also show the relative number of T cells was significantly different (p <0.05) for the time of surgery. However, after the Tukey test showed that the subset that forms the relative number of T cells was not significantly different (p> 0.05) to the time of surgery. The increase and decrease in the number of CD4+ and CD8+ T cells, possibly due to the biological activity of the compounds contained in the P. obtusa is panaxidol and E. scaber is stiqmasterol in that can act as an immunosuppressant and immunomodulating. The optimum dose of ethanol extract of P. obtusa and E. scaber leaves can increase lymphocyte cells could not be determined. Key words: Elephantopus scaber, lymphocytes, Polyscias obtusa PENDAHULUAN Kehamilan berhubungan erat dengan respon imun maternal. Terjadi reaksi penolakan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit ketika antigen berada di saluran reproduksi. Hal ini disebabkan dari gen paternal yang dianggap sebagai protein asing oleh tubuh maternal. Selama hamil, sistem kekebalan tubuh berubah. Ibu hamil jadi lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi oleh bakteri dan virus. Hal ini karena janin memiliki separuh DNA dari sang Jurnal Biotropika Vol. 2 No

2 ayah, sehingga sistem kekebalan tubuh ibu mengenali sebagai antigen asing. Oleh karena itu, selama kehamilan sistem kekebalan tubuh berubah agar tidak membahayakan janin dalam kandungan [1]. Perubahan dalam sistem kekebalan tubuh ibu yaitu dengan berkurangnya aktivitas sel T. Sel ini yang membantu mengontrol infeksi virus, bakteri dan patogen lain. Akibat menurunnya fungsi sel T, ibu hamil jadi lebih rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi dari bakteri seperti Salmonella penyebab demam tifoid. Sebagai contoh, infeksi dari bakteri seperti Salmonella juga tentu dapat membahayakan ibu hamil dan janin. Hal ini pasti menimbulkan dua kekhawatiran yaitu apa penyakitnya bisa membahayakan janin dan apa obat yang diminum berbahaya bagi janin. Beberapa penyakit infeksi selama kehamilan, memang lebih berisiko pada ibu, tapi juga bisa membahayakan janin, antara lain bisa menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, bayi lahir dengan menderita kelainan atau meninggal di dalam kandungan [1]. Sehingga penggunaan obat sintetik sebaiknya diminimalkan. Terdapat alternatif lain untuk menghindari penggunaan obat sintetik yang berdampak destruktif, yaitu dengan penggunaan obat herbal. Obat herbal ini berasal dari tumbuhan sehingga memberi efek sistemik pada tubuh tidak seperti obat aktif sintetik [2]. Salah satu contoh tumbuhan yang berpotensi sebagai obat herbal yaitu Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber. Kedua tumbuhan ini dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi penggunaan obat sintetik yang berdampak negatif bagi janin dan tubuh maternal. Tumbuhan Kedondong Laut (Polyscias obtusa) dan Tapak Liman (Elephantopus scaber. L) mengandung senyawa aktif yang mampu mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh [3,13,14,15]. Mekanisme pertahanan alamiah tubuh itu meliputi reaksi-reaksi spesifik maupun reaksi non-spesifik yang berperan dalam proses eliminasi penyebab penyakit dan mikroba [4]. Tanaman Tapak Liman juga diketahui dapat mengatasi berbagai penyakit radang seperti peradangan amandel, influenza, radang tenggorok, radang mata, radang ginjal akut dan kronis serta radang rahim [5]. Tumbuhan ini dimungkinkan dapat membangun kembali kondisi pemulihan dari tubuh maternal. Salah satu alternatif untuk memahami manfaat suatu tanaman secara farmakologis dapat dilakukan dengan cara mengamati determinasi pertumbuhan hematopoietic stem cells (HSC), terutama mobilisasi HSC yang mengarah dalam terbentuknya sistem imun. Sistem imun terdiri dari sistem imun alamiah atau non spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun spesifik humoral dan selular. Bagian yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T. Sel T berfungsi sebagai regulator dan efektor, salah satu organ yang berperan dalam metabolisme sistem imun adalah limpa [4]. Sel limfosit T akan berproliferasi menjadi beberapa subpopulasi sel T, seperti sel T helper (CD4 + ), sel T sitotoksik (CD8 + ), dan sel T memori. Sel T berkembang menjadi dua subset: CD4 + Th yang berkembang menjadi Th1, Th2 dan CD8 + CTL/Tc. Sel T juga mengekspresikan reseptor T spesifik yang berperan dalam proteksi terhadap infeksi virus dan infeksi intraseluler [6,13,14,15]. CD4 merupakan antigen yang mengekspresikan sel pada subset timosit dan sel inflamasi sel T (sekitar 2/3 sel T perifer), monosit dan makrofag. CD4 berfungsi sebagai ko-reseptor MHC kelas-ii (Mayor Histocompatibility Complex) dan mengikat Lck pada membran yang berhubungan dengan membran. Sedangkan CD8 adalah antigen yang mengekspresikan sel subset timosit, sel T sitotoksik. CD8 ini berperan sebagai ko-reseptor MHC kelas I dan mengikat Lck pada membran yang berhadapan dengan sitoplasma [6]. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana efek dari kombinasi ekstrak ethanol daun Polyscias obtusa dan daun Elephantopus scaber. L terhadap ekspresi sel T CD4 +, CD8 + pada mencit bunting strain BALB/c. METODE PENELITIAN Percobaan ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan Juni Pelaksanaan penelitian bertempat di Animal Room Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler, Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. Desain Eksperimen. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit betina bunting (Mus musculus) galur BALB/c berumur 6 Jurnal Biotropika Vol. 2 No

3 minggu dengan kondisi sehat, bergerak aktif, rambut tidak rontok, dan tidak memiliki kecacatan. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan yaitu mencit kontrol non-bunting, mencit kontrol bunting diinfeksi Salmonella typhimurium, mencit bunting diinfeksi diberi ekstrak dosis I (ekstrak campuran daun E. Scaber 50 mg/g BB dan P. obtusa 0 mg/g BB), dan mencit bunting diinfeksi diberi ekstrak dosis II (ekstrak campuran daun E.scaber 25 mg/g BB dan P. obtusa 25 mg/g BB). Awalnya mencit betina estrus dikawinkan dengan mencit jantan dan pada pagi hari dilihat adanya vaginal plug. Mencit mulai diberi perlakuan oral ekstrak campuran daun E. Scaber dan P. obtusa pada hari kebuntingan ke-0 hingga hari ke-7 dan dilakukan infeksi menggunakan Salmonella typhimurium. Sebelum dilakukan infeksi menggunakan bakteri Salmonella typhimurium, terlebih dahulu dilakukan uji konfirmasi dalam rangka untuk memastikan isolat yang digunakan adalah benar bakteri S. Typhimurium. Pemberian ekstrak secara oral tetap dilakukan hingga pembedahan pertama yaitu hari kebuntingan ke-14 dan pembedahan kedua hari kebuntingan ke-18. Pembuatan Ekstrak Ethanol E. Scaber dan P. obtusa. Simplisia daun P.obtusa sebanyak 500 g direndam dengan 2,5 liter alkohol 96% selama 24 jam. Hasil rendaman diberi lagi dengan 2,5 liter alkohol 96% dan dibiarkan selama 24 jam. Hasil rendaman ditekan dengan press hidrolik dan diekstraksi hingga diperoleh pasta. Hasil akhir diperoleh pasta daun P.obtusa. Proses pembuatan pasta daun E.scaber juga sama dengan pembuatan pasta daun P.obtusa seperti penjelasan di atas. Kemudian pasta daun P.obtusa dan pasta daun E.scaber dilarutkan dengan akuades untuk membuat larutan stok. Ditimbang 0,5 g E.scaber, disiapkan 100 ml akuades hangat dicampur dengan pasta E.scaber. Diaduk dengan spatula hingga tercampur, dimasukkan dalam botol dan diberi label. Cara membuat larutan stok ekstrak P.obtusa juga sama seperti uraian di atas. Preparasi Infeksi Salmonella typhimurium. Setelah dilakukan uji konfirmasi dan menunjukkan hasil positif, berarti isolat yang digunakan adalah benar bakteri S. Typhimurium dan bersifat patogen. Kemudian, disiapkan 10 ml media steril Nutrient Broth. Diambil 1 ose pada NA slant yang berisi S. Typhimurium dan dimasukkan dalam 10 ml NB diinkubasi 37ºC selama 24 jam dalam inkubator, sehingga diperoleh inokulum aktif. Diambil 0,5 ml inokulum aktif, dicampur dengan 4,5 ml NB steril. Injeksi dilakukan pada jam ke-0 sampling. Mencit diinjeksi secara intraperitoneal pada hari kebuntingan ke-7 sebanyak 0,5 ml per mencit. Isolasi Sel Limfosit dari Organ Spleen. Mencit didislokasi leher terlebih dahulu, ditaruh pada papan sectio yang telah disemprot alkohol. Mencit dibedah pada bagian peritoneal, diisolasi organ berupa spleen. Dicuci dengan PBS steril 2-3 kali, organ spleen dimasukkan dalam cawan Petri berbeda yang berisi PBS dan dipencet menggunakan pangkal spuit searah jarum jam. Disaring dengan wire, dimasukkan dalam tabung propilen 15 ml, diberi PBS ± 5 ml pada saringan sel. Kemudian, suspensi sel disentrifugasi pada 2500 rpm suhu 4ºC selama 5 menit. Pelet diresuspensi dengan PBS sebanyak 1 ml dan dihomogenasi dalam eppendorf. Diambil 70 µl sel dan ditambah 500 µl PBS dimasukkan dalam microtube, dilakukan sentrifugasi pada 1500 rpm suhu 10ºC selama 5 menit. Pelet ditambah antibodi 50µl dan diinkubasi selama 15 menit dalam kondisi gelap di dalam ice box. Analisis Kuantitatif Sel T CD4 + dan CD8 + Menggunakan Flowcytometry. Pelet hasil dari isolasi spleen dalam eppendorf ditambahkan antibodi monoklonal phycoerythrin (PE)- conjugated anti-mouse CD8 dan fluorescein isothiocyanate (FITC)-conjugated anti-mouse CD4, lalu disimpan dalam ice box dan diinkubasi dalam kondisi gelap. Kemudian dilakukan koneksi antara komputer dengan flowcytometry pada keadaan acquiring dan setting software BD Cell Quest Pro TM sesuai kebutuhan. Pelet dimasukkan dalam tabung kuvet pada flowcytometry dengan mikropipet, lalu ditambahkan 500µl PBS dan dihomogenkan dengan pipeting. Kuvet dipasang pada nozzle BD Biosciences FACSCalibur TM flowcytometry. Analisis Data. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan uji ANOVA selang kepercayaan 95%, data jumlah relatif sel T CD4 +, CD8 +, pada organ spleen diuji statistik dengan uji normalitas, uji homogenitas varian. Data yang telah terdistribusi normal dengan Jurnal Biotropika Vol. 2 No

4 variasi homogen, diuji dengan one-way ANOVA dengan nilai α=0.05. apabila diperoleh p>0.05 maka tidak ada beda nyata antar perlakuan, sebaliknya jika p<0.05 maka ada beda nyata antar perlakuan. Kemudian dilakukan post-hoc test dengan uji Tukey HSD (High Significant Difference). Data diuji statistik menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Jumlah Relatif Sel T CD4 + dan CD8 +. Analisis jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktifitas biologis dari pemberian ekstrak ethanol daun E. Scaber dan P. obtusa terhadap peningkatan kuantitas sel CD4 + dan CD8 +. Peningkatan kuantitas sel CD4 + dan CD8 + dapat digunakan untuk melihat karakter sistem imun yang dianalisis menggunakan Flowcytometry. Sel CD4 + dan CD8 + berhubungan dengan respon imun seluler, dimana sel CD4 + sebagai sel T helper dan sel CD8 + sebagai sel T sitotoksik. Berikut di bawah ini (Gambar 1) merupakan profil persentase jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + pada pembedahan hari ke-14 dan (Gambar 2) merupakan profil persentase jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + pada pembedahan hari ke-18. Kontrol Non-Bunting Kontrol Bunting Infeksi 16,06% 10,26% Dosis I 23,01% Dosis II 21,75% Kontrol Non-Bunting 11,74% 12,20% Dosis I 19,98% 16,51% Kontrol Bunting Infeksi 6,17% 10,89% Dosis II 13,35% 39,08% CD4+ Gambar 2. Profil persentase jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + dari hasil analisis Flowcytometry pada organ spleen pembedahan hari ke-18 Hasil (gambar 1) di atas menunjukkan, jumlah relatif sel T CD4+ dan CD8+ pembedahan hari ke-14 pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibanding dengan perlakuan dosis I dan dosis II. Sel T CD4+ dan CD8+ pembedahan hari ke-14 mengalami peningkatan jumlah relatif sel pada perlakuan dosis I dibanding dengan perlakuan dosis II. Hal ini berbeda dengan hasil pada gambar 2. Jumlah relatif sel T CD4+ pembedahan hari ke- 18, pada perlakuan dosis II mengalami peningkatan dibanding dengan dosis I dan perlakuan kontrol (Gambar 2). Sedangkan jumlah relatif sel T CD8+ pembedahan hari ke-18, pada perlakuan dosis I mengalami peningkatan dibanding dengan dosis II dan perlakuan kontrol. Data hasil Flowcytometry, kemudian dianalisis statistika (Gambar 3) menunjukkan jumlah relatif sel T CD4+ dan CD8+ tidak berbeda nyata (p> 0,05) dengan perlakuan yang digunakan. 9,47% 7,69% 20,42% 15,51 CD4 Gambar 1. Profil persentase jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + dari hasil analisis Flowcytometry pada organ spleen pembedahan hari ke-14 Gambar 3. Perubahan jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + terhadap perlakuan pada organ spleen. Keterangan: Kontrol = non-bunting; Jurnal Biotropika Vol. 2 No

5 Kontrol = bunting infeksi; Dosis I = 50 mg/g E. scaber dan 0 mg/g P. obtusa; Dosis II = 25 mg/g E. scaber dan 25 mg/g P. obtusa Hasil uji statistik (gambar 4) menunjukkan bahwa jumlah relatif sel T CD4+ dan CD8+ tidak berbeda nyata dengan waktu pembedahan hari ke- 14 dan hari ke-18. Gambar 4. Perubahan jumlah relatif sel T CD4 + dan CD8 + terhadap waktu pembedahan hari ke- 14 dan hari ke-18 pada organ spleen Berdasarkan hasil, terlihat bahwa percobaan ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p> 0,05) untuk perlakuan. Hal ini berarti rata-rata jumlah relatif sel T tidak berbeda secara nyata untuk perlakuan yang diberikan pada mencit bunting BALB/c. Berdasarkan hasil output Tukey Test dan subset yang terbentuk terlihat bahwa jumlah relatif sel T tidak berbeda nyata untuk perlakuan yang diberikan pada mencit bunting BALB/c. Kemudian, terlihat bahwa terdapat perbedaan secara nyata (p< 0,05) untuk waktu pembedahan. Hal ini berarti rata-rata jumlah relatif sel T memang berbeda secara nyata untuk tiap waktu pembedahan. Berdasarkan hasil output Tukey Test dan subset yang terbentuk terlihat bahwa jumlah relatif sel T tidak berbeda nyata terhadap waktu pembedahan. Terdapat kemungkinan, senyawa yang terkandung dalam ekstrak ethanol daun E.scaber dan P.obtusa mampu berperan sebagai imunostimulan, sehingga dapat meningkatkan proliferasi dan deferensiasi sel T naive menjadi subset sel T CD4 +. Peningkatan maupun penurunan jumlah sel T CD4 + dan CD8 + kemungkinan akibat dari aktifitas biologis senyawa panaxidol yang terkandung dalam P.obtusa dan senyawa stiqmasterol yang terkandung dalam E.scaber. Senyawa tersebut mampu berperan sebagai imunostimulan dan imunosupresan. Senyawa tersebut mampu menjadi imunosupresan sel T naive CD4 + CD8 + yang menghambat proliferasi maupun diferensiasi sel T naive menjadi subset sel T CD8 + yang spesifik sebagai sel Tc. Sel Tc ini berperan dalam mengeliminasi antigen yang menginfeksi tubuh. Terjadi stimulasi proliferasi dan deferensiasi sel T naive CD4 + CD8 + menjadi spesifik sel T CD4 + sebagai sel T efektor Th1 maupun Th2 [7,14]. Terjadinya diferensiasi sel T CD4 + menjadi Th1 dan Th2 tergantung sitokin yang diproduksi pada saat merespon mikroba yang memacu reaksi imunitas [8,13]. Mikroba yang dapat memacu produksi IL-12 secara tidak langsung, misalnya virus, beberapa parasit memacu sel NK untuk memproduksi IFNgamma dan memacu makrofag mengeluarkan IL- 12. IL-12 berikatan dengan sel T CD4 + sehingga memacu untuk menjadi sel Th1. IL-12 juga meningkatkan produksi IFN-gamma dan aktifitas sitolitik yang dilakukan oleh sel T sitotoksik dan sel NK sehingga memacu imunitas seluler. IFNgamma yang diproduksi Th1 akan menghambat proliferasi sel Th2 sehingga meningkatkan dominasi sel Th1 [9,13,14]. Kemungkinan selanjutnya senyawa yang terkandung di dalam ekstrak ethanol daun E.scaber dan P.obtusa berperan sebagai imunostimulan yang mampu meningkatkan proliferasi dan deferensiasi sel T naive menjadi subset sel T CD4 +. Pada permulaannya, progenitor sel T dalam timus tidak mengekspresikan CD8 dan CD4. Proses perkembangannya juga melalui beberapa tahapan. Timosit yang belum matang mengekspresikan CD8 dan CD4 dan sel ini akan meningkatkan kematangan sel T yaitu CD4 +,CD8- atau CD4-,CD8 +. Sel T yang mampu mengenal pasti MHC ini akan dipilih untuk proses pematangan yang dikenali sebagai seleksi positif. MHC kelas I ini akan mengeluarkan sinyal instruksi untuk mengarahkan diferensiasi kepada jalur CD8 [10,15]. Sel T CD8 + naif memerlukan aktivasi dan diferensiasi lanjut untuk menjadi sel T efektor yang bisa melisiskan sel target yang terinfeksi antigen dan sel-sel tumor [11,15]. Sel T CD8 + mengenali antigen yang dipaparkan oleh molekul MHC I. Oleh karena, molekul MHC I dapat Jurnal Biotropika Vol. 2 No

6 ditemukan pada sel-sel tubuh yang memiliki nukleus, maka sel T CD8 + dengan mudah memonitor sel jika terjadi tanda-tanda infeksi [10,14]. Sel T CD8 + akan diaktifasi menjadi sel T efektor setelah bertemu langsung dengan antigen pada APC profesional atau non-profesional dan menerima second signal, sehingga sitokin seperti IL-2, IFN-gamma dan TNF-alpha yang dilepaskan oleh sel T helper CD4 + [12,13,14,15]. Pemberian perlakuan dosis untuk mengetahui jumlah sel T CD4 + dan CD8 + masih belum bisa ditentukan, berapa dosis optimum untuk meningkatkan ekspresi sel T CD4 + dan CD8 +. Peranan sel T CD8 + sebagai sel T sitotoksik, seharusnya mengalami peningkatan apabila tubuh terpapar antigen, bisa juga akibat adanya sel yang dimungkinkan sel kanker. Berdasar hasil, dimungkinkan adanya senyawa aktif panaxidol dalam P.obtusa mampu menstimulasi proliferasi sel T CD4 + dan CD8 +, namun ketika ekstrak tersebut dicampur mampu menjadi imunosupresan, sehingga hasilnya tidak ada beda nyata resultantenya. KESIMPULAN Pemberian ekstrak ethanol daun E.scaber dan P.obtusa secara oral meningkatkan jumlah sel T CD4 + pada Dosis I (50 mg/g E.scaber dan 0 mg/g P.obtusa) pembedahan hari ke-14 dan Dosis II (25 mg/g E.scaber dan 25 mg/g P.obtusa) pada pembedahan hari ke-18. Peningkatan jumlah sel T CD8 +, pada Dosis 1 (50 mg/g E.scaber dan 0 mg/g P.obtusa). Dosis optimum ekstrak ethanol daun E.scaber dan P.obtusa dalam peningkatan sel limfosit belum dapat ditentukan. DAFTAR PUSTAKA [1] Saito S, Nakashima A, Shima T, Ito M Th1/Th2/Th17 and regulatory T-cell paradigm in pregnancy. Am J Reprod Immunol 73: [2] Spelman, K., Burns J.J., Nichols D., Winters N., Ottersberg S., dan Tenborg M Modulation of cytokine expression by traditional medicines: A review of herbal immunomodulators. Alternative Med. Rev. 11: [3] Pinca S, Djati, MS., Rifa i M Analisis Mobilisasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium dan Pemberian Simplisia Polyscias obtusa. Biotropika 1 (1) : [4] Abbas, A.K., dan Lichtman, A.H Cellular and Molecular Immunology. Fifth Edition. W.B. Saunders Company. California. [5] Mohan V.R., Chenthurpandy P., dan Kalidass C Pharmacognostic and phytochemical investigation of Elephantopus scaber L. Journal of Pharmaceutical Science and Technology. 2 (3), [6] Baratawidjaya, K.G Imunologi Dasar. Balai Penerbit. FK UI: Jakarta. [7] Rifa i M, Shi Z, Zhang SY, Lee YH, Shiku H, Isobe K, Suzuki H CD8 + CD12 + regulatory T cells recognize activated T cells via conventional MHC class I-αβTCR interaction and become IL-10 producing active regulatory cells. International immunology 20 (7), [8] Rifa i M Andrographolide ameliorate rheumatoid arthritis by promoting the development of regulatory T cells. Journal of Tropical Life Science 1 (1), pp.5-8. [9] Kung, C., Pingel J., Heikinheimo M., Klemola T Mutations in The Tyrosine phosphatase CD45 Genes in Child With Sever Combine Immunodeficiency Disease. Nature Medicine. 6(3): [10] Michael, H.R Histology A Text and Atlas 5 th Edition. Lippincott William & Wilkins. Maryland. [11] Rifa i M CD4 + CD25 + Regulatory T Cells Preventing Detrimental Autoimmune Reactions. The Open Autoimmunity Journal 5: 1-5. [12] Rifa i M, Kawamoto Y, Nakashima I, Suzuki H Essential roles of CD8 + CD122 + regulatory T cells in the maintenance of T cell homeostasis. The Journal of experimental medicine 200 (9), [13] Farsely, M., Djati, MS., Rifa'i M Effectivity of Polyscias obtusa Simplicia as Immunomodulator on CaecaTonsil of Broiler Post Infection of Salmonella Jurnal Biotropika Vol. 2 No

7 typhimurium. The Journal of Experimental Life Science, 3(1): [14] Kurnianingtyas, E., Djati, MS., Rifa'i M Aktivitas Imunomodulator Polyscias obtusa Terhadap Sistem Imunitas Pada Bone Marrow Broiler Setelah Pemberian Salmonella typhimurium. The Journal of Experimental Life Science, 3(1): [15] Pradana, A. R. A., Djati, MS., Rifa'i M Mobilization of CD4+, CD8+, and B220+ on Broiler Chicken Spleen with Feed Contained Polyscias obtusa Post Infection of Salmonella typhimurium. The Journal of Experimental Life Science, 3(1): Jurnal Biotropika Vol. 2 No

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki sistem imun sebagai pelindung dari berbagai jenis patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. 1

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

Nida Asfi 1, Moch. Sasmito Djati 1. 2)

Nida Asfi 1, Moch. Sasmito Djati 1. 2) Perkembangan sel T CD4 dan CD62L pada Organ Spleen Mencit yang diinfeksi Salmonella typhimurium setelah pemberian Ekstrak Ethanol Daun Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber Nida Asfi 1, Moch. Sasmito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. ii ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Viusid Pet terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, jamur, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,

Lebih terperinci

Alamat korespondensi :

Alamat korespondensi : Analisa Flow Cytometry pada Subpopulasi Sel T-Limfosit Bursa Fabricius Ayam Pedaging Pasca Infeksi typhimurium dan Pemberian Pakan Tambahan obtusa Septi Utami Dewi 1, Mochammad Sasmito Djati 1, Muhaimin

Lebih terperinci

Uwais Al Qarni, Muhaimin Rifa i

Uwais Al Qarni, Muhaimin Rifa i Uji Aktifitas Biologis Fraksi Ethanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Terhadap Perubahan Kuantitatif Sel T Regulator Pada Mencit BALB/c (Mus musculus) Uwais Al Qarni, Muhaimin Rifa i Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT PADA LIMPA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINOKULASI Listeria monocytogenes Shella Hudaya, 2008 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium 49 BAB 5 PEMBAHASAN Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Biokimia Universitas Muhammdiyah Jogjakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 1 Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang dan menular melalui makanan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga sebagai tempat pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang

Lebih terperinci

Brawijaya, Jl. Veteran Malang.

Brawijaya, Jl. Veteran Malang. Pengaruh Ekstrak Daun Polyscia Obtusa Dan Elephantopin Scaber.L Terhadap Sel B220 + Dan TER 119 + Mencit Balb/C Bunting yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypimurium Ainun Fadhilah 1), Moh Sasmito Djati

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran. Dian Kusumaningrum 3, Winarto 4

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran. Dian Kusumaningrum 3, Winarto 4 PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA LIMPA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI Salmonella typhimurium ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

Pengobatan yang menggunakan bagian tertentu dari sistem imun untuk menyembuhkan penyakit. Sering disebut juga biologic therapy atau biotherapy.

Pengobatan yang menggunakan bagian tertentu dari sistem imun untuk menyembuhkan penyakit. Sering disebut juga biologic therapy atau biotherapy. Ika Puspita Dewi 1 Pengobatan yang menggunakan bagian tertentu dari sistem imun untuk menyembuhkan penyakit. Sering disebut juga biologic therapy atau biotherapy. Dapat dilakukan dengan : Menstimulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive immunity). Sistem imun bawaan bersifat non-spesifik sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana

Lebih terperinci

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

7.2 CIRI UMUM SITOKIN BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan berlapis-lapis dalam menghadapi invasi patogen yang masuk seperti bakteri, jamur, virus

Lebih terperinci

MATURASI SEL LIMFOSIT

MATURASI SEL LIMFOSIT BAB 5 MATURASI SEL LIMFOSIT 5.1. PENDAHULUAN Sintesis antibodi atau imunoglobulin (Igs), dilakukan oleh sel B. Respon imun humoral terhadap antigen asing, digambarkan dengan tipe imunoglobulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa-senyawa yang dapat memodulasi sistem imun dapat diperoleh dari tanaman (Wagner et al., 1999). Pengobatan alami seharusnya menjadi sumber penting untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

] 2 (Steel dan Torrie, 1980) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. B. Tempat Penelitian Tempat pemeliharaan dan

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL HERBA PURWOCENG

PENGARUH EKSTRAK ETANOL HERBA PURWOCENG ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL HERBA PURWOCENG (Pimpinella alpina ) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Cindy Caroline, 2011; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA) TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA HEPAR MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang dihadapkan pada berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP PROLIFERASI SEL LEUKOSIT MENCIT JANTAN GALUR DDY YANG DIINDUKSI KOLITIS DENGAN DSS Elsa Angelie, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, M.Si.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia yang menjadi perhatian serius untuk segera ditangani. Rendahnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT Daniel Asa Singarimbun, 2006 Pembimbing : Hana Ratnawati, dr., M.Kes Hampir setiap saat, tubuh kita terpajan pada

Lebih terperinci

Analisis Mobilisasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium dan Pemberian Simplisia Polyscias obtusa

Analisis Mobilisasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium dan Pemberian Simplisia Polyscias obtusa Analisis Mobilisasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium dan Pemberian Simplisia Polyscias obtusa Swastika Pinca 1, Muhammad Sasmito Djati 1, Muhaimin Rifa

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis, Park. Fsb.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT GALUR SWISS-WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN Elizabeth Tanuwijaya, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kim et al., 2009). Tuberkulosis pada umumnya terjadi di paru-paru

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

AINUN RISKA FATMASARI

AINUN RISKA FATMASARI AINUN RISKA FATMASARI 10703043 EFEK IMUNOSTIMULASI EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA URB) DAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GABUNGAN EKSTRAK Phaleria macrocarpa DAN Phyllanthus niruri TERHADAP PERSENTASE LIMFOBLAS LIMPA PADA MENCIT BALB/C

PENGARUH PEMBERIAN GABUNGAN EKSTRAK Phaleria macrocarpa DAN Phyllanthus niruri TERHADAP PERSENTASE LIMFOBLAS LIMPA PADA MENCIT BALB/C PENGARUH PEMBERIAN GABUNGAN EKSTRAK Phaleria macrocarpa DAN Phyllanthus niruri TERHADAP PERSENTASE LIMFOBLAS LIMPA PADA MENCIT BALB/C LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap morfologi dan histologi hepar mencit betina (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam,

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada keadaan normal, paparan mikroorganisme patogen terhadap tubuh dapat dilawan dengan adanya sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Pada saat fungsi dan jumlah sel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Penigkatan Jumlah Sel T CD4 dan T CD8 pada Mencit BALB/C

Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Penigkatan Jumlah Sel T CD4 dan T CD8 pada Mencit BALB/C Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Penigkatan Jumlah Sel T CD4 dan T CD8 pada Mencit BALB/C Immunostrimulatory Effects of Extract Ethanol From Cinnamon (Cinnamomun

Lebih terperinci

Modulasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Spleen Ayam Arab Putih (Gallus turcicus) dengan Ransum yang Mengandung Daun Pepaya (Carica papaya L.

Modulasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Spleen Ayam Arab Putih (Gallus turcicus) dengan Ransum yang Mengandung Daun Pepaya (Carica papaya L. Modulasi Sel T CD4 + dan CD8 + pada Spleen Ayam Arab Putih (Gallus turcicus) dengan Ransum yang Mengandung Daun Pepaya (Carica papaya L.) Herminah Febrianty 1), M. Sasmito Djati 2) 1), 2) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dialami adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Vitamin A Terhadap Penurunan Parasitemia Mencit yang Diinfeksi Plasmodium berghei

Pengaruh Pemberian Vitamin A Terhadap Penurunan Parasitemia Mencit yang Diinfeksi Plasmodium berghei Unnes J Life Sci (1) (2012) Unnes Journal of life science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ Unnes J Life Sci Pengaruh Pemberian Vitamin A Terhadap Penurunan Parasitemia Mencit yang Diinfeksi Plasmodium

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER Timothy Imanuel, 2014, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel 57 RINGKASAN Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel Piramid Cerebrum pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi pada mencit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan imunologi, farmakologi, dan pengobatan tradisional. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

: Minyak Buah Merah, Panjang Badan Janin, Mencit

: Minyak Buah Merah, Panjang Badan Janin, Mencit ABSTRAK MINYAK BUAH MERAH ( Pandanus conoideus Lam. ) TERHADAP PENURUNAN PANJANG JANIN MENCIT Balb/C Febriana Kurniasari, 2011. Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., Mkes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT

PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT (EGCG) DAN EPIGALLOCATECHIN (EGC) DALAM TEH HIJAU TERHADAP PROLIFERASI SEL LEUKOSIT MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI COLITIS DENGAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan I Kode Mata Kuliah/SKS : SKH. 532 Tingkat/Semester : II/III Pertemuan Ke : 8 Waktu Pertemuan : 2 x 60 menit A. Kompetensi 1. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PEMBERIAN SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PENURUNAN KADAR IFN- SERUM MENCIT GALUR Balb/C MODEL KANKER KOLOREKTAL

ABSTRAK. EFEK PEMBERIAN SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PENURUNAN KADAR IFN- SERUM MENCIT GALUR Balb/C MODEL KANKER KOLOREKTAL ABSTRAK EFEK PEMBERIAN SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PENURUNAN KADAR IFN- SERUM MENCIT GALUR Balb/C MODEL KANKER KOLOREKTAL Messia P. Raharjo, 2010. Pembimbing I Pembimbing II : Oeij

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI ABSTRAK PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa) DAN EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzigium polyanthum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR Balb/C YANG DIINDUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dikelilingi oleh berbagai bahan organik dan anorganik yang dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit dan kerusakan jaringan. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia hidup dalam dunia yang penuh dengan mikroorganisme, dan setiap saat tubuh manusia terpapar oleh bakteri, fungi, parasit, dan virus. Paparan antigen yang terus-menerus

Lebih terperinci

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Samuel Widodo, Pembimbing 1 : Khie Khiong, dr., S.Si., M.Si., M.Pharm.Sc., PhD., PA(K). Pembimbing 2 : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Samuel Widodo, Pembimbing 1 : Khie Khiong, dr., S.Si., M.Si., M.Pharm.Sc., PhD., PA(K). Pembimbing 2 : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes. ABSTRAK EFEK EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr), DOMPERIDON, DAN KOMBINASINYA TERHADAP EKSPRESI GEN OKSITOSIN PADA MENCIT Balb/c MENYUSUI Samuel Widodo, 2015. Pembimbing 1 : Khie Khiong,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH ZINC TERHADAP IMUNITAS. : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes.

ABSTRAK PENGARUH ZINC TERHADAP IMUNITAS. : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH ZINC TERHADAP IMUNITAS Sani Irawan, 2005. Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., M.S. : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Zinc atau zat seng adalah mikronutrien yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi di segala bidang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Diantara sekian banyaknya kemajuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Ajeng Annamayra, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Ajeng Annamayra, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PERSENTASE KELANGSUNGAN KEHAMILAN, JUMLAH JANIN DAN MALFORMASI LUAR JANIN MENCIT BALB/c BETINA Ajeng Annamayra, 2010. Pembimbing I :

Lebih terperinci